Anda di halaman 1dari 20

Struktur Kayu I

BAB VI
BATANG LENTUR

Batang lentur (balok) adalah bagian dari struktur yang memikul beban yang
bekerja tegak lurus terhadap sumbu memanjangnya sehingga batang itu mengalami
pelenturan. Dalam perencanaan batang lentur biasanya diawali dengan pemilihan
sebuah penampang batang sedemikian sehingga tegangan lentur yang terjadi
memenuhi persyaratan, kemudian dilakukan kontrol terhadap tegangan geser dan
lendutan. Apabila kontrol terhadap tegangan geser atau lendutan tidak terpenuhi, maka
dilakukan perubahan penampang batang.

A. Perencanaan batang lentur.


Batang lentur direncanakan untuk dapat mendukung gaya momen lentur dan
gaya geser seperti pada Persamaan 6.1. Tahanan terkoreksi adalah hasil perkalian
tahanan acuan dengan faktor-faktor koreksi. Komponen struktur lentur yang memikul
gaya-gaya setempat harus diberi pendetailan tahanan dan kestabilan yang cukup pada
daerah bekerjanya gaya-gaya tersebut.
Mu ≤ λ фb M’ (6.1a)
Vu ≤ λ фv V’ (6.1b)
Mu : momen lentur terfaktor  : faktor waktu
Vu : gaya geser terfaktor b : faktor tahanan lentur, 0,85
M’ : tahanan lentur terkoreksi v : faktor tahanan geser, 0,75
V’ : tahanan geser terkoreksi

Bentang rencana harus digunakan dalam menghitung momen lentur, gaya,


geser, dan lendutan. Untuk komponen struktur berbentang sederhana yang tidak
menyatu dengan tumpuan-tumpuannya maka bentang rencana adalah bentang bersih
ditambah setengah kali panjang tumpuan pada masing-masing ujung.

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 1


Struktur Kayu I

Takikan pada balok harus dihindari, terutama yang terletak jauh dari tumpuan
dan berada pada sisi tarik. Konsentrasi tegangan yang disebabkan oleh takikan dapat
dikurangi menggunakan konfigurasi takikan yang diiris miring secara bertahap
daripada menggunakan takikan dengan sudut tajam. Apabila harus dibuat takikan
dengan sudut tajam, maka perkuatan dengan alat pengencang perlu ditambahkan untuk
mencegah timbulnya retak seperti terlihat pada Gambar 6.1. Takikan pada ujung balok
tidak boleh melampui seperempat tinggi balok glulam (kayu laminasi structural). Balok
tidak boleh ditakik di lokasi selain daripada di ujung balok bertumpuan sederhana.
Tahanan lentur balok pada setiap penampang yang bertakik, baik di sisi tarik
maupun di sisi tekan, tidak boleh melampui tahanan lentur dari penampang neto pada
lokasi yang terkakik, bila takikannya berada pada sisi tekan. Bila suatu takikan berada
pada sisi tarik, dan momen yang bekerja di sepanjang bagian yang bertakik tersebut
melebihi setengah tahanan lentur balok yang dihitung pada penampang neto minimum
bertakik maka tahanan lentur seluruh balok ditentukan oleh neto bertakik tersebut.

Gambar 6.1. Takikan pada tumpuan ujung; (a ) takikan miring, (b)


penambahan alat pengencang.

Pada konstruksi sistem lantai dimana terdapat tiga atau lebih balok kayu yang
tersusun dengan jarak tidak lebih dari 600 mm (jarak pusat ke pusat) kemudian
disatukan dengan sistem penutupan, maka kekuatan konstruksi tidak sepenuhnya
bergantung pada masing-masing tahanan lentur satu balok. Pada sistem konstruksi ini,
semua balok akan bekerja secara bersama-sama sehingga kekuatan secara sistem lebih

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 2


Struktur Kayu I

besar dari pada penjumlahan kekuatan masing-masing balok. Apabila terdapat beban
terpusat pada satu balok, maka beban tersebut akan didukung tidak hanya oleh satu
balok melainkan secara bersama-sama oleh seluruh balok pada sistem tersebut. Untuk
mempertimbangkan perilaku sistem lantai ini, maka tahanan lentur acuan dapat
dikalikan dengan faktor koreksi pembagi beban (Cr) yaitu sebesar 1,15.
Apabila balok diletakkan secara tidur (dimensi lebih besar dari pada dimensi
tebal/tinggi) sehingga menderita tegangan lentur pada sumbu lemahnya, maka tahanan
lentur acuan dapat dikalikan dengan faktor koreksi penggunaan datar (Cfu) seperti pada
Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Faktor koreksi penggunaan datar1 Cfu


Tebal/Tinggi
Lebar 50 mm dan 75 mm 100 mm

50 mm dan 75 mm 1,00 -
100 mm 1,10 1,00
125 mm 1,10 1,05
150 mm 1,15 1,05
200 mm 1,15 1,05
250 mm dan lebih 1,20 1,10

1. Pengaku lateral (Bracing)


Balok yang memiliki perbandingan tinggi terhadap lebar lebih besar daripada
dua dan dibebani terhadap sumbu kuatnya harus memiliki pengaku lateral pada
tumpuan – tumpuannya untuk mencegah terjadinya rotasi atau peralihan lateral.
Pengakuan lateral tidak diperlukan pada balok berpenampang bundar, bujur sangkar,
atau persegi panjang yang mengalami lentur terhadap sumbu lemahnya saja.
Untuk balok kayu masif, kekangan yang digunakan untuk mencegah rotasi atau
peralihan lateral ditentukan berdasarkan nilai perbandingan tinggi nominal terhadap
tebal nominal (d/b) sebagai berikut
a) d/b < 2 : tidak diperlukan pengekang lateral;

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 3


Struktur Kayu I

b) 2 < d/b < 5 : semua tumpuan harus dikekang menggunakan kayu masif pada seluruh
ketinggian balok;
c) 5 < d/b < 6 : sisis tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok;
d) 6 < d/b < 7 : pengekang penuh setinggi balok harus dipasang untuk setiap selang
2.400 mm kecuali bila kedua sisi tekan dan tarik kekang secara bersamaan atau bila
sisi tekan balok dikekang pada seluruh panjangnya oleh lantai dan pada tumpuan-
tumpuannya diberi pengekang lateral untuk mencegah rotasi;
e) d/b > 7 : kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan pada seluruh
panjangnya.
Pengaku lateral harus diadakan pada semua balok kayu masif berpenampang persegi
panjang sedemikian sehingga rasio kelangsingannya (R b) tidak melebihi 50 seperti
pada Persamaan 6.2. dengan le adalah panjang efektif ekivalen yang nilainya dapat
dilihat pada lampiran 1.
le d
Rb   50 (6.2)
b2

2. Tahanan lentur balok yang terkekang dalam arah lateral


Anggapan balok yang terkekang penuh dalam arah lateral dijumpai pada
kondisi-kondisi berikut ini :
 Balok berpenampang bundar atau bujursangkar,
 Balok berpenampang persegi panjang yang terbebani pada arah sumbu
lemahnya saja.
 Balok berpenampang persegi panjang yang terbebani pada arah sumbu kuat dan
memenuhi persyaratan pengakuan lateral (bracing) seperti yang telah
diuraikannya sebelumnya.
Tahanan lentur balok dihitung dengan anggapan nilai faktor koreksi stabilitas balok
(CL) sama dengan 1,00. Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis
yang terlentur terhadap sumbu kuatnya (x-x) adalah :

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 4


Struktur Kayu I

M’ = M’x = SxFbx’ (6,3)

Keterangan :
M’ = Mx’ : tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat
Sx : Modulus penampang lentur terhadap sumbu kuat
Fbx’ : Kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat dengan nilai
faktor koreksi CL=1,00.

Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang terlentur terhadap
sumbu lemahnya (y-y) adalah :
M’ = My’ = SyFby’ (6,4)
Keterangan :
M’ = My’ : Tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu lemah
Sy : modulus penampang lentur terhadap sumbu lemah
Fby’ : kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu lemah dengan nilai
faktor koreksi CL = 1,00.

Tahanan lentur terkoreksi yang ditetapkan oleh persamaan 6.3 harus dikalikan
dengan faktor koreksi bentuk (CL) sebesar 1,15 untuk komponen struktur
berpenampang bundar selain daripada untuk tiang dan pancang, dan harus dikalikan
dengan faktor bentuk sebesar 1,40 untuk komponen struktur berpenampang persegi
panjang yang terlentur terhadap sumbu diagonal.
3. Tahanan lentur balok tanpa pengekang lateral penuh
Tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat (xx) dari balok berpenampang
prismatis persegi panjang tanpa pengekang lateral atau bagian yang tak terkekang dari
balok tersebut adalah :
M’ = CL SxFbx* (6.5)
Faktor stabilitas balok (CL) dihitung sebagai berikut :

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 5


Struktur Kayu I

2
1  b 1 b  
CL     b (6.6)
2cb  2cb  cb

dengan :
s M e
b  (6.7)
b M x *

Sx adalah modus penampang untuk lentur terhadap sumbu kuat (x-x); Mx* adalah
tahanan lentur untuk lentur terhadap sumbu kuat (x-x) dikalikan dengan semua faktor
koreksi kecuali faktor koreksi penggunaan datar (C fu) dan faktor koreksi stabilitas
balok (CL); Cb = 0,95; s = 0,85 adalah faktor tahanan stabilitas; Me adalah momen
tekuk lateral elastis yang dapat diperoleh pada Persaman 6.8.
Iy
Me = 2,40 E! y 05 (6.8)
le

B. Gaya geser
Apabila beban yang mengakibatkan lentur bekerja pada muka balok yang
berlawanan dengan muka tumpuan maka seluruh beban yang terletak di dalam jarak d
(tinggi balok) dari bidang muka tumpuan tidak perlu diperhitungkan dalam
menentukan gaya geser perlu seperti pada Gambar 6.2.

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 6


Struktur Kayu I

Gambar 6.2 Reduksi gaya geser sejarak tinggi balok dari muka tumpuan

Tahanan geser terkoreksi (V’) dihitung dengan Persamaan 6.9 sebagai berikut :

FV ' Ib
V'  (6.9)
Q
Keterangan :
F v’ = kuat geser sejajar serat terkoreksi,
I = momen inersia balok,
b = lebar balok
Q = momen statis penampang terhadap sumbu netral.

Untuk penampang persegi panjang dengan lebar b dan tinggi d, Persamaan 6.9
dapat disederhanakan menjadi Persamaan 6.10
2
V'  Fv ' bd (6.10)
3

1. Tahanan geser di daerah takikan


Pada penampang di sepanjang takikan dari sebuah balok persegi panjang
setinggi d, tahanan geser terkoreksi pada penampang bertakik dihitung dengan

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 7


Struktur Kayu I

Persamaan 6.11. dengan d adalah tinggi balok tanpa takikan dan dn adalah tinggi balok
di dalam daerah takikan.

2 d 
V !   F! V bd n   n  (6.11)
3  d 
Sebagai alternatif, apabila ujung takikan terdapat irisan miring dengan sudut 
(lihat Gambar 6.1) terhadap arah serat kayu untuk mengurangi konsentrasi tegangan
maka tahanan geser terkoreksi pada penampang bertakik dihitung sebagai berikut :
2   (d  dn) sin  
V '   F 'V bd n  1   (6.12)
3  d 

2. Tahanan geser di daerah sambungan


Apabila suatu sambungan pada balok persegi panjang menyalurkan gaya yang
cukup besar sehingga menghasilkan lebih dari setengah gaya geser di setiap sisi
sambungan maka tahanan geser terkoreksi dihitung berdasarkan Persamaan 6.13.
dengan de adalah tinggi efektif balok pada daerah sambungan seperti ditunjukkan pada
Gambar 6.3.

2 d 
V '   F 'V bd e   e  (6.13)
3  d 

Gambar 6.3. Defenisi tinggi balok efektif pada daerah sambungan

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 8


Struktur Kayu I

C. Lendutan
Selain mengalami lenturan dan geser, batang lentur juga menderita lendutan.
Lendutan pada batang lentur dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tegangan.
Batang lentur pada sistem lantai diharuskan memiliki lendutan yang kecil untuk
menghindari timbulnya keretakan pada penutup lantaiseperti keramik. Sehingga pada
beberapa jenis struktur tertentu sering kali dimensi penampang balok ditentukan oleh
pembatasan nilai lendutan, tidak oleh tegangan lentur.
Lendutan sebuah batang lentur seperti Gambar 6.4 ditentukan oleh banyak
faktor seperti gaya-gaya luar yang bekerja, bentang balok, momen inersia penampang,
dan modulus elastisitas lentur terkoreksi seperti dinyatakan dalam Persamaan 6.14.
Modulus elastisitas lentur terkoreksi merupakan hasil perkalian antara modulus
elastisitas lentur dengan faktor koreksi. Untuk balok lentur dengan beban merata
sepanjang bentang, lendutan maksimum dihitung berdasarkan Persamaan 6.15 dan
untuk balok dengan beban terpusat di tengah bentang, lendutan maksimum dihitung
berdasarkan Persamaan 6.16.

 P, w, L 
Max  = f   (6.14)
 I , E' 

5 wL4
Max  = (6.15)
384 E ' I
1 PL3
Max  = (6.16)
48 E ' I

P q

Gambar 6.4. Bentuk lendutan pada balok dengan tumpuan sederhana

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 9


Struktur Kayu I

Lendutan ijin komponen batang lentur pada konstruksi terlindung adalah L/300
dan pada konstruksi tiak terlindung adalah L/400 dengan L adalah panjang bentang
bersih. Nilai lendutan ijin perlu diperhitungkan pada pembebanan yang berasal dari
berat sendiri dan beban tetap.

D. Perencanaan tumpuan
Balok kayu pada bagian tumpuan atau pada lokasi dimana gaya – gaya luar
bekerja secara langsung menderita tegangan tekan tegak lurus serat seperti pada
Gambar 6.5. Oleh karena itu, bidang kontak antara balok dengan tumpuan atau dengan
gaya-gaya luar harus direncanakan sedemikian sehingga Persamaan 6.17 dapat
terpenuhi. Pu adalah gaya tekan terfaktor, A adalah luas tumpuan, c = 0,90, dan F’c
adalah tegangan tekan tegak lurus serat terkoreksi yang diperoleh pada persamaan 6.18.
Pu
fc  < cF’c┴ (6.17)
A
F’c┴ = Fc┴CMCtCpt…. (6.18)

P1

fc┴

fc┴

P2
Gambar 6.5. Tegangan tekan lurus serat pada daerah tumpuan

Apabila panjang bidang tumpu (lb) dalam arah panjang komponen struktur tidak
lebih dari 150 mm dan jarak kebidang tumpu dari ujung kolom (la) lebih besar dari 75
mm seperti Gambar 6.5, maka tahanan tekan tegak lurus serat dapat dikalikan dengan

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 10


Struktur Kayu I

faktor koreksi bidang tumpu (Cb) seperti pada persamaan 6.19 dengan nilai lb dalam
satuan mm.
Cb = (lb + 9,5)/lb (6.19)

Apabila bidang kontak antara tumpuan dengan balok lentur tidak tegak lurus
serat, melainkan bersudut  seperti pada Gambar 6.6, maka kontrol tegangan tekan
harus dilakukan berdasarkan Persamaan 6.20. Tegangan tekan terkoreksi pada sudut 
dapat diperoleh dengan persamaan Hankinson seperti pada Persamaan 6.21. F’c adalah
tegangan tekan sejajar serat terkoreksi yang diperoleh pada Persamaan 6.22.
Pu
f = < cF’ (6.20)
A
F 'c F 'c
F’ = (6.21)
F ' c sin   F ' c  Cos 2
2

F’c = FcCm CtCpt… (6.22)

Tegangan tekan f
Balok tumpuan

P
Gambar 6.6 Tegangan tekan bersudut pada struktur atap miring

E. Contoh Perencanaan batang lentur

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 11


Struktur Kayu I

Contoh 1
Balok dari sistem lantai mendukung beban mati terbagi merata sebesar
5 kN/m (termasuk berat sendiri) seperti gambar dibawah. Apabila dimensi balok kayu
yang digunakan adalah 80/200 dengan kode mutu E19, tunjukkan apakah dimensi
balok yang dipilih memenuhi persyaratan tahanan lentur, geser, dan lendutan ijin.
Gunakan faktor koreksi CM = Ct = Cpt = CF = 1,00.

Penyelesaian
Karena balok berasal dari sistem lantai, maka dapat diasumsikan terdapat
kekangan lateral pada kedua ujungnya setinggi balok dan kekangan pada sisi tekan (sisi
atas) balok sepanjang bentang. Sehingga faktor koreksi stabilitas balok (C L) tidak perlu
diperhitungkan.
Hasil analisis struktur dengan kombinasi pembebanan 1,4D

wL2 (1,4 x5) 2,5 2


Momen lentur maksimum  5,47 kNm
8 8

wL (1,4 x5) 2,5


Gaya geser maksimum   8,75 kN
2 2
a. Kontrol tahanan lentur
Fbx’ = Fb Cm CtCptCF
Fbx’ = 44x1,00x1,00x1,00x1,00 = 44 MPa
Modulus penampang (Sx)

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 12


Struktur Kayu I

bd 2 80 x200 2
Sx =   533.333 mm3
6 6
Tahanan momen lentur terkoreksi (Mx!)
Mx’ = Sx Fbx’ = 533.333 x 44 = 23,47 kNm
Momen lentur terfaktor (Mu)
Mu < .b.Mx’
5,47 kNm < 0,6 x 0,85 x 23,47 = 11,97 kNm ….Ok

b. Kontrol tahanan geser


Fy’ = FV CM CtCpt
Fv’ = 5,6 x1,00 x1,00 x1,00 = 5,6 MPa
Tahanan geser terkoreksi (V’)
2 2
V’ = F 'v bd  x 5,6 x 80 x 200  59,73 kN
3 3
Gaya geser terfaktor (Vu)
Vu < .v.V’
8,75 kN < 0,6 x 0,75 x 59,73 = 26,88 kN ….Ok

c. Kontrol lendutan
E’ = Ew CM CrCpt
E’ = 18000 x 1.00 x 1.00x1,00 = 18000 MPa
L 2500
Lendutan ijin   8,3 mm
300 300

Lendutan maksimum ()


bd 3 80 x200 3
I =   53,33 x10 6 mm4
12 12
5 wL4
∆=
384 E ! I

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 13


Struktur Kayu I

5 5 x 2500 4
=
384 1800 x 53,33.10 6
= 2,65 mm < lendutan ijin (8,3 mm)
Dimensi balok 80/200 mm memenuhi persyaratan tahan lentur, tahanan geser,
dan lendutan ijin. Walaupun demikian, dimensi balok bisa diperkecil apabila
diinginkan.

Contoh 2
Balok dengan sistem pembebanan seperti gambar di bawah terbuat dari kayu
dengan kode mutu E20. Beban terbagi merata dan beban titik berasal dari beban mati
(D). pada balok tidak terdapat pengaku lateral baik pada kedua ujungnya maupun pada
sisi tekan. Berdasarkan kombinasi pembebanan 1,4 D dan faktor waktu () = 0,6
tentukanlah dimensi balok yang memenuhi persyaratan gaya lentur dan gaya geser.

Penyelesaian
Hasil analisis struktur dengan kombinasi pembebanan 1,4 D

wL2 PL 4 x32 5 x3
Mmax =     8,25 kNm
8 4 8 4
Mu = 1,4 x 8,25 = 11,55 kNm

wL P 4 x3 5
Vmax =     8,5 kN
2 2 8 2
Vu = 1,4 x 8,5 = 11,9 kN

Trial 1

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 14


Struktur Kayu I

Penampang balok adalah 60/150 (b = 60 mm dan d = 150 mm)


Karena tidak ada pengekang lateral pada balok, balok terlentur pada sumbu kuatnya,
dan nilai d/b (150/60 = 2,5) lebih besar daripada 2,00, maka control tahanan lentur
ditentukan dengan Persaman 6.5 sampai dengan Persamaan 6.7.

Kontrol tahanan lentur


Fbx’ = Fbx = 47 MPa (semua faktor koreksi dianggap = 1,00)

Modulus penampang (Sx)


bd 2 60 x150 2
Sx =   225.000 mm3
6 6
Menghitung faktor stabilitas balok (CL)
Mx* = Sx Fbx’ = 225.000 x 47 = 10,575 kNm
lu/d = 3000/150 = 20
Karena lu/d lebih besar dari 14,3, maka :
le= 1,631u + 3d = 1,63 x 3000 + 3 x 150 = 5340 mm

Rasio kelangsingan (Rb)


Ied 5340 x 150
Rb = = = 14,9 ( < 50 ) ….Ok!
b2 60 2
Ey05’= 0,69 Ew’ = 0,69 x19000 =13.110 Mpa

db3 150 x60 3


Iy =   5.400.000 mm 4
12 12
IY 5.400.000
Me = 2,40 Ey05’  2,40 x13110  31,8 kNm
Ie 5340

s M e 0,85 x31,8
b   5
b M x *
0,6 x0,85 x10,575

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 15


Struktur Kayu I

1  b 1 5
  3,16
2cb 2 x 0,95
2
1 b 1  b   5
CL =     b  3,16  (3,16) 2   0,987
2cb  2cb  cb 0,95

Tahanan momen lentur terkoreksi (Mx’)


Mx’ = CLSxFbx’ = 0,987 x 225.000 x 47 = 10,4 kNm

Momen lentur terfaktor (Mu)


Mu < .b.Mx’
11,55 kNm < 0,6 x 0,85 x 10,4 = 5,3 kNm …. Tidak Ok!

Trial 2
Penampang balok adalah 100/180 (b=100 mm dan d =180 mm)
Karena nilai d/b (180/100=1,8) lebih kecil daripada 2,0, maka pada balok tidak
diperlukan kekangan lateral; faktor koreksi stabilitas balok (CL) bernilai 1,00.

Kontrol tahan lentur


Fbx’ = 47 MPa
bd 2 100 x180 2
Sx =   540.000 mm3
6 6
Mx’ = Sx Fbx’ = 540.0000 x 47 = 25,38 kNm

Momen lentur terfaktor (Mu)


Mu < .b.Mx’
11,55 kNm < 0,6 x 0,85 x 25,38 = 12,94 kNm …. Ok!
Kontrol tahanan geser

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 16


Struktur Kayu I

Fx’ = FvCMCtCpt
Fv’ = 5,8 x1,00 x1,00 x1,00 = 5,8 MPa
Tahanan geser terkoreksi (V’) ;
2 2
V’ = FV ' bd  x 5,8 x100 x180  69,6 kN
3 3
Gaya geser terfaktor (Vu) :
Vu < .v V’
8.75 kN < 0,6 x 0,75 x 69,6 = 31,32 kN …..Ok!

Contoh 3
Balok gording dari rangka atap dengan bentang 3 m menerima beban pada kedua
sumbunya (sumbu kuat x-x, dan sumbu lemah y-y) seperti pada gambar. Kayu yang
digunakan memiliki kode mutu E17. rencanakan dimensi balok gording dengan
kombinasi 1,2D +1,6La + 0,8W. Gunakan faktor koreksi CM = Ct = Cpt = Cf = 1,00

Beban pada sumbu kuat Beban pada sumbu lemah

Mx(D) = 0,75x32/8 = 0,844 kNm My(D) = 0,5 x 32/8 = 0,5625 kNm


Mx(W) = 0,2x32/8 = 0,225 kNm My(W) = 0 kNm
Mx (La) = 0,8x3/4 = 0,6 kNm My (La) = 0,5 x 3/4 = 0,375 kNm

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 17


Struktur Kayu I

Penyelesaian
Momen terfaktor : Mux = 1,2 Mx (D) + 1,6 Mx(La) + 0,8 Mx (W) = 2,1 kNm
Muy = 1,2 My (D) + 1,6 My(La) + 0,8 My (W) = 1,275 kNm

Tegangan Acuan kayu (kode mutu E17)


Ew = 16000 MPa, dan Fb = 38 MPa
Persamaan tegangan lentur :
M ux M uy
 < 1,00
b M ' x b M ' y

Trial 1 (Dimensi kayu b = 80 mm dan d = 150 mm)


Ix = 1503 x 80/12 = 22,5x106 mm4 Ix = 150 x803/12 = 6,4 x106 mm4
Sx = 1502 x 80/6 = 300.000 mm3 Sy = 150 x802 /6 = 160.000 mm3

Karena nilai banding d/b (150/180 = 1,875) lebih kecil daripada 2,00, maka pada balok
tidak diperlukan pengekang lateral; CL= 1,00.
Fbx’ = CM CtCptCF Fbx = 38 MPa
Mx’ = Sx Fbx’ = 300.000 x 38 = 11,4 kNm MPa
Fby’ = Fby = 38 MPa
My’ = Sy Fby’ = 160.000 x 38 = 6,08 kNm

Kontrol tegangan lentur :


M ux M uy
 < 1,00
b M ' x b M 'Y
2,1 1,275
 < 1,00
0,8 x0,85 x11,4 0,8 x0,85 x6,08
0,27 + 0,31 <1,00
0,58 < 1,00 ….Ok!

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 18


Struktur Kayu I

Kontrol lendutan balok


Lendutan ijin (max)
L 300
max =   10 mm (Gording adalah konstruksi terlindung)
300 300
Lendutan akibat beban tetap
E’ = EwCM Ct Cpt = 16000 MPa
5 wL4
Lendutan pada sumbu kuat (x) =
384 E ' I

5 0,75 x3000 4
=  2,22 mm
384 16000 x22,5e6

5 wL4
Lendutan pada sumbu lemah (y) =
384 E ' I

5 0,5 x3000 4
=  5,15 mm
384 16000 x6,4e6

Lendutan total () = ( x ) 2  ( y ) 2 = 5,6 mm < max ….Ok!

Dimensi balok 80/150 mm dapat digunakan. Dimensi balok yang lebih kecil seperti
80/120 mm atau 60/120 mm dapat digunakan pada percobaan berikutnya.

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 19


Struktur Kayu I

Soal latihan.

4m b

Sebuah balok seperti pada Gambar 1 memikul beban mati q D dan beban hidup qL
dengan kombinasi pembebanan 1,2D + 1,6L. Balok dari kayu dengan kode mutu E17
mutu B. Karena pertimbangan lingkungan yang menyebabkan kadar air kayu lebih
tinggi dari 19%, maka faktor koreksi layan basah (CM) ditentukan sebesar 0,85
sedangkan faktor-faktor koreksi masa layan lainnya ditentukan sebesar 1,00. Faktor
waktu λ = 0,8.
Pertanyaan :
a. Jika qD= 0,4 kN/m, qL= 0,9 kN/m, b= 75 mm, dan balok terkekang lateral,
berapakah ukuran tinggi balok (d) minimum sehingga balok memenuhi syarat
tahanan lentur ?
b. Jika qD= 0,4 kN/m, b= 100 mm, d= 150 mm, balok tidak terkekang lateral,
berapakah besarnya beban hidup q L yang diijinkan sehingga balok masih
memenuhi syarat tahanan lentur ? (faktor stabilitas balok αb= 4,168 dan Cb=
0,95).
c. Jika qD= 0,4 kN/m, qL= 1,2 kN/m, b= 70 mm, dan d= 120 mm, periksalah
apakah balok memenuhi syarat tahanan geser?

Jurusan Teknik Sipil – Polmed VI - 20

Anda mungkin juga menyukai