DI SUSUN OLEH
NAMA : ARBI FEBRI PRATAMA
NIM : 3201901051
KELAS : 4C DIII
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kolom Beton Bertulang" dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Struktur Beton. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang struktur beton bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rafani Ginting S.T.,M.T. selaku Dosen
Mata Kuliah Stuktur Beton. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Arbi Febri Pratama
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... IV
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 1
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai
dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang
diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah
mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi,
karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus
diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh.Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton.
Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi
adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural
lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Kolom ini mempunyai bentuk yag lebih bagus
dibanding bentuk yang pertama di atas, namun pembuatannya lebih sulit dan penggunaan
tulangan longitudinalnya kurang efektif (jika ada beban momen lentur) dibandingkan dari
type yang pertama di atas. Hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom.
Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi
cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan
pokok memanjang. Bentuk ini biasanya digunakan, apabila jika hanya menggunakan kolom
bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat besar karena bebannya yang cukup besar,
dan disisi lain diharapkan ukuran kolom tidak terlalu besar. Hasil berbagai eksperimen
menunjukkan bahwa kolom berpengikat spiral ternyata lebih tangguh daripada yang
menggunakan tulangan sengkang.
Ditinjau dari fungsinya, material pembentuk beton adalah semen dan air untuk
membentuk pasta semen sebagai perekat yang bersama dengan agregat halus membentuk
mortar yang berfungsi mengikat agregat kasar menjadi satu kesatuan yang kompak.
Agregrat kasar berfungsi sebagai pengisi untuk memberikan kekuatan dan memperkecil
penyusutan, sedangkan mortar akan menutupi seluruh permukaan agregat kasar dimana
setelah mengeras akan menjadi satu kesatuan massa yang kompak dan padat.
d. Batu
Batu memiliki ukuran butiran lebih dari 40 mm dan tidak digunakan sebagai bahan penyusun
beton. Batu harus dipecah terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih kecil sebelum
digunakan sebagai bahan penyusun beton.
g. Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen dan menghasilkan pasta untuk mengikat
butiran-butiran agregat menjadi suatu benda yang utuh, homogen, rapat serta mempunyai
kekerasan dan kekuatan bila sudah kering. Selain itu menjadi bahan pelumas antara butirbutir
agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan
semen hanya 25 % berat semen, namun dalam kenyaataannya nilai faktor air semen yang
dapat dipakai harus melebihi 0,35. Kelebihan ini dipakai sebagai pelumas. Namun kelebihan
ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton akan menurun serta akan terjadi
penyusutan yang besar, selain itu air yang berlebih bersama-sama dengan semen bergerak
ke permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang (bleeding) yang kemudian menjadi
buih dan membentuk satu lapisan tipis yang dikenal dengan laitance (selaput tipis). Selaput
tipis ini akan mengurangi lekatan antar lapisan beton dan merupakan bidang sambung yang
lemah. Bila jumlah air yang digunakan terlalu sedikit akan mempengaruhi kesempurnaan
reaksi hidrasi dan proses pengerjaan (workability) yang sulit dalam pengadukan.
Air yang akan digunakan untuk campuran beton hendaknya harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut (Tjokrodimuljo,1996).
a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gr/ltr.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15 gr/ltr.
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom dibebani
penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa kecil
kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu
yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan,
misalnya 1.2D + 1.6L.
2. Rasio tulangan, tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%).
Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di
dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk
kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di
bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya,
mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih
ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih
terpenuhi.
3. Tebal selimut beton, adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm
atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah jarak
antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang
mengalami tarik. Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat
tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.
4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh
ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang
kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam
sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton. Pipa aluminium tidak boleh ditanam,
kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi
tulangan.
5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150
mm.
7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.Pada high-rise
building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang
berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada
saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection)
dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah
intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini
diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton
yang berbeda.
A. Kesimpulan
1. Secara garis besar kolom di bedkan menjadi beberapa macam yaitu kolom
menggunakan pengikat sengkang spiral, kolom menggunakan pengikat spiral, dan
struktur kolom komposit.
4. Eksentris beban dapat terjadi akibat timbulnya momen yang disebabkan oleh kekangan
pada ujung ujung kolom yang dicetak monolit dengan komponen lain, pelaksanaan
pemasangan yang kurang sempurna, ataupun penggunaan mutu bahan y penggunaan
mutu bahan yang tidak merata.
http://rekayasakonstruksi.blogspot.com/2011/07/tinjauan-pustaka.html
http://www.fatchamiyusrina.blogspot.com
http://normanray.files.wordpress.com/2010/04/5-kolom-3.pdf
http://indrajhon.wordpress.com/my-blogs/analisis-kekuatan-kolom-beton-bertulang/
http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/
http://jumantorocivilengiinering.blogspot.com/2013/06/beton-bertulang.html
http://tekniksipilinfo.blogspot.com/2011/09/jenis-jenis-kolom-beton.html
http://bbyuli.blogspot.com/2013/03/beton-bertulang-kolom.html
http://www.ilmusipil.com/cara-membuat-kolom-beton-bertulang
http://riski07.blogspot.com/2012/12/cara-menentukan-ukuran-kolom.html