Anda di halaman 1dari 67

Kata Pengantar

Dalam rangka pembekalan kegiatan Bantek Pembangunan


Infrastruktur Pengolahan Sampah bagian Barat dan Timur, maka
buku ini disusun guna memberikan wacana kegiatan Pembangunan
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah kepada para Asisten
Provinsi,dan merupakan ringkasan/summary dari Buku 2 - TATA
CARA PEMBANGUNAN TPA tahun 2015.

Dalam ringkasan ini, hanya diambil point-point yang terkait dengan


kegiatan konstruksi saja.

Semoga ringkasan buku TATA CARA PEMBANGUNAN TPA ini


dapat menambah pemahaman para asisten provinsi sehingga
memudahkan dalam menjalankan tugasnya.

Jakarta, 15 Mei 2016

Tim Konsultan

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 1
URAIAN PEKERJAAN ASISTEN PROPINSI

1.
Membantu Tenaga Ahli melakukan pemantauan dan evaluasi dokumen
perencanaan serta mengevaluasi kesesuaian perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan TPA Sampah (termasuk unit
pengolahan air lindi) dan melaporkan ke Tenaga Ahli bila ada
perbedaan antara perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
TPA.
2.
Melakukan koordinasi dengan Konsultan Pengawas terkait pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
3.
Membantu dan mendampingi Tenaga Ahli dalam pelaksanaan pemantauan
dan kunjungan lapangan pada saat proses konstruksi TPA
berlangsung.
4.
Membuat Laporan Progress/perkembangan setiap minggu dan bulan
selama proses kontruksi TPA berlangsung.
5.
Mengisi format pelaporan yang ada dan menandatanganinya.
6.
Melaporkan kepada tenaga ahli bila ada masalah yang krusial.
7.
Bila diperlukan menghadiri rapat dengan pihak Satker Provinsi maupun
rapat internal tim kerja.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 2
RINGKASAN
Tata Cara Pembangunan TPA

I. UMUM
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 3
Tata Cara Pembangunan TPA meliputi:
1. Tata Cara Persiapan Pelaksanaan Pembangunan
2. Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi, yang terdiri dari
a. Leveling
b. Penataan dan Uji Kepadatan Dasar Unit Pengolahan Sampah
c. Pemasangan Geomembran dan Geotekstil
d. Pemasangan Saluran Air Hujan (Under Drain)
e. Uji Coba Beton
f. Pemasangan dan Pemanfaatan Gas
g. Pembangunan Jalan Masuk, Jalan operasi, dan Drainase
Kawasan
h. h. Pembangunan Tanggul Penahan
i. i. Pembangunan Sistem Zona Penyangga
j. j. Pembangunan Unit Pengolah Gas Bio dan Lindi
k. k. Pembangunan Jembatan Timbang
l. l. Pembangunan Sumur Uji

II. TATA CARA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TPA


Persiapan pelaksanaan pembangunan/konstruksi dimulai sejak
pengguna jasa mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada
penyedia barang/jasa pemborongan. Beberapa hal yang
dipersiapkan oleh penyedia barang/jasa pemborongan:
1. Organisasi kerja;
2. Penentuan lokasi dan pengurusan izin sesuai yang disyaratkan;
3. Sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah
daerah setempat mengenai rencana kerja;
4. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
5. Penyediaan gambar teknik, spesifikasi teknis dan dokumen
teknis lainnya;
6. Pengadaan barang dan atau jasa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
7. Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan termasuk rencana
pengalihan lalu lintas dan perencanaan pelaksanaan Keamanan
dan Keselamatan Kerja (K3);
8. Jadwal pengadaan bahan; mobilisasi peralatan, termasuk papan
pengumuman proyek, rambu pengamanan/peringatan, peralatan
K3, dan mobilisasi personil;
9. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan;

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 4
10. Penyusunan perencanaan mutu proyek sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang sistem manajemen
mutu;
11. Penyusunan rencana K3 Kontrak/Kegiatan.

II.1 Tata Cara Pre Construction Meeting (PCM), Uitzet, Mutual Check 0%
(MC 0)

II.1.1 Pengertian
Pre construction meeting (PCM) adalah kegiatan rapat yang
diusulkan oleh salah satu dari para pihak yang terdapat di dalam
suatu kontrak suatu pekerjaan. Rapat ini dihadiri oleh semua
pihak yang terkait dengan pekerjaan seperti PPK beserta Direksi
Pekerjaan, Kontraktor, dan Konsultan Pengawas.

II.1.2 Manfaat
Kegiatan PCM diadakan bertujuan untuk membahas 1)
pengukuran ulang (uitzet), 2) pembuatan laporan pekerjaan, 3)
tata cara opnam, 4) prosedur penagihan prestasi pekerjaan
(termjn), 5) serah terima pekerjaan, dan lain-lain.
Uitzet merupakan kegiatan untuk melakukan pengukuran ulang
dari gambar referensi pengukuran pada saat perencanaan dan
pada saat pelaksanaan. Pengukuran ulang ini untuk memastikan
kesamaan koordinat dan elevasi unit yang akan dibangun.
Dari kegiatan uitzet kemudian dihasilkan laporan mutual check
0% (MC0) yang dilampiri dengan gambar rencana pelaksanaan
kerja, kurva S, foto pekerjaan 0% dan lampiran-lampiran yang
diperlukan.

II.1.3 Tata cara PCM dan Uitzet


Tata cara pelaksanaan PCM:
1. Lakukan rapat persiapan kontrak, dan buat berita acaranya
2. Pelaksanaan rapat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari (sejak
SPMK) dengan bahasan antara lain mengenai:
a) Organisasi kerja
b) Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan
c) Jadual pelaksanaan pekerjaan
d) Jadual pengadaan, mobilisasi peralatan dan personil
e) Penyusunan rencana dan pemeriksaan lapangan

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 5
f) Pendekatan kepada masyarakat dan Pemda setempat
mengenai rencana kerja
g) Penyusunan program mutu proyek.
3. Pantau proses kegiatan pelaksanaan mengenai
kesesuaiannya dengan kesepakatan dalam berita acara
tersebut di atas
4. Laporkan program mutu untuk mendapatkan penilaian dan
persetujuan

Tata cara pelaksanaan uitzet :


1. Persiapkan alat ukur GPS, Waterpass dan Polygon
2. Persiapkan dokumentasi untuk merekam seluruh kegiatan
lapangan
3. Lakukan pencarian titik ikat yang digunakan sebagai
referensi bangunan TPA dalam dokumen perencanaan.
4. Pastikan kembali koordinat titik ikat dan elevasi dengan
menggunakan GPS. Bila terdapat Bench Mark (BM) yang
digunakan sebagai titik ikat, maka catatan lokasi
menggunakan informasi yang sudah ada.
5. Lakukan pengukuran dengan menggunakan Waterpass dan
polygon untuk beberapa rencana lokasi bangunan TPA
6. Pasang titik bantu dengan menggunakan patok sementara
yang diberikan tanda, untuk digunakan sebagai titik bantu
dalam menentukan ketinggian dan koordinat bangunan yang
akan dibangun.
7. Lakukan komparasi antara koordinat dan elevasi yang ada
dalam dokumen perencanaan dengan hasil pengukuran saat
ini.
8. Susun dalam berita acara bila terjadi pergeseran baik titik
pada unit yang akan dibangun maupun lahan yang akan
dilakukan penataan.
9. Buat kesepakatan titik ikat yang akan digunakan sebagai
rujukan (referensi).

II.2 Tata Cara Perubahan Penyesuaian Desain

2.2.1. Pengertian
Perubahan penyesuaian merupakan kelanjutan dari kegiatan
MC0, berupa penuangan dalam gambar yang disepakati
bersama.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 6
Perubahan penyesuaian desain adalah terjadinya perubahan
rencana pembangunan dari yang semula direncanakan.
Perubahan tersebut disebabkan oleh ketidak sinkronan antara
rencana dengan kondisi lapangan.

2.2.2. Manfaat
Manfaat dari penyesuaian desain adalah diperoleh kegiatan
sesuai dengan kondisi lapangan, baik volume maupun spesifikasi
teknis.

2.2.3. Tata cara


Tata cara pembuatan perubahan detail adalah:
1. Pastikan hasil dari kegiatan MC0 dan berita acaranya.
2. Lakukan pemilahan setiap butir kegiatan sesuai dengan
kelompok kegiatan pembangunan
3. Pastikan kembali titik ikat yang digunakan dan koordinat
sesuai dengan GPS
4. Lakukan penggambaran ulang sesuai dengan ruang lingkup
kegiatan yang akan dilaksanakan
5. Konsultasikan dengan tim teknis, pengawas dan satker/PPK
untuk kebenaran ruang lingkup yang akan dikaji.
6. Lakukan legalisasi dokumen oleh seluruh pihak yang terlibat
dalam pembangunan
7. Hitung volume kegiatan dan besaran biaya dari hasil
perubahan.
8. Buat dokumen final sebagai pedoman dalam pelaksanaan.

II.3 Kurva S dan Network Planning

2.3.1. Pengertian Kurva S


Kurva S adalah sebuah grafik hubungan kemajuan pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan
yang dipresentasikan dalam persentase dari 0% sampai dengan
100% pada sumbu ordinat, dan waktu pelaksanaan pekerjaan
dalam satuan waktu pada sumbu absis.
Suatu pekerjaan mengalami keterlambatan, apabila garis kurva
realisasi prestasi pekerjaan berada di bawah garis rencana.
Deviasi yang diperbolehkan dalam pekerjaan biasanya <-10%.
Apabila keterlambatan (deviasi) sudah mencapai -10%,

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 7
konsultan supervisi dan PPK sudah memberi surat peringatan
kepada Pihak Pelaksana Pekerjaan.

2.3.2. Manfaat Kurva S


Kurva S dipakai untuk melihat perkembangan pekerjaan harian,
mingguan, dan bulan.
Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi kemajuan
pekerjaan terhadap rencana, sehingga dapat diketahui pekerjaan
terlambat atau percepatan terhadap jadwal pekerjaan.

2.3.3. Tata Cara Pembuatan Kurva S


1. Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot
masing-masing kegiatan pada satu periode di antara durasi
proyek di plotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasil
dihubungkan dengan garis akan membentuk huruf S.
2. Tentukan bobot pekerjaan pendekatan yang dilakukan dengan
perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan
dibagi nilai anggaran.
3. Masukan data dalam Kurva S diantaranya: Identitas
Pekerjaan, Para Pihak yang bertanggung jawab dalam
Pekerjaan; Kepala Dinas, PPK (PPTK), Konsultan Supervisi
(Pengawas), dan Kontraktor Pelaksana.

Tabel 1. Format Pembuatan Kurva S

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 8
Contoh pembuatan kurva S
Kurva S dikombinasi dengan barchart untuk pembangunan TPA

Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya TPA

Penggunaan barchart dikombinasikan dengan kurva S


1. Pada barchart dengan durasi serta urutan kegiatan yang telah
ditentukan bobot perminggu adalah:

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 9
Bobot pekerjaan persiapan 0,1 % dibagi 10 minggu menjadi
0,01 % perminggu
Bobot pekerjaan Penataan Sel 68,7 % dibagi 10 minggu
menjadi 6,87 %
Dan seterusnya
2. Semua bobot pekerjaan setiap minggu pada barchart di
jumlahkan kebawah sehingga didapat bobot rencana per minggu.
Minggu ke 1 = 0,1 %
Minggu ke 2 = 6,27 %
Minggu ke 3 = 0,1 + 6,27+15,90 = 22,26 %
Minggu ke 4 = 0,1 + 6,27+15,90+15,90 = 38,16 %
Minggu ke 5 = 0,1 + 6,27+15,90+15,90+15,90 = 54,07 %
Dst.
3. Bobot rencana kumulatif setiap minggu dihitung dengan
menjumlahkan bobot minggu ke 0 dengan bobot rencana minggu
pertama, bobot minggu kumulatip minggu pertama dengan bobot
rencana minggu ke dua, dan seterusnya sehingga didapat bobot
rencana kumulatip setiap minggu.
Bobot minggu 0 + minggu 1 rencana = 0 + 0,1 = 0,1 %
Bobot minggu 1 rencana kum + minggu 2 rencana = 0,1 +
6,27 = 6,37 %
Bobot minggu 2 rencana kum + minggu 3 rencana = 6,37+
15,90 = 22,26%
Bobot minggu 3 rencana kum + minggu 4 rencana = 22,26 +
15,90= 38,16 %
Dst. Sampai minggu ke 10 = 100 %
4. Dari hasil bobot rencana kumulatif tiap minggu di plot pada
sumbu-Y
Minggu ke 1 bobot rencana kumulatif = 0,1 %
Minggu ke 2 bobot rencana kumulatif = 6,27 %
Minggu ke 3 bobot rencana kumulatif = 15,90 %
Minggu ke 4 bobot rencana kumulatif = 15,90 %
Minggu ke 5 bobot rencana kumulatif = 15,90 %
Minggu ke 6 bobot rencana kumulatif = 16,90 %
Dst. Sampai minggu ke 10 rencana kumulatif = 100 %
Hasil plotting tiap minggu tarik garis yang menghubungkan titik bobot
tiap minggu sehingga membentuk kurva S.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 10
Tabel 3. Contoh Kurva S

2.3.4. Pengertian Network Planning


Network planning dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah
kegiatan yang memiliki ketergantungan.

2.3.5. Manfaat Network Planning


Network planning digunakan untuk mempelajari jenis pekerjaan
yang berbeda secara rinci yang dapat menimbulkan saran untuk
perbaikan sebelum proyek dilaksanakan, serta dapat
mengembangkan suatu jadual untuk proyek (project schedulling)

2.3.6. Tata Cara Pembuatan Network Planning

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 11
Inventaris jenis kegiatan berdasar item pekerjaan, kemudian
berilah kode atau nomor
Perkirakan durasi kegiatan sesuai jenis pekerjaan, volume,
tenaga kerja, dan diagram jaringan kerja (network) yang
dinyatakan dengan gambar anak panah (arrow) untuk
membentuk jalur kritis., yaitu jalur yang terdiri dari kegiatan
yang dilakukan secara berurutan dan tidak dapat dilanjutkan
apabila salah satu kegiatan belum terlaksana. Namun, pada
saat yang bersamaan dengan waktu pelaksanaan kegiatan di
jalur kritis dapat dilakukan kegiatan lain yang tidak termasuk
kegiatan di jalur kritis.
Buatlah diagram anak panah dan grafik waktu (time chart)
untuk membuat laporan kemajuan secara periodik.
Kejadian (event) tidak memerlukan waktu, digambarkan
sebagai lingkaran pada pangkal anak panah (saat dimulainya
kegiatan) dan pada ujung anak panah (saat akhir/selesainya
kegiatan).
Pemberian nomor pada kejadian harus memenuhi
persyaratan yaitu nomor awal (pangkal) harus lebih kecil dari
nomor akhir (ujung).
Setiap kegiatan hanya boleh diwakili oleh satu anak panah
saja di dalam jaringan kerja, (kecuali kalau satu kegiatan
dipecah menjadi kegiatan yang lebih kecil).
Tidak boleh ada dua kegiatan diwakili oleh pangkal dan ujung
anak panah yang sama. Dalam hal ini harus dipergunakan
anak panah semu (dummy arrow).

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 12
Gambar 1. Network Planning Pembangunan Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA)

II.4 Tata Cara Pembuatan Sistem Pelaporan

2.4.1. Pengertian Sistem Pelaporan


Sistem pelaporan merupakan hasil kegiatan perekaman maupun
dokumentasi disertai analisis yang dituangkan/ditampilkan
melalui dokumen.

2.4.2. Manfaat Sistem Pelaporan


Dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam Pengukuran Ulang
dapat digunakan atau dipakai sebagai Acuan dalam pembuatan
Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva S:

2.4.3. Tata Cara Pembuatan Sistem Pelaporan

a. Laporan Harian
Laporan harian adalah laporan yang dibuat dari data prestasi
pekerjaan harian yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 13
Tabel 4. Format Laporan Harian

b. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan adalah rekapitulasi laporan harian selama 1
(satu) minggu.

Tabel 5. Format Laporan Mingguan

c. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan adalah rekapitulasi pekerjaan mingguan.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 14
Tabel 6. Format Laporan Bulanan

III. TATA CARA KONSTRUKSI

3.1. Tata Cara Leveling

3.1.1. Pengertian Leveling


Leveling adalah kegiatan untuk mnentukan titik ikat dan
ketinggian masing masing unit bangunan. Ketinggian juga
termasuk zona untuk penimbunan/landfilling, dan kedalaman
penggalian.

3.1.2. Manfaat
Manfaat leveling adalah diperolehnya kepastian koordinat dan
ketinggian pada setiap unit, sebagai rujukan bagi seluruh pihak
yang terlibat.

3.1.3. Tata cara leveling


1. Siapkan Lokasi, pekerjaan membersihkan lokasi kerja dari
material yang akan menghambat jalannya pekerjaan.
2. Pindahkan benda yang akan menghambat proses
pekerjaan.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 15
3. Buat penerangan dan sarana kebersihan seperti lampu dan
tersedianya air
4. Melakukan Pekerjaan Pengukuran dan Leveling Lapangan.
Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet)
merupakan jenis pekerjaan yang digunakan untuk
mewujudkan denah bentuk bangunan berupa zona
landfilling maupun bangunan pendukung
5. Lakukan pekerjaan pengukuran dan leveling. Kegiatan
inimerupakan pekerjaan yang sangat penting karena hasil
dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan
baik buruknya ukuran dan bentuk TPA dan unit pendukung
6. Lakukan pembuatan Bidang Datar
7. Untuk membuat bidang datar (waterpass) pada pekerjaan
TPA pengukuran dan leveling lapangan digunakan pesawat
waterpass

3.2. Tata Cara Pembangunan Jalan Masuk dan Jalan Operasi

3.2.1. Jalan Masuk


Jalan masuk TPA akan digunakan oleh kendaraan pengangkut
sampah dengan kapasitas yang cukup besar, sehingga kelas
jalan dan lebar jalan perlu memperhatikan beban yang akan
lewat serta antrian yang mungkin terjadi
Jalan masuk TPA harus memenuhi kriteria :
a. Dapat dilalui truk sampah dari 2 arah
b. Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan jalan 2-3 % kearah
saluran drainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan
beban perlintasan dengan tekanan gandar 10 ton dan
kecepatan kendaraan 30 km/jam (sesuai dengan ketentuan
Ditjen Bina Marga).

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 16
Gambar 2. Contoh Jalan Aspal

Gambar 3. Contoh Jalan Pelat Beton

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 17
Gambar 4. Detail 1 Pelat Beton

3.2.2. Jalan Operasi


Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri
dari 3 jenis yaitu :
a. Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat
temporer, setiap saat dapat ditimbun dengan sampah.
b. Jalan operasi yang mengelilingi TPA, jenis jalan bersifat
permanen dapat berupa jalan beton, aspal atau kerkerasan
jalan sesuai beban dan kondisi jalan.
c. Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/pos jaga,
bengkel, tempat parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis
bersifat permanen.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 18
Gambar 5. Akses Jalan Operasi

Gambar 6. Contoh Pelat Beton

3.3. Tata Cara Uji Kepadatan Tanah Unit Pengolahan Sampah

3.3.1. Uji Kepadatan Dasar Unit Pengolahan Sampah


Pemadatan tanah pada prinsipnya adalah usaha untuk
memperkecil jarak butiran tanah (solid) dengan jalan mengurangi

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 19
volume udara yang ada dalam pori tanah tersebut. Langkah-
langkah dalan pengujian ini terdiri dari:
1. Tanah dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder bervolume
1/30 ft3 (943,3 cm3)
2. Diameter cetakan = 4 inch (101,6 mm)
3. Selama percobaan laboratorium, cetakan dikelem pada
sebuah pelat dasar dan di atasnya diberi perpanjangan juga
berbentuk silinder
4. Tanah dicampur air dengan kadar yang berbeda-beda dan
kemudian dipadatkan menggunakan penumbuk khusus
5. Pemadatan tanah tersebut dilakukan dalam 3 (tiga) lapisan
(tebal lapisan 1,0 inch)
6. Jumlah tumbukan adalah 25 kali pada setiap lapisan
7. Berat penumbuk adalah 5,5 lb (massa = 2,5 kg) dan tinggi
jatuh sebesar 12 inch (304,8 inch)
Untuk setiap percobaan, berat volume basah dari tanah yang
dipadatkan tersebut
dapat dihitung sebagai berikut :

Pada setiap percobaan besarnya kadar air dalam tanah yang


dipadatkan tersebut ditentukan di laboratorium. Bila kadar air
tersebut diketahui, berat volume kering d dari tanah dapat dihitung
sebagai berikut :

di mana w% = presentase kadar air.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 20
Berat volume kering maksimum (teoritis) pada suatu kadar air
tertentu dengan kondisi "zero air voids" (pori-pori tanah tidak
mengandung udara sama sekali) dapat ditulis sebagai:

Untuk keadaan tanah jenuh 100%, e= wGs ; jadi

di mana : w kadar air.

Untuk mendapatkan variasi dari zav terhadap kadar air, gunakan


prosedur berikut :
1. Tentukan berat spesifik butiran padat tanah.
2. Cari berat volume air w
3. Tentukan sendiri beberapa harga kadar air w, misalnya:
5%,10%,15%, dan seterusnya
4. Gunakan persamaan 2.4 untuk mencari zav dari kadar air-kadar
air tersebut.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 21
3.4. Tata Cara Pemasangan Geomembran dan Geotekstil

3.4.1. Pengertian Geomembran dan Geotekstil


Geomembran adalah jenis geosintetis dari bahan polimer yang
dibuat kedap. Sedangkan geotekstil merupakan jenis geosintetis
yang dibuat agar permeable, dengan sifat-sifat utama filtrasi atau
mampu menyaring materi tersuspensi dari limbah cair, dan
drainase yang memungkinkan aliran cairan melalui lapisan ini.

3.4.2. Manfaat Geomembran dan Geotekstil


Manfaat dari pemasangan geomembran dan geotekstil sebagai
pelapis dasar adalah untuk mengurangi mobilitas lindi ke dalam
air tanah sehingga mencegah migrasi cemaran ke lingkungan,
khususnya ke dalam air tanah.

3.4.3. Tata Cara Pemasangan Geomembran dan Geotekstil


1. Pastikan bahwa permukaan yang akan diberikan lapisan
geotextile merupakan permukaan yang rata, dan terbebas
dari material yang dapat merusak bahan.
2. Pelaksana diminta untuk menunjukkan contoh material yang
disertai dengan sertifikasi pabrik pembuat. Contoh-contoh ini
harus diseleksi oleh Direksi bersama-sama dengan contoh
dari lapangan untuk disetujui.
3. Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang geotekstil
non woven.
4. Pastikan geotekstil harus dari jenis yang tidak dianyam (non
woven), terdiri dari serabut yang menerus dengan bahan
polimer polypropelene yang diproduksi dengan teknik needle
punched (geotekstil dengan sistem penyatuan dengan
panas/heat bonded tidak dapat diterima). Kualitas dari polimer
yang dipakai harus bersertifikasi dari pabrik, tahan terdapat
asam, alkali dan zat kimia di dalam rentang pH 2-13, dan tidak
mengalami hidrolisis pada kondisi iklim tropis.
5. Pastikan geotekstil memiliki daya tahan terhadap pengaruh
kontak langsung dengan zat kimia yang umumnya ada di
dalam tanah dan memiliki daya tahan terhadap pengaruh
mikrobiologis lainnya.
6. Pastikan geotekstil harus mempunyai ketahanan yang tinggi
terhadap pengaruh jebol (high puncture resistance).

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 22
7. Pastikan geotekstil mempunyai jaringan serabut yang stabil
sehingga memiliki ketahanan terhadap kerusakan saat
pelaksanaan.
8. Pastikan setiap roll geotekstil yang dikirimkan ke lapangan,
harus mempunyai tanda produksi dan pernyataan tipe yang
tertera jelas pada pembungkus luar maupun sepanjang
lembaran dengan panjang interval tertentu untuk maksud
pemeriksaan visual.
9.Pastikan geotekstil yang dikirim ke lapangan harus dengan
pembungkus untuk melindungi material tersebut terutama dari
sinar matahari.
10. Lakukan penyambungan geotekstil overlap harus tepat, baik
lebar maupun posisinya agar geotekstil dapat berfungsi
selama waktu pelaksanaan dan selama umur rencana dari
struktur. Alternatif lain dari overlap dapat dilakukan dengan
cara menjahit dengan menggunakan mesin jahit ketik ganda
portabel.
11. Lakukan penyambungan geotekstil dengan cara menjahit
dengan jahitan ganda, dengan jarak 50 mm sampai dengan
100 mm dari tepi lembaran geotekstil yang disambung.
12. Tempatkan material timbunan setelah penggelaran geotekstil
harus dilakukan dengan baik sehingga geotekstil tidak
mengalami beban melebihi tegangan ijinnya. Kerusakan
geotekstil selama penempatan material timbunan harus
diperbaiki.
13. Lakukan pencatatan dengan baik setiap lembar geotekstil
yang terpasang, lokasi pemasangan, tanggal penggelaran,
waktu mulai dan selesai, dan ukuran geotekstil yang
terpasang. Pencatatan juga mencakup penyambungan
lembaran geotekstil.
14. Geotekstil harus memenuhi atau melampaui semua
persyaratan seperti yang tersebut di bawah ini melalui metoda
pengujian yang sama.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 23
Tabel 7. Metode Pengujian Spesifikasi Geotekstil

Gambar 7. Contoh Pemasangan Liner Geosintetis

3.5. Tata Cara Pembangunan Zona Penyangga dan Zona Budi


Daya Terbatas

3.5.1. Pengertian Zona Penyangga dan Zona Budi Daya


Terbatas
Zona penyangga adalah zona yang berfungsi sebagai penahan
untuk mencegah dan mengurangi dampak keberadaan dan
kegiatan-kegiatan TPA terhadap masyarakat yang melakukan

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 24
kegiatan sehari-hari di kawasan sekitar TPA, dalam segi
keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan.
Zona budi daya terbatas adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan dengan batasan tertentu.

3.5.2. Manfaat Zona Penyangga dan Zona Budi Daya


Terbatas
Zona penyangga berfungsi untuk mengurangi dampak negatif
yang ditimbulkan oleh kegiatan di lokasi TPA sampah terhadap
lingkungan di sekitarnya. Selain itu penghijauan lahan TPA
dengan zona penyangga juga dapat mencegah bau dan lalat di
sekitar timbunan sampah yang berlebihan.
Manfaat zona budi daya terbatas adalah memberikan ruang
untuk kegiatan budi daya yang terbatas, yakni kegiatan budi
daya yang berkaitan dengan TPA. Namun, zona budi daya
terbatas dipersyaratkan untuk TPA dengan sistem selain
pengurugan berlapis bersih/lahan urug saniter (sanitary landfill).

3.5.3. Tata Cara Pembangunan Zona Penyangga dan Zona


Budi Daya Terbatas
Pada TPA baru atau yang sedang direncanakan, penentuan lebar
zona budidaya terbatas disesuaikan dengan Pedoman
Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah mengacu Peraturan
Menteri PU Nomor 19 tahun 2012 tentang Pedoman Penataan
Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah.

Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pembangunan zona


penyangga, antara lain:
Penetapan kawasan sekitar TPA Sampah.
Penetapan kawasan sekitar TPA sampah berdasarkan sistem
pengelolaan sampah dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Untuk TPA sampah dengan sistem pengelolaan LUT,
maka kawasan sekitar TPA sampah terdiri atas zona
penyangga dan zona budi daya terbatas karena masih
terdapat potensi bahaya sampah di luar zona penyangga.
b. Sedangkan untuk TPA sampah dengan sistem
pengelolaan LUS, maka kawasan sekitar TPA sampah

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 25
hanya berupa zona penyangga. Namun, disarankan
untuk tetap memiliki zona budi daya terbatas.

2.Penentuan jarak zona di kawasan sekitar TPA sampah


a. Zona penyangga
Penentuan jarak zona penyangga ditentukan dengan
pertimbangan jarak telah aman dari pengaruh dampak
TPA sampah yang berupa bahaya meresapnya lindi ke
dalam mata air dan badan air lainnya yang dipakai
penduduk untuk kehidupan sehari-hari, bahaya ledakan
gas metan, dan bahaya penyebaran penyakit melalui
binatang vektor seperti lalat. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan di atas, maka zona penyangga ditetapkan
dengan radius 500 meter dihitung dari batas terluar TPA
sampah.
b. Zona budi daya terbatas
Jarak zona budi daya terbatas ditentukan dengan
mempertimbangkan:
- Sistem pengelolaan sampah, yaitu LUT atau LUS;
- Mekanisme penimbunan sampah eksisting, yaitu
melalui pemilahan atau tanpa pemilahan;
- Karakteristik sampah yang masuk ke TPA sampah
(organik, non organik, B3);
- Jarak rembesan lindi;
- Kondisi gas dalam sampah (metana dan amonia);
- Jarak jangkauan binatang vektor;
- Kondisi geologi, geohidrologi, dan jenis tanah;
- Iklim mikro; dan
- Pemanfaatan ruang yang telah ada di sekitar zona
TPA sampah sesuai dengan peraturan zonasi.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka zona
budi daya terbatas ditetapkan dengan radius 500 meter
dihitung dari batas terluar zona penyangga.

3.Persiapan vegetasi meliputi hal-hal sebagai berikut:


a. Penyiapan lapisan tanah
b. Perbaikan kualitas dan atau penyediaan kualitas tanah
yang baik.

4.Prosedur persiapan tanah untuk penanaman meliputi:

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 26
a. Perbaikan kualitas tanah
b. Penambahan nutrisi
c. Menjaga suhu tanah
d. Menjaga kelembaban kadar air dengan menyiramnya
saat kering
e. Penggunaan peralatan pemindahan tanah.
f. Tanaman untuk green belt area menggunakan pohon
pelindung, tanaman untuk permukaan tumpukan sampah
menggunakan tanaman perdu.

5.Penjelasan tentang tanaman perdu secara umum adalah:


a. Pohon yang tumbuh lebih lambat lebih mudah diterapkan
karena memerlukan kelembaban yang lebih rendah.
b. Tanaman perdu (tinggi dibawah 1 meter) dapat menutupi
permukaan dan terhindar dari gas pada lapisan yang
lebih dalam tetapi memerlukan pengairan lebih sering.
c. Kerapatan pohon yang ditanam adalah 2-5 meter untuk
tanaman keras.
d. Penanaman rerumputan mempunyai kelebihan, antara
lain lebih mudah tumbuh, berakar serabut dan dangkal,
lebih mudah berkembang pada kondisi timbunan,
memiliki ketahanan lebih tinggi.
e. Selain rumput, tanaman kriminil / krokot dapat digunakan,
dan ditanam sudah jadi.

6.Untuk mendukung fungsi zona penyangga, apabila lokasi


TPA tidak berada pada hilir angin lokal dan atau angin musim
yang berpengaruh maka diperlukan sabuk hijau (green belt)
pada zona penyangga dengan ketebalan setidaknya 100
meter atau dengan kerapatan pohon yang lebih tinggi pada
arah angin. Kerapatan pohon sangat ditentukan oleh garis
tengah mahkota dan akar. Untuk jenis pohon atau vegetasi
yang berumur panjang jarak minimal kerapatan pohon
ditetapkan sejauh 5 (lima) meter.
Pemilihan vegetasi yang direkomendasikan pada zona
penyangga yaitu tanaman yang sesuai dengan kondisi alam
setempat
Spesies yang direkomendasikan berdasarkan fungsi
utamanya adalah:

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 27
a. Tanaman perdu yang dapat dipilih selain jenis tanaman
yang direkomendasikan, antara lain: Puring {Codiaeum
variegatum), Beluntas / Bajuntas {Puchea indica L),
Bougenvile {Bougainvillea), Daun Wungu / Daun putri /
Demung {Graptophyllum pictum (L.)Grifl), Wedelia
(Wedelia trilobata (L.) Hitch), Tapak kuda {Ipomoea
pescaprae), Euphorbia.
b. Tanaman penyerap bau yang direkomendasikan, yaitu:
Angsana, Flamboyan, Kemuning (Murraya paniculata),
Pohon Tanjung (Mimoscrops elengi).
c. Tanaman penyerap emisi CO2 dan debu yang
direkomendasikan, yaitu: Pohon Damar (Agathis alba),
Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla), Pohon
Glodogan (Polyathea longifolia), Pohon Trembesi (Albizia
saman), Pohon Akasia (Acacia auriculiformis), Pohon
Tanjung (Mimoscrops elengi).

3.6. Tata Cara Pemasangan Under Drain Penyalur Lindi

3.6.1. Pengertian Under Drain Penyalur Lindi


Sistem under drain penyalur lindi adalah sistem pengaliran air di
bawah media setelah air melewati proses penyaringan atau
filtrasi.

3.6.2. Manfaat Under Drain Penyalur Lindi


Konstruksi sistem under drain direncanakan sesuai dengan
desain yang dibuat yaitu dapat berupa pola tulang ikan atau pola
lurus.
Kemiringan saluran pengumpul lindi antara 1-2 % dengan
pengaliran secara gravitasi menuju instalasi pengolah lindi (IPL).
Sistem under drain berfungsi untuk menangkap lindi yang
kemudian diarahkan menuju pipa berdiameter minimum 200 mm,
atau saluran pengumpul lindi.
Pada lahan urug saniter, pertemuan antar pipa penangkap atau
antara pipa penangkap dengan pipa pengumpul dibuat bak
kontrol (junction box), yang dihubungkan sistem ventilasi
vertikal penangkap atau pengumpul gas, seperti pada gambar
berikut ini.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 28
Gambar 8. Detail Pertemuan Pipa Lindi

3.6.3. Tata Cara Pemasangan Under Drain


Berikut langkah-langkah dalam pemasangan under drain
penyalur lindi:
1. Pastikan bahwa pekerjaan perpipaan lindi hendaknya
mengikuti persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam
Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1974, serta persyaratan
yang telah ditentukan oleh pihak berwenang. Mutu bahan
harus baik dan telah diuji oleh lembaga yang berwenang.
2. Pastikan jenis pipa yang akan dipasang, misal perpipaan
yang digunakan dari jenis pipa-pipa air dan gas yang terbuat
dari bahan polyethylene (PE) dengan spesifikasi yang
disesuaikan untuk air limbah
3. Pastikan material seluruh pipa dan fitting-accesories yang
digunakan harus mengikuti standar-standar yang berlaku
untuk pipa air buangan.
4. Pastikan sambungan pipa yang digunakan adalah jenis
sambungan yang biasa digunakan dalam penyambungan
pipa PE.
5. Pastikan setiap pipa dan accesories yang digunakan harus
jelas berisi informasi tentang: Jenis pipa, Diameter pipa
(mm), Tekanan pipa (bar) nilai kekuatan pipa, Merk, Nomor

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 29
produksi, tanggal dan tanda-tanda lain; Sudut (derajat) dari
fitting.
6. Pastikan sebelum dilakukan pemasangan pipa, lapisan dasar
pipa telah memiliki memiliki level dan kepadatan sesuai
dengan standar.
7. Lakukan pemasangan pipa penyalur lindi sesuai dengan
diameter rencana dengan elevasi sesuai rencana. Elevasi
harus sesuai dengan rencana agar dapat terjamin aliran
secara gravitasi.
8. Lakukan penyambungan pipa dengan sistem junction sesuai
dengan standar teknis, terutama antara pipa utama dengan
pipa lateral.
9. Pasang lapisan pelindung untuk pipa, sehingga tingkat
pengamanan dapat menjamin pipa dari tekanan sampah dan
beban alat berat pada saat operasi.
10. Perforasi pada pipa penangkap/pengumpul dilaksanakan
sesuai dengan gambar dengan alat yang tidak akan merusak
kekuatan pipa.
11. Setelah pekerjaan perpipaan selesai harus dilakukan
pengujian atas seluruh bagian dari pekerjaan ini. Semua
kekurangan dan kebocoran harus segera diperbaiki sehingga
seluruh sistem bekerja dengan baik.
12. Untuk menjamin terpenuhinya teknis sesuai rencana,
lakukan pekerjaan pengukuran. Yang dimaksud dengan
pekerjaan pengukuran dalam pekerjaan ini adalah
pengukuran arah memanjang dan pekerjaan pemipaan.
13. Berdasarkan pengukuran tersebut, kontraktor harus
membuat rencana kerja pekerjaan pemipaan yang berisi
:Elevasi permukaan tanah; Elevasi dasar tanah (dari galian
yang harus dilaksanakan); Elevasi peletakan pipa; Elevasi
permukaan tanah setelah selesai pekerjaan urugan dan atau
pembuatan jalan; Letak dan atau posisi perpipaan yang
lurus, sambungan tee, bend dan trust block; Dan lain-lain
sesuai dengan keadaan di lapangan atau atas petunjuk
direksi di lapangan; Posisi manhole penghubung yang
berfungsi sebagai awal pipa tegak biogas.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 30
Gambar 9. Detail Potongan Saluran Under Drain

3.7. Tata Cara Pemasangan dan Pemanfaatan Gas

3.7.1. Pengertian Gas-Bio


Gas bio adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian
materi organik oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob. Gas-
gas yang dihasilkan dari proses penguraian antara lain gas
metan (CH4), karbondioksida (CO2), uap air (H2O), gas nitrogen
(N2), dan lain-lain.

3.7.2. Manfaat Gas-Bio


Untuk menghilangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan dari
gas bio yang dihasilkan saat proses dekomposisi sampah maka
perlu pengelolaan gas salah satunya dengan memanfaatkannya
sebagai bahan bakar pembantu. Pemanfaatan gas bio juga
mengurangi resiko perubahan iklim dunia karena setiap ton
metan yang terlepas ke atmosfer sama besarnya dengan 21 ton
karbondioksida. Selain itu, siklus metan di amosfer 20 kali lebih
cepat daripada karbon dioksida, berarti dengan mengurangi
metan yang merupakan salah satu gas yang dihasilkan dalam
gas bio akan memperlambat terjadinya perubahan iklim dunia.

3.7.3. Tata Cara Pemanfaatan Gas Bio

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 31
1. Kontrol gas yang ditimbulkan dari proses degradasi di TPA
agar tidak mengganggu lingkungan, khususnya orang yang
akan menggunakan fasilitas ini, serta penduduksekitarnya.
2. Gas hasil biodegradasi tersebut dicegah mengalir secara
lateral dari lokasi TPA lama menuju daerah sekitarnya.
3. Pada TPA lama yang mengalirkan gas bio ke pipa pengumpul
gas melalui ventilasi sistem penangkap gas, diharuskan untuk
membakar gas tersebut pada gas-flare. Sangat dianjurkan
menangkap gas bio tersebut untuk dimanfaatkan.
4. Pada TPA lama yang belum dilengkapi dengan sistem
penangkap gas, gas bio harus dievakuasi ke luar dengan
membuat sistem penangkap gas vertikal, dengan cara:
5. Membuat sumuran berdiameter minimum 50 cm berisi kerikil
diameter 30-50 mm dengan melakukan pemboran vertikal,
sedapat mungkin sampai kedalaman 1-2 m di atas dasar
lahan urug lama.
6. Memasang pipa PVC diameter minimum 75 mm, dengan
tambahan pelindung pipa berupa drum (2 buah drum yang
disusun bertumpuk) sebagai casing yang melindungi pipa
paling tidak 1 m sebelum akhir sumuran tersebut di atas,
sebagai upaya pengumpul gas bio.

Gambar 10. Penggunaan Drum sebagai Pelindung Pipa

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 32
7. Mengalirkan gas yang tertangkap ke udara terbuka melalui
ventilasi tersebut, sedemikian sehingga tidak berakumulasi
yang dapat menimbulkan ledakan atau bahaya toksik lainnya.
Dianjurkan menggunakan gas flare.
8. Konstruksi pipa gas pada TPA yang direhabilitasi harus dimulai
dari lapisan sampah eksisting. Jadi pada TPA yang
direhabilitasi terdapat 2 pipa gas, masing-masing adalah pipa
dari lapisan sampah eksisting dan dari persambungan pipa
lindi. Pipa gas berlubang dari HDPE diameter 200 mm. Kedua
pipa gas berada dalam lubang sumuran. Diameter pipa
tergantung dari jumlah gas TPA yang akan diekstraksi.
9. Sistem penangkap gas dapat berupa :
a. Ventilasi vertikal : merupakan ventilasi yang mengarahkan
dan mengalirkan gas yang terbentuk ke atas
b. Ventilasi akhir : merupakan ventilasi yang dibangun pada
timbunan akhir yang dihubungkan dihubungkan dengan
sarana pengumpul gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
10. Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol sesuai dengan
perkiraan umurnya.
11. Beberapa kriteria desain perpipaan vertikal pipa biogas, yaitu :
a. Pipa gas dengan casing PVC, HDPE, atau PP dengan
diameter : 100 150 mm (minimal 110 mm)
b. Lubang bor berisi kerikil : 50 100 cm
c. Perforasi : 8 12 mm
d. Kedalaman : 80 %
e. Jarak antara ventilasi vertikal : 25-59 m.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 33
Gambar 11. Pemasangan Pipa Gas

3.8. Tata Cara Pembangunan Tanggul Penahan

3.8.1. Pengertian Tanggul Penahan


Tanggul penahan merupakan sarana untuk menahan timbunan
sampah dari longsor akibat erosi saat hujan atau timbunan
sampah yang terlalu tinggi.

3.8.2. Manfaat Tanggul Penahan


Tanggul pengaman pada TPA untuk mencegah kelongsoran
sampah. Lahan TPA sampah, khususnya area pengurugan
hendaknya selalu dilakukan pengawasan maupun pemantauan
terhadap kemungkinan terjadinya kelongsoran akibat
ketidakstabilan terhadap keruntuhan geser, atau terganggunya
kestabilan lereng.

3.8.3. Tata Cara Pembangunan Tanggul Penahan


Tanggul dibuat di sisi-sisi sel sampah. Tanggul dibuat dari
timbunan tanah yang dipadatkan. Tanggul pada sisi sel sampah
diproteksi dengan GCL, HDPE Geomembran dan Geotekstil
Proteksi. Pada bagian luar dari sisi timbunan sampah diproteksi
dengan geotekstil. Struktur pelapis tanggul dibuat mengikuti

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 34
pelapisan dasar sel TPA, yaitu menggunakan tanah lempung dan
dilapisi dengan geomembran. Jika pengadaan tanah lempung
sulit dilakukan, maka tanah lempung dapat diganti dengan
lapisan kedap lainnya, seperti GCL.

Dalam tahap ini, pekerjaan meliputi:


1. Prosedur Galian
Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan
ketinggian yang ditentukan dalam gambar dan harus meliputi
pembuangan semua bahan-bahan yang ditemukan. Apabila
batuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras lainnya ditemukan
pada jalur selokan atau pada ketinggian tanah dasar untuk
perkerasan dan bahu jalan, atau pada dasar parit pipa atau
galian pondasi struktur maka bahan-bahan tersebut harus digali
lebih dari 150 mm sampai suatu permukaan yang rata halus dan
mantap.

Gambar 12. Denah Tanggul Sampah

2. Bahan-bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui
project manager. Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan
biasa akan terdiri dari tanah atau bahan-bahan batuan. Bila
digunakan situasi pemadatan dengan kondisi jenuh atau banjir
tidak dapat dihindari, maka timbunan dengan bahan-bahan
terpilih harus terdiri dari pasir atau kerikil atau bahan-bahan
butiran bersih lainnya dengan suatu Indeks Plastisitas maksimum
6%.

3. Penempatan dan Pemadatan Timbunan

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 35
Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang
dipersiapkan dan disebarkan merata serta bila dipadatkan akan
memenuhi toleransi ketebalan lapisan tertentu. Tanah dasar
harus ditutup dengan sepraktis dan secepat mungkin dengan
lapis pondasi bawah sampai ketinggian permukaan jalan yang
ada untuk mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan
permukaan. Setelah penempatan dan penghamparan timbunan
maka setiap lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh
dengan alat pemadat yang cocok dan layak. Lapisan yang lebih
dari 300 mm di bawah ketinggian tanah dasar harus dipadatkan
sampai 95% dari standar maksimum kepadatan kering yang
ditentukan sesuai AASTHO T99. Untuk tanah yang mengandung
lebih dari 10 % bahan-bahan yang tertahan pada ayakan inch,
kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus disesuaikan
untuk bahan-bahan yang berukuran lebih besar. Lapisan 300 mm
atau kurang di bawah ketinggian tanah harus dipadatkan sampai
100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan
AASTHO T99.

Gambar 13. Potongan Tanggul Penahan

4. Prosedur Pengerjaan
Parit untuk struktur dan telapak struktural digali menurut garis,
kelandaian, dan ketinggian yang terlihat pada gambar. Daerah
yang digali di sekitar struktur harus diurug kembali dengan
bahan-bahan yang disetujui dalam pelapisan horizontal dengan

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 36
kedalaman tidak lebih dari 150 mm sampai setinggi permukaan
tanhah asal atau setinggi permukaan tanah dasar, dan dipilih
yang paling rendah. Setiap lapisan harus dibasahi atau
dikeringkan sampai kadar air optimum sebagaimana diisyaratkan
dan dipadatkan seluruhnya. Urugan kembali yang membentuk
bagian timbunan harus dipadatkan sampai 100% dari kepadatan
kering maksimum yang ditentukan sesuatu dengan AASTHO
T99.
5. Pemasangan Strauspile
Strauspile adalah pondasi dangkal berbentuk lingkaran yang
dibuat dibawah banguan agar dapat menyalurkan beban yang
besar ke tanah keras, staruspile umumnya diambil karena posisi
tanah keras tidak terlalu dalam. Galian strauspile dilakukan
manual sehingga dapat dibentuk dengan sedemikian rupa sesuai
dengan gambar rencana.

6. Pemasangan Poor
Struktur poor adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai
struktur tumpuan awal dari beban-beban yang terjadi juga
berfungsi sebagai tumpuan kolom dan balok (sloof). Pada
konstruksi ini berfungsi ganda sebagai penahan gaya vertical
dan gaya horizontal, semua pelaksanaannya sesuai dengan
pekerjaan beton bertulang.

3.9. Tata Cara Pembangunan Unit Pengolah Gas Bio dan Lindi

3.9.1. Instalasi pengolah gas bio


A. Pengertian dan Manfaat
Unit Pengolah Gas Bio merupakan sarana utama di TPA yang
digunakan untuk mengurangi dampak negatif dari gas-bio
dengan pengolahan untuk memisahkan gas-gas yang tidak
diinginkan.
B. Tata Cara Pembangunan Unit Pengolah Gas Bio
1.Penyiapan Unit Ventilasi Gas Vertikal pada TPA Baru.
Langkah Kerja :
a. Siapkanlah pipa HDPE berlubang dia 150 mm dan
fittingnya
b. Pipa gas disambungkan ke pipa Air Lindi yang sudah
dipasang lebih dulu.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 37
c. Pasang pipa dengan menyambungkannya pada fitting
yang sudah disiapkan. Jarak antara pipa 50-70 m dan
tinggi pipa = tinggi sel sampah ditambah 50 cm.
d. Pipa vertikal tersebut harus dilindungi casing diameter
80 cm diisi kerikil 5/10, bisa dari drum bekas dengan
lubang berforasi 5 cm dan jarak antar lubang 15-20 cm
e. Pasanglah pipa besi (diameter 1-1,5 inch) sepanjang 1,5
m pada akhir timbunan. Gas yang ke luar dari ujung
pipa besi ini dibakar atau dimanfaatkan untuk energi.
f. Pasang bendera di dekat tambahan pipa vertikal agar
tidak ditabrak oleh buldozer

Gambar 14. Ilustrasi Penyiapan Unit Ventilasi Gas Vertikal pada TPA
Baru

2.Pemasangan pipa gas horisontal


Langkah Kerja :

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 38
Pipa gas juga dipasang secara horisontal. Sebelum dilakukan
penutupan tanah antara, di atas sampah padat dipasang pipa
gas HPDE perforated diameter 100 mm secara horisontal
menyambung ke pipa gas vertikal untuk mengumpulkan gas
dari timbunan sampah.

Gambar 15. Detail Penangkap Gas Bio

3.9.2. Instalasi pengolahan lindi TPA

A. Pengertian dan Manfaat


Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) adalah rangkaian unit bangunan
pengolah lindi yang dirancang untuk menyisihkan polutan dan
kontaminan yang terkandung di dalamnya supaya memenuhi
baku mutu yang ditentukan.
IPL digunakan untuk mengurangi beban pencemaran terhadap
badan air penerima. Lindi yang telah terkumpul diolah terlebih
dahulu sehingga mencapai standar aman untuk kemudian
dibuang ke dalam badan air penerima.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 39
B. Tata Cara Pembangunan Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)
TPA
1. Pekerjaan pasangan
Pada pekerjaan ini, pondasi bangunan ditentukan. Dapat
berupa bangunan dari batu kali dengan campuran 1 semen : 5
pasir. Di bawah tiang-tiang/kolom penyangga dipasang
pondasi. Pekerjaan slope, ring balok, plat lantai, dan kolom.
a. Konstruksi bekisting harus cukup kokoh agar tidak terjadi
perubahan-perubahan bentuk pada waktu pengecoran
maupun masa pengerasan.
b. Ukuran penampang jadi beton tidak boleh kurang dari apa
yang disyaratkan dalam gambar kerja dan penyimpangan
tidak boleh lebih dari 1 % dari ukuran yang bersangkutan.
c. Selimut beton yang disyaratkan untuk seluruh pekerjaan
balok dan lantai beton tidak boleh kurang dari 5 cm atau
sesuai gambar kerja.
d. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus
mengikuti persyaratan-persyaratan yang ditentukan.

2. Pekerjaan beton bertulang


Pekerjaan beton dalam pelaksanaan harus memenuhi
persyaratan yang termuat dalam PBI 1971, NI-2, baik
mengenai material koral, pasir, semen dan baja maupun
pelaksanaannya. Sebelum pelaksanaan pekerjaan
pembetonan, Kontraktor terlebih dahulu harus mengadakan
percobaan campuran (mixed design) untuk melihat mutu
karakteristik beton yang dicapai, slump yang diperkenankan
adalah berharga 710 cm. Untuk mendapatkan bentuk,
penampang, ukuran dari beton seperti yang diminta dalam
gambar konstruksi, bekisting harus dikerjakan dengan baik,
teliti, dan kokoh. Pembongkaran bekisting beton tidak boleh
dilakukan sebelum waktu pengerasan menurut PBI 1971
dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan hati-hati dan tidak
merusak beton yang sudah mengeras, dengan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan Project manager.

3. Pekerjaan baja tulangan dan pengecoran


Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang
dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat yang
harus diikuti menurut PBI 1971, NI-2. Parameter-parameter

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 40
pengenal harus minimal sama seperti persyaratan dalam
gambar kerja dan bilamana parameter tersebut akan diganti,
maka jumlah luas penampang per satuan lebar beton harus
minimal sama dengan luas penampang rencana, sebelum
melakukan perubahan-perubahan harus mendapat
persetujuan.
Tulangan harus ditempatkan dengan teliti dengan posisi
sesuai rencana, dan harus dijaga jarak antara tulangan
dengan bekisting untukmendapatkan tebal selimut beton
(beton decking) yang cukup. Pekerjaan pengecoran beton
harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan
penghentian pengecoran kecuali bila sudah dipertimbangkan
pada tempat-tempat yang aman dan sebelumnya sudah
mendapat persetujuan dari Project manager. Segera setelah
beton dituangkan ke dalam bekisting, adukan harus
dipadatkan dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus
mencukupi. Additive dapat pula dipergunakan sepanjang tidak
menyebabkan kelainan-kelainan pada beton dan untuk itu
harus mendapatkan persetujuan.

4. Bak pengumpul efluen TPA


Pekerjaan kolam pengumpul efluen dari TPA (merupakan pipa
efluen ke bak ini)
mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
Pekerjaan tanah
Pekerjaan pondasi
Pekerjaan beton
Pembuatan kolam pengumpul efluen
Pemasangan alat ukur
Pemasangan pipa.

5. Kolam Anaerob-Fakultatif-Maturasi
Pekerjaan pembuatan kolam anaerob, fakultatif, maturasi
mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
Pekerjaan tanah
Pekerjaan pondasi
Pekerjaan beton
Pekerjaan pasangan batu kali

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 41
Pembuatan bak pengendap dan struktur inlet
Pembuatan konstruksi pelimpah
Pembuatan saluran pembuang influen dan efluen.

6. Pemasangan pipa
Pemasangan pipa inlet yang masuk ke dalam tangki
Sedimentasi I harus dilakukan dengan teliti. Posisi ketinggian
pipa dari muka tanah maupun dari dasar bak Anaerob harus
sesuai dengan apa yang tercantum di dalam gambar
perencanaan. Bahan pipa adalah pipa steel dengan standar
kualitas kualifikasi AWWA. Sambungan-sambungan pipa
dilakukan secara mekanis, yaitu menggunakan flange
diameter yang sesuai.

7. Konstruksi pelimpah
Konstruksi pelimpah dari bak Sedimentasi I dapat berupa
ambang pelimpah yang dipasang selebar bak. Pelimpah
dapat terbuat dari bahan papan kayu yang lurus. Papan ini
dipasang di atas ketebalan dinding pelimpah yang terbuat dari
beton bertulang seperti diperlihatkan pada gambar
perencanaan. Pemasangan papan pelimpah ini pada beton
dilakukan dengan hati-hati dan rapi. Agar tidak terjadi
kebocoran maka setiap penempelan harus diberi lem dan
karet. Guna memudahkan pemasangan dan pencabutan
papan pelimpah, maka dibutuhkan jembatan (bordes) operasi,
yang terbuat dari baja. Posisi dan ukuran bordes tersebut
sesuai dengan gambar perencanaan.

8. Kolam Kontrol/Wetland
Kolam kontrol / wetland dapat berupa konstruksi beton. Aliran
air sebagian mengalir pada bak resirkulasi dengan
pengaturan melalui pintu-pintu air. Bak resirkulasi yang
terbuat dari pasangan beton bertulang, dilengkapi dengan
pipa dan valve-valve guna memungkinkan penyambungan
slang (pipa) fleksibel ke pompa, agar dapat dialirkan ke TPA.

3.10. Tata Cara Pembangunan Bangunan Penunjang.


Bangunan penunjang terdiri dari:
-Pagar, Papan Nama, Zona Penyangga;
-Kantor dan Laboratorium;
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 42
-Tanggul, talud, perkuatan tebing;
-Saluran pelimpas air hujan/drainase;
-Bengkel dan Hanggar Alat Berat;

Namun dalam hal ini hanya akan dibahas mengenai bangunan


Bengkel dan Hanggar Alat Berat;
Bengkel/garasi/hangar berfungsi untuk menyimpan dan atau
memperbaiki kendaraan atau alat besar yang rusak. Peralatan
bengkel minimal yang harus ada di TPA adalah peralatan untuk
pemeliharaan dan kerusakan ringan.

a. Tempat cuci kendaraan;


Tempat cuci kendaraan di lokasi TPA berfungsi untuk:
Membersihkan roda kendaraan ataupun bak truk setiap
hari di akhir pengangkutan sampah dan pembongkaran di
sel harian,
Membersihkan alat berat dari sampah yang menempel
setiap selesai digunakan Aliran air dari lokasi tempat cuci
kendaraan dialirkan ke kolam equalisasi.

b. Sarana air bersih dan sanitasi;


Fasilitas air bersih akan digunakan terutama untuk kebutuhan
kantor, pencucian kendaraan (truk dan alat berat), maupun
fasilitas TPA lainnya. Penyediaan air bersih ini dapat
dilakukan dengan sumur bor dan pompa.
Semua instalasi air bersih dari PVC atau galvanis dengan
diameter sesuai yang tertera pada gambar dan tertanam di
dalam tembok.
Untuk instalasi air kotor dari PVC medium dengan ukuran
sesuai yang tertera di dalam gambar dan dimasukkan
dalam shaft.
Saluran pembuangan air hujan diteruskan ke got
pembuangan.
Kloset duduk dan kloset jongkok dipasang ukuran medium
Instalasi air bersih disambung dari PDAM sampai mengalir.

c. Listrik
Instalasi listrik dipasang sampai menyala

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 43
Semua instalasi harus tertanam di dalam tembok dan
untuk diatas plafon kabel harus dibungkus dalam pipa.
Penyambungan harus dilakukan dalam kotak-kotak. Kabel-
kabel disambung sesuai dengan warna-warna atau
namanya masing-masing.
Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa
conduit minimum 5/8 dan setiap percabangan harus
menggunakan junction box yang sesuai.

d. Pemadam Kebakaran
Fasilitas tersebut perlu disediakan untuk mengantisipasi
terjadinya kebakaran di TPA. Penentuan penempatan APAR
dalam sebuah lokasi atau bangunan disesuaikan dengan
tingkat bahaya kebakaran lokasi dimana APAR akan
ditempatkan dan jenis atau kelas kebakaran yang ada.
Untuk lingkungan TPA termasuk ke dalam bahaya lokasi yang
cukup tinggi karena terdapat penyimpanan bahan bakar alat
berat dan timbunan sampah yang menghasilkan gas metan
yang besifat mudah meledak.

Penempatan APAR:
APAR diletakkan pada lokasi dimana mudah diakses dan
tersedia untuk digunakan jika terjadi api. Lebih disukai pada
jalur jalan atau akses keluar.
Kotak/lemari APAR tidak dikunci, kecuali ada kemungkinan
APAR dicuri/digunakan tanpa ijin dan lemari dilengkapi
alat/cara untuk mengaksesnya.
APAR tidak terhalang dari pandangan. Jika kondisinya
memaksa terhalang maka dilengkapi dengan penandaan
/cara lain untuk menginformasikan lokasinya.
APAR diletakkan digantung pada gantungan atau disediakan
bracket yang khusus disediakan dari pihak pembuatnya. Hal
ini tidak berlaku untuk pemadam yang menggunakan roda.
APAR yang memiliki berat kotor tidak lebih dari 18,14 kg
dipasang pada ketinggian dimana bagian puncak APAR tidak
lebih dari 5 kaki / 1,53 meter dari lantai. Sedangkan APAR
dengan berat kotor lebih dari 18,14 (kecuali APAR yang
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 44
beroda) dipasang pada ketinggian dimana bagian puncak
APAR tidak lebih dari 1,07 meter dari lantai.
Tidak diijinkan peletakan APAR dimana jarak antara bagian
terbawah APAR dengan lantai kurang dari 10,2 cm.

3.11. Tata Cara Pembangunan Jembatan Timbang

3.11.1. Pengertian Jembatan Timbang


Jembatan timbang TPA adalah bentuk jembatan yang telah
dilengkapi sensor Loadcell untuk membaca berat dari media
yang akan ditimbang.

3.11.2. Manfaat Jembatan Timbang


Fungsi dari jembatan timbang adalah untuk pengawasan dan
pemantauan terhadap fluktuasi volume sampah yang masuk ke
TPA sehingga dapat diperkirakan umur sel landfill yang aktif.

Jembatan timbang terdiri dari beberapa komponen penunjang


diantaranya:
1. Indikator timbangan
Indikator adalah alat yang digunakan untuk membaca dan
mengetahui berat dari mobil/truck yang ditimbang, sama
seperti timbangan pada umumnya. Indikator merupakan
komponen penting dari sebuah jembatan timbang.
2. Loadcell (sensor)
Loadcell atau yang biasa disebut sensor timbangan adalah
satu dari bagian jembatan timbang yang letaknya diantara
pondasi dan konstruksi jembatan timbang, loadcell
umumnya terbuat dari Alloy Steel dan Stainless Steel,
kapasitas loadcell tergantung dari kapasitas jembatan
timbang yakni 20, 25, 30 ton.
3. Konstruksi timbangan (Besi WF : 500/600/200 untuk Main
Beam dan Cross Beam)
Konstruksi jembatan timbang sedikit berbeda dengan
jembatan biasa pada umumnya, karena terbuat dari plat dan
besi yang khusus didesain untuk alat timbang dan telah
disertifikasi. Contoh dari jenis besi tersebut adalah besi WF
500/600/200 untuk main beam dan cross beam.
4. Pondasi (bias berupa cakar ayam)

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 45
Pondasi jembatan timbang sama seperti pondasi umumnya
yang baisanya terbuat dari tiang pancang maupun cor
beton, hanya saja pondasi jembatan timbang menggunakan
tatakan baseplate yanag berfungsi untuk menahan
konstruksi dan loadcell.
5. Kamera
Jembatan timbang juga biasanya dilengkapi dengan kamera
yang berfungsi untuk menyimpan data mobil dan material
truk maupun mobil yang ditimbang baik nomor kendaraan
material yang dibawanya.
6. Software dan printer
Software jembatan timbang fungsinya hampir sama seperti
software yang biasanya digunakan untuk parker kendaraan
bermotor, hanya perbedaannya jika software parker biasanya
tidak dilengkapi dengan data material maupun berat dari
kendaraan yang lewat, tetapi di software jembatan timbang
semua data bias ter-record/tersimpan.

3.11.3. Tata Cara Pembangunan Jembatan Timbang


Jembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah
yang masuk ke TPA dengan ketentuan sebagai berikut :
Lokasi jembatan timbang harus dekat dengan kantor/pos
jaga dan terletak pada jalan masuk TPA.
Jembatan timbang harus dapat menahan beban minimal 5
ton
Lebar jembatan timbang minimal 3,5 m

Gambar 16. Contoh Pemasangan Jembatan Timbang

3.12. Tata Cara Pembangunan Sumur Uji

3.12.1. Pengertian Sumur Uji


BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 46
Sumur uji adalah sumur yang dirancang untuk menampung air
hasil olahan instalasi pengolahan lindi sebelum dibuang ke
badan air.

3.12.2. Manfaat Sumur Uji


Sumur uji berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya
pencemaran leachate terhadap air tanah di sekitar TPA.

3.12.3. Tata Cara Pembangunan Sumur Uji


Pembangunan sumur uji harus memperhatikan ketentuan
sebagai berikut:
a. Lokasi sumur uji terletak pada beberapa tempat, yaitu
sebelum lokasi penimbunan sampah, di lokasi sekitar
penimbunan dan pada lokasi setelah penimbunan
b. Penempatan lokasi tidak pada daerah yang akan tertimbun
sampah ke arah hilir aliran air tanah.
c. Kedalaman sumur 20-25 m dengan luas 1 m2.
d. Lokasi sumur uji harus terletak paling tidak berjarak 10 dan
20 dari TPA dan dari drainase TPA. Lokasi sumur uji ada di
bagian hulu TPA. Sehingga tiga sumur cukup sebagai sumur
uji. Sumur uji dapat digali secara manual jika muka air
kurangdari 4 m.
e. Sumur uji dibuat dari buis beton dengan diameter 100 cm
dan ketebalan buis 15 cm.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 47
Gambar 17. Tampak Atas Sumur Uji

f. Kedalaman sumur uji disesuaikan dengan kedalaman air


tanah. Penggalian sumur uji harus mencapai muka air
tanah. Buis beton yang ada di bawah permukaan tanah
dilubangi dengan lubang 5 cm dengan jarak masing -
masing lubang 50 cm. Pada sekeliling buis beton diberi ijuk.
Dan pada dasar sumur uji diberi hamparan kerikil setebal 20
cm. Untuk keamanan sumur uji ditutup dengan plat penutup
beton yang mudah dibuka jika akan dilakukan pengambilan
sampel.

Gambar 18. Contoh Sumur Uji

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 48
PETUNJUK PENGISIAN FORM

FORM 1 : Identifikasi Permasalahan Infrastruktur


Pembangunan
Tujuan : Untuk mengidentifikasi permasalahan dilapangan
pada setiap kunjungan
Output : Teridentifikasinya permasalahan yang ada
dilapangan dan ada rekomendasi serta tindak
lanjutnya

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 49
Formuntuk asisten Provinsi
FORM 1
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TPA

TPA : Tanggal: ......2016


Kab/Kota :
Provinsi :

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KETERANGAN

A B C D
I Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi/Demobilisasi Peralatan dan Personil
2 Pembuatan Direksi Keet
3 Pembuatan Papan/Dokumentasi Proyek
II Pembangunan Akses Jalan Opeasional ke TPA
1 Land Clearing
2 Penyebaran dan Pemadatan Base Couses
3 Penyebaran dan Pemadatan Line Stone
4 Penyebaran dan Pemadatan Pasir
5 Pemberian Layer (Besi Wiremesh )
6 Konstrusi Beton K350
III Pekerjaan Drainase
1 Pekerjaan Saluran Drainase Jalan Akses Menuju TPA
2 Pekerjaan Saluran Drainase Sekeliling Lahan TPA
3 Pekerjaan Saluran Drainase Sekeliling Landfill/Cell
IV Pembangunan Zona Landfill/Cell
Pembangunan Landfill/Cell Zona I
1 Land Clearing
Pek. Galian Tanah Pembentukan Blok Landfill (Mekanik)
Pek. Urugan Tanah PembentukanTanggul Blok Landfill (Mekanik)
2 Penggalian Jaringan Pipa Pengumpul Air Lindi
Pek. Pembersihan, Pemadatan dan Perataan tanah dasar
Dilakukan Pengecekan Leveling
3 Pemasangan Geomembrane
Pek. Pemasangan dan Penyambungan Geomembrane
4 Pemasangan Geotekstil
Pek. Lapisan Pemasangan dan Penyambungan Geotextile
5 Pemasangan Pipa Jaringan Pengumpul Air Lindi
Pek. Pemasangan Pipa Lindi Perforated (Pipa Berlubang) dan Urugan Lapisan Gravel
6 Pengurugan Tanah Merah/Lempung (Cover)
7 Pekerjaan Galian Untuk Pemasangan Angkur
Pembangunan Landfill Zona II
Pembangunan Landfill Zona III
Pembangunan Landfill Zona IV
V Pekerjaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendukung
1 Pembangunaan Pintu Gerbang TPA
2 Pembangunan Pos Jaga TPA
3 Pekerjaan Bangunan Kantor TPA
4 Pembangunan Jembatan Timbang
5 Bangunaan Cuci Truck (Car Wash )
6 Bangunan Laboratorium
7 Pekerjaan Pembangunan Bengkel dan Gudang
VI PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAH LINDI
1 Pekerjaan Pembuatan Kolam Anaeorobik
2 Pekerjaan Pembuatan Kolam Fakultatif
3 Pekerjaan Pembuatan Kolam Maturasi
4 Pekerjaan Kolam Peresapan (wet Land)
5 Pekerjaan Pembuatan Bak Chloor
6 Pekrjaan Pagar BRC Keliling Kolam
7 Pekerjaan Paving Keliling Kolam
8 Pekerjaan Jembatan Timbang
VII Pekerjaan Sumur Monitoring

Page 50
VIII Pekerjaan Pembuatan Buffer Zone
IX Pekerjaan Pagar Keliling Lahan dan PJU

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


Note Item pekerjaan disesuaikan dengan kontrak pekerjaan

PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT


1. Kolom A : Diisi nomor sesuai dengan nomor uraian
pekerjaan yang tercantum didalam kontrak
pekerjaan
2. Kolom B : Diisi sesuai dengan uraian pekerjaan yang
tercantum didalam kontrak pekerjaan.
3. Kolom C : Diisi sesuai kondisi atau permasalahan yang
terjadi di lapangan pada setiap sub pekerjaan.
4. Kolom D : Kolom inimenerangkan bila da informasi yang
dianggap perlu.

FORM 2 : Ceklist Kegiatan Yang Dilakukan Sebelum Kegiatan


Pelaksanaan
Tujuan : Untuk mengetahui kondisi tanah dan pengukuran
lokasi
Output : Diketahuinya kondisi tanah dan sudah atau
belumnya dilakukan pengukuran

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 51
Formuntuk asisten Provinsi
FORM 2
CEKLIST KEGIATAN YANG DILAKUKAN SEBELUM KEGIATAN PELAKSANAAN

TPA : Tanggal: ......2016


Kab/Kota :
Provinsi :

TANAH LOKASI/KEADAAN TANAH DATA PENGUKURAN


NO URAIAN PEKERJAAN KETERANGAN
TANAH TANAH TANAH TANAH TANAH
PETA SITUASI PETA KONTUR
ASLI TIMBUNAN GALIAN RATA LERENG
A B C D E F G H I J
1 PELAKSANAAN KONSTRUKSI
A. PEKERJAAN SARANA PENGENDALIAN LINGKUNGAN
PEMBENTUKAN SITE LANDFILL
PENGENDALIAN GAS DAN VEGETASI AREA
DRAINASE AKHIR
B. PEKERJAAN INSTALASI PENGOLAHAN LEACHATE
C. PEKERJAAN SARANA PENDUKUNG
PEMBANGUNAN PINTU GERBANG DAN PAGAR KELILING
PEMBANGUNAN BANGUNAN POS JAGA
PEMBANGUNAN BANGUNAN JEMBATAN TIMBANG
PEMBANGUNAN BANGUNAN KANTOR PENGELOLA
PEKERJAAN GARASI DAN BENGKEL
PEMBANGUNAN TEMPAT CUCI KENDARAAN
PEMBANGUNAN SUMUR PANTAU
PEMBANGUNAN SUMUR DALAM / SARANA AIR BERSIH
PEMBANGUNAN LAHAN HIJAU / BUFFER ZONA
PEKERJAAN RUMAH GENSET DAN PENGADAAN GENSET
PEKERJAAN PENGADAAN ALAT BERAT
PEKERJAAN PENATAAN PELAYANAN UMUM (JALAN UTAMA)
2 SERAH TERIMA KONSTRUKSI

Note : Item Pekerjaan disesuaikan RAB masing-masing Lokasi

Page 52
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
1. Kolom B : Uraian pekerjaan sudah sesuai dengan
kegiatan di TPA.
2. Kolom C-G : Tanda diberikan bila
sub item pekerjaan tersebut dilakukan.
3. Kolom H-I: Kolom ini diisi dengan
memberikan tanda sesuai dengan uraian
pekerjaan pada Kolom B.
4. Kolom J : Kolom ini menerangkan alasan tidak
dilakukannya item pekerjaan pada Kolom B.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 53
FORM 3 : Ceklist Mutu / Kualitas Tanah dan Bangunan.
Tujuan : Untuk mengetahuai mutu/kualitas bangunan sudah
dilakukan atau tidak.
Output : Diketahuinya mutu bangunan sesuai
standard/baik/kurang baik

1. Kolom B : Uraian pekerjaan sudah sesuai


dengan kegiatan di TPA
2. Kolom C-P : Kolom ini diisi dengan
memberikan tanda sesuai dengan uraian
pekerjaan pada Kolom B.
3. Kolom Q : Kolom ini menerangkan jika sub
item pekerjaan tersebut tidak dilakukan.

FORM 3A : Ceklist Mutu / Kualitas Non Tanah dan Bangunan


Tujuan : Untuk mengetahuai pengetesan mutu bangunan
sudah dilakukan atau tidak
Output : Diketahuinya mutu bangunan sesuai
standard/baik/kurang baik

4. Kolom B : Uraian pekerjaan sudah sesuai


dengan kegiatan di TPA
5. Kolom C-H : Kolom ini diisi dengan
memberikan tanda sesuai dengan uraian
pekerjaan pada Kolom B.
6. Kolom I : Kolom ini menerangkan jika sub
item pekerjaan tersebut tidak dilakukan.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 54
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 55
CEKLIST MUTU / KUALITAS NON TANAH DAN BANGUNAN

TPA : Tanggal: ......


Kab/Kota :
Provinsi :

HASIL UJI

NO URAIAN PEKERJAAN GEOMEMBRAN/G PERALATAN PERALATAN KETERANGAN


EOTEXTILE ME LAB

SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK


A B C D E F G H I
1 PELAKSANAAN KONSTRUKSI
A. PEKERJAAN SARANA PENGENDALIAN LINGKUNGAN
PEMBENTUKAN SITE LANDFILL
PENGENDALIAN GAS DAN VEGETASI AREA
DRAINASE AKHIR
B. PEKERJAAN INSTALASI PENGOLAHAN LEACHATE
C. PEKERJAAN SARANA PENDUKUNG
PEMBANGUNAN PINTU GERBANG DAN PAGAR KELILING
PEMBANGUNAN BANGUNAN POS JAGA
PEMBANGUNAN BANGUNAN JEMBATAN TIMBANG
PEMBANGUNAN BANGUNAN KANTOR PENGELOLA
PEKERJAAN GARASI DAN BENGKEL
PEMBANGUNAN TEMPAT CUCI KENDARAAN
PEMBANGUNAN SUMUR PANTAU
PEMBANGUNAN SUMUR DALAM / SARANA AIR BERSIH
PEMBANGUNAN LAHAN HIJAU / BUFFER ZONA
PEKERJAAN RUMAH GENSET DAN PENGADAAN GENSET
PEKERJAAN PENGADAAN ALAT BERAT
PEKERJAAN PENATAAN PELAYANAN UMUM (JALAN UTAMA)
2 SERAH TERIMA KONSTRUKSI

Note : Item Pekerjaan disesuaikan RAB masing-masing Lokasi

Page 56
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Formuntuk asisten Provinsi
FORM 3
CEKLIST MUTU / KUALITAS

TPA : Tanggal: ......2016


Kab/Kota :
Provinsi :

HASIL UJI

TANAH BETON BERTULANG


NO URAIAN PEKERJAAN KETERANGAN

BORING KOMPAKSI/PEMADATAN KUBUS SLUMP MIX DESIGN


ADA TIDAK ADA ADA TIDAK ADA ADA TIDAK ADA ADA TIDAK ADA ADA TIDAK ADA
A B C D E F G H I J K L M
1 PELAKSANAAN KONSTRUKSI
A. PEKERJAAN SARANA PENGENDALIAN LINGKUNGAN
PEMBENTUKAN SITE LANDFILL
PENGENDALIAN GAS DAN VEGETASI AREA
DRAINASE AKHIR
B. PEKERJAAN INSTALASI PENGOLAHAN LEACHATE
C. PEKERJAAN SARANA PENDUKUNG
PEMBANGUNAN PINTU GERBANG DAN PAGAR KELILING
PEMBANGUNAN BANGUNAN POS JAGA
PEMBANGUNAN BANGUNAN JEMBATAN TIMBANG
PEMBANGUNAN BANGUNAN KANTOR PENGELOLA
PEKERJAAN GARASI DAN BENGKEL
PEMBANGUNAN TEMPAT CUCI KENDARAAN
PEMBANGUNAN SUMUR PANTAU
PEMBANGUNAN SUMUR DALAM / SARANA AIR BERSIH
PEMBANGUNAN LAHAN HIJAU / BUFFER ZONA
PEKERJAAN RUMAH GENSET DAN PENGADAAN GENSET
PEKERJAAN PENGADAAN ALAT BERAT
PEKERJAAN PENATAAN PELAYANAN UMUM (JALAN UTAMA)
2 SERAH TERIMA KONSTRUKSI

Note : Item Pekerjaan disesuaikan RAB masing-masing Lokasi

Page 57
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
7. Kolom B : Uraian pekerjaan sudah sesuai dengan
kegiatan di TPA
8. Kolom C-L : Kolom ini diisi dengan
memberikan tanda sesuai dengan uraian
pekerjaan pada Kolom B.
9. Kolom M : Kolom ini menerangkan jika sub item
pekerjaan tersebut tidak dilakukan.

FORM 4 : Progres Kegiatan Pembangunan Infrastruktur Tpa


Tujuan : Untuk mengetahui progres dan kondisi saat
dilapangan
Output : Diketahuinya progres kegiatan sesuai dengan
kondisi terkini

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 58
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 59
1. Kolom B : Diisi sesuai dengan uraian
pekerjaan yang tercantum didalam kontrak.
2. Kolom C : Kolom ini diisi sesuai dengan
progres fisik (%)yang telah terbangun dilapangan.
3. Kolom D : Kolom ini diisi namasub item
kegiatan yang akan terdokumentasikan sesuai.
4. Kolom E : Kolom ini diisi sesuai dengan
progres fisik (%) yang telah terbangun dari sub
kegiatan yang ada pada kolom D.
5. Kolom F : Kolom ini beriisi foto keadaan 0%
dari sub kegiatan yang ada pada kolom D.
6. Kolom G : Kolom ini beriisi foto keadaan
50% dari sub kegiatan yang ada pada kolom D.
7. Kolom H : Kolom ini beriisi foto keadaan
100% dari sub kegiatan yang ada pada kolom D.
8. Kolom I : Kolom ini berisi foto keadaan
terkini dari sub kegiatan yang ada pada kolom D.

FORM 5 : Kemajuan Pekerjaan (Kurva S)


Tujuan : Untuk mengetahui progres dan kondisi saat
dilapangan
Output : Diketahuinya progres kegiatan sesuai dengan
kondisi terkini

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 60
FORM 5

KEMAJUAN PEKERJAAN (KURVA S)


NAMA PEKERJAAN :
LOKASI PEKERJAAN :
TAHUN ANGGARAN : 2016

JUMLAH WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN =540 (LIMA RATUSEMPATPULUH) HARI KALENDER


120,00 BULAN KE- 1 BULAN KE- 2 BULAN KE- 3 BULAN KE- 4 BULAN KE- 5 BULAN KE- 6 BULAN KE- 7
HARGA
BOBOT
NO URAIAN PEKERJAAN KETERANGAN
(%) PROGRES
s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d
S MULAI
(Rp)
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R s/d T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH
I PEKERJAAN PERSIAPAN 631.150.000 0,829 0,83
- 0,83
II PENATAAN BLOK LANDFILL -
A. PEKERJAAN PERSIAPAN 8.417.605 0,011 100,00 0,01
0,01
B. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN 23.387.613.470 30,731 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56
2,56 2,56 5,00 5,00 2,00 2,00 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56 2,56
C. PEKERJAAN SISTEM LINER 21.019.445.609 27,620 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73
1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73
D. PEKERJAAN INSTALASI PIPA LINDI DAN GAS 1.934.560.498 2,542 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32
0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32
E. PEKERJAAN MANHOLE SALURAN LINDI 173.016.215 0,227 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
F. PEKERJAAN SAL. LINDI KELILING LANDFILL 1.377.031.073 1,809 80,00 1,81
1,81
G. PEKERJAAN JALAN OPERASI TURUN ( P =202M ) 1.252.862.359 1,646 0,41 0,41 0,41 0,41
0,41 0,41 0,41 0,41
H. PEKERJAAN JALAN OPERASI NAIK ( P =210 M ) 1.296.782.950 1,704 0,43 0,43 0,43 0,43
0,43 0,43 0,43 0,43
I. PEKERJAAN LAIN-LAIN 1.157.253.700 1,521 0,38 0,38 0,38 0,38
0,38 0,38 0,38 0,38
III PEMBANGUNAN KOLAM RETENSI (BAK PENAMPUNG AIR HUJAN)
A. PEKERJAAN PERSIAPAN 6.927.491 0,009 0,01
60,00 0,01
B. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN 298.473.859 0,392 0,10 0,10 0,10 0,10 Series1
0,10 0,10 0,10 0,10 SERI 2
C. PEKERJAAN KOLAM RETENSI DAN PIPA OVERFLOW 1.543.694.405 2,028 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
IV PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAH LINDI
A. PEKERJAAN PERSIAPAN 8.230.791 0,011 0,01
0,01
B. PEKERJAAN KOLAM EQUALISASI & BAK KONTROL 460.188.073 0,605 0,60
0,60
40,00
C. PEKERJAAN KOLAM ANAEROBIK 7.203.199.564 9,465 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79
0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 - - - -
D. PEKERJAAN KOLAM FAKULTATIF 4.442.324.732 5,837 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49
0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,38
E. PEKERJAAN KOLAM MATURASI 3.725.706.929 4,896 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41
0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41
F. PEKERJAAN KOLAM WETLAND 1.370.375.092 1,801 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
G. PEKERJAAN RUMAHPOMPA DAN POMPA 123.750.156 0,163 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
20,00 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
H. PEKERJAAN SALURAN KASKADE DAN TANGGA 85.913.777 0,113 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
I. PEKERJAAN TANGGA UTAMA IPL 152.255.738 0,200 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
J. PEKERJAAN JALAN INSPEKSI DAN SALURAN DRAINASE 1.814.880.448 2,385 0,60 0,60 0,60 0,60
0,60 0,60 0,60 0,60
K. PEKERJAAN LAIN-LAIN 2.629.230.584 3,455 0,86 0,86 0,86 0,86
0,86 0,86 0,86 0,86
JUMLAH : 76.103.285.118 100,000
RENCANA MINGGU INI - 3,40 2,56 2,56 2,56 4,29 4,29 4,29 4,29 4,63 4,63 4,63 6,44 5,04 4,42 4,42 4,42 4,26 4,26 4,26 4,26 2,53 2,53 3,12 3,12 1,50 1,50 0,90 0,90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
RENCANA S/DMINGGU INI 3,40 5,96 8,52 11,08 15,37 19,66 23,95 28,23 32,87 37,50 42,13 48,58 53,62 58,03 62,45 66,86 71,12 75,38 79,64 83,90 86,42 88,95 92,07 95,20 96,70 98,19 99,10 100,00
REALISASI MINGGUINI TRUE 3,40 2,56 5,00 5,00 3,73 3,73 4,29 4,29 4,63 4,63 4,63 6,44 5,04 4,42 4,42 4,42 4,26 4,26 4,26 4,26 1,74 1,74 2,22 1,85 1,50 1,50 0,90 0,90
KONTRAK
REALISASI S/DMINGGU INI 3,40 5,96 10,96 15,96 19,69 23,41 27,70 31,99 36,62 41,26 45,89 52,33 57,37 61,79 66,20 70,62 74,88 79,14 83,40 87,65 89,39 91,13 93,35 95,20 96,70 98,20 99,10 100,00
DEVIASI MINGGUINI - - 2,44 2,44 (0,56) (0,56) - - - - - - - - - - - - - - (0,79) (0,79) (0,90) (1,28) - - - -
DEVIASI KOMULATIF - - 2,44 4,88 4,32 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 3,76 2,97 2,18 1,28 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1 Uraian pekerjaan dan Volume diisi berdasarkan Jadwal Pelaksanaan dan Kurva S yang dibuat Kontraktor Tujuan : Untukmengetahui rencanadanrealisasi kemajuanpekerjaan(progress)
2 Bobot Pekerjaan (%) dihitung dari Harga Pekerjaan : Total Pekerjaan x 100% Output :
3 Bobot Mingguan Pekerjaan dihitung dari Bobot Pekerjaan : Jumlah Minggu pelaksanaan
PROGRES REALISASI

Page 61
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
1. Kolom A : Diisi sesuai
dengan nomor urut uraian pekerjaan
2. Kolom B : Diisi sesuai
dengan uraian pekerjaan yang tercantum di
dalam kontrak.
3. Kolom C : Diisi sesuai
dengan nilai / harga pekerjaan yang tercantum
di dalam kontrak.
4. Kolom D : Diisi Bobot (%) yang
merupakan hasil perhitungan nilai pekerjaan
dibagi total pekerjaan dikali 100%
5. Kolom E : Kolom ini diisi
sesuai dengan progres fisik (%) yang telah
terbangun di lapangan pada saat kunjungan
pertama
6. Kolom F - AG : Kolom ini diisi
sesuai dengan progress rencana yang diisi
oleh kontraktor / pelaksana di lapangan.
7. Kolom F - AG
(kuning/abu) : Kolom ini
diisi sesuai dengan bobot
yang progress realisasi di
lapangan
8. Kolom AH : Kolom ini apabila
ada hal-hal yang perlu dilaporkan terkait
progress di lapangan.
9. Kolom F AG (REALISASI
MINGGU INI):
Kolom ini diisi apabila rincian progress pada isian nomor 7 diatas
tidak ada. Diisi dengan progress mingguan di lapangan.

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 62
Table of Contents
I. UMUM...........................................................................................................4
II. TATA CARA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TPA........................4
2.1 Tata Cara Pre Construction Meeting (PCM), Uitzet, Mutual
Check 0% (MC 0)...........................................................................................5
2.1.1 Pengertian.....................................................................................5
2.1.2 Manfaat...........................................................................................5
2.1.3 Tata cara PCM dan Uitzet..........................................................5
2.2 Tata Cara Perubahan Penyesuaian Desain...............................6
2.2.1. Pengertian.................................................................................6
2.2.2. Manfaat......................................................................................7
2.2.3. Tata cara....................................................................................7
2.3 Kurva S dan Network Planning....................................................7
2.3.1. Pengertian Kurva S................................................................7
2.3.2. Manfaat Kurva S......................................................................8
2.3.3. Tata Cara Pembuatan Kurva S.............................................8
Tabel 1. Format Pembuatan Kurva S............................................................8
Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya TPA.......................................................9
Tabel 3. Contoh Kurva S........................................................................11
2.3.4. Pengertian Network Planning............................................11
2.3.5. Manfaat Network Planning.................................................11
2.3.6. Tata Cara Pembuatan Network Planning........................11

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 63
Gambar 1. Network Planning Pembangunan Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA)........................................................................................................12
2.4 Tata Cara Pembuatan Sistem Pelaporan.................................13
2.4.1. Pengertian Sistem Pelaporan............................................13
2.4.2. Manfaat Sistem Pelaporan..................................................13
2.4.3. Tata Cara Pembuatan Sistem Pelaporan........................13
Tabel 4. Format Laporan Harian..................................................................14
Tabel 5. Format Laporan Mingguan............................................................14
III. TATA CARA KONSTRUKSI...............................................................15
3.1. Tata Cara Leveling.........................................................................15
3.1.1. Pengertian Leveling.............................................................15
3.1.2. Manfaat....................................................................................15
3.1.3. Tata cara leveling..................................................................15
3.2. Tata Cara Pembangunan Jalan Masuk dan Jalan Operasi. 16
3.2.1. Jalan Masuk............................................................................16
Gambar 2. Contoh Jalan Aspal....................................................................17
Gambar 3. Contoh Jalan Pelat Beton.........................................................17
Gambar 4. Detail 1 Pelat Beton....................................................................18
3.2.2. Jalan Operasi.........................................................................18
Gambar 5. Akses Jalan Operasi..................................................................19
Gambar 6. Contoh Pelat Beton....................................................................19
3.3. Tata Cara Uji Kepadatan Tanah Unit Pengolahan Sampah.....19
3.3.1. Uji Kepadatan Dasar Unit Pengolahan Sampah................19
3.4. Tata Cara Pemasangan Geomembran dan Geotekstil.............22
3.4.1. Pengertian Geomembran dan Geotekstil............................22
3.4.2. Manfaat Geomembran dan Geotekstil.................................22
3.4.3. Tata Cara Pemasangan Geomembran dan Geotekstil....22
Tabel 7. Metode Pengujian Spesifikasi Geotekstil.................................24

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 64
Gambar 7. Contoh Pemasangan Liner Geosintetis................................24
3.5. Tata Cara Pembangunan Zona Penyangga dan Zona Budi
Daya Terbatas...................................................................................................24
3.5.1. Pengertian Zona Penyangga dan Zona Budi Daya
Terbatas 24
3.5.2. Manfaat Zona Penyangga dan Zona Budi Daya Terbatas
25
3.5.3. Tata Cara Pembangunan Zona Penyangga dan Zona
Budi Daya Terbatas.....................................................................................25
3.6. Tata Cara Pemasangan Under Drain Penyalur Lindi................28
3.6.1. Pengertian Under Drain Penyalur Lindi..............................28
3.6.2. Manfaat Under Drain Penyalur Lindi....................................28
Gambar 8. Detail Pertemuan Pipa Lindi....................................................29
3.6.3. Tata Cara Pemasangan Under Drain....................................29
Gambar 9. Detail Potongan Saluran Under Drain...................................31
3.7. Tata Cara Pemasangan dan Pemanfaatan Gas..........................31
3.7.1. Pengertian Gas-Bio...................................................................31
3.7.2. Manfaat Gas-Bio........................................................................31
3.7.3. Tata Cara Pemanfaatan Gas Bio............................................31
Gambar 10. Penggunaan Drum sebagai Pelindung Pipa.....................32
Gambar 11. Pemasangan Pipa Gas............................................................33
3.8. Tata Cara Pembangunan Tanggul Penahan................................34
3.8.1. Pengertian Tanggul Penahan.................................................34
3.8.2. Manfaat Tanggul Penahan......................................................34
3.8.3. Tata Cara Pembangunan Tanggul Penahan.......................34
Gambar 12. Denah Tanggul Sampah..........................................................35
Gambar 13. Potongan Tanggul Penahan..................................................36
3.9. Tata Cara Pembangunan Unit Pengolah Gas Bio dan Lindi...37
3.9.1. Instalasi pengolah gas bio......................................................37

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 65
Gambar 14. Ilustrasi Penyiapan Unit Ventilasi Gas Vertikal pada TPA
Baru.....................................................................................................................38
Gambar 15. Detail Penangkap Gas Bio.....................................................39
3.9.2. Instalasi pengolahan lindi TPA..............................................39
3.10. Tata Cara Pembangunan Bangunan Penunjang...................42
Bangunan penunjang terdiri dari:...............................................................42
3.11. Tata Cara Pembangunan Jembatan Timbang........................44
3.11.1. Pengertian Jembatan Timbang..............................................44
3.11.2. Manfaat Jembatan Timbang...................................................45
3.11.3. Tata Cara Pembangunan Jembatan Timbang....................46
Gambar 16. Contoh Pemasangan Jembatan Timbang..........................46
3.12. Tata Cara Pembangunan Sumur Uji..........................................46
3.12.1. Pengertian Sumur Uji...............................................................46
3.12.2. Manfaat Sumur Uji.....................................................................46
3.12.3. Tata Cara Pembangunan Sumur Uji.....................................46
Gambar 17. Tampak Atas Sumur Uji..........................................................47

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 66
BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENGOLAHAN SAMPAH WILAYAH TIMUR DAN BARAT
Page 67

Anda mungkin juga menyukai