2.1 UMUM
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya
perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan
praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja.
Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar – standar perencanaan
sebagai berikut :
4
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Studi Pendahuluan
Inventarisasi data & studi terdahulu
Penyusunan rencana kerja
Survai Pendahuluan
Penyusunan laporan pendahuluan
3. Survai Dan Penyelidikan Lapangan
Survai topografi
Survai hidrologi dan hidrolika
Penyelidikan tanah
Penyusunan laporan-laporan survei
4. Analisa Data
Analisa data dan pemetaan topografi
Analisa data tanah dan sumber material
Analisa hidrologi
Penyusunan laporan antara
5. Perencanaan Teknis
Perencanaan geometrik jalan
Perencanaan tebal perkerasan jalan
Perencanaan struktur bawah jembatan
Perencanaan struktur atas jembatan
Utilitas umum & drainase
Penyusunan laporan struktur
6. Gambar Perencanaan Akhir
Plan dan Profil
Potongan Melintang
Detail struktur bawah jembatan
Detail struktur atas jembatan
Umum
Standar
7. Perkiraan Kuantitas dan Biaya
Perhitungan volume pekerjaan fisik
5
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
6
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
MULAI
PERSIAPAN
Perumusan Masalah
Metodologi
TIDAK
Sesuai dengan
KAK
YA
SURVAI PENDAHULUAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
PRESENTASI PENDAHULUAN
MASUKAN
PENGGUNA JASA
PENYELIDIKAN SURVAI
SURVAI TOPOGRAFI SURVAI HIDROLOGI
TANAH LINGKUNGAN
LAPORAN- LAPORAN
SURVAI
PRADESAIN
Pra Desain Geometrik
Pra Desain Struktur Jembatan
Gambar Pra Rencana
LAPORAN ANTARA
PRESENTASI ANTARA
MASUKAN
PENGGUNA JASA
DESAIN
Desain Geometrik & Perkerasan Jalan
Desain Struktur Jembatan
Desain Bangunan Pelengkap
Rencana Anggaran Biaya
Gambar Rencana
LAPORAN DESAIN
LAPORAN UKL/UPL
LAPORAN EE
PRESENTASI AKHIR
MASUKAN
PENGGUNA JASA
DOKUMEN TENDER
Spesifikasi Teknis
Gambar Rencana
Dokumen Lelang
LAPORAN AKHIR
GAMBAR RENCANA
DOKUMEN TENDER
SELESAI
Gambar Error! No text of specified style in document..1. Bagan Alir Pekerjaan Perencanaan
7
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk perencanaan jalan terdiri dari
beberapa bagian pekerjaan yaitu :
1. Persiapan
2. Pemasangan Patok, Bench mark (BM) dan Control Point (CP).
3. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran
4. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari :
Pengukuran titik kontrol horizontal (Polygon) dan vertikal
(Waterpass)
Pengukuran situasi/detail
Pengukuran penampang memanjang dan melintang
Pengukuran-pengukuran khusus
8
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Pengukuran Situasi
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :
Pemasangan Patok
Untuk Pemasangan Patok Pengukuran dilapangan dilaksanakan sebagai berikut :
Patok-patok dibuat dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm dan harus dipasang
setiap 1 Km dan pada perpotongan rencana jalan dengan sungai (2
buah seberang menyeberang). Patok beton tersebut ditanam kedalam
tanah dengan kedalaman 15 cm
10
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Survei Hidrologi untuk perencanaan jalan terdiri dari beberapa
bagian pekerjaan yaitu :
Menyiapkan peta topografi dengan skala 1:250.000 serta peta situasi
dengan skala 1:1000
Mencari sumber data iklim yang valid, yaitu dari Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG).
Memilah dan memilih data iklim terutama data curah hujan, yang
berkesesuaian dengan lokasi proyek.
Melakukan survey lapangan dan merekam hasilnya dalam catatan
menyangkut saluran samping, gorong-gorong dan jembatan.
Saluran samping dicatat kondisi eksistingnya dan kondisi
pengembangan sesuai kebutuhan yang diakibatkan perubahan guna
lahan
Gorong-gorong dicatat kondisi eksistingnya menyangkut diameter,
kondisi fungsi, kondisi terakhir aliran air.
Jembatan eksisting dicatat kondisi dimensi lebar bentang dan kondisi
terakhir struktur atas dan struktur bawah, dilihat kebutuhan
penanganan pemeliharaan dan peningkatan jika perlu.
11
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Data iklim dan curah hujan digunakan sebagai input dalam perhitungan
debit banjir rencana untuk menentukan ukuran dimensi saluran,
gorong-gorong dan aspek struktur serta jagaan jembatan.
Bor Mesin
Boring akan dikerjakan dengan alat Bor yang digerakkan dengan mesin yang
mampu mencapai kedalaman yang ditentukan. Mata bor akan mempunyai diameter
cukup besar sehingga undisturbed sample yang diinginkan dapat diambil dengan
baik, dengan diameter core 54,70 mm.
Untuk tanah clay, slit atau tanah lainnya yang tidak terlalu padat, dapat dipakai
steelbit sebagai mata bor, bor intan (diamond bit) atau mata bor tungsten sehingga
juga dapat diambil undisturbed samplenya dari lapisan tanah tersebut.
Pada setiap interval kedalaman 1,5 meter akan dilakukan Standard Penetration
Test (SPT)
12
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Tabung sample (yang dibuat dari baja tipis tetapi keras dan berbentuk
silinder dengan diameter rata-rata 7,0 cm, panjang minimal 50 cm)
dimasukkan ke dalam tanah pada kedalaman dimana undisturbed
sample akan diambil kemudian ditekan perlahan-lahan sehingga
tabung tersebut dapat penuh terisi tanah.
Tanah tersebut akan tetap berada dalam tabung sample tersebut
samapi saatnya untuk ditest di laboratorium.
Tabung yang berisi contoh tanah tersebut akan segera ditutup dengan
paraffin setelah dikeluarkan dari dalam lubang bor.
Sebagai hasil boring, akan dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi dengan
lithologi (geological description) harga SPT, letak muka air tanah dan sebagainya
Penamaan dari masing-masing tanah akan dilakukan pada saat itu juga sesuai dengan
kedalaman maupun sifat-sifat tanah tersebut yang dapat dilihat secara visual.
Apabila tanah yang dibor dalam hal ini cenderung untuk mudah runtuh, maka
persiapan untuk itu (casing) akan segera dilakukan.
13
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyelidikan tanah dengan membor lubang bor akan diatur sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan data maksimal pada tanah dasar penampang sungai.
Sebagai hasil penelitian lapangan yang memerlukan pemboran, letak lubang bor,
jumlah dan kedalamannya akan sesuai dengan keperluannya.
Ukuran test pits adalah 1,00 – 1,50 m2 dengan kedalaman maksimum 3,00 meter.
Penamaan dan deskripsi masing-masing jenis tanah, warna dan tebalnya sesuai
dengan kedalamannya dilakukan pada pelaksanaan pekerjaan test pits.
Pada setiap daerah yang diperhitungkan dapat berfungsi sebagai sumber quarry, perlu
dianalisa dan diplot pada peta Geologi.
Jenis Quarry
Dan sebagainya
Untuk bahan berbutir kasar akan dilakukan pengambilan contoh sirtu di daerah-
daerah penggalian atau penambangan batu yang ada di sekitar proyek yang kemudian
dianalisa di laboratorium.
14
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Pengujian Laboratorium
Pengujian laboratorium terhadap contoh tanah adalah untuk menentukan Index dan
Engineering Properties tanah, yaitu sebagai berikut :
15
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Perhitungan Poligon
Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang ditetapkan dalam
spesifikasi teknis adalah koreksi sudut antara dua kontrol azimuth = 20". Koreksi setiap
titik poligon maksimum 10" atau salah penutup sudut maksimum 30" n dimana n
adalah jumlah titik poligon pada setiap kring. Salah penutup koordinat maksimum 1 :
2.000. Berdasarkan kriteria toleransi diatas, proses analisis perhitungan sementara
poligon akan dilakukan menggunakan metode Bowdith dengan prosedur sebagai
berikut:
n
fs =
i=1
s1 - (n + 2) x 180 0 < 30" n
n
fs =
i=1
s1 - (n + 2) x 180 0 < 30" n
= + S i 180 0
16
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
V = AX-L
X = [ AT .P.A ]-1 . [ AT .P.L ]
X = X° + X
n
fh = h i < 10 mm D
i =1
17
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
18
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
debit andalan. Data curah hujan yang mewakili adalah data-data dari stasiun terdekat
dengan lokasi. Analisis dilakukan pada data curah hujan 1 harian, 2 harian, 3 harian,
setengah bulanan dan bulanan selama tahun pencatatan pada masing-masing stasiun
19
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
pengolahan data curah hujan menjadi data debit diperlukan data Curah Hujan
Bulanan, sedangkan untuk mendapatkan Debit Banjir Rancangan diperlukan
analisis data dari curah hujan Harian Maksimum.
a. Metode Thiessen
Pada metode Thiessen dianggap bahwa data curah hujan dari suatu
tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar
tempat itu. Metode perhitungan dengan membuat poligon yang
memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua
stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar Rn akan
terletak pada suatu wilayah poligon tertutup An. Perbandingan luas
poligon untuk setiap stasiun yang besarnya An/A.
b. Metode Arithmetik
Pada metode aritmetik dianggap bahwa data curah hujan dari suatu
tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di
sekitar tempat itu dengan merata-rata langsung stasiun penakar
hujan yang digunakan.
c. Metode Ishoyet
Menggunakan peta Ishoyet, yaitu peta dengan garis-garis yang
menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang mana.
Besar curah hujan hujan rata-rata bagi daerah seluruhnya didapat
dengan mengalikan CH rata-rata diantara kontur-kontur dengan
luas darah antara kedua kontur, dijumlahkan dan kemudian dibagi
luas seluruh daerah. CH rata-rata di antara kontur biasanya diambil
setengah harga dari kontur.
21
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Distribusi Gumbel
Sifat sebaran dari distribusi ini adalah :
a. Cs = 1,4
b. Ck = 5,4
Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari data hujan mendekati
nilai tersebut, maka sebaran Gumbel dapat digunakan.
1. Cs = O
c. Ck = 4 - 6
Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari data hujan mendekati
nilai tersebut, maka sebaran log Pearson type III dapat digunakan. Distribusi frekuensi
Log Pearson Type III dihitung dengan menggunakan rumus :
s1 = standar deviasi
22
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Q = ..q.A
23
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
= koefisien reduksi
q = curah hujan maksimum
(m3/det/km2)
A = luas daerah pengaliran (km2)
1 0,012. A0,7
=
1 0,075. A0,7
t 3,7.10 0, 4.t A3 / 4
1/ = 1+ .
t 2 15 12
t = 0,1 . L0,8 . (H/L)-0,3 jam
Jika t < 2 jam,
t.R24max
R =
t 1 0,0008.(260 R24max ).( 2 t ) 2
Jika 2 jam < t < 19 jam,
t.R24 max
R =
t 1
Jika 19 jam < t < 30 hari,
R = 0,707 . R24-max . ( t + 1 )
q = R / ( 3,6 . t ) (m3/det/km2)
Q = ..q.A (m3/det)
2. Metode Rasional oleh Weduwen
Metode ini sesuai untuk sungai dengan luas daerah pengaliran kurang dari
100 km2. Persamaannya adalah:
Q = C..R.A
dimana : Q = debit banjir rancangan (m3/det)
f 1
120 .A
= t 9
120 A
t = waktu konsentrasi
0,476. A0,375
t =
2Q 0,125.S 0, 25
1 4,1
C =
.R 7
S = kemiringan sungai rata-rata
24
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Analisa Laboratorium
Analisis Laboratorium Mekanika Tanah dipakai untuk mengetahui sifat-sifat teknis
tanah, khususnya tanah lunak. Evaluasi hasil penyelidikan lapangan dan analisis
laboratorium selanjutnya digunakan untuk mengetahui penyebaran dan sifat-sifat
teknis tanah. Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan parameter desain untuk
perhitungan daya dukung pondasi dan kestabilan abutment jembatan. Semua
penyelidikan di laboratorium dilakukan menurut prosedur ASTM dengan beberapa
modifikasi yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
25
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Unit Weight
Untuk memperoleh nilai isi berat tanah, maka tanah yang akan dikenakan
pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli. Nilai berat isi tanah dapat
diperoleh dari perbandingan :
26
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
w : kadar air
Sr : derajat kejenuhan
e : angka pori (ruang pori total)
Atterberg Limits (Consistency)
Pada cohessive soil, kadar air merupakan faktor terpenting sebab perubahan
kadar air dapat menyebabkan perubahan sifat- sifat fisik tanah. Kadar air yang
sama pada tanah yang berbeda dapat memberikan sifat fisik yang berlainan.
Sehubungan dengan hal itu Atterberg menetapkan batas-batas dari keadaan
suatu tanah. Batas tersebut dikenal sebagai :
27
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Permeability Test
Tingkat permeabilitas / rembesan suatu bahan umumnya ditunjukkan dengan
suatu koefisien yang dikenal sebagai koefisien rembesan atau koefisien filtrasi
(cm/detik). Koefisien rembesan dapat diperoleh di laboratorium dengan
permeability test baik terhadap contoh tidak terganggu (asli) maupun terhadap
contoh yang dipadatkan. Pada pekerjaan ini akan dilakukan permeability test
terhadap contoh tanah asli (undisturbed) untuk mengetahui koefisien rembesan
dari lapisan pondasi. Koefisien ini dibutuhkan untuk menghitung besarnya
hydraulic gradient sehingga dapat ditetapkan perlu tidaknya dipasang suatu
sistem drainage atau dinding muka atau cut off dan sebagainya serta dimensi
dari sistem-sistem tersebut. Disamping itu juga akan dilakukan permeability test
terhadap contoh tanah yang dipadatkan pada keadaan optimum untuk
mengetahui koefisien rembesan dari bahan timbunan sehingga dapat diketahui
apakah bahan timbunan tergolong lolos air atau kedap air. Uji untuk contoh
tanah berbutir kasar dilakukan dengan constant head method sesuai dengan
ASTM-D.2434, test for permeabilty of granular soils. Sedangkan untuk contoh
tanah berbutir halus percobaan dilakukan dengan falling head method tanpa
tekanan atau dengan tekanan.
Consolidation Test
Proses konsolidasi akan terjadi pada suatu lapisan tanah apabila lapisan
tersebut mengalami penambahan beban. Pada saat itu air dari dalam pori akan
mengalir dan volume tanah berkurang. Besar dan kecepatan perubahan volume
ini dapat diperoleh melalui percobaan konsolidasi. Sehubungan dengan
pekerjaan ini, akan dilakukan one dimensional consolidation test‘ yang dapat
digunakan dalam memperhitungkan besar dan kecepatan penurunan
(settlement) yang mungkin terjadi baik penurunan pada lapisan pondasi
maupun penurunan tubuh bangunan itu sendiri seperti contohnya pada
penurunan abutment. Prosedur tes dilaksanakan sesuai dengan ASTM-D.1435
test for one dimensional consolidation properties of soils dengan penambahan
beban sebagai berikut: 0,25; 0,50; 1, 2, 4, 8 dan 16 kg/cm² dan penurunan 4, 1,
0,25 dan 0,10 kg/cm². Pada percobaan ini akan digunakan oedometer front
28
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
loading type dengan diameter contoh 60 mm. Dari percobaan ini diperoleh
harga compression index Cc dan coeficient of consolidation Cv (cm²/detik).
Triaxial Test
Kekuatan geser tanah ditunjukkan dengan parameter-parameter kekuatan
tanah yang dikenal sebagai kohesi C (kg/cm²) dan sudut geser (°). Parameter-
parameter ini dibutuhkan untuk menghitung daya dukung tanah (bearing
capacity) dari pondasi jembatan. Untuk keperluan ini parameter-parameter
kekuatan tanah (C dan ) akan diambil dari undisturbed sample. Parameter-
parameter ini dibutuhkan pula untuk perhitungan stabilitas lereng (slope
stability) dari tubuh abutment. Dalam hal tubuh Abutment terdiri dari bahan
timbunan, maka C dan akan diambil dari disturbed sample yang dipadatkan
pada kepadatan maksimum. Triaxial test merupakan salah satu cara/uji yang
dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan harga parameter-parameter C
dan tersebut. Pada percobaan trixial ini akan dilakukan pengukuran tekanan
air pori sehingga diperoleh tegangan-tegangan efektif dan parameter-parameter
kekuatan tanah efektif (C dan ). Percobaan triaxial ini akan dilaksanakan pada
dua keadaan yaitu: CU full saturation (unconsolidated undrained). CU test
digunakan dalam perhitungan long term (jangka panjang) dan UU digunakan
dalam perhitungan short term (jangka pendek). Untuk memperoleh keadaan
sample yang benar-benar jenuh 100 % (full saturation) akan digunakan back
pressure. Dengan penggunaan back pressure ini diharapkan contoh mencapai 100
% jenuh dalam waktu yang relatif lebih singkat. Test dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang diberikan oleh A.W. Bishop & D.J. Henkel dalam bukunya The
Measurement of soil Properties in the Triaxial Test. Alat yang digunakan adalah
Triaxial Cell dengan diameter sample 50 mm, manual pore water pressure with
twin volume change dan high pressure system (with mercury) dengan tekanan
maksimum 10 kg/cm²) Hasil percobaan akan disampaikan berupa grafik :
- Strain vs deviator stress
- Strain vs pore pressure
- Lingkaran Mohr (total dan efektif).
29
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Compaction Test
Untuk mengetahui kepadatan maksimum tanah yang akan digunakan sebagai
bahan timbunan, perlu dilakukan percobaan kompaksi di laboratorium. Hasil
dari percobaan laboratorium adalah harga kadar air yang dapat memberikan
kepadatan kering maksimum. Kadar air pada keadaan ini dikenal sebagi
optimum moisture content (OMC). Nilai-nilai ini yang akan dijadikan standar
pada pemadatan dilapangan. Percobaan di laboratorium dilaksanakan sesuai
dengan standar ASTM-D.689, test for moisture desinty relations of soil using 5,5,
lb (2,5 Kg) hammer and 12 in (304,8 mm) drop. Mold yang akan digunakan
berukuran diameter 4,0 in (101,6 mm). Hasil uji disampaikan berupa grafik
hubungan antara :
Salah satu percobaan untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah adalah dengan
melakukan percobaan geseran langsung. Dengan merubah-rubah tegangan axial pada
beberapa contoh tanah (minimal 4 macam pembebanan dengan setiap bahan pada
satu contoh tanah), maka akan diperoleh tegangan gesernya. Kecepatan perubahan
pergeseran contoh tanah pada arah horisontal, disesuaikan dengan keadaan jenis
tanahnya. Kecepatan perubahan pergerakan ini ditentukan dari waktu yang akan
dicapai sehingga contoh tanah akan longsor. Dengan diperolehnya garis yang
memberikan hubungan antara tegangan geser dan tegangan axial, maka nilai kohesi
dan sudut gesernya dapat dihitung. Prosedur tes mengikuti : ASTM-D.3080/72.
Analisa Pondasi
Untuk perhitungan daya dukung pondas digunakan perhitungan yang masing-masing
berdasarkan referensi analisis pondasi dari Meyerhof dan Schemertmann. Untuk
fondasi dalam digunakan pondasi bored pile dengan diameter 40 cm hingga 100 cm.
30
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
P.ult = Pb + Ps
P.ult = Ab.(qcb + qca)/2 + Cs.Df. tf.
P.all = P.ult/FS
Dimana :
P.ult = Daya dukung ultimit (ton)
P.all = Daya dukung yang diijinkan (ton)
Ab = Luas penampang tiang ( m2 )
Cs = Keliling penampang tiang ( m )
qcb = Nilai qc rata-rata pada zona 4D di bawah ujung tiang
(t/m2)
qca = Nilai qc rata-rata pada zona 8D di atas ujung tiang (t/m2)
D = Diameter tiang (m)
Df = Kedalaman tiang pancang (m)
tf = Total friction hingga kedalaman pemancangan (t/m2)
Fs = Faktor keamanan
- Perhitungan Daya Dukung Bored Pile Berdasarkan Data SPT
Pult Pb Ps
Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus dihindari dari
pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan galian atau timbunan yang
berlebihan, dan hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah apabila dikemudian hari
akan dilakukan perubahan alinemen horizontal maupun vertikal tidak terlalu sulit dan
dengan biaya yang murah.
R
V
2
127f i
Harus diingat bahwa jari-jari tersebut di atas bukanlah bukanlah harga jari-
jari yang diinginkan tetapi merupakan nilai kritis untuk kenyamanan
mengemudi dan keselamatan. Dan perlu diperhatikan bila suatu tikungan
yang tajam harus diusahakan untuk jalan yang lurus dan diadakan perubahan
bertahap.
Vr
120 100 80 60 50 40 30
(km/jam)
32
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Tabel Error! No text of specified style in document..1. R minimum Untuk Setiap Kecepatan
Rencana
L t*v
32 > 26 1.25
26 > 21 1.50
1.75
21 > 19
2.00
19 > 16
2.25
16 > 15
33
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
beton dan 3,0 – 5,0 % untuk perkerasan macadam atau jenis perkerasan
lainnya dan jalan batu kerikil.
- Superelevasi
Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser ke samping dan
menjadikan pengemudi pada tikungan lebih nyaman. Tetapi, batas praktis
berlaku untuk itu. Ketika bergerak perlahan mengintari suatu tikungan
dengan superelevasi tinggi, maka bekerja gaya negatiff ke samping dan
kendaraan dipertahankan pada lintasan yang tepat hanya jika pengemudi
mengemudikannya ke sebelah atas lereng atau berlawanan dengan arah
lengkung mendatar. Nilai pendekatan untuk tingkat superelevasi maksimum
adalah 10 %.
- Pencapaian Kemiringan
Ada 2 metode untuk pencapaian kemiringan (gambar 2.1.). Umumnya, (a-1)
atau (b-1) lebih disukai daripada (a-2) atau (b-2).
(a-1) (b-1)
A C A
B’ B’
A’ A’
B B
(a-2) (b-2) C1 C2
C’
A
C B’
B
B’
A
B
A’ C1 C2
34
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
- Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan dipasang pada bagian awal, di ujung dan di titik balik
pada lengkungan untuk menjamin perubahan yang tidak mendadak jari-jari
lengkung, superelevasi dan pelebaran tikungan. Lengkung peralihan juga
membantu penampilan alinemen. Lengkung clothoide umumnya dipakai
untuk lengkung peralihan. Guna menjamin kelancaran mengemudi, panjang
lengkung peralihan yang ditunjukkan pada tabel dibawah adalah setara
dengan waktu tempuh 3 detik, panjang lengkung peralihan ini dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
L v*t
v/3,6 * t
R1
R1 R2 R1
R3
R1 R2 R2
Gambar Gambar
TIKUNGANGABUNGAN TIKUNGANBALIK
35
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
R2
R1 R3
R2 R1
R1
R1 R2
R4
Gambar Gambar
LENGKUNG PERALIHAN LENGKUNG PERALIHAN
yang di pasang pada yang di pasang pada
LENGKUNG GABUNGAN LENGKUNG BALIK
Jarak pandang henti adalah jumlah dua jarak, jarak yang dilintasi kendaraan
sejak saat pengemudi melihat suatu benda yang menyebabkan ia harus
berhenti sampai saat rem diinjak dan jarak yang dibutuhkan untuk
menghentikan kendaraan sejak saat penggunaan rem dimulai.
36
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
2
V
V 3,6
D *t
3,6 2*g*f
dimana : D : jarak pandang henti minimum, m
V : kecepatan rencana, km/jam
t : waktu tanggap 2,50 detik
g : kecepatan garvitasi = 9,80 m/det2
f : koefesien gesekan membujur = 0,3 sampai 0,4
E : ruang bebas samping (lihat gambar)
Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus dihindari dari
pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan galian atau timbunan yang
berlebihan, dan hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah apabila dikemudian hari
akan dilakukan perubahan alinemen horizontal maupun vertikal tidak terlalu sulit dan
dengan biaya yang murah.
Kelandaian
Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian 8 sampai
9% tanpa kehilangan kecepatan yang berarti, tetapi pada kendaraan truk akan
kelihatan dengan nyata. Untuk menentukan kelandaian maksimum, kemampuan
menanjak sebuah truk bermuatan maupun biaya konstruksi hrus diperhitungkan.
Suatu batas untuk panjang kelandaian yang melebihi maksimum standar, ditandai
bahwa kecepatan sebuah truk bermuatan penuh akan lebih rendah dari separuh
kecepatan rencana atau untuk jika persneling ‘rendah’ terpaksa harus dipakai.
Keadaan kritis demikian tidak boleh berlangsung terlalu lama. Untuk menentukan
panjang kritis pada suatu kelandaian dapat digunakan tabel 2.3. Panjang Kritis
Suatu Kelandaian
Lengkung Vertikal
Untuk menyerap guncangan dan jarak pandang henti, lengkung vertikal harus
disediakan pada setiap lokasi yang ada perubahan kelandaiannya. Lengkung
37
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
80 60 40
Tabel Error! No text of specified style in document..2. Panjang Kritis Suatu Kelandaian
Jarak Pandangan
C
A B
i1
i1
i2
Jarak Pandangan
A B
C
L vc D 2 *
398
38
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
L vs V 2 *
360
Ada enam langkah utama yang harus diikuti dalam perencanaan perkerasan jalan baru,
yaitu :
Umur Rencana
39
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka sampai
saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk diberi lapisan
permukaan yang baru.
w18 = D0 x DL x w18
Pada umumnya D0 diambil 0.5, sementara faktor distribusi lajur dapat dilihat
pada tabel 2.4. Faktor Distribusi Lajur
1 100
2 80 – 100
3 60 – 80
4 50 - 75
Tabel Error! No text of specified style in document..3. Faktor Distribusi Lajur
Reliabilitas (R)
40
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Koefisien Drainase
Kualitas drainase pada perkerasan lentur diperhitungkan dalam perencanaan
dengan menggunakan koefisien kekuatan relatif yang dimodifikasi. Faktor untuk
memodifikasi koefisien drainase ini adalah koefisien drainase (m). Tabel 2.7.
memperlihatkan nilai koefisien drainase yang merupakan fungsi dari kualitas
drainase dan persen waktu selama setahun struktur perkerasan akan
dipengaruhi oleh kadar air yang mendekati jenuh.
41
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
R ZR
(%)
50 - 0,000
60 - 0,253
70 - 0,524
75 - 0,674
80 - 0,841
85 - 1,037
90 - 1,282
91 - 1,340
92 - 1,405
93 - 1,476
94 - 1,555
95 - 1,645
96 - 1,751
97 - 1,881
98 - 2,054
99 - 2,327
99,9 - 3,090
99,99 - 3,750
Tabel Error! No text of specified style in document..5. Nilai Penyimpangan Normal
Standar
pada akhir umum rencana berdasarkan klasifikasi jalan dapat dilihat pada tabel
2.9.
Laston ≥4 ≤ 1000
KLASIFIKASI JALAN
ESAL
LOKAL KOLEKTOR ARTERI TOL
Koefisien Kekuatan Relatif masing – masing lapis perkerasan dapat dilihat pada
tabel 2.10.
Nilai Koef.
Nilai Nilai Modulus
Jenis lapisan Marshal Kekuatan
CBR Resilien
Stability Relatif
Lapis Pondasi
90% - 29.000 psi 0.14
Granular
Lapis Pondasi
40% - 17.000 psi 0.12
Bawah Granular
Asphalt Treated
- 800 kg 160.000 psi 0.30
Base
Tabel Error! No text of specified style in document..9. Koefisien Kekuatan Relatif
1. Penetapan lokasi jembatan baru berdasarkan peta topografi dan evaluasi hasil
survai pendahuluan pada jembatan dengan memperhatikan standar
perencanaan yang telah ditetapkan.
2. Untuk realinyemen akan dicantumkan titik pada jarak tiap 50 meter sepanjang
as baru, tangen point, SC, CS. dan beberapa titik lainnya yang perlu, rencana
bangunan-bangunan drainase akan ditetapkan Konsultan berdasarkan pertim-
bangan yang sesuai dengan keadaan setempat.
3. Untuk perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah akan disesuaikan
dengan hasil-hasil penyelidikan tanah maupun keadaan bahan bangunan. Untuk
jumlah serta panjang bentang, akan sesuai dengan keadaan topographi
setempat dengan memperhatikan standar bangunan atas yang akan ditentukan
oleh Pemberi Tugas.
4. Untuk konstruksi bangunan atas akan digunakan standard Bina Marga yang
ditentukan oleh Direktorat Bina Teknik cq. Sub Direktorat Teknik Jembatan dan
44
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Kriteria Perencanaan
Dalam perencanaan teknis jembatan, pihak konsultan perencana menggunakan
45
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
(beban P)
AH = kair x V
Dimana : AH : tekanan aliran air
V : kecepatan aliran air
K : koefisien aliran yang tergantung bentuk pilar
sebagai berikut:
bentuk persegi k = 0,075
bentuk bersudut < 30,0 k = 0,025
bentuk bundar k = 0,035
7. Gaya gesekan merupakan gaya akibat gesekan pada tumpuan yang terjadi
karena adanya pemuaian dan penyusutan. Gaya gesekan hanya ditinjau akibat
beban mati saja dan besarnya koefisien gesekan diasumsi 0,15 sesuai dengan
kondisi perletakan bangunan atas pada konstruksi pangkal/pilar.
8. Gaya rem merupakan gaya sekunder yang arah kerjanya searah memanjang
jembatan. Besarnya gaya akibat rem diperhitungkan sebesar 5% dari muatan
hidup (D) tanpa kejut. Letak titik tangkap gaya rem dianggap berada setinggi
1,80 meter dari permukaan lantai kendaraan.
9. Besarnya koefisien gempa disesuaikan dengan Petunjuk Perencanaan Tahan
Gempa untuk Jembatan Jalan Raya. Gaya gempa hanya berlaku untuk jembatan
permanen, dengan syarat-syarat:
46
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
(searah dan tegak lurus dari jembatan). Gaya gempa dihitung dengan
rumus:
G = Kh x M
Dimana :
G : gaya gempa pada suatu bagian struktur yang
ditinjau (kg)
Kh : koefisien gempa horisontal
M : berat bagian struktur yang didukung oleh bagian
struktur yang ditinjau
Pada perencanaan struktur atau bagian struktur, gaya gempa dianggap
bekerja pada titik berat struktur yang ditinjau. Pada perencanaan
bangunan bawah, gaya gempa akibat bangunan atas pada titik berat
konstruksi untuk gaya gempa melintang jembatan dan pada tepi bawah
perletakan untuk gaya gempa membujur jembatan. Koefisien gempa
dihitung dengan rumus:
Kh = Kr x ft x p x b
Dimana :
47
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
0.3.M p M a
Tg 2 .h 3
3.E.I .g
ft : 1,0 bila tinggi massa kurang dan tidak lebih dari 10,0 m diukur
dari permukaan poer
ft : 1 + (t – 10) / 100 bila tinggi massa lebih dari 10,0 m diukur
dari permukaan poer
t : ketinggian massa diukur dari permukaan poer (m)
Pembagian Kh sepanjang tinggi bangunan bawah dapat dilihat pada
gambar 2.6.
48
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Cos 2 ( ' )
Ka.p =
sin( ' ). sin( ' ) 2
Cos 2 .Cos( ).[1 ]
Cos( ).Cos
jika = 0, = 0; maka persamaan menjadi:
Cos 2 '
Ka.p =
Sin ( ' ).Sin ' 2
Cos .[1 ]
Cos
Cos 2 ( ' )
Ka.peq =
Sin ( ' ).Sin ( ' ) 2
Cos .Cos 2 .Cos( ).[1 ]
Cos( ).Cos( )
Dimana : Q : tan-1 e
49
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Tanah di belakang pangkal abutment merupakan tanah galian setempat yang ditimbun
kembali sesudah konstruksi pangkal selesai dengan kondisi dipadatkan, jadi
parameter tanahnya diasumsi sebagai berikut:
= 1.800,0 kg/m3
c = 0
= 25
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Kombinasi (I)
M + H + K + Ta + Tu, dengan koefisien 1,0
2. Kombinasi (II)
M + Ta + F + Ah + A + SR + Tm, dengan koefisien 1,25
3. Kombinasi (III)
M + H + K + Ta + R + F + Tu + A + SR + Tm + S, dengan koefisien 1,4
4. Kombinasi (IV)
M + Tag + G + F + Ahg +Tu, dengan koefisien 1,5
5. Kombinasi (I)
M + PI, dengan koefisien 1,3
6. Kombinasi (VI)
M + H + K + Ta + S + Tb, dengan koefisien 1,5
Dimana : M : muatan mati
H : muatan hidup
K : kejut
Tag : tekanan tanah akibat gempa
Ta : tekanan tanah aktif
Tb : gaya tumbuk
Tu : gaya angkat
Tm : gaya akibat perubahan temperatur
50
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
A : muatan angin
R : gaya rem
F : gaya gesek
Ah : aliran arus air sungai dan hanyutan
Ahg : aliran arus air sungai dan hanyutan waktu gempa
G : gaya akibat gempa
S : Gaya sentrifugal
PI : Gaya pada waktu pelaksanaan
SR : Gaya akibat susut rangkak
Angka Keamanan
Dalam analisa stabilitas bangunan, ditetapkan angka keamanan untuk guling, 1,5 dan
untuk geser 1,25.
51
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Pondasi Sumuran
Jika lapisan tanah pendukung beban berada tidak jauh di bawah dasar sungai,
pemilihan pondasi sumuran cukup tepat. Namun demikian panjang/tinggi pondasi
sumuran hendaknya dibatasi tidak lebih dari 8,0 m demi menjaga ketelitian kerja
dan juga kemudahan kerja.
52
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Jika lapisan tanah pendukung beban merupakan lapisan tidak keras atau lapisan
keras berada agak dalam namun daya lekatnya tinggi maka pemilihan penggunaan
pondasi Strauze Pile layak dipertimbangkan. Berdasarkan pertimbangan segi
praktis dan kemudahan pelaksanaan biasanya Strauze Pile tidak lebih dari 10,0 m.
53
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar perencanaan akhir tersebut akan diplot dalam kertas A3 yang selengkapnya
terdiri dari :
1. Umum (General)
Sampul.
Lembar Pengesahan.
Daftar Isi.
Legenda, symbol dan singkatan.
Peta Lokasi Pekerjaan.
Peta Sumber Material.
54
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Potongan Melintang
Skala horizontal 1:100 dan Vertikal 1:100
Untuk kondisi lurus interval dibuat per 50 m dan kondisi tikungan interval
dibuat per 25 m
4. Struktur
Detail Pondasi
Detail Bangunan Bawah Jembatan
Detail Bangunan Atas Jembatan
5. Gambar Standar
Rambu – Rambu Lalu Lintas
Marka Jalan
Patok Kilometer, Patok Pengarah, Rel Pengaman.
Saluran Samping
Gorong – Gorong
Dinding Penahan Tanah
Diagram super elevasi
55
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Laporan Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja dan hasil
dari survey pendahuluan
2. Laporan Bulanan
Adalah laporan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak konsultan
perencana pada setiap bulannya
a. Laporan Topografi
b. Laporan Hidrologi
c. Laporan Penyelidikan Tanah
56
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM
LAPORAN PENDAHULUAN
4. Laporan Antara
Berisi tentang data – data primer hasil survey lapangan, analisa data, serta draft
konsep perencanaan
5. Laporan Akhir
Merupakan laporan rangkuman semua kegiatan yang dilaksanakan secara garis
besar namun lengkap dan dapat dimengerti.
6. Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3 dengan
skala yang telah ditetapkan dalam standar Bina Marga.
7. Dokumen Lelang.
Adalah dokumen lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi
Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-Syarat
57
DETAIL ENGINEERING DESIGN JEMBATAN GIRDER DI RUAS JALAN PELANG – BATU TAJAM