Pelaksanaan value engineering (VE) pada tahap perancangan terhadap desain sistem struktur selalu
diupayakan untuk mengoptimalkan fungsinya dengan biaya dan waktu yang lebih efisien dan ekonomis.
Sistem struktur pelat tanpa balok dengan penebalan disekitar area kolom yaitu “drop panel flat slab”
merupakan suatu alternatif digunakan pada konstruksi lantai bangunan karena memiliki kelebihan
dalam aspek arsitektural yaitu memungkinkan ketinggian struktur yang minimum, fleksibilitas
pemasangan saluran penghawaan buatan (AC) dan alat-alat penerangan. Dengan ketinggian antar
lantai minimum berpengaruh terhadap tinggi kolom dan pemakaian partisi relative berkurang.
Penelitian ini menganalisa perbandingan desain pelat sistem balok-pelat atau ’beam-slab’ dengan
‘drop panel-flat slab’ pada pelat basement struktur bangunant bertingkat .tinggi di Jakarta terhadap
aspek volume material, biaya, serta waktu pelaksanaan.menggunakan metode perencanaan langsung
berdasar peraturan SNI 2847 2013. Hasil analisa menunjukkan bahwa struktur ‘drop panel flat-slab’
lebih efisien 14,1% dan 31,4% dalam penggunaan meterial besi dan bekisting, serta 18,1% dalam hal
durasi pekerjaan. Sedangkan untuk volume beton, struktur balok pelat lebih efisien 2,5%, hal tersebut
disebabkan karena tebal lantai pada struktur balo kpelat lebih tipis, namun jika ditinjau dari harga
struktur flat slab dengan drop panel lebih efisien 15,7%.
Kata kunci : Value Engineering, sistem drop panel flat-slab, sistem beam-slab, optimasi biaya dan
waktu
Pendahuluan
Flat-slab tanpa balok dan perkuatan di area kolom dikenal dengan flat plate, jarang
digunakan karena memiliki beberapa kekurangan bila dipergunakan pada struktur bangunan
diantaranya bahwa flat plate tidak dapat menahan intensitas beban yang berat dan bentangan yang
panjang. Bukan hanya itu, sistem flat plate juga rentan terhadap gaya horisontal, baik beban angin
maupun beban gempa. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka para ilmuwan mengembangkan
suatu sistem struktur yaitu dengan menggunakan kepala kolom yang melebar dan sering kali pelat
dipertebal sekeliling kolom yang dinamakan flat slab dengan sistem Drop Panel. Penebalan diarea
kolom dapat meminimalisir kekurangan dari sistem flat plate. Sedangkan untuk menahan beban
horisontal, pada sistem ini harus dilengkapi sengan dinding geser atau shear wall.
Penggunaan flat slab dengan sistem drop panel ini akan meningkatkan kekuatan pelat
terhadap gaya geser, pons dan lentur pada sistem flat slab. Sistem flat slab tanpa balok,
memungkinkan ketinggian struktur yang minimum, fleksibilitas pemasangan saluran penghawaan
buatan (AC) dan alat-alat penerangan. Dengan ketinggian antar lantai minimum, tinggi kolom-kolom
dan pemakaian partisi relative berkurang.[1-2]. Dengan pertimbangan hal tersebut, maka dilakukan
analisis perbandingan volume material beton bertulang, biaya dan waktu antara pelat sistem ‘drop
panel flat slab’ dan sistem ‘pelat-balok’ pada struktur pelat basement aspek.
Studi Pustaka
Dua sistem lantai Flat Slab dapat dilihat pada Gambar 1. Flat slab sistem pelat yang ditumpu
oleh kolom dan umumnya tanpa menggunakan balok. Sehingga tinggi antar lantai bisa lebih
minimum dan konstruksi lebih mudah sehingga diharapkan membutuhkan biaya yang minimum.
Pada analisa Flat Slab dengan drop panel kolom persegi dengan variasi pembebanan Life Load [1]
diperoleh bahwa momen beban hidup tidak merata lebih besar daripada momen
beban hidup merata, sehingga sebaiknya desain direncanakan dengan mengacu beban hidup tidak
merata pada pelat agar struktur bangunan lebih aman jika suatu waktu beban
hidup yang terjadi tidak merata pada pelat.
208
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
(a) (b)
Gambar 1 : (a) Flat Plate (b) Flat Slab (Sumber [4])
Perbandingan sistem pelat flat plate dan flat slab dengan drop panel [6] menunjukkan bahwa diagram
momen pada lajur kolom lebih besar daripada lajur tengah. Penggunaan drop panel pada flat slab
dapat mereduksi penggunaan beton hingga 8,36%, 6,87% dan 28,47% pada jarak kolom 4 m, 6 m,
dan 8 m. Sedangkan untuk tulangan dapat direduksi 5,67%, 21,21% dan 43,32% pada jarak kolom 4
m, 6 m, dan 8 m.
Di indonesia, sistem flat slab merupakan sistem yang relatif baru karena aplikasinya masih
sangat sedikit dibandingkan sistem konvensional (portal penahan momen dengan hubungan balok –
kolom). Pada Tabel 1 diberikan kelebihan dan kekurangan pada penggunaan struktur flat slab.
Tabel 1: Kelebihan dan kekurangan pada penggunaan struktur flat slab [2]
Kelebihan Flat Slab Kekurangan Flat Slab
Pelaksanaan konstruksinya yang relatif Merupakan bagian konstruksi yang tipis
lebih mudah dan cepat.
Bekistingnya lebih sedikit. Tidak mampu menahan beban yang besar.
Dapat memberikan tinggi ruang bebas yang Bentang antar tumpuan yang pendek.
lebih besar.
Secara estetika dan arsitektural jauh lebih Kegagalan punching shear pada hubungan
bagus dibandingkan dengan struktur lantai slab–kolom bilamana slabnya tidak cukup
biasa. kuat untuk menahan tegangan geser yang
terjadi maka akan terjadi keretakan atau
bahkan tertembus oleh kolom.
Lebih ekonomis. Defleksinya yang relatif besar terutama
pada pusat area pembebanan.
Tinggi keseluruhan struktur yang lebih Lemah terhadap gaya lateral.
rendah.
Kemudahan instalasi mekanikal dan
elektrikal.
Sistem Pelat dan Balok adalah sistem pelat lantai yang dominan di konstruksi, terdiri dari
lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh balok-balok monolit, yang umumnya ditempatkan pada
jarak 3,0 m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang
sistem pelat lantai yang tidak beraturan. (Gambar 2)
Beberapa kelebihan penggunaan struktur balok pelat adalah sebagai berikut :
Tebal pelat lantai lebih tipis jika dibandingkan sistem flat slab, karena luas lantai bisa
disesuaikan dengan menambahkan balok-balok anak.
Dapat menahan beban vertical yang lebih besar.
Mampu menahan beban dengan bentang yang panjang.
209
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
210
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Metodologi Penelitian
Sebagai proyek studi penelitian ini adalah struktur basement bangunan Residence dan Tower
yang berdampingan di Karawaci, Banten. (Gambar 4 dan 5).
Gambar 4 : Proyek Studi -Denah Drop Panel Flat-Slab Basement Bangunan Residence (kiri) dan
Tower (kanan)
Deskripsi umum pelat basement bangunan yang akan didesain dan disimulasikan adalah
sebagai berikut :
Spesifikasi teknis struktur basement bangunan proyek studi adalah :
Tinggi antar lantai = 3 meter
Mutu beton: f’c = 35 Mpa (Balok, Drop Panel dan Lantai)
f’c = 50 Mpa ( Kolom)
Mutu baja tulangan: D ≥ 10 BJTD 40, fy = 400 Mpa
D 29 &D32 BJTD 50, fy = 500 Mpa
Modulus elastisitas (Ec) = 4700 √f 'c = 27806 Mpa
Berat Jenis beton = 2400 kg/m3
211
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Mulai
Analisis Analisis
Desain Struktur Drop Panel Desain Struktur Pelat Beam
Flat Slab, Skedul dan RAB Slab, Skedul dan RAB
Analisis Perbandingan
Volume Beton dan Besi,
Skedul dan RAB
Kesimpula
n
Gambar 6: Bagan Alir Penelitian
hmin = 163 mm
~170 mm
Uk balok : 40/75
Arah memanjang Arah melabar Penulangan Pelat
Lajur Jenis momen M As Dipakai M As Dipakai Lantai
Negatif 13 13
Kolom 25.09 464 25.09 465
interior 200 200
&
Positif 13 13
Tengah 13.51 247 13.51 247
lapangan 200 200
212
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Penulangan Balok
Berdasarkan SNI
2847-2013 tabel
9.5(c), tebal pelat
ditentukan
berdasarkan
ketentuan:
Analisa Perbandingan
PELAT BALOK FLAT PLATE
DROPPANELFLATSLAB Perbandingan
NO ITEM PEKERJAAN SAT volume dan besi
VOL Persentase VOL Persentase
Pek. Struktur
Sistem Pelat-
1 Tebal Pelat mm 170 -32% 250 47%
3
Balok Dengan
2 Beton f'c 35 m 34.75 -2.51% 35.65 2.57% Sistem Drop
3 Besi u-40 kg 4,647.00 16.36% 3,993.74 -14.06% Panel Flat Slab
4 Bekisting multiplek 15 mm m2 192.96 45.72% 132.42 -31.37%
5 Rasio Besi/Beton kg/m3 133.72 19.35% 112.04 -16.21%
213
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
II Pekerjaan Balok
a. Beton f'c 35 m3 12.99 3.77 3
b. Besi u-40 kg 2,114.00 135.14 16
c. Bekisting multiplek m2 87.36 14.29 6
TOTAL 55 TOTAL 45
Persentase 22% Persentase -18%
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil analisa dan pembahasan perencanaan struktur
kedua sistem struktur pelat basement berdasar SNI 2847-2013 adalah sebagai berikut :
1. Pada sistem struktur balok-pelat mempunyai ketebalan 170 mm sedangkan tipe struktur Drop
panel-flat slab mempunyai ketebalan 250 mm, sistem struktur balok-pelat lebih efisien 32%
dalam hal ketebalan pelat dibandingkan dengan tipe struktur Drop panel-flat slab.
2. Untuk area (8 x 16) m2, pada sistem struktur balok-pelat membutuhkan tulangaan sebanyak 4647
kg sedangkan tipe struktur Drop panel-flat slab membutuhkan tulangaan sebanyak 3993 kg,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem struktur Drop panel flat slab lebih efisien
14,06% dalam penggunaan tulangan dibandingkan dengan tipe struktur belok-pelat.
3. Pada sistem struktur dengan balok-pelat membutuhkan beton sebanyak 34,75m3 sedangkan tipe
struktur Drop panel-flat slab membutuhkan beton sebanyak 35,65 m3, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sistem struktur balok-pelat lebih efisien 2,57% dalam penggunaan beton
dibandingkan dengan tipe struktur Drop panel-flat slab.
4. Pada sistem struktur dengan balok-pelat memiliki rasio besi terhadap beton sebesar 133,72 kg/m3
sedangkan tipe struktur Drop panel-flat slab memiliki rasio besi terhadap beton sebesar112,04
kg/m3, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem struktur Drop panel-flat slab lebih
efisien 16,21% dalam rasio besi terhadap beton dibandingkan dengan tipe struktur Drop panel-
flat slab.
214
TECHNOPEX-2019 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
5. Berdasarkan perhitungan volume bekisting yang terjadi pada ke-2 sistem struktur, didapat hasil
bahwa sistem struktur dengan balok-pelat membutuhkan bekisting sebanyak 192,96m2
sedangkan tipe struktur Drop panel-flat slab membutuhkan tulangaan sebanyak 132,42 m2,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem struktur Drop panel-flat slab lebih efisien
31,37%dalam penggunaan bekisting dibandingkan dengan tipe struktur belok-pelat.
6. Berdasarkan hasil analisa harga pekerjaan beton, besi dan bekisting pada ke-2 sistem struktur,
didapat hasil bahwa sistem struktur dengan balok-pelat membutuhkan biaya Rp. 169,679,426
sedangkan tipe struktur Drop panel-flat slab membutuhkan biaya Rp. 143,103,572, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sistem struktur Drop panel-flat slab lebih efisien
15,66%dalam hal biaya dibandingkan dengan tipe struktur belok-pelat.
7. Berdasarkan hasil analisa waktu pelaksanaan pekerjaan beton, besi dan bekisting pada ke-2
sistem struktur, didapat hasil bahwa sistem struktur dengan balok-pelat membutuhkan waktu 55
hari sedangkan tipe struktur Drop panel-flat slab membutuhkan waktu 45 hari, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa sistem struktur Drop panel-flat slab lebih efisien 18% dalam hal waktu
pelaksanaan dibandingkan dengan tipe struktur belok-pelat.
Daftar pustaka
[1] Aulia Rahman. “Analisa Flat Slab dengan memakai Drop Panel Kolol Persegi dengan Variasi
Pembebanan Live Load”. Publikasi online https://jurnal.usu.ac.id/index.
php/jts/article/view/18914, Volume 6 No.1, 2017.
[2] Anthones Primakov dan dan Edison Leo. “Kajian Efisiensi Sistem Flat Slab dengan metode
Post Tension dan Konvensional. Jurnal Mitra Teknik Sipil, Vol 2 No.1, Februari 2019. Hlm
132 -148.
[3] E.G.Nawy, PE. “Beton bertulang Suatu Pendekatan Dasar”. Diterjemahkan oleh: Bambang
Suryoatmono. Bandung, PT. Refika Aditama. 1998.
[4] Moayyad M. Al-Nasra, Abdelqader S. Najmi, Ibrahim A. Duweib. “Effective Use of Space
Swimmer Bars in Reinforced Concrete Flat Slabs”. Published 2013.
[5] Badan Standardisasi Nasional. SNI 2847 : 2013 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung. 2013.
[6] Daniel Rumbi Teruna, Stanley Prawira. “Studi Perbandingan Penggunaan Flat Plate dan Flat
Slab dengan Drop Panel pada Struktur Bangunan Ditinjau dari segi Volume”. Jurnal Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara, 2017.
215