A. UMUM
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya perlu dibuat suatu
pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secata sistematis dan praktiş, sehingga tercapai şaşaran efisiensi
biaya, mutu dan waktu kerja.
Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
Konsultan akan menggunakan standar — standar perencanaan yang dapat dilihat pada tabel 2.1. Standar
Perencanaan
No Dokumen Uraian
1. Pekerjaan Persiapan
• Survey Pendahuluan
• Survey Topografi
• Survey Lokasi
Perencanaan kekuatan dan kekakuan dari dasar bangunan tersebut sehingga didapatkan suatu angka keamanan yang
memenuhi persyaratan.
3. Perencanaan Arsitektur
Rancangan Skematik
Pengembangan Rancangan
Dokumen Konstruksi
Penawaran/perundingan
5. Perencanaan Ultilitas
Bagan alir strategi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Bagan Air Pelaksanaan Pekerjaan. Secara jelas uraian
dari masing-masing tahapan kegiatan tersebut diuraikan pada sub-bab berikut
1. Pekerjaan Persiapan
Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan, maka perlu dilaksanakan pekerjaan persiapan, baik mengenai kelengkapan administrasi,
personil pelaksana, satana transportasi, peralatan, dan segala aspek dalam kaitan pelaksanaan pekerjaan. Konsultan akan menyiapkan
program kerja untuk dikoordinasikan dengan pihak pemberi tugas. Maksud clari koordinasi ini adalah untuk menyamakan pandangan
antara konsultan dengan pihak pemberi sehingga pelaksanaan pekerjaan ini tidak mengalami hambatan.
2. Studi Pendahuluan
a. Inventarisasi Data dan Studi terdahulu
Setelah tugas dari masing-masing tenaga ahli dipahami, maka konsultan akan segera melaksanakan kegiatan pengumpulan data,
informasi dan laporan yang ada hubungan-nya dengan studi untuk mempelajari kondisi daerah proyek secara keseluruhan guna
mempersiapkan rencana tindak lanjut tahap berikutnya. Konsultan akan mengunjungi kantor-kantor instansi pemerintah maupun
swasta yang sekiranya mengelola data yang diperlukan. Untuk kelancaran pekerjaan ini, maka sangat diperlukan surat pengantar dari
pihak Direksi Pekerjaan untuk keperluan tersebut. Dari hasil studi meja akan disusun program kerja Perencanaan Gedung tersebut
diatas
b. Penyusunan Rencana Kerja
Hasil penelaahan data akan dituangkan dalam rencana konsultan yang meliputi rencana kegiatan survai dilapangan maupun kegiatan
analisis dan evaluasi data. Rencana kerja ini meliputi
1. Struktur organisasi serta tenaga pelaksana penanganan pekerjaan
2. Rencana waktu penanganan pekerjaan
3. Rencana penugasan personil serta peralatan yang akan digunakan dalam penanganan pekerjaan
3.
3. SURVEI DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN
1. SURVEI PENDAHULUAN
a. Menyiapkan peta dasar yang berupa Peta Topografi skala 1•100.000 / 1:50.000 dan peta-peta
pendukung lainnya (Peta
Geologi, Tata Guna tanah dll).
b. Mempelajari lokasi pekerjaan dan penca paiaan, batas areal lokasi bangunan gedung Pembangunan
Rumah Susun dan site plan.
c. Mempelajari kondisi eksisting lokasi pembangunan Pembangunan Rumah Susun secam urnum
seperti jenis tanah di lokasi eksisting, kondisi terrain, posisi pencahayaan matahari dan sirkulasi angin
yang akan bergerak menimpa bangunan Pembangunan Rumah Susun.
e. Membuat foto dokumentasi lapangan eksisting terutama batasan lahan, serta pada lokasi-lokasi
tercakup dalam site plan pembangunan Pembangunan Rumah Susun.
f. Mengumpulkan data, berupa informasi mengenai harga satuan bahan dan biaya hidup sehari-hari.
g. Mengumpulkan informasi umum lokasi sumber material (quarry) yang diperlukan untuk pekerjaan
konstruksi.
h. Membuat laporan lengkap perihal pada butir a s/d h dan memberikan saran-saran yang diperlukan
untuk pekerjaan survai teknis selanjutnya.
Hasil dari survai pendahuluan dan pengumpulan data-data yang menunjang dalam pelaksanaan
pekerjaan ini akan dituangkan dalam bentuk laporan Survei Pendahuluan.
2. SURVAI TOPOGRAFI
Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk perencanaan jalan terdiri dari beberapa bagian
pekerjaan yaitu .
Persiapan
Pengukuran situasi/detail
Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolith dengan ketelitian dalam secon
(yang mudah/umum dipakai adalah
Theodölith jeni$ T2 Wild Zei$ atau yang setingkatan)
Kesalahan şudut yang diperbolehkan adalah 10" akar jumlah titik poligon
▪ Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 4 seri rangkap (4 biasa dan 4 luar biasa)
Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian Skala jelas dan
sama
Setiap pengukuran dilakukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang dalam satuan milimeter
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB),
5. PENGUKURAN SITUASI
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut •
Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua keterangan-
keterangan yang ada didaerah sepanjang rencana jalan tersebut
Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain pengukuran harus
diperluas (lihat pengukuran khusus)
Tempat-tempat sumber mineral jalanyang terdapat disekitarjalur jalan perlu diberi tanda
diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material)
Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai dibuat setiap 50 m
dan pada daerah-daerah tikungan/ pegunungan setiap 25 m
Lebar pengukuran penampang melintang 100 m ke kiri-kanan as jalan
Khusus untuk perpotongan dengan sungai dilakukan dengan ketentuan khusus (lihat
pengukuran khusus)
Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang sama dengan yang
dipakai pengukuran situasi
7. PEMASANGAN PATOK
Untuk Pemasangan Patok Pengukuran dilapangan dilaksanakan sebagai berikut •
Baik patok-patok beton maupun patok•patok poligon diberi tanda BM dan nomor urut.
Untuk memudahkan pencarian patok pada pohon-pohon disekitar patok diberi cat atau pita
atau tanda-tanda tertentu.
Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan tulisan hitam yang
diletakkan disebelah kiri kearah jalannya pengukuran.
Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak disumbu jalan diberi paku
dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda Survei Geoteknik
8 . SURVEY GEOTEKNIK
A. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Survey Geoteknik untuk perencanaan Gedung meliputi .
Pengambilan contah tanah dan Test Pit.
Pemeriksaan lokasi sumber material
Penyelidikan tanah dengan tes Sondir
B. METODOLOGI
1. Penyelidikan Test Pit
Penyelidikan Test Pit dilakukan pada setiap jenis satuan tanah atau setiap 1 Km yang
berbeda dengan kedalaman 1-2 meter. Pada setiap lokasi Test Pit dilakukan pengamatan
deskripsi struktur dan jenis tanah, juga dilakukan pengambilan sampel tanah baik contöh
tanah terganggu maupun tidak terganggu Yang akan diselidiki di Laboratorium.
Tujuan perneriksaan ini adalah untuk menentukan nilai tanahan konus keras (150 kg/m2)
lapisan tanah dasaryang dilakukan pada bagian ruas jalan yang belum diaspal atau telah
mengalami kerusakan parah. Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut : Pemeriksaan
dilakukan pada Site plan yang dimana berada posisi pondasi bangunan gedung
Pembangunan Rumah Susun
Perneriksaan dilakukan dengan mencatat setiap bacaan manometer alat sondir
Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman permukaan lapisan tanah dasar kecuali bila
dijumpai lapisan tanah yang sangat keras.
Selama pemeriksaan dicatat kondisi khusus, seperti cuaca, drainase, timbunan, waktu
dan sebagainya
Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan Sondir Test.
2.6. ANALISIS DATA
Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang ditetapkan dalam spesifikasi
teknis adalah koreksi sudut antara dua kontrol azimuth = 20". Koreksi setiap titik poligon
maksimum 10" atau salah penutup sudut maksimum 30" i] n dimana n adalah jumlah titik
poligon pada setiap kring. Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000. Berdasarkan
kriteria toleransi diatas, proses analisis perhitungan sementara poligon akan dilakukan
menggunakan metode Bowdith dengan prosedur sebagai berikut:
Salah penutup sudut:
fs - (n 4 2)x 180 0
- (n + 2)x 180 0
fil dl - - 1 : 2000
1800
x
Dimana v matrik koreksi pengukuran
Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis yakni
tiap seksi yang diukur pulang-pergi mempunyai ketelitian 10 mm D (D =
panjang seksi dalam km). Berdasarkan kriteria tersrbut dapat diformulasikan cara analisis
data ukur waterpass pada setiap kring sebagai berikut
fh = n hl < IO mmv"ñ
azimut ke target
s sudut horizontal antara matahari dan target deklinasi
Apabila hasil perhitungan data pengamatan matahari tersebut tidak memenuhi kriteria ketelitian 5" yang ditetapkan
dalam spesifikasi teknis, maka akan dilakukan pengamatan ulang. Perhitungan dan Penggambaran topografi secara garis
besar mengikuti kaidah-kaidahnya antara lain .
1. Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang dipergunakan.
2. Penggambaran titik-titik poligon akan didasarkan pada hasil perhitungan koordinat. Penggambaran titik-titik poligon
tersebut tidak boleh secara grafis.
3. Gambar ukur yang berupa gambar situasi akan digambar pada kertas milimeter dengan Skala 1: 1.000 dan interval
kontur 1 m.
4. Ketinggian titik detail akan tercantum dalam gambar ukur begitu pula semua keterangan-keterangan yang penting.
5. Titik ikat atau titik mati serta titik-titik baru akan dimasukkan dalam gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian
titik tersebut perlu juga dicantumkan.
Analisis dan evaluasi data yang diperoleh dari penyelidikan tanah dan sumber material akan dilakukan
analisis laboratorium.
Analisis Laboratorium Mekanika Tanah dipakai untuk mengetahui sifat-sifat teknis tanah, khususnya tanah lunak.
Evaluasi hasil penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium selanjutnya digunakan untuk mengetahui
penyebaran dan sifat-sifat teknis tanah. Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan parameter desain untuk
perhitungan daya dukung pondasi dan kestabilan bangunan gedung. Semua penyelidikan di laboratorium
dilakukan menurut prosedur ASTM dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lubang uji meliputi:
3. Gradasi Butiran.
Aspek berhubungan dengan kemampuan owner untuk mempertahankan gedung dari kerusakan yang
terjadi.
1. Material struktur
Material struktur dapat dibagi menjadi empat (4) golongan yaitu:
a. Struktur kayu
Struktur kayu merupakan struktur dengan ketahanan yang cukup, kelemahan dari material ini adalah tidak
tahan terhadap api, dan adanya bahaya pelapukan. Oleh karena itu material ini hanya digunakan pada
bangunan tingkat rendah.
b. Struktur baja
Struktur baja sangat tepat digunakan pada bangunan bertingkat tinggi karena material baja mempunyai
kekuatan serta tingkat daktilitas yang tinggi bila dibandingkan dengan material-material struktur yang Iain
c. Struktur beton
Struktur beton banyak digunakan pada bangunan tingkat meneng* sampai dengan bangunan tingkat
tinggi. Struktur ini paling banyak digunakan bila dibandingkan dengan struktur lainnya karena
struktur ini lebih monolit dan mempunyai umur rencana yang cukup panjang.
d. Struktur Komposit
Struktur ini merupakan gabungan dari dua jenis material atau lebih. Pada umumnya yang
seringdigunakan adalah kombinasi antara baja struktural dengan beton bertulang. Kombinasi
tersebut menjadikan struktur komposit memiliki perilaku struktur antara struktur baja dan struktur
beton bertulang. Struktur komposit digunakan untuk bangunan tingkat menengah sampai dengan
bangunan tingkat tinggi.
Setiap jenis material mempunyai karakteristik tersendiri sehingga suatu jenis bahan
bangunan tidak dapat digunakan untuk semua jenis bangunan.Spesifikasi material yang digunakan
dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut :
Beton z 30 Mpa
Baja
Gedung yang mempunyai denah sangat panjang sebaiknya dipisahkan menjadi beberapa bagian
menggunakan seismic joint karena kemampuan untuk menahan gaya akibat gerakan tanah sepanjang gedung
relatif lebih kecil.
b. Konfigurasi vertikal
Konfigurasi struktur pada arah vertikal perlu dihindari adanya perubahan bentuk struktur yang tidak
menerus. Hal ini dikarenakan apabila terjadi gempa maka akan terjadi pula getaran yang besar pada daerah
tertentu dari struktur. Gedung yang relatif langsing akan mempunyai kemampuan yang lebihkecil dalam
memikul momen guling akibat gempa.
Struktur atas adalah bangunan gedung yang secara visual berada di atas tanah yang terdiri dari atap,
pelat, tangga, lift, balok anak dan struktur portal utama yaitu kesatuan antara balok, kolom dan shear
wall.Perencanaan struktur portal utama direncanakan dengan menggunakan prinsip strong columm weak
beam, dimana sendi-sendi plastis diusahakan terletak pada balok.
Beban lateral yang sangat berpengaruh adalah beban gempa dimana efek dinamisnya menjadikan
analisisnya lebih komplek. Pada dasarnya ada dua buah metode analisis yang digunakan untuk
menghitung pengaruh beban gempa pada struktur yaitu:
1. Metode analisa statik
Analisa statik merupakan analisa sederhana untuk menentukan pengaruh gempa yang hanya
digunakan pada bangunan sederhana dan simetris, penyebaran kekakuan massa merata, dan tinggi
struktur kurang dari 40 meter.
Analisa statik pada prinsipnya adalah menggantikan beban gempa dengan gaya-gaya statik
ekivalen yang bertujuan menyederhanakan dan memudahkan perhitungan. Metode ini disebutjuga
Metode Gaya Lateral
Ekivalen (Equivalent Lateral Force Method), yang mengasumsikan besarnya gaya gempa berdasarkan
hasil perkalian suatu konstanta / massa dari elemen tersebut.
Besarnya beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi di tingkat dasar menurut Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI 02-1726-2003 pasal 6.1.2) dapat dihitungmenurut persamaan:
C].wt
(2.1)
Dimana .
V = Beban gempa dasar nominal
1.6.8 Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus diperhitungkan tambahan beban sebesar
0.5 kPa;
1.6.9 Pada gudang-gudang dan tempat-tempat penyimpanan barang maka sekurang-kurangnya 25% dari beban
hidup rencana harus diperhitungkan;
1.6.10 Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan gedung harus di perhitungkan..
C = Faktor spektrum respon gempa yang didapat dari spektrum respon gempa rencana menurut grafik C-T
(Gambar 2.1) = Faktor keutamaaan struktur (Tabel 21)
Gedung penting pasca gempa sperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga 1,
listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi
2. Sis tern rangka gedung 1. Rangka bresding eksentrisitas baia (RBE) 4.3 7.0 2.8
(Sistem struktur yang pada dasarny
memiliki ra ngka r ua ng
pernikul beba n grav•tasi
secara lengkap. Beban lateral dipi
kul dinding geseratau rangka 2. Dinding geser beton bertulang 3.3 5.5 2.8
bresing) g. Rangka bresing biasa 5.6
a.Baja
3.6 2.2
b. Beton bertulang (tidak untuk wilayah S dan 6) 3.6 2.2
6. Dinding geser beton bertulang kantileve daktail penuh 3.6 6.0 2.8
7. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial
3. Si stem rangka pernikul momen (Si 1. rangka pernikul momen khusus (SRPMK)
stem struktur yang pada
dasarnya memiliki ra a.Baja
ngka ruang perni kul beban b. Beton bertulang 5.2
gravitasi seca ra lengkap.
Beba lateral dipikul ra 5.2 8.5 2.8
ngka mome pemi kul tetruta ma 2. Rangka pernikul momen menengah beton (SRPMM)
melalui mekanisme lentur) (tidak untuk wilayah 5 dan 6)
3.3 2.8
4.0 6.5 28
c. Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang 2.6 4.2 28
(tidak untuk Wi layah S dan 6) d. Beton bertulang dengan
SRPMM beton bertulang (tidak untuk Wi layah S dan 6)
4.0 6.5 28
2.6 4.2 28
4. Rangka bresing konsentrik khusus
a.Baja dengan SRPMK baja
4.6 7.5
b. Baja dengan SRPMB baja
2.6 4.2
7. Subs İ stem tungga I (Sübsistem 1 Rangka terbuka baja 5.2 8.5 2.8
sttüktüt bidatte yang membentuk
bangunan gedungsecara 5.2 8.5 2.8
2. Rangka terbuka beton bertulang
keseluruhan
3. Rangka terbuka beton bertulang denganbalok beton 3.3 5.5 2.8
pratekan (berga ntung pada indeks baj total)
gelombang geser (vs), nilai hasil tes penetrasi standar (N), dan kuat
geser niralir (Sn). Untuk menentukan kuat geser niralir dapat digunakan
rumus tegangan dasar tanah sebagai
Si zc+Z0i.tan O berikut :
( 2.2 )
Dimana .
Tegangan geser tanah ı Nilai kohesi tanah pada lapisan paling
dasar lapisan yang ditinjau
Dari persamaan diatas, untuk nilai V, h, c yang berbeda (tergantung dari kedalaman
tanah yang ditinjau) akan didapatkan kekuatan geser rerata (Sn ) dengan persamaan berikut:
( 2.3 )
( 2.4 )
Ys
( 2.5 )
dimana:
ti tebal lapisan tanah ke-i kecepatan rambat gelombang geser melalui lapisan tanah ke-
- kuat geser niralirlapisan tanah ke-l yang harus memenuhi ketentuan bahwa Sni S 250 kPa
Tanah sedang 175 < VS < 350 15 < N < 50 50 < st, < 100
Tanah Lunak
VS < 175 N<15 sn <50
Atau semua jenis tanah lempung lunak dengan tebal total lebih dari 3 meter
dengan PI > 20, wn 40% dan 5u < 25 kPa
Spektrum respon nominal gempa rencana untuk struktur dengan daktilitas penuh pada
beberapa jenis tanah dasar, diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
35
Gambar 1 Spektrum Respon Gempa SM 03-1726-2003
36
(2.6)
Ž(Wi .Zi )
dimana:
Apabila rasio antara tinggi struktur bangunan gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1V harus dianggap beban horizontal
terpusat yang bekerja pada pusat massa lantai tingkat paling atas, sedangkan O.9V sisanya harus
dibagikan sepanjang tingkat struktur bangunan gedung menjadi bebanbeban gempa nominal statik
Waktu getar alami fundamental struktur bangunan gedung beraturan dalm arah masing-
masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut:
(2.7)
dimana:
Apabila waktu getar alami fundamental Tl struktur bangunan gedung untuk penentuan
faktor Respon Gempa Cl ditentukan dengan rumus-rumus empiris atau didapat dari analisis
vibrasi bebas tiga
dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang dihitung menurut
persamaan 2.7.
vt žo.8V1 (2.9)
dimana Vi adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama terhadap pengaruh Gempa Rencam
menurut persamaan:
- Cl./.wt
(2.10)
V
dengan Cl adalah nilai Faktor Respon Gempa yang di dapat dari spektrum Respons Gempa Rencana (gambar 2.1)
untuk waktu getar alami pertama Tl
Perhitungan respon dinamik struktur bangunan gedung tidak beraturan terhadap pembebanan Gempa
Nominal, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam spektrum respon dengan memakai diagram spektrum respon
gempa rencana berdasar wilayah gempa dengan periode ulang 500 tahun pada Gambar 2.1. Dalam hal ini,jumlah
ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respon ragam menurut metode ini harus sedemikian rupa, sehingga
partisipasi massa ragam efektif dalam menghasilkan respon total harus mencapai sekurangkurangnya 90%.
2.3.1.2 Pemilihan Metode Analisis metoda analisis untuk perencanaan struktur gedung tahan gempa, ditentukan berdasarkan
konfigurasi struktur dan fungsi bangunan yang berkaitan dengan tanah dasar dan wilayah kegempaan.
2.2 Perancangan struktur bangunan yang kecil dan tidak bertingkat serta elemen-elemen non struktural, tidak diperlukan
adanya analisa terhadap pengaruh beban gempa.
2.3 Perancangan beban gempa untuk bangunan yang berukuran sedang dapat menggunakan analisa beban statik ekivalen.
Hal ini disarankan untuk memeriksa gayagaya gempa yang bekerja pada struktur dengan menggunakan desain yang
sesuai dengan kondisi struktur.
2.4 Perancangan struktur bangunan yang besar dan penting dengan distribusi kekakuan dan massa yang tidak merata ke
arah vertikal dengan menggunakan analisa dinamik.
2.5 Perancangan struktur bangunan yang besar dan pentiœ, konfigurasi struktur sangat tidak beraturan dengan tingi lebih
dari 40 meter, analisa dinamik dan inelastik diperlukan untuk memastikan bahwa struktur tersebut aman terhadap
gaya gempa. Berdasarkan ketentuan diatas, maka perencanaan struktur gedung dalam tugas akhir ini menggunakan
metode analisa dinamik.
2.2.2 Perencanaan Pelat
Pelat adalah struktur planar kaku yang terbuat dari material monolit dengan tinggi yang kecil dibandingkan
dengan dimensi-dimensi lainnya. Untuk merencanakan pelat beton bertulang perlu mempertimbangkan faktor
pembebanan dan ukuran serta syarat-syarat dari peraturan yang ada. Pada perencanaan ini digunakan tumpuan jepit
penuh untuk mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku terhadap momen puntir dan juga di dalam pelaksanaan,
pelat akan di cor bersamaan dengan balok.
Pelat merupakan panel-panel beton bertulangyang mungkin bertulangan dua atau satu arah saja tergantung
sistem struktumya Apabila pada struktur pel at perbandi ruan bentang panj ang terha&p lebarkurangdari 3, maka
akan mengalami lendutan pada kedua arah sumbu. Beban pelat dipikul pada kedua arah oleh balok pendukung
sekeliling panel pelat, dengan demikian pelat akan melentur pada kedua arah. Dengan sendirinya pula penulangan
untuk pelat tersebut harus menyesuaikan. Apabila panjang pelat sama dengan lebarnya, perilaku keempat balok
kelilingdalam menopang pelat akan sama. Sedangkan bila panjang tidak sama dengan lebar, balok yang lebih
panjang akan memikul beban lebih besar dari balok yang pendek (penulangan satu arah). Dimensi bidang pelat
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
(211)
36 +96
hmak (212) 36
hmin pada pelat lantai ditetapkan sebesar 12 cm, sedang hmin pada pelat atap ditetapkan sebesar 10 cm.
3. Menghitung beban yang bekerja pada pelat, berupa beban mati dan beban hidup terfaktor.
4. Menghitung momen-momen yang menentukan.
Berdasarkan Buku CUR 1, pada pelat yang menahan dua arah dengan terjepit pada keempat sisinya bekerja empat macam
momen yaitu .
2 (2.13)
a. Momen lapangan arah x (MIX) - -koefx Wu x IX
(2.14)
b. Momen lapangan arah y (Mly) - - koefx Wu x IX2 (2.15)
2
c. Momen tumpuan arah x (Mtx) = koefx Wu x IX (2.16)
2
d. Momen tumpuan arah y (Mty) koefx Wu x IX
5. Mencari Tulangan Pelat
Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada pelat adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel Perhitunga Beton Bertulang.
b. Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y.
fyl - 0$88 fr
(218)
b E&O.003
CczO.gsxfIcxaxb
d-a/2
Gambar 2.3 Tegangan, regangan dan gaya yang terjadi pada perencanaan
lentur mumi beton bertulang
(224)
O,Bfc'.a.b As.fy dimana
(227)
c 0,7225b.c. fc'
fy
c 1,384p. d (228)
Besarnya momen yang mampu dipikul oleh penampang
adalah: Mu = Cc (d - 0,5a) atau Ts (d —0,5a)
As.fy (d
As.fy(d-O.425c)
Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung 2002 pasal 11.3, dalam suatu perencanaan diambil faktor reduksi kekuatan Q, dimana besarnya untuk
lenturtanpa beban aksial adalah sebesar 0,8, sehingga didapat:
Q.As.fy (d - 0,425c)
= 0,8.p.b.d.fy (d -0,4250 (2.29)
Subtitusi harga c,
fy
0,8.p.b.d.fy (d - d)
Bentuk di atas dapat pula dituliskan sebagai berikut:
fy
= 0,8.p.fy 1-0,588.p (2.30)
dimana:
Mu momen yang dapat ditahan penampang (Nmm) b lebar penampang beton (mm) d = tinggi
efektif beton (mm)
= rasio luas tulangan terhadap luas efektif penampang beton fy = mutu tulangan (Mpa) fc' = mutu beton (Mpa)
Dari rumus di atas, apabila momen yang bekerja dan luas penampang beton telah diketahui, maka besarnya rasio
tulangan p dapat diketahui untuk mencari besarnya kebutuhan luas tulangan.
Persentase Tulangan Minimum, Balance dan Maksimum Rasio tulangan minimum (pmin)
Kusuma, 1993)
d 0,003+ jyEs
(231)
Berdasarkan Rancangan Standar Nasi onal Indonesia (RSNI)
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Geduœ 2002 pasal 10.5(2) ditetapkan Es sebesar2 x10
5
Mpa, sehinca didapat
Kusuma, 1997):
Sesuaikanlah ukuran
penampang balok
600 ft'
(233) 6
Bila ti dak memungkinkan, maka dipasang tulangan rangkap + fy fy
Dalam menghitung tulangan rangkap, total momen lentur yang dilawan akan dipisahkan dalam dua bagian: Mul
+ Mu2
Dengan:
MUI -- momen lenturyang dapat dilawan oleh pmax dan berkaitan dengan lengan momen dalam z. Jumlah
As'
As
Jumlah tulangan tarik tambahan AS2 sama dengan jumlah tulangan tekan As', yaitu:
Mu - MUI
6 (2.35)
1
(2.36)
Untuk penampang yang menerima beban aksial, besarnya tegangan yang mampu dipikul beton dapat dituliskan
sebagai berikut:
P FTC
14A (2.37)
g
(2.38)
2 cpvs max =
3 (2.39)
Untuk besarnya gaya geseryang mampu dipikul oleh penampang ditentukan dengan syarat sebagai berikut:
= faktor reduksi kekuatan z 075 b = lebar balok (mm) d = tinggi efektif balok
(mm) kuat mutu beton (Mpa)
Berdasarkan persamaan 2.86, tulangan geser dibutuhkan apabila > . Besarnya tulangan geseryangdibutuhkan
ditentukan dengan rumus berikut:
dimana:
2 luas tulangan geseryang berpenampang ganda dalam mm s = jarak sengkang dalam mm
Rumus di atas juga dapat ditulis sebagai berikut:
(vu -QVC )b.1000
(Vis Kusuma, 1997) (2.42)
minimum sebesar (RSNI Tata Cara Perhittungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Tahun 2002):
A zbv,s (2.43)
3fy
dimana:
2 Av luas tulangan geseryang berpenampang ganda dalam mm s = jarak sengkang dalam mm
Rumus ini juga dapat ditulis sebagai berikut:
3fy
dimana Av adalah luas tulangan geser yang berpenampang ganda untuk tiap meter panjang yang dinyatakan dalam mm2
Jarak sengkang dibatasi sebesar d/2, namun apabila tpvs > Ifft' jarak
3 sengkang maksimum harus dikurangi
setengahnya.
Cfc' A}
(2.45)
Suatu penampang mampu menerima momen torsi apabila memenuhi syarat:
2
<ÇVC +Ç 3 (2.46)
= —Q
Sedangkan besarnya tulangan longitudinal yang harus dipasang untuk menahan puntir dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
(2.48)
dimana:
ACP = luas yang dibatasi oleh keliling luar penampangbeton, mm2 = luas bruto
- luas yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm2
= luas satu kaki sengkang tertutup yang menahan puntir dalam daerah sejarak s, mm2
= luas tulangan longitudinal yang memikul puntir, mm2 kuat leleh yang
disyaratkan untuk tulangan geser, MPa fytkuat leleh tulangan torsi lungitudinal, MPa
fyvkuat leleh tulangan sengkang torsi, MPa pcpkelilingluarpenampang beton, mm
= kelilingdari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm
= spasi tulangan geser atau puntir dalam arah paralel dengan tulangan
longitudinal, mm
Perencanaan Kolom
Perhitungan penampang beton yang mengalami beban lentur dan aksial dapat
dibandingkan dengan diagram interaksi antara beban aksial dan momen (diagram interaksi P-M).
Sesuai dengan RSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Gedung tahun 2002 pasal
12.3(5) besarnya gaya aksial dibatasi sebagai berikut:
Untuk perhitungan, besarnya beban aksial dan momen ditentukan sebagai berikut (Wahyudi dan
Rahim, 1997):
(2.52)
(2.53)
(2.54)
atau
(2.55)
dimana: p
= Beban aksial arah sumbu x pada saat eksentrisitas tertentu p
Beban aksial arah sumbu ypada saat eksentrisitas tertentu
atau
(2.56)
MM
Pengembangan dari persamaan di atas menghasilkan suatu bidang runtuh tiga dimensi
dimana bentuk umum tak berdimensi dari metode ini adalah (Nawi, 1998):
12.571
M M
Besarnya al dan co menurut Bresler dapat dianggap sebesar 1,5 untuk penampang bujur
sangkar, sedangkan untuk penampang persegi panjang nilai a bervariasi antara 1,5 dan 2,0 dengan
harga rata-rata 1,75 (Wahyudi dan Rahim, 1997).
Dalam analisa kolom biaksial, dapat dilakukan konversi dari momen biaksial yang terdiri
dari momen dua sumbu menjadi momen satu sumbu. Penentuan momen dan sumbu yang
berpengaruh adalah sebagai berikut
(Nawy, 1998):
1. Untuk Mny/Mnx>b/h
My' =Mny + Mnx. b. 1-8 (258)
2. Untuk M ny /M nx<b/h
12M1b
34 - (260)
dengan Mib dan M2b adalah momen ujung berfaktor dari kolom, dengan Mib< M2b. Bilafaktor
momen kolom zo atau Mu / Pu < emin, harga M2b harus dihitung dengan eksentrisitas minimum,
emin= (15 +0,03h) , dengan h dalam mm. (2.61) Untuk kolom tak bergoyang:
< 22 (2.62)
dimana:
panjang efektif kolom
bojok (2.63)
Apabila tidak menggunakan nomogram, besarnya k dapat dihitung dengan menggunakan
((Nawi, 1998) dan (Udiyanto, 2000)):
Untuk kolom tak bergoyang:
(2.64)
0,85 +0,051þ < (2.65)
ta
1-pu /0,75Pc
1
Z
l-Ž Pu/ O,75 Ž pc 2 1 (2.70)
dimana
= faktor pembesar untuk momen yang didominasi oleh beban gravitasi M2b faktor
pembesar terhadap momen ujung terbesar /v12s
- akibat beban yang menyebabkan goyangan besar
pc = beban tekuk Euler- EI / (kÀu) 2
pu beban aksial pada kolom
atau Cm diambil sama dengan 1,0 apabila kolom braced frame dengan beban transversal atau Mz
M2min
Untuk nilai El dapat digunakan persamaan:
(Ec l g / 5) +5/1 s
(2.72)
(2.73)
dimana
Analisis orde kedua yang memperhitungkan efek defleksi. Analisis iri harus digunakan apabila
khu/r 100
1. Perencanaan Tan%a
Struktur tangga digunakan untuk melayani aksesibilitas antar lantai pada gedungyang
mempunyai tingkat lebih dari satu. Tangga merupakan komponen yang harus ada pada bangunan
berlantai banyak walaupun sudah ada peralatan transportasi vertikal lainnya, karena tangga tidak
memerlukan tenaga mesin.
2. Menentukan tebal selimut beton, diameter tulangan rencana, dan tinggi efektif arah x (dx) dan arah
y(dy).
3. Dari perhitungan SAP 2000, didapatkan momen pada tumpuan dan lapangan baik pada pelat tangga
maupun pada bordes.
Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada pelat tangga adalah sebagai
berikut :
1 Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang.
d. 2Mu (2.76)
p(2.79) fy
Lift merupakan alat transportasi vertikal dalam gedung dari satu tingkat ke
tingkat Iain. Perencanaan lift disesuaikan dengan perkiraan jumlah lantai dan perkiraan
jumlah pengguna lift. Dalam perencanaan lift, metode perhitungan yang dilakukan
merupakan analisis terhadap konstruksi ruang tempat lift, balok perletakkan mesin, dan
balok pengatrol lift.
Ruang landasan diberi kelonggaran supaya pada saat liftmencapai lantai paling bawah,
lift tidak menumbuk dasar landasan, disamping berfungsi pula menahan lift apabila terjadi
kecelakaan.
Langkah-langkah perencanaan balok perletakkan mesin dan balok pengatrol mesin :
Menghitung beban yang bekerja pada balok, berupa beban mati dan beban hidup.
Menghitung momen dan gaya lintang yang bekerja pada balok tersebut..
Menghitung penulangan balok.
Tulangan utama
Berdasarkan Buku CUR 1, langkah-langkah perhitungan tulangan pada pelat tangga adalah sebagai
berikut :
Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang.
Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y.
Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y.
d. Membagi Mu dengan b x d m
59
na b - lebar pelat per
(282) meter panjang d tinggi efektif
0 = 6 x 450 xf'c
(2.84)
mok
600 + fy fy
Tulangan geser
Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung 2002, langkahlangkah perhitungan tulangan geser pada balok
adalah sebagai berikut :
a. Menghitung nilai kuat geser penampang atau gaya lintang yang
bekerja (Vu). (2.87)
b. Menghitung nilai kuat geser nominal yang disumbangkan oleh 1
beton (vc = x xd) (2.134)
6
Vu > q x VC (2.89)
Avrnin =
Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang.
Menetapkan diametertulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah y.
Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y.
d. (2.98)
Tegangan tanah
Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi
didasarkan pada hal-hal sebagai berikut : (Sardjono, 1984)
Fungsi bangunan atas
Tipe pondasi yang sering digunakan dalam struktur bangunan antara lain pondasi telapak, dan pondasi kaison bor (sumuran).
Berdasarkan data tanah diketahui bahwa tanah keras terdapat pada kedalaman 6-7 m. Dalam perencanaan gedung hotel ini digunakan dua
jenis tipe pondasi, yaitu pondasi kaison bor (sumuran).
diijinkan (kg/cm2)
Quit E Qb + Q (2.105)
(2.106)
(2.107)
dimana .
Q kapasitas dukung ultimit (kg) qc
tahanan ujung(kg/cm )
Ab luas penampang kaison (cm ) fs faktor gesek satuan antara tanah dan dinding kaison (kg/cm)
2,5)
Dari kedua hasil tersebut dipilih nilai terkecil sebagai nilai daya dukung batas.
Pada perencanaan ple cap, perlu dicek terhadap beban maksimum yang diterima pondasi dimana
harus lebih kecil dari daya dukung batas. Rumus yang digunakan yaitu : (Buku Rekayasa Pondasi
P mak
dimana .
My = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y
kuadrat jarak ordinat-ordinat kaison (m2) žy2 jumlah kuadrat jarak absis-absis kaison
(m2)
Selain itu pada perencanaan pile cap perlu dicek tegangan pada pile cap, yaitu dengan
menggunakan rumus : (Buku Rekayasa Pondasi Il)
Ml xx M
(2.109)
dimana .
tegangan yang diterima oleh pondasi (kg/m 2 ) jumlah total
MY = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x (kgm)
My = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y (kgm)
=jarak dari titik berat pondasi ketitik di mana tegangan dihitungsepanjang respektif sumbux (m)
=jarak dari titik berat pondasi ketitik di mana tegangan dihitungsepanjang respektif sumbuy (m)
terhadap sumbu y (m )
Pada pondasi kaison bor, perlu dicek terhadap guling, geser, dan tegangan tanah.
Perhitungan cek guling,geser, dan tegangan tanah pxia pondasi kaison dilakukan seperti pada
struktur DPT, yaitudengan
membandingkan antara momen vertikal dan momen horisontal serta gaya vertikal dengan
gaya horisontal. Sedang tegangan tanah dihitung berdasarkan data tanah yang ada. Berikut
rumus yang digunakan .
- Cek Terhadap Guling
E Mh È 1,5 (2.110)
(2.111)
PV x tanÇ5 + B x c5
Ph
(2.113)
Perhitungan geser pons pada pondasi kaison bor dilakukan dengan membandingkan antara beban
terpusat (Vu PV = Pmak +
Ppilecap) dengancp xVc . Bilatp xVc > Vu maka pondasi aman terhadap geser pons, atau
sebaliknya. Namun struktur pondasi diusahakan aman terhadap geser pons dengan
memperbesar dimensi Pile capnya.
Berikut rumus yang digunakan :
(2.114)
Ppile cap B x L x h)- (BW x x 2400
(2.115)
Pmak + Ppile cap b' = (2 x tinggi efektif (d) + 2 x lebar kolom
(2.116)
VC = Ax('ãboxd (2.118)
momen (Ml dan M2). Momen maksimum dihitung dengan mengdikan antara gaya total
dengan jarak Cincin sumuran ke titik berat pondasi. Setelah diketahui nilai momennya, maka
perhitungan penulangan menggunakan rumus seperti pada penulangan pelat. (Buku CUR 1)
Penentuan tebal Cincin sumuran dihitung dengan mencari tegangan yang bekerja pada
Cincin sumuran akibat dari beban terousat (P) dan momen (Mi dan M2). Rumus yang
digunakan : (Diktat
Kuliah Rekayasa Pondasi Il karangan Ir. Indrastono DA, M.lng)
(2.120)
dimana .
O = tegangan yang terjadi (kg/m ) PV =
beban terpusat yang bekerja (kg)
1
A = luas daerah yang ditinjau (m 2 ) -n x 22 -2xd2
(04 - d 4 )
320
Wl = momen inersiadaerah yang ditinjau (m4) =
4
W2 = momen inersia daerah Yang ditinjau (m ) = 32 D
B. Pondasi Tapak
Pondasi telapak termasuk pondasi dangkal. Pondasi jenis ini digunakan pada struktur tangga.
Pondasi telapak direncanakan berbentuk persegi panjang. Untuk pondasi telapak persegi panjangada
beberapa macamcara untuk menghitung besarnya kapasitas daya dukung tanah ( bearing capacity of soil ).
Salah satu rumus Yang lazim digunakan adalah menurut Terzaghi & Schultze adalah sebagai berikut :
) .c. Nc+Yo. Df. Nq +( 1-O.2 . B. NV
dimana :
Df= kedalaman pondasi (m )
B lebar pondasi ( m ) L
panjang pondasi ( m ) C
kohesi tanah ( T/m
Besarnya tegangan kontak Yang terjkadi pada dasar pondasi dapat dihitung sbb
ly
Penulangan pondasi pelat dapat dihitung dengan cara seperti pada perhitungan
penulangan pada struktur atas, setelah didapatkan momen Yang bekerja pada pelat.
2.8. PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI
Dokumen tender/pelelangan akan dibuat untuk masing-masing ruas. Dokumen tender yang akan
disiapkan Konsultan antara lain:
1. Laporan Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja yang akan
dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.
Laporan Hidrologi
5. Laporan Akhir
Adalah laporan Perencanaan Geometrik, Perkerasan Jalan dan Bangunan Pelengkap Jalan
serta dari seluruh kegiatan perencanaan yang telah dilaksanakan oleh konsultan perencana
6. Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3 dengan skala
yang telah ditetapkan dalam standar Bina Marga.
7. Dokumen Lelang.
Adalah dokumen Lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi Instruksi
kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-Syarat Kontrak, Data
Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Bentuk-Bentuk Jaminan,
Daftar Kuantitas.