Anda di halaman 1dari 35

DED JARINGAN IRIGASI

DATA TEKNIS – E
PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja

.
USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

E.1. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

E.1.1. Pendekatan Teknis

Pemahaman Latar Belakang

Misi kedua Kabupaten Bogor yaitu ”meningkatkan perekonomian daerah yang


berdaya saing dengan titik berat pada revitalisasi pertanian dan pembangunan
yang berbasis perdesaan”. Menjadi suatu keniscayaan merehabilitasi dan
meningkatkan jaringan irigasi sehingga ketersediaan air cukup untuk pertanian
secara umum dalam rangka mendukung misi kedua Kabupaten Bogor. Selain
itu untuk mendukung kebijakan tingkat nasional berkaitan dengan
pengembangan sentra produksi dan sentra ekonomi masyarakat, yang prioritas
penanganannya antara lain: pencapaian dan pengamanan ketahanan pangan,
penanganan bencana banjir, pengelolaan alur sungai, pembangunan waduk,
dan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi. Hal ini sesuai dengan amanat
Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bahwa
perwujudan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab pemerintah
bersama masyarakat. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan, baik dalam
jumlah maupun mutu dan terjangkau daya beli masyarakat.

Data tahun 2010, Kabupaten Bogor memiliki 879 Daerah Irigasi (DI) dengan
rincian 334 buah DI dalam kondisi baik, sisanya 545 buah DI dalam kondisi
rusak dan sedang. Berdasarkan hasil pemantauan kegiatan pengelolaan
Sistem Jaringan Irigasi di Kabupaten Bogor dapat digambarkan betapa
kompleksnya permasalahan yang muncul dalam pengelolaan jaringan irigasi.
Masih banyaknya areal sawah yang belum terpenuhi kebutuhan airnya,
disebabkan selain akibat besarnya fluktuasi air pada sumber-sumbernya juga
sistem jaringan yang belum memadai. Selain itu meningkatnya permintaan air
non - pertanian, kurang memadainya kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi,
turunnya kemampuan kapasitas suplai air dari jaringan irigasi, kurang

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 1


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

memadainya kinerja personil operasional, dan belum efisiennya pemanfaatan


air di tingkat usaha tani.

Keterbatasan sumber daya manusia yang berjumlah hanya 8 orang, setiap


tahunnya dituntut untuk menghasilkan produk dokumen perencanaan lebih dari
50 buah dokumen. Hal ini apabila terus dibiarkan akan berakibat terganggunya
capaian target penyusunan dokumen perencanaan setiap tahun anggaran.
Dengan demikian maka diperlukan kegiatan Detail Engineering Design (DED)
jaringan Irigasi dan sumber daya air untuk setidaknya dapat membantu
pencapaian target produk dokumen perencanaan jaringan irigasi. Produk DED
yang lengkap baik berupa kajian teknis, gambar teknis, Rencana Anggaran
Biaya (RAB) hingga siap dilelangkan menjadi tuntutan yang harus dipenuhi
oleh konsultan.

Pemahaman Maksud, Tujuan, dan Sasaran

Maksud

Maksud dilakukannya pekerjaan DED Jaringan adalah :


1. Menyiapkan desain jaringan irigasi dan sumber daya air lengkap dengan
mengacu pada standar perencanaan yang ada (Kriteria Perencanaan
Jaringan Irigasi KP-01 – KP-07 Keputusan Direktur Jendral Pengairan
No.185/KPTSA/1986),
2. Menetapkan strategi dan metoda pelaksanaan yang mencakup rekayasa
lapangan dan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.

Tujuannya

Tujuannya adalah untuk :


1. Mendapatkan suatu desain dengan struktur bangunan yang kuat dengan
analisa terukur,
2. Rencana sistem pembagian air dapat diatur dan diukur.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 2


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Sasaran

Sedangkan sasarannya adalah :


1. Tercapainya target perencanaan jaringan irigasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis dengan waktu yang telah ditetapkan.
2. Tersedianya dokumen perencanaan yang siap dilelangkan.

Pemahaman Lokasi Kegiatan

Dengan waktu pelaksanaan kegiatan selama 6 (enam) bulan, lokasi kegiatan


penyusunan DED Jaringan Irigasi tesebar di Kabupaten Bogor sebagaimana
Tabel 01 berikut

Tabel 01 : Sebaran Lokasi Kegiatan

Pemahaman Lingkup Kegiatan

Secara umum, lingkup kegiatan pekerjaan DED Jaringan Irigasi adalah


sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Kegiatan Tahap Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 3


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

a. Pengumpulan Data Teknis


Meliputi :
 Data sekunder yang diperoleh antara lain dari data dan gambar
perencanaan terdahulu (bila ada) serta besaran/koefisien yang ada
dalam kriteria perencanan jaringan irigasi (KP-01 s/d KP-07).
 Data-data penunjang lainnya yang menyangkut daerah areal studi
seperti : daerah administrasi, peta topografi, DAS, data hidrologi,
tanah dan sebagainya.
b. Penyusunan Rencana Kerja
Rencana kerja ini diperlukan sebagai panduan lanjutan pelaksanaan
teknis di lapangan maupun dalam pembiayaan. Dalam rencana kerja
perlu dituangkan secara cermat, mengenai macam, volume kegiatan dan
waktu yang diperlukan dari sejak awal sampai akhir pelaksanaan,
metodologi dan sebagainya.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Tahap Pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan Survei dan Investigasi Jaringan Irigasi
Kegiatan survei yang diperlukan :
 Survei Topografi dan Pemetaan, berupa pengukuran situasi, profil
memanjang dan melintang, serta morfologi dan geometri sungai.
 Survei Hidrologi, dilakukan untuk mendapatkan data hidrologi berupa
data hujan maksimum, elevasi banjir maksimum yeng pernah terjadi,
dan daerah aliran sungai.
 Investigasi Jaringan Irigasi, dilakukan untuk mengetahui kondisi data-
data fisik jaringan irigasi, sebab-sebab kurang optimalnya fungsi
jaringan baik bangunan utama, bangunan pelengkap maupun saluran.
Data fisik kondisi air di jaringan seperti jenis dan ukuran sedimen
dasar serta distribusi ukuran butirnya.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 4


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

b. Penelusuran Sarana dan Prasarana Jaringan Irigasi


Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui kondisi dan fungsi terkini sarana
dan prasarana jaringan irigasi serta areal layanan irigasi yang mampu
diairi dengan pengamatan langsung seperti kemungkinan adanya
kebocoran saluran pembawa atau pengambilan liar di sepanjang saluran,
kemungkinan pengembangan/perluasan areal dan penutupan saluran.
c. Analisis Hidrologi
Dilakukan untuk keperluan desain, meliputi : analisis debit andalan dan
analisis debit banjir serta analisis lainnya yang dianggap dapat
menunjang keperluan penyusunan desain jaringan irigasi, dikaitkan
dengan kebutuhan air untuk areal layanan irigasi.
d. Penyusunan Prioritas Rehabilitasi
Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi lapangan akan diperoleh data-
data untuk dianalisis, selanjutnya untuk menentukan optimasi desain
bangunan dan saluran yang prioritas untuk dilakukan rehabilitasi pada
sistem jaringan irigasi agar kinerja layanan tetap optimal sesuai dengan
kebutuhan.
e. Penyusunan Rencana Rehabilitasi/Peningkatan Jaringan Irigasi dan Sumber
Daya Air
Kegiatan ini ditujukan untuk menghasilkan suatu bentuk rencana kerja
rehabilitasi atau peningkatan jaringan irigasi dan sumber daya air
berdasarkan analisis dan optimasi jaringan irigasi dan sumber daya air
dengan kondisi yang ada, termasuk kemungkinan pengembangan
jaringan irigasi dan peningkatan fungsi layanan melalui perluasan areal
layanan ataupun peningkatan kapasitas debit dan volume air.
f. Penggambaran Desain Rehabilitasi Jaringan Irigasi dan Sumber Daya Air
Diperlukan untuk mengetahui desain teknis sistem jaringan irigasi dan
sumber daya air termasuk seluruh kelengkapannya sehingga pelayanan
dapat optimal.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 5


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

g. Estimasi Biaya Rehabilitasi Jaringan Irigasi dan Sumber Daya Air


Estimasi biaya dimaksudkan untuk mengetahui besaran anggaran biaya
yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sistem jaringan
irigasi, dan sumber daya air termasuk seluruh kelengkapannya sehingga
pelayanan dapat optimal.

Pemahaman Keluaran Kegiatan

Sebagai keluran kegiatan adalah sebagai berikut :


a. Dokumen DED jaringan irigasi yang meliputi : gambar konstruksi dengan
analisa terukur, metode operasional jaringan yang dapat diukur dan diatur,
Rencana Anggaran Biaya (RAB), dan rekomendasi skala penanganan.
b. Data mutakhir mengenai desain sistim jaringan irigasi yang bersangkutan.
c. Rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan pada jaringan irigasi untuk
menjaga agar kondisi dan fungsinya tetap optimal.

Pemahaman Konsep jaringan Irigasi

Jaringan irigasi merupakan satu kesatuan saluran dan bangunan yang


diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian, dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Jaringan Utama, meliputi : bangunan, saluran primer, dan saluran sekunder.
2. Jaringan Tersier, terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak
tersier.

Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut
dengan Daerah Irigasi.

Klasifikasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitasnya,


jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Jaringan Irigasi Teknis,

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 6


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

2. Jaringan Irigasi Semi Teknis,


3. Jaringan Irigasi Sederhana.

Mengenai karakteristik masing-masing jenis jaringan dapat dilihat Tabel 02.

Tabel 02 : Sebaran Lokasi Kegiatan


Klasifikasi Jaringan Irigasi
Teknis Semi Teknis Sederha
Bangunan
Bangunan
Bangunan utama Bangunan permanen permanen/semi
sederhana
permanen
Tidak mampu
Kemampuan
Baik Sedang mengukur/mengatu
mengukur/mengatur debit
r
Saluran pemberi dan Saluran pemberi
Saluran pemberi dan
Jaringan saluran pembuang tidak dan pembuang
pembuang terpisah
sepenuhnya terpisah menjadi satu
Belum dikembangkan Belum ada jaringan
Dikembangkan
Petak tersier dentitas bangunan terpisah yang
sepenuhnya
tersier dikembangkan
Efisiensi secara keseluruhan 50 – 60 % 40 – 50 % < 40%
Ukuran Tidak ada batasan > 2.000 Ha < 500 Ha
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-01

Jaringan Irigasi Sederhana

Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu


kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan
dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air
biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam,
sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air.

Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut


pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih
memiliki beberapa kelemahan antara lain :
1. Sering terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang.
2. Air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih
subur.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 7


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

3. Bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan


lama.

Mengenai ilustrasi jaringan irigasi sederhana dapat di lihat pada Gambar 01.

Gambar 01 : Ilustrasi Jaringan Irigasi Sederhana

Jaringan Irigasi Semi Teknis

Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun
semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan
bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa
bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya
mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan
mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 8


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Gambar 02 memberikan ilustrasi jaringan irigasi semi teknis sebagai bentuk


pengembangan dari jaringan irigasi sederhana.

Gambar 02 : Ilustrasi Jaringan Irigasi Semi Teknis

Jaringan Irigasi Teknis

Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan


sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu
terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan
pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 9


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun


suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak
tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.

Gambar 03 memberikan ilustrasi jaringan irigasi teknis sebagai pengembangan


dari jaringan irigasi semi teknis.

Gambar 03 : Ilustrasi Jaringan Irigasi Teknis

Petak Tersier

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 10


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang
lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, serta eksploitasi dan
pemeliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang
mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemeintah.
Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan,
parit, batas desa, dan batas-batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh
terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh
dalam penentuan luas petak tersier, antara lain : jumlah petani, topografi, dan
jenis tanaman. Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak tersier
sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan memudahkan
dalam pengaturan tata letak dan perabagian air yang efisien.

Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau


saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak
secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan
memerlukan saluran muka tersier yang mebatasi petak-petak tersier lainnya.

Petak Sekunder

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas
petak sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya
saluran drainase.

Luas petak sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi


daerah yang bersangkutan. Saluran sekunder pada umumnya terletak pada
punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai
saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat
direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng lereng medan
yang lebih rendah.

Petak Primer

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 11


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung
air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang
mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang
saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara
menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati
sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani
langsung dari saluran primer.

Bangunan Irigasi

Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan


pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijurnpai
dalam praktek irigasi antara lain :
1. Bangunan utama.
2. Bangunan pembawa.
3. Bangunan bagi.
4. Bangunan sadap.
5. Bangunan pengatur muka air.
6. Bangunan pernbuang dan penguras.
7. Bangunan pelengkap.

Bangunan Utama

Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu :
1. Bendung
Merupakan bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang
sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung
mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap
dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya.
Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya :

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 12


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

a. Bendung tetap (weir).


b. Bendung gerak (barrage).
c. Bendung karet (inflamble weir).
Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak,
peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong
lumpur dan tanggul banjir.
2. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap
air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan
bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan
pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara,
gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang
dilayani.
3. Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan
air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya,
waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada urnumnya waduk
dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pernbangkit listrik,
peredam banjir, pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan
waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan
bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pernberian air sebagai fungsi luas
daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.
4. Stasiun pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-
upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk
dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik
pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu
besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 13


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Bangunan Pembawa

Bangunan pembawa mempunyai fungsi mernbawa/mengalirkan air dari


sumbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier, dan saluran kwarter. Termasuk dalam
bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan, dan got
miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan
nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut.

Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi :
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah
pada bangunan bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap
terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terakhir.
4. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter
terakhir.

Bangunan Bagi dan Sadap

Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,


sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh
saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter
bangunan bagi ini masing-masing disebut boks tersier dan boks kuarter.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 14


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi
dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.

Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3


(tiga) bagian utama, yaitu :
1. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.
2. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun
gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit
yang masuk saluran dapat diatur.
3. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.

Bangunan Pengatur dan Pengukur

Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan
pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer),
cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder.

Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air
sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur
dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang
dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai
bangunan pangatur.

Beberapa contoh bangunan pengukur debit dilihat pada Tabel 03.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 15


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Tabel 03 : Tipe-tipe Pengukur Debit


Tipe Alat Ukur Mengukur Dengan Kemampuan Mengatur
Ambang lebar Aliran atas Tidak
Parshal Flume Aliran atas Tidak
Cipoleti Aliran atas Tidak
Romijn Aliran atas Ya
Crump de Guyter Aliran bawah Ya
Constant head Orifice Aliran bawah Ya
Bangunan Sadap Pipa Sederhana Aliran bawah Ya
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-01

Bangunan Drainase

Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak


sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran
pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan
pelimpah.

Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu :


a. Saluran pembuang kuarter.
b. Saluran pembuang tersier.
c. Saluran pernbuang sekunder.
d. Saluran pembuang primer.

Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :


a. Mengeringkan sawah,
b. Mernbuang kelebihan air hujan,
c. Mernbuang kelebihan air irigasi.

Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah


atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran pembuang
tersier menampung air buangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran
pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan
membawanya untuk dialirkan kernbali ke sungai.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 16


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Bangunan Pelengkap

Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap


bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan
pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam
eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan
untuk pelayanan umum.

Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain : jalan inspeksi, tanggul, jembatan


penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan
lainnya.

Secara umum, skema jaringan irigasi dapat dilihat pada Gambar 04.

Gambar 04 : Skema Jaringan Irigasi

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 17


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

E.1.2. Metode Teknis

Metode Persiapan dan Pengumpulan Data

Kegiatan persiapan dan pengumpulan data merupakan aktivitas awal yang


bertujuan untuk mempersiapkan semua komponen yang nantinya dapat
memperlancar atau mendukung pekerjaan sehingga dapat selesai sesuai
dengan jadual yang telah disepakati.

Sedangkan data-data yang harus disiapkan adalah :


a. Data Hidroklimatologi, berupa data curah hujan maupun data
iklim yang nantinya digunakan dalam perhitungan evapotranspirasi
potensial, debit kebutuhan, dan debit banjir.
b. Data Pertanian, data ini berguna untuk memberikan gambaran
tentang tata guna lahan di sekitar lokasi rencana ataupun kondisi area
fungsional.
c. Data Sosial Ekonomi, data ini merupakan data-data mutakhir
dari demografi kependudukan, berupa jumlah penduduk, mata pencarian,
kondisi sosial budaya masyarakat lokasi rencana.
d. Data Galian Golongan C serta data material lainnya, untuk
mendapatkan gambaran tentang letak maupun deposit bahan baku yang
akan digunakan dalam pelaksanaan fisik nantinya.
e. Data pengembangan wilayah (RDTRK Kecamatan), untuk
mengetahui gambaran tentang rencana tata ruang yang ada sehingga tidak
terjadi tumpang tindih atau bertentangan dengan Rencana Pengembangan
Wilayah setempat.
f. Laporan studi dan perencanaan yang pernah dilakukan, untuk
mendapatkan referensi dan kajian pembanding bagi hasil desain ini.
g. Peta-peta penunjang, seperti peta rupa bumi dan peta
geologi dan lain-lain.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 18


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Metode Pemetaan Topografi

Pemetaan topografi meliputi pemetaan daerah daerah genangan, pelimpah,


dan lain-lain, serta rencana jalur pipa distribusi yang akan didesain yang terdiri
atas :
 Situasi rencana genangan skala 1 : 1.000 dan skala 1 : 2000
interval kontur 0.5 m.
 Pengukuran potongan melintang di lokasi rencana dengan interval
pengukuran 5 meteran.
 Pengukuran trase jalur pipa distribusi dan trase jaringan utama
untuk irigasi.

Berdasarkan jenis pekerjaan topografi seperti yang diuraikan di atas, maka


pekerjaan topografi ini dibedakan menjadi dua kegiatan, yaitu :
 Pemetaan situasi
 Pemetaan as/bangunan utama

Pekerjaan pemetaan situasi secara keseluruhan meliputi :


 Pengukuran situasi daerah tangkapan hujan (catchment area).
 Pengukuran situasi daerah irigasi
 Pengukuran situasi trase jaringan pipa distribusi.
 Pengukuran poligon utama,
 Pengukuran poligon cabang,
 Pengukuran sipat datar,
 Pengukuran situasi detail.

Persyaratan teknis pengukuran ini mengacu pada Persyaratan Teknis Standar


Perencanaan Irigasi PT-02.

Pengukuran Poligon Utama

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 19


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Ketentuan-ketentuan :
 Poligon harus meliputi daerah yang akan dipetakan dan
merupakan kring tertutup.
 Jika poligon terlalu besar, maka poligon harus dibagi menjadi
beberapa kring tertutup.
 Poligon dibagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5 km.
 Pengukuran sudut poligon akan dilakukan dengan 2 ( dua ) seri
dengan ketelitian sudut 5” (lima detik).

 Kesalahan penutup sudut maksimum 10”N, dimana N adalah


jumlah titik poligon.
 Semua bench mark yang dipasang maupun yang telah ada harus
dilalui poligon.
 Sudut vertikal dibaca dalam satu seri dengan ketelitian sudut 10”
dan ketelitian linier poligon < 1 : 5.000.

Pengukuran Poligon Cabang

Ketentuan-ketentuan :
 Poligon cabang harus dimulai dari poligon utama dan diakhiri pada
poligon utama.
 Poligon di bagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5
km.
 Pengukuran sudut poligon akan dilakukan dengan 1 (satu) seri
dengan ketelitian sudut 20”.

 Kesalahan penutup sudut maksimum 20”N, dimana N adalah


jumlah titik poligon.
 Semua bench mark yang dipasang maupun yang telah ada harus
dilalui poligon
 Diusahakan agar sisi poligon sama panjangnya
 Ketelitian linier poligon < 1 : 2.500.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 20


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Pengukuran Sipat Datar

Ketentuan-ketentuan :
 Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus
dicek terlebih dahulu garis bidiknya. Data pengecekan dicatat dalam buku
ukur.
 Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m ( untuk
rambu dengan panjang 3 m )
 Jarak bidikan rambu maksimum 50 m.
 Diusahakan jarak rambu muka sama dengan jarak rambu
belakang.
 Diusahakan jumlah jarak per seksi selalu genap.
 Pengukuran sipat datar harus dilakukan setelah bench mark
terpasang.
 Semua benchmark yang ada maupun yang akan dipasang harus
melalui jalur sipat datar.
 Pada jalur yang terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan
cara pergi pulang. Sedang pada jalur yang terbuka diukur dengan stan
ganda dan pulang pergi.

 Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10D, dimana


D = jumlah jarak dalam km.

Pengukuran Situasi Detail

Ketentuan-ketentuan :

 Ketelitian poligon raai untuk sudut adalah 20n, dimana n =


banyaknya titik sudut. Ketelitian linier poligon raai 1 : 1.000
 Semua tampakan yang ada, baik alamiah maupun buatan manusia
diambil sebagai titik detail, misalnya : lembah, bukit, alur, sadel dan
sebagainya.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 21


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

 Kerapatan titik detail ( + 40 m ) harus dibuat sedemikian rupa


sehingga bentuk topografi dan bentuk buatan manusi dapat digambarkan
sesuai dengan keadaan di lapangan.
 Pengukuran sungai di sekitar lokasi rencana intake harus diambil
detail selengkap mungkin, misalnya elevasi as, tepi dan lebar sungai, bukit
di sekitar rencana intake tersebut.
 Pengukuran situasi harus dilebihkan + 250 m dari batas yang telah
ditentukan.
 Sudut poligon raai dibaca 1 ( satu ) seri

 Ketelitian poligon raai adalah 10 cmD, dimana D = panjang


poligon dalam km.

Penggambaran

Ketentuan-ketentuan :
 Dalam menggambarkan titik-titik poligon harus menggunakan
unsur koordinat (x,y) dan sama sekali tidak dibenarkan dengan cara grafis.
 Dalam menggambarkan titik-titik detail menggunakan unsur jarak
datar dan azimuth.
 Interval kontur ditarik/digambar sebagai berikut :
 Daerah datar dengan kemiringan antara 0% sampai 2% interval kontur
setiap 0,5 meter dan angka ketinggian ditulis pada setiap 1 meter
 Daerah Datar dengan kemiringan antara 2% sampai 5% interval
kontur setiap 1 meter dengan rapido 0,1 mm dan setiap interval 5 meter
ditarik lebih tebal dengan rapido 0,4 mm
 Daerah perbukitan dengan kemiringan > 15% interval kontur setiap 5
meter digambar dengan rapido 0,1 mm dan setiap interval 20 m ditarik
lebih tebal dengan rapido 0,4 mm.
 Daerah bergunung dengan kemiringan > 15% interval kontur setiap 5
meter digambar dengan rapido 0,1 mm dan setiap interval 20
meter ditarik lebih tebal dengan rapido 0,4 mm

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 22


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

 Penarikan kontur pada lokasi lembah, alur, sadel, bukit harus ada
data elevasi nya.
 Peta-peta dan gambar-gambar dibuat dalam skala gambar sebagai
berikut :

 Pembuatan peta situasi daerah genangan embung, digambar dengan


skala 1 : 2.000.

 Pembuatan peta situasi areal irigasi dengan skala : H : 1 : 2.000

 Pembuatan peta situasi, potongan memanjang dan melintang saluran


dengan skala Horisontal : 1 : 2.000 dan skala vertikal 1 : 50
 Peta-peta ini harus memperlihatkan :

 Nama desa-desa dan batasnya.

 Klasifikasi penggunaan tanah (sawah/kampung/sawah tadah hujan /


tegalan / hutan dan lain-lainnya).

 Kuburan, sekolah dan areal industri.

 Jalan, jalan setapak dan jalan kereta api.

 Titik - titik tetap serta ketinggiannya.

 Lokasi stasiun curah hujan (bilamana ada)

 Skala dan penunjuk arah Utara.

 Titik ketinggian dan garis kontur.

 Legenda.

Metode Penyelidikan Geologi dan Mekanika Tanah

Penyelidikan Geologi teknik yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah


mengadakan pembuatan sumur uji dan pemetaan Geologi permukaan.
Penyelidikan geotek ini bertujuan untuk menilai karakteristik fondasi, bahan
bangunan, dan rencana dinding kolam bendung. Bila bahan bahan berupa
tanah, contoh tanah perlu diambil dan diuji di laboratorium. Tanah yang diuji
tersebut merupakan tanah untuk fondasi maupun bahan tanah timbunan.
Pengujian tersebut diperlukan guna mengetahui klasifikasi dan karakteristik

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 23


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

pemadatan, Daya dukung ijin fondasi, tingkat kelulusan air di fondasi dan
genangan dan lain-lain. Dengan demikian pengujian di laboratorium yang
diperlukan adalah : kadar air (bila lempung), distribusi butir, batas konsistensi
Atterberg, Pemadatan Proctor (bila lempung), permeability test.

Pemetaan Geologi Permukaan

Peta geologi permukaan memperlihatkan semua keadaan geologi di wilayah


perencanaan, termasuk lokasi-lokasi bangunan, lokasi sumber batu dan
timbunan. Selain itu peta tersebut juga harus menunjukkan tipe batuan, tanah
penutup, tampakan-tampakan (feature) geologis, kekar, daerah geser,
pecahan, jurus dan kemiringan lapisan.

Pemetaan geologi permukaan untuk rencana bangunan pengairan terutama


ditujukan untuk keperluan geologi teknik dan mencakup pembahasan
mengenai :
1. Keadaan geomorfologi
2. Penyebaran satuan-satuan batuan (litologi) yang termasuk batu maupun
tanah harus dengan jelas dibedakan, misalnya batuan dasar, tanah
penutup, tingkat pelapukan dan lain-lain, sifat-sifat fisik, tekstur, sementasi
dan jenis batuan lainnya.
3. Kekerasan batuan harus dideskripsikan berdasarkan derajat kekerasan
batuan secara kualitatif untu kepentingan teknik sipil.
4. Struktur geologi : jurus, kemiringan perlapisan, kekar, patahan.
5. Stratigrafi : urutan-urutan dari satuan batuan secara vertical berdasarkan
pembentukannya, sesuai dengan sejarah geologinya.
6. Gejala-gejala lainnya : longsoran, kegempaan, air tanah dan lain-lain.

Metode Analisa

Metode Hidrologi dan Klimatologi

Secara umum analisa hidrologi merupakan satu bagian analisa awal dalam
perencanaan bangunan hidrologi. Hal ini mempunyai pengertian bahwa

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 24


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

informasi dan besaran-basaran yang diperoleh dalam analisa hidrologi


merupakan masukan penting dalam analisa selanjutnya. Pada dasarnya
bangunan hidrologi harus dirancang berdasar suatu patokan perancangan
yang benar yang nantinya akan menghasilkan rancangan yang memuaskan.

Pengumpulan Data

Dalam analisa hidrologi dibutuhkan data-data hidrologi dan klimatologi yang


memenuhi syarat. Dari data tersebut dapat dianalisa tipe iklim, curah hujan dan
beberapa parameter hidrologi lainnya. Keadaan iklim suatu daerah dipengaruhi
oleh letak secara regional dan kondisi geografis daerah tersebut. Faktor
penting dari regional ini meliputi letak lintang, yang berpengaruh terhadap
sistem perpindahan angin. Sedangkan kondisi geografi daerah setempat
terutama menyangkut keadaan topografi dan jarak terhadap lautan.

Data-data hidrologi yang dibutuhkan guna menghitung debit banjir rencana dan
aliran masuk ke tubuh embung, diperlukan sebagai berikut :
1. Data Evaporasi (evapotranspirasi) dan penguapan (evaporasi) bulanan
yang berlaku untuk daerah yang berlaku.
2. Klimatologi.
3. Curah hujan harian maksimum dan data hujan bulanan dari pos hujan
terdekat.
4. Peta topografi daerah cekungan dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 2000
5. Kondisi penutup lahan di daerah tadah hujan.

Data Klimatologi

Karakteristik hidrologi suatu daerah ditentukan terutama oleh keadaan geologi,


geografi, dan iklim. Faktor iklim yang membentuk ciri-ciri hidrologi suatu
daerah, antara lain ialah jumlah dan distribusi presipitasi (hujan), pengaruh
angin, temperatur, dan kelembaban udara terhadap evaporasi.

Data-data klimatologi yang akan dipakai dalam analisa hidrologi adalah :


 Temperatur udara

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 25


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

 Kelembaban Udara
 Intensitas Penyinaran Matahari
 Kecepatan Angin

Data Curah Hujan

Data hujan pada lokasi proyek ada yang relatif lengkap dan ada yang sangat
minim, sehingga untuk keperluan hitungan hujan daerah diperlukan pengisian
data yang hilang, dan pengisiannya dilakukan dengan cara membandingkan
dengan data hujan di stasiun lainnya.

Data-data hujan yang bisa digunakan dalam analisa hidrologi adalah :


 Data curah hujan harian Maksimum
 Data curah hujan rata-rata bulanan

Perkiraan Debit Aliran Masuk

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 26


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

1. Metode NRECA
Untuk memperkirakan aliran masuk, Pusat Litbang Pengairan telah
menyederhanakan cara analisisnya dengan menggunakan model NRECA.
Debit aliran masuk berasal dari hujan yang turun didalam daerah cekungan.
Sebagian dari air hujan tersebut menguap, sebagian lainnya turun mencapai
permukaan tanah. Hujan yang turun tersebut sebagian akan meresap
kedalam tanah dan mengisi pori tanah dan mengalir kearah embung
sebagai aliran air bawah permukaan tanah. Sisanya akan mengalir diatas
tanah (aliran permukaan). Jika pori tanah sudah mengalami kejenuhan air
akan mengalir ke dalam tampunganair tanah. Gerak air ini disebut perkolasi.
Sisa air hujan yang mengalir diatas permukaan disebut aliran permukaan
yang kemudian bersama dengan aliran dasar akan bergerak ke arah daerah
irigasi. Peredaran air di atmosfir (atas permukaan dan bawah permukaan
dapat digambarkan secara skematik.
2. Hujan Rata-rata Bulanan
Daerah tadah hujan relatif sangat kecil sehingga prakiraan aliran sudah
cukup teliti bila diambil secara bulanan. Apalagi di daerah semi kering pada
umumnya aliran dasar tidak ada. Dalam keadaan seperti itu aliran masuk
hanya dapat diperkirakan dari curah hujan.
Untuk mengetahui hujan rata-rata bulanan dapat dilakukan dengan
perhitungan sebagai berikut :

 Curah Hujan Maksimum Rencana

Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan dengan


suatu kemungkinan tertentu, atau hujan dengan suatu kemungkinan
periode ulang tertentu. Metode analisis hujan rancangan tersebut
pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik dari
data yang bersangkutan, atau dipilih berdasarkan pertimbangan teknis -
teknis lainya

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 27


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

 Evaporasi Potensial

Evaporasi potensial adalah jumlah air yang dapat diuapkan bila


ketersediaan air permukaan dan bawah permukaan dianggap berlebihan
serta permukaan tanah ditutupi dengan jenis tanaman tertentu.
Sedangkan kehilangan air akibat Evaporasi pada kondisi ketersediaan air
dan penutup lahan yang sebenarnya sering disebut sebagai Evaporasi
sebenarnya, nilainya lebih kecil atau sama dengan Evaporasi potensial.
Evaporasi potensial dibutuhkan sebagai masukan untuk perhitungan
debit bulanan sedangkan penguapan dipakai untuk menghitung kapasitas
embung yang diperlukan. Kedua parameter ini diperlukan dalam rata –
rata bulanan.
Perhitungan evaporasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua
methode, yaitu :
a. Menggunakan Koefesien reduksi terhadap Evaporasi.
b. Pendekatan perhitungan evaporasi (Penguapan peluh) dipermukaan
terhadap letak geografis.
3. Perhitungan Debit Bulanan
 Cara NRECA - sederhana

Perhitungan dengan menggunakan methode Nreca ini paling sesuai


untuk daerah cekungan yang setelah hujan berhenti masih ada aliran air
di sungai selama beberapa hari. Kondisi ini bisa terjadi bila tangkapan
hujan cukup luas.
Perhitungan debit bulanan metode NRECA mencakup 19 tahap.
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
(Kolom 1) : Nama bulan
(Kolom 2) : Data curah hujan rata-rata bulanan
(Kolom 3) : Besarnya evapotranspirasi potensial (PET)
(Kolom 4) : Nilai tampungan kelengasan awal (Wo). Nilai harus
dicoba-coba, dan percobaan pertama diambil 600
(mm/bulan) di bulan Januari.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 28


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

(Kolom 5) : Tampungan kelengasan tanah = (kolom 4) / Nominal


Nominal = 100 + 0.2 Ra
(Kolom 6) : Rasio Rb/PET = (kolom 2) / (kolom 3)
(Kolom 7) : Rasio AET / PET
(Kolom 8) : AET = (kolom 7) x (kolom 3) x koefisien reduksi
(Kolom 9) : Neraca air = (kolom 2) - (kolom 8)
(Kolom 10) : Rasio kelebihan kelengasan, yang dapat diperoleh
sebagai berikut :
 Jika (kolom 9) positif, maka rasio tersebut dapat
diperoleh dengan memasukkan nilai (kolom 5).
 Jika (kolom 9) negatif, rasio = 0
(Kolom 11) : Kelebihan kelengasan = (kolom 10) x (kolom 9)
(Kolom 12) : Perubahan tampungan = (kolom 9) - (kolom 11)
(Kolom 13) : Tampungan air tanah = P1 x (kolom 11)
P1 = parameter yang menggambarkan karakteristik
tanah permukaan (kedalaman 0 - 2 m)
P1 = 0.1 bila bersifat kedap air
P1 = 0.5 bila bersifat lulus airs
(Kolom 14) : Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba
dengan nilai awal = 2
(Kolom 15) : Tampungan air tanah akhir = (kolom 13) + (kolom 14)
(Kolom 16) : Aliran air tanah = P2 x (kolom 15)
P2 = parameter seperti P1 tetapi untuk lapisan
dalam tanah (kedalaman 2 - 10 m)
P2 = 0.9 bila bersifat kedap air
P2 = 0.5 bila bersifat lulus air
(Kolom 17) : Aliran langsung = (kolom 11) - (kolom 13)
(Kolom 18) : Aliran total = (kolom 17) + (kolom 16)
(Kolom 19) : Aliran total (m3 bulan -1) = (kolom 18) x 10 x luas tadah
hujan (ha)
 Cara rasional

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 29


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

Cara rasional merupakan salah satu alternatif perhitungan yang


dipergunakan apabila perhitungan model Nreca terlalu rumit. Pada
daerah semi kering ini aliran permukaan yang terjadi selama musim
kering diperhitungkan tidak ada, sehingga dalam perhitungan aliran
bulanan yang diperhitungkan adalah aliran yang terjadi pada musim
hujan.
 Cara FJ. Mock

Dengan metode Water Balance dari DR.F.J Mock dapat diperoleh suatu
estimasi empiris untuk mendapatkan debit andalan. Metode ini
didasarkan pada parameter data hujan, evapotranspirasi dan karakteristik
DAS setempat.
Untuk mendapatkan debit bulanan, pada pertimbangan hidrologi daerah
irigasi digunakan metode Dr. F.J. Mock dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Hitung Evapotranspirasi Potensial
b. Hitung Limitted Evapotranspirasi
c. Hitung Water Balance
d. Hitung Aliran Dasar dan Limpasan Langsung
4. Data Curah Hujan
Data curah hujan digunakan adalah curah hujan efektif bulanan yang
berada dalam DPS. Stasiun curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang
dianggap mewakili kondisi hujan di daerah tersebut.
5. Evapotranspirasi Terbatas (Et)
Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi aktual dengan
mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekwensi
curah hujan.
Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data :
 Curah hujan tengah bulanan (P)
 Jumlah hari hujan tengah bulanan (n)

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 30


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

 Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d), dihitung dengan asumsi


bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan
selalu menguap sebesar 4 mm.
 Exposed surface (m%), ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan

6. Faktor Karakteristik Hidrologi


 Faktor bukaan lahan
m = 0 % untuk lahan dengan hutan lebat
m = 10 – 40 % untuk lahan tererosi
m = 30 – 50 % untuk lahan pertanian yang diolah
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk seluruh daerah studi
yang merupakan daerah terbuka berbatu dapat diasumsikan untuk
faktor m diambil 20 % - 40 %.
 Luas Daerah Pengaliran, semakin besar daerah pengaliran dari suatu
aliran kemungkinan akan semakin besar pula ketersediaan debitnya.
 Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC), adalah kapasitas kandungan air pada
lapisan tanah permukaan (surface soil) per m 2. Besarnya Soil Moisture
Capacity untuk perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan
kondisi posositas lapisan tanah permukaan dari DPS. Semakin besar
porositas tanah, akan semakin besar pula Soil Moisture Capacity yang
ada. Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai
dengan 250 mm.
 Keseimbangan air di permukaan tanah, dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
 Air hujan
 Kandungan air tanah (soil storage)
 Kapasitas kelembaban tanah (soil Moisture Capasity)

 Aliran dan Penyimpangan Air Tanah (run off Dan ground water storage)

Nilai run off dan ground water tergantung dari kesimbangan air dan
kondisi tanahnya. Data-data yang diperlukan untuk menentukan
besarnya aliran air tanah adalah sebagai berikut :

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 31


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

 Koefisien Infiltrasi, diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah


dan kemiringan DPS. Lahan DPS yang porous memiliki koefisien
infiltrasi yang besar. Sedangkan lahan yang terjal memiliki koefisien
infiltrasi yang kecil, karena air akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah.
Batasan koefisien infiltrasi adalah 0-1.

 Faktor Reresi Aliran Tanah (k), adalah perbandingan antara aliran air
tanah pada bulan ke-n dengan aliran air tanah pada awal bulan
tersebut. Faktor resesi aliran tanah dipengaruhi oleh sifat geologi DPS.
Dalam perhitungan ketersediaan air dengan metode MOCK, besarnya
nilai k didapat dengan cara coba-coba (trial), sehingga dapat dihasilkan
aliran seperti yang diharapkan.

 Initial Storage (IS), adalah perkiraan besarnya volume air pada awal
perhitungan.

 Penyimpangan Air Tanah (Ground Water Storage), besarnya tergantung


dari kondisi geologi setempat dan waktu. Sebagai permulaan dari
simulasi harus ditentukan penyimpangan awal (initial storage) terlebih
dahulu.
 Aliran Sungai

Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran lansung (direct
run off), aliran dalam tanah (interflow), dan aliran tanah (base flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah :
1. Interflow = infiltrasi - volume air tanah
2. Direct run off = water surflus - infiltrasi
3. Base flow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun
4. Run off = interflow + direct run off + base flow

Metode Perencanaan dan Pelaporan

Metode perencanaan kegiatan nantinya akan disampaikan dalam bentuk


pelaporan konsultaan sesuai dengan waktu penyampaian yang telah
ditetapkan. Jenis-jenis pelaporan yang diamksud adalah sebagai berikut :

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 32


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi rencana kerja penyedia jasa secara
menyeluruh, mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya, serta
jadwal kegiatan penyedia jasa. Laporan Pendahuluan dibuat rangkap 3
(tiga) dan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK
diterbitkan.
2. Laporan Bulanan
Laporan bulanan ini merupakan ringkasan dari kemajuan pekerjaan yang
dilaksanakan setiap bulan, total kemajuan sejak awal kegiatan dan
melaporkan keterlambatan-keterlambatan yang terjadi serta sebab-
sebabnya. Selanjutnya juga memberikan saran-saran untuk mengatasi
keadaan tersebut dan tindakan-tindakan yang akan/telah dilakukan. Juga
termasuk semua review yang diperlukan (bila ada) dan rencana kerja bulan
berikutnya. Laporan Bulanan harus diserahkan selambat-lambatnya tanggal
10 (sepuluh) setiap bulannya, masing-masing sebanyak 3 (tiga) buku.
3. Laporan Antara
Hasil sementara pelaksanaan pekerjaan yang harus diserahkan selambat-
lambatnya setelah mendapatkan hasil pengumpulan data sekunder dan
primer, hasil kajian terhadap data survey, konsep dan progres serta rencana
selanjutnya. Laporan antara dibuat rangkap 3 (tiga) buku.
4. Draft Laporan Akhir

Draft Laporan Akhir memuat rangkuman semua kegiatan yang dilaksanakan


atas seluruh pekerjaan secara garis besar namun lengkap dan dimengerti.
Laporan dibuat rangkap 2 (dua) dan diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua)
minggu sebelum laporan akhir diserahkan.
5. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan hasil penyempurnaan dari Draft Laporan Akhir
yang telah mendapat masukan dari pihak Direksi dan pihak lain yang

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 33


USULAN TEKNIS
DED JARINGAN IRIGASI

berkepentingan (didiskusikan). Laporan dibuat rangkap 5 (lima) dan harus


diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak SPMK diterbitkan.
6. Laporan Desain Akhir
Laporan Desain Akhir berisi tentang uraian perhitungan volume, perhitungan
konstruksi, rencana anggaran biaya, analisa dan metode pelaksanaan dan
harus diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak SPMK
diterbitkan.
7. Laporan Hasil Survey
Laporan hasil survey berisi tentang laporan hasil survey topografi, hasil
survey hidrologi, hasil survey geoteknik yang meliputi bor tangan, sondir
serta hasil test laboratorium daya dukung tanah untuk indeks properties dan
engineering properties serta laporan foto dari masing-masing daerah irigasi
dan harus diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak SPMK
diterbitkan.
8. Buku Dokumen Lelang, terdiri dari :
 Buku spesifikasi teknis sebanyak 2 buah
 Buku persyaratan umum sebanyak 3 buah
 Buku BOQ dan perhitungan volume sebanyak 3 buah
 Buku gambar desain ukuran A3 masing-masing 3 buah untuk satu
daerah irigasi
Buku dokumen lelang harus diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sejak SPMK diterbitkan.
9. Pembuatan Softcopy Laporan Akhir

Softcopy hasil pekerjaan ini dibuat dalam bentuk DVD sebanyak 5 (lima)
keping. DVD Laporan Akhir berisi seluruh data dan laporan hasil pekerjaan
yang diserahkan bersama Laporan Akhir.

DATA TEKNIS E – PENDEKATAN, Metode, dan Rencana Kerja Halaman - 34

Anda mungkin juga menyukai