Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMIAH STRUKTUR BETON

KOLOM BETON BERTULANG

DI SUSUN OLEH
NAMA : ARBI FEBRI PRATAMA
NIM : 3201901051
KELAS : 4C DIII

JURUSAN TEKNIK SIPIL


D3 TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kolom Beton Bertulang" dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Struktur Beton. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang struktur beton bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rafani Ginting S.T.,M.T. selaku Dosen
Mata Kuliah Stuktur Beton. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 12 Juli 2021

Penulis
Arbi Febri Pratama

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI II


DAFTAR ISI

KOLOM BETON BERTULANG ....................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. II

DAFTAR ISI ............................................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... IV

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 1

KOLOM BETON BERTULANG .................................................................................. 1

A. JENIS JENIS KOLOM ....................................................................................... 1

B. MATERIAL PENYUSUN PONDASI DAN KOLOM .............................................. 2

C. DASAR DASAR PERHITUNGAN KOLOM ......................................................... 7

D. FUNGSI KOLOM ............................................................................................ 8

E. CARA MEMBUAT KOLOM BETON .................................................................. 8

F. MENDESAIN KOLOM BETON BERTULANG ..................................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSAKA .................................................................................................. 14

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI III


BAB I PENDAHULUAN

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai
dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang
diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah
mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi,
karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus
diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh.Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton.
Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi
adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural
lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI IV


BAB II PEMBAHASAN
KOLOM BETON BERTULANG

A. JENIS JENIS KOLOM


Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis jenis kolom ada tiga, yaitu :

 Kolom ikat (tie column).


 Kolom spiral (spiral column).
 Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994), ada tiga jenis kolom beton
bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya. Bentuk penampang kolom
bisa berupa bujur sangkar atau berupa empat persegi panjang. Kolom dengan bentuk
empat persegi ini merupakan bentuk yang paling banyak digunakan, mengingat
pembuatannya yang lebih mudah, perencanaannya yang relatif lebih sederhana serta
penggunaan tulangan longitudinal yang lebih efektif (jika ada beban momen lentur) dari
type lainnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Kolom ini mempunyai bentuk yag lebih bagus
dibanding bentuk yang pertama di atas, namun pembuatannya lebih sulit dan penggunaan
tulangan longitudinalnya kurang efektif (jika ada beban momen lentur) dibandingkan dari
type yang pertama di atas. Hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom.
Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi
cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.

3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan
pokok memanjang. Bentuk ini biasanya digunakan, apabila jika hanya menggunakan kolom
bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat besar karena bebannya yang cukup besar,
dan disisi lain diharapkan ukuran kolom tidak terlalu besar. Hasil berbagai eksperimen
menunjukkan bahwa kolom berpengikat spiral ternyata lebih tangguh daripada yang
menggunakan tulangan sengkang.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 1


Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan
kolom praktis.
Kolom Utama.
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak
kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu
besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan
harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d
12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel
diameter 8 dengan jarak 10 cm).
Kolom Praktis
Kolom Praktis adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada
pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan
beton 4 d 10 begel d 8-20. Berdasarkan kelangsingannya, kolom dapat dibagi atas :
a) Kolom Pendek, dimana masalah tekuk tidak perlu menjadi perhatian dalam
merencanakan kolom karena pengaruhnya cukup kecil,
b) Kolom Langsing, dimana masalah tekuk perlu diperhitungkan dalam
merencanakankolom.

B. MATERIAL PENYUSUN PONDASI DAN KOLOM

Ditinjau dari fungsinya, material pembentuk beton adalah semen dan air untuk
membentuk pasta semen sebagai perekat yang bersama dengan agregat halus membentuk
mortar yang berfungsi mengikat agregat kasar menjadi satu kesatuan yang kompak.
Agregrat kasar berfungsi sebagai pengisi untuk memberikan kekuatan dan memperkecil
penyusutan, sedangkan mortar akan menutupi seluruh permukaan agregat kasar dimana
setelah mengeras akan menjadi satu kesatuan massa yang kompak dan padat.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 2


a. Semen
Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen Portland atau semen Portland
pozzolan. Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat – silkat kalsium yang bersifat hidrolis bersama bahan
tambahan yang biasa disebut gips. Sedangkan semen Portland pozzolan merupakan
campuran merata antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan yang mempunyai sifat
pozzolan, yang dibuat dengan cara menggiling klinker semen portland dengan bahan yang
mempunyai sifat pozzolan secara bersama – sama. Bahan yang mempunyai sifat pozzolan
yaitu bahan yang sebagian besar terdiri dari unsur – unsur silikat atau aluminat yang reaktif
dan dalam keadaan halus (lolos ayakan 0,21mm) bereaksi dengan air dan kapur padam pada
suhu normal (24 C – 27 C) menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air
(Tjokrodimuljo, 1996). Semen Portland yang digunakan dalam pembuatan beton harus
memenuhi ketentuan dalam SNI 15-2049-1994. Bahan dasar penyusun semen terdiri dari
bahan-bahan yang terutama mengandung kapur, silika dan oksida besi, maka bahan-bahan
itu menjadi unsur-unsur pokok semennya (Kardiyono Tjokrodimulyoo. 1994). Dalam
pedoman beto 1989 disyaratkan bahwa semen portland untuk pembuatan beton harus
merupakan jenis-jenis yang memenuhi syarat-syarat SII 0013-81”Mutu dan uji semen”.

b. Jenis-jenis Semen Portland


Jenis Semen Karateristik Umum
 Jenis I Semen portland yang digunakan untuk tujuan umum.
 Jenis II Semen portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang.
 Jenis III Semen portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan awal yang tinggi
setelah pengikatan terjadi.
 Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas hidrasi yang rendah
 Jenis V Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut ketahanan yang kuat
terhadap sulfat.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 3


c. Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan pengisi tetapi agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan
suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton(Tjokrodimuljo, 1996). Menurut
Dipohusodo (1999), umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai
jumlah ± 70% - 75% dari seluruh volume massa padat beton. Oleh karena itu sifat dan mutu
agregat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap sifat dan mutu beton yang dihasilkan.
Sifat yang penting dari agregat adalah kepadatan dan kekerasan massa agregat yang dapat
diukur dari kekuatan hancur dan kekuatan terhadap benturan karena dapat berpengaruh
terhadap ikatan dengan semen, porositas, karakteristik terhadap penyerapan air yang
dipengaruhi oleh perubahan cuaca, ketahanan terhadap zat kimia dan ketahanan terhadap
penyusutan. Pada prinsipnya agregat yang baik harus keras, kuat, dan ulet serta kekuatannya
harus melebihi kekuatan pasta semen yang telah mengeras.

d. Batu
Batu memiliki ukuran butiran lebih dari 40 mm dan tidak digunakan sebagai bahan penyusun
beton. Batu harus dipecah terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih kecil sebelum
digunakan sebagai bahan penyusun beton.

e. Kerikil (Agregat Kasar)


Agregat kasar dalam beton dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alam dari batuan
ataupun batuan pecah yang diperoleh dari hasil pemecahan batu yang memiliki ukuran
butiran antara 5 – 40 mm. Dari segi kekuatan, beton dengan proporsi campuran yang sama
tetapi menggunakan agregat kasar dengan tekstur yang berbeda akan menghasilkan
kekuatan yang berbeda pula, agregat dengan permukaan bersudut akan menghasilkan
kekuatan beton yang lebih besar dibandingkan agregat dengan tekstur/permukaan yang
bundar dan licin. Hal tersebut dikarenakan bentuk tekstur permukaan agregat yang kasar
akan menghasilkan beton dengan friksi geseran yang lebih besar, serta menambah kekuatan
ikatan antara agregat dengan pasta semen.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 4


f. Pasir
Agregat halus dalam beton adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu yang memiliki ukuran butiran
antara 0,15 – 5mm. Pasir dapat diperoleh dari dalam tanah, pada dasar sungai, atau dari tepi
laut. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
1. Pasir galian, merupakan pasir yang tajam, bersudut, berpori, dan bebas dari kandungan
garam, tetapi biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah.
2. Pasir sungai, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena gesekan.
3. Pasir laut, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena gesekan serta banyak
mengandung garam – garaman (Tjokrodimuljo,1996).
Agregat halus berperan penting sebagai pembentuk beton dalam pengendalian workability,
kekuatan, dan keawetan beton. Oleh karena itu pemakaian pasir sebagai pembentuk beton
harus dilakukan secara selektif. Hal ini dikarenakan pasir sering mengandung mineral –
mineral reaktif dan kotoran – kotoran organik.

g. Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen dan menghasilkan pasta untuk mengikat
butiran-butiran agregat menjadi suatu benda yang utuh, homogen, rapat serta mempunyai
kekerasan dan kekuatan bila sudah kering. Selain itu menjadi bahan pelumas antara butirbutir
agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan
semen hanya 25 % berat semen, namun dalam kenyaataannya nilai faktor air semen yang
dapat dipakai harus melebihi 0,35. Kelebihan ini dipakai sebagai pelumas. Namun kelebihan
ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton akan menurun serta akan terjadi
penyusutan yang besar, selain itu air yang berlebih bersama-sama dengan semen bergerak
ke permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang (bleeding) yang kemudian menjadi
buih dan membentuk satu lapisan tipis yang dikenal dengan laitance (selaput tipis). Selaput
tipis ini akan mengurangi lekatan antar lapisan beton dan merupakan bidang sambung yang
lemah. Bila jumlah air yang digunakan terlalu sedikit akan mempengaruhi kesempurnaan
reaksi hidrasi dan proses pengerjaan (workability) yang sulit dalam pengadukan.
Air yang akan digunakan untuk campuran beton hendaknya harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut (Tjokrodimuljo,1996).
a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gr/ltr.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15 gr/ltr.
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 5


h. Tulangan Baja
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-
retak (Dipohusodo, 1999). Beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu system struktur
dengan dibantu perkuatan tulangan baja, Tulangan baja akan menahan gaya tarik yang
timbul. Bahan baja yang digunakan memiliki sifat teknis menguntungkan, dan baja tulangan
dapat berupa batang baja lonjoran ataupun kawat rangkai las (wire mesh), yang berupa
batang kawat baja yang dirangkai (dianyam) dengan teknik pengelasan. Bahan terakhir
tersebut terutama dipakai untuk pelat dan cangkang tipis atau struktur lain yang tidak
mempunyai tempat cukup bebas untuk pemasangan tulangan, jarak spasi, selimut beton
sesuai dengan persyaratan pada umumnya. Bahan rangka baja dengan pengelasan yang
dimaksud, diperoleh dari hasil penarikan baja pada suhu rendah dan dibentuk dengan pola
ortogonal, bujur sangkar, atau persegi panjang dengan dilas pada semua titik pertemuannya.
Tulangan penguat dapat terdiri dari batang tulangan, bahan yang terbuat dari anyaman kawat
yang dilas, atau tali kawat (Dipohusodo, 1999). Batang tulangan untuk konstruksi biasa,
digunakan yang mempunyai tonjolan (tulangan yang berprofil). Tonjolan tersebut
mempunyai fungsi untuk mencegah pergeseran dari tulangan relative terhadap beton
sekelilingnya. Tulangan baja ini disebut tipe deform. Percobaan serta pengujian untuk
melakukan pendekatan dan penelitian yang berhubungan dengan sifat ekonomis penulangan
beton telah banyak dilakukan di beberapa negara, diantaranya adalah percobaan penulangan
dengan ferro cement yang menggunakan bahan kayu, bambu, atau bahan lain untuk
penulangan beton. Selain itu dapat pula berupa beton dengan perkuatan fiber (serat) yang
menggunakan serat-serat baja sebagai bahan perkuat atau serat dan serbuk bahan lain untuk
memperbaiki mutu bahan betonnya sendiri, misalnya dengan menggunakan abu terbang (fly
ash).
Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhitungan
perencanaan beton bertulang ialah tegangan luluh (fy) dan modulus elastisitas (Es)
(Dipohusodo, 1999). Tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan melalui prosedur pengujian
standar sesuai dengan SII 0136-84. Tegangan leleh baja adalah tegangan baja pada saat mana
meningkatnya tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Pada
perencanan atau analisis beton bertulang pada umumnya, nilai tegangan luluh baja tulangan
diketahui atau ditentukan pada awal perhitungan.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 6


Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah
sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai,
karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus
dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom
makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke
atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada
suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom
pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima
seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok
dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya
vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada
pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

C. DASAR DASAR PERHITUNGAN KOLOM


Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom:
1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua
lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu
bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang
menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus
diperhitungkan.
2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban tak seimbang
pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus diperhitungkan. Demilkian pula
pengaruh dari beban eksentris karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.
3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-ujung
terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit)
dengan komponen struktur lainnya.
4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan pada
kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relative kolom dengan
juga memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom.
Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:
• Kuat perlu
• Kuat rancang
No. Kondisi Faktor reduksi (ø)
1. Lentur tanpa beban aksial 0.8
2. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur 0.8
3. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
a. Tulangan spiral maupun sengkang ikat
b. Sengkang biasa: 0.7, 0.65
Asumsi Perencanaan

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 7


D. FUNGSI KOLOM
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom.
Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya
tekan dan gaya tarik pada bangunan .

E. CARA MEMBUAT KOLOM BETON


Cara membuat kolom beton bertulang pada gedung tidak semudah ketika membangun
rumah tinggal 1 lantai, perlu ketelitian dan ketepatan penggunaan metode kerja terbaik agar
dapat menghasilkan kualitas kolom beton terbagus dan termurah. Pembuatan kolom praktis
pada pembangunan rumah tinggal prosesnya cukup sederhana dan cepat, yaitu membeli besi
rangkaian kolom praktis di toko bangunan lalu memasangnya dengan beskisting dinding batu
bata secara langsung ditambah papan kayu maka pengecoran kolom praktis sudah bisa dimulai
hingga selesai. Sedangkan pada pembangunan kolom beton gedung bertingkat tinggi prosesnya
agak panjang, yaitu kurang lebih sebagai berikut:
1. Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk menggambarkan bentuk
konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
2. Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan dimensi kolom
dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap ekonomis.
3. Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan, ini harus pas
sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat tinggi yang angka toleransi
kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam mengukur maka ada resiko keruntuhan
gedung.
4. Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu dipersiapkan.
ini sering disebut sebagai bestek besi.
5. Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah direncanakan.
6. Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
7. Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat alumunium atau media lain yang
mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
8. Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
9. Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran rencana, dan
apakah sudah benar-benar tegak.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 8


10. Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
11. Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai hasil
perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-400 dan
seterusnya.
12. Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan dengan
berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung atas bekisting.

Pada setiap rangkaian pelaksanaan pekerjaan tersebut membutuhkan pengecekan bersama


entah itu dengan konsultan perencana, kontraktor, konsultan pengawas maupun pemilik gedung
secara langsung. hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi dalam
perencanaan maupun pelaksanaan.

F. MENDESAIN KOLOM BETON BERTULANG


a. Analisa
1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan
pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi
rotasi di ujung bawah kolom.
2. Reduksi Momen Inersia, Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom
direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang).

b. Beban Desain (Design Loads)


Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah:
1. Kombinasi Pembebanan. Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif. Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul
beban aksial), beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban
hidup kumulatif.
Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983 Tabelnya
adalah sebagai berikut:
Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi
1 1.0
2 1.0
3 0.9
4 0.8
5 0.7
6 0.6
7 0.5
8 atau lebih 0.4

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 9


Contoh cara penggunaan:
Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai memberikan
reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup yang digunakan untuk
desain kolom pada masing-masing lantai adalah:
- Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
- Lantai 4 : 1.0 x (2×60) = 120 kN
- Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN
- Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN
- Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN
Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak perlu
sebesar 5×60 = 300 kN.

Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom dibebani
penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa kecil
kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu
yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan,
misalnya 1.2D + 1.6L.

c. Detailing Kolom Beton


Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Ukuran penampang kolom.
Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh kurang dari
300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak
boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka
ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.

2. Rasio tulangan, tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%).
Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di
dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk
kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di
bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya,
mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih
ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih
terpenuhi.

3. Tebal selimut beton, adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm
atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah jarak
antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang
mengalami tarik. Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat
tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 10


Catatan:
Toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat
pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut
tidak boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut
setebal 30 mm.
Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan
finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau
tidak disengaja..

4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh
ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang
kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam
sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton. Pipa aluminium tidak boleh ditanam,
kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi
tulangan.

5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150
mm.

6. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah


pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus
benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI. Selain menahan gaya geser,
sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak
“berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi,
sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal (misalnya
tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’)

7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.Pada high-rise
building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang
berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada
saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection)
dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah
intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini
diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton
yang berbeda.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 11


d. Gaya Dalam
Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom
apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau
kolom langsing.
Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus
dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 12


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara garis besar kolom di bedkan menjadi beberapa macam yaitu kolom
menggunakan pengikat sengkang spiral, kolom menggunakan pengikat spiral, dan
struktur kolom komposit.

2. Kelangsingan kolom adalah pertimbangan penting dalam perencanaan kolom karena


semakin langsing atau semakin panjangnya suatu kolom, kekuatan penampangnya akan
berkurang bersamaan dengan timbulnya masalah tekuk yang dihadapi.
3. Keruntuhan kolom langsing lebih ditentukan oleh kegagalan tekuk lateral dari pada kuat
lentur penampangnya.

4. Eksentris beban dapat terjadi akibat timbulnya momen yang disebabkan oleh kekangan
pada ujung ujung kolom yang dicetak monolit dengan komponen lain, pelaksanaan
pemasangan yang kurang sempurna, ataupun penggunaan mutu bahan y penggunaan
mutu bahan yang tidak merata.

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 13


DAFTAR PUSAKA

 http://rekayasakonstruksi.blogspot.com/2011/07/tinjauan-pustaka.html

 http://www.fatchamiyusrina.blogspot.com

 http://normanray.files.wordpress.com/2010/04/5-kolom-3.pdf

 http://indrajhon.wordpress.com/my-blogs/analisis-kekuatan-kolom-beton-bertulang/

 http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/

 http://jumantorocivilengiinering.blogspot.com/2013/06/beton-bertulang.html

 http://tekniksipilinfo.blogspot.com/2011/09/jenis-jenis-kolom-beton.html

 http://bbyuli.blogspot.com/2013/03/beton-bertulang-kolom.html

 http://www.ilmusipil.com/cara-membuat-kolom-beton-bertulang

 http://riski07.blogspot.com/2012/12/cara-menentukan-ukuran-kolom.html

MAKALAH STRUKTUR BETON ARBI 14

Anda mungkin juga menyukai