Anda di halaman 1dari 4

“Sebagai mahasiswa, kita harus mengerti kita kuliah di mana, di bidang apa, dan seberapa besar bidang

itu di Indonesia ini. Kalau kamu ikut TKIMAI, kamu akan sadar akan betapa besar skala dan betapa
pentingnya bidang arsitektur di Indonesia” jelas Aflah Rihadannafis (A’16), mengenai pentingnya peran
TKIMAI di lingkungan mahasiswa aristektur se-Indonesia.

Temu Karya Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Indonesia (TKIMAI) kembali diselenggarakan untuk ke-35
kalinya di Yogyakarta pada bulan Juli lalu. Acara ini melibatkan ribuan mahasiswa dari lebih dari 100
kampus di 20 Badan Pekerja Rayon (BPR) dari seluruh Nusantara. TKIMAI itu bukan sekedar ajang
kumpul-kumpul saja, loh! Diadakan sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, TKIMAI
mewadahi berbagai kegiatan yang mengacu padanya. Tiap kegiatan memiliki banyak manfaat dan
membawa dampak yang baik kepada masyarakat. “Selain itu, tujuan diadakannya TKIMAI sebenarnya
sebagai ajang untuk mempererat mahasiswa arsitektur Indonesia, yang nantinya rangkaian kegiatan di
dalam TKIMAI sendiri itu berbeda-beda.” ujar DIni Restiani (A’17)

Rangkaian kegiatan TKIMAI itu banyak dan beragam. Sebagai pembuka, diadakan seminar nasional
sesuai tema yang diusung pada tahun itu, lalu kegiatan utamanya terbagi menjadi 4 paket yaitu forum
komunikasi, diskusi ilmiah, workshop/pameran, dan pengabdian masyarakat. Selama satu minggu,
setiap peserta diperbolehkan memilih untuk mengikuti salah satu jenis kegiatan yang mereka inginkan.

Forum komunikasi yang kerap disingkat sebagai Forkom ini merupakan kegiatan yang mewadahi para
peserta untuk bertukar pikiran memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan mahasiswa arsitektur
Indonesia dalam sebuah forum, baik itu tingkat nasional, regional, maupun kampus. Forkom ini ada tiga
sidang, antara lain Sidang Pleno 1, Sidang Pleno 2, dan Sidang Pleno 3. “Kalau Sidang Pleno 1 itu
presidiumnya yang tahun lalu disini, bahasannya secara umum seperti tatib (tata tertib) yang
dilaksanakan dari pagi hari sampai pagi hari juga. Untuk Sidang Pleno 2 itu forumnya dibagi tiga lagi, ada
bidang organisasi, pengabdian masyarakat, dan pendidikan” ujar Amalia Gina (A’17). Berbeda dengan
diskusi ilmiah, masalah yang diangkat tidak harus terkait dengan tema. Setelah semua masalah
diutarakan, masing-masing diklasifkasikan dalam satu dari tiga bidang dalam Sidang Pleno 2, sehingga
ada yang masuk dalam bidang organisasi, pengabdian masyarakat, atau pendidikan. Forum kemudian
dipecah per bidang untuk mencari solusi masalah sesuai bidangnya. Bidang organisasi biasanya
mendiskusikan tentang keorganisasian, seperti himpunan mahasiswa atau badan eksekutif mahasiswa.
“Jadi membahas suatu masalah dari tingkat jurusan, fakultas, BPR, Regional, baru nanti kalau udah gak
bisa dibawa ke BPR baru ke tingkat nasional. Masalah itu dibahas per urgent nya gitu.” Ujar Amalia Gina
(A’17). Contohnya, jika sebuah universitas belum memiliki himpunan mahasiswa, maka kampus tersebut
dapat mengajukan pembentukan himpunan dalam forum tersebut. Bidang pengabdian masyarakat
biasanya membahas masalah yang terjadi di masyarakat setiap daerah. Mulai dari dampak galian
tambang hingga progres desa binaan setiap daerah. Pembahasan bidang pendidikan lebih condong ke
kurikulum, seperti membandingkan fokus jurusan arsitektur dari berbagai kampus. “Masalah yang
belum bisa dipecahkan nanti dibawa ke FKK (Forum Komunikasi Khusus) diluar TKIMAI.” ujar Amalia
Gina (A’17). Seluruh hasil diskusi, solusi, dan keputusan yang dibuat selama forum akan dijadikan satu
dalam sebuah konsideran. Pembahasan terakhir forum juga meliputi penentuan tuan rumah untuk
TKIMAI berikutnya.

Untuk workshop/pameran itu sendiri, setiap BPR membawa empat jenis karya untuk ditamplkan, di
antaranya yaitu poster, maket kawasan wisata, maket rumah adat, dan instalasi. Sebelum TKIMAI
dimulai, karya sudah harus selesai. “Tim pameran itu yang paling ribet persiapannya. Setiap rapat kita
sudah harus mempersiapkan produk yang akan dibawa ke Yogyakarta saat TKIMAI.” ujar Dewa Ayu
(angkatan 2017) sebagai perwakilan tim pameran dari Universitas Brawijaya. Karya yang dibawa pun Commented [AF1]: Ga bisa ngequote aku 

bukan sembarang karya, melainkan harus mencerminkan kebudayaan setiap daerah. Pameran
berlangsung selama tiga hari, terbuka untuk umum dan bersifat gratis.

Di pengabdian masyarakat, peserta akan diminta untuk memecahkan masalah secara langung di
lapangan. Masalah yang diselesaikan sesuai dengan tema yang diusung. Contohnya, pada TKIMAI XXXIV
silam dengan tema ”Archipelago” peserta melakukan mapping desa-desa terpencil yang sulit dijangkau
namun memiliki potensi. Tema yang diusung pada TKIMAI XXXV Yogyakarta adalah “Wajah Kota” dan
lebih dicodongkan kepada ecotourism. Tim pengabdian masyarakat ditugaskan untuk mengembangkan
sebuah dusun dalam sektor pariwisata. “Pertama, lahan yang berpotensi akan dipilih dan konsep
pengembangan akan didiskusikan dengan warga setempat terlebih dahulu. Kemudian dilakukan
mapping dan survey lapangan. Setelah itu, tim akan mengajukan sebuah desain ke perangkat desa.
Setelah disetujui , desain tersebut akan dibangun bersama-sama dengan warganya juga.” jelas
Alexander Bramantyo (A’17), yang lebih akrab dipanggil Bram, yang merupakan salah satu peserta paket
pengabdian masyarakat. “Orang-orang di sana itu ingin mengembangkan desanya, seperti pada Desa
Kemiri, desa ini dulunya merupakan salah satu desa wisata yang terkenal dengan Kali Bedog nya.” Ujar
Afifah Khairunnisa (A’17). “Tapi dulu itu sempat ada angin puting beliung yang merusak desa itu, jadi kita
turut membangun desa itu agar menjadi desa wisata yang aman dan tetap estetik, contohnya
membangun jembatan dari instalasi bambu sama membangun shelter bagi pengunjung desa itu biar ada
naungannya.” lanjut Dini Restiani (A’17). Material tersebut sudah dipersiapkan dan menggunakan
material setempat. Salah satu karya pengabdian masyarakat lainnya adalah panggung outbound untuk
menunjang pariwisata pendidikan di Dukuh Balong. Pengabdian masyarakat dimulai dari kegiatan senam
di pagi hari, kemudian ada pengabdian itu sendiri mulai dari siang sampai sore hari, lalu dilanjutkan
dengan adanya evaluasi. Terkadang juga ada presentasi kepada warga desa setempat, seperti contohnya
presentasi desain jembatan Desa Kemiri yang akan dibangun, sehingga ini menjadi sarana sharing
pendapat antara mahasiswa arsitektur Indonesia dengan warga desa setempat. “Pengabdian
masyarakat itu seru sih, bisa kenal dari BPR lain yang satu desa wisata, terus bisa sharing informasi
terkait arsitektur dari berbagai universitas, dan kita bisa akrab dengan warga setempat.” Ujar Afifah
Khairunnisa (A’17).

Sebelum TKIMAI, peserta yang mengikuti paket dikusi ilmiah diharuskan membuat sebuah makalah
untuk dibawa saat kegiatan. Setiap BPR mengirimkan 6 orang wakil. Bersama-sama mereka akan meriset
isu terkait tema TKIMAI yang ada di daerah mereka lalu menuangkan hasilnya dalam sebuah makalah.
Makalah tersebut kemudian akan didiskusikan bersama beberapa BPR lain dalam sebuah focus group.
Hasil diskusi tersebut lalu dipresentasikan di depan seluruh peserta diskusi ilmiah. “Terkait tema tahun
ini (Wajah Kota), kami dari BPR 5 Jawa Timur mengangkat tema Kampung Lawas Maspati di Surabaya,
tentang apakah yang dapat digunakan sebagai landmark kawasan tersebut. Alhamdulillah, hasil tulisan
kami kemarin masuk 5 besar!” tutur Kenny Oktaviana (A’16) sebagai peserta diskusi ilmiah.

Seluruh rangkaian acara TKIMAI XXXV Yogyakarta tentu membawa manfaat bagi banyak orang. Dari sisi
pribadi, para delegasi dapat menambah relasi karena bertemu dengan mahasiswa, akademisi, maupun
praktisi yang hadir pada saat itu. “Aku dalam satu waktu bisa bertemu dengan praktisi-praktisi
Arsitektur: Beli Gede dari Bali, Yu Sing dan Pak Andra Matin," cerita Bram (A’17) sambil berbinar-binar.
Bertemu dengan mahasiswa dari ratusan kampus yang ada di nusantara juga menyadarkan delegasi
tentang kondisi berbagai daerah yang berbeda-beda, kekurangan dan kelebihannya. Manfaat dari
TKIMAI bukan hanya untuk delegasi-delegasi, orang-orang yang tidak mengikutinya pun bisa terkena
dampak baiknya. Mahasiswa arsitektur se-Indonesia dipengaruhi secara langsung oleh hasil dan
keputusan-keputusan forum komunikasi. Hasil pengabdian masyarakat akan membantu pengembangan
desa yang dibantunya. Makalah dari diskusi ilmiah dapat memunculkan bibit-bibit riset yang dapat
dikembangkan.

Untuk peserta di TKIMAI itu ada 3 jenisnya, yaitu peserta peninjau yang baru pertama kali ikut TKIMAI,
peserta penuh yang sudah beberapa kali ikut TKIMAI, dan peserta SC (senior). Peserta ini ditinjau
berdasarkan berapa kali universitas itu ikut TKIMAI. Untuk peserta dari Universitas Brawijaya ini sendiri
merupakan peserta penuh.

“Ikut! Pokoknya ikut.” Jawab Bram ketika ditanya, apa pesan darinya untuk teman-teman yang belum
ikut TKIMAI? “Awalnya aku ragu untuk ikut TKIMAI karena aku takut tidak bisa mandiri selama di
Yogyakarta, tapi sesampai di sana aku bertemu dengan banyak sekali teman baru. Itu membuatku lebih
tenang.“ ujar Dewa tentang pengalamannya. “Ikutlah, Ikut, biar mendapatkan esensi dari TKIMAI itu
juga, gak cuma jalan-jalan aja.“ Ujar Amalia ketika ditanya pesan untuk teman-teman yang belum ikut
TKIMAI. “Ikut, biar kita tau dunia luar, biar gak di dalam tempurung aja.” Tambah Dini. “Ikut ajasih,
rasakan sendiri, biar gak cuma denger-denger dari cerita orang aja.” Ujar Afifah sambil tersenyum.
“Kalau kalian mau ikut TKIMAI, jangan lupa tugas kalian. Kalian salah satu delegasi terpilih, mewakili
kampus. Jangan sampai kalian ikut TKMAI dan melewati segala manfaat dari kegiatan-kegiatan karena
kalian tidak bertanggung jawab.” Tambah Aflah Rihadannafis (A’16) sebagai delegasi Universitas
Brawijaya untuk forum komunikasi.

Bagaimana? Apakah TKIMAI benar seperti yang kalian bayangkan selama ini?

Delegasi TKIMAI XXXV Yogyakarta Arsitektur Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai

  • Denah Pondasi Tiang Pancang
    Denah Pondasi Tiang Pancang
    Dokumen1 halaman
    Denah Pondasi Tiang Pancang
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • UU Nomor 6 Tahun 2017
    UU Nomor 6 Tahun 2017
    Dokumen35 halaman
    UU Nomor 6 Tahun 2017
    Eugenia Angie
    Belum ada peringkat
  • I A I
    I A I
    Dokumen63 halaman
    I A I
    kawanbahagia22
    Belum ada peringkat
  • Studi Kasus M4
    Studi Kasus M4
    Dokumen1 halaman
    Studi Kasus M4
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Etprof Minggu 2
    Etprof Minggu 2
    Dokumen16 halaman
    Etprof Minggu 2
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Etprof Minggu 1
    Etprof Minggu 1
    Dokumen34 halaman
    Etprof Minggu 1
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Ifu Dinding
    Ifu Dinding
    Dokumen1 halaman
    Ifu Dinding
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Kolom Balok Detail Jurnal PDF
    Kolom Balok Detail Jurnal PDF
    Dokumen13 halaman
    Kolom Balok Detail Jurnal PDF
    Intan Rosita Dewi
    100% (1)
  • Artikel Tkimai Fix
    Artikel Tkimai Fix
    Dokumen4 halaman
    Artikel Tkimai Fix
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Modular 2
    Modular 2
    Dokumen27 halaman
    Modular 2
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Bian
    Bian
    Dokumen1 halaman
    Bian
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Korelasi Spearman
    Korelasi Spearman
    Dokumen30 halaman
    Korelasi Spearman
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Mektek Uts 1
    Mektek Uts 1
    Dokumen1 halaman
    Mektek Uts 1
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Kesediaan
    Kesediaan
    Dokumen1 halaman
    Kesediaan
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Artikel Tkimai Fix
    Artikel Tkimai Fix
    Dokumen4 halaman
    Artikel Tkimai Fix
    Intan Rosita Dewi
    Belum ada peringkat