DISUSUN OLEH :
Irfandi 31122006
Sahnidar 31122019
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Pelat Beton Bertulang” dengan baik tanpa halangan
apapun. Makalah ini berisikan informasi tentang Pelat Beton Bertulang dalam
konstruksi banguan. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas makalah ini, sehingga kami lebih
mengerti tentang Pelat Beton Bertulang dalam konstruksi bangunan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan kekurangan baik
teknis penulisan maupun materi, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempurnaan
penyusunan makalah ini. Demikian makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi
para pembaca.
i
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 18
3.2. Saran....................................................................................................... 18
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
Dapat mengetahui tentang pelat beton bertulang mulai dari jenis, fungsi,
proses pemasangan, dan kekurangan serta kelebihannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pelat Beton Bertulang
Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada
struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Pelat beton ini sangat kaku
dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan Gedung, pelat ini berfungsi
sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal. Pelat beton bertulang banyak digunakan pada
bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai
jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya
diperhitungkan terhadap beban gravitasi (bebanmati dan/atau beban hidup). Beban
tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur.
2
Gambar 2.2.1 Penumpu Pelat
3
d) Flat slab with drop panels and column head Desain flat slab with drop
panels and column head memberikan lebih banyak keuntungan karena
langsung meningkatkan tahanan geser, tahanan momen tumpuan dan
memperkecil momen lapangan pada pelat.
2. Sistem Waffle
Sistem Waffle atau biasa di sebut dengan sistem lantai grid 2 arah memiliki
balok-balok yang saling bersilangan dengan jarak yang relative rapat lative rapat
yang menempu yang menempu pelat atas pelat atas yang tipis. Ini yang tipis. Ini
dimaksudkan untuk mengurangi berat dimaksudkan untuk mengurangi berat sendiri
pelat da sendiri pelat dan dapat n dapat didesain sebagai Flat slab atau dua arah,
dan tergantung dengan konsfigurasinya. Sistem waffle efisien dengan bentang
9-12m.
4
3. Sistem Lajur Balok
Sistem Lajur Balok hamper sama dengan system balok plat tetapi
menggunakan balok balok dangkal yang lebih lebar. Sistem ini banyak di terapkan
pada bangunan bangunan yang mementingkan mementingkan tinggi antara lantai.
lantai. Sistem Lajur Balok tidak dihubungkan dengan kolom interior atau eksterior.
Alternatif lain yaitu dengan menempelkan balok anak membentang di antara balok
- balok lajur, dan sistem ini
menghemat pemakaian cetakan.
5
arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Perencanaan dan
hitungan pelat lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang
tercantum dalam Pedoman tata cara perencanaan beton SNI 03-2847-2002.
Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan pelat lantai jangan
dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai tumpuan yang juga
berfungsi jugaberfungsi menambah menambah kekakuan kekakuan pelat.
Bentangan Bentangan pelat yang besar juga akan menyebabkan pelat menjadi
terlalu tebal dan jumlah tulangan yang dibutuhkan akan menjadi lebih banyak,
berarti berat bangunan akan menjadi besar dan harga persatuan luas akan menjadi
mahal.
6
c. Beban Angin (W)
Beban angin adalah semua beban Beban yang bekerja pada gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin ditentukan dengan
menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif, yang bekerja tegak lurus
pada bidang yang d pada bidang yang di tinjau.
d. Beban Gempa (E)
Beban gempa adalah semua beban statik skivalen yang bekerja pada gedung
yang merupakan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa. eban geser dasar
gempa untuk analisis beban statistik ekivalen, dengan rumus:
V = C x I x K x Wt
C = koefisien gempa
I = faktor keutamaan
7
Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi
satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu:
a. Terletak bebas
Keadaan ini terjadi jika pelat diletakan begitu saja diatas balok, atau antara pelat
dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada
tumpuan tersebut.
b. Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit,
tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi pelat. Tepi yang bertumpuan sederhana menghasilkan kondisi tepi
campuran. Karena lendutan dan momen lentur dan momen lentur di sepanjang tepi
ini melibatkan persamaan yang berkaitan dengan perpindahan dan gaya.
c. Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan
ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terj egah terjadinya
rotasi pelat. adinya rotasi pelat. Kondisi geometris tertentu yang diperoleh
berdasarkan besarnya perpindahan (translasi dan rotasi) dapat digunakan untuk
merumuskan kondisi tepi dalan bentuk matematis. Misalnya, lendutan dan
kemiringan permukaan pelat yang melendut di tepi jepit sama dengan nol.
8
2.8 Perencanaan Pelat
Dalam merencanakan sebah pelat, ada tiga mtode yang dapat digunakan yaitu :
a) Metode Marcus
Metode marcus didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan
koefisien-koefisien koefisien-koefisien yag disederhanakan disederhanakan
dimana koefisien koefisien ini telah dicantumkan dalam sebuah table sesuai dengan
kondisi perletakan ujung-ujung pelat.
9
2.10 Metode Pekerjaan Pelat Lantai Beton
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam pekerjaan ini, antara lain :
1. Persiapan
10
2. Pekerjaan
Pekerjaan plat lantai dimulai dari proses pembekistingan plat. Scaffolding
disusun secara berjajar bersama-sama dengan scaffolding untuk balok.
Mengingat posisi plat lantai lebih tinggi daripada balok, maka scaffolding untuk
plat pun harus lebih tinggi serta dibutuhkan main frame tambahan menggunakan
joint pin. Anda bisa memperhitungkan memperhitungkan ketinggian ketinggian
scaffolding scaffolding plat dengan mengatur mengatur bagian base jack dan U-
head jack.
Langkah berikutnya yaitu pemasangan balok kayu 6/12 sebagai girder sejajar
dengan arah cross brace. Kemudian pasang juga suri-suri dengan arah melintangnya
di atas girder tersebut. Setelah itu, plywood dipasang sebagai alas dari plat lantai.
Tak lupa, pasang pula dinding untuk tepi plat yang dijepit menggunakan siku.
Plywood ini harus dipasang serapat mungkin untuk mencegah terbentuknya rongga
yang menyebabkan kebocoran saat dilakukan pengecoran.
Agar beton yang sudah jadi nantinya tidak menempel pada yang sudah jadi
nantinya tidak menempel pada bekisting, disarankan ing, disarankan untuk
mengolesi solar sebagai pelumas di semua bekisting yang sudah terpasang dengan
rapat. Cara ini akan memudahkan kita dalam melakukan pekerjaan
pembongkaran pembongkaran bekisting. bekisting. Manfaat Manfaat yang lainnya
lainnya yaitu bekisting bekisting tersebut tersebut akan terhindar dari kerusakan
yang fatal dan cenderung utuh sehingga masih dapat digunakan untuk pekerjaan
yang selanjutnya.
Setelah proses pemasangan bekisting plat lantai telah selesai dilaksanakan, proses
selanjutnya yaitu pengecekan hasil kerja. Lakukan pengecekan terhadap bekisting
yang telah dipasang, terutama pemeriksaan tinggi level bekisting tersebut. Di sini
Anda membutuhkan alat bantu yaitu waterpass untuk mengecek
ketinggian bekisting. Jika bekisting. Jika hasilnya sudah hasilnya sudah sesuai
dengan rencana, dengan rencana, maka bekisting maka bekisting tersebut tersebut
pun telah siap untuk digunakan.
11
Gambar 2.10.2 Pembesian Pelat
Periksalah penyaluran pembesian plat terhadap balok, jumlah dan jarak tulangan
ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di plat lantai, beton decking, kaki
ayam, dan kebersihannya. Pembongkaran bekisting plat dilakukan setelah 4
hari pengecoran. pengecoran. Kemudian setelah bekisting ini dibongkar, lanjutkan
dengan pemasangan sapot sebagai penunjang plat lantai dan beban yang ada di
atasnya.
12
3. Pengecoran
Pembersihan ulang area yang akan dicor dilakukan menggunakan air kompresor
sampai benar-benar bersih. Bucket disiapkan dan dibersihkan dari debu atau
sisa pengecoran sebelumnya. Setelah itu, siapkan satu keranjang dorong untuk
mengambil sampel dan test slump cor yang diawasi oleh engineer dan
pihak pengawas. Apabila sudah dinyatakan bagus, maka pekerjaan pengecoran pun
telah siap untuk dilaksanakan.
Pekerjaan dilanjutkan oleh pekerja cor yang akan meratakan beton segar ke
bagian balok terlebih terlebih dahulu, dahulu, lalu dilanjutkan dilanjutkan ke plat.
Khusus untuk plat lantai, lantai, beton diratakan memakai scrub secara manual.
Kemudian lakukan pengecekan level menggunakan waterpass. Tahap berikutnya
13
yaitu pemadatan dengan vibrator. Tujuannya untuk mencegah terbentuknya rongga-
rongga udara yang dapat mengurangi mutu beton. Pekerja vibrator akan
memasukkan alat ini ke dalam adukan selama 5-10 menit di setiap bagian yang
dicor,
Setelah semua area balok dan plat lantai sudah terisi adonan beton,
pekerjaan berikutnya yaitu meratakan permukaan berikutnya yaitu meratakan
permukaan beton segar m beton segar menggunakan balok kayu yang enggunakan
balok kayu yang panjang. panjang. Lakukan Lakukan pekerjaan pekerjaan ini
dengan memperhatikan memperhatikan batas ketebalan ketebalan plat yang telah
ditentukan. Proses ini dilakukan berulang-ulang kali hingga seluruh area cor telah
terisi beton. Untuk mendapatkan hasil yang bagus, proses pengecoran sebaiknya
dilakukan maksimal selama 6-8 jam.
4. Pembongkaran
14
5. Perawatan
Dibandingkan dengan baja, penggunaan beton bertulang pada tanah dasar yang
kurang baik tidak akan menemui kesukaran.
Kelebihannya:
1) Kuat tekan beton bertulang relatif lebih tinggi dari bahan lain konstruksi lain.
bahan lain konstruksi lain.
2) Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air. Tidak berkarat karena air
dan pada kasus kebakaran dengan intensitas rata-rata, struktur dengan
ketebalan penutup beton tertentu hanya mengalami kerusakan pada
permukaannya saja.
3) Struktur beton bertulang sangat kokoh.
4) Biaya pemeliharaan beton bertulang hampir sangat rendah
15
5) Durabilitas yang tinggi. Beton bertulang lebih awet dan tahan lama
dibandingkan dengan bahan lain. Normalnya sebuah struktur beton bertulang
dapat digunakan sampai jangka waktu yang sangat lama dengan tidak
kehilangan kemampuan menahan bebannya. Hal tersebut karena hukum kimia
proses pemadatan semen yang semakin lama akan semakin membatu.
6) Untuk bahan pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan
semacamnya, beton bertulanglah pilihan paling hemat biaya.
7) Beton bertulang bisa dibuat dalam banyak bentuk untuk beragam fungsi dan
kegunaan, seperti bentuk pelat, balok. dari bentuk sederhana seperti kolom
hingga berbentuk atap kubah yang rumit.
8) Material beton bertulang bisa dibuat dari bahan-bahan lokal yang murah
seperti pasir, kerikil, dan air dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan
tulangan baja.
9) Dibanding struktur baja, pembuatan dan instalasi konstruksi beton bertulang
lebih mudah dan cukup dengan tenaga berkeahlian rendah.
Kekurangannya:
1). Kuat tarik yang sangat rendah karenanya diperlukan penggunaan tulangan
tarik.
2) Waktu pengerjaan beton bertulang lebih lama.
3) Kualitas beton bertulang variatif bergantung pada kualifikasi para pembuatnya
4) Dibutuhkan bekisting penahan pada saat pengecoran beton agar tetap di
tempatnya sampai beton tersebut mengeras. Berat beton sendiri sangat besar
(2,4 t/m3), sehingga konstruksi harus memiliki penampang yang besar.
16
5) Diperlukannya penopang sementara untuk menjaga agar bekisting tetap berada
pada tempatnya sampai beton mengeras dan cukup kuat untuk menahan beratnya
sendiri.
6) Biaya bekisting relatif mahal hingga sepertiga atau dua pertiga dari total biaya
sebuah struktur beton.
7) Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang
menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang
panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi
momen lentur.
8)Bervariasinya sifat-sifat beton dan proporsi campur beton dan proporsi campuran
serta pengadukannya.
9)Proses penuangan dan perawatan beton tidak bisa kontrol dengan ketepatan
maksimal, berbeda dengan proses produksi material struktur lain.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, Kami dapat menyimpulkan
bahwa Pelat Beton Bertulang merupakan salah satu struktur bangunan atas yang
terbentuk dari tulangan baja dengan campuran beton pada sebuah bidang datar.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada konstruksi lantai bangunan rumah,
Gedung dan konstruksi lainnya.
3.2 Saran
Dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, kami berharap untuk kedepannya
akan tercipta lebih banyak literatur melalui jurnal, internet dan lain sejenisnya yang
membahas mengenai struktur pelat beton bertulang secara gratis guna
mempermudah para pembaca untuk menemukan inspirasi dan referensi dalam
penyusunan-penyusunan karya ilmiah atau sejenisnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Teknik Sipil, Vol. 4, No. 2, Oktober 2018 ” DESAIN PELAT GEDUNG
STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA TINGGI” hal.92-
93. Alfian Wiranata Zebua.
https://precast.co.id/konstruksi/mengenal-kegunaan-flat-slab-reinforcement/
Makalah “Pelat beton Bertulang”, Eka Halvina Putri, Hasnia Safiri,Muhammad
Mustika, Muh Mufti Akbar, Siti Fadhillah Djakariah. Tahun 2019
https://asiacon.co.id/blog/pengertian-dan-fungsi-plat-lantai-beton
19