Anda di halaman 1dari 56

PENDEKATAN METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

E.1. METODOLOGI KERJA

Metodologi kerja merupakan acuan untuk penyelesaian seluruh rangkaian


kegiatan pekerjaan dari DED Pembangunan fly over, Dengan acuan ini diharapkan
seluruh aspek pekerjaan dapat dilakukan seoptimal mungkin, sehingga diperoleh
efektifitas kerja dan efisiensi yang tinggi.

Sesuai dengan kerangka acuan kerja, hasil keluaran (output) yang diharapkan dari
pekerjaan ini adalah dokumen perencanaan pembangunan fly over.

Untuk dapat mencapai sasaran tersebut, maka dalam pelaksanaan pekerjaan


dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan pemahaman terhadap KAK dan pengenalan terhadap materi


layanan yang diperlukan.
2. Menyediakan tenaga ahli maupun tenaga asisten yang berpengalaman dalam
pekerjaan sejenis dan didukung oleh fasilitas penunjang yang memadai.
3. Melakukan pemahaman terhadap issue permasalahan yang ada, mencakup
kondisi exsisting, batasan-batasan yang ada, standar-standar perencanaan
dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
4. Melakukan DED terdahulu dengan berdasarkan peraturan perencanaan
jembatan terbaru serta mempertimbangkan poin c.

BAB E | 1
Dokumen Usulan Teknis

5. Melakukan kajian teknis secara umum, guna menetapkan kriteria desain dan
menentukan rencana kerja dan metoda pelaksanaan pekerjaan yang tepat
dan efektif.
6. Melakukan kegiatan pengumpulan data lapangan secara terinci yang akan
diperlukan sebagai masukan dalam proses perencanaan.
7. Melakukan kajian dan analisis terhadap semua data yang telah diperoleh,
melakukan perhitungan-perhitungan perencanaan teknis yang mencakup
perancangan geometrik jalan dan jembatan, analisis penyelidikan tanah,
analisis lalu lintas, perhitungan struktur pekerasan jalan, perencanaan
bangunan bawah dan bangunan atas, serta bangunan pelengkap lainnya.
8. Menyiapkan gambar rencana.
9. Melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan dan analisis harga satuan
pekerjaan serta menghitung perkiraan biaya proyek.
10. Menyiapkan dokumen pelelangan.
Secara kronologis, pekerjaan penyusunan rencana pembangunan fly over ini
dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) tahapan kegiatan utama sebagai berikut :

Tahap – I : Pendahuluan
 Persiapan.
 Penggunaan Data Survei terdahulu.
 Review desain
Tahap – II : Antara
 Survei detail.
 Penyusunan konsep perencanaan.
 Penyusunan pra-rancangan.
Tahap – III : Akhir
 Analisis.
 Penyiapan gambar rencana dan spesifikasi teknis.
Dokumen Usulan Teknis

 Perhitungan kuantitas dan analisa harga satuan.


 Penyiapan dokumen lelang dan laporan.
Secara lebih jelas, metodologi pekerjaan diilustrasikan dalam bagan alir
pelaksanaan sebagai berikut :

E.2. Tahapan Pekerjaan


Dokumen Usulan Teknis

BAB E | 4
1. TAHAP PENDAHULUAN 2. TAHAP ANTARA
3. TAHAP
AKHIR
1.1 PERSIAPAN 2.1 DATA SURVEI TERDAHULU 3.1 REVIEW PERENCANAAN 3.2 PENYIAPAN 3.3 PERHITUNGAN KUANTITAS 3.4. PENYIAPAN
TEKNIK GAMBAR RENCANA DAN ANALISA HARGA SATUAN DOKUMEN LELANG
• Mobilisasi SURVEI TOPOGRAFI DAN SPESIFIKASI TEKNIS DAN LAPORAN-LAPORAN
PERENCANAAN TEKNIS
• Koordinasi & Konfirmasi GEOMETRIK JALAN &
• Inventarisasi Data Awal JEMBATAN
SURVEI HIDROLOGI
1.2 SURVE I PENDAHULUAN
SURVEI GEOLOGI & GEOTEKNIK
PERENCANAAN TEKNIS
DRAINASE
• Studi Literatur
• Koordinasi Dengan Pihak Terkait
• Diskusi Perencanaan Lapangan
• Survei Pendahuluan Harga Satuan 2.2 PENYUSUNAN KONSEP PERENCANAAN TEKNIS
• Pengunaan Data Survei soil STRUKTUR FLY OVER
Investigation terdahulu REVIEW PERENCANAAN
• Pengunaan Data Survei Topografi
terdahulu
PENYIAPAN GAMBAR
Dokumen Usulan Teknis
• Pengunaan Data Survei Geologi & PERENCANAAN PONDASI
JEMBATAN / FLY OVER RENCANA
Geoteknik terdahulu PENYIAPAN DAFTAR
Pengunaan Data Survei Geologi & 2.3 PENYUSUNAN PRA-RANCANGAN
• KUANTITAS DAN
Geoteknik terdahulu
Pengunaan Data Survei Geometrik PERENCANAAN HARGA (BOQ)

BANGUNAN PELENGKAP,
Survei Pendahuluan Rencana
• terdahulu PENGAMANJALAN &
• Inventarisasi Kondisi Lapangan JEMBATAN

PERBAIKI
Eksisting BENAR

E.3. URAIAN METODOLOGI KONSEP METODE


PELAKSANAAN JEMBATAN
Disetujui
Pengguna
YA PERHITUNGAN
KUANTITAS CHECK
Jasa ?
PERBAIKI GAMBAR

PEKERJAAN

Rencana review kerja yang akan dilaksanakan


TIDAK
untuk menyelesaikan Pekerjaan DED SALAH
YA TIDAK
Pembangunan fly over , ini meliputi : CHECK.
Disetuji ?
PERBAIKI

a. Pemahaman mengenai maksud dan tujuan dari perencanaan fly over.


PERHITUNGAN /
ANALISA HARGA SATUAN

b. Persiapan.

PERBAIKI
PENYUSUNAN
SPESIFIKASI TEKNIS CHECK, YA
Disetujui ?
c. Inventarisasi data. PERBAIKI

TIDAK

d. Peta rencana kerja terdahulu. TIDAK


CHECK.
Disetuji ?
YA

e. Persiapan personil dan peralatan.


f. Pembuatan rencana kerja.
g. Pengumpulan data primer dan sekunder terdahulu.
h. Koordinasi dengan instansi terkait.

Jenis pekerjaan ini adalah melaksanakan review desain perencanaan fly over guna
sesuai berdasarkan peraturan perencanaan jembatan terbaru sehingga menunjang
pelaksanaan pekerjaan konstruksi fly over. Konsultan yang diberi tugas pekerjaan
ini wajib menyediakan jasa-jasanya seoptimal mungkin. Dengan demikian, maka
akan diperoleh hasil pekerjaan berupa dokumen perencanaan yang mencakup
segala persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan. Selanjutnya, dokumen
perencanaan dapat dipertanggung jawabkan dalam pelaksanaan kontrak
konstruksi/fisik dikemudian hari, serta diupayakan sekecil mungkin terjadinya
perubahan–perubahan, perbaikan–perbaikan, ataupun perencanaan tambahan
lainnya.

Untuk pelaksanaan survei tambahan jika ada data yang kurang lengkap atau
kondisi lapangan terbaru, maka konsultan mengamati kondisi lapangan dan
permasalahan desain yang mungkin timbul, dan berkonsultasi dengan berbagai
pihak seperti dengan Pemerintah dan Dinas Pekerjaan Umum untuk
mendiskusikan segala hal yang bersangkutan dengan pekerjaan fly over yang akan
ditangani.
BAB E | 5
Dokumen Usulan Teknis

Sebelum melakukan kegiatan survei kelengkapan (jika dibutuhkan) maka


konsultan mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan lokasi rencana
fly over, seperti peta situasi, peta tata guna lahan, dan dokumen-dokumen
pendukung lainnya dari perencanaan terdahulu. Studi pendahuluan dilakukan
pada area lokasi rencana fly over terkait perubahan pengembangan dari tahun 2012
hingga 2017.

E.3.1. Tahap Persiapan


Tahap persiapan ini merupakan kegiatan awal (inisiasi) dari seluruh
rangkaian kegiatan yang direncanakan. Sekalipun hanya berupa persiapan,
namun hasil dari tahap ini akan sangat berpengaruh pada proses
selanjutnya.
Secara umum terdapat 3 (tiga) kegiatan utama didalam tahap persiapan
ini, yakni :
a. Mobilisasi.
b. Koordinasi dan konfirmasi.
c. Inventarisasi data awal.
E.3.2. Survei Pendahuluan
Review survei pendahuluan merupakan pengecekan atau pembandingan
data survei terdahulu dangan kondisi lapangan saat ini sebagai panduan
pelaksanaan survei di lapangan yang meliputi kegiatan :
a. Studi literatur
Pada tahapan ini, tim harus mengumpulkan data pendukung
perencanaan baik data sekunder maupun data laporan studi kelayakan
(FS), laporan Studi amdal (bila ada).

b. Koordinasi dengan instansi terkait


Tim melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi/unsur-
unsur terkait di daerah sehubungan dengan dilaksanakannya survei
pendahuluan.

c. Diskusi perencanaan di lapangan

BAB E | 6
Dokumen Usulan Teknis

Tim bersama-sama melaksanakan survei dan mendiskusikannya yang


kemudian membuat usulan perencanaan di lapangan dari setiap
bagian demi bagian sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing
serta membuat sketsa yang dilengkapi catatan-catatan dan kalau perlu
membuat tanda di lapangan berupa patok yang dilengkapi foto-foto
penting serta identitasnya masing-masing yang akan disempurnakan di
kantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah kembali.

d. Survei pendahuluan upah, harga satuan dan peralatan


Tim melaksanakan pengumpulan data upah, harga satuan, dan data
peralatan yang akan digunakan.

e. Mengidentifikasi kondisi existing


1. Mengidentifikasi kondisi existing jalan dan simpangan, dengan
pengamatan secara visual serta menentukan jenis metoda
penanganan dan pengujian dengan peralatan yang sesuai.
2. Menetapkan lokasi posisi fly over untuk pembangunan fly over,
setelah berdiskusi dengan bridge engineer, geoteknik engineering,
hidrologi engineering dan engineer lainnya berdasarkan
pengamatan lapangan.
3. Menetapkan perkiraan elevasi, jenis dan susunan/konfigurasi
bentang fly over serta teknis pelaksanaan atau ereksinya.
4. Mencatat material yang tersedia di sekitar lokasi jembatan, dan
menyarankan jenis fly over yang paling efisien sesuai dengan
material yang ada di lokasi tersebut.
5. Membuat sketsa situasi rencana fly over serta profil jalan pada
lokasi fly over.
E.3.3. Survei Detail
Data survei detail telah ada dari perencanaan sebelumnya. Namun apabila
ada kekurangan data atau terdapat perubahan kondisi lapangan terbaru,
maka dapat dilaksanakan kembali survei detail sesuai kebutuhan.

BAB E | 7
Dokumen Usulan Teknis

Untuk mengetahui secara rinci semua asumsi yang digunakan dalam tahap
perencanaan serta mendapat parameter penting bagi perencana fly over,
diperlukan serangkaian studi detail pengumpulan data sebagai berikut :
a. Survei Topografi
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan tanah
sepanjang rencana trase jalan dan fly over di dalam koridor yang
ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1:500.

1. Lingkup Pekerjaan
1.a. Pemasangan patok-patok :
 Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran
15x15x75 cm atau pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan
adukan beton dan di atasnya dipasang neut dari baut,
ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM
dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi rencana fly
over dipasang minimal 4, masing-masing 1 (satu) pasang di setiap
sisi sungai disekitar sungai yang posisinya aman dari gerusan air
sungai.
 Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di
atas tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang
Kementerian Pekerjaan Umum, notasi dan nomor BM dengan
warna hitam. Patok BM yang sudah terpasang, kemudian difoto
sebagai dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat
serta elevasi.
 Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok
kayu yang cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm,
panjang sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya
diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku, ditanam dengan
kuat, bagian yang masih nampak diberi nomor dan dicat warna
BAB E | 8
Dokumen Usulan Teknis

kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan patok bantu.


 Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah
sekitar patok diberi tanda-tanda khusus.
 Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok,
misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di atas
permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sifat datar ditandai
dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
1.b. Pengukuran titik kontrol horizontal
 Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem
poligon, dan semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik
poligon.
 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter,
diukur dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis
ataupun elektronis.
 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan
ketelitian baca dalam detik.
 Penentuan koordinat awal dilakulkan pada titik awal dan titik
akhir pengukuran dengan menggunakan alat GPS (Global
Positioning System Geodetic yang mempunyai presisi tinggi
maksimal sampai desimeter).
1.c. Pengukuran titik kontrol vertical
 Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/
pembacaan pergi-pulang.
 Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran
(poligon, sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
 Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik,
berskala benar, jelas dan sama.

BAB E | 9
Dokumen Usulan Teknis

1.d. Pengukuran situasi


 Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
1.e. Pengukuran pada perpotongan rencana trase fly over dengan
jalan.
 Koridor pengukuran searah rencana trase fly over masing-masing
minimum 250 m dari garis tepi sungai/jalan atau sampai pada
garis pertemuan antara oprit fly over dengan jalan dengan
interval pengukuran penampang melintang rencana trase jalan
sebesar 25 meter.
 Pada posisi lokasi fly over interval pengukuran penampang
melintang dan memanjang baik terhadap sungai maupun jalan
sebesar 10 m, 15 m, dan 25 m.
1.f. Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang
dibentuk alam maupun manusia disekitar persilangan tersebut.
1.g. Keluaran survei Topografi meliputi :
 Laporan survei Topografi meliputi:
- Data pengukuran dan hitungan pengukuran topografi
yang telah diterima.
- Data Koordinat dan elevasi bench mark.
- Foto dokumentasi proses pengukuran dan bench mark.
b. Survei Geoteknik
Tujuan yang utama dari penyelidikan geoteknik di lapangan dan bawah
permukaan adalah untuk memberikan informasi tentang kondisi bawah
permukaan tanah, bahaya geoteknik, potensi masalah yang mungkin
terjadi di lapangan akibat kondisi tanah asli serta solusi
permasalahannya.

a) Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan
peta dasar topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan
BAB E | 10
Dokumen Usulan Teknis

kondisi geoteknik disepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak


500 – 1000 meter dan pada lokasi fly over dilakukan menggunakan
lembar isian.

b) Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna,
perkiraan presentase butiran kasar/halus) sesuai dengan metoda
USCS.

c) Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah mencakup seluruh penyelidikan lokasi kegiatan
berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang didapat dari hasil tes dengan
peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan material guna
menentukan jenis/ tipe pondasi yang tepat.

- Investigasi Geoteknik
Pekerjaan investigasi geoteknik ini perlu dilakukan untuk
rencanalokasi jembatan dengan mobilisasi peralatan mesin bor
dengan kelengkapannya dan peralatan penunjang lainnya untuk
penentuan posisi titik penyelidikan, dengan kedalaman sampai
ditemukan pada lapisan tanah keras dengan nilai 3xNSPT≥60. Pada
setiap boring dilakukan pengujian SPT dan pengambilan Un
Disturbed Sampling (UDS) untuk setiap perubahan lapisan tanah
atau maksimum 5 meter dengan menggunakan open tube atau
tabung shelby.

- Pengeboran (Boring)
Pengeboran dilakukan sesuai dengan ASTM D 2113-83(1983)
Pengambilan Un Disturbed Sampling (UDS) didarat harus dilakukan
dengan menggunakan tabung Shelby atau open tube dengan
panjang 70 cm dan diameter luar 73 mm, sesuai dengan dengan
ASTM D 1587 (1983). untukUn Disturbed Sampling (UDS) di air
harus dilakukan dengan menggunakan piston. UDS dilaksanakan
dengan mendorong tabung peralahan menggunakan mesin bor
hidraulik. Setelah contoh tanah diperoleh, kedua sisi dari tabung

BAB E | 11
Dokumen Usulan Teknis

harus ditutup dengan paraffin untuk menghindari panas, gesekan


dan mempertahankan air dari tanah tersebut.

- Pengujian Standard Penetration Test ( SPT)


Harus dilakukan dengan menggunakan “spoon sampler” atau “split
spoon sampler” dengan panjang 18 inch (45.79 cm) tanpa penutup
atau 70.70 cm dengan penutup dan diameter dalam 3/8 inch (35
mm).

- Pengujian Cone Penetration Test (CPT)


Pengujian Sondir/CPT dengan kapasitas 2.5 Ton. Hasil CPT harus
dipresentasikan dalam grafik CPT yang memberikam informasi
mengenai tahanan ujung, tahan geser lokal, perbandingan tahan
gesek dengan tahan ujung dan tahanan gesek total.

- Pengujian laboratorium
Pengujian laboratorium tarhadap sampel-sampel tanah dan batuan
yang didapat. Pengujian laboratorium yang harus dilakukan :

 Index ProportiesTanah dan Batuan


Penentuan Index Properties tanah dan batuan yang didapat,
yaitu meliputi specific gravity, water content, berat volume,
Atterberg Limit, dan analisis saringan. Berdasarkan hasil test-
test tersebut perlu dilakukan klasifikasi tanah menurut USCS.

 Pengujian Kuat Geser Tanah


Penentuan kuat geser tanah ini harus dilakukan dengan
melakukan pengujian berikut:

 Pengujian Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)


apabila sampel tanah berupa tanah kelempungan.
 PengujianGeserLangsung (Direct Shear Test) apabila sampel
tanah berupa tanah kepasiran.
 Pengujian Kuat Geser Triaxial (Triaxial Test) apabila sampel
tanah berupa tanah kelempungan, yang meliputi:

BAB E | 12
Dokumen Usulan Teknis

 Tes Triaxial Unconsolidated Undrained (UU) dengan


penjenuhan dan Tes Triaxial Consolidated Undrained (CU)
dengan pengukuran tekanan air pori untuk mendapatkan
parameter kuat total dan efektif.
d) Lokasi Quary
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur fly
over, maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang
ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan,
perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-
kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penambangannya,
dilengkapi dengan foto-foto.

E.3.4. Standar Peraturan dan Kriteria Perencanaan


a. Perencanaan Teknis Geometrik Jalan dan Jembatan
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan rute dari suatu ruas
jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan
dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau dari hasil survei
lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang
berlaku.

Pada dasarnya perencanaan geometrik jalan dan jembatan adalah


menyangkut antara lain :
1. Alinyemen Horizontal (situasi/plan)
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang
horizontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama “situasi
jalan” atau “trase jalan”.

BAB E | 13
Dokumen Usulan Teknis

Pada perencanaan alinyemen horizontal, umumnya akan ditemui


dua jenis bagian jalan, yaitu bagian lurus, dan bagian lengkung atau
umum disebut tikungan yang terdiri dari :

a) Lingkaran penuh (Full Circle = FC)


b) Spiral–Lingkaran–Spiral (S-C-S)
c) Spiral–Spiral (S-S).

Gambar E.1. Komponen FC (Full Circle)


Keterangan :

Δ = sudut tikungan
O = titik pusat lingkaran
Tc = panjang tangen jarak dari TC ke PI atau PI ke CT
Rc = jari-jari lingkaran
Lc = panjang busur lingkaran
Ec = jarak luar dari PI ke busur lingkaran

BAB E | 14
Dokumen Usulan Teknis

Gambar E.2. Komponen S – C – S


Keterangan :

Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak lurus
lengkung peralihan)
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak
lurus ke titik SC pada lengkung
Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC atau CS ke
ST)
Lc = panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)
Ts = panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
TS = titik dari tangen ke spiral
SC = titik dari spiral ke lingkaran
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran
s = sudut lengkung spiral
Rc = jari-jari lingkaran
p = pergeseran tangen terhadap spiral
k = absis dari p pada garis tangen.

BAB E | 15
Dokumen Usulan Teknis

Gambar E.3. Komponen S – S

2. Alinyemen Vertical (potongan memanjang/profil)


Alinyemen vertical adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada
setiap titik yang ditinjau, berupa profil memanjang.
Pada perencanaan alinyemen vertical akan ditemui kelandaian
positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga
kombinasinya berupa lengkung cembung dan cekung. Disamping
kedua lengkung tersebut ditemui pula kelandaian = 0 (datar).
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keadaan topografi yang dilalui
oleh route jalan rencana. Kondisi topografi tidak saja berpengaruh
pada perencanaan alinyemen horizontal, tetapi juga mempengaruhi
perencanaan alinyemen vertical.
a) Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan untuk menentukan
elemen-elemen geometrik jalan raya. Hal-hal yang
bersangkutan dengan kecepatan adalah jari-jari lengkungan,
superelevasi dan jarak pandangan.

BAB E | 16
Dokumen Usulan Teknis

b) Jari-Jari Minimum
Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan (V)
akan menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan
tidak stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut,
perlu dibuat suatu kemiringan melintang jalan pada tikungan
yang disebut superelevasi (e). Untuk kecepatan tertentu dapat
dihitung jari-jari minimum untuk superelevasi maksimum dan
koefisien gesekan maksimum.
c) Perencanaan Tikungan
Nilai kelandaian suatu jalan ditentukan oleh kemampuan
menanjak sebuah truk bermuatan dan biaya konstruksi yang
tersedia. Oleh karena itu ada dua kelandaian maksimum yaitu
kelandaian maksimum standar dan kelandaian maksimum
mutlak.
Bila kelandaian melebihi maksimum kendaraan, maka panjang
kelandaiannya harus dibatasi. Dalam hal ini yang dibatasi
adalah waktu tempuh pada kelandaian-kelandaian yang
melebihi maksimum standar hingga 1 menit.
d) Kelandaian
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian berikutnya,
dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertical. Lengkung
vertical direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.
e) Jenis lengkung vertical dilihat dari titik perpotongan kedua
bagian yang lurus (tangens) adalah :
1) Lengkung vertikcal cekung, adalah suatu lengkung dimana
titik perpotongan antara kedua tangen berada di bawah
permukaan jalan.
BAB E | 17
Dokumen Usulan Teknis

2) Lengkung vertical cembung, adalah lengkung dimana titik


perpotongan antara kedua tangen berada di atas
permukaan jalan yang bersangkutan.

Lv

g2 ½ Lv g1

PLV PTV

Ev
PVI

Gambar E.4. Lengkung Vertical Cekung

PVI
Ev

PLV PTV
½ Lv
g2 g1

Lv

Gambar E.5. Lengkung Vertical Cembung

3) Kelandaian Rencana :
g1 = dalam %
g2 = dalam %
4) Perbedaan aljabar untuk kelandaian :
A = g1 ± g2
5) Jarak Pandang Henti :

BAB E | 18
Dokumen Usulan Teknis

Dimana :
Jh = jarak pandang henti (m)
VR = kecepatan rencana (km/jam)
t = waktu tanggap (detik)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
f = koefisien gesek
6) Jarak Pandang Mendahului
Jd = d1 + d2 + d3 + d4

Dimana :
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)

d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan


kembali ke lajur semula

d3 = jarak antar kendaraan yang mendahului dengan


kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah
proses mendahului selesai (m)

VR km/jam 50 - 65 65 - 80 80 - 95 95 - 110
d3 (m) 30 55 75 90

d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari


arah berlawanan

Dimana :
T1 = waktu tempuh (detik), ∞ 2,12 + 0,026 VR

BAB E | 19
Dokumen Usulan Teknis

T2 = waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik), ∞ 6,56 +


0,048 VR
a = percepatan rata-rata, (km/jam/detik), ∞ 2,052 + 0,0036
VR
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan
kendaraan yang disiap, (biasanya diambil 10 – 15
km/jam).
7) Panjang Lengkung Vertical :
Berdasarkan jarak pandang henti Jika jarak pandang henti lebih

kecil dari panjang lengkung vertical (Jh < Lv) :

Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung

vertical (Jh > Lv) :


Berdasarkan jarak pandang mendahului
Jika jarak pandang mendahului lebih kecil dari panjang lengkung
vertical (Jd < Lv) :

Jika jarak pandang mendahului lebih kecil dari panjang lengkung


vertical (Jd < Lv) :

8) Pergeseran vertical:

3. Potongan Melintang (cross section).

BAB E | 20
Dokumen Usulan Teknis

Penampang melintang jalan dan fly over merupakan potongan


melintang tegak lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang jalan
dan fly over dapat terlihat bagian-bagian jalan.

b. Perencanaan Perkerasan Jalan (Oprit Jembatan)


Kegiatan perencanan jalan dalam pekerjaan ini antara lain meliputi :

1. Perencanan subgrade Jalan pada rencanan oprit fly over.


2. Perencanan pondasi jalan pada rencana oprit fly over.
3. Perencanaan lapisan permukaan Jalan pada rencana oprit fly over.
4. Rujukan yang dipakai antara lain Metoda Analisi Komponen,
AASHTO, Ausroads Pavement Design 2000, RDS.

c. Pengamatan hidrologi
Pekerjaan ini akan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Penentuan hujan rata-rata dari beberapa stasiun.
Penentuan hujan rata-rata dilakukan dengan beberapa metoda
salah satu diantaranya metoda rata-rata aritmatic berdasarkan
formula berikut :

Dimana :
d = Nilai hujan rata-rata (mm)
dA, dB = Curah hujan dari stasiun A dan B
N = Jumlah stasiun.
2. Analisis frekuensi
Analisis ini bertujuan untuk memperkirakan besar hujan dengan
periode ulang tertentu. Banyak metoda yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis frekuensi diantaranya adalah distribusi normal,
log normal distribusi, preaseontipe 3, gumbel tipe 1 dan log gumbel.
3. Intensitas curah hujan

BAB E | 21
Dokumen Usulan Teknis

Perkiraan yang akurat mengenai intensitas, durasi dan periode


ulang hujan rencana pada suatu daerah akan sangat tergantung
pada ketersediaan data yang ditentukan. Salah satu metoda yang
dapat digunakan untuk memperkirakan intensitas hujan adalah
metoda DR Mononobe dengan persyaratan sebagai berikut :

i=

Dimana :
It = Intensitas hujan dengan periode ulang t tahun
(mm/jam)
Rt = Hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)
t = Durasi jam (jam)
m = 2/3.
4. Penentuan dimensi saluran samping
5. Penentuan dimensi gorong-gorong
Skema metodologi perencanaan drainase seperti terlihat pada
Error: Reference source not founddi bawah ini :

BAB E | 22
Dokumen Usulan Teknis

Data

Analisis Frekuensi

Perhitungan Waktu Konsentrasi

Perhitungan Intensitas Hujan

Perhitungan Debit Banjir

Muka Air Banjir Perencanaan Penampang Saluran

Gambar E.6. Metodologi Perencanaan Sistem Drainase

d. Perencanaan Teknis Struktur Fly Over


1. Peraturan dan Referensi
Perencanaan teknis suatu fly over tidak terlepas dari tujuan utama
yaitu pembuatan fasilitas jembatan. Pada prinsipnya perencanaan
teknis fly over dimulai dengan pemilihan konstruksi jembatan yang
sesuai dengan kriteria-kriteria teknis dan non-teknis, adapun
perencanaan fly over meliputi perencanaan bangunan atas,
perencanaan bangunan bawah dan perencanaan jalan pendekat fly
over dimana pada perencanaan tersebut konsultan akan mengacu
kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam
perencanaan jembatan.

BAB E | 23
Dokumen Usulan Teknis

Perencanaan bangunan atas dan bangunan bawah fly over termasuk


bangunan pelengkap mengacu kepada Peraturan Perencanaan
Teknis Jembatan Indonesia yaitu :
a) Bridge Management System (BMS) 1992 bagian BDC (Bridge
Design Code) dengan revisi pada :
1) Bagian 2 dengan Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI T-
02-2005), sesuai-Kepmen PU No. 498/KPTSIM/2005.
2) Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk
Jembatan (SK.SNI T-12-2004), sesuai Kepmen PU No.
26O/KPTSIM/2004.
3) Bagian 7 dengan Perencanaan struktur baja untuk
jembatan (SK.SNI T-03-2005). Sesuai Kepmen PU No.
498/KPTS/M/2005.
b) Bridge Management System (BMS) 1992 bagian BDM (Bridge
Design Manual).
c) Perencanaan geometrik jalan raya yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga No. 13/ 70.
d) SNI 1725:2016 Pembebanan untuk jembatan.
e) SNI 2833:2016 Perencanaan Jembatan Terhadap beban gempa.
f) Perencanaan dan pelaksanaan timbunan ringan mengacu pada
pedoman berikut ini, atau yang setara:
 SE No. 42/SE/M/2015 tentang Pedoman Perencanaan
Teknis Timbunan Material Ringan Mortar-Busa untuk
Konstruksi Jalan;
 SE No. 44/SE/M/2015 tentang Pedoman Perancangan
Campuran Material Ringan dengan Mortar Busa untuk
Konstruksi Jalan;

BAB E | 24
Dokumen Usulan Teknis

 SE No. 41/SE/M/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan


Timbunan Material Ringan Mortar-Busa untuk Konstruksi
Jalan;
 SE No. 46/SE/M/2015 tentang Pedoman Spesifikasi
Material Ringan dengan Mortar Busa untuk Konstruksi
Jalan.
 Persyaratan untuk pengujian material timbunan ringan
harus mengacu pada pedoman seperti yang dinyatakan
pada poin tentang material timbunan.
g) Rujukan lain yang berkaitan dengan perencanaan jembatan.
h) Peraturan-peraturan lain yang berhubungan/berkaitan dengan
perencanaan jembatan jalan raya.
1) Jenis dan kelas jembatan termasuk pembebanan (BM) yang
digunakan terhadap lalu lintas jembatan yang ada akan
ditetapkan kemudian oleh Project Officer dan PPK.
2) Bila digunakan bangunan atas standard, supaya
menggunakan ketentuan dalam manual yang disertakan
sebagai satu kesatuan dengan material.
2. Parameter Desain Jembatan/ fly over
a) Umur Rencana jembatan standar 50 tahun dan jembatan
khusus 100 tahun.
b) Pembebanan jembatan menggunakan BM 100.
c) Geometrik :
1) Lebar jembatan/ fly over minimum 1+7+1 meter (Kelas A)
pada jalan Nasional.
2) Geometrik vertical berupa kemiringan melintang 2% pada
lantai jembatan dan kemiringan memanjang maksimal 5%.
3) Clerance vertical di atas jembatan/ fly over minimal 5,1 m.
BAB E | 25
Dokumen Usulan Teknis

4) Clerance vertical dan horizontal di bawah jembatan/ fly


over disesuaikan kebutuhan lalu lintas kapal, kendaraan
darat dan bila tidak ada kapal diambil free board sebesar
minimal 1,5 dari muka air banjir.
5) Dihindari tikungan diatas jembatan dan oprit.

d) Material :
Material utama yang dipakai adalah sebagai berikut:
Bore pile ø1000 mm : K-350
Pile cap : K-350
Abutment : K-350
Box Girder : K-500
Parapet : K-250
Tulangan D < 13mm : BJTD24, Fy = 240 N/mm2
Tulangan D > 13mm : BJTD40, Fy = 400 N/mm2

e) Untuk memudahkan validasi koreksi atas gambar rencana,


gambar rencana diusahakan sebanyak mungkin dalam bentuk
gambar tipikal.
3. Pembebanan
a) Aplikasi Pembebanan Lalu Lintas
Beban lalu lintas untuk rencana jembatan dan jalan raya terdiri
dari pembebanan lajur “D” dan pembebanan truk “T”.
Pembebanan lajur “D” ditempatkan melintang pada lebar
penuh dari jalan kendaraan jembatan dan menghasilkan
pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan rangkaian
kendaraan sebenarnya. Jumlah total pembebanan lajur “D”

BAB E | 26
Dokumen Usulan Teknis

yang ditempatkan tergantung pada lebar jalan kendaraan


jembatan.
Pembeban “T” (truk) adalah kendaraan berat tunggal dengan
tidak gardan yang ditempatkan dalam kedudukan sembarang
pada lajur lalu lintas rencana. Tiap gardan terdiri dari dua
pembebanan bidang kontak yang dimaksud agar mewakili
pengaruh roda kendaraan berat. Hanya satu truk “T” boleh
ditempatkan per-lajur lalu lintas rencana.
Umumnya, pembebanan “D” akan menentukan untuk bentang
sedang sampai panjang dan pembebanan “T” akan menentukan
untuk bentang pendek dan sistem lantai.
1) Beban Lajur “D” terdiri dari beban merata (UDL) yang
dikombinasikan dengan beban garis (KEL) seperti tampak
pada gambar 3.8 di bawah ini.
2) Beban merata UDL dengan intensitas q kPa, dengan q
tergantung pada panjang yang dibebani total (L) sebagai
berikut :
L <30 m : q = 9.0 kPa
L > 30 m : q = 9.0 (0.5+15/L) kPa

Gambar E.7. Beban Lajur D


3) Beban garis satu KEL dengan intensitas p kN/m
ditempatkan dalam kedudukan sembarang sepanjang

BAB E | 27
Dokumen Usulan Teknis

jembatan/ fly over dan tegak lurus pada arah lalu lintas.
Besarnya adalah 49.0 kN/m
4) Beban Truk “T”
Beban Truk “T” terdiri dari beban traktor, truk dan semi-
trailer dengan beban sumbu dan konfigurasinya seperti
tampak pada Error: Reference source not foundE.8 Beban
dari tiap sumbu dibagi merata menjadi dua beban merata,
yang mewakili luas tapak roda. Jarak antara sumbu
bervariasi antara 4.0 m sampai 9.0 m bertujuan untuk
menghasilkan efek maksimum longitudinal.

0.5 1.75 m 0.5


5 4 to 9
m m 2.75 m

50 kN 225 kN 225 kN
kN kN
125mm 25 kN 500mm 112.5 500mm 112.5 kN
kN

2,75 m

125mm 25 kN 500mm 112.5 500mm 112.5 kN


kN

200mm 200mm 200mm

Gambar E.8.Beban Truk “T”


b) Tumbukan
Untuk mempertimbangkan kekuatan akibat beban dinamis dan
vibrasi, tegangan akibat beban “D” dikalikan dengan faktor
kejut. Koefisien kejut hanya dipakai pada beban garis (KEL).
Beban “T” dan beben merata “q” dari “D” tidak dikaitkan
koefisien kejut.
c) Distribusi Beban
BAB E | 28
Dokumen Usulan Teknis

Distribusi beban diperhitungkan dengan plat orthotropic atau


system grid yang memerlukan analisa struktur secara
terperinci.
d) Beban Angin
Beban angin 100 kg/m2 akan diberikan pada bidang vertical
struktur atas Overpass.
Bila kendaraan sedang berada di atas overpass, beban garis
merata tambahan gaya arah horizontal harus ditambahkan
pada permukaan lantai.
e) Gaya Gempa
Gaya gempa ditentukan berdasarkan Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya, PU, SNI 03 –
2833 – 1992.
f) Gaya Sentrifugal
Struktur dengan denah lengkung harus mempertimbangkan
gaya sentrifugal dengan presentasi beban “D” tanpa faktor
kejut pada seluruh jalur lalu lintas. Gaya pada plat overpass
dapat ditentukan dengan rumus:

S = 0,79 x

Dimana :
S = Gaya sentrifugal
V = Kecepatan (km / jam)
R = Radius lengkung

g) Rem dan Gaya Traksi

BAB E | 29
Dokumen Usulan Teknis

Peraturan menentukan pengaruh gaya longitudinal sebesar 5%


beban “D” tanpa faktor kejut untuk seluruh lajur dengan arah
lalu lintas sama.
Seluruh lajur ditinjau akan menjadi satu arah lalu lintas di masa
yang akan datang.
Gaya longitudinal bekerja pada ketinggian 1,8 meter dari
permukaan overpass.
h) Gaya Tumbukan
Perhitungan gaya tumbukan pada pier akibat kendaraan,
berdasarkan pada 2 (dua) kriteria sebagai berikut :
1) Longitudinal terhadap arah lalu lintas = 100 ton.
2) Pada 900 (tegak lurus) arah lalu lintas = 50 ton.
Gaya tumbukan bekerja 1,8 meter di atas permukaan jalan.
i) Beban Gempa
Struktur jembatan termasuk ke dalam struktur sederhana
sehingga beban gempa dapat dihitung dengan analisis statik
ekivalen. Beban rencana gempa minimum didapatkan dari
rumusan berikut:

dimana

BAB E | 30
Dokumen Usulan Teknis

Koefisien geser dasar C didapatkan berdasarkan wilayah


gempa, kondisi tanah, serta periode struktur. Periode struktur
dapat ditentukan berdasarkan rumus berikut:

Wilayah gempa dari jembatan ini adalah bedasarkan peta zona


gempa Indonesia di bawah ini.

Gambar E.9. Peta percepatan puncak di batuan dasar SB untuk


probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun

BAB E | 31
Dokumen Usulan Teknis

Gambar E.10. Peta respons spektra percepatan 0.2 detik di batuan dasar
untuk probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun.

Gambar E.11. Peta respons spektra percepatan 1 detik di batuan dasar


untuk probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun.

BAB E | 32
Dokumen Usulan Teknis

Kelas situs adalah Tanah Lunak (SE) dan Faktor ampilifikasi


meliputi faktor ampilifikasi faktor amplifikasi getaran terkait
percepatan pada getaran periode nol detik (FPGA), faktor
amplifikasi periode pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait
percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (Fv) yang
digunakan diperlihatkan dalam tabel berikut:

Tabel E.1 Faktor amplifikasi untuk periode 0 detik dan 0.2 detik
(FPGA/Fa)

Tabel E.2 Faktor amplifikasi untuk periode 1 detik (Fv)

Faktor reduksi untuk perencanaan jembatan dapat diambil dari


tabel berikut.
Tabel E.3 Faktor modifikasi respons (R) untuk bangunan bawah

BAB E | 33
Dokumen Usulan Teknis

Gambar E.12. Respon Spektrum Kep. Meranti – Tanah Lunak

j) Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan adalah sebagai berikut.

Tabel E.4 Kombinasi pembebanan

BAB E | 34
Dokumen Usulan Teknis

Dengan faktor beban Ultimit:

 Berat sendiri : 1 (Struktur rangka


baja)
 Beban mati tambahan utilitas dan aspal :2
 Beban lalu lintas : 1.8
 Beban akibat penurunan :1
 Beban pengaruh temperature Uniform : 1.2
 Beban pengaruh temperature Gradient :1
 Beban gempa :1
Analisis dalam arah lateral dan longitudinal dilakukan untuk
mendapatkan pengaruh yang paling maksimum atau yang paling kritis.

4. Pemilihan Tipe Struktur

BAB E | 35
Dokumen Usulan Teknis

Pemilihan sistem struktur jembatan, di samping


mempertimbangkan aspek teknis, juga dipertimbangkan aspek
biaya pembangunan, kemampuan bentang sistem struktur
jembatan tertentu dan metoda pelaksanaan yang dapat dilakukan.

Berdasarkan literatur mengenai konstruksi jembatan, bentang


optimum yang ekonomis dapat dikelompokkan seperti Tabel E.5 di
bawah:

Disamping pertimbangan-pertimbangan ketentuan tersebut diatas,


pemilihan jembatan juga ditentukan oleh aspek-aspek seperti
diuraikan di bawah ini :

a) Lokasi jembatan dipilih pada jarak terpendek.


b) Bahan konstruksi jembatan dipilih yang biaya perawatannya
selama umur rencana jembatan termurah.
c) Pemilihan sistem konstruksi jembatan harus
mempertimbangkan agar lokasi pilar/pylon tidak mengganggu
alur pelayaran.
d) Kondisi tanah sebagai pendukung pondasi jembatan dan
kedalaman sungai dapat menentukan lokasi penempatan
pilar/pylon yang akan mempengaruhi juga pemilihan sistem
konstruksi jembatan.
e) Estetika bentuk jembatan harus serasi dengan alam
lingkungannya.

Tabel E.5 Bentang Optimum Jembatan yang Ekonomis


BAB E | 36
Dokumen Usulan Teknis

Bentang
No. Tipe Jembatan Optimum Keterangan
(Meter)
I. Beton Bertulang:

1. Gelegar utama berupa balok Sampai 25 Penampang berbentuk


diatas 2 tumpuan segi empat (masif atau
berlubang), bentuk huruf
T, I dan lain-lain

2. Gelegar utama berupa balok 30 – 50


diatas beberapa tumpuan atau
dengan cantilever

Gelegar beton bertulang


tidak dapat dilaksanakan
secara segmental.

II. Beton Pratekan:

1. Gelegar utama berupa balok 20 – 50


diatas 2 tumpuan

2. Gelegar utama berupa balok 50 – 80


diatas beberapa tumpuan

III. Konstruksi Baja:

1. Gelegar utama berupa balok Sampai 30


diatas 2 tumpuan

2. Gelegar utama berupa balok


diatas beberapa tumpuan
30 – 50

3. Konstruksi utama berupa rangka 40 – 300


baja
BAB E | 37
Dokumen Usulan Teknis

5. Perencanaan Bangunan Bawah


a) Perencanaan struktur bawah menggunakan Limit States atau
rencana keadaan batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan
Serviceability Limit States (SLS).
b) Abutment :
1) Abutment tipe cap dengan tinggi tipikal 1,5 – 2 meter
2) Abutment tipe kodok dengan tinggi tipikal 2 – 3,5 meter
3) Abutment tipe dinding penuh dengan tinggi tipikal > 4
meter.
c) Pilar :
1) Pilar balok cap
2) Pilar dinding penuh
3) Pilar portal satu tingkat
4) Pilar portal dua tingkat
5) Pilar kolom tunggal (dihindarkan untuk daerah zona gempa
besar).
d) Struktur bawah
Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku
jangka panjang material dan kondisi lingkungan, antara lain :

selimut beton yang digunakan minimal 30 mm (daerah normal)


dan minimal 5 mm (daerah agresif).

e) Galvanis dan Cat.


Pertimbangan utama pada pemilihan tipe jembatan adalah
sutu tipe jembatan yang dapat meminimalkan biaya konstruksi,
pemeliharaan, dan biaya perbaikan dengan batasan standard
dan spesifikasi yang sudah diberikan tetapi tidak kalah penting
yang menjadi pertimbangan juga dari segi arsitekturnya.
BAB E | 38
Dokumen Usulan Teknis

E.2.4. Perhitungan Volume


Program penggantian, perbaikan/peningkatan jembatan ini akan dibagi dalam satu
atau beberapa pelaksanaan sesuai dengan lokasi dan kemampuan pelaksanaan
pembangunan. Untuk tiap jembatan harus dihitung jumlah pekerjaan untuk tiap
bagian dengan masing-masing kontrak pelaksanaannya dan diringkas dalam
beberapa pekerjaan sebagai berikut :
a. Mobilisasi.
b. Pekerjaan Tanah.
c. Pekerjaan pondasi.
d. Pekerjaan Beton.
e. Pekerjaan jalan pendekat.
f. Pekerjaan bangunan atas.
g. Dan lain-lain.

E.2.5. Pelaporan
Untuk keperluan pemantauan kemajuan pekerjaan, konsultan diwajibkan
menyerahkan laporan menjadi tanggung jawab kepada pengguna jasa sebagai
berikut :

a. Laporan Administrasi Antara Lain :


1. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan berupa ringkasan yang berisi metodologi dan
rencana kerja, yang dapat berfungsi sebagai umpan balik (feed back) untuk
perbaikan.

2. Laporan Survei Pendahuluan

BAB E | 39
Dokumen Usulan Teknis

Berupa ringkasan dari kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan setiap bulan


kemajuan kegiatan dan keterlamabatan yang terjadi serta sebab-sebabnya.
Selanjutnya juga memeberikan saran-saran untuk mengatasinya dan
tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut
diatas.
Laporan antara berisi antara lain :
1) Hasil pengumpulan data
Progres kegiatan dan rencana kegiatan selanjutnya. Kemudian diadakan
Pembahasan Laporan Antara dihadapan Tim Teknis maupun petugas
subdit Teknik Jembatan Terkait.

3. Laporan Bulanan
Berupa ringkasan dari kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan setiap bulan,
total kemajuan kegiatan dan keterlambatan yang terjadi serta sebab-
sebabnya. Selanjutnya juga memberikan saran-saran untuk mengatasinya
dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan
tersebut diatas. Juga termasuk semua kajian ulang yang diperlukan dan
rencana kerja bulan berikutnya.

4. Laporan Akhir
Berupa rangkuman kegiatan yang telah dilakukan, berisi uraian
pelaksanaan survey pendahuluan, pengolahan data, perhitungan
perencanaan beserta rumus-rumus dan asumsi yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini. Kemudian diadakan Pembahasan Laporan Akhir
dihadapan Tim Teknis maupun petugas subdit Teknik Jembatan Terkait.
Konsultan harus menyerahkan laporan akhir yang berisi pelaksanaan
perencanaan jasa konsultan termasuk didalamnya laporan individual untuk
masing-masing paket yang direncanakan mencakup rangkuman metode
konstruksi pekerjaan perencanaan yang dilaksanakan.

BAB E | 40
Dokumen Usulan Teknis

Laporan akhir diserahkan paling lambat satu bulan setelah berakhirnya


proyek. Penyedia jasa setelah selesai membuat laporan ini yang berupa
laporan akhir perencanaan diharuskan mempresentasikan hasil laporannya
kepada kuasa pengguna anggaran/KPA/PPK serta kepada peserta yang
mempunyai kepentingan pada kegiatan ini.
Berupa rangkuman kegiatan yang telah dilakukan, berisi uraian
pelaksanaan survey pendahuluan, pengolahan data, perhitungan
perencanaan besertarumus-rumus dan asumsi yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.

b. Laporan Teknis yang dihasilkan :


1. Laporan Perencanaan
Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan paket pekerjaan masing-
masing laporan berisi :
a. Daftar isi
b. Peta lokasi proyek
c. Daftar bangunan pelengkap
d. Uraian yang berisi data perencanaan beserta perhitungan struktur
bangunan bawah beserta pondasinya, drainase, jalan dan lain-lain.
e. Gambar rencana yang dibuat di atas kertas kalkir ukuran A1, untuk
kemudian diperkecil menjadi A3.
2. Laporan Perkiraan Kuantitas dan Biaya
Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang dihitung untuk tiap
item pekerjaan yang kemudian digabungkan sebagai kesimpulan perkiraan
biaya. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya ini dipisahkan sesuai dengan
pekerjaan yang dilaksanakan dengan isi sebagai berikut :
a. Daftar isi
b. Peta lokasi proyek
c. Daftar banguna pelengkap/jembatan
BAB E | 41
Dokumen Usulan Teknis

d. Perhitungan perkiraan kuantitas


e. Analisa biaya
f. Perkiraan biaya
3. Laporan Penyelidikan Tanah
Laporan akhir Geologi dan Geoteknik harus mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut :
a. Data proyek
b. Peta situasi proyek yang menunjukan secara jelas lokasi proyek terhadap
kota besar terdekat
c. Kondisi morfologi sepanjang lokasi
d. Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan, batuan penyusun
(statigrafi) sepanjang trase jalan
e. Untuk peta penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3
dan diwarnai sesuai standar
f. Pewarnaan geologi dan diberi notasi sesuai dengan lampiran 1-0
g. Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan
hasil deskripsi secara visual
h. Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalann untuk peta penyebaran
tanah disiapkan dalam kertas kalkir ukuran A3 dan diwarnai sesuai
dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi
i. Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng
j. Analisis longsoran sepanjang trase jalan
k. Sumber bahan kontruksi jalan sejenisnya dan perkiraan volume cadangan
l. Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/patahan dsb) beserta
lokasinya
m. Rekomendasi
4. Laporan Topografi

BAB E | 42
Dokumen Usulan Teknis

Laporan Topografi mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai


hal-hal berikut :
a. Data proyek
b. Peta situasi proyek yang menunjukan secara jelas lokasi proyek terhadap
kota besar terdekat
c. Kegiatan perintisan untuk pengukuran
d. Kegiatan pengukuran titik control horizontal
e. Kegiatan pengukuran titik control vertikal
f. Kegiatan pengukuran situasi
g. Kegiatan pengukuran penampang melintang
h. Kegiatan pengukuran khusus bila ada
i. Perhitungan dan penggambaran
j. Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya
k. Dokumentasi foto (ukuran 3R mengenai kegiatan pengukuran Topografi
termasuk kegiatan pencetakan dan pemasangan BM, pengamatan
matahari dan semua obyek yang dianggap penting untuk keperluan
perencanaan jalan
l. Deskripsi BM (sebagai lampiran)
m. Data ukur hasil ploting dan negative film harus diserahkan
5. Laporan Hidrologi
Laporan mengenai survey dan analisis Hidrologi meliputi :
a. Data proyek
b. Peta situasi proyek yang menunjukan secara jelas lokasi proyek terhadap
kota besar terdekat, pos pencatat curah hujan
c. Data curah hujan untuk setiap pos yang diambil
d. Analisis perhitungan
e. Penentuan dimensi dan jenis bangunan air
f. Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan
BAB E | 43
Dokumen Usulan Teknis

g. Laporan analisa dampak lingkungan


h. Laporan hasil pekerjaan analisa dampak lingkungan harus mencakup
identifikasi, upaya penglolaan pemantauan dampak lingkungan yang
berkaitan dengan :
1) Rencana trase jalan termasuk fasilitas pelengkapnya seperti
persimpangan, galian/timbunan, jembatan dan gorong-gorong
2) Pengadaan lahan dang anti rugi
3) Keselamatan pemakai jalan
4) Aspek Hidrologi, antara lain banjir, erosi, sedimentasi dan
pencemaran air sungai, saluran irigasi dan saluran drainase
5) Aspek Geologi, seperti jenis tanah/batuandan stabilitas lereng
6) Pelaksanaan pekerjaan pada tahap konstruksi, seperti pengaturan
jam kerja, pengoprasian alat-alat berat dangangguan lalu lintas
7) Kawasan konservasi, hutan lindung, cagar alam/budaya, dan
tempat-tempat bersejarah
8) Estetika lingkungan dan landscape
9) Jalur angkutan bahan material dari quarry dan pembuatan
basecamp
6. Dokumen pelelangan pekerjaan fisik
Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik sesuai dengan dokumen pelelangan
standar menurut Kepmen PU No. 38/KPTS/1998.

BAB E | 44
Dokumen Usulan Teknis

Tabel E.6 Jadwal Penyerahan Laporan

BAB A | 45
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

E.4. PROGRAM KERJA

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, efektif dan efisien, diperlukan
organisasi pelaksana pekerjaan yang kuat, kompak dan teratur. Dengan demikian
semua aktivitas dan alur pekerjaan dapat terkoordinir secara baik dan lancar.

Struktur organisasi dibuat sedemikian rupa sehingga alur perintah dan alur
koordinasi kerja antar komponen dapat mengalir dengan lancar, tidak saling
menghambat dan menghalangi satu sama lain.

Konsultan akan menyiapkan suatu tim yang terpadu yang terdiri dari para ahli
profesional dalam bidangnya. Susunan organisasi proyek yang secara lengkap
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

BAB E | 46
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

Gambar E.13. Struktur Organisasi Tim Konsultan

BAB A | 47
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

E.3.1. Deskripsi Penugasan Tenaga Ahli

Konsultan akan membuat uraian mengenai tugas dan tanggung jawab


dari masing-masing tenaga ahli, serta menyiapkan jadwal penugasan tim
Konsultan. Hal ini dimaksudkan agar tenaga ahli yang terlibat dapat
memahami tugas dan tanggung jawabnya, serta tidak terjadi tumpang
tindih penugasan. Uraian tugas dan lingkup dari masing-masing tenaga
ahli yang akan dilibatkan pada pekerjaan akan diuraikan pada bagian
berikut.

a. Ketua Tim (Team Leader)


Mempunyai sertifikat keahlian Teknik Jembatan (203) yang dikeluarkan
oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang
Jasa Konstruksi (LPJK), Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Teknik
Sipil Strata (S.2) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah terakreditasi atau yang telah lulus
ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah terakreditasi
dan berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis. serta
mempunyai pengalaman sebagai ketua tim selama 10 tahun
pekerjaan. Ketua Tim disyaratkan Pernah Mengerjakan pekerjaan
Mortar Busa dan pernah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi
bidang ke-PU-an dari LPJK, melampirkan KTP, NPWP, SPT Tahun 2016,
Curriculum Vitae, Referensi Kerja dan Pernyataan ditugaskan.
Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah mempersiapkan petunjuk
pelaksanaan kegiatan baik dalam tahap pengumpulan data,
pengolahan, dan penyajian akhir dari hasil keseluruhan pekerjaan,
memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja
dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan
selesai.

BAB E | 48
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

b. Ahli Jembatan
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Teknik Jembatan (203) yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK). Tenaga ahli yang disyaratkan
adalah Sarjana Teknik Sipil Strata.1.(S.1) lulusan
universitas/perguruantinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman
melaksanakan pekerjaan sejenis sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
setelah lulus, diutamakan/disukai perencanaan jembatan, diutamakan
yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-
an dari LPJK, melampirkan KTP, NPWP, SPT Tahun 2016, Curriculum
Vitae, Referensi Kerja dan Pernyataan ditugaskan.
Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua
Tim, merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam
pekerjaan perencanaan teknis Jembatan, dan bangunan pelengkap
yang diperlukan, serta harus menjamin bahwa rencana Jembatan yang
dihasilkan adalah pilihan yang paling ekonomis dan sesuai dengan
standar teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang.

c. Ahli Geoteknik
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Geoteknik (216) yang dikeluarkan
oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang
Jasa Konstruksi (LPJK). Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana
Teknik Sipil Strata.1.(S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sekurang –
kurangnya 5 (lima) Tahun setelah lulus, diutamakan/disukai

BAB E | 49
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

perencanaan Jembatan, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan


tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK, melampirkan KTP,
NPWP, SPT Tahun 2016, Curriculum Vitae, Referensi Kerja dan
Pernyataan ditugaskan.
Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua
Tim dan merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam
pekerjaan geologi yang mencakup pelaksanaan survey geologi,
pengolahan dan analisis data geologi, dan penggambaran data geologi,
serta harus menjamin bahwa data tanah yang disampaikan benar
sesuai kondisi lapangan yang akan digunakan sebagai dasar penentuan
pondasi dan bagunan bawah jembatan, dan dapat memberikan
masukan yang rinci mengenai sumber bahan beserta sifat – sifat
bahanya.

d. Ahli Struktur
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Teknik Jembatan (203) yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembang JasaKonstruksi (LPJK). Tenaga ahli yang disyaratkan
adalah Sarjana Teknik Sipil Strata.1. (S.1) lulusan universitas/
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan
pekerjaan sejenis sekurang-kuranya 5 Tahun setelah lulus,
diutamakan/ disukai perencanaan Jembatan, diutamakan yang telah
mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK,
melampirkan KTP, NPWP, SPT Tahun 2016, Curriculum Vitae, Referensi
Kerja dan Pernyataan ditugaskan.
Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua
Tim, merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam
pekerjaan perencanaan teknis struktur, dan bangunan pelengkap yang

BAB E | 50
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

diperlukan, serta harus menjamin bahwa rencan struktur yang


dihasilkan adalah pilihan yang paling ekonomis dan sesuai dengan
standar teknis yang ditetapkan oleh direktorat Jendral Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang.

e. Ahli Geodesi
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Geodesi (217) yang dikeluarkan
oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang
Jasa Konstruksi (LPJK).Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana
Teknik Sipil Strata. 1. (S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis lebih
dari6 Tahun setelah lulus, diutamakan/disukai perencanaan Jembatan,
diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi
bidang ke-PU-an dari LPJK, melampirkan KTP, NPWP, SPT Tahun 2016,
Curriculum Vitae, Referensi Kerja dan Pernyataan ditugaskan.
Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua
Tim dan melakukan persiapan desain, survey pendahuluan, survey
topografi, menyiapkan peta dasar yang akan digunakan sebagai bahan
dasar perencanaan teknis jembatan.

f. Ahli Jalan Raya


Mempunyai sertifikat keahlian transportasi (202) yang dikeluarkan
oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang
Jasa Konstruksi (LPJK).Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana
Teknik Sipil Strata.1. (S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis lebih
dari 5 Tahun setelah lulus, diutamakan/disukai perencanaan Jembatan,

BAB E | 51
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi


bidang ke-PU-an dari LPJK, melampirkan KTP, NPWP, SPT Tahun 2016,
Curriculum Vitae, Referensi Kerja dan Pernyataan ditugaskan.
Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua
Tim dan merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan yang
mencakup pelaksanaan survey lalu lintas dan penolahan data lalu
lintas dapat memberikan masukan yang rinci mengenai kondisi, kondisi
lalulintas pada saat ini danestimasi volume traffic pada 5 sampai 10
tahun yang akan datang.

g. Ahli Kuantitas
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Teknik Jembatan (203) yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK). Tenaga ahli yang disyaratkan
adalah Sarjana Teknik Sipil Strata.1.(S.1) lulusan universitas/ perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau
yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang
telah diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis
sekurang - kurangnya 5 Tahun setelah lulus, diutamakan/disukai
perencanaan jembatan, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan
tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK, melampirkan KTP,
NPWP, SPT Tahun 2016, Curriculum Vitae, Referensi Kerja dan
Pernyataan ditugaskan.
Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua
Tim dan melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan berdasarkan
desain jembatan.

h. Ahli Teknik Sumber Daya Air


Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Teknik Sumber Daya Air (211) yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK). Tenaga ahli yang disyaratkan

BAB E | 52
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

adalah Sarjana Teknik Sipil Strata.1.(S.1) lulusan universitas/ perguruan


tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau
yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang
telah diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis
sekurang – kurangnya 5 Tahun setelah lulus, diutamakan/disukai
perencanaan jembatan, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan
tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK, melampirkan KTP,
NPWP, SPT Tahun 2016, Curriculum Vitae, Referensi Kerja dan
Pernyataan ditugaskan.
Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua
Tim dan melakukan Melakukan analisis hidrologi dikawasan/ dikoridor
rencana Fly Over, serta Membantu Tenaga Ahli lainnya dalam
Pembuatan Laporan.

E.3.2. Deskripsi Penugasan Tenaga Pendukung

Staf Pendukung yang terdiri dari :


 Surveyor,
 Soil Technician,
 Labour Soil,
 Drafter,
 Operator Komputer dan
 Office Boy
mempunyai tugas dan kewajiban sebagai staf pendukung dalam
membantu kelancaran tenaga Ahli dalam pelaksanaan kegiatan
dilapangan maupun kegiatan administrasi proyek.

BAB E | 53
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

E.5. PERENCANAAN K3

1. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya


JENIS/TIPE IDENTIFIKASI JENIS
No. PENGENDALIAN RESIKO K3
PEKERJAAN BAHAYA DAN RESIKO K3
1. Survei Pengukuran JenisBahaya : - Memasang Rambu Secukupnya
Topografi - Tertabrak Kendaraan - Memakai Sepatu Boot
- Jatuh - Memakai APD
- Digigit Ular
Resiko :
- Luka Berat
- Meninggal
2. Survei Geologi dan Jenis Bahaya : - Memasang Sheet pile
Geoteknik - Tertimbun Tanah - Memasang Rambu Secukupnya
- DigigitUlar - Memakai APD
Resiko :
- Luka Berat
- Meninggal
3. Survei Drainase / JenisBahaya : - Memasang Safety belt
Hidrologi - Hanyut - Memakai APD
- Jatuh
Resiko :
- Luka Berat
- Meninggal

2. Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya.


Daftar perundang – undangan dan Persyaratan K3 yang wajib dipunyai dan
dipenuhi dalam melaksanakan paket pekerjaan ini adalah :
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
d. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
e. Undang-undang No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap
Radiasi
f. Undang-undang No. Tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup.
BAB E | 54
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

Didalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, Konsultan selalu melakukan


monitoring terkait dengan keselamatan kerja bagi semua pihak yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dilapangan, adapun pelaksanaan monitoring
tersebut meliputi :
1. Ketersediaan Peralatan K3 antara lain :
Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
a. Kepala : Helm (Helmet)
b. Mata : Kacamata (Safety Glasses)
c. Wajah : Face shield
d. Tangan : SarungTangan (Safety Gloves)
e. Kulit : Cream pelindung
f. Kaki : Sepatu Pelindung (Safety Shoes)
g. Pernapasan : Masker, Pengatur Pernapasan (respirator)
h. Telinga : PenutupTelinga (Ear Plug)

Alat Pemadam Kebakaran (APAR) dan Hydrant seperti :


a. Jenis : Foam (busa), Gas (CO2 dan BCP/hallon) Chemical
(Powder), Alat Pemadam Api dengan air
b. Rambu pelengkap : Papan Petunjuk, Free Area
c. SOP : Penggunaan APAR dan Hydrant
2. Petugas penyelenggara program Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3);
3. Panitia Pembina K3 unit structural penyedia jasa;
4. Penyediaan Manual Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
5. Ketersediaan fasilitas Kantor Lapangan, Tempat Tinggal Pekerja (Barak),
Lahan, Gudang, Bengkel, Laboratorium dan sebagainya;
6. Pemasangan Rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
7. Peralatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) : obat-obat, peralatan
medis;
8. Kendaraan Ambulance atau kendaraan pengganti ambulance;

BAB E | 55
PT. Pemeta Engineering System
Dokumen Usulan Teknis

9. Kerjasama dengan instansi kesehatan setempat (Klinik, Puskesmas, Rumah


Sakit);
10. Kebersihan dan keteraturan lingkungan kerja;
11. Catatan K3 para pekerja.

Rangkuman rencana penerapan sistim manajemen keselamatan kesehatan kerja


konstruksi tersebut dapat dilihat pada Error: Reference source not found sebagai
berikut :

Bagan Alir Rangkuman Rencana Penerapan System Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja
(SMK3)

BAB E | 56
PT. Pemeta Engineering System

Anda mungkin juga menyukai