Anda di halaman 1dari 44

BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelat adalah struktur planar kaku yang secara khusus terbuat dari material
monolit yang tinggi nya lebih kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya.
Beban yang umumnya bekerja pada pelat mempunya sifat banyak arah dan tersebar.
Sejak digunakannya beton bertulang modern untuk pelat, hampir semua gedung
menggunakan material ini sebagai elemen pelat. Pelat dapat ditumpu diseluruh
tepinya, atau hanya pada titik tertentu (misalnya kolom- kolom), atau campuran
menerus dan tittik. Kondisi tumpuan dapat berbentuk sederhana atau jepit. Adanya
kemungkinan variasi kondisi tumpuan menyebabkan pelat dapat digunakan untuk
berbagai keadaan. Pelat beton bertulang merupakan panel-panel beton bertulang yang
memungkinkan bertulang satu arah atau dua arah, tergantung system strukturnya. Jika
nilai perbandingan antara panjang dan lebar pelat lebih dari 2, digunakan penulangan 1
arah ( one way slab ). Dan apabila nila perbandingan antara panjang dan lebar pelat
tidak lebih dari 2 maka digunakan penulangan dua arah ( two way slab ). Dalam
Makalah ini kami membahas pelat 2 arah.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang di maksud dengan Pelat Dua Arah?.
1.2.2 Apa fungsi dan Jenis dari Plat Dua Arah?.
1.2.3 Bagaimana Penjelasan dari Sistem - Sistem Pelat Dua Ara?.
1.2.4 Apa yang di maksud dengan Lajur Kolom dan Lajur Tengah pasda Sistem
Pelat Dua Arah?.
1.2.5 Apa yang di maksud dengan Ketebalan Minimum pada Desain Pelat Dua
Arah?.
1.2.6 Bagaima cara memperhitungkan Transfer Momen Pelat Pada Kolom?.
1.3 Tujuan
1.3.1 Kita dapat menjelaskan mengenai makna, sekaligus Fungsi dan Jenis dari
Desain Pelat Dua Arah.
1.3.2 Kita dapat memahami Sistem - sistem Pelat Dua Arah serta cara
perhitungannya.
1.3.3 Kita dapat memahami apa yang di maksud dengan Lajur Kolom dari Pelat Dua
Arah.
1.3.4 Kita dapat memahami apa yang dimaksud dengan Ketebalan Minimum dari
Pelat Dua Arah.
1.3.5 Kita dapat memperhitungkan Transfer Momen Pelat Dua Arah
1.4 Manfaat

Kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam


pemecahan masalah, oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. Bagi Penulis
Sebagai upaya untuk meningkatkan Ilmu pengethuan di bidang
Perancangan Struktur Beton Bertulang dan menerapkan Ilmu yang di peroleh
di bangku kuliah pada Politeknik Negeri Malang
2. Bagi Politeknik Negeri Malang Jurusan Teknik Sipil
Sebagai bahan Pustaka untuk memperluas wawasan dan Memperdalam
pengetahuan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil yang menelaah Perancangan
Struktur Beton Bertulang.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelat

Pelat beton dibuat untuk menyediakan suatu permukaan horizontal yang rata
pada lantai bangunan, atap, jembatan atau jenis struktur lainnya. Pelat beton dapat di
tumpu oleh dinding balok, kolom, atau dapat juga terletak langsung di atas tanah (slab
on ground). Pada struktur balok pelat, umumnya balok dan pelat dicor secara
bersamaan sehingga menghasilkan suatu kesatuan struktur yang monolit. Ketebalan
dari pelat beton umumnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan ukuran bentangannya.

2.2 Jenis - jenis Pelat

Pada umumnya struktur pelat beton dalam suatu bangunan gedung dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:

1. Pelat Satu Arah.


Jika Sistem pelat hanya di tumpu di kedua sisinya, maka pelat tersebut akan
melentur atau mengalami ledutan dalam arah tegak lurus dari sisi tumpuan.
Beban akan di distribusikan oleh pelat dalam satu arah saja yaitu ke arah
tumpuan. Pelat jenis ini disebut juga dengan pelat satu arah. Apabila pelat
tertumpu di keempat sisinya, dan rasio bentang panjang terhadap bentang
pendek lebih besar atau sama dengan 2, maka hampir 95% beban akan
dilimpahkan dalam arah bentang pendek , dan pelat akan menjadi sistem pelat
satu arah. Sistem pelat satu arah cocok digunakan pada bentangan 3-6 meter,
dengan beban hidup 2,5 - 5 kN/ m2 ■
2. Sistem Pelat Rusuk (Joist Construction).
Sistem pelat rusuk terdiri dari pelat beton dengan ketebalan 50 hingga 100
mm, yang ditopang oleh sejumlah rusuk dengan jarak beraturan. Rusuk
mempunyai lebar minimum 100 mm dan mempunyai tinggi tidak lebih
dari 3,5 kali lebar minimumnya. Rusuk biasanya berisi miring dan di susun
dalam jarak tertentu yang tidak melebihi 750 mm. Rusuk di topang oleh balok
induk utama yang langsung menumpu pada kolom. Jarak antar rusuk dapat
dibentuk dengan bekisting kayu atau baja yang dapat di lepas, atau dapat juga
digunakan pengisi permanen berupa lempung bakar atau ubin betonyang
memiliki kuat tekan minimalsama dengan kuat tekan beton yang digunakan
pada pelat rusuk. Sistem pelat rusuk cocok digunakan untuk struktur pelat
dengan bentangan 6-9 m serta memikul beban hidup sebesar 3,5 - 5,5 kN/ m2 ■
3. Pelat Dua Arah
Apabila struktur pelat beton ditopang di keempat sisinya, dan rasio antara
bentang panjang terhadap bentang pendeknya kurang dari 2, maka pelat
tersebut dikategorikan sebagai sistem pelat dua arah. Sistem pelat dua arah
sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut:

13.......—ir n-----B-
(a) Pelat
Arah
Satu (b) Pelat Dua
Arah - - - -ir
(c) Pelat Satu Arah

(d) Pelat Datar (Flat (e) Slab Datar (F/atSiab) (f) Pelat Rusuk Dua Arah
Plate) (Waffie)
a. Sistem Balok Pelat dua arah
Pada Sistem struktur ini pelat beton ditumpu oleh balok di keempat sisinya.
Beban dari pelat ditransfer ke keempat balok penumpu yang
selanjutnya mentrasfer bebannya ke kolom. Sistem pelat dua arah dengan
balook ini dapat digunakan untuk bentangan 6-9 meter, dengan beban
hidup sebesar 2,5-5,5 kN/ m2 ■ Balok akan meninggalkan kekakuan pelat,
sehingga ledutan yang terjadi akan relatif kecil.
b. Sistem Slab Datar (flat slab)
Ini merupakan sistem struktur pelat beton dua arah yang tidak memiliki
balok penumpu di masing - masing sisinya. Beban pelat ditrasfer
langsunng ke kolom cenerung akan menimbulakan kegagalan geser pons
pada pelat, yang dapat di cegah dengan beberapa alternatif:
Memberikan penebalan setempat pada pelat (drop panel) serta
menyediakan kepala kolom (column capital)
Menyediakan penebalan panel namun tanpakepala kolom, panel di
sekitar kolom harus cukup tebaluntuk memikul teijadinya tegangan
tarik diagonal yang muncul akibat geser pons
Menggunakan kepala kolom tanpa ada penebalan panel, namun hal
ini jarang diaplikasikan sistem slab datar dapat digunakan untuk
bentangan 6-9 meter, dengan beban hidup sebesar 4-7 kN/
2
m■
c. Sistem Pelat Datar (flat plate).
Sistem ini terdiri dari pelat yang tertumpu langsung ke kolom tanpa
adanya penebalan panel dan kepala kolom. Potensi kegagalan struktur
terbesar akan timbul akibat geser pons, yang akan menghasilkan tegangan
tarik diagonal. Sebagai akibat tidak adanya penebalan panel dan kepala
kolom, maka dibutuhkan ketebalan pelat yang lebih besar atau dengan
memberikan penulangan ekstra di area sekitar kolom.
Sistem slab datar dapat digunakan untuk struktur pelat dengan bentangan
6-7,5 m dan beban hidup sebesar 2,5-4,5 kN/ m2 .
d. Pelat Dua Arah Berusuk dan Pelat Waffle.
Ini merupakan sistem pelat dua arah dengan ketebalan pelat antara 50 mm
hingga 100 mm yang di tumpu oleh rusuk - rusuk dalam dua arah. Jarak
amtar rusuk berkisar antara 500 mm hingga 750 mm. Tepi - tepi pelat
dapat ditopang oleh balok, atau dapat juga pelat langsung menumpu pada
kolom dengan memberikan penebalan pada pelat di sekitar kolom. Sistem
pelat yang di sebutkan terakhir sering di sebut dengan istilan pelat waffle.
2.3 Sistem Pelat Dua Arah

Analisis yang eksak, dari suatu sistem pelat dua arah biasanya cukup kompleks, karena
struktur ini dapat dikategorikan sistem struktur statis tak tentu berderajat tinggi. Guna
melakukan analisis terhadap sistem pelat dua arah, dapat digunakan metode numerik
seperti metode elemen hingga. Namun guna keperluan praktis dalam hal desain sistem
pelat dua arah, maka dalam SNI 2847:2013 Bab 13 diberikan metode penyederhanaan
analisis sistem pelat dua arah. Dalam hal analisis maka boleh diasumsikan bahwa pelat
adalah merupakan balok lebar dan pendek, yang bersama - sama dengan kolom di atas
dan bawahnya membentuk suatu portal kaku

Peraturan SNI memberikan dua buah metode pendekatan dalam melakukan


analisis dan desai suatu sistem struktur pelat dua arah, yaitu:

a. Metode Perencanaan langsung (Direct Design Method, DDM), dirumuskan


dalam SNI 2847:2013 Pasal 13.6, merupakan prosedur pendekatan untuk
analis dan desain pelat dua arah. Metode ini dibatasi untuk sistem pelat yang
dibebani oleh beban terdistribusi merata, sertatertumpu oleh kolom - kolom
dalam jarak yang sama atau hampir sama. Metodeperencanaan langsung ini
menggunakan sejumlah koefisien untuk menentukan besarnya momen rencana
pada lokasi - lokasi kritis.
b. Metode Rangka Ekuivalen (Equivalent Frame Method, EFM), di rumuskan
dalam SNI Pasal 13.7. struktur bangunan 3 dimensi dibagi - bagi menjadi
beberapa rangka ekuivalen dua dimensi, pembagian tersebut dilakukan dengan
cara membuat potongan sepanjang garis tengah di antara kedua kolom.
Struktur rangka dianalisis secara terpisah lantai per lantai dalam arah
memanjang dan melintang.

2.4 Lajur Kolom dan Lajur Tengah


Gambar berikut memperlihatkan bagian dalam dari suatu pelat dua arah yang di topang
oleh kolom A, B, C dan, D. Apabila pelat dibebani secara merata, maka pelat akan
mengalami ledutan dalam kedua arah, dengan ledutan terbesar terjadi di tengah pelat,
pada daerah O. Bagian O, E, F, G dan, H akan mengalami momen positif, sedangkan
daerah di sekitar kolom akan mengalami momen negatif maksimum.

lajur tengah

L 1

- 47 F
B
1
A i
T i

1 0 G11
E

1
1 F B 1
A

i f
1
r
Perhatikan lajur AFB, lajur ini mengalami lentur seperti halnya suatu balok
X = 0,25/. atau 0,25/2
(diambil yang terkecil)

menerus, yang memiliki momen negatif di A dan B, serta momen positif di F. Lajur ini
menerus di kedua sseperti lajur AFB. Dengan isinya, dan membentuk lajur kolom.
Selanjutnya Perhatikan lajur EOG, pada lajur ini akan timbul momem negatif pada E
dan G, serta momen positif pada O, lajur ini disebut sebagai lajur tengah. Lajur
berikutnya adalah lajur DHC, yang memiliki perilaku yang sama seperti lajur AFB.
Dengan demikian dalam arah horizontal, pelat tersebut dapat dibagi menjadi 3 lajur,
yaitu dua buah lajur kolom (AFB dan DHG) serta satu buah lajur tengah EOG. Dengan
cara yang sama, maka dalam arah vertikal dapat dibagi pila menjadi 3 lajur, yaitu dua
buah lajur kolom (AED dan
BGC),serta sebuah lajur tengah FOH.

Lebar lajur kolom ditentukan dalam SNI 2847:2013 pasal 13.2.1, yang
menyatakan bahwa lajur kolom adalah suatu ljur rencana dengan lebar pada masing -
masing sisi sumbu kolom sebesar nilai yang terkecil antara 0,25 Z x dan 0,25l2 ,
termasuk balok di dalamnya jika ada.

Lajur yang terbantuk di antara dua buah lajur kolom, selanjutnya didefinisikan
sebagai lajur tengah.

2.5 Ketebalan Minimum

SNI 2847:2013 Pasal 9.5.3 menentukan minimumpelat dua arah untuk mencegah
terjadinya ledutan berlebihan. Karena perhitungan ledutan dari pelat dua arah cukup
rumit, dan utuk mencegah ledutan yang besar, maka ketebalan dapat di tentukan
menggunakan rumus empiris sebagai beriku:

/ 10 8 + |
1. Untuk 0,2 ^°'/in<2,0, ’ 1400/ namun tidak kurang dari
36+5p(afm-0,2)
125 mm.

/ 10 8 + I
2. Untuk crfm> 0,2, "I ’ 1400/ namun tidak kurang dari 90
h=-------------- -- - -
36 + 9/3
mm.
3. Untuk afm<o,2, h = ketebalan minimum pelat tanpa balok
Dengan:
Zn=6 Panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi dua
arah, diukur dari muka ke muka tumpuan pada pelat tanpa balok, dan muka ke
muka balok atau tumpuan lain pada kasus lainnya (mm)
/3 = 6 Rasio bentang bersih dalam arah panjang terhadap arah pendek dari
pelat dua arah
a
fm = L nilai rata - rata untuk semua balok pada tepi - tepi dari
suatu pelat

a f —i rasio kekakuan lentur penampang balok (EcbIb) terhadap kekakuan


lentur pelat (ECSIS) , yang dibatasi secara lateral oleh garis - garis sumbu
tengah dari pelat - pelat yang bersebelahan pada tiap sisi balok
Ib=L Momen inersia bruto dari penampang balok terhadap sumbu berat,
penampang balok mencangkup pula bagian pelat pada setiap sisi balok
sebesar proyeksi balok yang berada di atas atau di bawah pelat, namun tidak
lebih dari empat kali tebal pelat
IS=L Momen inersia bruto dari penampang pelat

fy Tanpa Penebal Panel Dengan Penebal Panel


(MPA Panel Luar Panel Panel Luar Panel
Tanpa Denga Dalam
Tanpa Denga
)
Balok n Balok n
I„ /3 / /
280 I„ /33 I„ /36 I„ /36
6 40 40
/
420 In /30 In /33 3 In /33 In /36 In /36

3 I„ /3
/ / / /
520 /31
28 31 1 34 34

Tebal minimum pelat tanpa balok dalam seperti ditentukan dalam tabel di atas
tidak boleh kurang dari 120mm(untuk pelt tanpa penebal panel), atau tidak
kurang dari 100mm (untuk pelat dengan penebal panel). Dalam SNI
2847:2013 Pasal 9.5.3.3.(d) disyaratkan bahwa untuk panel dengan tepi yang
tidak menerus, maka balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan a yang tidak
kurang dari 0,8. Atau sebagai alternatif, ketebalan maksismum
yang dihitung dari persamaan dan

h
=

harus di naikkan minimal 10%.

Contoh Soal:
Suatu sistem pelat datar (flat-plate) dengan ukuran pelat 7m X 6m di tumpu oleh
kolom persegi berukuran 500mm X 500mm. Tentukan Ketebalan minimum pelat
yang di syaratkan dalam Peraturan SNI 2847:2013 untuk pelat dalam dan pelat sudut
seperti dalam gambar di samping. Pada struktur tersebut tidak di gunakan balok tepi.
Gunakan f c = 20 MPa, f y = 400 MP a.
1. Untuk pelat sudut (1), tebal minimum adalah ln /30 (dapat dilihat dari
Tabel), maka

l =7.000 — 2 — =6.500 mm
2

, 6.500
h
'-'=—^=2l6’67mm
2. Untuk pelat dalam (2), tebal minimum adalah ln /33, sehingga:
^n = -|^ = 196,97 mm

Jika ketebalan pelat yang akan digunakan seragam, maka dapat diambil tebal
pelat sebesar 220 mm.

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Metode Sistem - sistem Pelat Dua Arah

Peraturan SNI memberikan dua buah metode pendekatan dalam melakukan analisis
dan desai suatu sistem struktur pelat dua arah, yaitu:

3.1.1 Metode Perencanaan Langsung Pelat Dua Arah


Untuk menggunakan metode perencanaan langsung pada sistem pelat dua
arah, maka SNI 2847:2013 Pasal 13.6.1 memberikan beberapa batasan berikt:
1. paling sedikit ada 3 bentang menerus dalam setiap arah.
2. Pelat berbentuk persegi, dengan perbandingan antara bentang panjang
terhadap bentang pendek diukur sumbu tumpuan, tidak lebih dari 2.
3. Panjang bentang yang bersebelahan, diukur antara sumbu ke sumbu
tumpuan, dalam masing - masing arah tidak berbeda lebih dari sepertiga
bentang terpanjang.

4. Posisi kolom boleh menyimpang maksimum sejauh 10% panjang bentang


dari garis - garis yang menghubungkan sumbu - sumbu kolom yang
berdekatan.
5. Beban yang di perhitungkan hanyalah beban gravitasi dan terbagi merata
pada seluruh panel pelat, sedangkan beban hidup tidak boleh melebihi 2
kali beban mati.
6. Untuk satu panel pelat dengan balok di antara tumpuan pada semua sisinya,
kekakuan relatif balok dalam dua arah yang tegak lurus,

ttf 1 ^2
-----2 tidak boleh kurang dari 0,2 dan tidak lebih daripada 5,0. af J2

Apabila sebuah balok tertumpu sederhana dan memikul beban merata q


kN/ m2 , maka momen positif maksimum akan teijadi di tengah bentang
sebesar M0=ql2/8 , dengan l± adalah panjang bentang balok. Apabila balok
teijepit di kedua sisinya atau merupakan balok menerus dengan momen
negatif yang sama di kedua ujungnya, maka momen total M0=Mp (momen
positif pada tengan bentang) Mn
(momen negatif pada tumpuan) = ql2/8 (lihat gambar di contoh
soal ketebalan minimum). Selanjutnya apabila balok memikul beban
merata Qu kN/ m2 dari sebuah pelat selebar l2 , yang tegak lurus terhadap
bentang balok, l± , maka, momentotal terfaktor yang timmbul pada balok
adalah:
Mo = (qu.l2}^
Dalam persamaan , h diukur dari pusat ke pusat
atau dari tumpuan dalam arah momen yang ditinjau. Pada kenyataannya
momen total yang teijadi dihitung berdasarkan bentang bersih balok, In ,
yang diukur dari muka ke muka tumpuan dalam arah momen yang
ditinjau. Dalam SNI 2847:2013 pasal 13.6.2.5 disebutkan bahwa nilai In,
tidak boleh diambil kurang dari 65% Zi, sehingga :
In2
Mo = (qu. /2) 8

Bila momen total statik, Mo, dihitung dalam arah memanjang, maka
dapat dituliskan Mos. Untuk pelat-pelat pada sisi dalam yang tipikal,
maka besarnya Mo akan terbagi menjadi momen positif di tengah
bentang, Mp, serta

Momen terfaktor negatif = 0,65 Mo

Momen terfaktor positif = 0,35 Mo


Gambar menunjukkan distribusi momen pada suatu pelat dalam, dengan
bentang h > l2.
Mn2
■ r
I

/n2

|
I 1 Mn2
1 1 1 L- = (qu.li) >22/8
M

Mm = 0,65 Moi Mpi


Mpi = 0,35 Moi

Gambar di bawah menunjukkan Distribusi momen static total menjadi


momen positif dan negative.
Distribusi momen pada bentang ujung sangat dipengaruhi oleh jenis
tumpuan ujung, apakah tak terkekang (pelat hanya ditumpu sederhana
pada dinding batu atau dinding beton) atau terkekang penuh (pelat dicor
monolit dengan dinding beton bertulang yang kaku,sehingga hanya
memungkinkan terjadi rotasi kecil). Distribusi momen total statik pada
bentang ujung, Mo, ditunjukkan sebagai berikut:

z > , ln2
Mo = (qu. l2) y

Tabel distribusi momen pada pelat ujung


Momen Tepi Luar Pelt Pelat Tanpa Balok Tepi Luar
di
Terfaktor Tak dengan Terkekan
Antara Tumpuan - g
Terkekan Balok di
g Tanpa | Dengan Penuh
Balok Balok
Tepi Tepi
Antara
Negati —Semua
f 0,75 — 0,70 0,70 0,65
Dalam 0,70
Positif 0,63 0,57 0,52 0,50 0,35
Negati
f 0 0,16 0,26 0,30 0,65
Luar

Momen static terfaktor total yang dibahas sebelumnya sebagian harus


didistribusikan ke kedua buah lajur kolom dan ke kedua lajur tengah pada
panel yang berdekatan seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah ini
(distribusi momen pelat ke lajur kolom dan lajur tengah). Besarnya
distribusi momen kelajur kolom dan lajur tengah merupakan fungsi dari
rasio /2/ h dan Dt sebagai berikut:

Ecb. Ib Kekakuan balok


Ecs. Is kekakuan pelat

Ecb.I
2. Es. Is
____________Kekakuan torsi balok tepi____________ kekakuan lentur
pelat selebar panjang bentang balok

Dengan, C = kekakuan torsi = L 1—

Besarnya x dan y adalah dimensi dari


setiap komponen balok persegi dengan x < y. persentase dari momen
rencana yang didistribusikan ke lajur kolom dan lajur tengah untuk pelat
luar dan pelat dalam ditampilkan dalam table dibawah ini (4 tabel)

1. Tabel Presentase Momen pada Lajur Kolom untuk Pelat Dalam (SNI
2847:2013. Pasal 13.6.4)

Momen Rasio
0,5 1,0 2,0
Negatif 0 75 75 75
tumpuan
> 1,0 90 75 45
dalam
Positif 0 60 60 60
ditengah
>1,0 90 75 45
Bentang

2. Tabel Presentase Momen paada Pelat Dalam Dua Arah Tanpa

Balok (1= 0)

Momen Negatif Momen Positif


Momen Pelat -0,65 M o +0,35 M o

Lajur Kolom 0,75(-0,65 Mo ) = 0,60(0,35 Mo ) = 0,21

-0,49 Mo Mo
Lajur Tengah 0,25(-0,65 Mo ) = 0,40(0,35 Mo ) = 0,14

-0,16 Mo Mo

3. Tabel Presentase Momen pada Lajur Kolom untuk Pelat Luar (SNI
2847:2013, Pasal 13.6.4)

Rasio I /1!
a
f 1 2/ 1
1 1
pf 2

0,5 1,0 2,0


0 100 100 100
Momen negatif pada 0
> 2,5 75 75 75
tumpuan luar 0 100 100 100
> 1,0
> 2,5 90 75 45
Momen positif di 0 - 60 60 60
tengah bentang > 1,0 - 90 75 45
Momen negatif pada 0 - 75 75 75
tumpuan dalam > 1,0 - 90 75 45

4. Tabel Presentase Momen Lajur Kolom dan Lajur Tengah pada Pelat Ujung

% Lajur Lajur
Kolom Tengah
Momen Negatif pada Tumpuan 0,26
100 0
Luar Mo

T
CO
0,312
Momen Positif 60 §
Mo

o
Momen Negatif pada Tumpuan 0,525 0,175
75
Dalam Mo Mo
a
(untuk Semua Rasio f2^i> fi~Pf~0 )

Pada panel pelat dalam, bagian dari momen rencana yang tidak
didistribusikan ke lajur kolom (table pertama) harus dipikul oleh setengah
lajur tengah yang berdekatan. Nilai dalam tabel (table pertama) dapat
diinterpolasi jika rasio Zy/i berada diantara 0,5 dan 0,2 atau jika af . ZyZi
diantara 0 hingga 1. Dari table pertama juga dapat terlihat bahwa jika tidak
digunakan balok (seperti pada kasus slab datar dan pelat datar), maka nilai
af = 0. Persentase akhir momen pada lajur kolom dan lajur tengah sebagai
fungsi dari Mo ditunjukkan dalam table kedua(kedua).

Untuk panel pelat ujung, sebagian dari momen rencana pelat yang idak
didistribusikan ke lajur kolom, akan ditahan oleh setengah dari lajur
tengah. Nilai-nilai dalam table ketiga(table dibawah) dapat diinterpolasikan
sesuai ketentuan dalam SNI 2847:2013 Pasal 13.6.4.2. Bila pada pelat luar
tidak ada balok dalam maupun balok tepi, maka nilai aft, C dan Dt akan
sama dengan nol. Nilai distribusi momen untuk kasus ini ditabelkan dalam
tabel dibawah ini dan ditunjukkan dalam gambar dibawah.
| lajur tengah

2 lajur kolom
A K
B C
H■
' ■ ■
■■
' | lajur tengah

lajur kolom

L
Momen Pelat ggj |
H Panel
Ujung

MP = 0,52Mo
-
I
12
Panel Dalam

MP = (
-
I

M n = 0,26/Wo Mn = 0,70/Wo Mn = 0,65/tfo

+0,21 Mo
Lajur Kolom
-0,26 Mo -OJOMo -0,70/Wo -0,26/Wo

+0,1 AMo
Lajur Tengah
-0,175 Mo -0,16Mo -0,16Mo
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa pada saat tidak ada balok tepi, maka
100% dari momen pelat rencana akan dipikul oleh lajur kolom. Lajur
tengah tidak menerima momen lentur, sehingga harus disediakan tulangan
lentur minimum. Dalam SNI 2847:2013 pasal 13.6.4.3 disebutkan bahwa
jika tumpuan luar berupa kolom atau dinding yang memanjang atau sejarak
sama atau % panjang bentang L yang digunakan untuk menghitung M o,
maka momen negatif harus dianggap terbagi rata selebar L- Sedangkan
pasal 13.6.5 diatur persyaratan untuk momen terfaktor pada balok :

1. Untuk balok yang berada diantara tumpuan harus direncanakan


mampu memikul 85% momen dari lajur kolom apabila
2. Untuk nilai —— antara 1 sampai 0, maka nilai momen pada lajur

kolom yang dipikul oleh balok dapat diperoleh dari hasil

interpolasi antar nol hingga 85%.

3. Balok harus direncanakan pula untuk memikul momen tambahan


yang ditimbulkan oleh semua beban yang bekerja secara langsung
pada balok serta termasuk berat dari bagian proyeksi badan balok
diatas dan dibawah pelat.

Setelah semua momen statik di distribusikan ke lajur tengah dan lajur


kolom, maka luas tulangan lentur untuk setiap momen positif dan
negatif dapat dihitung dengan cara yang sama seperti pada penampang
balok, dengan menggunakan persamaan :

Mu = $ As Fy ( d - ) = Ru bd2

Setelah nilai Ru diperoleh maka selanjutnya dapat dihitung rasio


tulangan p , dengan menggunakan persamaan :

Ru
= $ p Fy (1 - )

Dengan nilai $ = 0,09. Luas tulangan lentur yang dibutuhkan adalah As


= pbd . Apabila ketebalan pelat memenuhi persyaratan seperti
dijelaskan dalam subbab ketebalan minimum baja maka tidak
diperlukan tulanagn tekan tambahan. Gambar dibawah ini
menunjukkan panjang minimum tulangan serta detail penulangan
untuk pelat tanpa balok. Jarak antar tulangan tidak boleh melebihi
batasan maksimum yaitu 450 mm atau 2 kali ketebalan pelat, dipilih
nilai yang lebih kecil dari keduanya.

Berikut adalah Gambar Detail Tulangan pada Pelat tanpa Balok.


Contoh Soal:

Dengan menggunakan metode perencanaan langsung. Desainlah panel


pelat datar dalam (interior) seperti ditunjukkan dalam Gambar C. 12.5
(Contoh 12.5). Sistem pelat tersebut terdiri dari empat panel dalam kedua
arahnya, dengan ukuran panel pelat adalah 6,0 x 7,0 m. setiap panel
ditopang oleh kolom 500 x 500 mm, dengan Panjang kolom 3,6 m. Pelat
memikul beban hidup merata sebesar 4,5 kN/m2 dan beban mati tambahan
sebesar 1,15 kN/m2 (di luar berat sendiri pelat). Gunakan f’ c = 27,5 MPa, fy
= 400 MPa.

Penyelesaian: 1. Tentukan ketebalan minimum pelat dengan menggunakan


Tabel
12.4 untuk system pelat datar. Tebal pelat dalam contoh ini sudah
dihitung sebelumnya dalam contoh 12.5, yakni tebal pelat sebesar 220
mm.

2. Hitung besar beban terfaktor:

qD = 1,15 + 0,22(24) = 6,43 kN/m2

qu = 1,2(6,43) + 1,6(4,5) = 14,916 kN/m2

7000

j ---
1
1
I
I I
n-r
II

rr —
__—i
11 I
i 1500
------_ l
1
I
l i
1 i 3000
1 i
1 i
I
1 i
ii !


_ _ a— i i 1500

11

■""
------_ 1 1

1
i
H
i
l

1500 1500 I
4000 1500

3. Periksa terhadap geser satu arah dan dua arah:

a. Periksa geser dua arah (pons) pada jarak d/2 dari muka kolom:

Asumsikan selimut beton 20 mm, dan tulangan yang digunakan adalah


D16, sehingga

drerata = 220 - 20 - 16 = 184 mm

b0 = 4(500 + 184) = 2736 mm


Vu = (lib - (0,5 + 0,184)2)qu = ((6 x 7) - 0,6842) x 14,916 = 619,49
kN

</> Vc = (0,33 X/pc ) bod = 0,75(0,33)(l,0)( 727^ ) (2,736)(184) =


653394,5 N =653,4 kN > Vu

b. Periksa terhadap geser satu arah pada d dari muka kolom:

Pertimbangkan sebuah strip selebar 1 meter pada Gambar

C.12.7.b, dengan Panjang strip:


Vu = qu(l,00
7000 x 3,066)
500 = 14,916(3,066) = 45,73 kN
2 - 184 = 3066 mm
</> Vc = (0,17 AVpc ) bd = 0,75(0,17)(l,0)( v 27^5 )(1000) (184)
= 123025,28 N =123,03 kN > Vu

4. Hitung momen static total terfaktor dalam arah panjang dan arah
pendek:

qu/21n l2
Dalam arah panjang, Moi
8

14,916x6,0x(7,0-0,5)2
8 = 472,65 kN.m

qu/21n l2
Dalam arah pendek, Mos
8

14,916x7,0x(6,0-0,5)2
8 = 394,81 kN.m
Karena 12 < 11, lebar dari setengah lajur kolom pada arah
Panjang adalah 0,25(6,0) = 1,5 m, dan lebar dari lajur tengahnya adalah
6,0 - 2(1,5) = 3,0 m, sedangkan setengah lebar lajur kolom pada arah
pendek adalah 1,5 m, dan lebar lajur tengahnya adalah 7,0 - 2(1,5) = 4,0
m. untuk menghitung tinggi efektif, d, pada kedua arah, asumsikan
bahwa tulangan baja arah pendek diletakkan di sebelah atas tulangan
baja arah Panjang. Sehingga tinggi efektif, d (arah Panjang) = 220 - 2 -
(16/2) = 192 mm, dan d (arah pendek) = 220 - 20 - 16 - (16/2) = 176
mm. guna keperluan praktis, maka nilai rata-rata dari d sebesar 184 mm
dapat digunakan untuk kedua arah. Perhitungan desain pelat ditampilkan
berupa table. Sedangkan detail penulangan pelat ditunjukan dalam
Gambar Dibawah Berikut
Lajur Kolom Lajur Tengah Lajur Kolom

3.1.2 Metode Rangka Ekuivalen


Untuk menentukan besaran momen lentur yang dipikul oleh suatu sistem struktur
pelat dapat digunakan metode perencanaan langsung seperti telah dijalaskan
sebelumnya. Namaun metode perencanaan
langsung hanya dapat digunakan apabila beban merata yang bekerja adalah
seragam, dan jarak antar kolom penopang pelat seragam pula atau tidak
berbeda jauh. Selain kedua kondisi tersebut, maka metode perencanaan
langsung tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu
sebagai alternatif untuk menentukan gaya-gaya dalam pada suatu sistem
struktur pelat, dapat digunakan Metode Rangka Ekuivalen.
Metode rangka ekuivalen dilakukan dengan membagi rangka portal
ruang menjadi rangka-rangka bidang 2 dimensi, yang berpusat pada garis
kolom atau garis as tumpuan rangka-rangka.

/2/2 /2/2
rangka ralen
ekui dalam
/
h 2

Bidang yang dihasilkan selanjutnya dianalisis secara terpisah dalam


arah memanjang dan arah melintang bangunan, serta dianalisis terpisah pula
per lantai bangunan. Gambar ditunjukkan dibawah ini yang menunjukkan cara
mendefinisikan rangka ekuivalen yang akan dianalisis untuk suatu sistem
struktur pelat.
3.2.1.1 Momen Inersia Balok-Pelat
Dalam melakukan analisis rangka ekuivalen struktur balok-pelat,
dibutuhkan variabel kekakuan dari masing-masing elemen struktur. SNI
2847:2013 dalam pasal 13.7.3 menyatakan bahwa variasi momen inersia
sepanjang sumbu balok-pelat harus diperhitungkan dalam analisis. Daerah
kritis yang diperhitungkan untuk menentukan momen inersia balok-pelat
diasumsikan terletak diantara sumbu kolom hingga muka kolom, konsol
pendek atau kepala kolom. Besaran momen inersia balok-pelat tersebut adalah
sebesar momen inersia balok-pelat pada muka kolom, konsol

C2
pendek atau kepala kolom, dibagi dengan besaran (1 - -— )2. Besaran

C2 adalah lebar kolom, dan / 2 adalah lebar balok-pelat, yang kesemuanya


diukur dalam arah tegak lurus bentang yang ditinjau.
3.2.1.2 Momen Inersia Kolom
Pasal 13.7.4.3 SNI 2847:2013 menyatakan bahwa momen inersia kolom dari
tepi atas hingga tepi bawah balok-pelat pada suatu sambungan balok - kolom
harus dianggap tak berhingga.
Kekakuan kolom, Kec, ditentukan sebagai berikut:
1 _11
Kec ~ ZKc + Kt
Dengan LKc adalah jumlah kekakuan kolom disisi atas dan bawah dari lantai
yang ditinjau, sedangkan Kt adalah :
9EesC
Kt = E
f(1 «j / 2
C = L (1—0,63 —
\ yl\ 3 /
SNI 2847:2013 pasal 13.7.7 menyatakan bahwa untuk kolom dalam, momen
negatif terfaktor pada lajur kolom dan lajur tengah harus diambil pada muka
kolom atau kepala kolom, sejarak tidak lebih dari 0,175 h dari sumbu kolom.
Sedangkan untuk kolom luar, momen negatif terfaktor
diambil pada lokasi penampang yang terletak pada suatu jarak yang tidak
lebih dari setengah proyeksi konsol pendek atau kepala kolom dihitung dari
muka kolom penumpu.
Contoh Soal

Lakukan analisis kembali untuk system pelat datar (flat plate) dalam Contoh
sebelumnya pada contoh soal ketebalan minimum pelat untuk arah memanjang
saja, namun dengan menggunakan metode rangka ekuivalen. System pelat
terdiri dari empat panel pada tiap arah dengan ukuran tiap panel 6,0 x 7,0 m.
kolom struktur berukuran 5000 x 500 mm, dengan panjang 3,6 m. Pelat
memikul beban hidup merata sebesar 3,8 kN/m 1 2 3
dan beban mati merata
2
sebesar 6 kn/m (termasuk berat sendiri pelat). Pelat tidak menggunakan balok
tepi. Gunakan f’c = 20 MPa dan fy = 400 MPa.

1Penyelesaian:
2 Tebal pelat sudah dihitung dalam Contoh 12.5, yaitu sebesar 220 mm.
3 Menentukan kekakuan pelat, Ks:
El 2
Ks = k Is

Dengan k adalah factor kekakuan, dan:


I2hs3 6000 x2203
Is = = 5,324 x 109 mm'
12 12

7000 7000

250 6500 250

i 1.0

4* !
0,76 lebar penampang balok
pelat unti*

G|

Apabila momen intarsia pelat, Is dianggap sebagai acuan dan dianggap sebagai
1,0 satuan, maka momen inersia antara sumbu kolom ke muka kolom adalah:
1,0 1,0
1 l-(“f = ^(500 f =1.32
2
12 600
Lebar kolom analogi bervariasi terhadap 1/1, seperti ditunjukkan dalam
Gambar diatas, yaitu sebesar (1/1,32) = 0,76. Sehingga:
1 Mc
Faktor kekakuan pelat,
H
k = II ( v + —— )
Aa Ila ’
Dengan:
Aa = luas penampang kolom analogi = 6500 + (250)(0,76) = 6880
L = momen inersia dari kolom analogi
250 ,
+ 2(250)(0,76)(3500 - — )2 = 27,214 x 109

1
2
M = momen di tengah pelat akibat beban
1 1 satuan di serat terluar penampang
6880
kolom analogi
11
= 1,0 x 7000
= 1,0 x = 3500

C = li/2 = 7000/2 = 3500


Sehingga:
1 Mc k=l‘ ( A + M )= 7000 (

3500 x3500
--------------997 ) 1,0175 +
27,214 x 10
3,151 = 4,168
Sedangkan kekakuan pelat adalah:
K k EIs Ks = k
— Is 4,168 Ex 5,324 x 109 '->1r7nnci 71I7 — -
-------------- = 3170061,71E
7000
3. Menentukan kekakuan kolom, Kc:

Kc = k
’ () x 2 (untuk kolom di atas dan bawah
pelat)

Ic = = 5,208 x 109
12
Faktor kekauan, k’ ditentukan sebagai berikut:
,,T/ 1 Mc
X
v 7
Aa Ia
dengan:
c
Ic = = 1800 mm
A lc/2 = lc
a - tebal pelat = 3600 - 220 = 3380 mm
Ia (lc-hs )
3380
= 3 = = 3,218 x 109
12 12
=
M ( 2 ) = 1800
1,0
= Panjang kolom = 3600 mm
4,6897
Sehingga 1800 x 1800
-------------T )=
3,218 x 109 7

='■ ( £ + )=3600 ( 3380


M

k’
pjc 5,208 x 109
Kc = k’ ( — ) x 2 = 4,6897E 3600 ) x 2 = 13568865,3E
6

4. Menentukan kekakuan torsional, Kt, dari pelat di sisi kolom: 9 EesC

__________ v 3
-------------- X x
Kt = 2 l2 (1- 2) dengan C = 2 (1 - 0,63 y ) ( y )
c

Dalam contoh ini x = 220 mm (tebal pelat) dan y = 500 mm (lebar kolom), sehingga:

C = (I - ) ( 220 X500 ) = 1,283 x 109


500 3 9 Ex 1,283 x 109
K
= 6000 (1-50» ) = 20"454,55E
6000
Untuk pelat dalam, maka ada dua pelat yang berdekatan, sehingga:
Kt = 2(2099454,55E) = 4198909,1E
5. Hitung kekakuan kolom ekuivalen, Kec,
1 11 ----1- - -—-------------------
1------
ZKc Kt 13568865,1 E 4198909,1 E
Kec
Kec = 3206616,13E
6. Menghitung factor distribusi momen (DF):
Untuk sisi luar (eksterior):
Ks 3170061,71 E
DF
pelat = 0 497
Ks + Kec 3170061,7E+3206616,13 E
Kec 3206616,13 E
DFkolo 3170061,7E+3206616,13 E 0,503
m Ks + Kec
Karena kolom di atas dan di bawah pelat memiliki dimensi yang sama, maka
nilai DF dibagi sama besar ke kedua kolom tersebut, sehingga nilai
DF = 0,2515

Untuk sisi dalam (interior):


Ks 3170061,71 E
DF = 0 332
2 Ks + Kec (2 x 3170061,7 E )+3206616,13 E
pelat
Kec 3206616,13 E _ Q 33C
DFkolo
2 Ks + Kec (2 x 3170061,7 E )+3206616,13 E = ,
m

Karena kolom di atas dan di bawah pelat memiliki dimensi yang sama, maka nilai
DF dibagi sama besar ke kedua kolom tersebut, sehingga nilai
DF = 0,168
7. Menghitung Fixed End Moments:
qu = 1,2(6) + 1,6(3,8) = 13,28 kN/m2
11
FEMAB = - 12 qu x l2(l1)2 = - 12 13,28 x 6,0 x (7,0)2 = -325,36 kN.m

FEMBA = -FEMAB = +325,36 kN.m


FEMBC = FEMAB
FEMCB = FEMBA
8. Analisis rangka ekuivalen selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode
distrbusi momen atau sering dikenal dengan metode Cross.
Perhitungan ditampilkan pada Tabel di bawah ini:

Titik
Kum A B C
pul
Elem
AD AE AB BA BG BF BC CB
en
0,251 0,251 0,16 0,16 0,33
DF 0,497 0,332 1
5 5 8 8 2
-
325,3 325,3
FEM 325,
325,36 6 6
36
81,82 81,82 161,70
Dist
804 804 39
^0,85
CO
196

Dist 26,84 13,5 13,5 26,8


29 831 831 429 t
- \-
CO 13,421
4*
/ 13,42
14
3,375 3,375 6,6704
Dist
488 488 48 .
3,335
CO
224

Dist 1,107 0,56 0,56 1,10


29 032 032 729
0,553
CO 6 Z 0,553
5 65
0,160 0,160 0,233
Dist 2
558 558
532
85,36 85,36 170,7 381,5 311,3
CO 2 14,1 14,1 353,
409 409 97 849
8 434 434 31

9. Besaran momen yang digunakan untuk mendesain penulangan pelat diperoleh


dengan menggambarkan diagram badan bebasnya. Sebagai contoh dalam
Gambar di bawah berikut ditunjukkan diagram badan bebas untuk panel AB
beserta diagram momen lentur pada panel tersebut.

381,597

Momen Desain -—

217,57
3.2 Transfer Momen Pelat pada Kolom

Momen lentur yang timbul pada hubungan kolom dengan pelat pada umumnya akan
mengakibatkan munculnya momen tak seimbang pada pelat, yang selanjutnya di
transfer ke kolom. Sebanyak 60% momen di transfer ke kolom melalui mekanisme
lentur, sedangkan sisanya sebanyak 40% ditransfer melalui mekanisme geser
eksentrik pada lokasi sejarak d/2 dari muka kolom. Besarnya momen tak seimbang
yang di transfer melalui mekanisme lentur pada pertemuan pelat dan kolom,
ditentukan dalam SNI 2847:2013 Pasal 13.5.3, adalah

Mf=YuMu

11 *t=——i=—, ,,—
l+ 2 K 1+ 2
\ 3) \ b2 \ 3 / V c2+d

Momen tak seimbang yang di transfer melalui mekanisme geser adalah:

Dengan cx dan c2 adalah panjang kedua sisi kolom persegi panjang, sedangkan
b1=c+d dan b2 = c2+d. Jika kolom berbentuk bujur sangkar, maka cx=c2, sehingga Mf
= 0,60 Mu dan Mv = 0,40 Mu
x = c: + d x = c’ + d

c1

V
u

dd
:
-v

X?
X?
x = c: + d x = c’ + d

Besaran momen terfaktor, Mu yang dianggap bekega pada kolom akibat


ketidakseimbangan beban pada panel pelat yang berdekatan, dapat dihitung
berdasarkan persamaan di bawah berikut ini, yang dinyatakan pula dalam SNI
2847:2013 Pasal 13.6.9.2:

Mu— 0,07[(qDu+0,5 qLu)l2ln qDu l2 (ln) j

Dengan qDu, ln2 dan ln' mengacu pada bentang pendek.


Bagian momen tak seimbang yang di transfer ke kolom melalui mekanisme
lentur dianggap terjadi dalam lebar pelat efektif yang dibatasi antara garis - garis
yang terletak 1,5 kali tebal pelat atau drop panel ke arah luar sisi yang berlawanan
dari kolom. Tulangan lentur yang di butuhkan didistribusikan secara merata pada
daerah ini dengan jarak yang mencukupi.

Akibatnya gaya geser Vu dan momen lentur Mv , akan timbul tegangan geser
yang bekerja pada sekeliling daerah yang beranjak d/2 dari muka kolom. Distribusi
tegangan geser ini ditunjukan dalam gambar di atas. Tegangan geser yang teijadi
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

VMCu v
T, - =---------- ±--------------
U
A Jc c

Dengan:

AC = penampang kritis di sekitar kolom momen inersia polar dari luas geser yang
L yang terletak di sekeliling untuk kolom dalam:
J=L

j /3 | ,3
Tdi x 2 xd
J=—\—+x y +----------
23 6

Untuk kolom luar:

Dengan x, xr dan y di tunjukkan dalam gambar di atas. Tegangan geser

Vu MVC maksimum, yang


dihitung dengan persamaan r12=— ±—-— , tidak boleh

melebihi 0(0,33 , dan apabila lebih maka hrus disediakan tulangan geser.

Contoh Soal:

Tentukan besarnya momen pada kolom dalam dan kolom luar dalam arah
Panjang pada system pelat datar pada Contoh Soal Metode Perencanaan langsung

Penyelesaian:

1. Untuk momen pada kolom luar, dari Contoh 12.7 diperoleh:

qDu = 6,43(1,2) = 7,716 kN/m4

0,5qLu = 0,5(1,6 x 4,5) = 3,6 kN/m2

12 = 12’ = 6,0 m ln = ln’ = 6,5 m

Momen tak seimbang yang ditransfer ke kolom luar diperoleh menggunakan


Persamaan 12.15:

Mn = 0,07[qDu + 0,5qLu)121n2 - qDu l2(ln’ )2]

= 0,07[(7,716 + 3,6)(6))6,5)2 - 0] = 200,80 kN.m

4 Untuk momen tak seimbang yang ditransfer pada kolom dalam, dapat
dihitung pula sebagai berikut:

Mu = 0,07[(7,16 + 3,6)(6)(6,5)2 - 7,71(6)(6,5)2] = 63,88 kN.m

Anda mungkin juga menyukai