Anda di halaman 1dari 13

BAB I Perkembangan dibidang teknik sipil

PENDAHULUAN yang begitu pesat mendorong seorang


engineer untuk melakukan inovasi dalam
1.1 Latar Belakang merencanakan suatu gedung. Salah satu
Berdasarkan PP No. 18 Tahun 2008, diantaranya adalah dengan menggunakan
Kota Kepanjen ditetapkan sebagai ibukota struktur flat slab. Struktur flat slab ini sendiri
Kabupaten Malang dengan Luas wilayah adalah pelat beton bertulang yang ditumpu
administasi 4.576 km² dan Dengan jumlah secara langsung oleh kolom-kolom beton
penduduk pada Tahun 2003 sebanyak 2,239 tanpa memakai balok-balok perantara. Pelat
Juta jiwa serta Kepadatan Penduduk 511 dapat mempunyai tebal konstan seluruhnya
Jiwa/Km². maka Pemerintah Kab. Malang atau dapat dipertebal di daerah kolom dengan
segera membenahi diri dalam banyak aspek suatu pelat tiang (drop panel). (W.H Mosley,
yang menyangkut penyelenggaraan J.H Bungey, 1989).
pemerintahan & pelayanan terhadap Flat slab merupakan sistem yang
masyarakat. Dan salah satunya adalah relatif baru bagi negara kita karena aplikasinya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masih sangat sedikit dibandingkan sistem
masyarakat. Guna menunjang aktivitas konvensional. Mengapa flat slab ?, karena flat
pelayanan kesehatan di Kota Kepanjen, maka slab ini memiliki beberapa keuntungan,
diperlukan pembangunan Rumah Sakit Umum diantaranya adalah :
Daerah (RSUD) yang diharapkan dapat (Erberik, M.A and Elnashai, Amr S, 2003).
memberikan pelayanan kesehatan secara • fleksibilitas terhadap tata letak ruang
menyeluruh bagi segenap masyarakat • waktu pengerjaan yang relatif pendek
Kabupaten malang yang khususnya • menghemat tinggi bangunan
masyarakat yang tinggal di sekitar Kota Plat rata merupakan bagian konstruksi yang
Kepanjen. tipis, tidak ekonomis dalam hal baja tulangan,
Proyek pembangunan gedung RSUD tetapi ekonomis dalam hal bekistingnya.
Kepanjen berlokasi di Jalan Panggung No. 1 Karena bekisting mewakili lebih dari separo
Kepanjen – Malang yang memiliki Ukuran biaya beton bertulang, maka bekisting yang
Bangunan 17.60 m x 29.30 m (515.68 m2) ekonomis sering berarti ekonomis secara
adalah proyek milik Dinas Pemukiman, keseluruhan.(Ferguson,P.M;
Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Malang, Sutanto,B;Setianto,K. 1991)
merupakan gedung berlantai 2 yang Perhitungan penulangan pada struktur
direncanakan oleh Karya Nugraha Consultant. gedung ini dilakukan dengan mengacu pada
Perencanaan ulang diajukan karena struktur SNI 03-2847-2002 tentang perhitungan
yang direncanakan sebelumnya masih struktur beton, yaitu dengan kriteria struktur
menggunakan metode konvensional yaitu sebagai rangka pemikul momen menengah dan
pelat dua arah dengan balok-balok penumpu. dinding struktural, serta dengan
Pada tugas akhir ini bangunan gedung RSUD memperhatikan ketentuan yang tercantum
Kepanjen tersebut direncanakan ulang dengan pada peraturan Tata cara Perencanaan
menggunakan perencanaan struktur flat slab di Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
wilayah gempa menengah dengan (SNI 03 – 1726 – 2002).
menambahkan struktur dinding geser sebagai
penahan gaya lateral akibat gempa. Dengan 1.2 Rumusan Masalah
memperhatikan kemungkinan penambahan Perencanaan struktur ini akan
kapasitas ruang pelayanan di kemudian hari, menyelesaikan permasalahan - permasalahan
maka diperlukan juga modifikasi bangunan sebagai berikut :
yang semula 2 lantai menjadi 10 lantai dengan 1. Bagaimana cara menentukan dimensi
ukuran bangunan hasil modifikasi 18 m x 30 struktur, meliputi :
m.  Bangunan atas :
Str. primer : Kolom, flat slab dan
Dinding struktural

1
Str. sekunder : Tangga dan Balok 5. Perhitungan pembebanan dengan Peraturan
lift Pembebanan Indonesia untuk Gedung
 Bangunan bawah : pondasi tiang dan (PPIUG 1983).
sloof 6. Perhitungan Struktur dengan metode Flat
2. Beban apa saja yang bekerja pada struktur Slab, SRPMM dan Dinding Struktural.
gedung tersebut. 7. Analisa struktur dengan menggunakan
3. Bagaimana cara menganalisa gaya-gaya program bantu komputer SAP 2000,
dalam struktur gedung tersebut. PCACOL dan perencanaan penggambaran
4. Bagaimana merencanakan struktur yang dengan AUTO CAD.
diperlukan untuk mendapatkan struktur
tahan gempa resiko menengah. BAB II
5. Bagaimana merencanakan pondasi yang TINJAUAN PUSTAKA
menyalurkan beban gempa dan gravitasi ke
tanah. 2.1 Struktur Flat Slab
6. Bagaimana mengambar hasil perencanaan Flat Slab atau disebut juga lantai
menjadi bentuk gambar kerja dengan cendawan adalah pelat beton bertulang yang
program bantu Auto Cad. langsung ditumpu oleh kolom-kolom,
dicirikan dengan tidak adanya balok sepanjang
1.3 Tujuan garis kolom dalam, namun balok tepi luar
Adapun tujuan dari penulisan tugas boleh jadi ada atau tidak disesuaikan dengan
akhir ini adalah sebagai berikut : kebutuhan. Flat slab mempunyai kekuatan
1. Merencanakan dimensi struktur. geser yang cukup dengan adanya drop panel
2. Menentukan beban-beban yang bekerja yang merupakan penebalan plat di daerah
pada struktur gedung. kolom atau dibuatnya kepala kolom, yaitu
3. Menganalisa struktur flat slab yang mampu pelebaran yang mengecil dari ujung kolom
memikul beban-beban yang ada sesuai atas. Secara relatif dapat dikatakan bahwa flat
SNI-03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002. slab lebih cocok untuk panel yang lebih besar
4. Melakukan pendetailan elemen struktur atau beban yang lebih berat, dibandingkan
untuk menahan beban gravitasi dan gempa dengan flat plate (C.K.Wang, Charles
yang terjadi pada resiko menengah. G.Salmon, 1992). Penggunaan flat slab
5. Merencanakan pondasi yang efisien dan memberikan keuntungan yaitu memungkinkan
aman untuk menahan beban yang terjadi ketinggian struktur yang maksimum,
pada struktur. fleksibilitas pemasangan saluran penghawaan
6. Menggambar struktur yang dihasilkan dari (AC) dan alat-alat penerangan. Flat slab sangat
perhitungan yang telah dilakukan. sesuai untuk beban berat dan bentang panjang,
meskipun bekisting lebih mahal dibandingkan
1.4 Batasan Masalah dengan pelat datar. Flat slab akan memerlukan
Ruang lingkup pembahasan dalam beton dan tulangan yang lebih sedikit
proyek akhir ini meliputi perencanaan sebagai dibandingkan pelat datar untuk beban dan
berikut : bentang yang sama (J.O. Mccormac, 2000).
1. Struktur yang direncanakan berupa gedung Dalam perencanaan flat slab dikenal
RSUD Kepanjen bertingkat 10. istilah dengan jalur kolom dan jalur tengah.
2. Zona gempa 4 (Kab. Malang). Jalur kolom adalah pelat dengan lebar disetiap
3. Peraturan gempa yang digunakan adalah sisi garis tengah kolom sama dengan ¼
SNI 03 – 1726 – 2002. dimensi panel terkecil l1 atau l2. Sedangkan
4. Perhitungan struktur beton bertulang jalur tengah adalah bagian pelat diantara dua
dengan Tata cara perencanaan perhitungan jalur kolom. Konsep perencanaan umum
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung menurut peraturan ACI untuk analisa flat slab
(SNI 03 – 2847 – 2002). dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
metoda perencanaan langsung (direct design
method) dan metoda portal ekivalen

2
(equivalent frame method). Dalam analisa
dengan metoda perencaan langsung, sistem
plat harus memenuhi batasan-batasan sebagai
berikut :
1. Minimum harus ada tiga bentang menerus
dalam masing-masing arah.
2. Panel plat harus berbentuk persegi dengan
perbandingan antara bentang panjang
terhadap bentang pendek diukur antara
sumbu-sumbu tumpuan, tidak lebih dari 2.
3. Panjang bentang yang bersebelahan, diukur
antara sumbu-ke-sumbu tumpuan, dalam
masing-masing arah tidak boleh berbeda Gambar 2.1 Denah Lantai 1
lebih dari sepertiga bentang terpanjang.
4. Posisi kolom boleh menyimpang
maksimum sejauh 10% panjang bentang
(dalam arah penyimpangan) dari garis-garis
yang menghubungkan sumbu-sumbu
kolom yang berdekatan.
5. Beban yang diperhitungkan hanyalah
beban gravitasi dan terbagi merata pada
seluruh panel pelat. Beban hidup tidak
boleh melebihi 2 kali beban mati.
6. Untuk suatu panel dengan balok di antara
tumpuan pada semua sisinya, kekakuan Gambar 2.2 Denah Lantai 2 s/d 10
relatif balok dalam dua arah yang tegak
lurus tidak boleh kurang dari 0,2 dan tidak
boleh lebih dari 5,0.
Untuk beban gravitasi saja dan untuk
sistem lantai dengan batasan-batasan yang
diberikan, momen-momen dan geser dapat
ditentukan secara pendekatan menggunakan
koefisien-koefisien momen dan geser yang
diberikan oleh metoda perencanaan langsung.
Sedangkan metoda portal ekivalen
menggunakan cara yang lebih teliti dengan
menggunakan analisa struktur setelah Gambar 2.3 Denah Kolom dan Flat Slab
memisahkan kekakuan relatif dari unsur- Lantai 1- 10
unsur. Metoda portal ekivalen digunakan
untuk beban lateral biarpun sistem lantai 2. Beban Bangunan
memenuhi batasan-batasan dari metoda Beban-beban yang diterima oleh bangunan
perencanaan langsung untuk beban gravitasi antara lain beban gravitasi yang terdiri
(C.K.Wang, Charles G.Salmon, 1992). dari beban mati dan beban hidup dan
beban lateral yaitu beban gempa.
2.2 Konsep Desain Perancangan a. Beban mati adalah semua beban tetap
1. Gambar Denah yang berasal dari berat bangunan dan
Gambar yang digunakan sebagai acuan unsur bangunan, termasuk semua unsur
dalam perhitungan sesuai dengan gambar tambahan yang merupakan satu
arsitek yang terdiri dari gambar denah, kesatuan dengan bangunan. Yang
tampak, potongan, denah kolom, denah termasuk dalam beban mati sesuai
flat slab dan pembalokan. PPIUG 1983 antara lain : beton

3
bertulang 2400 kg/m3, tegel 2400 3. Kombinasi Beban Berfaktor
kg/m3, spesi 2100 kg/m3, penggantung Kombinasi beban yang dipakai sesuai
langit-langit 7 kg/m2, plafond 11 kg/m2, dengan SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.11.2.
saluran perpipaan 40 kg/m2, dan 4. Wilayah Gempa (WG)
dinding 250 kg/m2. Malang termasuk dalam wilayah gempa 4
b. Beban hidup adalah semua beban yang dengan resiko gempa menengah sesuai
tidak tetap, antara lain beban pekerja Gambar 1 Wilayah Gempa Indonesia
dan beban hidup pada lantai bangunan dengan percepatan puncak batuan dasar
yang sesuai dengan fungsi bangunan. dengan periode ulang 500 tahun, SNI 03 –
Gedung RSUD Kepanjen - Malang 1726 – 2002, sehingga perhitungan
berfungsi sebagai gedung rumah sakit, menggunakan metoda Sistem Rangka
maka sesuai PPIUG 1983 beban Pemikul Momen Menengah.
hidupnya antara lain untuk lantai 5. Kategori Gedung
rumah sakit 250 kg/m2. Beban hidup Menurut SNI 03 – 1726 – 2002 Tabel 1
pada atap diambil minimum 100 kg/m2. Faktor Keutamaan I untuk berbagai
c. Beban gempa diasumsikan sebagai kategori gedung dan bangunan, gedung
beban dinamis, sehingga analisa beban RSUD Kepanjen – Malang. termasuk
gempa dapat menggunakan analisis Gedung Umum dengan Faktor Keutamaan
ragam spektrum respon ataupun (I) 1,0.
analisis respons dinamik riwayat waktu 6. Analisa Struktur
sesuai yang diatur dalam SNI 03 - 1726 Dalam analisa struktur digunakan program
– 2002 Ps 7.2. Dari gambar denah bantu SAP 2000 untuk mendapatkan gaya-
diatas menunjukkan bahwa gedung gaya dalam, antara lain momen, gaya
RSUD Kepanjen - Malang mempunyai lintang dan gaya normal. Beban mati dan
ketinggihan 40 meter, hal ini sesuai beban hidup dari pelat menjadi beban
yang diatur dalam SNI 03 – 1726 – merata yang membebani portal, sedangkan
2002 Ps. 4.2 tentang konfigurasi beban gempa menggunakan ragam respon
gedung yang salah satu pasalnya spectrum untuk zona gempa 4.
menyebutkan bahwa tinggi struktur 7. Pengaruh Arah Pembebanan Gempa
gedung diukur dari taraf penjepitan Untuk memperhitungkan pengaruh arah
lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau gempa yang kemungkinan tidak searah
40 meter. Gedung ini tidak memenuhi sumbu utama struktur gedung, maka
syarat yang disebutkan diatas sehingga sesuai SNI 03 – 1726 – 2002 Ps.5.8.2
struktur gedung ditetapkan sebagai menetapkan pengaruh pembebanan gempa
struktur gedung tidak beraturan. dalam arah utama (kritis) harus dianggap
Sehingga analisa beban gempa 100% dan harus dianggap terjadi
menggunakan analisis ragam spektrum bersamaan dengan pengaruh pembebanan
respon dengan memakai Spektrum gempa dalam arah tegak lurus pada arah
Respons Gempa Rencana menurut utama pembebanan tadi, tetapi dengan
Gambar 2 SNI 03 - 1726 – 2002 yang efektifitas hanya 30%.
nilai ordinatnya dikalikan faktor 8. Eksentrisitas Rencana ed
koreksi I , dimana I adalah Faktor Eksentrisitas rencana ed antara pusat massa
R dan pusat rotasi lantai tingkat dihitung
Keutamaan Gedung dan R adalah menurut SNI 03 – 1726 - 2002 Ps 5.4.3.
Faktor Reduksi Gempa. Dalam hal ini, Dimana pusat massa gedung ini adalah
jumlah ragam vibrasi yang ditinjau titik tangkap gaya gempa dinamik,
dalam penjumlahan respons ragam sedangkan pusat rotasi adalah titik pada
menurut metoda ini harus sedemikian lantai yang ditinjau yang bila suatu beban
rupa, sehingga partisipasi massa dalam horizontal bekerja padanya.
menghasilkan respons total harus
mencapai sekurang-kurangnya 90%.

4
9. Perancangan Struktur Sekunder BAB III
a. Tangga METODOLOGI
Dalam perencanaan tangga,
diasumsikan kondisi ujung perletakan START
dianggap sendi, sedangkan pada bordes
dianggap perletakan rol. Pembebanan PENGUMPULAN DATA
pada tangga terdiri dari beban mati dan
beban hidup. Untuk penulangan lentur
pelat dan bordes, menentukan batasan STUDI LITERATUR
harga tulangan dengan menggunakan
rasio tulangan yang disyaratkan SNI PRELIMINARY DESIGN
03 – 2847 – 2002 Ps.9.12, Ps. 12.3.
- Struktur primer meliputi rencana :
b. Balok Lift Flat Slab, Kolom dan dinding structural.
Perencanaan sesuai dengan SNI 03 – - Struktur sekunder meliputi rencana :
2847 – 2002 pasal 11.5 Tabel 8 – Tebal Tangga dan balok litf.
minimum balok non prategang atau
pelat satu arah bila lendutan tidak
dihitung. Untuk penulangan geser PEMBEBANAN
sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.13.3. Berdasarkan PPIUG 1983, SNI 03 – 2847 – 2002 :
10. Perancangan Struktur Utama - Beban : - Beban mati (D) - Beban Gempa (E)
a. Kolom - Beban hidup (L)
Dalam penentuan dimensi kolom - Kombinasi Pembebanan :
U = 1.4 D
menggunakan cara tributary area U = 1.2 D + 1.6 L
dimana pembebanan pada kolom terdiri U = 1.2 D + 1.0 L ± 1.0 E
dari beban mati dan beban hidup. U = 0.9 D ± 1.0 E
Untuk perencanaan kolom sesuai SNI
03 – 2847 – 2002 Ps.12.9 dan Ps.12.12. PERHITUNGAN STRUKTUR
A
serta Ps. 23.10 yang merupakan
- Struktur sekunder meliputi :
pendetailan khusus untuk Sistem 1. Pembebanan pada tangga dan balok lift
Rangka Pemikul Momen Menengah. 2. Analisa struktur
b. Flat Slab 3. Perencanaan tangga & balok lift.
Untuk perencanaan struktur flat slab - Struktur utama meliputi :
1. Pembebanan pada portal.
menggunakan metode portal ekivalen
2. Analisa struktur utama dengan SAP 2000
sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.15.7 3. Perencanaan flat slab
dan Ps.11.5 Tabel 10 Tebal Minimum 4. Perencanaan kolom
Pelat Tanpa Balok Interior. 5. Perencanaan dinding struktural
c. Dinding Struktural - Struktur bawah meliputi :
1. Perencanaan dimensi pondasi.
Penulangan shearwall direncanakan 2. Perencanaan tebal poer
sesuai SNI-2002 Ps.3 s/d 20, dengan
beban rencana 100% gaya lateral
(gempa). Namun pada kenyataannya NOT OK
gaya lateral yang terjadi masih sedikit PERUBAHAN KONTROL
DIMENSI DESIGN
didistribusikan ke rangka utama
sehingga dalam perencanaan rangka
OK
utama masih mampu memikul 10%
gaya lateral. Perencanaan tulangan KESIMPULAN PERHITUNGAN
dapat dimodelkan sebagai kolom
dinding sehingga dapat direncanakan GAMBAR AUTO CAD
dengan menggunakan bantuan
program PCACOL.
FINISH

5
BAB IV 4.2 Desain Dimensi Kolom
DESAIN STRUKTUR
FLOW CHART DESAIN KOLOM
4.1 Desain Dimensi Pelat

FLOW CHART DESAIN PLAT

Data hasil perencanaan dimensi kolom :


FLOW CHART DESAIN PANEL Kolom Lt. 1 s/d 3 : 80 x 80 cm
SETEMPAT
Kolom Lt. 4 s/d 6 : 70 x 70 cm
Kolom Lt. 7 s/d 10 : 60 x 60 cm

4.3 Desain Dimensi Dinding Struktural

FLOW CHART DESAIN


DINDINGSTRUKTURAL

Data hasil perencanaan dimensi flat slab :


Tebal plat : 20 cm
Lebar plat setempat : 240 x 240 cm
Tebal : 12 cm

6
Data hasil perencanaan dimensi DS :
Tebal DS : 30 cm
Kolom Lt. 4 s/d 6 : 70 x 70 cm
Kolom Lt. 7 s/d 10 : 60 x 60 cm

BAB V
PERANCANGAN STRUKTUR
SEKUNDER

Dalam tugas akhir ini struktur sekunder yang Gambar 5.2 Potongan 1-1 tangga
direncanakan terdiri atas :
5.1 Perancangan tangga
5.2 Perancangan balok lift

5.1. Perancangan Tangga


Dimensi tangga : 4.50 × 2,57 m2
Spesifikasi tangga :
- Tebal pelat tangga : 15 cm
- Tebal pelat bordes : 15 cm
- Tul tangga arah x : D16–150
- Tul tangga arah y : Ø10–250
- Tul bordes arah x : D16–150 Gambar 5.3 Potongan 2-2 Tangga
- Tul bordes arah y : Ø10–250
5.2. Perancangan Balok Lift
Pada perancangan lift ini meliputi
balok – balok yang berkaitan dengan ruang
mesin lift, yaitu terdiri dari balok penumpu
dan balok pemisah sangkar. Untuk lift pada
bangunan ini menggunakan lift penumpang
yang diproduksi oleh Hyundai Elevator Co,
Ltd dengan data – data sebagai berikut :
 Tipe Lift : Passenger
 Merk : Hyundai
 Kapasitas : 20 orang/ 1350 kg
 Lebar pintu (opening width)
: 1100 mm
 Kecepatan : 105 m/min
 Dimensi sangkar (car size)
Internal : 2000×1550 mm2
Eksternal : 2100 × 1720 mm2
 Dimensi ruang luncur (hoistway)
: 2550 × 2330 mm2
 Beban reaksi ruang mesin :
R1 = 7800 kg
(berat mesin penggerak lift + beban kereta
Gambar 5.1 Denah Penulangan Tangga + perlengkapan)
R2 = 6000 kg
(berat bandul pemberat + perlengkapan)

7
BAB VI
PERANCANGAN STRUKTUR
UTAMA

Pada perencanaan gedung ini yang


termasuk dalam komponen struktur utama
antara lain :
• Flat Slab
• Kolom
• Dinding Struktural
Data perencanaan Gedung ini
didasarkan atas data – data sebagai berikut :
• Mutu beton : 30 MPa
• Mutu baja : 400 MPa
• Jumlah lantai : 10 lantai
• Tinggi tiap lantai :4m
• Tinggi total bang. : 40 m
• Luas bangunan : 540 m2
• Lokasi : Kepanjen – malang
• Zona Gempa : 4 (menengah)
Gambar 5.4 Balok Penumpu Lift 6.1 Perancangan Pelat dan Flat Slab

Penulangan pelat arah sumbu X


Jalur kolom = D16 - 100
Jalur tengah = D13 - 100
Penulangan pelat arah sumbu Y
Jalur kolom = D16 - 100
Jalur tengah = D13 – 100

Gambar 5.5. Balok Penumpu Depan

Detail

Gambar 5.6 Balok Penumpu belakang

Gambar 6.1 Penulangan Pelat dan


Flat Slab
Gambar 5.7 Balok Pemisah Sangkar

8
Gambar 6.5 Penulangan Kolom 60×60

6.3 Perancangan Dinding Struktural


Gambar 6.2 Detail Pelat dan
Flat Slab

6.2 Perancangan Kolom Detail


Kolom Lt. 1 s/d 3
Dimensi kolom 80 × 80 cm
Tulangan lentur = 12 D25
Tulangan geser = D12 – 150

Gambar 6.6 Penulangan Shear Wall

Gambar 6.3 Penulangan Kolom 80×80

Kolom Lt. 4 s/d 6


Dimensi kolom 70 × 70 cm
Tulangan lentur = 12 D25
Tulangan geser = D12 – 150

Gambar 6.7 Detail Penulangan

Dinding Struktural:
Gambar 6.4 Penulangan Kolom 70×70 - Tebal 40 cm
- Tulangan geser horisontal : 2D13-100
Kolom Lt. 7 s/d 10 - Tulangan geser vertikal : 2D13-100
Dimensi kolom 70 × 70 cm - Tulangan komponen batas : 16-D25
Tulangan lentur = 12 D25 5D12-200
Tulangan geser = D12 – 150

9
BAB VII Efisiensi :
PERANCANGAN STRUKTUR
  D   (m −1) n + (n − 1)m 
PONDASI η= 1 −  arc tg    
 S 90 m n 
7.1 Perancangan Pondasi
Daya dukung tiang pancang : Dimana :
Dari hasil sondir yang memberikan D = diameter tiang pancang
data-data dalam bentuk grafik hubungan
antara besarnya conus dan hambatan pelekat S = jarak antar tiang pancang
pada suatu kedalaman. Dengan menggunakan m = jumlah tiang pancang dalam 1 kolom
grafik tersebut dapat ditentukan kedalam dari
pondasi tiang yang kemudian daya dukungnya n = jumlah tiang pancang dalam 1 baris
dapat ditentukan dengan perumusan : Cek kekuatan : P maks < (Pijin × η)
C. A JHP.P
Qult = +
SF1 SF2
Dimana :
C : Nilai conus yang besarnya
ditentukan diantaranya
menurut :
Mayerhof :
Nilai C diambil harga rata-rata dari
C yang berada 4D
iatas tiang sampai 4D dibawah
ujung tiang.
A : Luas penampang tiang
JHP : Jumlah Hambatan Pelekat
P : Keliling Penampang tiang pancang Gambar 7.1 Denah Pondasi
SF1,SF2: Angka keamanan yang besarnya
masing-masing 3 & 5 7.2 Perancangan Poer
P ijin 1 tiang = Qu
Perhitungan tulangan lentur :
Jumlah tiang pancang yang diperlukan ( n ) :
Untuk menghitung penulangan lentur poer,
ΣPu
n= diasumsikan poer sebagai balok kantilever dan
Pijin terjepit pada kolom (irisan as kolom) seperti
Perhitungan jarak tiang berdasarkan Dirjen gambar dibawah ini.
Bina Marga Departemen PU sebagai berikut :
1.5 D ≤ S ≤ 3D
Untuk jarak tepi tiang pancang :
D ≤ S1 ≤ 1,5 D
dimana : S = jarak antar tiang pancang
D = diameter tiang pancang
Kontrol kebutuhan tiang pancang :
Σ P My × xmak Mx × ymak
P= ± ±
n Σ x2 Σ y2

Gambar 7.2 Gaya – gaya yang bekerja

10
Gambar 7.6 Pot. 1-1 P2
Gambar 7.3 Penulangan pondasi P1
Perhitungan geser ponds :
Dalam merencanakan tebal poer,
harus memenuhi persyaratan bahwa kekuatan
gaya geser nominal harus lebih besar dari
geser pons yang terjadi. Kuat geser yang
disumbangkan beton diambil terkecil dari :
 2  f 'c × bo × d
• Vc = 1 + 
 βc  6
 α × d  f 'c × bo × d
• Vc =  s + 2
 bo  6
1
• Vc = × f ' c × bo × d
3
Dimana :
β c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi
pendek pada kolom
Gambar 7.4 Pot. 1-1 P1 bo = keliling dari penampang kritis pada
poer
αs = 40, untuk kolom interior, 30 untuk kolom
tepi, 20 untuk kolom pojok (SNI 03 – 2847 –
2002 Ps.13.12.2.b)

Gambar 7.5 Penulangan pondasi P2 Gambar 7.7 Penampang Kritis Pondasi

11
dengan menggunakan SRPMM
didapatkan data-data perencanaan
sebagai berikut :
 Mutu Beton : 30 Mpa

 Mutu Baja : 400 Mpa

 Tebal Pelat Lantai : 20 cm


 Jumlah Lantai : 10 Lantai
 Ketinggian /Lantai :4m
Gambar 7.8 Penampang Kritis Pondasi
 Tinggi Total Bang. : 40 m
(potongan melintang)
 Bangunan : 540 m2
 Dimensi Pelat : 600×600 cm
7.3 Perancangan Sloof  Pelat arah sumbu X
Tulangan lentur = 5 D19 Jalur kolom : D16 – 100
Tulangan geser = ∅10 – 200 Jalur tengah : D13 – 100
 Pelat arah sumbu Y
Jalur kolom : D16 – 100
Jalur tengah : D13 – 100
 Dimensi Kolom
Lantai 1 s/d 3 : 80×80 cm
(16-D25)
Lantai 4 s/d 6 : 70x70 cm
(12-D25)
Lantai 7 s/d 10 : 60x60 cm
(8-D25)
Gambar 7.9 Penampang Sloof pada Tumpuan  Dimensi Dinding struktural
dan Lapangan Tebal dinding : 30 cm
Tul. Vertikal : D13 – 100
BAB VIII Tul. Harizontal : D13 – 100
PENUTUP  Panjang Pondasi tiang
Diameter TP : 50 cm
8.1 Kesimpulan Kedalaman : 9 meter
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari Produksi : PT. WIKA
keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan 3. Dengan struktur flat slab, Gedung
dalam penyusunan Tugas Akhir ini sebagai akan tampak tinggi karena tanpa
berikut : adanya balok-balok. Pemasangan ME
1. Dalam perencanaan struktur dengan akan semakin dipermudah dalam
metode Sistem Rangka Pemikul pemasangannya.
Momen dan Dinding struktural yang 4. Struktur bawah bangunan terdiri dari 2
terletak pada daerah yang memiliki jenis pilecap untuk pondasi kolom dan
intensitas gempa sedang perlu pondasi dinding struktural yang
dipertimbangkan adanya gaya lateral menggunakan tiang pancang pracetak
yang bekerja terhadap struktur SPBL dengan dia. 50 cm.
(Struktur Penahan Beban Lateral).
Dalam hal ini, beban gempa struktur 8.2 Saran
bangunan dipikulkan pada struktur Perlu dilakukan studi yang lebih
SPBL yaitu dinding struktural. mendalam untuk perancangan struktur dengan
2. Dari hasil perencanaan struktur sistem flat slab agar menghasilkan
gedung RSUD Kepanjen - Malang perencanaan struktur dengan
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi,

12
dan estetika, sehingga hasil yang diperoleh
sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat,
ekonomis dan tepat waktu dalam
pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.


1983. Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung 1983.
Bandung : Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.
Husin, Nur Ahmad. 2006. Struktur Beton I.
Surabaya : Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan ITS.
Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan.
2002. SNI-03-1726-2002 Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Bangunan Gedung. Badan
Standardisasi Nasional.
Purwono, Rachmat. 2005. Perencanaan
Struktur beton Bertulang Tahan
Gempa. Surabaya : itspress.
Purwono, Rachmat, dkk. 2007. Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung SNI-03-2847-
2002 Dilengkapi Penjelasan (S-
2002). Surabaya : itspress.
Wang, C.K.; Charles G Salmon. 1992. Desain
Beton Bertulang. Jakarta : Erlangga.
Untung, Djoko. 2000. Teknik
pondasi.Surabaya : Teknik Sipil. ITS.

13

Anda mungkin juga menyukai