Anda di halaman 1dari 55

1

BANTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN


INFRASTRUKTUR PENGOLAHAN SAMPAH
WILAYAH TIMUR DAN WILAYAH BARAT

TATA CARA PEMBANGUNAN TPA


PT PRISMAITA
2

I. UMUM
Tata Cara Pembangunan TPA dan Serah Terima, meliputi:
1. Tata Cara Persiapan Pelaksanaan Pembangunan
2. Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi, yang terdiri dari :
a. Leveling
b. Penataan dan Uji Kepadatan Dasar Unit Pengolahan Sampah
c. Pemasangan Geomembran dan Geotekstil
d. Pemasangan Saluran Air Hujan (Under Drain)
e. Uji Coba Beton
f. Pemasangan dan Pemanfaatan Gas
g. Pembangunan Jalan Masuk, Jalan operasi, dan Drainase Kawasan
h. Pembangunan Tanggul Penahan
i. Pembangunan Sistem Zona Penyangga
j. Pembangunan Unit Pengolah Gas Bio dan Lindi
k. Pembangunan Jembatan Timbang
l. Pembangunan Sumur Uji
m. Pengetesan Kekuatan Pipa
n. Pengelolaan Lingkungan Hidup
o. Pengetesan Kualitas Alat Berat
p. Standar Teknis Pekerjaan Konstruksi
3

3. Tata Cara Komisioning (Uji Coba Sistem)


a. Uji Coba Sistem Perpipaan
b. Uji Coba Unit Pengolah Gas Bio dan Lindi
c. Uji Coba Geomembran dam Geotekstil
d. Pembuatan As Built Drawing
e. Uji Coba Alat Berat

4. Tata Cara Pemeliharaan Sebelum Serah Terima


5. Tata Cara Serah Terima Pekerjaan
4

II. TATA CARA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TPA


Persiapan pelaksanaan pembangunan/konstruksi dimulai sejak pengguna jasa mengeluarkan
Surat Perintah Kerja (SPK) kepada penyedia barang/jasa pemborongan.

Beberapa hal yang dipersiapkan oleh penyedia barang/jasa pemborongan:


1. Organisasi kerja;
2. Penentuan lokasi dan pengurusan izin sesuai yang disyaratkan;
3. Sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat
mengenai rencana kerja;
4. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
5. Penyediaan gambar teknik, spesifikasi teknis dan dokumen teknis lainnya;
6. Pengadaan barang dan atau jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
7. Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan termasuk rencana pengalihan lalu lintas dan
perencanaan pelaksanaan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3);
8. Jadwal pengadaan bahan; mobilisasi peralatan, termasuk papan pengumuman proyek,
rambu pengamanan/peringatan, peralatan K3, dan mobilisasi personil;
9. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan;
10. Penyusunan perencanaan mutu proyek sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang sistem manajemen mutu;
11. Penyusunan rencana K3 Kontrak/Kegiatan.
5

TATA CARA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TPA

Pre construction meeting (PCM) adalah kegiatan rapat yang diusulkan


oleh salah satu dari para pihak yang terdapat di dalam suatu kontrak
suatu pekerjaan. Rapat ini dihadiri oleh semua pihak yang terkait
dengan pekerjaan seperti PPK beserta Direksi Pekerjaan, Kontraktor,
dan Konsultan Pengawas.
Uitzet/Setting out merupakan kegiatan untuk melakukan pengukuran
ulang dari gambar referensi pengukuran pada saat perencanaan dan
pada saat pelaksanaan. Pengukuran ulang ini untuk memastikan
kesamaan koordinat dan elevasi unit yang akan dibangun.
Dari kegiatan uitzet kemudian dihasilkan laporan mutual check 0%
(MC0) yang dilampiri dengan gambar rencana pelaksanaan kerja,
kurva S, foto pekerjaan 0% dan lampiran-lampiran yang diperlukan.
6

Tata cara PCM dan Uitzet :

1. Lakukan rapat persiapan kontrak, dan buat berita acaranya


2. Pelaksanaan rapat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari (sejak SPMK) dengan
bahasan antara lain mengenai:
a) Organisasi kerja

b) Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan

c) Jadual pelaksanaan pekerjaan

d) Jadual pengadaan, mobilisasi peralatan dan personil

e) Penyusunan rencana dan pemeriksaan lapangan

f) Pendekatan kepada masyarakat dan Pemda setempat mengenai rencana


kerja
g) Penyusunan program mutu proyek.

3. Pantau proses kegiatan pelaksanaan mengenai kesesuaiannya dengan


kesepakatan dalam berita acara tersebut di atas
4. Laporkan program mutu untuk mendapatkan penilaian dan persetujuan
7

Tata cara pelaksanaan uitzet :

1. Persiapkan alat ukur GPS, Waterpass dan Polygon


2. Persiapkan dokumentasi untuk merekam seluruh kegiatan lapangan
3. Lakukan pencarian titik ikat yang digunakan sebagai referensi bangunan TPA
dalam dokumen perencanaan.
4. Pastikan kembali koordinat titik ikat dan elevasi dengan menggunakan GPS. Bila
terdapat Bench Mark (BM) yang digunakan sebagai titik ikat, maka catatan lokasi
menggunakan informasi yang sudah ada.
5. Lakukan pengukuran dengan menggunakan Waterpass dan polygon untuk
beberapa rencana lokasi bangunan TPA
6. Pasang titik bantu dengan menggunakan patok sementara yang diberikan tanda,
untuk digunakan sebagai titik bantu dalam menentukan ketinggian dan koordinat
bangunan yang akan dibangun.
7. Lakukan komparasi antara koordinat dan elevasi yang ada dalam dokumen
perencanaan dengan hasil pengukuran saat ini.
8. Susun dalam berita acara bila terjadi pergeseran baik titik pada unit yang akan
dibangun maupun lahan yang akan dilakukan penataan.
9. Buat kesepakatan titik ikat yang akan digunakan sebagai rujukan (referensi).
8

Tata Cara Perubahan Penyesuaian Desain

Perubahan penyesuaian merupakan kelanjutan dari kegiatan MC0, berupa penuangan


dalam gambar yang disepakati bersama.

Perubahan penyesuaian desain adalah terjadinya perubahan rencana pembangunan dari


yang semula direncanakan. Perubahan tersebut disebabkan oleh ketidak sinkronan antara
rencana dengan kondisi lapangan.

Manfaat dari penyesuaian desain adalah diperoleh kegiatan sesuai dengan kondisi
lapangan, baik volume maupun spesifikasi teknis.

Tata cara pembuatan perubahan detail adalah:


1. Pastikan hasil dari kegiatan MC0 dan berita acaranya.
2. Lakukan pemilahan setiap butir kegiatan sesuai dengan kelompok kegiatan
pembangunan
3. Pastikan kembali titik ikat yang digunakan dan koordinat sesuai dengan GPS
4. Lakukan penggambaran ulang sesuai dengan ruang lingkup kegiatan yang akan
dilaksanakan
9

5. Konsultasikan dengan tim teknis, pengawas dan satker/PPK untuk kebenaran


ruang lingkup yang akan dikaji.
6. Lakukan legalisasi dokumen oleh seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan
7. Hitung volume kegiatan dan besaran biaya dari hasil perubahan.
8. Buat dokumen final sebagai pedoman dalam pelaksanaan.

Kurva S dan Network Planning

Kurva S adalah sebuah grafik hubungan kemajuan pelaksanaan pekerjaan


berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang dipresentasikan dalam
persentase dari 0% sampai dengan 100% pada sumbu ordinat, dan waktu
pelaksanaan pekerjaan dalam satuan waktu pada sumbu absis.

Suatu pekerjaan mengalami keterlambatan, apabila garis kurva realisasi prestasi


pekerjaan berada di bawah garis rencana.
Deviasi yang diperbolehkan dalam pekerjaan biasanya <-10%. Apabila keterlambatan
(deviasi) sudah mencapai -10%, konsultan supervisi dan PPK sudah memberi surat
peringatan kepada Pihak Pelaksana Pekerjaan.
10

Kurva S dipakai untuk melihat perkembangan pekerjaan harian, mingguan, dan


bulan.

Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi kemajuan pekerjaan terhadap


rencana, sehingga dapat diketahui pekerjaan terlambat atau percepatan terhadap
jadwal pekerjaan.

Tata Cara Pembuatan Kurva S:

1. Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing


kegiatan pada satu periode di antara durasi proyek di plotkan terhadap sumbu
vertikal sehingga bila hasil dihubungkan dengan garis akan membentuk huruf S.
2. Tentukan bobot pekerjaan pendekatan yang dilakukan dengan perhitungan
persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan dibagi nilai anggaran.
3. Masukan data dalam Kurva S diantaranya: Identitas Pekerjaan, Para Pihak
yang bertanggung jawab dalam Pekerjaan; Kepala Dinas, PPK (PPTK),
Konsultan Supervisi (Pengawas), dan Kontraktor Pelaksana.
Lebih detail tenhtang pembuatan kurva S dan Pelaporan akan dibahas pada
sesi berikutnya
TATA CARA KONSTRUKSI
11
Tata Cara Leveling
Leveling adalah kegiatan untuk mnentukan titik ikat dan ketinggian masing masing unit
bangunan. Ketinggian juga termasuk zona untuk penimbunan/landfilling, dan kedalaman
penggalian.
Manfaat leveling adalah diperolehnya kepastian koordinat dan ketinggian pada setiap unit,
sebagai rujukan bagi seluruh pihak yang terlibat.

Tata cara leveling :

1. Siapkan Lokasi, pekerjaan membersihkan lokasi kerja dari material yang akan
menghambat jalannya pekerjaan.
2. Pindahkan benda yang akan menghambat proses pekerjaan.
3. Buat penerangan dan sarana kebersihan seperti lampu dan tersedianya air
4. Melakukan Pekerjaan Pengukuran dan Leveling Lapangan. Pekerjaan pengukuran dan
leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis pekerjaan yang digunakan untuk
mewujudkan denah bentuk bangunan berupa zona landfilling maupun bangunan
pendukung
5. Lakukan pekerjaan pengukuran dan leveling. Kegiatan inimerupakan pekerjaan yang
sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan
baik buruknya ukuran dan bentuk TPA dan unit pendukung
6. Lakukan pembuatan Bidang Datar
7. Untuk membuat bidang datar (waterpass) pada pekerjaan TPA pengukuran dan leveling
lapangan digunakan pesawat waterpass
12

Tata Cara Pembangunan Jalan Masuk dan Jalan Operasi

Jalan Masuk
Jalan masuk TPA akan digunakan oleh kendaraan pengangkut sampah dengan
kapasitas yang cukup besar, sehingga kelas jalan dan lebar jalan perlu memperhatikan
beban yang akan lewat serta antrian yang mungkin terjadi
Jalan masuk TPA harus memenuhi kriteria :
a. Dapat dilalui truk sampah dari 2 arah
b. Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan jalan 2-3 % kearah saluran drainase, tipe
jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan dengan tekanan gandar 10
ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam (sesuai dengan ketentuan Ditjen Bina
Marga).
Jalan Operasi
Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri dari 3 jenis yaitu :
a. Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer, setiap saat dapat
ditimbun dengan sampah.
b. Jalan operasi yang mengelilingi TPA, jenis jalan bersifat permanen dapat berupa
jalan beton, aspal atau kerkerasan jalan sesuai beban dan kondisi jalan.
c. Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/pos jaga, bengkel, tempat parkir,
tempat cuci kendaraan. Jenis bersifat permanen.
13

Tata Cara Pemasangan Geomembran dan Geotekstil

Geomembran adalah jenis geosintetis dari bahan polimer yang dibuat kedap.
Sedangkan geotekstil merupakan jenis geosintetis yang dibuat agar
permeable, dengan sifat-sifat utama filtrasi atau mampu menyaring materi
tersuspensi dari limbah cair, dan drainase yang memungkinkan aliran cairan
melalui lapisan ini.

Manfaat dari pemasangan geomembran dan geotekstil sebagai pelapis dasar


adalah untuk mengurangi mobilitas lindi ke dalam air tanah sehingga
mencegah migrasi cemaran ke lingkungan, khususnya ke dalam air tanah.
14

Tata Cara Pemasangan Geomembran dan Geotekstil :

1. Pastikan bahwa permukaan yang akan diberikan lapisan geotextile merupakan


permukaan yang rata, dan terbebas dari material yang dapat merusak bahan.
2. Pelaksana diminta untuk menunjukkan contoh material yang disertai dengan
sertifikasi pabrik pembuat. Contoh-contoh ini harus diseleksi oleh Direksi bersama-
sama dengan contoh dari lapangan untuk disetujui.
3. Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang geotekstil non woven.
4. Pastikan geotekstil harus dari jenis yang tidak dianyam (non woven), terdiri dari
serabut yang menerus dengan bahan polimer polypropelene yang diproduksi dengan
teknik needle punched (geotekstil dengan sistem penyatuan dengan panas/heat
bonded tidak dapat diterima). Kualitas dari polimer yang dipakai harus bersertifikasi
dari pabrik, tahan terdapat asam, alkali dan zat kimia di dalam rentang pH 2-13, dan
tidak mengalami hidrolisis pada kondisi iklim tropis.
5. Pastikan geotekstil memiliki daya tahan terhadap pengaruh kontak langsung dengan
zat kimia yang umumnya ada di dalam tanah dan memiliki daya tahan terhadap
pengaruh mikrobiologis lainnya.
6. Pastikan geotekstil harus mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh jebol
(high puncture resistance).
7. Pastikan geotekstil mempunyai jaringan serabut yang stabil sehingga memiliki
ketahanan terhadap kerusakan saat pelaksanaan.
15

8. Pastikan setiap roll geotekstil yang dikirimkan ke lapangan, harus mempunyai tanda
produksi dan pernyataan tipe yang tertera jelas pada pembungkus luar maupun
sepanjang lembaran dengan panjang interval tertentu untuk maksud pemeriksaan
visual.
9. Pastikan geotekstil yang dikirim ke lapangan harus dengan pembungkus untuk
melindungi material tersebut terutama dari sinar matahari.
10. Lakukan penyambungan geotekstil overlap harus tepat, baik lebar maupun posisinya
agar geotekstil dapat berfungsi selama waktu pelaksanaan dan selama umur rencana
dari struktur. Alternatif lain dari overlap dapat dilakukan dengan cara menjahit dengan
menggunakan mesin jahit ketik ganda portabel.
11. Lakukan penyambungan geotekstil dengan cara menjahit dengan jahitan ganda,
dengan jarak 50 mm sampai dengan 100 mm dari tepi lembaran geotekstil yang
disambung.
12. Tempatkan material timbunan setelah penggelaran geotekstil harus dilakukan dengan
baik sehingga geotekstil tidak mengalami beban melebihi tegangan ijinnya.
Kerusakan geotekstil selama penempatan material timbunan harus diperbaiki.
13. Lakukan pencatatan dengan baik setiap lembar geotekstil yang terpasang, lokasi
pemasangan, tanggal penggelaran, waktu mulai dan selesai, dan ukuran geotekstil
yang terpasang. Pencatatan juga mencakup penyambungan lembaran geotekstil.
14. Geotekstil harus memenuhi atau melampaui semua persyaratan seperti yang
tersebut di bawah ini melalui metoda pengujian yang sama.
16

Metode Pengujian Spesifikasi Geotekstil


17

Tata Cara Pembangunan Zona Penyangga dan Zona Budi Daya Terbatas

Zona penyangga adalah zona yang berfungsi sebagai penahan untuk


mencegah dan mengurangi dampak keberadaan dan kegiatan-kegiatan TPA
terhadap masyarakat yang melakukan kegiatan sehari-hari di kawasan
sekitar TPA, dalam segi keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan.
Zona penyangga berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan di lokasi TPA sampah terhadap lingkungan di
sekitarnya. Selain itu penghijauan lahan TPA dengan zona penyangga juga
dapat mencegah bau dan lalat di sekitar timbunan sampah yang berlebihan.
Zona budi daya terbatas adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan dengan batasan
tertentu.
Manfaat zona budi daya terbatas adalah memberikan ruang untuk kegiatan
budi daya yang terbatas, yakni kegiatan budi daya yang berkaitan dengan
TPA. Namun, zona budi daya terbatas dipersyaratkan untuk TPA dengan
sistem selain pengurugan berlapis bersih/lahan urug saniter (sanitary landfill).
18

Tata Cara Pembangunan Zona Penyangga dan Zona Budi Daya Terbatas

Penetapan kawasan sekitar TPA sampah berdasarkan sistem pengelolaan


sampah dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Untuk TPA sampah dengan sistem pengelolaan LUT, maka kawasan
sekitar TPA sampah terdiri atas zona penyangga dan zona budi daya
terbatas karena masih terdapat potensi bahaya sampah di luar zona
penyangga.
b. Sedangkan untuk TPA sampah dengan sistem pengelolaan LUS, maka
kawasan sekitar TPA sampah hanya berupa zona penyangga. Namun,
disarankan untuk tetap memiliki zona budi daya terbatas.

Penentuan jarak zona di kawasan sekitar TPA sampah


a. Zona penyangga
Zona penyangga ditetapkan dengan radius 500 meter dihitung dari batas
terluar TPA sampah.
b. Zona budi daya terbatas
Zona budi daya terbatas ditetapkan dengan radius 500 meter dihitung dari
batas terluar zona penyangga
19

Spesies yang direkomendasikan berdasarkan fungsi utamanya adalah:


a. Tanaman perdu yang dapat dipilih selain jenis tanaman yang
direkomendasikan, antara lain: Puring {Codiaeum variegatum), Beluntas /
Bajuntas {Puchea indica L), Bougenvile {Bougainvillea), Daun Wungu /
Daun putri / Demung {Graptophyllum pictum (L.)Grifl), Wedelia (Wedelia
trilobata (L.) Hitch), Tapak kuda {Ipomoea pescaprae), Euphorbia.
b. Tanaman penyerap bau yang direkomendasikan, yaitu: Angsana,
Flamboyan, Kemuning (Murraya paniculata), Pohon Tanjung (Mimoscrops
elengi).
c. Tanaman penyerap emisi CO2 dan debu yang direkomendasikan, yaitu:
Pohon Damar (Agathis alba), Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla),
Pohon Glodogan (Polyathea longifolia), Pohon Trembesi (Albizia saman),
Pohon Akasia (Acacia auriculiformis), Pohon Tanjung (Mimoscrops elengi).
20

Tata Cara Pemasangan Under Drain Penyalur Lindi

Pengertian Under Drain Penyalur Lindi


Sistem under drain penyalur lindi adalah sistem pengaliran air di bawah media
setelah air melewati proses penyaringan atau filtrasi.

Manfaat Under Drain Penyalur Lindi


Konstruksi sistem under drain direncanakan sesuai dengan desain yang dibuat
yaitu dapat berupa pola tulang ikan atau pola lurus.
Kemiringan saluran pengumpul lindi antara 1-2 % dengan pengaliran secara
gravitasi menuju instalasi pengolah lindi (IPL). Sistem under drain berfungsi
untuk menangkap lindi yang kemudian diarahkan menuju pipa berdiameter
minimum 200 mm, atau saluran pengumpul lindi.
Pada lahan urug saniter, pertemuan antar pipa penangkap atau antara pipa
penangkap dengan pipa pengumpul dibuat bak kontrol (junction box), yang
dihubungkan sistem ventilasi vertikal penangkap atau pengumpul gas.
21

Tata Cara Pemasangan Under Drain

Berikut langkah-langkah dalam pemasangan under drain penyalur lindi:

1. Pastikan bahwa pekerjaan perpipaan lindi hendaknya mengikuti persyaratan-


persyaratan yang tercantum dalam Pedoman Plumbing Indonesia tahun
1974, serta persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak berwenang. Mutu
bahan harus baik dan telah diuji oleh lembaga yang berwenang.
2. Pastikan jenis pipa yang akan dipasang, misal perpipaan yang digunakan
dari jenis pipa-pipa air dan gas yang terbuat dari bahan polyethylene (PE)
dengan spesifikasi yang disesuaikan untuk air limbah
3. Pastikan material seluruh pipa dan fitting-accesories yang digunakan harus
mengikuti standar-standar yang berlaku untuk pipa air buangan.
4. Pastikan sambungan pipa yang digunakan adalah jenis sambungan yang
biasa digunakan dalam penyambungan pipa PE.
5. Pastikan setiap pipa dan accesories yang digunakan harus jelas berisi
informasi tentang: Jenis pipa, Diameter pipa (mm), Tekanan pipa (bar) nilai
kekuatan pipa, Merk, Nomor produksi, tanggal dan tanda-tanda lain; Sudut
(derajat) dari fitting.
22

6. Pastikan sebelum dilakukan pemasangan pipa, lapisan dasar pipa telah memiliki memiliki
level dan kepadatan sesuai dengan standar.
7. Lakukan pemasangan pipa penyalur lindi sesuai dengan diameter rencana dengan elevasi
sesuai rencana. Elevasi harus sesuai dengan rencana agar dapat terjamin aliran secara
gravitasi.
8. Lakukan penyambungan pipa dengan sistem junction sesuai dengan standar teknis,
terutama antara pipa utama dengan pipa lateral.
9. Pasang lapisan pelindung untuk pipa, sehingga tingkat pengamanan dapat menjamin pipa
dari tekanan sampah dan beban alat berat pada saat operasi.
10. Perforasi pada pipa penangkap/pengumpul dilaksanakan sesuai dengan gambar dengan
alat yang tidak akan merusak kekuatan pipa.
11. Setelah pekerjaan perpipaan selesai harus dilakukan pengujian atas seluruh bagian dari
pekerjaan ini. Semua kekurangan dan kebocoran harus segera diperbaiki sehingga seluruh
sistem bekerja dengan baik.
12. Untuk menjamin terpenuhinya teknis sesuai rencana, lakukan pekerjaan pengukuran. Yang
dimaksud dengan pekerjaan pengukuran dalam pekerjaan ini adalah pengukuran arah
memanjang dan pekerjaan pemipaan.
13. Berdasarkan pengukuran tersebut, kontraktor harus membuat rencana kerja pekerjaan
pemipaan yang berisi :Elevasi permukaan tanah; Elevasi dasar tanah (dari galian yang
harus dilaksanakan); Elevasi peletakan pipa; Elevasi permukaan tanah setelah selesai
pekerjaan urugan dan atau pembuatan jalan; Letak dan atau posisi perpipaan yang lurus,
sambungan tee, bend dan trust block; Dan lain-lain sesuai dengan keadaan di lapangan
atau atas petunjuk direksi di lapangan; Posisi manhole penghubung yang berfungsi sebagai
awal pipa tegak biogas.
23

Tata Cara Pemasangan dan Pemanfaatan Gas

Pengertian Gas-Bio
Gas bio adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian materi organik oleh
mikroorganisme dalam kondisi anaerob. Gas-gas yang dihasilkan dari proses
penguraian antara lain gas metan (CH4), karbondioksida (CO2), uap air (H2O),
gas nitrogen (N2), dan lain-lain.
24

Manfaat Gas-Bio
Untuk menghilangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan dari gas bio yang dihasilkan
saat proses dekomposisi sampah maka perlu pengelolaan gas salah satunya dengan
memanfaatkannya sebagai bahan bakar pembantu. Pemanfaatan gas bio juga
mengurangi resiko perubahan iklim dunia karena setiap ton metan yang terlepas ke
atmosfer sama besarnya dengan 21 ton karbondioksida. Selain itu, siklus metan di
amosfer 20 kali lebih cepat daripada karbon dioksida, berarti dengan mengurangi metan
yang merupakan salah satu gas yang dihasilkan dalam gas bio akan memperlambat
terjadinya perubahan iklim dunia.

Tata Cara Pemanfaatan Gas Bio


1. Kontrol gas yang ditimbulkan dari proses degradasi di TPA agar tidak mengganggu
lingkungan, khususnya orang yang akan menggunakan fasilitas ini, serta
penduduksekitarnya.
2. Gas hasil biodegradasi tersebut dicegah mengalir secara lateral dari lokasi TPA lama
menuju daerah sekitarnya.
3. Pada TPA lama yang mengalirkan gas bio ke pipa pengumpul gas melalui ventilasi
sistem penangkap gas, diharuskan untuk membakar gas tersebut pada gas-flare.
Sangat dianjurkan menangkap gas bio tersebut untuk dimanfaatkan.
25

4. Pada TPA lama yang belum dilengkapi dengan sistem penangkap gas, gas bio harus
dievakuasi ke luar dengan membuat sistem penangkap gas vertikal, dengan cara:
5. Membuat sumuran berdiameter minimum 50 cm berisi kerikil diameter 30-50 mm
dengan melakukan pemboran vertikal, sedapat mungkin sampai kedalaman 1-2 m di
atas dasar lahan urug lama.
6. Memasang pipa PVC diameter minimum 75 mm, dengan tambahan pelindung pipa
berupa drum (2 buah drum yang disusun bertumpuk) sebagai casing yang melindungi
pipa paling tidak 1 m sebelum akhir sumuran tersebut di atas, sebagai upaya
pengumpul gas bio.
7. Mengalirkan gas yang tertangkap ke udara terbuka melalui ventilasi tersebut,
sedemikian sehingga tidak berakumulasi yang dapat menimbulkan ledakan atau
bahaya toksik lainnya. Dianjurkan menggunakan gas flare.
8. Konstruksi pipa gas pada TPA yang direhabilitasi harus dimulai dari lapisan sampah
eksisting. Jadi pada TPA yang direhabilitasi terdapat 2 pipa gas, masing-masing
adalah pipa dari lapisan sampah eksisting dan dari persambungan pipa lindi. Pipa gas
berlubang dari HDPE diameter 200 mm. Kedua pipa gas berada dalam lubang
sumuran. Diameter pipa tergantung dari jumlah gas TPA yang akan diekstraksi.
26

9. Sistem penangkap gas dapat berupa :


a. Ventilasi vertikal : merupakan ventilasi yang mengarahkan dan mengalirkan gas
yang terbentuk ke atas
b. Ventilasi akhir : merupakan ventilasi yang dibangun pada timbunan akhir yang
dihubungkan dihubungkan dengan sarana pengumpul gas untuk dimanfaatkan lebih
lanjut.
10. Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol sesuai dengan perkiraan umurnya.
11. Beberapa kriteria desain perpipaan vertikal pipa biogas, yaitu :
a. Pipa gas dengan casing PVC, HDPE, atau PP dengan diameter : 100 150 mm
(minimal 110 mm)
b. Lubang bor berisi kerikil : 50 100 cm
c. Perforasi : 8 12 mm
d. Kedalaman : 80 %
e. Jarak antara ventilasi vertikal : 25-59 m.
27

Tata Cara Pembangunan Tanggul Penahan

Pengertian Tanggul Penahan


Tanggul penahan merupakan sarana untuk menahan timbunan sampah dari longsor
akibat erosi saat hujan atau timbunan sampah yang terlalu tinggi.

Manfaat Tanggul Penahan


Tanggul pengaman pada TPA untuk mencegah kelongsoran sampah. Lahan TPA sampah,
khususnya area pengurugan hendaknya selalu dilakukan pengawasan maupun
pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kelongsoran akibat ketidakstabilan
terhadap keruntuhan geser, atau terganggunya kestabilan lereng.
Tata Cara Pembangunan Tanggul Penahan
Tanggul dibuat di sisi-sisi sel sampah. Tanggul dibuat dari timbunan tanah yang
dipadatkan. Tanggul pada sisi sel sampah diproteksi dengan GCL, HDPE Geomembran
dan Geotekstil Proteksi. Pada bagian luar dari sisi timbunan sampah diproteksi dengan
geotekstil. Struktur pelapis tanggul dibuat mengikuti pelapisan dasar sel TPA, yaitu
menggunakan tanah lempung dan dilapisi dengan geomembran. Jika pengadaan tanah
lempung sulit dilakukan, maka tanah lempung dapat diganti dengan lapisan kedap
lainnya, seperti GCL.
28

Dalam tahap ini, pekerjaan meliputi:

1. Prosedur Galian
Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan ketinggian yang
ditentukan dalam gambar dan harus meliputi pembuangan semua bahan-bahan
yang ditemukan. Apabila batuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras lainnya
ditemukan pada jalur selokan atau pada ketinggian tanah dasar untuk
perkerasan dan bahu jalan, atau pada dasar parit pipa atau galian pondasi
struktur maka bahan-bahan tersebut harus digali lebih dari 150 mm sampai
suatu permukaan yang rata halus dan mantap.

2. Bahan-bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui project
manager. Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan terdiri dari
tanah atau bahan-bahan batuan. Bila digunakan situasi pemadatan dengan
kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindari, maka timbunan dengan bahan-
bahan terpilih harus terdiri dari pasir atau kerikil atau bahan-bahan butiran
bersih lainnya dengan suatu Indeks Plastisitas maksimum 6%.
29

3. Penempatan dan Pemadatan Timbunan


Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan disebarkan merata serta
bila dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan tertentu. Tanah dasar harus ditutup
dengan sepraktis dan secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian
permukaan jalan yang ada untuk mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan
permukaan. Setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan harus
dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak. Lapisan yang lebih
dari 300 mm di bawah ketinggian tanah dasar harus dipadatkan sampai 95% dari standar
maksimum kepadatan kering yang ditentukan sesuai AASTHO T99. Untuk tanah yang
mengandung lebih dari 10 % bahan-bahan yang tertahan pada ayakan inch, kepadatan kering
maksimum yang dipadatkan harus disesuaikan untuk bahan-bahan yang berukuran lebih besar.
Lapisan 300 mm atau kurang di bawah ketinggian tanah harus dipadatkan sampai 100% dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan AASTHO T99.

4. Prosedur Pengerjaan
Parit untuk struktur dan telapak struktural digali menurut garis, kelandaian, dan ketinggian yang
terlihat pada gambar. Daerah yang digali di sekitar struktur harus diurug kembali dengan bahan-
bahan yang disetujui dalam pelapisan horizontal dengan kedalaman tidak lebih dari 150 mm
sampai setinggi permukaan tanhah asal atau setinggi permukaan tanah dasar, dan dipilih yang
paling rendah. Setiap lapisan harus dibasahi atau dikeringkan sampai kadar air optimum
sebagaimana diisyaratkan dan dipadatkan seluruhnya. Urugan kembali yang membentuk bagian
timbunan harus dipadatkan sampai 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan
sesuatu dengan AASTHO T99.
30

4. Prosedur Pengerjaan
Parit untuk struktur dan telapak struktural digali menurut garis, kelandaian, dan ketinggian
yang terlihat pada gambar. Daerah yang digali di sekitar struktur harus diurug kembali
dengan bahan-bahan yang disetujui dalam pelapisan horizontal dengan kedalaman tidak
lebih dari 150 mm sampai setinggi permukaan tanhah asal atau setinggi permukaan tanah
dasar, dan dipilih yang paling rendah. Setiap lapisan harus dibasahi atau dikeringkan
sampai kadar air optimum sebagaimana diisyaratkan dan dipadatkan seluruhnya. Urugan
kembali yang membentuk bagian timbunan harus dipadatkan sampai 100% dari kepadatan
kering maksimum yang ditentukan sesuatu dengan AASTHO T99.

5. Pemasangan Strauspile
Strauspile adalah pondasi dangkal berbentuk lingkaran yang dibuat dibawah banguan agar
dapat menyalurkan beban yang besar ke tanah keras, staruspile umumnya diambil karena
posisi tanah keras tidak terlalu dalam. Galian strauspile dilakukan manual sehingga dapat
dibentuk dengan sedemikian rupa sesuai dengan gambar rencana.

6. Pemasangan Poor
Struktur poor adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai struktur tumpuan awal dari
beban-beban yang terjadi juga berfungsi sebagai tumpuan kolom dan balok (sloof). Pada
konstruksi ini berfungsi ganda sebagai penahan gaya vertical dan gaya horizontal, semua
pelaksanaannya sesuai dengan pekerjaan beton bertulang.
31

Tata Cara Pembangunan Unit Pengolah Gas Bio dan Lindi

Instalasi pengolah gas bio

A. Pengertian dan Manfaat


Unit Pengolah Gas Bio merupakan sarana utama di TPA yang digunakan untuk
mengurangi dampak negatif dari gas-bio dengan pengolahan untuk memisahkan gas-gas
yang tidak diinginkan.

B. Tata Cara Pembangunan Unit Pengolah Gas Bio


Penyiapan Unit Ventilasi Gas Vertikal pada TPA Baru.
Langkah Kerja :
a. Siapkanlah pipa HDPE berlubang dia 150 mm dan fittingnya
b. Pipa gas disambungkan ke pipa Air Lindi yang sudah dipasang lebih dulu.
c. Pasang pipa dengan menyambungkannya pada fitting yang sudah disiapkan. Jarak
antara pipa 50-70 m dan tinggi pipa = tinggi sel sampah ditambah 50 cm.
d. Pipa vertikal tersebut harus dilindungi casing diameter 80 cm diisi kerikil 5/10, bisa dari
drum bekas dengan lubang berforasi 5 cm dan jarak antar lubang 15-20 cm
e. Pasanglah pipa besi (diameter 1-1,5 inch) sepanjang 1,5 m pada akhir timbunan. Gas
yang ke luar dari ujung pipa besi ini dibakar atau dimanfaatkan untuk energi.
f. Pasang bendera di dekat tambahan pipa vertikal agar tidak ditabrak oleh buldozer
32

Pemasangan pipa gas horisontal


Langkah Kerja :
Pipa gas juga dipasang secara horisontal. Sebelum dilakukan penutupan tanah
antara, di atas sampah padat dipasang pipa gas HPDE perforated diameter 100
mm secara horisontal menyambung ke pipa gas vertikal untuk mengumpulkan
gas dari timbunan sampah.
Instalasi pengolahan lindi TPA

A. Pengertian dan Manfaat


Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) adalah rangkaian unit bangunan pengolah lindi yang dirancang untuk menyisihkan
polutan dan kontaminan yang terkandung di dalamnya supaya memenuhi baku mutu yang ditentukan.
IPL digunakan untuk mengurangi beban pencemaran terhadap badan air penerima. Lindi yang telah terkumpul diolah
terlebih dahulu sehingga mencapai standar aman untuk kemudian dibuang ke dalam badan air penerima.
33

Tata Cara Pembangunan Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) TPA

1. Pekerjaan pasangan
Pada pekerjaan ini, pondasi bangunan ditentukan. Dapat berupa bangunan dari
batu kali dengan campuran 1 semen : 5 pasir. Di bawah tiang-tiang/kolom
penyangga dipasang pondasi. Pekerjaan slope, ring balok, plat lantai, dan
kolom.
a. Konstruksi bekisting harus cukup kokoh agar tidak terjadi perubahan-
perubahan bentuk pada waktu pengecoran maupun masa pengerasan.
b. Ukuran penampang jadi beton tidak boleh kurang dari apa yang
disyaratkan dalam gambar kerja dan penyimpangan tidak boleh lebih dari
1 % dari ukuran yang bersangkutan.
c. Selimut beton yang disyaratkan untuk seluruh pekerjaan balok dan lantai
beton tidak boleh kurang dari 5 cm atau sesuai gambar kerja.
d. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus mengikuti
persyaratan-persyaratan yang ditentukan.
34
2 Pekerjaan beton bertulang
Pekerjaan beton dalam pelaksanaan harus memenuhi persyaratan yang termuat
dalam PBI 1971, NI-2, baik mengenai material koral, pasir, semen dan baja maupun
pelaksanaannya. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pembetonan, Kontraktor terlebih
dahulu harus mengadakan percobaan campuran (mixed design) untuk melihat mutu
karakteristik beton yang dicapai, slump yang diperkenankan adalah berharga 710
cm. Untuk mendapatkan bentuk, penampang, ukuran dari beton seperti yang diminta
dalam gambar konstruksi, bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti, dan kokoh.
Pembongkaran bekisting beton tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan
menurut PBI 1971 dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan hati-hati dan tidak
merusak beton yang sudah mengeras, dengan terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan Project manager.

3. Pekerjaan baja tulangan dan pengecoran


Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar
kerja dan syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 1971, NI-2. Parameter-
parameter pengenal harus minimal sama seperti persyaratan dalam gambar kerja dan
bilamana parameter tersebut akan diganti, maka jumlah luas penampang per satuan
lebar beton harus minimal sama dengan luas penampang rencana, sebelum
melakukan perubahan-perubahan harus mendapat persetujuan.
35

Tulangan harus ditempatkan dengan teliti dengan posisi sesuai rencana, dan harus
dijaga jarak antara tulangan dengan bekisting untukmendapatkan tebal selimut beton
(beton decking) yang cukup. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus
dan harus dihindarkan penghentian pengecoran kecuali bila sudah dipertimbangkan pada
tempat-tempat yang aman dan sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Project
manager. Segera setelah beton dituangkan ke dalam bekisting, adukan harus dipadatkan
dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi. Additive dapat pula
dipergunakan sepanjang tidak menyebabkan kelainan-kelainan pada beton dan untuk itu
harus mendapatkan persetujuan.

4. Bak pengumpul efluen TPA


Pekerjaan kolam pengumpul efluen dari TPA (merupakan pipa efluen ke bak ini)
mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
Pekerjaan tanah
Pekerjaan pondasi
Pekerjaan beton
Pembuatan kolam pengumpul efluen
Pemasangan alat ukur
Pemasangan pipa.
36

5. Kolam Anaerob-Fakultatif-Maturasi
Pekerjaan pembuatan kolam anaerob, fakultatif, maturasi mencakup pekerjaan-
pekerjaan sebagai berikut :
Pekerjaan tanah
Pekerjaan pondasi
Pekerjaan beton
Pekerjaan pasangan batu kali
Pembuatan bak pengendap dan struktur inlet
Pembuatan konstruksi pelimpah
Pembuatan saluran pembuang influen dan efluen.

6. Pemasangan pipa
Pemasangan pipa inlet yang masuk ke dalam tangki Sedimentasi I harus
dilakukan dengan teliti. Posisi ketinggian pipa dari muka tanah maupun dari
dasar bak Anaerob harus sesuai dengan apa yang tercantum di dalam
gambar perencanaan. Bahan pipa adalah pipa steel dengan standar kualitas
kualifikasi AWWA. Sambungan-sambungan pipa dilakukan secara mekanis,
yaitu menggunakan flange diameter yang sesuai.
37

7. Konstruksi pelimpah
Konstruksi pelimpah dari bak Sedimentasi I dapat berupa ambang pelimpah
yang dipasang selebar bak. Pelimpah dapat terbuat dari bahan papan kayu
yang lurus. Papan ini dipasang di atas ketebalan dinding pelimpah yang terbuat
dari beton bertulang seperti diperlihatkan pada gambar perencanaan.
Pemasangan papan pelimpah ini pada beton dilakukan dengan hati-hati dan
rapi. Agar tidak terjadi kebocoran maka setiap penempelan harus diberi lem dan
karet. Guna memudahkan pemasangan dan pencabutan papan pelimpah, maka
dibutuhkan jembatan (bordes) operasi, yang terbuat dari baja. Posisi dan ukuran
bordes tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.

8. Kolam Kontrol/Wetland
Kolam kontrol / wetland dapat berupa konstruksi beton. Aliran air sebagian
mengalir pada bak resirkulasi dengan pengaturan melalui pintu-pintu air. Bak
resirkulasi yang terbuat dari pasangan beton bertulang, dilengkapi dengan pipa
dan valve-valve guna memungkinkan penyambungan slang (pipa) fleksibel ke
pompa, agar dapat dialirkan ke TPA.
38

Tata Cara Pembangunan Bangunan Penunjang.

Bangunan penunjang terdiri dari:


Pagar, Papan Nama, Zona Penyangga;
Kantor dan Laboratorium;
Tanggul, talud, perkuatan tebing;
Saluran pelimpas air hujan/drainase;
Bengkel dan Hanggar Alat Berat;

Namun dalam hal ini hanya akan dibahas mengenai bangunan Bengkel dan
Hanggar Alat Berat;
Bengkel/garasi/hangar berfungsi untuk menyimpan dan atau memperbaiki
kendaraan atau alat besar yang rusak. Peralatan bengkel minimal yang harus
ada di TPA adalah peralatan untuk pemeliharaan dan kerusakan ringan.
a. Tempat cuci kendaraan;
Tempat cuci kendaraan di lokasi TPA berfungsi untuk:
Membersihkan roda kendaraan ataupun bak truk setiap hari di akhir
pengangkutan sampah dan pembongkaran di sel harian,
Membersihkan alat berat dari sampah yang menempel setiap selesai digunakan
Aliran air dari lokasi tempat cuci kendaraan dialirkan ke kolam equalisasi.
39

b. Sarana air bersih dan sanitasi;


Fasilitas air bersih akan digunakan terutama untuk kebutuhan kantor, pencucian
kendaraan (truk dan alat berat), maupun fasilitas TPA lainnya. Penyediaan air
bersih ini dapat dilakukan dengan sumur bor dan pompa.
Semua instalasi air bersih dari PVC atau galvanis dengan diameter sesuai yang
tertera pada gambar dan tertanam di dalam tembok.
Untuk instalasi air kotor dari PVC medium dengan ukuran sesuai yang tertera di
dalam gambar dan dimasukkan dalam shaft.
Saluran pembuangan air hujan diteruskan ke got pembuangan.
Kloset duduk dan kloset jongkok dipasang ukuran medium
Instalasi air bersih disambung dari PDAM sampai mengalir.

c. Listrik
Instalasi listrik dipasang sampai menyala
Semua instalasi harus tertanam di dalam tembok dan untuk diatas plafon kabel
harus dibungkus dalam pipa.
Penyambungan harus dilakukan dalam kotak-kotak. Kabel-kabel disambung
sesuai dengan warna-warna atau namanya masing-masing.
Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum
5/8 dan setiap percabangan harus menggunakan junction box yang sesuai.
40

d. Pemadam Kebakaran
Fasilitas tersebut perlu disediakan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di
TPA. Penentuan penempatan APAR dalam sebuah lokasi atau bangunan
disesuaikan dengan tingkat bahaya kebakaran lokasi dimana APAR akan
ditempatkan dan jenis atau kelas kebakaran yang ada.
Untuk lingkungan TPA termasuk ke dalam bahaya lokasi yang cukup tinggi
karena terdapat penyimpanan bahan bakar alat berat dan timbunan sampah
yang menghasilkan gas metan yang besifat mudah meledak.

Tata Cara Pembangunan Jembatan Timbang


Pengertian Jembatan Timbang
Jembatan timbang TPA adalah bentuk jembatan yang telah dilengkapi sensor
Loadcell untuk membaca berat dari media yang akan ditimbang.

Manfaat Jembatan Timbang


Fungsi dari jembatan timbang adalah untuk pengawasan dan pemantauan
terhadap fluktuasi volume sampah yang masuk ke TPA sehingga dapat
diperkirakan umur sel landfill yang aktif.
41

Konstruksi timbangan (Besi WF : 500/600/200 untuk Main Beam dan Cross Beam)
Konstruksi jembatan timbang sedikit berbeda dengan jembatan biasa pada umumnya,
karena terbuat dari plat dan besi yang khusus didesain untuk alat timbang dan telah
disertifikasi. Contoh dari jenis besi tersebut adalah besi WF 500/600/200 untuk main
beam dan cross beam.

4. Pondasi (bias berupa cakar ayam)


Pondasi jembatan timbang sama seperti pondasi umumnya yang baisanya terbuat dari
tiang pancang maupun cor beton, hanya saja pondasi jembatan timbang menggunakan
tatakan baseplate yanag berfungsi untuk menahan konstruksi dan loadcell.

5. Kamera
Jembatan timbang juga biasanya dilengkapi dengan kamera yang berfungsi untuk
menyimpan data mobil dan material truk maupun mobil yang ditimbang baik nomor
kendaraan material yang dibawanya.

6. Software dan printer


Software jembatan timbang fungsinya hampir sama seperti software yang biasanya
digunakan untuk parker kendaraan bermotor, hanya perbedaannya jika software parker
biasanya tidak dilengkapi dengan data material maupun berat dari kendaraan yang lewat,
tetapi di software jembatan timbang semua data bias ter-record/tersimpan.
42

Tata Cara Pembangunan Sumur Uji


Pembangunan sumur uji harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Lokasi sumur uji terletak pada beberapa tempat, yaitu sebelum lokasi penimbunan
sampah, di lokasi sekitar penimbunan dan pada lokasi setelah penimbunan
b. Penempatan lokasi tidak pada daerah yang akan tertimbun sampah ke arah hilir aliran
air tanah.
c. Kedalaman sumur 20-25 m dengan luas 1 m2.
d. Lokasi sumur uji harus terletak paling tidak berjarak 10 dan 20 dari TPA dan dari
drainase TPA. Lokasi sumur uji ada di bagian hulu TPA. Sehingga tiga sumur cukup
sebagai sumur uji. Sumur uji dapat digali secara manual jika muka air kurangdari 4 m.
e. Sumur uji dibuat dari buis beton dengan diameter 100 cm dan ketebalan buis 15 cm.
f. Kedalaman sumur uji disesuaikan dengan kedalaman air tanah. Penggalian sumur uji
harus mencapai muka air tanah. Buis beton yang ada di bawah permukaan tanah
dilubangi dengan lubang 5 cm dengan jarak masing - masing lubang 50 cm. Pada
sekeliling buis beton diberi ijuk. Dan pada dasar sumur uji diberi hamparan kerikil
setebal 20 cm. Untuk keamanan sumur uji ditutup dengan plat penutup beton yang
mudah dibuka jika akan dilakukan pengambilan sampel.
43

Tata Cara Pembangunan Jembatan Timbang

Jembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah yang masuk ke


TPA dengan ketentuan sebagai berikut :
Lokasi jembatan timbang harus dekat dengan kantor/pos jaga dan terletak
pada jalan masuk TPA.
Jembatan timbang harus dapat menahan beban minimal 5 ton
Lebar jembatan timbang minimal 3,5 m

Tata Cara Pembangunan Sumur Uji

Pengertian Sumur Uji


Sumur uji adalah sumur yang dirancang untuk menampung air hasil olahan
instalasi pengolahan lindi sebelum dibuang ke badan air.

Manfaat Sumur Uji


Sumur uji berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran
leachate terhadap air tanah di sekitar TPA.
SARANA DAN PRASARANA TPA
44

Pintu Gerbang TPA Jalan Akses Masuk TPA

Pos Jaga Kantor TPA


SARANA DAN PRASARANA TPA
45

Komposting Jembatan Timbang

Pos Jembatan Timbang


Jalan Operasional
SARANA DAN PRASARANA TPA
46

Zona Landfill Sumur Pantau

Kolam IPL Drainase TPA


PEMBANGUNAN TPA
47

Kegiatan Land Clearing Kegiatan Pengurugan


Tanah

Kondisi Lahan Setelah Kegiatan Galian Pipa Lindi


Dipadatkan
PEMBANGUNAN TPA
48

Kegiatan Penggelaran Kegiatan Proses


Geomembrane Penyambungan Geomembrane

Kegiatan Penggelaran Kegiatan Urugan Pasir di


Geomembrane & Geotextile atas Geotextile
PEMBANGUNAN TPA
49

Kegiatan Pemasangan Pipa Kegiatan Urugan Batu Koral di atas


Air Lindi Pipa Air Lindi

Kegiatan Penggelaran Geomembrane Kegiatan Pembuatan dan


di Sisi Lereng Area TPA Perataan Lereng Area TPA
PEMBANGUNAN TPA
50

Kegiatan Penggelaran Geotextile Kegiatan Urugan Batu Split


di Sisi Lereng Area TPA Kembali di atas Geotextile

Kondisi Area TPA 100 %


Kegiatan Pekerjaan Kolam
Aerasi
PEMBANGUNAN TPA
51

Kegiatan Pekerjaan Kolam Kegiatan Pekerjaan Kolam


Anaerob Biofilter

Kegiatan Pekerjaan Kolam Kegiatan Pekerjaan Tanggul


Fakultatif Penahan Konstruksi TPA
PEMBANGUNAN TPA
52

Kegiatan Pekerjaan Kolam Kegiatan Pekerjaan Saluran


Maturasi Drainase TPA
PEMBANGUNAN TPA
53

Pemasangan Water Stop Contoh Sumur Uji


LAMPIRAN
54

FORM PEMANTAUAN
55

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai