Anda di halaman 1dari 15

5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori

Bangunan suatu gedung terdiri dari 3 tahapan pekerjaan yang penting,


yaitu struktur, arsitek dan utilitas atau yang dikenal juga dengan
istilah MEP (Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing). Ketiganya satu dan
yang lain saling terkait. Jika struktur mengedepankan kekuatan, arsitek
lebih menekankan pada keindahan, maka MEP (Mekanikal, Elektrikal dan
Plumbing) lebih mengedepankan pada fungsi. Sekuat apapun bangunan
gedung atau seindah apapun bangunan gedung, jika tidak ditunjang dengan
suatu sistem mekanikal, elektrikal dan plumbing, maka bangunan tersebut
berkurang fungsi kegunaannya.
Jadi sangat jelas antara ketiga komponen dalam suatu gedung yang
saling terkait satu dan yang lain. Dengan kata lain sistem struktur dalam
suatu bangunan sangat penting untuk awal mula tahapan pekerjaan
konstruksi.
Aspek teknologi dan inovasi juga sangat berperan dalam suatu proyek
konstruksi, salah satunya adalah penggunaan metode kerja yang tepat.
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat membantu
dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga
target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai. Pada
dasarnya metode pekerjaan konstruksi merupakan suatu rekayasa yang
dilakukan pada proses pelaksanaan dilapangan yang mengikuti syarat
syarat yang telah ditentukan baik dalam pedoman SNI maupun pedoman
yang lain sehingga dapat menekan suatu biaya agar lebih murah, mutu
yang tidak beda jauh, dan juga waktu yang lebih singkat.
Maka dari itu penulis melakukan kajian tentang slab on ground
dengan suspended slab agar penulis dan pembaca mengetahui metode
kerja mana yang lebih baik dari segi biaya, mutu, dan waktu.
6

Plat lantai yang dicor langsung diatas tanah bukanlah hal yang
mudah dilakukan, dalam hal ini sering terjadi kegagalan akibat
penurunan yang besar akibat dari pembebanan yang melampaui batas
yang menyebabkan terjadinya keretakan atau bahkan suatu lendutan.
Tanah yang harus digunakan dalam pekerjaan plat lantai dasar jika
menggunakan metode slab on ground tanah harus dipadatkan untuk
mendapatkan suatu nilai kepadatan tertentu, sedangkan untuk
suspended slab tanah hanya diurug agar mengisi ruang ruang kosong di
dsar plat tersebut.

2.2 Pengertian Plat Beton Bertulang

Plat adalah elemen horizontal struktur yang memikul beban mati


maupul beban hidup yang menyalurkan ke rangka vertikal dalam sistem
struktur. Plat merupakan struktur bidang lurus yang tebalnya jauh lebih
kecil dibandingkan dengan dimensi lain.
Menurut Ali Isroni dalam buku Balok dan Plat Beton Bertulang ,
(2010) yang dimaksud dengan plat beton bertulang yaitu struktur tipis
yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal,
dan beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut.
Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan
dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Plat beton bertulang ini sangat
kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, plat ini
berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat
bermanfaat untuk mendukung kekakuan balok portal.

2.2.1 Tumpuan Plat


Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu
dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan
dan jenis penhubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat
dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada
pelat.
7

Untuk bangungan gedung, umumnya pelat dan balok di cor secara


bersama-sama menjadi satu kesatuan seperti pada Gambar 2.1 (a) atau
ditumpu oleh dinding-dinding bangunan seperti pada Gambar 2.1 (b).
Kemungkinan lainnya, yaitu plat didukung oleh balok-balok baja dengan
sistem komposit seperti pada Gambar 2.1 (c), atau didukung oleh kolom
secara langsung tanpa balok pada Gambar 2.1 (d) .

Sumber : Ali Isroni, 2010


Gambar 2.1 Penumpu Plat
2.2.2 Jenis Perletakan Plat
Kekauan hubungan antara plat dan konstruksi pendukungnya (balok)
menjadi salah satu bagian dari perencanaan plat. Ada 3 jenis perletakan
plat pada balok yaitu :
1. Terletak Bebas
Keadaan ini terjadi jika plat diletakkan begitu saja di atas balok,
atau antara plat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga
plat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut seperti pada
Gambar 2.2 (a). Plat yang ditumpu oleh tembok juga termasuk
dalam kategori terletak bebas.
8

2. Terjepit Elastis
Keadaan ini terjadi jika plat dan balok di cor bersama-sama
secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok
tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi plat Gambar
2.2 (b).
3. Terjepit Penuh
Keadaan ini terjadi jika plat dan balok dicor bersama-sama
secara monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu
untuk mencegah terjadinya rotasi plat Gambar 2.2 (c).

Sumber : Ali Isroni, 2010


Gambar 2.2 Jenis Perletakan plat pada Balok
2.2.3 Sistem Penulangan plat
Sistem perencanaan tulangan plat pada dasarnya dibagi menjadi 2
macan, yaitu : sistem perencanaan plat dengan tulangan pokok satu arah
( selanjutnya disebut: plat satu arah/one way slab ) dan sistem perencanaan
plat dengan tulangan pokok dua arah ( disebut plat dua arah/two way slab).
1. Penulangan plat 1 arah
Konstruksi plat satu arah adalah plat dengan tulangan pokok
satu arah yang sering dijumpai jika plat beton lebih dominan
menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu
arah saja. Contoh plat satu arah adalah plat kantilever dan plat
yang ditumpu oleh 2 tumpuan sejajar.
9

Sumber : Ali Isroni, 2010


Gambar 2.3 Jenis Plat 1 arah
2. Penulangan plat 2 arah
Konstruksi plat dua arah adalah plat dengan tulangan pokok dua
arah ini akan sering dijumpai jika plat beton menahan beban
yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh plat
dua arah adalah plat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling
sejajar.

Sumber : Ali Isroni, 2010


Gambar 2.4 Jenis Plat 2 arah
10

2.3 Tanah

Tanah adalah benda alami yang berada dipermukaan bumi hasil dari
pelapukan batuan yang berupa gumpalan atau kumpulan butiran-butiran
partikel yang ikatan antar butirannya lemah. Menurut Braja M. Das (1995)
tanah terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan
organik yang telah melapuk ( yang berpartikel padat) disertai dengan zat
cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel
padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai
macam pembangunan, dan juga tanah berfungsi sebagai pendukung
fondasi dari bangunan. Tanah dibagi menjadi dua macam yaitu tanah
berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Tanah yang berbutir kasar seperti
pasir dan kerikil, sedangkan tanah berbutir halus seperti lanau dan
lempung. Tanah di klasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang paling
dominan seperti pada Tabel 2.1 sebagai berikut

Tabel 2.1 Batasan-batasan Ukuran Golongan Tanah

Sumber : Braja M. Das, 1995

Menurut AASHTO (American Association of State Highway and


Transportation Officials) digunakan untuk mengklasifikasikan tanah
subgrade. Pengujian klasifikasi tanah dapat dilakukan menggunakan
11

pengujian sieve analysys atau dapat disebut analisis saringan. Seperti pada
di bawah ini :
1. Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter
75mm, dan yang tertahan ayakan no.20 (2mm).
2. Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan no.20 (2mm), dan yang
tertahan ayakan no.200 (0.075mm).
3. Lanau dan Lempung : bagian tanah yang lolos ayakan no.200.
2.3.1 Mekanika Tanah
Mekanika tanah adalah bagian dari geoteknik yang merupakan salah
satu cabang dari ilmu Teknik Sipil yang mempelajari tentang perilaku
tanah serta sifat yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang
disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja pada tanah itu sendiri. Menurut
Karl von Terzaghi dalam buku Mekanika Tanah berdasar pada Sifat-Sifat
Dasar Fisik Tanah, (1925).
Beberapa adalah aplikasi mekanika tanah dalam dunia konstruksi
yaitu:
1. Galian : slope, sheet pile, retaining wall
2. Timbunan : slope, kepadatan & CBR,settlement
3. Urugan : material, alat, kepadatan
4. Fondasi Dangkal : elevasi tanah dasar, material fondasi
5. Fondasi Dalam : kedalaman, kalendering, loading test
2.3.2 Penyelidikan Tanah
Penyelidikan Tanah merupakan suatu upaya memperoleh informasi
bawah tanah untuk perencanaan fondasi bangungan sipil. Penyelidikan
tanah mencakup antara lain pengeboran tanah, pengambilan sampel tanah,
pengujian lapangan, pengujian laboratorium dan observasi air tanah.
Sasaran dari penyelidikan tanah adalah:
1. Stratifikasi lapisan tanah.
2. Sifat indeks pada setiap lapisan tanah.
3. Sifat mekanis pada setiap lapisan tanah antara lain kekuatan
geser dan kompresibilitas.
12

4. Kondisi air tanah.


5. Komposisi kimia air tanah yang dapat memberi dampak korosi
pada konstruksi bawah tanah.
6. Jenis fondasi bangunan yang sudah ada di sekitarnya.

Jika diatas didapatkan sasaran dari penyelidikan tanah maka penulis


ingin memaparkan jenis jenis penyelidikan tanah yang umumnya
digunakan pada dunia konstruksi.
1. Auger boring
2. Pengeboran Bilas (Wash Boring)
3. Pengeboran Inti (Core Drilling)
4. Galian Tanah (Test Pit)
Penyelidikan tanah dan pengujian tanah pada awal mula proyek sangat
berpengaruh terhadap design suatu struktur bawah atau yang sering disebut
fondasi dangkal ataupun fondasi dalam. Penyelidikan tanah pertama
dilakukan dengan cara pengeboran dan dilakukan test SPT (Standard
Penetration Test). Jika pengeboran didapat sample tanah untuk di analisis
di laboratorium, SPT mendapatkan jumlah tumbukan. Dalam hal itu maka
suatu konsultan perencana atau engineer dapat merencanakan suatu desain
fondasi. Berikut adalah pengujian Bor dan SPT.
SPT (Standard Penetration Test) berguna untuk menentukan
kepadatan dan konsistensi tanah/batuan secara dinamis di tempat tersebut.
Parameter yang diperoleh: jumlah pukulan/tumbukan (N-SPT), yaitu
banyaknya tumbukan yang diperlukan untuk penetrasi Split spoon sampler
sebesar 30cm dari pembacaan penetrasi 45cm, NSPT = N1 + N2 . Pengujian
SPT (Standard Penetration Test) dapat dilihat dari Gambar 2.5 Pengujian
SPT
13

Sumber : Project Pengembangan Bandara Makassar


Gambar 2.5 Pengujian SPT dan Boring
Hasil dari pengujian tersebut adalah nilai NSPT dapat dilihat pada Tabel 2.2
sedangkan untuk hasil boring untuk penyelidikan tanah lebih lanjut dapat di lihat
pada Gambar 2.6.
Tabel 2.2 Hasil N-SPT
14

Sumber : Project Pengembangan Bandara Makassar


Gambar 2.6 Sample Tanah

2.4 Material dan Alat


Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan biaya suatu
proyek, lebih dari separuh biaya proye diserap oleh material yang digunakan
(Nugraha, 1985), Pada tahap pelaksanaan konstruksi penggunaan material di
lapangan sering terjadi sisa material yang cukup besar, sehingga upaya untuk
meminimalisasi sisa material penting untuk diterapkan. Material yang digunakan
dalam konstruksi dapat digolongkan dalam dua bagian besar (Gavilan, 1994) :
1. Consumable Material, merupakan material yang pada akhirnya akan
menjadi bagian dari struktur fisik bangunan. Misalnya : semen, pasir,
kerikil, batu bata, besi tulangan, baja, dan lain-lain.
2. Non-Consumable Material, merupakan material penunjang dalam
proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan
setelah bangunan tersebut selesai. Misalnya : perancah, bekisting, dan
dinding penahan sementara.
Arus penggunaan material konstruksi mulai sejak pengiriman ke lokasi,
proses konstruksi, sampai pada posisinya yang terakhir akan berakhir pada salah
satu dari keempat posisi dibawah ini (Gavilan, 1994), yaitu :
1. Struktur fisik bangunan
2. Kelebihan material (left over)
3. Digunakan kembali pada proyek yang sama (reuse)
4. Sisa material (waste)
15

Sisa material konstruksi ini akan terus bertambah sesuai dengan


perkembangan pembangunan yang dilaksanakan, selain mempengaruhi biaya
proyek juga akan menimbulkan permasalahan baru yang dapat menganggu
lingkukan proyek dan sekitarnya. Pengendalian besarnya kuantitas sisa material
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara (Gavilan, 1994), antara lain :
1. Mencari jalan untuk memakai kembali sisa material tersebut.
2. Mendaur ulang sisa material tersebut menjadi barang yang berguna.
3. Memusnahkan sisa material dengan cara pembakaran.
4. Mencari cara untuk mengurangi sisa material yang timbul.
Material inti atau Consumable material yang akan dibahas dalam makalah
ini yang berjudul perbandingan slab on ground dengan suspended slab ini
diantaranya:
1. Beton
Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau
semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan
atau tanpa bahan tambahan (admixture). Seiring dengan penambahan
umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan
rencana (Fc’) pada usia 28 hari. Beton memiliki daya kuat tekan yang
baik oleh karena itu beton banyak dipakai atau dipergunakan untuk
pemilihan jenis struktur terutama struktur bangunan, jembatan dan
jalan.

Sumber : Project Pengembangan Bandara Makassar


Gambar 2.7 Beton
16

2. Besi Tulangan
Besi tulangan konstruksi beton bertulang ada bermacam macam jenis
dan mutu tergantung dari pabrik yang membuatnya. Ada dua jenis
pada umumnya besi tulangan, tulangan polos (Plain bar) dan tulangan
ulir (Deformed bar). Sebagian besar baja tulangan yang ada di
Indonesia berupa tulangan polos untuk baja lunak dan tulangan ulir
untuk baja keras. Besi tulangan dikodekan dengan TP atau tulangan
polos dan TD tulangan deformasi (ulir). Angka yang terdapat pada
kode tulangan menyatakan batas leleh karakterisktik yang dijamin.
Besi tulangan BJTP 24 dipasok sebagai besi tulangan beton polos.
Pada umumnya standar standar karakteristik dan kekuatan besi
tulangan harus mengikuti standar yang di tentukan yaitu SNI 07-2052-
2007 “Baja Tulangan Beton”

Sumber : Project Pengembangan Bandara Makassar


Gambar 2.8 Besi Tulangan
3. Bekisting
Bekisting atau formwork adalah suatu konstruksi pembantu yang
meilikki sifat sementara, yang terdiri dari cetakan atau mal beserta
perlengkapannya pada bagian samping dan bawah dari suatu
konstruksi beton yang dikehendaki. Bekisting adalah cetakan
sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang
dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Bekisting yang
digunakan dalam “Proyek Pembangunan Bandar Udara Hassanuddin
Makassar” menggunakan 2 jenis bekisting yaitu:
17

 Hebel atau Bata ringan adalah batu bata yang memiliki berat jenis
lebih ringan daripada bata pada umumnya. Keduanya didasarkan
pada gagasan yang sama yaitu menambahkan gelembung udara ke
dalam mortar agar mengurangi berat beton yang dihasilkan secara
drastis.

Sumber : Project Pengembangan Bandara Makassar


Gambar 2.9 Hebel (Bata Ringin)
 Triplek Phenol Film / Tego adalah Triplek yang memiliki lapisan
phenol film di satu atau kedua muka nya. Triplek phenol film /
Tego dipergunakan dalam bidang konstruksi sebagai papan
penahan cor an (bekesting). Dengan menggunakan triplek phenol
film / tego hasil pengecoran akan lebih padat dan permukaan nya
lebih halus, karena dilapisi oleh phenol film maka semen yang
menempel pada triplek mudah dibersihkan sehingga dapat
digunakan berulang kali sehingga dapat menghemat biaya.

Sumber : Project Pengembangan Bandara Makassar


Gambar 2.10 Triplek Phenol Film
18

Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk
melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah, konstruksi jalan,
konstruksi bangunan, perkebunan, dan pertambangan. Keberadaan alat berat
dalam setiap proyek sangatlah penting guna menunjang pembangunan
infrastruktur maupun dalam mengeksplorasi hasil tambang, misalnya semen,
batubara dll. Banyak keuntungan yang didapat dalam menggunakan alat berat
yaitu waktu yang sangat cepat, tenaga yang besar, nilai-nilai ekonomis dan lain
lainnya.
Alat berat merupakan faktor penting dalam proyek, terutama proyek
konstruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang besar.
Tujuan dari penggunaan alat - alat berat tersebut adalah untuk memudahkan
manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan dapat
tercapai lebih mudah dengan waktu yang relatif lebih singkat. Alat berat yang
digunakan dalam “Proyek Pembangunan Bandar Udara Hassanuddin Makassar”
untuk pekerjaan Slab on Ground adalah :
1. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk proses galian dan
dapat juga digunakan untuk pekerjaan timbunan. Excavator
merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk memindahkan
material dan juga dapat digunakan sebagai alat pemotong kayu
tergantung dari Attachment nya. Tujuan nya adalah untuk membantu
dalam melakukan pekerjaan yang sulit agar menjadi lebih ringan dan
dapat mempercepat waktu pengerjaan sehingga dapat menghemat
waktu.

Sumber : Project Pengembangan Bandara Makassar


Gambar 2.11 Excavator
19

2. Compactor adalah alat berat yang digunakan untuk memadatkan tanah


atau material sedemikian hingga tercapai tingkat kepadatan yang
diinginkan. Dari beberapa komponen yang terdapat pada compactor,
salah satunya adalah roda, yang berhubungan langsung dengan tanah
yang dipadatkan. Jenis roda tersebut biasanya terbuat dari besi secara
keseluruhan atau ditambahkan pemberat berupa air atau pasir. Ada
juga yang ditarik dengan alat penarik seperti bulldozer, atau bisa
menggunakan mesin penarik sendiri, yang berukuran kecil bisa
menggunakan tangan dengan mengendalikannya ke arah yang akan
dipadatkan. Untuk pemadatan pengaspalan biasanya menggunakan
road roller, tire roller, tetapi untuk pemadatan tanah biasanya
menggunakan sheep foot roller atau drum roller.

Sumber : Project Pengembangan Bandara Makassar


Gambar 2.12 Compactor

Anda mungkin juga menyukai