Anda di halaman 1dari 39

BAHAN TAYANG 3

PERHITUNGAN KUANTITAS DALAM PROSES KAJIAN TEKNIS


LAPANGAN (FIELD ENGINEERING)
1
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti Mata Pelatihan ini, Peserta


diharapkan mampu :

Melakukan perhitungan kuantitas dalam proses


pengecekan dokumen perencanaan dan kajian
teknis lapangan untuk pekerjaan jalan dan
jembatan, dari persiapan dan pelaksanaan serta
pelaporannya.
2
INDIKATOR HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti Mata Pelatihan ini, Peserta
diharapkan dapat :

1. Melakukan persiapan kajian teknis lapangan


untuk perhitungan kuantitas pekerjaan
2. Melakukan proses kajian teknis lapangan
dalam perhitungan kuantitas pekerjaan
3. Menyiapkan pelaporan perhitungan kuantitas
pekerjaan dari hasil kajian teknis lapangan.
3
OUTLINE

1. Persiapan kajian teknis lapangan


2. Pelaksanaan kajian teknis lapangan
3. Penyiapan pelaporan kajian teknis
lapangan
1
Persiapan
Kajian Teknis Lapangan

5
Pengecekan Dokumen Perencanaan
1. Dokumen perencanaan dalam dokumen kontrak, antara lain berupa :
a. Spesifikasi teknis (Spesifikasi Umum dan Khusus)
b. Gambar rencana
c. Daftar kuantitas dan harga
d. Syarat-syarat Umum
e. Syarat-syarat khusus
2. Setelah penandatangan kontrak, dan sebelum pekerjaan survei dimulai, maka Penyedia Jasa
bersama Pengawas Pekerjaan melakukan pengecekan dokumen perencanaan tersebut.
3. Pengawas Pekerjaan atau Direksi Teknis adalah tim pendukung yang ditunjuk/
ditetapkan oleh PPK yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan
4. Direksi Lapangan adalah tenaga/tim pendukung yang dibentuk/ditetapkan oleh PPK,
terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih, untuk mengelola administrasi Kontrak dan
mengendalikan pelaksanaan pekerjaan.
5. Perlu juga dilakukan pengecekan kesesuaian lokasi pekerjaan, alokasi dana, target panjang
yang harus dicapai berdasarkan DIPA, target waktu penyelesaian dan ketentuan lain yang
terkait.
6. Apabila terdapat perubahan dalam dokumen perencanaan tersebut, maka perlu dilakukan
perubahan (Addendum) kontrak.
6
Pengecekan Gambar Rencana dan Daftar Kuantitas
Berdasarkan SE Dirjen Bina Marga No. 02/SE/Db/2018, tgl 20 September 2018 tentang
Spesifikasi Umum Tahun 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan, Divisi 1,
Seksi 1.1, pasal 1.1.2. Ketentuan Teknis :
1. Sebelum pekerjaan survei dimulai, Penyedia Jasa harus mempelajari Gambar untuk
dikonsultasikan dengan Pengawas Pekerjaan, dan harus memastikan dan memperbaiki
setiap kesalahan atau perbedaan yang terjadi.
2. Penyedia Jasa dan Pengawas Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam menentukan
ketepatan setiap perubahan yang dibuat dalam revisi Gambar.
3. Kuantitas dalam Daftar Kuantitas dan Harga (BOQ) dapat diubah oleh Pengawas Pekerjaan
setelah penyesuaian terhadap seluruh rancangan telah selesai, dimana penyesuaian ini
harus berdasarkan data survei lapangan yang dikumpulkan oleh Penyedia Jasa.
4. Pengecekan gambar dan BOQ, didasarkan dari hasil pengukuran dalam rangka kajian
teknis lapangan (field engineering) yang merupakan suatu kegiatan untuk mencari
kesesuaian antara rancangan asli yang ditunjukkan dalam Gambar dengan kebutuhan
aktual lapangan, yang terdiri dari survei lapangan dan analisis data lapangan.
5. Apabila terjadi perubahan antara gambar dan kuantitas, maka harus dilakukan proses
perubahan kontrak atau Addendum kontrak.
7
Checklist Pengecekan Dokumen Perencanaan
pada Tahap Pelaksanaan

No Uraian Sesuai Tidak Keterangan

1. Kesesuaian Spesifikasi Umum 2018      


2. Spesifikasi Khusus sesuai dengan Spesifikasi      
yang valid (Bila ada)
3. Kesesuaian Syarat-syarat Umum dengan      
Dokumen lain yang terkait
4. Kesesuaian Syarat-syarat Khusus dengan      
Dokumen lain yang terkait
5. Kesesuaian BOQ dan Gambar Rencana     Dengan dibuktikan
6. Kesesuaian Gambar Rencana dengan Kondisi     pengukuran di
lapangan lapangan

8
Contoh Spesifikasi Khusus

1. SKh-1.3.10 : Spesifikasi Khusus Interim Penyalir Horisontal


Pra-Fabrikasi (Prefabricated Horizontal Drain, PHD) – Surat
Dirjen Bina Marga No.TN.04.01-Db/176, tanggal 18 April 2016.
2. SKh-1.3.12 : Spesifikasi Khusus Interim Pekerjaan Percepatan
Konsolidasi Tanah dengan Metode Penyalir Vertikal dengan
Vakum dan PVD (Jalan Non Tol) – Surat Dirjen Bina Marga
No.TN.04.01-Db/514.1, tanggal 22 Juni 2017.
3. SKh-2.7.18 : Spesifikasi Khusus Interim-2 Beton Semprot
(Shotcrete) – Surat Dirjen Bina Marga No.JL.08.01-Db/203,
tanggal 29 April 2016.
9
Ketentuan Umum Pengukuran dan Pematokan
1. Berdasarkan Spesifikasi umum 2018, Seksi 1.1 pasal 1.1.1 mengharuskan Penyedia Jasa
untuk melakukan pematokan dan survei lapangan yang cukup detail berdasarkan Gambar
selama periode mobilisasi.
2. Penyedia Jasa harus menyiapkan Gambar Kerja (Shop Drawings) untuk diperiksa dan
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
3. Pada awal pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan personil ahli teknik
untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan, sehingga diperoleh mutu dan kinerja serta
dimensi yang disyaratkan.
4. Personil tersebut harus disertakan dalam pematokan (staking out) dan survei seluruh
kegiatan, investigasi dan pengujian bahan tanah, agregat, dan bahan aspal / bahan
pengikat lainnya, dan kajian teknis serta penggambaran.
5. Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi, Penyedia Jasa harus mengerahkan
personil tekniknya untuk melakukan survei lapangan dan membuat laporannya.
6. Pekerjaan survei lapangan ini harus mencakup inventarisasi geometrik, meliputi : lebar
perkerasan, kondisi permukaan, jenis lapis permukaan, detil bahu jalan; radius tikungan,
lereng melintang (superelevasi di tikungan), dan kelandaian.
7. Hasil survei lapangan tersebut dimaksudkan sebagai penyesuaian antara gambar rencana
dan kondisi lapangan, sehingga dimungkinkan terjadi perubahan kuantitas dalam kontrak.
10
Survei Pelaksanaan Rutin Jalan dan Jembatan

1. Juru ukur (surveyor) dilengkapi dengan semua gambar yang berisi informasi yang paling
mutakhir tentang lebar perkerasan yang diperlukan dan potongan melintang standar.
2. Semua pengukuran survei lapangan harus dicatat dalam buku catatan standar untuk survei
lapangan, tidak boleh menggunakan lembaran terlepas (loose leaf books).
3. Periksalah Stasiun (Sta.) pada setiap patok kilometer eksisting, siapkan sebuah denah yang
menunjukkan dengan pasti posisi setiap patok kilometer yang berhubungan dengan ukuran
jarak (chainage) pekerjaan.
4. Dalam keadaan bagaimanapun, patok kilometer eksisting tidak boleh dipindah atau digeser
selama Masa Pelaksanaan, kecuali kalau mutlak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan
yang sebagaimana mestinya.
5. Pada lokasi yang akan diadakan pekerjaan perbaikan tepi perkerasan atau pelebaran,
penampang melintang asli dari jalan eksisting harus diukur dan dicatat untuk perhitungan
kuantitas.
6. Untuk pengukuran semua lapis perata, dan bilamana diperlukan untuk penyesuaian
punggung jalan (camber), harus diadakan pengukuran profil memanjang sepanjang sumbu
jalan dan profil penampang melintang.
11
Prinsip Pematokan untuk Pengukuran (1)
1. Dalam penetapan titik pengukuran dari pekerjaan ( setting out of works), secara
umum, Bench Mark untuk survei rancangan akan menjadi rujukan terhadap jalan
yang akan ditetapkan titik pengukurannya.
2. Penyedia Jasa harus melakukan survei dengan akurat dan memasang “ Bench
Mark” (BM) pada lokasi tertentu di sepanjang lokasi kegiatan untuk memungkinkan
peninjauan ulang (review) terhadap Gambar, pengukuran ketinggian permukaan
perkerasan atau penetapan titik pengukuran ( setting out) dari pekerjaan yang akan
dilakukan.
3. Bench Mark permanen harus dibuat di atas tanah yang tidak akan mudah bergeser.
4. Penyedia Jasa harus memasang titik-titik patok pelaksanaan ( construction stakes)
yang menunjukkan garis dan ketinggian untuk pekerjaan perbaikan tepi
perkerasan, lebar bahu, dan drainase saluran samping sesuai dengan penampang
melintang standar yang diberikan dalam Gambar dan harus mendapatkan
persetujuan Pengawas Pekerjaan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan.
5. Semua penetapan titik pengukuran ( setting out) harus sesuai dengan Gambar
Kerja dan Gambar Standar yang disetujui. 12
Prinsip Pematokan untuk Pengukuran (2)

6. Bilamana diperlukan untuk tujuan pengukuran kuantitas, maka Penyedia


Jasa harus melakukan pengukuran penampang melintang pada permukaan
tanah asli dalam interval 25 m, atau jika diperintahkan lain oleh Pengawas
Pekerjaan. Gambar penampang melintang harus menunjukkan elevasi
permukaan akhir yang diusulkan.
7. Gambar profil harus diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan. Pengawas
Pekerjaan akan menandatangani untuk disetujui atau untuk direvisi, dan
selanjutnya dikembalikan kepada Penyedia Jasa.
8. Penyedia Jasa tidak boleh memulai setiap bagian dari Pekerjaan sebelum
Penyedia Jasa memperoleh persetujuan penetapan titik pengukuran
(setting out) dari Pekerjaan tersebut.
9. Hasil dari pengukuran ini akan ditindaklanjuti dengan pembuatan gambar
kerja (shop drawings) yang dilakukan secara bertahap.

13
Proses Penyiapan Pekerjaan Jalan

Penyiapan Trase Hasil Pekerjaan Jalan


Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Tanah

 Galian
 Timbunan
Penentuan Posisi Patok Lereng

p p p
CL H
1 3 2
1
2
h h h
s 1 3 2

c a b
d
1
d
3
d
2

• Dilakukan Dengan Coba-Coba


• Mengacu Pada Gambar Rencana
PEMATOKAN & JENIS PATOK
Patok PATOK
As REFERENSI

Jalan PATOK

CL Patok LERENG

Bahu

PATOK Patok
LERENG
PATOK Bahu
REFERENSI

PERMUKAAN
TANAH ASLI
Posisi Patok Lereng
CL

PERMUKAAN TANAH ASLI Patok Lereng

CL Patok Lereng
Patok Lereng 1
PERMUKAAN TANAH ASLI

Patok Lereng

2
C
L
Patok Lereng
PERMUKAAN TANAH ASLI
Patok Lereng

3
2
Pelaksanaan
Kajian Teknis Lapangan

19
Pelaksanaan Kajian Teknis Lapangan (1)
1. Penyedia Jasa harus mempelajari Gambar yang terdapat dalam Dokumen Kontrak
dan berkonsultasi dengan Pengawas Pekerjaan sebelum pekerjaan survei dimulai.
2. Pelaksanaan survei seperti sudah dijelaskan pada persiapan pelaksanaan
sebelumnya.
3. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud dari
Gambar dan Spesifikasi, dan tidak boleh mengambil keuntungan atas setiap
kesalahan atau kekurangan dalam Gambar atau perbedaan antara Gambar dan
Spesifikasi dan Penyedia Jasa harus menandai dan memperbaiki setiap kesalahan
atau kekurangan.
4. Dalam pelaksanaan survei kondisi jalan eksisting, Penyedia Jasa harus
melaksanakan dan melaporkan pekerjaan survei pada jalan eksisting, bahu jalan
eksisting dan sistem drainase eksisting.
5. Bilamana diperlukan oleh Pengawas Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus
melakukan pengujian pada jalan dengan “proof rolling” (pembebanan dengan
kendaraan berjalan untuk mengetahui lendutan secara visual) untuk memperoleh
lokasi yang daya dukungnya lemah. 20
Pelaksanaan Kajian Teknis Lapangan (2)
6. Dalam pelaksanaan survei kondisi jembatan eksisting, untuk jembatan yang
akan dilakukan perbaikan, berupa rehabilitasi dan/atau perkuatan, sebelum
pekerjaan preservasi dilaksanakan harus dilakukan pemeriksaan detil kondisi
jembatan terlebih dahulu untuk memastikan kondisi sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
7. Penyedia Jasa juga harus melakukan pengujian khusus seperti pengujian
Kecepatan Gelombang Ultrasonik (Ultrasonic Pulse Velocity = UPV), pengambilan
beton inti dan hammer test untuk memastikan mutu beton struktur jembatan,
serta melakukan pengujian diameter dan jarak baja tulangan.
8. Penyedia Jasa dapat meminta kepada pihak ketiga yang ahli di bidangnya untuk
pengujian khusus tersebut untuk evaluasi dan rekomendasi sebelum
pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan yang kemudian disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
9. Hasil survei lapangan terhadap kondisi eksisting maupun pada lokasi pekerjaan
pembangunan baru, akan menghasilkan kuantitas dan harga terbaru dari
beberapa perubahan dari daftar kuantitas dan harga yang sering
21 disebut Mutual
Perhitungan Kuantitas sesuai kondisi Lapangan (1)

1. Survei lapangan yang dilakukan sebelum pelaksanaan, dan sekaligus mencocokkan


gambar rencana dengan kondisi di lokasi lapangan, baik pada lokasi eksisting maupun
pada lokasi paket pekerjaan pembangunan baru.
2. Hasil survei lapangan akan menghasilkan beberapa perubahan kuantitas dari tem
pekerjaan, yang kemudian disepakati perubahan tersebut oleh pengawas pekerjaan.
3. Kuantitas dari hasil survei yang dilakukan oleh penyedia jasa dan diawasi oleh pengawas
pekerjaan, harus dihitung berdasarkan tata cara perhitungan disetiap item pekerjaan
dalam Spesifikasi Umum tahun 2018 pada pasal dasar perhitungan dan pembayaran.
4. Apabila terjadi perubahan yang cukup besar, maka harus dilakukan proses negosiasi
perubahan harga satuan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5. Dan apabila terdapat perubahan yang menimbulkan perubahan item pekerjaan atau
item baru, maka harus dilakukan proses negosiasi harga item baru oleh Tim Peneliti
Pelaksanaan Kontrak, bila perlu didukung dengan justifikasi teknis dari pihak perencana
atau Satker P2JN.
6. Apabila terjadi perubahan dari hasil survei lapangan berupa Mutual Check (MC-0%)
dengan kontrak awal, maka perlu dilakukan proses perubahan kontrak sesuai dengan
peraturan yang berlaku. 22
Contoh jenis pekerjaan
yang sering terjadi perubahan signifikan

1. Pekerjaan Drainase (Saluran beton U-ditch) : Ukuran


dan Volume
2. Pekerjaan tanah (Galian dan timbunan) : Jenis dan
volume
3. Pekerjaan Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton
Semen : Ketebalan/volume
4. Pekerjaan Perkerasan Aspal : Ketebalan/volume
5. Pekerjaan Struktur : Volume atau ketebalan tulangan
6. Pekerjaan Lain-lain : Volume
23
3
Penyiapan Pelaporan
Kajian Teknis Lapangan

24
Laporan hasil survei lapangan dan analisis
dari kajian teknis lapangan (1)

1. Hasil survei lapangan dan analisis kajian teknis lapangan lengkap yang
telah disahkan oleh pengawas pekerjaan.
2. Data pendukung hasil survei dilengkapi dengan dokumen foto-foto
pelaksanaan survei.
3. Hasil survei diikuti dengan pembuatan gambar kerja/pelaksanaan ( shop
drawings).
4. Hasil perhitungan kuantitas setiap item pekerjaan dari hasil survei
lapangan, dan apabila terdapat perubahan volume/kuantitas, penambahan
item pekerjaan baru dan perubahan nilai kontrak, maka harus dilakukan
perubahan kontrak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5. Hasil mutual check (MC-0%) diupayakan target tetap, nilai kontrak tetap,
tidak ada item pekerjaan baru dan hanya perubahan kuantitas pekerjaan
yang minor.
25
Laporan hasil survei lapangan dan analisis
dari kajian teknis lapangan (2)
6. Apabila terjadi perubahan yang cukup mendasar, maka Tim / Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak akan melakukan evaluasi dengan langkah-langkah seperti
tersebut di atas dan selanjutnya melaporkan kepada Kasatker untuk
mempersiapkan pembuatan addendum kontrak.
7. Kontraktor tidak diperkenankan mengubah pekerjaan tanpa persetujuan
PPK/Kasatker.
8. PPK/Kasatker berwenang mengubah pekerjaan baik bentuk, mutu, volume
ataupun waktu.
9. Perintah perubahan harus secara tertulis dan sesuai prosedur yang ditentukan.
10. Perubahan desain harus disetujui dan disahkan secara tertulis oleh instansi yang
berwenang (Ditjen. Bina Marga).
11. Pelaporan Mutual Check ini berupa konsep lampiran amandemen kontrak akibat
perubahan volume/kuantitas dan item pekerjaan baru (bila ada) beserta data
pendukungnya.
26
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan (Kurva S) (1)

1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan : kerangka waktu yang sudah terinci berdasarkan Masa
Pelaksanaan, setelah dilaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dan disepakati dalam rapat
persiapan pelaksanaan Kontrak (PCM). (Syarat-syarat Umum Kontrak, Definisi ayat 1.8)
2. Dalam waktu paling lambat 7 hari setelah Tanggal Mulai Kerja, Rapat Persiapan Pelaksanaan
(PCM) harus dilaksanakan dan dihadiri PPK, Pengawas Pekerjaan, dan Penyedia Jasa untuk
membahas semua hal baik yang teknis maupun yang non teknis dalam kegiatan ini, termasuk
pembahasan jadwal pelaksanaan untuk disahkan oleh Pengawas Pekerjaan. (Spesifikasi Umum
Tahun 2018, Divisi 1, Seksi 1.2 Mobilisasi)
3. Jadwal pelaksanaan diperlukan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang
sebagaimana mestinya atas pekerjaan. Jadwal tersebut diperlukan untuk menjelaskan jenis
kegiatan, urutan kegiatan dan waktu kegiatan. (Spesifikasi Umum Tahun 2018, Devisi 1, Seksi
1.12 Jadwal Pelaksanaan).
4. Penyedia Jasa harus menyiapkan jadwal pelaksanaan dalam paling lambat 7 hari setelah Tanggal
Mulai Kerja. Jadwal pelaksanaan itu harus diserahkan dan mendapat persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan, dengan detil dimana harus menunjukkan urutan kegiatan yang diusulkan oleh
Penyedia Jasa dalam melaksanakan Pekerjaan.
27
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan (Kurva S) (2)

1. Jadi jadwal pelaksanaan pekerjaan (Kurva S) semula diusulkan dalam


penawaran kontraktor, kemudian diusulkan kembali unutk dilakukan
pengesahan oleh Pengawas Pekerjaan pada saat Rapat Pra Pelaksanaan
(PCM). Dan apabila terjadi revisi jadwal pelaksanaan harus dilakukan
sesuai dengan prosedur spesifikasi umum 2018 Divisi 1, seksi 1.12 dan
Syarat-syarat Umum Kontrak pasal 34

2. PPK bersama Penyedia dapat melakukan perubahan pekerjaan, sesuai


dengan Syarat-syarat Umum Kontrak, yang meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam
Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan/pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis dan/atau gambar pekerjaan; dan/atau
a. mengubah jadwal pelaksanaan pekerjaan
28
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan (Kurva S) (3)

1. Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat diakibatkan oleh:


a. perubahan pekerjaan;
b. perpanjangan Masa Pelaksanaan; dan/atau
c. Peristiwa Kompensasi.
2. Perpanjangan Masa Pelaksanaan dapat diberikan oleh PPK atas
pertimbangan yang layak dan wajar untuk hal-hal sebagai berikut :
a. Perubahan pekerjaan;
b. Peristiwa Kompensasi; dan/atau
c. Keadaan Kahar.
3. PPK berdasarkan pertimbangan Pengawas Pekerjaan dan Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak harus telah menetapkan ada tidaknya perpanjangan
dan untuk berapa lama.
4. Persetujuan perubahan jadwal pelaksanaan dan/atau perpanjangan Masa
Pelaksanaan dituangkan dalam Addendum Kontrak.
29
Jadwal Pelaksanaan (Kurva S)
Versi Penawaran Kontraktor

Contoh

30
Perubahan Jadwal Pelaksanaan (Kurva
S) (1)

Perubahan jadual pelaksanaan (Kurva S) dapat


diakibatkan antara lain :
1. Akibat hasil pengecekan pada pembahasan rapat pra
pelaksanaan (PCM);
2. Akibat perubahan volume dan harga satuan atau harga
kontrak akibat hasil pengukuran lapangan, kajian teknis
lapangan, penambahan/ pengurangan dana,
penambahan/pengurangan volume, dll.
3. Akibat perpanjangan waktu pelaksanaan, dll.

31
Perubahan Jadwal Pelaksanaan (Kurva
S) (2)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perpanjangan waktu :
1. Pada prinsipnya waktu yang disepakati dalam surat perjanjian/ kontrak adalah tetap.
2. Dalam pelaksanaan pekerjaan selalu diadakan pencatatan dalam laporan harian,
laporan mingguan, laporan bulanan, laporan triwulan, dan laporan lainnya.
3. Setiap laporan juga senantiasa diadakan evaluasi dalam bentuk rapat mingguan, rapat
bulanan, dan rapat-rapat lainnya sehingga dapat diidentifikasi permasalahan dan
upaya pemecahannya.
4. Apabila hal tersebut dilakukan secara sangat konsisten maka salah satu permasalahan
yang selalu timbul adalah usulan perpanjangan waktu dari kontraktor akan sangat
mudah sekali untuk diterima ataupun ditolak.
5. Hal-hal lain yang dapat menjadi bahan pertimbangan diberikannya perpanjangan
waktu adalah apabila permasalahan yang timbul bukan merupakan
kesalahan/keteledoran/kelalaian penyedia jasa/ kontraktor, antara lain pekerjaan
tambah, perubahan desain, bencana alam (yang dinyatakan oleh Gubernur), kelalaian
pihak Satker, atau karena force majeur. 32
100
Batas Re-Skedul
Perubahan Jadwal Pelaksanaan
90
AWAL = RE-SKEDUL
(Kurva S) (3)
80

70
Revisi akibat Perubahan Volume,
60
Tambah Biaya, Waktu Tetap
50 Idealnya Kurva S Tetap
Jika terdapat sedikit perubahan  Trend harus dipertahankan Batas Re-Skedul
40 100
Batas Re-Skedul
30 90
A’ dan A mempunyai nilai uang
20 80 yang sama, tetapi karena Total
nilai uang berubah, maka AWAL
10
REALISASI 70 besarnya persentase untuk nilai
uang yang sama akan berbeda REVISI
0 60
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A’ Meskipun bentuk asal tidak
50
dapat dipertahankan, namum
tidak berbeda ekstrem
40 A’

30

Revisi akibat Perubahan Volume, 20

Biaya & Waktu Tetap 10 REALISASI

0
0 1 2 3 4 5 33 6 7 8 9 10 11 12
Perubahan Jadwal Pelaksanaan
2 bulan
(Kurva S) (4)
Batas Re-Skedul
100
2 bulan
90
2 bulan
80
AWAL
70

60 1
50
RE-SKEDUL
40 2 4

30
Revisi schedule akibat
3 perpanjangan waktu
20
 = (Awal – Rencana Baru) > 0
10 REALISASI

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

34
Gambar Kerja (Shop Drawings)
1. Gambar rencana sebagai dasar survei awal untuk dilakukan
pematokan (staking out), bila terjadi perubahan harus
dilakukan perbaikan.
2. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan, maka dari gambar
rencana tersebut dapat dibuat secara bertahap berupa gambar
kerja/pelaksanaan (shop drawings) yang tentunya
mengakomodir perubahan akibat hasil dari survei lapangan.
3. Gambar kerja merupakan review dari gambar rencana, dan
dapat digunakan sebagai acuan untuk gambar terlaksana (as
built drawings) yang disiapkan oleh Penyedia Jasa setelah
selesainya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan.
4. Gambar kerja harus disahkan oleh pengawas pekerjaan dan
dipedomani untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
35
Latihan-1

1. Jelaskan apa yang harus dilakukan dalam pengecekan dokumen perencanaan ? Pihak
siapa saja yang melakukan pengecekan dokumen perencanaan tersebut?
2. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengecekan antar gambar rencana
dengan daftar kuantitas dan harga pada dokumen perencanaan dan dokumen kontrak ?
3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pematokan (staking out) pada survei
lapangan dalam rangka kajian teknis lapangan ?
4. Jelaskan pelaksanaan survei pekerjaan rutin jalan dan jembatan ?
5. Jelaskan prinsip pengukuran hasil survei lapangan dalam rangka kajian teknis lapangan ?
6. Jelaskan tahapan pelaksanaan kajian teknis lapangan untuk pekerjaan jalan dan
jembatan ?
7. Jelaskan hasil kajian teknis lapangan dan apa guna dari pengukuran bersama kajian
teknis lapangan tersebut ?
8. Jelaskan acuan untuk menghitung kuantitas dari hasil survei kajian teknis lapangan ?
9. Jelaskan apabila hasil survei lapangan terdapat item pekerjaan baru yang tidak diatur
dalam spesifikasi umum 2018 untuk konstruksi jalan dan jembatan ?

36
Latihan-2

10. Jelaskan tahapan penyusunan pelaporan kajian teknis lapangan ?


11. Berupa apa saja pelaporan kajian teknis lapangan tersebut ?
12. Jelaskan kegunaan dari hasil kajian teknis lapangan ?
13. Jelaskan cara merevisi Jadwal pelaksanaan pekerjaan (kurva “S”) apabila terjadi
perubahan kontrak:
a. Nilai kontrak tetap, waktu pelaksanaan tetap, tapi terjadi perubahan kuantitas
pekerjaan ?
b. Nilai kontrak tetap, waktu pelaksanaan tetap, tapi terjadi perubahan kuantitas
pekerjaan dan penambahan item pekerjaan baru ?
c. Nilai kontrak bertambah, waktu pelaksanaan tetap, dan terjadi perubahan
kuantitas pekerjaan ?
d. Nilai kontrak tetap, waktu pelaksanaan bertambah, dan terjadi perubahan
kuantitas pekerjaan ?
14. Jelaskan kegunaan dan proses pembuatan gambar kerja (shop drawings)?

37
TERIMA KASIH
@2018
39

Anda mungkin juga menyukai