Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Gedung

Bangunan gedung pembinaan bahasa memiliki struktur yang sama dengan


bangunan gedung pada umumnya, hal yang membedakan antara bangunan gedung
pembinaan bahasa dan bangunan gedung lainnya adalah desain dari ruangan
belajar yang membutuhkanperedam suara, pencahayaan yang baik, dan
dikelompokkan atas :

2.2 Elemen–Elemen Bangunan Gedung

2.2.1 Pondasi

Pondasi adalah struktur bangunan bagian bawah yang berfungsi


meneruskan gaya dari segala arah bangunan di atasnya ke tanah. Dengan
demikian pembangunan pondasi harus dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat pondasi itu sendiri, beban-beban berguna, dan gaya-gaya luar
seperti tekanan angin ,dll. Oleh karena itu penggalian tanah
untuk pondasi sebaiknya harus mencapai tanah keras. Secara umum terdapat dua
macam pondasi, Yaitu

1. Pondasi dangkal adalah pondasi yang dipakai untuk bangunan bertanah keras
atau bangunan-bangunan sederhana. Dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Jenis pondasi dangkal

2. Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai untuk bangunan bertanah lembek,
bangunan berbentang lebar memiliki jarak kolom lebih dari 6 meter, dan
bangunan bertingkat. Dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Jenis pondasi tiang pancang


2.2.2 Sloof

Sloof adalah struktur bangunan yang terletak diatas pondasi bangunan. Sloof
beton berfungsi sebagai perata beban yang diterima oleh pondasi. Selain itu, sloof
beton juga berfungsi sebagai sebagai pemikul beban dari sususan bata
yang disemen atau dinding pengunci agar dinding tidak roboh apabila terjadi
pergerakan tanah. Seperti yang kita ketahui, pergerakan tanah bisa terjadi
misalnya karena gempa.

Dinas Pekerjaan Umum menyebutkan bahwa sloof adalah balok pengikat


pondasi, pada rumah kecil tahan gempa, dipasang angker Ø 12 dengan jarak 1,5
meter. Namun tentu saja, angka ini mungkin berubah pada bangunan yang lebih

5
besar atau bangunan bertingkat banyak. Secara umum pengertian sloof bangunan
adalah beton bertulang yang diletakkan secara horisontal diatas pondasi. Dapat di
lihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Sloof

Kesimpulannya, kegunaan sloof adalah untuk meratakan beban yang


diterima kolom menuju pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu
kolom, akan tersebar merata pada seluruh pondasi. Selain itu, fungsi sloof adalah
sebagai pengikat antara dinding pondasi dengan kolom.

2.2.3 Pelat

Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati


maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur.
Beban statis atau dinamis yang dipikul oleh pelat umumnya tegak lurus
permukaan pelat. Pelat dapat ditumpu di seluruh tepinya atau hanya pada titik-titik
tertentu seperti kolom-kolom dan juga campuran antara tumpuan menerus dan
titik.

Pelat merupakan struktur bidang yang lurus (datar atau tidak melengkung)
yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi yang lain. Segi statika,
kondisi tepi (boundary condition) pelat dibagi menjadi :
a. Tumpuan bebas (free)
b. Bertumpu sederhana (simply supported)

Pelat dapat dipakai pada struktur – struktur bangunan, diantaranya adalah :

6
a. Struktur arsitektur
b. Jembatan
c. Perkerasan jalan
d. Struktur hidrolik
e. dll
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat:

a. Pelat kaku: merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural
rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan
momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya
sama dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat
kaku, kecuali jika dinyatakan lain.
b. Membran : merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban
lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban
ini dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang
sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.
c. Pelat flexible : merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul
beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan
gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri
ruang angkasa karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
d. Pelat tebal : merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai
kondisi continue tiga dimensi.

Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan


tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di
tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan
besar momen lentur yang terjadi pada pelat.

Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok


secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu-
kesatuan, seperti pada Gambar a, atau ditumpu oleh dinding - dinding bangunan
seperti pada Gambar b. Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh balok-
balok baja dengan sistem komposit seperti pada Gambar c, atau didukung oleh

7
kolom secara langsung tanpa balok, yang dikenal dengan pelat cendawan, Contoh
pada Gambar 2.4.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2.4 Jenis-jenis pelat yang ditumpu pada tumpuan ; (a) pelat ditumpu
balok ; (b) pelat ditumpu oleh dinding tembok ; (c) pelat ditumpu
balok baja ; (d) pelat ditumpu kolom secara langsung

Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :

a. Terletak bebas
Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara
pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas
pada tumpuan tersebut, lihat Gambar (2.4a). Pelat yang ditumpu oleh tembok juga
termasuk dalam kategori terletak bebas.

b. Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit,
tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi pelat. (lihat Gambar 2.4).

c. Terjepit penuh

8
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit,
dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi
pelat (lihat Gambar 2.5).

(a) (b) (c)


Gambar 2.5 Jenis-jenis perletakan pelat pada balok ; (a) pelat terletak bebas ; (b
pelat terjepit elastis ; (c) pelat terjepit penuh

Sistem perencanaan tulangan pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu:

a. Penulangan pelat satu arah (one way slab)


Konstruksi pelat satu arah, pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan
dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen
lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever
(luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.
Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L
(lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah
bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat
pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan
tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim
disebut tulangan bagi. (Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.5).

9
Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus,
tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi
dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok. Tepat pada
lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat bendrat.
Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai
tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.

(a)

(b)

(c)

10
(d)
Gambar 2.6 Contoh penulangan pelat satu arah ; (a) tampak depan pelat
kantilever ; (b) tampak atas pelat kantilever ; (c) tampak depan
pelat dengan 2 tumpuan sejajar ; (d) tampak atas pelat dengan 2
tumpuan sejajar

b. Penulangan pelat dua arah (two way slab)


Konstruksi pelat dua arah, pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan
dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang
dua arah. Contoh penulangan pokok dua arah pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7
dibawah ini.

Gambar 2.7 Tampak depan pelat tulangan pokok dua arah

Gambar 2.8 Tampak atas pelat penulangan 2 arah

11
2.2.3.1 Bondek

Bondek adalah lembaran-lembaran panel yang terbuat dari pelat baja dengan
ketebalan 0,75 mm sampai dengan 1 mm, dengan lebar 60 cm sedangkan
panjang tergantung permintaan, tetapi dibatasi maksimum 12 meter.

Gambar 2.9 Bondek

2.2.4 Balok

Balok atau sering disebut batang lentur adalah salah satu diantara elemen-
elemen struktur yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok
merupakan elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan
sumbu longitudinalnya.
Balok mempunyai karakteristik internal yang lebih rumit dalam memikul
beban dibandingkan dengan jenis elemen struktur lainnya. Balok menerus dengan
lebih dari dua titik tumpuan dan lebih dari satu tumpuan jepit merupakan struktur
statis tak tentu. Struktur statis tak tentu adalah struktur yang reaksi, gaya geser,
dan momen lenturnya tidak dapat ditentukan secara langsung dengan
menggunakan persamaan keseimbangan dasar ZFx =0, ZFy =0, dan ZFz =0.
Balok statis tak tentu sering juga digunakan dalam praktek, karena struktur
ini lebih kaku untuk suatu kondisi bentang dan beban daripada struktur statis
tertentu. Jadi ukurannya bisa lebih kecil. Kerugian struktur statis tak tentu adalah
pada kepekaannya terhadap penurunan (settlement) tumpuan dan efek termal.

12
2.2.4.1 Jenis-jenis Balok

Ada beberapa jenis-jenis balok pada struktur bangunan, yaitu diantaranya


adalah :
a. Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu
ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur
statis lainnya, nilai dari semua reaksi, pergeseran dan momen untuk
balok sederhana adalah tidak tergantung bentuk penampang dan
materialnya.
b. Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya
didukung hanya pada satu ujung tetap.
c. Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah
satu kolom tumpuannya.
d. Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan
rotasi
e. Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh
teristisan dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada
momen nol.
f. Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom
tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen
yang lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang
dan beban yang sama.

2.2.4.2 Prinsip desain balok

Pada sistem struktural yang ada di gedung, elemen balok adalah elemen
yang paling banyak digunakan dengan pola berulang. Umumnya pola ini
menggunakan susunan hirarki balok, dimana beban pada permukaan mula-mula
dipikul oleh elemen permukaan diteruskan ke elemen struktur sekunder, dan
selanjutnya diteruskan ke kolektor atau tumpuan. Semakin besar beban, yang
disertai dengan bertambahnya panjang, pada umumnya akan memperbesar ukuran
atau tinggi elemen struktur.

13
Susunan hirarki bisa sangat bervariasi, tetapi susunan yang umum
digunakan adalah satu dan dua tingkat. Sedangkan susunan tiga tingkat adalah
susunan yang maksimum digunakan. Untuk ukuran bentang tertentu, pada
umumnya sistem dengan berbagai tingkat dapat digunakan.
Ukuran elemen struktur untuk setiap sistem dapat ditentukan berdasarkan
analisis bentang, beban dan material. Ada beberapa kriteria pokok yang harus
dipenuhi, antara lain: kemampuan layan, efisiensi, kemudahan. Tegangan aktual
yang timbul pada balok tergantung pada besar dan distribusi material pada
penampang melintang elemen struktur. Semakin besar balok maka semakin kecil
tegangannya. Luas penampang dan distribusi beban merupakan hal yang penting.
Semakin tinggi suatu elemen, semakin kuat kemampuannya untuk memikul
lentur. Variabel dasar yang penting dalam desain adalah besar beban yang ada,
jarak antara beban-beban dan perilaku kondisi tumpuan balok. Kondisi tumpuan
jepit lebih kaku dibandingkan dengan ujung-ujungnya dapat berputar bebas. Balok
dengan tumpuan jepit dapat memikul beban terpusat di tengah bentang dua kali
lebih besar dibandingkan balok yang sama tapi tidak dijepit ujungnya.

Beban lentur pada balok menyebabkan terjadinya gaya-gaya internal,


tegangan. Gaya serta momen ini berturut-turut disebut gaya geser dan momen
lentur. Agar keseimbangan pada bagian struktur tersebut diperoleh untuk bagian
struktur yang diperlihatkan, sekumpulan gaya internal pasti timbul pada struktur
yang efek jaringnya adalah untuk menghasilkan momen rotasional yang sama
besar tapi berlawanan arah dengan momen lentur eksternal dan gaya vertikal yang
sama dan berlawanan arah dengan gaya geser eksternal.

2.2.5 Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,

14
1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun,
kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi.
Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya
juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa
kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.

Jenis-jenis kolom menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) ada tiga:
a. Kolom ikat (tie column)
b. Kolom spiral (spiral column)
c. Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994) ada


tiga jenis kolom beton bertulang yaitu:

15
a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya.
b. Kolom menggunakan pengikat spiral bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
c. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.

Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu:

a. Kolom Utama
Kolom utama dalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban
utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom
utama maksimal adalah 3.5 meter, agar dimensi balok untuk menompang lantai
tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5
meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom
utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20 x 20
cm, dengan tulangan pokok sebanyak 8 dengan diameter 12 mm, dan begel
diameter 8-10 cm
b. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimal 3,5 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15 x 15

16
cm dengan tulangan beton sebanyak 4 dengan diameter 10 dan begel diameter
8-20 cm.

Letak kolom dalam konstruksi portal harus dibuat terus menerus dari lantai
bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser
pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur
rangka portalnya, jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama
untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai
dengan beban bangunan yang didukungnya Perubahan dimensi kolom harus
dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan
yang sama.
Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai
kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari pelat
lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom
adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya
vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal
pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
Tujuan desain kolom secara umum adalah untuk memikul beban rencana
dengan menggunakan material seminimum mungkin, atau dengan mencari
alternatif desain yang memberikan kapasitas pikul-beban sebesar mungkin untuk
sejumlah material yang ditentukan. Ada beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan dasar atau prinsip-prinsip dalam desain elemen struktur tekan secara
umum, yaitu sebagai berikut :

a. Penampang
Penentuan bentuk penampang melintang yang diperlukan untuk memikul
beban, secara konseptual merupakan sesuatu yang mudah. Tujuannya adalah
untuk memperoleh penampang melintang yang memberikan nilai rx dan ry yang
diperlukan dengan material yang seminimum mungkin. Beberapa bentuk
penampang dapat dilihat pada Gambar 2.12.
b. Kolom pada Konteks Gedung

17
Pada umumnya, akan lebih menguntungkan bila menggunakan bracing pada
titik-titik yang tidak terlalu banyak disertai kolom yang agak besar, dibandingkan
dengan banyak bracing dan kolom kecil.

Gambar 2.12 Bentuk-bentuk penampang kolom ; (a) kolom bertulang spiral ; (b)
kolom bersengkang ; (c) pipa baja yang diperkaku ; (d) kolom
dengan elemen diagonal

2.2.6 Ring Balok

Ring Balok atau Balok adalah salah satu bagian dari struktural sebuah
bangunan yang kaku, dan dirancang untuk menanggung dan menyalurkan beban
menuju kolom penopang yang selanjutnya aku diteruskan ke pondasi. Selain itu
ring balk juga mempunyai fungsi sebagai pengikat kolom-kolom agar apabila
terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan
bentuk dan posisinya semula. Ring balok dibuat dari bahan yang sama dengan
kolomnya sehingga hubungan ring balok dengan kolom.

2.2.7 Rangka Atap

Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melindung
gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos). Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang
yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan
penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah satu bagian terpenting.

18
A. Fungsi atap
Ada beberapa fungsi utama atap, yaitu diantaranya adalah:
a. Mencegah dari berbagai pengaruh terhadap angin, bobot sendiri, dan curh
hujan.
b. Melindungi ruang bawah, manusia, serta elemen bangunan dari pengaruh
cuaca hujan, panas matahari, petir dan lain-lain.

B. Komponen atap

Secara garis besar komponen atap dibedakan menjadi dua bagian


diantaranya yaitu:

a. Konstruksi (kuda-kuda) di bawah penutup atap yang memikul beban


penutup dan pengaruh cuaca.
Secara umum bentuk rangka kuda-kuda dapat dibagi atas tiga bentuk utama
yaitu:
1. Kuda-kuda kap terpisah dari kolom dan dapat ditumpu di atas kolom
atau dinding.
2. Kuda-kuda disatukan dengan kolom sehingga membentuk portal yang
di sebut portal rangka.
3. Rangka kuda-kuda diganti jadi gelagar tunggal sehingga portal
menjadi portal balok.

Gambar 2.13 Bentuk kuda-kuda tipe 1

19
Gambar 2.14 Kuda-kuda tipe 2

Gambar 2.15 Kuda-kuda tipe 3 ; (a) Portal tunggal ; (b) portal rangkap

b. Konstruksi penutup atau pelapis atap berfungsi sebagai kulit pelindung


kuda-kuda dan bangunan elemen di bawahnya.
Penutup dipasang pada gording-gording yang diletakkan pada kaki kuda-
kuda dengan ikatan elastis, biasanya penutup atap dapat berupa asbes, seng
metal, genteng dan sejenisnya. Contoh konstruksi penutup atap pada
Gambar (2.16)

Gambar 2.16 Konstruksi atap

20

Anda mungkin juga menyukai