PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pelat beton dibuat untuk menyediakan suatu permukaan horizontal yang rata
pada lantai bangunan, atap, jembatan atau jenis struktur lainnya. Pelat beton dapat di
tumpu oleh dinding balok, kolom, atau dapat juga terletak langsung di atas tanah (slab
on ground). Pada struktur balok pelat, umumnya balok dan pelat dicor secara
bersamaan sehingga menghasilkan suatu kesatuan struktur yang monolit. Ketebalan
dari pelat beton umumnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan ukuran bentangannya.
Pada umumnya struktur pelat beton dalam suatu bangunan gedung dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
13.......—ir n-----B-
(a) Pelat
Arah
Satu (b) Pelat Dua
Arah - - - -ir
(c) Pelat Satu Arah
(d) Pelat Datar (Flat (e) Slab Datar (F/atSiab) (f) Pelat Rusuk Dua Arah
Plate) (Waffie)
a. Sistem Balok Pelat dua arah
Pada Sistem struktur ini pelat beton ditumpu oleh balok di keempat sisinya.
Beban dari pelat ditransfer ke keempat balok penumpu yang
selanjutnya mentrasfer bebannya ke kolom. Sistem pelat dua arah dengan
balook ini dapat digunakan untuk bentangan 6-9 meter, dengan beban
hidup sebesar 2,5-5,5 kN/ m2 ■ Balok akan meninggalkan kekakuan pelat,
sehingga ledutan yang terjadi akan relatif kecil.
b. Sistem Slab Datar (flat slab)
Ini merupakan sistem struktur pelat beton dua arah yang tidak memiliki
balok penumpu di masing - masing sisinya. Beban pelat ditrasfer
langsunng ke kolom cenerung akan menimbulakan kegagalan geser pons
pada pelat, yang dapat di cegah dengan beberapa alternatif:
Memberikan penebalan setempat pada pelat (drop panel) serta
menyediakan kepala kolom (column capital)
Menyediakan penebalan panel namun tanpakepala kolom, panel di
sekitar kolom harus cukup tebaluntuk memikul teijadinya tegangan
tarik diagonal yang muncul akibat geser pons
Menggunakan kepala kolom tanpa ada penebalan panel, namun hal
ini jarang diaplikasikan sistem slab datar dapat digunakan untuk
bentangan 6-9 meter, dengan beban hidup sebesar 4-7 kN/
2
m■
c. Sistem Pelat Datar (flat plate).
Sistem ini terdiri dari pelat yang tertumpu langsung ke kolom tanpa
adanya penebalan panel dan kepala kolom. Potensi kegagalan struktur
terbesar akan timbul akibat geser pons, yang akan menghasilkan tegangan
tarik diagonal. Sebagai akibat tidak adanya penebalan panel dan kepala
kolom, maka dibutuhkan ketebalan pelat yang lebih besar atau dengan
memberikan penulangan ekstra di area sekitar kolom.
Sistem slab datar dapat digunakan untuk struktur pelat dengan bentangan
6-7,5 m dan beban hidup sebesar 2,5-4,5 kN/ m2 .
d. Pelat Dua Arah Berusuk dan Pelat Waffle.
Ini merupakan sistem pelat dua arah dengan ketebalan pelat antara 50 mm
hingga 100 mm yang di tumpu oleh rusuk - rusuk dalam dua arah. Jarak
amtar rusuk berkisar antara 500 mm hingga 750 mm. Tepi - tepi pelat
dapat ditopang oleh balok, atau dapat juga pelat langsung menumpu pada
kolom dengan memberikan penebalan pada pelat di sekitar kolom. Sistem
pelat yang di sebutkan terakhir sering di sebut dengan istilan pelat waffle.
2.3 Sistem Pelat Dua Arah
Analisis yang eksak, dari suatu sistem pelat dua arah biasanya cukup kompleks, karena
struktur ini dapat dikategorikan sistem struktur statis tak tentu berderajat tinggi. Guna
melakukan analisis terhadap sistem pelat dua arah, dapat digunakan metode numerik
seperti metode elemen hingga. Namun guna keperluan praktis dalam hal desain sistem
pelat dua arah, maka dalam SNI 2847:2013 Bab 13 diberikan metode penyederhanaan
analisis sistem pelat dua arah. Dalam hal analisis maka boleh diasumsikan bahwa pelat
adalah merupakan balok lebar dan pendek, yang bersama - sama dengan kolom di atas
dan bawahnya membentuk suatu portal kaku
lajur tengah
L 1
- 47 F
B
1
A i
T i
1 0 G11
E
1
1 F B 1
A
i f
1
r
Perhatikan lajur AFB, lajur ini mengalami lentur seperti halnya suatu balok
X = 0,25/. atau 0,25/2
(diambil yang terkecil)
menerus, yang memiliki momen negatif di A dan B, serta momen positif di F. Lajur ini
menerus di kedua sseperti lajur AFB. Dengan isinya, dan membentuk lajur kolom.
Selanjutnya Perhatikan lajur EOG, pada lajur ini akan timbul momem negatif pada E
dan G, serta momen positif pada O, lajur ini disebut sebagai lajur tengah. Lajur
berikutnya adalah lajur DHC, yang memiliki perilaku yang sama seperti lajur AFB.
Dengan demikian dalam arah horizontal, pelat tersebut dapat dibagi menjadi 3 lajur,
yaitu dua buah lajur kolom (AFB dan DHG) serta satu buah lajur tengah EOG. Dengan
cara yang sama, maka dalam arah vertikal dapat dibagi pila menjadi 3 lajur, yaitu dua
buah lajur kolom (AED dan
BGC),serta sebuah lajur tengah FOH.
Lebar lajur kolom ditentukan dalam SNI 2847:2013 pasal 13.2.1, yang
menyatakan bahwa lajur kolom adalah suatu ljur rencana dengan lebar pada masing -
masing sisi sumbu kolom sebesar nilai yang terkecil antara 0,25 Z x dan 0,25l2 ,
termasuk balok di dalamnya jika ada.
Lajur yang terbantuk di antara dua buah lajur kolom, selanjutnya didefinisikan
sebagai lajur tengah.
SNI 2847:2013 Pasal 9.5.3 menentukan minimumpelat dua arah untuk mencegah
terjadinya ledutan berlebihan. Karena perhitungan ledutan dari pelat dua arah cukup
rumit, dan utuk mencegah ledutan yang besar, maka ketebalan dapat di tentukan
menggunakan rumus empiris sebagai beriku:
/ 10 8 + |
1. Untuk 0,2 ^°'/in<2,0, ’ 1400/ namun tidak kurang dari
36+5p(afm-0,2)
125 mm.
/ 10 8 + I
2. Untuk crfm> 0,2, "I ’ 1400/ namun tidak kurang dari 90
h=-------------- -- - -
36 + 9/3
mm.
3. Untuk afm<o,2, h = ketebalan minimum pelat tanpa balok
Dengan:
Zn=6 Panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi dua
arah, diukur dari muka ke muka tumpuan pada pelat tanpa balok, dan muka ke
muka balok atau tumpuan lain pada kasus lainnya (mm)
/3 = 6 Rasio bentang bersih dalam arah panjang terhadap arah pendek dari
pelat dua arah
a
fm = L nilai rata - rata untuk semua balok pada tepi - tepi dari
suatu pelat
3 I„ /3
/ / / /
520 /31
28 31 1 34 34
Tebal minimum pelat tanpa balok dalam seperti ditentukan dalam tabel di atas
tidak boleh kurang dari 120mm(untuk pelt tanpa penebal panel), atau tidak
kurang dari 100mm (untuk pelat dengan penebal panel). Dalam SNI
2847:2013 Pasal 9.5.3.3.(d) disyaratkan bahwa untuk panel dengan tepi yang
tidak menerus, maka balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan a yang tidak
kurang dari 0,8. Atau sebagai alternatif, ketebalan maksismum
yang dihitung dari persamaan dan
h
=
Contoh Soal:
Suatu sistem pelat datar (flat-plate) dengan ukuran pelat 7m X 6m di tumpu oleh
kolom persegi berukuran 500mm X 500mm. Tentukan Ketebalan minimum pelat
yang di syaratkan dalam Peraturan SNI 2847:2013 untuk pelat dalam dan pelat sudut
seperti dalam gambar di samping. Pada struktur tersebut tidak di gunakan balok tepi.
Gunakan f c = 20 MPa, f y = 400 MP a.
1. Untuk pelat sudut (1), tebal minimum adalah ln /30 (dapat dilihat dari
Tabel), maka
l =7.000 — 2 — =6.500 mm
2
, 6.500
h
'-'=—^=2l6’67mm
2. Untuk pelat dalam (2), tebal minimum adalah ln /33, sehingga:
^n = -|^ = 196,97 mm
Jika ketebalan pelat yang akan digunakan seragam, maka dapat diambil tebal
pelat sebesar 220 mm.
BAB 3
PEMBAHASAN
Peraturan SNI memberikan dua buah metode pendekatan dalam melakukan analisis
dan desai suatu sistem struktur pelat dua arah, yaitu:
ttf 1 ^2
-----2 tidak boleh kurang dari 0,2 dan tidak lebih daripada 5,0. af J2
Bila momen total statik, Mo, dihitung dalam arah memanjang, maka
dapat dituliskan Mos. Untuk pelat-pelat pada sisi dalam yang tipikal,
maka besarnya Mo akan terbagi menjadi momen positif di tengah
bentang, Mp, serta
/n2
|
I 1 Mn2
1 1 1 L- = (qu.li) >22/8
M
z > , ln2
Mo = (qu. l2) y
Ecb.I
2. Es. Is
____________Kekakuan torsi balok tepi____________ kekakuan lentur
pelat selebar panjang bentang balok
1. Tabel Presentase Momen pada Lajur Kolom untuk Pelat Dalam (SNI
2847:2013. Pasal 13.6.4)
Momen Rasio
0,5 1,0 2,0
Negatif 0 75 75 75
tumpuan
> 1,0 90 75 45
dalam
Positif 0 60 60 60
ditengah
>1,0 90 75 45
Bentang
Balok (1= 0)
-0,49 Mo Mo
Lajur Tengah 0,25(-0,65 Mo ) = 0,40(0,35 Mo ) = 0,14
-0,16 Mo Mo
3. Tabel Presentase Momen pada Lajur Kolom untuk Pelat Luar (SNI
2847:2013, Pasal 13.6.4)
Rasio I /1!
a
f 1 2/ 1
1 1
pf 2
4. Tabel Presentase Momen Lajur Kolom dan Lajur Tengah pada Pelat Ujung
% Lajur Lajur
Kolom Tengah
Momen Negatif pada Tumpuan 0,26
100 0
Luar Mo
T
CO
0,312
Momen Positif 60 §
Mo
o
Momen Negatif pada Tumpuan 0,525 0,175
75
Dalam Mo Mo
a
(untuk Semua Rasio f2^i> fi~Pf~0 )
Pada panel pelat dalam, bagian dari momen rencana yang tidak
didistribusikan ke lajur kolom (table pertama) harus dipikul oleh setengah
lajur tengah yang berdekatan. Nilai dalam tabel (table pertama) dapat
diinterpolasi jika rasio Zy/i berada diantara 0,5 dan 0,2 atau jika af . ZyZi
diantara 0 hingga 1. Dari table pertama juga dapat terlihat bahwa jika tidak
digunakan balok (seperti pada kasus slab datar dan pelat datar), maka nilai
af = 0. Persentase akhir momen pada lajur kolom dan lajur tengah sebagai
fungsi dari Mo ditunjukkan dalam table kedua(kedua).
Untuk panel pelat ujung, sebagian dari momen rencana pelat yang idak
didistribusikan ke lajur kolom, akan ditahan oleh setengah dari lajur
tengah. Nilai-nilai dalam table ketiga(table dibawah) dapat diinterpolasikan
sesuai ketentuan dalam SNI 2847:2013 Pasal 13.6.4.2. Bila pada pelat luar
tidak ada balok dalam maupun balok tepi, maka nilai aft, C dan Dt akan
sama dengan nol. Nilai distribusi momen untuk kasus ini ditabelkan dalam
tabel dibawah ini dan ditunjukkan dalam gambar dibawah.
| lajur tengah
2 lajur kolom
A K
B C
H■
' ■ ■
■■
' | lajur tengah
lajur kolom
L
Momen Pelat ggj |
H Panel
Ujung
MP = 0,52Mo
-
I
12
Panel Dalam
MP = (
-
I
+0,21 Mo
Lajur Kolom
-0,26 Mo -OJOMo -0,70/Wo -0,26/Wo
+0,1 AMo
Lajur Tengah
-0,175 Mo -0,16Mo -0,16Mo
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa pada saat tidak ada balok tepi, maka
100% dari momen pelat rencana akan dipikul oleh lajur kolom. Lajur
tengah tidak menerima momen lentur, sehingga harus disediakan tulangan
lentur minimum. Dalam SNI 2847:2013 pasal 13.6.4.3 disebutkan bahwa
jika tumpuan luar berupa kolom atau dinding yang memanjang atau sejarak
sama atau % panjang bentang L yang digunakan untuk menghitung M o,
maka momen negatif harus dianggap terbagi rata selebar L- Sedangkan
pasal 13.6.5 diatur persyaratan untuk momen terfaktor pada balok :
Mu = $ As Fy ( d - ) = Ru bd2
Ru
= $ p Fy (1 - )
7000
j ---
1
1
I
I I
n-r
II
rr —
__—i
11 I
i 1500
------_ l
1
I
l i
1 i 3000
1 i
1 i
I
1 i
ii !
—
_ _ a— i i 1500
11
—
■""
------_ 1 1
1
i
H
i
l
1500 1500 I
4000 1500
a. Periksa geser dua arah (pons) pada jarak d/2 dari muka kolom:
4. Hitung momen static total terfaktor dalam arah panjang dan arah
pendek:
qu/21n l2
Dalam arah panjang, Moi
8
14,916x6,0x(7,0-0,5)2
8 = 472,65 kN.m
qu/21n l2
Dalam arah pendek, Mos
8
14,916x7,0x(6,0-0,5)2
8 = 394,81 kN.m
Karena 12 < 11, lebar dari setengah lajur kolom pada arah
Panjang adalah 0,25(6,0) = 1,5 m, dan lebar dari lajur tengahnya adalah
6,0 - 2(1,5) = 3,0 m, sedangkan setengah lebar lajur kolom pada arah
pendek adalah 1,5 m, dan lebar lajur tengahnya adalah 7,0 - 2(1,5) = 4,0
m. untuk menghitung tinggi efektif, d, pada kedua arah, asumsikan
bahwa tulangan baja arah pendek diletakkan di sebelah atas tulangan
baja arah Panjang. Sehingga tinggi efektif, d (arah Panjang) = 220 - 2 -
(16/2) = 192 mm, dan d (arah pendek) = 220 - 20 - 16 - (16/2) = 176
mm. guna keperluan praktis, maka nilai rata-rata dari d sebesar 184 mm
dapat digunakan untuk kedua arah. Perhitungan desain pelat ditampilkan
berupa table. Sedangkan detail penulangan pelat ditunjukan dalam
Gambar Dibawah Berikut
Lajur Kolom Lajur Tengah Lajur Kolom
/2/2 /2/2
rangka ralen
ekui dalam
/
h 2
C2
pendek atau kepala kolom, dibagi dengan besaran (1 - -— )2. Besaran
Lakukan analisis kembali untuk system pelat datar (flat plate) dalam Contoh
sebelumnya pada contoh soal ketebalan minimum pelat untuk arah memanjang
saja, namun dengan menggunakan metode rangka ekuivalen. System pelat
terdiri dari empat panel pada tiap arah dengan ukuran tiap panel 6,0 x 7,0 m.
kolom struktur berukuran 5000 x 500 mm, dengan panjang 3,6 m. Pelat
memikul beban hidup merata sebesar 3,8 kN/m 1 2 3
dan beban mati merata
2
sebesar 6 kn/m (termasuk berat sendiri pelat). Pelat tidak menggunakan balok
tepi. Gunakan f’c = 20 MPa dan fy = 400 MPa.
1Penyelesaian:
2 Tebal pelat sudah dihitung dalam Contoh 12.5, yaitu sebesar 220 mm.
3 Menentukan kekakuan pelat, Ks:
El 2
Ks = k Is
7000 7000
i 1.0
4* !
0,76 lebar penampang balok
pelat unti*
G|
Apabila momen intarsia pelat, Is dianggap sebagai acuan dan dianggap sebagai
1,0 satuan, maka momen inersia antara sumbu kolom ke muka kolom adalah:
1,0 1,0
1 l-(“f = ^(500 f =1.32
2
12 600
Lebar kolom analogi bervariasi terhadap 1/1, seperti ditunjukkan dalam
Gambar diatas, yaitu sebesar (1/1,32) = 0,76. Sehingga:
1 Mc
Faktor kekakuan pelat,
H
k = II ( v + —— )
Aa Ila ’
Dengan:
Aa = luas penampang kolom analogi = 6500 + (250)(0,76) = 6880
L = momen inersia dari kolom analogi
250 ,
+ 2(250)(0,76)(3500 - — )2 = 27,214 x 109
1
2
M = momen di tengah pelat akibat beban
1 1 satuan di serat terluar penampang
6880
kolom analogi
11
= 1,0 x 7000
= 1,0 x = 3500
3500 x3500
--------------997 ) 1,0175 +
27,214 x 10
3,151 = 4,168
Sedangkan kekakuan pelat adalah:
K k EIs Ks = k
— Is 4,168 Ex 5,324 x 109 '->1r7nnci 71I7 — -
-------------- = 3170061,71E
7000
3. Menentukan kekakuan kolom, Kc:
Kc = k
’ () x 2 (untuk kolom di atas dan bawah
pelat)
Ic = = 5,208 x 109
12
Faktor kekauan, k’ ditentukan sebagai berikut:
,,T/ 1 Mc
X
v 7
Aa Ia
dengan:
c
Ic = = 1800 mm
A lc/2 = lc
a - tebal pelat = 3600 - 220 = 3380 mm
Ia (lc-hs )
3380
= 3 = = 3,218 x 109
12 12
=
M ( 2 ) = 1800
1,0
= Panjang kolom = 3600 mm
4,6897
Sehingga 1800 x 1800
-------------T )=
3,218 x 109 7
k’
pjc 5,208 x 109
Kc = k’ ( — ) x 2 = 4,6897E 3600 ) x 2 = 13568865,3E
6
__________ v 3
-------------- X x
Kt = 2 l2 (1- 2) dengan C = 2 (1 - 0,63 y ) ( y )
c
Dalam contoh ini x = 220 mm (tebal pelat) dan y = 500 mm (lebar kolom), sehingga:
Karena kolom di atas dan di bawah pelat memiliki dimensi yang sama, maka nilai
DF dibagi sama besar ke kedua kolom tersebut, sehingga nilai
DF = 0,168
7. Menghitung Fixed End Moments:
qu = 1,2(6) + 1,6(3,8) = 13,28 kN/m2
11
FEMAB = - 12 qu x l2(l1)2 = - 12 13,28 x 6,0 x (7,0)2 = -325,36 kN.m
Titik
Kum A B C
pul
Elem
AD AE AB BA BG BF BC CB
en
0,251 0,251 0,16 0,16 0,33
DF 0,497 0,332 1
5 5 8 8 2
-
325,3 325,3
FEM 325,
325,36 6 6
36
81,82 81,82 161,70
Dist
804 804 39
^0,85
CO
196
381,597
Momen Desain -—
217,57
3.2 Transfer Momen Pelat pada Kolom
Momen lentur yang timbul pada hubungan kolom dengan pelat pada umumnya akan
mengakibatkan munculnya momen tak seimbang pada pelat, yang selanjutnya di
transfer ke kolom. Sebanyak 60% momen di transfer ke kolom melalui mekanisme
lentur, sedangkan sisanya sebanyak 40% ditransfer melalui mekanisme geser
eksentrik pada lokasi sejarak d/2 dari muka kolom. Besarnya momen tak seimbang
yang di transfer melalui mekanisme lentur pada pertemuan pelat dan kolom,
ditentukan dalam SNI 2847:2013 Pasal 13.5.3, adalah
Mf=YuMu
11 *t=——i=—, ,,—
l+ 2 K 1+ 2
\ 3) \ b2 \ 3 / V c2+d
Dengan cx dan c2 adalah panjang kedua sisi kolom persegi panjang, sedangkan
b1=c+d dan b2 = c2+d. Jika kolom berbentuk bujur sangkar, maka cx=c2, sehingga Mf
= 0,60 Mu dan Mv = 0,40 Mu
x = c: + d x = c’ + d
c1
V
u
dd
:
-v
X?
X?
x = c: + d x = c’ + d
Akibatnya gaya geser Vu dan momen lentur Mv , akan timbul tegangan geser
yang bekerja pada sekeliling daerah yang beranjak d/2 dari muka kolom. Distribusi
tegangan geser ini ditunjukan dalam gambar di atas. Tegangan geser yang teijadi
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
VMCu v
T, - =---------- ±--------------
U
A Jc c
Dengan:
AC = penampang kritis di sekitar kolom momen inersia polar dari luas geser yang
L yang terletak di sekeliling untuk kolom dalam:
J=L
j /3 | ,3
Tdi x 2 xd
J=—\—+x y +----------
23 6
melebihi 0(0,33 , dan apabila lebih maka hrus disediakan tulangan geser.
Contoh Soal:
Tentukan besarnya momen pada kolom dalam dan kolom luar dalam arah
Panjang pada system pelat datar pada Contoh Soal Metode Perencanaan langsung
Penyelesaian:
4 Untuk momen tak seimbang yang ditransfer pada kolom dalam, dapat
dihitung pula sebagai berikut: