Anda di halaman 1dari 27

STRUKTUR BANGUNAN FLAT SLAB

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI BANGUNAN

DITULIS OLEH :

GIBRAN MAULANA

DENI PRASETYO

DINDA AYU DEWI

DIMAS

FAKULTAS TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tentang “STRUKTUR BANGUNAN FLAT SLAB”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “STRUKTUR BANGUNAN FLAT
SLAB” ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Malang, 31 Maret 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………..………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….………. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………..……. 1
C. Tujuan …………………………………………… …………………………....…. 1
D. Manfaat …………………………………………… ………………...……………. 2

BAB II ISI ……………..…………………………………………,……………………….. 3

A. PEMBAHASAN .………………………………………………….……………….. 3

BAB III PENUTUP …………………………………………………….…………….…… 5

A. Simpulan ……………………………………………………………...………….. 5

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………... 6


BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya pelat diklasifikasikan dalam pelat satu-arah atau pelat dua arah.
Pelat yang berdefleksi secara dominan dalam satu arah disebut pelat satu-arah. Jika
pelat dipikul oleh kolom yang disusun berbaris sehingga pelat dapat berdefleksi dalam
dua-arah, pelat disebut pelat dua-arah. Pelat dua-arah merupakan panel-panel beton
bertulang yang perbandingan antara panjang dan lebarnya lebih kecil dari 2 (dua). Pelat
dua-arah dapat diperkuat dengan menambahkan balok di antara kolom, dengan
mempertebal pelat di sekeliling kolom (drop panel), dan dengan penebalan kolom di
bawah pelat (kepala kolom / capital).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian struktur bangunan Flat Slab ..?


2. Apa saja kelebihan dan kekurangan mengunakan sistem struktur bangunan Flat
Slab ..?
3. Bagaimana cara merencanakan struktur bangunan Flat Slab ..?
4. Bagaimana cara menganalisa perencanaan struktur bangunan Flat Slab ..?

C. TUJUAN
1. Mengetahui tentang struktur bangunan Flat Slab ..?
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan mengunakan sistem struktur bangunan
Flat Slab ..?
3. Cara merencanakan struktur bangunan Flat Slab ..?
4. Cara menganalisa perencanaan struktur bangunan Flat Slab ..?

D. MANFAAT
Penyusunan makalah ini untuk menambah pengetahuan tetang Struktur Bangunan
Flat Slab, pengaplikasian flat slab pada bangunan gedung, cara perencanaan
struktur flat slab, dan memahami kelebihan dan kekurangan mengunakan struktur
bangunan flat slab.
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN STRUKTUR BANGUNAN FLAT SLAB


A. PENGERTIAN FLAT SLAB
Flat slab merupakan salah satu metode konstruksi yang hanya mengguakan
kolom dan slab sebagai media pemikul beban dari bangunan. Flat slab yang
digunakan pada pemodelan tugas akhir ini adalah flat slab dua arah karena
mendistribusikan beban yang diterimanya ke dalam dua arah. Slab dua arah
merupakan suatu bentuk konstruksi yang unik untuk memperkuat beton. Selain
itu, slab dua arah juga merupakan sistem struktur yang efisien, ekonomis, dan
sudah meluas pemakaiannya.

Untuk bangunan tinggi yang menggunakan sistem flat slab yang terdiri atas
pelat beton padat jenis wafel sehingga tidak memerlukan pembalokan lantai. Hal
ini mengurangi jarak lantai ke lantai berikutnya sehingga menghemat ruang. Pada
mulannya sistem bangunan flat slab banyak digunakan pada bangunan rendah
yang beresiko rendahterhadap angin dan gempa. Namun dengan kemajuan
teknologi sekarang ini dengan menggunakan beton dan baja dengan mutu yang
tinggi, sistem bangunan flat slab sudah banyak diterapkan pada bangunan tinggi.
Pada perencanaan bangunan tinggi yang tidak menggunakan balok, geseran
merupakan pertimbangan kritis terutama pada bagian pertemuan antara pelat
dan kolom. Apabila bagian pertemuan pada struktur tersebut tidak kuat, maka
kolom-kolom penyangga pada pelat akan memberikan tekanan pons yang
hendak menembus pelat ke atas yang dapat mengakibatkan timbulnya tegangan
geser cukup besar pada area sekitar kolom yang dapat menimbulkan
keruntuhan pons. Keruntuhan pons ditandai dengan timbulnya retak-retak pada
pelat atau bahkan tertembus oleh kolom. Antisipasi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi keruntuhan pons ini adalah dengan memberikan perkuatan geser
yang cukup pada daerah pertemuan antara pelat dan kolom yaitu dengan
pemasangan drop panel.

Flat slab termasuk pelat beton dua arah dengan kapital, drop panel, atau juga
keduanya. Flat slab sangat sesuai untuk beban berat dan bentang panjang, flat
slab akan memerlukan beton dan tulangan yang lebih sedikit jika dibandingkan
dengan struktur bangunan yang menggunakan balok. Pada struktur flat slab,
transfer beban kolom diselesaikan oleh ketebalan pelat di dekat kolom
menggunakan drop panel atau mengembangkan bagian atas kolom mmembentuk
coloum capital. Drop panel biasanya sampai seperenam dari panjang tiap arah
bentang dari tiap kolom, memberikan kekuatan lebih pada daerah kolom
sehingga meminimalkan jumlah beton di bangian tengah. Contoh gambar
struktur flat slab dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Pengaplikasian struktur Flat Slab meliputi gedung perkantoran, gedung


BANK, Hotel, tempat parkir bertingkan, apartement, mall, dll.

2. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STRUKTUR FLAT SLAB


Membangun konstruksi dengan menggunakan sistem pelat datar banyak
kelebihan yang didapat. Perencana mendapat keuntungan dari desain bangunan
yang memiliki tinggi bebas yang lebih besar dibanding dengan sistem rangka pemikul
momen. Hal ini dikarenakan pada sistem pelat datar, antar kolom tidak menggunakan
balok penghubung, sehingga dapat menambah tinggi bebas dalam ruangan tersebut.
Bila memilih dengan pembesaran pada kepala kolom yang dapat dimodifikasi, maka
perencana juga mendapat keuntungan yaitu dapat memperindah interior bangunan.
Selain itu dengan mengaplikasikan sistem pelat datar dalam pelaksanaan akan
mempermudah dan mempercepat pelaksanaan pembangunan.

A. Beberapa kelebihan penggunaan struktur pelat datar adalah sebagai berikut :


1. Fleksibilitas terhadap pengaturan tata letak ruang
2. Waktu pengerjaan yang lebih cepat
3. Instalasi utilitas mekanikal dan elektrikal yang lebih mudah
4. Mengurangi tinggi bangunan
5. Pelaksanaan konstruksi begisting dan penulangan yang sederhana
6. Begistingnya lebih sedikit
7. Secara estetika dan arsitektur jauh lebih bagus dibandingkan dengan struktur
lantai biasa
8. Lebih ekonomis.

B. Disamping beberapa kelebihan yang diberikan, pelat datar juga memiliki beberapa
kekurangan antara lain adalah :
1. Merupakan bagian konstruksi yang tipis
2. Tegangan geser (punching shear) yang besar pada daerah hubungan pelat-
kolom
3. Defleksinya yang relatif besar terutama pada daerah pembebanan
4. Lemah terhadap gaya lateral.

3. MERENCANAKNA STRUKTUR BANGUNAN FLAT SLAB


A. Kekuatan tarik kayu
1. Kekuatan tarik kayu sejajar dengan arah serat.
2. ekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.
Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik
sejajar arah serat.
B. Kekuatan tekan kayu:
1. Kekuatan tekan kayu sejajar dengan arah serat.
2. Pada semua kayu, kekuatan tegak lurus serat lebih kecil daripada kekuatan
kompresi sejajar arah serat.
C. Kekuatan geser kayu:
1. Kekuatan geser kayu sejajar dengan arah serat kayu.
2. Kekuatan geser kayu tegak lurus arah serat.
3. Kekuatan geser miring.
D. Kekuatan lentur kayu:
1. Kekuatan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara perlahan-lahan.
2. Kekuatan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.
E. Kekakuan kayu:
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau
lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
F. Keuletan kayu:
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif
besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang
berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan
perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.
G. Kekerasan kayu:
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik
atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan
merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
H. Kekuatan belah kayu:
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam
pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat
baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah
sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat
mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2.
1. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,
pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak
kayu.
2. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Prosiding PPI Standardisasi melakukan penelitian pada tahun 2009 tentang
kadar air dan kerapatan serat kayu. Kadar air kering udara berkisar antara 11.46-
17.18%.
Berdasarkan klasifikasi kerapatan kayu, maka kayu sengon, sengon buto, suren,
mindi dan tata tergolong kayu yang ringan (0.24-0.56 g/cm3) sedangkan sisanya
tergolong kelas sedang (0.56-0.72 g/cm3).
4. SISTEM PENGUJIAN KAYU
A. Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu
Referensi : SNI 03-3959-1995

a) Benda Uji
Benda uji harus memenuhi ketentuan :
1) Bentuk dan ukuran (50 x 50 x 760) mm. (Gambar 1);

Gambar 1 Bentuk dan ukuran benda uji

2) Ketelitian ukuran benda uji pada tengah bentang ± 0,25 mm;


3) Kadar air kayu maksimum 20%.

b) Peralatan
Peralatan harus memenuhi ketentuan :
1) Kedua tumpuan pelat dan rol yang terbuat dari baja harus mempunyai
bentuk dan ukuran seperti Gambar 2 dan harus memungkinkan benda uji
bisa bergerak dalam arah horizontal;
Gambar 2 Bentuk dan ukuran tumpuan plat dan rol

2) Bantalan penekan untuk pemberian beban terbuat dari bahan baja, harus
mempunyai bentuk dan ukuran seperti pada Gambar 3; SNI 03-3959-
1995

Gambar 3 Bentuk dan ukuran bantalan penekan

3) Mesin uji yang digunakan untuk pengujian kuat lentur harus memenuhi
ketentuan yang berlaku, dan juga harus memenuhi persyaratan
kecepatan pembebanan sebagaimana yang diatur pada Pasal 3.5.

c) Jarak Tumpuan
Benda uji diletakkan di atas kedua tumpuan pelat dan rol, dengan jarak
tumpuan 710 mm.

d) Letak Beban
Pembebanan pada benda uji dilaksanakan dengan meletakkan bantalan
penekan di tengah bentang.

e) Kecepatan Pembebanan
Kecepatan pembebanan harus memenuhi ketentuan, yaitu kecepatan gerakan
beban 2,5 mm per menit dengan diperbolehkan ada penyimpangan ± 25%.

f) Besar Beban Uji


Besarnya beban uji harus memenuhi ketentuan, yaitu besarnya beban
maksimum sampai benda uji mengalami patah.

g) Perhitungan Kuat Lentur:2


Kuat Lentur dari benda uji dihitung dengan rumus :

Selain itu, untuk mengukur Besarnya Modulus Of Elasticity :

Selain itu, untuk mengukur Besarnya Modulus Of Rufture :


B. Pengujian Kadar Air Pada Kayu
Referensi : PPKI 1961

Kadar air dalam kayu sangat mempengaruhi kekuatan kayu dalam


menopang beban. Apabila kayu tersebut memiliki kadar air yang sedikit,
maka kayu tersebut akan memiliki kekuatan yang besar. Untuk itu agar kayu
kuat dan awet kayu tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu. Tujuan
lainnya kayu dikeringkan agar regangan yang terjadi pada kayu tidak terlalu
besar.

Menurut PPKI 1961 ada 3 jenis kadar air pada kayu yaitu :

1. Kadar air kering oven, dimana kadar airnya 0%.


2. Kadar air kayu kering udara < 24%.
3. Kadar air kayu jenuh serat berkisar antara 24-30%.
4. Kadar air kayu basah berkisar antara 20-400%.
Untuk menentukan kadar air kayu dapat digunakan rumus sebagai berikut :

W1  W2
ω=
x100%
W2
Dimana :

W1 = Berat awal (gr)

W2 = Berat kering oven (gr)

C. Pengujian Berat Jenis Pada Kayu


Referensi :
1. ASTM 2395-69
2. ASTM D 143-52 (Reapproved 1978), book of standards, 1982
3. Pedoman pengujian sifat fisik dan mekanik kayu. Publikasi khusus LPHH
Bogor, 1972
4. Job Sheet Uji Bahan

Berat jenis adalah perbandingan antara kerapatan kayu tersebut dengan


kerapatan air pada suhu 4 C, dimana paa suhu standar tersebut kerapatan
air sebesar 1 gr/cm3

(Haygreen et al.2003).

Dalam penggunaanya kayu harus di perhatikan kekuatannya,agar sesuai


dalam penggunaanya. Kekuatan kayu tersebut diklasifikasikan agar dapat
digunakan secara tepat sesuai dengan kegunaannya dalam kosntruksi.
Kekerasan kayu berbanding lurus dengan kepadatannya. Maka semakin
keras kayu tersebut makin padat pula kayu tersebut. Sehingga makin padat
kayu maka kekuatan kayu tersebut makin besar untuk menopang beban.

PKKI. 1961 kekuatan kayu berdasarkan kekuatan absolut.

Kelas kuat Bj kering udara


I >0.9
II 0.9-0.6
III 0.6-0.4
IV 0.4-0.3
V < 0.3

Rumus Berat jenis berdasarkan ukuran dimensi:

B
BJ 
V

Diman a: B = berat kering udara (gr)


V = P x L x t ( cm3)
D. Pengujian Kekerasan Pada Kayu
Referensi :

1. PKKI 1961
2. ASTM D 143 – 52 (Reapproved 1978), book of ASTM Standards, 1982.
3. Pedoman pengujian sifat fisik dan mekanik kayu.
4. Publikasi khusus LPHH Bogor, 1974.
5. Job Sheet Uji Bahan

Kayu yang digunakan di bidang konstruksi harus memenuhi standar dan


diantaranya kekerasan kayu. Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk
menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi).
Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran
tentang ketahanan terhadap pengausan kayu. Kekerasan kayu atau 'density'
diukur dalam satuan kg/m3. Rata-rata kekerasan kayu yang ada adalah
sekitar 320 - 720 kg/M3. Ada beberapa jenis kayu yang sangat lunak hingga
160 kg/m3 dan paling tinggi kekerasan kayu pada level 1.000 kg/m3. Semua
ukuran kekerasan kayu tersebut diukur pada level MC sekitar 12%. Kayu
yang memiliki kekerasan yang tinggi akan memiliki kekuatan yang tinggi
pula. Kekuatan kayu dapat di ukur dari arah radial, tangensial dan aksial
kayu. Dengan uji coba di laboratorium kita dapat mengetahuinya. Kayu
ditekan dengan mesin penekan sampai bola baja masuk ke kayu sedalam ½
dari diameter bola baja.

E. Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat Kayu


Referensi :

2. PKKI 1961
3. ASTM D – 143 – 52
4. ASTM D 143 – 53 (Reapproved 1978), book of ASTM Standards, 1982.
5. Pedoman pengujian sifat fisik dan mekanik kayu.
Publikasi khusus LPHH Bogor, 1974.
6. Job Sheet Uji Bahan

Kekuatan Tekan adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu
tersebut dipergunakan untuk suatu konstruksi. Ada 2 macam, yaitu kuat
tekan sejajar dan tegak lurus arah serat. Kuat tekan sejajar > tegak lurus
arah serat. Kuat tekan sejajar menetukan kemampuan kayu dalam menahan
beban. Kekuatan kayu dapat di ukur dengan cara menguji dari kuat tekan
lurus seratnya (σ tkn ┴) , yaitu kekuatan kayu dalam menopang beban yang
bekerja dalam arah tegak lurus serat kayu.
Untuk menghitung kuat tekan tegak lurus serat (σ tkn ┴) digunakan rumus:

Pmax
 tkn 
A
dimana : σ tkn ┴ = kuat tekan/tegangan tegak lurus serat (kg/cm2) .

P max = beban maksimum hingga terjadi deforkasi terhadap


kayu sebesar 2,5 mm (kg) .

A = luas bidang tekan (cm2) .

Karena didalam pedoman PKKI 1961, tidak ada tegangan tekan tegak lurus
absolut σ tkn ┴ , maka dilakukan dengan cara pendekatan, maka didapat tabel
tegangan tekan tegak lurus serat absolut sesuai dengan kelas kuatnya ,
sebagai berikut :

Kelas kuat σ tkn ┴ absolut Elastisitas (E)


kayu (kg/cm2) (kg/cm2)
I > 200 125.000
II 125 – 200 10.000
III 75 – 125 80.000
IV 47,78 – 75 60.000
V < 47,78 _

F. Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu


1. ASTM D 143 - 52 (Reapproved 1978), book of standar, 1982.
2. Pedoman pengujian sifat fisik dan mekanik kayu. Publikasi khusus LPHH
Bogor, 1974.
3. PKKI 1961
4. Job Sheet Uji Bahan

Kuat tekan sejajar serat (σ tkn //) pun perlu diperhatikan yaitu kekuatan kayu
dalam menopang beban yang bekerja dalam arah sejajar serat kayu,serta
kayu pun harus memenuhi standar yang sesuai dengan kegunaanya. Kayu
yang memiliki kuat tekan yang baik akan menentukan kelas kuat kayu.
Selain dari pada itu, sifat mekanis suatu jenis kayu, juga tidak sama untuk
beberapa arah. Di dalam pengetahuan kayu dibedakan atas 3 arah sumbu,
yaitu:
 Arah Tangensial, menurut arah garis singgung lingkaran batangnya.
 Arah Axial, arah sejajar serat /batang.
 Arah Radial, arah menuju kepusat/hati kayu.
Kelas kuat kayu dan tegangan tekan // serat (σ tkn //), menurut PKKI 1961 :

Kelas kuat Tegangan tekan // serat (σ tkn Elastisitas (E)


kayu //) (kg/cm2)
(kg/cm2)

I > 650 125.000


II 650 – 425 100.000
III 425 – 300 80.000
IV 300 – 215 60.000
V < 215 _

Untuk mengetahui besarnya kuat tekan // serat (σ tkn //) kayu maksimum,
digunakan rumus :

P
  max
tkn // max A
dimana : σ tkn // max = tegangan tekan // serat (kg/cm2) .
P max = beban maksimum yang diberikan sampai benda
uji mengalami keruntuhan (kg) .
A = luas permukaan bidang tekan (cm2) .

P prop max adalah beban terbesar yang dapat diterima oleh kayu tanpa
menyebabkan deformasi plastis pada kayu tersebut . P prop max biasanya
didapat dari grafik hubungan antara P dan Δl .
σ tkn //prop max dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

P
prop
 
tkn // prop max A
dimana : σ tkn //prop max = beban terbesar yang dapat diterima oleh kayu
tanpa

menyebabkan deformasi plastis pada kayu


(kg) .

A = luas permukaan bidang tekan (cm2) .

Untuk menghitung modulus elastis (E) dapat digunakan rumus :


E

P
 A
l
l

dimana : P =beban tekan (kg) .

A = luas permukaan bidang tekan (cm2) .

Δl = deformasi kayu (cm) .

l = panjang kayu (cm)

G. Pengujian Kuat Geser Pada Kayu


Dalam konstruksi kayu,kayu harus dilakukan penyambungan sesuai
kebutuhan yang diinginkan dikarnakan dimensi panjang kayu yang terbatas
sesua. Pada daerah sambungan tersebut terjadi geser yang diakibatkan oleh
adanya gaya geser yang bekerja, karena itu dilakukan pengujian kuat geser
kayu dan besarnya beban geser yang dapat ditahan oleh bidang geser kayu.
Kuat geser kayu sangat berpengaruh terhadap kekuatan kayu dalam
menopang beban. Terutama di daerah sambungan kayu,agar kayu dapat
menopang beban lebih besar maka kayu harus memiliki besar kuat geser
yang besar pula.

Untuk menghitung kuat geser kayu digunakan rumus :

PH
 // 
A
dimana : τ // = tegangan geser // serat kayu (kg/cm2)

PH = beban/gaya geser yang bekerja (kg)

A = luas bidang geser (cm2)


Karena didalam pedoman PKKI 1961, tidak ada tegangan geser absolut maka
dilakukan dengan cara pendekatan, maka didapat tabel tegangan geser
absolut sesuai dengan kelas kuatnya , sebagai berikut :

Kelas kuat τ // absolut Elastisitas (E)


kayu (kg/cm2) (kg/cm2)
I > 100 125.000
II 60 – 100 10.000
III 40 – 60 80.000
IV 23,89 – 40 60.000
V < 23,89 _

5. JENIS-JENIS KAYU
Kayu merupakan salah satu material bahan bangunan yang sering digunakan dalam
konstruksi. Setiap kayu memiliki sifat dan ciri tersendiri baik dalam segi keindahan
serat, kadar air, keawetan, berat jenis, kerapatan, dan kekuatan. Maka dalam
memilih kayu yang akan dipergunakan ada baiknya kita mengenal Jenis dan Ciri
Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi. Selain agar kita dapat
mengetahui kayu yang cocok dengan kriteria dan spesifikasi yang kita inginkan,
tentunya juga agar kita tidak tertipu dengan jenis-jenis kayu lainnya. Berikut
beberapa macam kayu yang sering digunakan sebagai bahan konstruksi.
A. KAYU JATI

Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah.
Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi
pilihan utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas
Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur,
rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu
sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan
sebanding dengan kayu jati.
Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang
ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati
tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di Indonesia, terutama di
pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang
sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan
sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati
kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan
kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada
doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya
mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu
dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan
nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan
kekurangan kualitas kayu tersebut.

B. KAYU MERBAU

Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil
sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan
terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai
adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus.
Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan
Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap
serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya
highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna
gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau
termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia,
terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.
C. KAYU BANGKIRAI / YELLOW BALAU
Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu
dengan Kelas Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai
tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut
dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole.
Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler.
Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu
sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi
berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan
terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar
bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll. Pohon
Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan. Kayu
berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow
balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna
gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras
kadang terlihat coklat kemerahan.
D. KAYU KAMPER

kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya
lebih terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai,
kamper memiliki serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi
pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai,
retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan
berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela
dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III
dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di
kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper
dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.
E. KAYU KELAPA
Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari
perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun
keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru.
Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari pohon
kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak
akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena
semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon
kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang
pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat
gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.
F. KAYU MERANTI MERAH

Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua
hingga merah muda pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur
tidak terlalu halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca,
sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu
dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui
di hutan di pulau Kalimantan
G. KAYU KARET

Botanical Name : Hevea brasiliensis


Family Name : Euphorbiaceae
Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya
hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai
dilakukan penanaman di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga
ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa.
1. Warna Kayu
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja
dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit
kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan
kayu teras. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada
rubberwood.
2. Densitas
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan
densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet
dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk bahan
konstruksi.
H. KAYU GELAM

Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu,


Kayu bakar, pagar, atau tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter
kecil umumnya dikenal dan dipakai sebagai steger pada konstruksi beton,
sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk cerucuk pada
pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang
aktif untuk bahan penyerap.

I. KAYU ULIN
Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung,
serta bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu
jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera
Bagian Selatan dan Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen,
belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m
dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai
ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang
bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan
jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat
khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
J. KAYU AKASIA

Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti
pori-pori dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas
awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah
dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur diatas
1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan
sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya
sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini
mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan
sebagai bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.
6. PENGGUNAAN KAYU SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI
A. Kayu sebagai konstruksi bangunan
Sampai abad ke-20 sebagian besar dari hampir semua bangunan perumahan
dan
struktur bangunan komersial dibangun dari kayu. Karena masih berlimpahnya
sumber kayu menyebakan hampir semua struktur bangunan perumahan,
jembatan, bangunan komersial ringan, pabrik dan tiang menggunakan kayu solid.
Sekarang bangunan tersebut lebih banyak menggunakan bahan kayu struktural
yang lebih modern. Misalnya lantai, dinding, atap untuk konstruksi ringan
umumnya dibuat dari papan kayu atau panel kayu.
Kayu untuk keperluan bangunan umumnya dari kelas kuat I, II dan III dengan
rasio kekuatan terhadap berat yang cukup tinggi, serta mempunyai kelas awet I
atau II. Bila dari kelas awet III atau di bawahnya, maka kayu tersebut harus
diawetkan terlebih dahulu.
Penggunaan kayu gergajian secara konvensional untuk bahan bangunan hanya
terbatas untuk dimensi tertentu dan tidak bisa digunakan untuk konstruksi
bangunan yang memerlukan bentangan yang lebar dan tinggi. Untuk
mendapatkan kayu dengan bentangan dan ukuran yang besar sangat sulit,
karena bentang dan ukuran terbesar sesuai dengan ukuran pohonnya. Untuk
mengatasi hal itu perlu dibuat balok glulam yaitu gabungan dua atau lebih papan
kayu gergajian yang direkat dengan menggunakan perekat tertentu dengan arah
serat kayunya sejajar satu sama lain.

B. Lantai (Flooring)
Lantai kayu atau mozaik parquet flooring sangat disukai karena selain berksesan
setetis yang kental, juga memberikan kesan hangat pada ruangan. Untuk
Hardwood atau kayu daun lebar sangat disukai dan sering digunakan. Untuk
keperluan lantai diperlukan kayu dengan kekerasan tinggi, beberapa industri
mensyaratkan kayu untuk lantai dipilih kayu yang bercorak indah, kelas kuat I-III
dan kelas awet I-II.

C. Dinding
Untuk dinding bagian luar (eksterior) selain digunakan papan kayu, saat ini lebih
umum digunakan kayu lapis eksterior, flakeboard atau papan partikel eksterior.
Sedangkan untuk dinding di bagian dalam ruangan (interior) tidak diperlukan
persyaratan yang tinggi. Untuk pembuatan dinding, selain diperlukan kayu yang
bercorak indah, juga kayu yang stabil dan awet, untuk berbagai keperluan
dipersyaratkan mampu meredam suara (isolator).
1. Kayu gergajian
Kayu gergajian yang telah dicoba dibuat untuk partisi dinding antara lain
kayu karet, mindi, kelapa dan mangium. Partisi dinding yang dibuat dari kayu
karet yang diawetkan dengan boron menunjukkan penampilan yang mirip
dengan ramin. Sedangkan yang dibuat dari kayu mangium menunjukkan
menampilan seperti jati.
2. Kayu lapis
Kayu lapis indah yang dibuat dari venir mangium, tusam, mindi dan mimba
dapat digunakan untuk dinding dengan penampilan yang cukup bagus.
3. Papan mineral
Papan mineral seperti papan gypsum dan papan mineral. Papan semen
yang dibuat dari kayu karet, jeungjing ternyata dapat digunakan untuk
pembuatan dinding bangunan yang tahan lama.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
2. Kayu merupakan bahan bangunan memiliki banyak kelebihan untuk digunakan
sebagai material dan konstruksi bangunan karena mudah ditemukan dan mudah
dibentuk sesuai keperluan.
3. Kayu memiliki kuat tarik dan kuat lentur serta kekuatannya yang lain yang cukup
baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
4. Kayu memiliki beberapa jenis sambungan yang dapat diterapkan untuk kayu
sebagai bahan konstruksi bangunan.
5. Kayu memiliki tekstur yang khas yang dapat dimanfaatkan. Berdasarkan kelas
mutunya, kayu karet, tata dan tusam dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan
struktural, sedangkan yang lain dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan non
struktural.
6. Kayu yang diteliti baik yang berasal dari hutan tanaman (HTI) maupun dari
tanaman rakyat tergolong kelas kuat III-V, hanya karet dan gmelina
tergolongkelas kuat II-III.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://rahmadsipil.blogspot.co.id/2013/06/struktur-flat-slab.html
2. http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/departemen-
bangunan-30/1558-swdaji
3. http://kampuzsipil.blogspot.co.id/2011/11/mengenal-jenis-dan-ciri-kayu-yang.html

Anda mungkin juga menyukai