DATA TEKNIS – E
PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja
.
USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI
Data tahun 2010, Kabupaten Bogor memiliki 879 Daerah Irigasi (DI) dengan
rincian 334 buah DI dalam kondisi baik, sisanya 545 buah DI dalam kondisi
rusak dan sedang. Berdasarkan hasil pemantauan kegiatan pengelolaan
Sistem Jaringan Irigasi di Kabupaten Bogor dapat digambarkan betapa
kompleksnya permasalahan yang muncul dalam pengelolaan jaringan irigasi.
Masih banyaknya areal sawah yang belum terpenuhi kebutuhan airnya,
disebabkan selain akibat besarnya fluktuasi air pada sumber-sumbernya juga
sistem jaringan yang belum memadai. Selain itu meningkatnya permintaan air
non - pertanian, kurang memadainya kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi,
turunnya kemampuan kapasitas suplai air dari jaringan irigasi, kurang
Maksud
Tujuannya
Sasaran
Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut
dengan Daerah Irigasi.
Mengenai ilustrasi jaringan irigasi sederhana dapat di lihat pada Gambar 01.
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun
semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan
bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa
bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya
mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan
mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.
Petak Tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang
lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, serta eksploitasi dan
pemeliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang
mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemeintah.
Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan,
parit, batas desa, dan batas-batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh
terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh
dalam penentuan luas petak tersier, antara lain : jumlah petani, topografi, dan
jenis tanaman. Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak tersier
sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan memudahkan
dalam pengaturan tata letak dan perabagian air yang efisien.
Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas
petak sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya
saluran drainase.
Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung
air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang
mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang
saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara
menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati
sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani
langsung dari saluran primer.
Bangunan Irigasi
Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu :
1. Bendung
Merupakan bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang
sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung
mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap
dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya.
Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya :
Bangunan Pembawa
Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi :
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah
pada bangunan bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap
terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terakhir.
4. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter
terakhir.
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi
dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan
pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer),
cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder.
Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air
sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur
dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang
dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai
bangunan pangatur.
Bangunan Drainase
Bangunan Pelengkap
Secara umum, skema jaringan irigasi dapat dilihat pada Gambar 04.
Ketentuan-ketentuan :
Poligon harus meliputi daerah yang akan dipetakan dan
merupakan kring tertutup.
Jika poligon terlalu besar, maka poligon harus dibagi menjadi
beberapa kring tertutup.
Poligon dibagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5 km.
Pengukuran sudut poligon akan dilakukan dengan 2 ( dua ) seri
dengan ketelitian sudut 5” (lima detik).
Ketentuan-ketentuan :
Poligon cabang harus dimulai dari poligon utama dan diakhiri pada
poligon utama.
Poligon di bagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5
km.
Pengukuran sudut poligon akan dilakukan dengan 1 (satu) seri
dengan ketelitian sudut 20”.
Ketentuan-ketentuan :
Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus
dicek terlebih dahulu garis bidiknya. Data pengecekan dicatat dalam buku
ukur.
Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m ( untuk
rambu dengan panjang 3 m )
Jarak bidikan rambu maksimum 50 m.
Diusahakan jarak rambu muka sama dengan jarak rambu
belakang.
Diusahakan jumlah jarak per seksi selalu genap.
Pengukuran sipat datar harus dilakukan setelah bench mark
terpasang.
Semua benchmark yang ada maupun yang akan dipasang harus
melalui jalur sipat datar.
Pada jalur yang terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan
cara pergi pulang. Sedang pada jalur yang terbuka diukur dengan stan
ganda dan pulang pergi.
Ketentuan-ketentuan :
Penggambaran
Ketentuan-ketentuan :
Dalam menggambarkan titik-titik poligon harus menggunakan
unsur koordinat (x,y) dan sama sekali tidak dibenarkan dengan cara grafis.
Dalam menggambarkan titik-titik detail menggunakan unsur jarak
datar dan azimuth.
Interval kontur ditarik/digambar sebagai berikut :
Daerah datar dengan kemiringan antara 0% sampai 2% interval kontur
setiap 0,5 meter dan angka ketinggian ditulis pada setiap 1 meter
Daerah Datar dengan kemiringan antara 2% sampai 5% interval
kontur setiap 1 meter dengan rapido 0,1 mm dan setiap interval 5 meter
ditarik lebih tebal dengan rapido 0,4 mm
Daerah perbukitan dengan kemiringan > 15% interval kontur setiap 5
meter digambar dengan rapido 0,1 mm dan setiap interval 20 m ditarik
lebih tebal dengan rapido 0,4 mm.
Daerah bergunung dengan kemiringan > 15% interval kontur setiap 5
meter digambar dengan rapido 0,1 mm dan setiap interval 20
meter ditarik lebih tebal dengan rapido 0,4 mm
Penarikan kontur pada lokasi lembah, alur, sadel, bukit harus ada
data elevasi nya.
Peta-peta dan gambar-gambar dibuat dalam skala gambar sebagai
berikut :
Legenda.
pemadatan, Daya dukung ijin fondasi, tingkat kelulusan air di fondasi dan
genangan dan lain-lain. Dengan demikian pengujian di laboratorium yang
diperlukan adalah : kadar air (bila lempung), distribusi butir, batas konsistensi
Atterberg, Pemadatan Proctor (bila lempung), permeability test.
Metode Analisa
Secara umum analisa hidrologi merupakan satu bagian analisa awal dalam
perencanaan bangunan hidrologi. Hal ini mempunyai pengertian bahwa
Pengumpulan Data
Data-data hidrologi yang dibutuhkan guna menghitung debit banjir rencana dan
aliran masuk ke tubuh embung, diperlukan sebagai berikut :
1. Data Evaporasi (evapotranspirasi) dan penguapan (evaporasi) bulanan
yang berlaku untuk daerah yang berlaku.
2. Klimatologi.
3. Curah hujan harian maksimum dan data hujan bulanan dari pos hujan
terdekat.
4. Peta topografi daerah cekungan dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 2000
5. Kondisi penutup lahan di daerah tadah hujan.
Data Klimatologi
Kelembaban Udara
Intensitas Penyinaran Matahari
Kecepatan Angin
Data hujan pada lokasi proyek ada yang relatif lengkap dan ada yang sangat
minim, sehingga untuk keperluan hitungan hujan daerah diperlukan pengisian
data yang hilang, dan pengisiannya dilakukan dengan cara membandingkan
dengan data hujan di stasiun lainnya.
1. Metode NRECA
Untuk memperkirakan aliran masuk, Pusat Litbang Pengairan telah
menyederhanakan cara analisisnya dengan menggunakan model NRECA.
Debit aliran masuk berasal dari hujan yang turun didalam daerah cekungan.
Sebagian dari air hujan tersebut menguap, sebagian lainnya turun mencapai
permukaan tanah. Hujan yang turun tersebut sebagian akan meresap
kedalam tanah dan mengisi pori tanah dan mengalir kearah embung
sebagai aliran air bawah permukaan tanah. Sisanya akan mengalir diatas
tanah (aliran permukaan). Jika pori tanah sudah mengalami kejenuhan air
akan mengalir ke dalam tampunganair tanah. Gerak air ini disebut perkolasi.
Sisa air hujan yang mengalir diatas permukaan disebut aliran permukaan
yang kemudian bersama dengan aliran dasar akan bergerak ke arah daerah
irigasi. Peredaran air di atmosfir (atas permukaan dan bawah permukaan
dapat digambarkan secara skematik.
2. Hujan Rata-rata Bulanan
Daerah tadah hujan relatif sangat kecil sehingga prakiraan aliran sudah
cukup teliti bila diambil secara bulanan. Apalagi di daerah semi kering pada
umumnya aliran dasar tidak ada. Dalam keadaan seperti itu aliran masuk
hanya dapat diperkirakan dari curah hujan.
Untuk mengetahui hujan rata-rata bulanan dapat dilakukan dengan
perhitungan sebagai berikut :
Evaporasi Potensial
Dengan metode Water Balance dari DR.F.J Mock dapat diperoleh suatu
estimasi empiris untuk mendapatkan debit andalan. Metode ini
didasarkan pada parameter data hujan, evapotranspirasi dan karakteristik
DAS setempat.
Untuk mendapatkan debit bulanan, pada pertimbangan hidrologi daerah
irigasi digunakan metode Dr. F.J. Mock dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Hitung Evapotranspirasi Potensial
b. Hitung Limitted Evapotranspirasi
c. Hitung Water Balance
d. Hitung Aliran Dasar dan Limpasan Langsung
4. Data Curah Hujan
Data curah hujan digunakan adalah curah hujan efektif bulanan yang
berada dalam DPS. Stasiun curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang
dianggap mewakili kondisi hujan di daerah tersebut.
5. Evapotranspirasi Terbatas (Et)
Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi aktual dengan
mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekwensi
curah hujan.
Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data :
Curah hujan tengah bulanan (P)
Jumlah hari hujan tengah bulanan (n)
Aliran dan Penyimpangan Air Tanah (run off Dan ground water storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari kesimbangan air dan
kondisi tanahnya. Data-data yang diperlukan untuk menentukan
besarnya aliran air tanah adalah sebagai berikut :
Faktor Reresi Aliran Tanah (k), adalah perbandingan antara aliran air
tanah pada bulan ke-n dengan aliran air tanah pada awal bulan
tersebut. Faktor resesi aliran tanah dipengaruhi oleh sifat geologi DPS.
Dalam perhitungan ketersediaan air dengan metode MOCK, besarnya
nilai k didapat dengan cara coba-coba (trial), sehingga dapat dihasilkan
aliran seperti yang diharapkan.
Initial Storage (IS), adalah perkiraan besarnya volume air pada awal
perhitungan.
Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran lansung (direct
run off), aliran dalam tanah (interflow), dan aliran tanah (base flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah :
1. Interflow = infiltrasi - volume air tanah
2. Direct run off = water surflus - infiltrasi
3. Base flow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun
4. Run off = interflow + direct run off + base flow
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi rencana kerja penyedia jasa secara
menyeluruh, mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya, serta
jadwal kegiatan penyedia jasa. Laporan Pendahuluan dibuat rangkap 3
(tiga) dan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK
diterbitkan.
2. Laporan Bulanan
Laporan bulanan ini merupakan ringkasan dari kemajuan pekerjaan yang
dilaksanakan setiap bulan, total kemajuan sejak awal kegiatan dan
melaporkan keterlambatan-keterlambatan yang terjadi serta sebab-
sebabnya. Selanjutnya juga memberikan saran-saran untuk mengatasi
keadaan tersebut dan tindakan-tindakan yang akan/telah dilakukan. Juga
termasuk semua review yang diperlukan (bila ada) dan rencana kerja bulan
berikutnya. Laporan Bulanan harus diserahkan selambat-lambatnya tanggal
10 (sepuluh) setiap bulannya, masing-masing sebanyak 3 (tiga) buku.
3. Laporan Antara
Hasil sementara pelaksanaan pekerjaan yang harus diserahkan selambat-
lambatnya setelah mendapatkan hasil pengumpulan data sekunder dan
primer, hasil kajian terhadap data survey, konsep dan progres serta rencana
selanjutnya. Laporan antara dibuat rangkap 3 (tiga) buku.
4. Draft Laporan Akhir
Softcopy hasil pekerjaan ini dibuat dalam bentuk DVD sebanyak 5 (lima)
keping. DVD Laporan Akhir berisi seluruh data dan laporan hasil pekerjaan
yang diserahkan bersama Laporan Akhir.