Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

MAKALAH PELAT BETON BERTULANG

DISUSUN OLEH :

Elfino Julio Tinnong 31122005

Irfandi 31122006

Sahnidar 31122019

Zaskia Putri Kirana 31122020

Ainun Mangiding 31122023

1A D3 TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG


JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Pelat Beton Bertulang” dengan baik tanpa halangan
apapun. Makalah ini berisikan informasi tentang Pelat Beton Bertulang dalam
konstruksi banguan. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas makalah ini, sehingga kami lebih
mengerti tentang Pelat Beton Bertulang dalam konstruksi bangunan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan kekurangan baik
teknis penulisan maupun materi, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempurnaan
penyusunan makalah ini. Demikian makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi
para pembaca.

Makassar, November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah.................................................................................... 1

1.3 Tujuan penyusunan makalah ................................................................... 1

1.4 Manfaat ................................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. 2

2.1 Definisi Pelat Beton Bertulang............................................................... 2


2.2 Tumpuan Pelat ........................................................................................ 2

2.3 Jenis-jenis Pelat ....................................................................................... 3

2.4 Fungsi Pelat ............................................................................................ 5

2.5 Konstruksi Pelat Berdasarkan Materialnya............................................ 5

2.6 Pembebanan Pelat...................................................................................6

2.7 Perletakan Pelat...................................................................................... 7

2.8 Perencanaan Pelat.................................................................................. 9

2.9 Klasifikasi Pelat Beton.......................................................................... 9

2.10 Metode Pekerjaan Pelat Lantai Beton................................................. 10

2.11 Kelebihan dan Kekurangan Struktur Beton Bertulang ...................... 15

BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 18

3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 18

3.2. Saran....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pelat Beton Bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada
dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban
gravitasi (beban mati dan beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadinya
momen lentur.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa definisi dari pelat ?
2. Apa saja tipe-tipe pelat ?
3. Apa fungsi dari pelat ?
4. Bagaimana proses pemasangan pelat pada konstruksi bangunan ?
5. Apa saja Apa saja kekurangan kekurangan dan kelebihan dan kelebihan
pelat?
1.3. Tujuan penyusunan makalah
Untuk mengetahui apa itu pelat beton bertulang, jenis-jenis pelat beton, apa
saja fungsi pelat, untuk mengetahui proses pemasangan pelat dan untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan pelat beton bertulang.

1.4. Manfaat

Dapat mengetahui tentang pelat beton bertulang mulai dari jenis, fungsi,
proses pemasangan, dan kekurangan serta kelebihannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pelat Beton Bertulang
Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada
struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Pelat beton ini sangat kaku
dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan Gedung, pelat ini berfungsi
sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal. Pelat beton bertulang banyak digunakan pada
bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai
jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya
diperhitungkan terhadap beban gravitasi (bebanmati dan/atau beban hidup). Beban
tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur.

2.2 Tumpuan Pelat


Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok
dengan berbagai sistem sebagai berikut :
 Monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu
kesatuan .
 Ditumpu dinding-dinding/tembok bangunan.
 Didukung oleh balok-balok baja dengan siste komposit
 Didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, dikenal dengan pelat
cendawan.

2
Gambar 2.2.1 Penumpu Pelat

2.3 Jenis-jenis Pelat


1. Sistem Flat Slab
Pelat beton bertulang yang langsung di tumpu oleh kolom-kolom tanpa balok -
balok disebuat sistem flat slab. Sistem flat slab digunakan apa bila bentang tidak
besar dan intensitas beban tidak terlalu berat, misalnya bangunan apartemen atau
hotel. Pada bagian kritis pelat disekitar kolom penumpu perlu di tebalkan untuk
memperkuat pelat terhadap terhadap gaya geser, pons dan lentur. lentur. Bagian
penebalannya penebalannya disebuat disebuat dengan Drop Panel, sedangkan
penebalan yang membentuk kepala kolom disebut Column Capital. Flat slab
memiliki ketebalan 125-250 mm untuk bentang 4,5 – 7,5 m. dan flat slab memiliki
4 jenis yaitu ;
a) Flat plate Dengan desain flat plate yang sederhana dalam formwork nya,
memiliki kelebihan kecepatan pengerjaan yang relatif jauh lebih cepat
dibandingkan dengan flat slab lainnya.
b) Flat slab with drop panels Desain slab ini memiliki penambahan drop
panels yang berfungsi berfungsi untuk meningkat untuk meningkat
ketahanan ketahanan pelat memikul memikul punching shear punching
shear dan momen negative pada hubungan pelat kolom.
c) Flat slab with column head Penambahan column head pada pelat selain
meningkatkan tahanan geser pelat, juga mengurangi momen pada pelat
karena memperpendek bentang.

3
d) Flat slab with drop panels and column head Desain flat slab with drop
panels and column head memberikan lebih banyak keuntungan karena
langsung meningkatkan tahanan geser, tahanan momen tumpuan dan
memperkecil momen lapangan pada pelat.

Gambar 2.3.1 Flat Slab Gambar 2.3.2 Flat Slab

2. Sistem Waffle
Sistem Waffle atau biasa di sebut dengan sistem lantai grid 2 arah memiliki
balok-balok yang saling bersilangan dengan jarak yang relative rapat lative rapat
yang menempu yang menempu pelat atas pelat atas yang tipis. Ini yang tipis. Ini
dimaksudkan untuk mengurangi berat dimaksudkan untuk mengurangi berat sendiri
pelat da sendiri pelat dan dapat n dapat didesain sebagai Flat slab atau dua arah,
dan tergantung dengan konsfigurasinya. Sistem waffle efisien dengan bentang
9-12m.

Gambar 2.3.3 flat waffle Gambar 2.3.4 flat waffle

4
3. Sistem Lajur Balok
Sistem Lajur Balok hamper sama dengan system balok plat tetapi
menggunakan balok balok dangkal yang lebih lebar. Sistem ini banyak di terapkan
pada bangunan bangunan yang mementingkan mementingkan tinggi antara lantai.
lantai. Sistem Lajur Balok tidak dihubungkan dengan kolom interior atau eksterior.
Alternatif lain yaitu dengan menempelkan balok anak membentang di antara balok
- balok lajur, dan sistem ini
menghemat pemakaian cetakan.

Gambar 2.6 Lajur balok Gambar 2.7 Gedung DPR

2.4 Fungsi Pelat


Adapun fungsi pelat yaitu :
 Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas
 Sebagai tempat berpijak penghuni lantai atas
 Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah
 Meredam suara dari ruang atas aupn dari ruang bawah
 Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal

2.5 Konstruksi Pelat Berdasarkan Materialnya


Konstruksi untuk pelat lantai dapat dibuat dari berbagai material, contohnya
kayu, beton, baja dan yumen (kayu semen). Pelat lantai beton bertulang umumnya
dicor ditempat, bersama-sama balok penumpu. penumpu. Dengan demikian
demikian akan diperoleh diperoleh hubungan hubungan yang kuat yang menjadi
menjadi satu kesatuan. Pada pelat lantai beton dipasang tulangan baja pada kedua

5
arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Perencanaan dan
hitungan pelat lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang
tercantum dalam Pedoman tata cara perencanaan beton SNI 03-2847-2002.
Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan pelat lantai jangan
dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai tumpuan yang juga
berfungsi jugaberfungsi menambah menambah kekakuan kekakuan pelat.
Bentangan Bentangan pelat yang besar juga akan menyebabkan pelat menjadi
terlalu tebal dan jumlah tulangan yang dibutuhkan akan menjadi lebih banyak,
berarti berat bangunan akan menjadi besar dan harga persatuan luas akan menjadi
mahal.

2.6 Pembebanan Pelat


Sesuai SNI 1727-2013, pada umumnya pembebanan-pembebanan yang
dianalisa adalah sebagai berikut:
a. Beban Mati (D)
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, serta peralatan tetap merupakan bagiantak
terpisahkan dari gedung. Beban mati merupakan beban dengan besar yang konstan
dan berada pada posisi yang sama setiap saat. Dalam mendesain berat beban mati
ini harus diperhitungkan untuk digunakan dalam analisa. Dimensi dan berat elemen
struktur tidak diketahui sebelum analisa struktur selesai dilakukan. Berat yang
ditentukan dari analisa struktur harus dibandingkan dengan berat perkiraan semula.
Jika perbedaannya besar, perlu dilakukan analisa ulang dengan menggunakan
perkiraan berat yang lebih baik.
b. Beban Hidup (L)
Beban hidup adala semua bahan yang terjadi akibat penghuni atau pengguna
suatu gedu pengguna suatu gedung, termasuk beban lantai yang ng, termasuk beban
lantai yang berasal dari barang berasal dari barang yang
dapat berpindah, mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari Gedung itu,
sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap.

6
c. Beban Angin (W)
Beban angin adalah semua beban Beban yang bekerja pada gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin ditentukan dengan
menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif, yang bekerja tegak lurus
pada bidang yang d pada bidang yang di tinjau.
d. Beban Gempa (E)
Beban gempa adalah semua beban statik skivalen yang bekerja pada gedung
yang merupakan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa. eban geser dasar
gempa untuk analisis beban statistik ekivalen, dengan rumus:

V = C x I x K x Wt

Dimana: V = beban gempa horisontal

C = koefisien gempa

I = faktor keutamaan

K = faktor jenis struktur

2.7 Perletakan Pelat


Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu yang perlu
dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan
jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan
tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat. Untuk
bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok secara
monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu kesatuan,
atau ditumpu oleh dinding-dinding bangunan, kemungkinan lainnya yaitu pelat
didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit, atau didukung oleh
kolom secara langsung tanpa balok, yang dikenal deng balok, yang dikenal dengan
plat cendawan.

7
Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi
satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu:

a. Terletak bebas

Keadaan ini terjadi jika pelat diletakan begitu saja diatas balok, atau antara pelat
dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada
tumpuan tersebut.

b. Terjepit elastis

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit,
tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi pelat. Tepi yang bertumpuan sederhana menghasilkan kondisi tepi
campuran. Karena lendutan dan momen lentur dan momen lentur di sepanjang tepi
ini melibatkan persamaan yang berkaitan dengan perpindahan dan gaya.

c. Terjepit penuh

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan
ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terj egah terjadinya
rotasi pelat. adinya rotasi pelat. Kondisi geometris tertentu yang diperoleh
berdasarkan besarnya perpindahan (translasi dan rotasi) dapat digunakan untuk
merumuskan kondisi tepi dalan bentuk matematis. Misalnya, lendutan dan
kemiringan permukaan pelat yang melendut di tepi jepit sama dengan nol.

Gambar 2.7.1 Perletakan Pelat

8
2.8 Perencanaan Pelat

Dalam merencanakan sebah pelat, ada tiga mtode yang dapat digunakan yaitu :
a) Metode Marcus
Metode marcus didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan
koefisien-koefisien koefisien-koefisien yag disederhanakan disederhanakan
dimana koefisien koefisien ini telah dicantumkan dalam sebuah table sesuai dengan
kondisi perletakan ujung-ujung pelat.

b) Metode Perencanaan lagsung

Metode perencanaan langsung yaitu metode dimana yang diperoleh


adalah pendekatan pendekatan momen dengan menggunakan menggunakan
koefisien-koefisien koefisien-koefisien yang telah disederhanakan.

c) Metode Portl Ekivalen Metode portal ekivalen digunakan untuk memperoleh


variasi longitudional dari momen dan geser, maka kekakuan relative dari kolom-
kolom berikut sistem lantai dimisalkan dalam analisis pendekatan dan kemudian
diperiksa.

2.9 Klasifikasi Pelat Beton

Pelat diklasifikasikan berdasarkan cara pelat tersebut “pendukung”. Dengan


sistem pendukung tersebut, pelat akan melendut dalam satu arah atau dua arah. Pada
pelat satu arah, biasanya pelat han Pada pelat satu arah, biasanya pelat hanya
ditumpu ya ditumpu pada kedu sisinya yang saling pada kedu sisinya yang
saling berhadapan.
Pada pelat dua arah, pelat ditumpu pada keempat sisinya. Tetapi
bila perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek lebih besar dari 2, maka pelat
esar dari 2, maka pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat satu arah, dimana
beban pelat mana beban pelat hanya dipikul hanya dipikul dalam arah bentang
pendek.

9
2.10 Metode Pekerjaan Pelat Lantai Beton

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi plat lantai beton dilakukan setelah pekerjaan


kolom sudah selesai. Semua pekerjaan plat lantai ini dilaksanakan di tempat kerja
atau lokasi yang telah direncanakan. Pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan
meliputi pembesian, pemasangan bekisting, pengecoran, dan perawatan. Untuk
mendapatkan hasil kerja yang bagus, semua pekerjaan ini harus dilaksanakan sesuai
dengan SNI (Standar Nasional Indonesia).

Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam pekerjaan ini, antara lain :

1. Persiapan

Persiapan dimulai dari pengukuran untuk mengatur dan memastikan tingkat


kerataan ketinggian plat lantai. Oleh karena itu, pelaksanaan pekerjaan ini
membutuhkan alat bantu theodolit. Kemudian pekerjaan dilanjutkan
dengan membuat membuat bekisting bekisting plat lantai. lantai. Bekisting
Bekisting tersebut tersebut harus sesuai dengan gambar kerja. Pemotongan
plywood yang akan digunakan sebagai bekisting harus cermat sehingga hasilnya
sesuai dengan luasan plat lantai yang akan dibuat. Setelah itu, proses pembesian
plat lantai dilaksanakan di atas bekisting.

Gambar 2.10.1 Bekisting

10
2. Pekerjaan
Pekerjaan plat lantai dimulai dari proses pembekistingan plat. Scaffolding
disusun secara berjajar bersama-sama dengan scaffolding untuk balok.
Mengingat posisi plat lantai lebih tinggi daripada balok, maka scaffolding untuk
plat pun harus lebih tinggi serta dibutuhkan main frame tambahan menggunakan
joint pin. Anda bisa memperhitungkan memperhitungkan ketinggian ketinggian
scaffolding scaffolding plat dengan mengatur mengatur bagian base jack dan U-
head jack.
Langkah berikutnya yaitu pemasangan balok kayu 6/12 sebagai girder sejajar
dengan arah cross brace. Kemudian pasang juga suri-suri dengan arah melintangnya
di atas girder tersebut. Setelah itu, plywood dipasang sebagai alas dari plat lantai.
Tak lupa, pasang pula dinding untuk tepi plat yang dijepit menggunakan siku.
Plywood ini harus dipasang serapat mungkin untuk mencegah terbentuknya rongga
yang menyebabkan kebocoran saat dilakukan pengecoran.
Agar beton yang sudah jadi nantinya tidak menempel pada yang sudah jadi
nantinya tidak menempel pada bekisting, disarankan ing, disarankan untuk
mengolesi solar sebagai pelumas di semua bekisting yang sudah terpasang dengan
rapat. Cara ini akan memudahkan kita dalam melakukan pekerjaan
pembongkaran pembongkaran bekisting. bekisting. Manfaat Manfaat yang lainnya
lainnya yaitu bekisting bekisting tersebut tersebut akan terhindar dari kerusakan
yang fatal dan cenderung utuh sehingga masih dapat digunakan untuk pekerjaan
yang selanjutnya.
Setelah proses pemasangan bekisting plat lantai telah selesai dilaksanakan, proses
selanjutnya yaitu pengecekan hasil kerja. Lakukan pengecekan terhadap bekisting
yang telah dipasang, terutama pemeriksaan tinggi level bekisting tersebut. Di sini
Anda membutuhkan alat bantu yaitu waterpass untuk mengecek
ketinggian bekisting. Jika bekisting. Jika hasilnya sudah hasilnya sudah sesuai
dengan rencana, dengan rencana, maka bekisting maka bekisting tersebut tersebut
pun telah siap untuk digunakan.

11
Gambar 2.10.2 Pembesian Pelat

Tahap selanjutnya yaitu pembesian plat lantai yang dilaksanakan


setelah pembesian balok. Proses pembesian ini dilakukan secara langsung di atas
bekisting plat. Untuk mempermudah pekerjaan, tulangan-tulangan besi dapat
diangkat menggunakan tower crane untuk dipasang di atas bekisting plat. Lakukan
perakitan tulangan besi ini dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Setelah itu,
pasang tulangan besi yang berukuran D100-200.

Pembesian berikutnya dilakukan secara menyilang, lalu ikat menggunakan


kawat. Letakkan beton deking antara tulangan bawah plat dan bekisting alas plat.
Kemudian pasang juga tulangan kaki ayam antara untuk tulangan atas serta
bagian bawah plat. Lakukan proses ini sampai pekerjaan pembesian plat lantai
selesai. Kemudian lakukan pengecekan untuk memeriksa hasil kerja pembesian
tulangan.

Periksalah penyaluran pembesian plat terhadap balok, jumlah dan jarak tulangan
ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di plat lantai, beton decking, kaki
ayam, dan kebersihannya. Pembongkaran bekisting plat dilakukan setelah 4
hari pengecoran. pengecoran. Kemudian setelah bekisting ini dibongkar, lanjutkan
dengan pemasangan sapot sebagai penunjang plat lantai dan beban yang ada di
atasnya.

12
3. Pengecoran

Setelah pekerjaan pembekistingan dan pembesian sudah selesai serta dipastikan


sudah siap, engineer melakukan pengecekan terlebih dulu ke lokasi yang akan
dicor. Jika hasilnya bagus, kemudian engineer membuat surat izin pengecoran
untuk diajukan kepada konsultan pengawas. Konsultan pengawas lalu mel
pengawas lalu melakukan. survei ke lokasi yang diajukan di dalam surat tersebut.
Setelah dipastikan sudah bagus semuanya, semuanya, maka konsultan konsultan
pengawas pengawas akan menandatangani menandatangani surat izin pengecoran.

Proses pengecoran plat lantai harus dilakukan bersama-sama dengan


pengecoran balok. Peralatan pendukung yang digunakan digunakan untuk
pekerjaan pengecoran balok antara lain bucket, truck mixer, vibrator, lampu kerja,
dan papan perata. Setelah engineer mendapatkan izin pengecoran dari konsultan
pengawas, engineer kemudian menghubungi pihak beaching plan untuk mengecor
sesuai dengan mutu dan volume yang dibutuhkan.

Pembersihan ulang area yang akan dicor dilakukan menggunakan air kompresor
sampai benar-benar bersih. Bucket disiapkan dan dibersihkan dari debu atau
sisa pengecoran sebelumnya. Setelah itu, siapkan satu keranjang dorong untuk
mengambil sampel dan test slump cor yang diawasi oleh engineer dan
pihak pengawas. Apabila sudah dinyatakan bagus, maka pekerjaan pengecoran pun
telah siap untuk dilaksanakan.

Contoh benda uji diambil bersamaan selama proses pengecoran berlangsung.


Sampel ini cukup diambil beton yang keluar dari truk saja. Kemudian sampel
dituangkan ke bucket. Dari bucket ini, sampel tersebut diangkut menggunakan TC.
Setelah bucket sudah sampai d tempat yang akan dicor, selanjutnya petugas bucket
akan membuka katup bucket untuk mengeluarkan beton segar ke area pengecoran.

Pekerjaan dilanjutkan oleh pekerja cor yang akan meratakan beton segar ke
bagian balok terlebih terlebih dahulu, dahulu, lalu dilanjutkan dilanjutkan ke plat.
Khusus untuk plat lantai, lantai, beton diratakan memakai scrub secara manual.
Kemudian lakukan pengecekan level menggunakan waterpass. Tahap berikutnya

13
yaitu pemadatan dengan vibrator. Tujuannya untuk mencegah terbentuknya rongga-
rongga udara yang dapat mengurangi mutu beton. Pekerja vibrator akan
memasukkan alat ini ke dalam adukan selama 5-10 menit di setiap bagian yang
dicor,

Setelah semua area balok dan plat lantai sudah terisi adonan beton,
pekerjaan berikutnya yaitu meratakan permukaan berikutnya yaitu meratakan
permukaan beton segar m beton segar menggunakan balok kayu yang enggunakan
balok kayu yang panjang. panjang. Lakukan Lakukan pekerjaan pekerjaan ini
dengan memperhatikan memperhatikan batas ketebalan ketebalan plat yang telah
ditentukan. Proses ini dilakukan berulang-ulang kali hingga seluruh area cor telah
terisi beton. Untuk mendapatkan hasil yang bagus, proses pengecoran sebaiknya
dilakukan maksimal selama 6-8 jam.

Gambar 2.10.3 Pengecoran

4. Pembongkaran

Pembongkaran bekisting harus dilakukan pada waktu yang tepat untuk


memperoleh hasil beton yang berkualitas baik serta agar tidak merusak beton
tersebut. Hal ini tidak terlepas dari fungsi bekisting tersebut, selain sebagai
cetakan, berguna juga sebagai penunjang sampai beton benar-benar. mengeras.
Untuk pekerjaan plat lantai, pembongkaran bekisting dilaksanakan dalam waktu 4
hari setelah pengecoran. Sedangkan untuk pekerjaan balok, pembongkaran
bekisting dilakukan setelah 7 hari pengecoran.

14
5. Perawatan

Wajib hukumnya melakukan perawatan terhadap adonan beton selama


proses pengeringan berlangsung. Sebab adonan beton yang mengering terlalu cepat
mengakibatkan hasilnya tidak bagus, retak-retak, dan tidak sesuai rencana. Maka
setelah dilaksanakan pengecoran, lakukan upaya perawatan untuk menjaga
mutu beton. Proses perawatan ini dilakukan dilakukan dengan menjaga agar
kondisinya senantiasa basah dengan menyiraminya. Perawatan ini dilaksanakan
selama 7 hari berturut-turut dengan menyirami tanaman sebanyak 2-3 kali/hari.

2.11 Kelebihan dan Kekurangan Struktur Beton Bertulang

Pada pekerjaan konstruksi, beton bertulang berfungsi sebagai penahan beban


yang bekerja karena sifatnya yang tahan terhadap getaran, tidak termakan karat,
serta tahan terhadap gempa.

Kelebihan lain dari beton bertulang adalah hampir tidak memerlukan


pemeliharaan serta bisa dibentuk sesuai kebutuhan konstruksi yang berbeda-beda.

Dibandingkan dengan baja, penggunaan beton bertulang pada tanah dasar yang
kurang baik tidak akan menemui kesukaran.

Kelebihannya:

Selengkapnyanya tentang kelebihan beton bertulang sebagai bahan konstruksi


utama pekerjaan teknik sipil adalah sebagai berikut:

1) Kuat tekan beton bertulang relatif lebih tinggi dari bahan lain konstruksi lain.
bahan lain konstruksi lain.
2) Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air. Tidak berkarat karena air
dan pada kasus kebakaran dengan intensitas rata-rata, struktur dengan
ketebalan penutup beton tertentu hanya mengalami kerusakan pada
permukaannya saja.
3) Struktur beton bertulang sangat kokoh.
4) Biaya pemeliharaan beton bertulang hampir sangat rendah

15
5) Durabilitas yang tinggi. Beton bertulang lebih awet dan tahan lama
dibandingkan dengan bahan lain. Normalnya sebuah struktur beton bertulang
dapat digunakan sampai jangka waktu yang sangat lama dengan tidak
kehilangan kemampuan menahan bebannya. Hal tersebut karena hukum kimia
proses pemadatan semen yang semakin lama akan semakin membatu.
6) Untuk bahan pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan
semacamnya, beton bertulanglah pilihan paling hemat biaya.
7) Beton bertulang bisa dibuat dalam banyak bentuk untuk beragam fungsi dan
kegunaan, seperti bentuk pelat, balok. dari bentuk sederhana seperti kolom
hingga berbentuk atap kubah yang rumit.
8) Material beton bertulang bisa dibuat dari bahan-bahan lokal yang murah
seperti pasir, kerikil, dan air dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan
tulangan baja.
9) Dibanding struktur baja, pembuatan dan instalasi konstruksi beton bertulang
lebih mudah dan cukup dengan tenaga berkeahlian rendah.

Kekurangannya:

Masih tentang kelebihan dan kekurangan struktur beton bertulang; meski


demikian banyak kelebihan-kelebihan beton bertulang, masih ada beberapa
beberapa hal yang menjadi kekurangan dan perlu dipertimbangkan dalam kondisi
pekerjaan konstruksi tertentu. Di antara kekurangan beton bertulang adalah sbb;

1). Kuat tarik yang sangat rendah karenanya diperlukan penggunaan tulangan
tarik.
2) Waktu pengerjaan beton bertulang lebih lama.
3) Kualitas beton bertulang variatif bergantung pada kualifikasi para pembuatnya
4) Dibutuhkan bekisting penahan pada saat pengecoran beton agar tetap di
tempatnya sampai beton tersebut mengeras. Berat beton sendiri sangat besar
(2,4 t/m3), sehingga konstruksi harus memiliki penampang yang besar.

16
5) Diperlukannya penopang sementara untuk menjaga agar bekisting tetap berada
pada tempatnya sampai beton mengeras dan cukup kuat untuk menahan beratnya
sendiri.
6) Biaya bekisting relatif mahal hingga sepertiga atau dua pertiga dari total biaya
sebuah struktur beton.
7) Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang
menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang
panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi
momen lentur.
8)Bervariasinya sifat-sifat beton dan proporsi campur beton dan proporsi campuran
serta pengadukannya.
9)Proses penuangan dan perawatan beton tidak bisa kontrol dengan ketepatan
maksimal, berbeda dengan proses produksi material struktur lain.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, Kami dapat menyimpulkan
bahwa Pelat Beton Bertulang merupakan salah satu struktur bangunan atas yang
terbentuk dari tulangan baja dengan campuran beton pada sebuah bidang datar.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada konstruksi lantai bangunan rumah,
Gedung dan konstruksi lainnya.

3.2 Saran
Dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, kami berharap untuk kedepannya
akan tercipta lebih banyak literatur melalui jurnal, internet dan lain sejenisnya yang
membahas mengenai struktur pelat beton bertulang secara gratis guna
mempermudah para pembaca untuk menemukan inspirasi dan referensi dalam
penyusunan-penyusunan karya ilmiah atau sejenisnya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Teknik Sipil, Vol. 4, No. 2, Oktober 2018 ” DESAIN PELAT GEDUNG
STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA TINGGI” hal.92-
93. Alfian Wiranata Zebua.
https://precast.co.id/konstruksi/mengenal-kegunaan-flat-slab-reinforcement/
Makalah “Pelat beton Bertulang”, Eka Halvina Putri, Hasnia Safiri,Muhammad
Mustika, Muh Mufti Akbar, Siti Fadhillah Djakariah. Tahun 2019
https://asiacon.co.id/blog/pengertian-dan-fungsi-plat-lantai-beton

19

Anda mungkin juga menyukai