Anda di halaman 1dari 91

METODE PELAKSANAAN DAN SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN : REHABILITASI JALAN


PEKERJAAN : Penanganan Long Segment (Pemeliharaan Berkala,
Rekontruksi Peningkatan, Pemeliharaan Rutin) Ruas Jalan
Sp. Gedung Aji Lama - Gedung Aji Lama (DAK
PenugasanTematik)

1. Uraian Umum
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus di baca dan dimengerti
bersama - sama dengan gambar - gambar rencana, yang keduanya menguraikan
tentang pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Penyedia. Identitas pekerjaan
seperti peta lokasi, tempat pekerjaan dilaksanakan dijelaskan dalam gambar
rencana. Dalam uraian ini disebutkan detail dari spesifikasi teknis untuk Pekerjaan
Penanganan Long Segment (Pemeliharaan Berkala, Rekontruksi
Peningkatan, Pemeliharaan Rutin) Ruas Jalan Sp. Gedung Aji Lama -
Gedung Aji Lama (DAK PenugasanTematik) pengerjaannya akan
diselenggarakan secara hati-hati dan efisien, disesuaikan dengan Metode
Pelaksanaan ini dan dengan petunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas dan
Direksi.Semua metode pelaksanaan ini mengacu pada spesifikasi umum 2018
untuk pekerjaan kosntruksi jalan dan jembatan revisi 2.

2. Dokumen Pekerjaan
Dokumen kerja merupakan syarat – syarat teknis yang digunakan oleh
Pengawas Lapangan dan konsultan pengawas sebagai bukti resmi untuk
kemajuan progress kerja. Tata cara pembuatan dokumen akan disampaikan pada
saat pre construction meeting atau pada saat proyek sedang berlangsung oleh
Pengawas Lapangan dan konsultan pengawas.

2.1 Dokumentasi Kegiatan


Penyedia jasa wajib mendokumentasi seluruh proses proyek meliputi surat
menyurat, arsip file, Pengambilan foto untuk tahapan setiap pekerjaan Per
0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dilapangan pada masa pelakasanaan
pekerjaan dan dikumpulkan pada akhir pekerjaan .

2.2 Laporan Progres dan Time schedule


Penyedia jasa wajib membuat laporan harian , laporan mingguan, dan laporan
bulanan yang berisi tentang kemajuan progress pekerjaan dilapangan yang
diperiksa oleh konsultan pengawas dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
Acuan kemajuan progress adalah time schedule yang diajukan pada saat
PCM atau paling lambat 1 minggu setelah tanda tangan kontrak kerja dan
disetujui oleh pejabat pemegang komitmen dan diperiksa oleh konsultan
pengawas

2.3 Gambar Kerja (Shop Drawing) dan Gambar Realisasi ( As-built Drawing)
Penyedia jasa wajib membuat gambar kerja (bukan gambar rencana dari
konsultan perencana) serta mutual check up awal mulai pekerjaan atau MC-0
yang diperiksa konsultan pengawas dan disetujui Pengawas Lapangan
sebelum melaksanakan pekerjaan fisik. Pada saat akhir pelaksanaan
pekerjaan selesai penyedia jasa wajib mebuat gambar realisasi yang
digunakan sebagai dasar pembayaran pekerjaan yang disetujui oleh
Pengawas Lapangan dan diperiksa konsultan pengawas.

2.4 Izin Kerja


Penyedia jasa wajib membuat izin kerja secara tertulis yang periksa oleh
konsultan pengawas dan disetujuiPengawas Lapangan sebelum memulai
pekerjaan. Izin kerja disetujui oleh pengawas lapangan bila alat, bahan, dan
Personil yang digunakan sesuai dengan yang tertera pada analisa harga
satuan pekerjaan yang di tawarkan oleh penyedia jasa jika tidak sesuai maka
pengawas lapangan wajib menolak izin kerja tersebut.
2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penyedia jasa wajib mengukuti penerapan rencana keselamatan konstruksi
yang terdapat pada analisa harga satuan yang dilelangkan .

2.6 Pembuatan Laporan Back Up Quantity dan Back Up Quality


Penyedia jasa wajib menyertakan back up quality dan quantity untuk setiap
pekerjaan atau sesuai dengan arahan dari konsultan pengawas dan
Pengawas Lapangan ,back up quantity merupakan volume yang telah
dikerjakan oleh penyedia jasa dan digunakan sebagai acuan
pembayaran.Back up quality adalah laporan mutu dari material dan syarat
syarat teknis yang telah di tetapkan dalam spesifikasi teknis ini yang mutlak
harus dipenuhi oleh penyedia jasa sebagai acuan dari mutu pekerjaan yang
baik. Jika mutu tidak terpenuhi PPK bisa tidak membayarkan pekerjaan yang
telah di lakukan oleh penyedia jasa atau penyedia jasa harus memperbaiki
pekerjaannya. Back up quantity dan quality harus diperiksa oleh konsultan
pengawas dan disetujui oleh Pengawas Lapangan secara berkala setiap
minggunnya atau selesai pengujian kualitas pekerjaan.

DIVISI 1. UMUM
3. Mobilisasi
3.1 Pekerjaan mobilisasi
Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan
tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan,
sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari dokumen Kontrak, dan
secara umum harus memenuhi berikut:

a) Ketentuan Mobilisasi pada pekerjaan ini antara lain :


1. Pengadaan base campyang digunakan sebagai kantor lapangan ,
serta gudang peralatan oleh penyedia jasa.
2. MobilisasiPersonil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi
pelaksanaan yang telah disetujui oleh konsultan pengawas dan
Pengawas Lapangan termasuk para tenaga kerja yang diperlukan
dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak
termasuk termasuk petugas K3 dilaksanakan secara bertahap.
3. Mobilisasi Personil inti dan peralatan utama dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan yang disepakati dalam
rapat persiapan pelaksanaan (Pre Construction Meeting).
4. Perkuatan jembatan eksisting untuk pengangkutan alat-alat berat (jika
diperlukansesuai arahan konsultan pengawas dan Pengawas
Lapangan ).
5. Penyedia jasa wajib menyediakan buku tamu dan absensi kunjungan
pada basecamp.
6. Papan Nama Proyek
Untuk papan nama proyek akan dilakukan penyewaan atau
pembelian. Papan nama proyek dengan dimensi yang disesuaikan
yang memuat tentang identitas proyek, terlebih dahulu dipasang
sebagai tanda dimulainya pekerjaan. Untuk patok penunjuk arah akan
dibuat dari kayu dan diberi tanda penunjuk arah.bentuk papan nama
proyek dapat dilihat pada gambar berikut :
1. Nama Pekerjaan
1,5
2. Sumber Dana m
mtr
3. Nilai Pekerjaan
1,2 m
4. Nama Kontraktor Pelaksana
5. Nama Konsultan Pengawas
6. Nama Instansi
7. Nama subtansi/ Dinas Papan Nama Proyek

3.2. Pekerjaan Demobilisasi


a) Pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir Masa
Pelaksanaan, termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan
perlengkapan dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian kondisi
tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum Tanggal Mulai Kerja
dari Pekerjaan. Dalam hal ini, pemindahan instalasi, peralatan dan
perlengkapan dari tanah milik Pemerintah tidak akan mengurangi
kewajiban Penyedia Jasa untuk menyediakan semua sumber daya yang
diperlukan selama Masa Pemeliharaan seperti keuangan, manajemen,
peralatan, tenaga kerja dan bahan.
b) Setiap mobilisasi alat berat dilakukan harus menyertakan peta rute yang
akan dilalui oleh kontraktor dan setiap mobilisasi harus mendapatkan izin
kerja dari konsultan pengawas dan direksi lapangan

3.3 Personil :
Daftar Personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapanagan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang

3.4Pengukuran dan Pembayaran pekerjaan mobilisasi.

a) Pengukuran
Pengukuran kemajuan mobilisasi akan ditentukan oleh konsultan
pengawas dan Pengawas Lapangan atas dasar jadwal kemajuan
mobilisasi yang lengkap dan telah disetujui.

b) Dasar Pembayaran
Mobilisasi harus dibayar atas dasar lump sum menurut jadwal
pembayaran yang diberikan di bawah, di mana pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan
semua peralatan, dan untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya
lainnya yang perlu untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dari
Spesifikasi ini. Walaupun demikian Pengawas Pekerjaan dapat, setiap
saat selama pelaksanaan pekerjaan, memerintahkan Penyedia Jasa
untuk menambah peralatan yang dianggap perlu tanpa menyebabkan
perubahan harga lump sum untuk Mobilisasi Pembayaran biaya lump sum
ini akan dilakukan dalam tiga angsuran sebagai berikut:

2. 50 % (lima puluh persen) bila mobilisasi telah memenuhi mobilisasi


personel, pembuatan papan nama, penyewaan atau pembelian
basecamp telah terlaksana.
3. 20 % (dua puluh persen) bila semua peralatan utama berada di
lapangan telah lengkap dimobilisasi dan diterima oleh Pengawas
Pekerjaan.
4. 30 % (tiga puluh persen) bila seluruh demobilisasi selesai dan
dokumen kerja meliputi laporan progress, foto dokumentasi , back up
quantity , back up quality dan izin kerja telah lengkap dibuat dan
dilaksanakan oleh penyedia jasa.
Bilamana Penyedia Jasa tidak menyelesaikan mobilisasi sesuai time
schedule pekerjaan yang disetujui PPK berhak memberikan teguran
sampi pemutusan kontrak kerja

4.Kesehatan dan Keselamatan Kerja

4.1 Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a) ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan kesehatan kerja


(K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat kerja
yangberhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan
peralatan kerjakonstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar
tempat kerja.
b) Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan
kerja dan perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan
Personil yang kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi
sesuai dengan tingkat risiko yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan.
Untuk pekerjaan ini hanya diperlukan petugas K3
c) Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan RakyatNo.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada)
tentang Pedoman SistemManjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi BidangPekerjaan Umum dan Pedoman Pelaksanaan
K3 untuk Konstruksi Jalan danJembatan No. 004/BM/2006, serta
peraturan terkait lainnya.

4.2 Penerapan Sistem Manajemen K3 Konstruksi

a) Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan, dan memelihara


prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendaliannya secara berkesinambungan sesuai dengan
Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K)
yang telah disetujui Pengawas Lapangan dan diperiksa konsultan
pengawas untuk seluruh pekerjaan
b) Penyedia Jasa wajib mempresentasikan RK3K pada rapat
persiapan pelaksanaanpekerjaan konstruksi untuk disahkan dan
ditanda tangani oleh PPK tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
c) Pada pekerjaan ini termasuk pekerjaan dengan potensi bahaya
rendah sehingga hanya dibutuhkan petugas K3 Konstruksi.
d) Penyedia jasa harus memnuhi persyaratan prosedur mulai dari
pembuatan laporan, solisasi dan lain lain semua semua peralatan
yang di butuhkan dalam K3 sesuai yang tertuang pada mata
pembayaran keselamatan dan kesehatan kerja.

4.3 Pengukuran dan Pembayaran Kesehatan dan keselamatan Kerja

a) Pembayaran yang diberikan kepada Penyedia Jasa harus mencakup


seluruh biaya untuk penanganan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) termasuk biaya tenaga ahli K3 Konstruksi. Pekerjaan
keselamatan dan kesehatan kerja dibayar atas dasar lump sum
menurut daftar pembayaran yang dibayar secara angsuran atas dasar
bulanan, secara proporsional berdasarkan kemajuan pekerjaan yang
diterima. Jumlah ini harus dipandang sebagai kompensasi penuh untuk
penyediaan semua bahan, peralatan, tenaga kerja, metode dan biaya
lainnya yang dianggap perlu untuk melaksanakan pekerjaan yang
sebagaimana mestinya.
b) Pengawas Lapangan akan memberi surat peringatan secara bertahap
kepada Penyedia Jasa apabila Penyedia Jasa menyimpang dari
ketentuandalam K3 yang telah disepakati dengan cara memberi surat
peringatan ke-1 dan ke-2. Apabila peringatan ke-2 tidak ditindaklanjuti,
maka setiap adanya kejadian dan/atau kelalaian akibat tidak
dilaksanakannya ketentuandalam pekerjaan ini maka akan dilakukan
pemotongan pembayaran samapai dengan pemberhentian sementara
proyek konstruksi

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH

5. Pekerjaan galian Biasa


Pekerjaan iniharus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitamya yang
diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.Pekerjaan ini
untuk pembuatan saluran air dengan pasangan batu dengan mortar. Untuk
pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian
bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal dan /atau perkerasan beton pada
perkerasan lama,dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang
yang sesuai dengan Spesifikasi inidan memenuhi garis, ketinggian dan
penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

5.1Pekerjaan Galian Biasa


a) Metode pekerjaan :
1. Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa harus memiliki izin kerja yang
disetujui oleh pengawas lapangan dan diperiksa oleh konsultan pengawas.
2. Penggalian tanah dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan
mencakup pembuangan material/bahan dalam bentuk apapun yang
dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu, bahan
organik dan bahan perkerasan lama yang sudah tidak dipakai
lagi.Sedangkan tanah galian yang memenuhi persyaratan dapat digunakan
untuk timbunan dan harus mendapatkan persetujuan dari pengawas
lapangan.
3. Penggalian tanah dilakukan dengan alat berat yaitu Excavator 80-140
HPuntuk daerah galian tanah yang dalam. lahan/daerah yang tidak bisa
dijangkau oleh alat berat dapat dibantu penggalian secara manual.
a. Muat hasil galian ke atas Dump Truck3,5 ton , angkut dan buang hasil
galian tersebut keluar area/lokasi kerja
b. Lakukan penggalian dan pembuangan secara berulang, sampai batas
galian dan elevasi yang sudah ditentukan:
c. Pada permukaan galian/pemotongan harus dibersihkan dari segala
bahan yang lepas yang akan menjadi berbahaya setelah pekerjaan
selesai
d. Permukaan lereng hasil galian/pemotongan agar diusahakan dalam
keadaan stabil
e. Untuk tanah timbunan dari hasil galian dapat digunakan tetapi harus
mendapat persetujuan pengawas lapangan.

4. Untuk galian biasa yang akan digunakan sebagai tanah dasar diatas lapis
pondasi harus diuji kepadatannya. Kepadatan tanah dasar di uji dengan
test DCP lapangan yang mengacu pada surat edaran Menteri Pekerjaan
Umum No. 04/SE/M/2010. Untuk Tanah Dasar haruslah mempunyai
daya dukung minimum sekurang-kurangnya mempunyai CBR minimum 6
% atau nilai DCP yang setara dengan nilai CBR 6% jika tidak disebutkan.
Pekerjaan penyiapan tanah dasar harus dilaksanakan bila pekerjaan lapis
fondasi agregat atau perkerasan sudah akan segera dilaksanakan. Lokasi
pengujian ditentukan oleh konsultan pengawas dan Pengawas Lapangan.

5. Kriteria toleransi dimensi

a) Elevasi akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian


perkerasan beraspal dan/atau perkerasan beton tidak boleh berbeda
lebih tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm pada setiap titik, dan 1
cm pada setiap titik untuk galian bahan perkerasan lama.

b) Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh


berbeda dari garis profil yang disyaratkan melampaui 10 cm untuk
tanah dan 20 cm untuk batu di mana pemecahan batu yang
berlebihan tak dapat terhindarkan.

c) Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki
cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari
permukaan itu tanpa terjadi genangan.

6. Penyedia jasa wajib memberikan laporan DCP untuk galian untuk bahu
jalan sebagi tempat penghamparan lapis pondasi base A per 25 m.

5.2. Personil
Daftar Personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapanagan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

5.3. Peralatan yang Digunakan :


a) Excavator 80-140 HP1 unit
b) Dump truck 3,5 Ton 1 unit

5.4. Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Galian Biasa

a) Pengukuran Galian
Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur
untuk pembayaran sebagai pembayaran dalam meter kubik bahan
yang dipindahkan. Dasar perhitungan kuantitas galian ini haruslah
gambar penampang melintang profil tanah asli sebelum digali yang telah
disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir dengan garis, kelandaian dan
elevasi yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan haruslah
metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang
pekerjaan secara umum dengan jarak tidak lebih dari 25 meter atau
denganjarak 50 meter untuk medan yang datar.

b) DasarPembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar
menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang
terdaftar di bawah ini, di mana harga dan pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk
cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya
yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian dan pembuangan
bahan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.

6. Pekerjaan galian Perkerasan Berbutir


Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah ataubatu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang
diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.Pekerjaan ini
untuk pembuatan badan jalan atau membuang tanah yang tidak memenuhi
persyaratan teknis sehingga dapat diperbaiki . Untukpekerjaan stabilisasi
lereng dan pembuangan bahan longsoran,untuk galian bahan konstruksi dan
pembuangan sisa bahangalian, untukpengupasandan pembuangan bahan
perkerasan beraspal dan /atau perkerasan beton pada perkerasan lama,dan
umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan
Spesifikasi inidan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.

6 .1 Pekerjaan galian Perkerasan Berbutir


a) Metodepekerjaan :
1. Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa harus memiliki izin kerja yang
disetujui oleh pengawas lapangan dan diperiksa oleh konsultan pengawas.
2. Penggalian tanah dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan
mencakup pembuangan material/bahan dalam bentuk apapun yang
dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu, bahan
organik dan bahan perkerasan lama yang sudah tidak dipakai
lagi.Sedangkan tanah galian yang memenuhi persyaratan dapat digunakan
untuk timbunan dan harus mendapatkan persetujuan dari pengawas
lapangan.
3. Penggalian tanah dilakukan dengan alat berat yaitu Excavator 80-140 HP
untuk daerah galian tanah yang dalam. lahan/daerah yang tidak bisa
dijangkau oleh alat berat dapat dibantu penggalian secara manual.
a. Muat hasil galian ke atas Dump Truck3,5 ton , angkut dan buang hasil
galian tersebut keluar area/lokasi kerja
b. Lakukan penggalian dan pembuangan secara berulang, sampai batas
galian dan elevasi yang sudah ditentukan:
c. Pada permukaan galian/pemotongan harus dibersihkan dari segala
bahan yang lepas yang akan menjadi berbahaya setelah pekerjaan
selesai
d. Permukaan lereng hasil galian/pemotongan agar diusahakan dalam
keadaan stabil
e. Untuk tanah timbunan dari hasil galian dapat digunakan tetapi harus
mendapat persetujuan pengawas lapangan.

4. Untuk galian biasa yang akan digunakan sebagai tanah dasar diatas lapis
pondasi harus diuji kepadatannya. Kepadatan tanah dasar di uji dengan
test DCP lapangan yang mengacu pada surat edaran Menteri Pekerjaan
Umum No. 04/SE/M/2010. Untuk Tanah Dasar haruslah mempunyai
daya dukung minimum sekurang-kurangnya mempunyai CBR minimum 6
% atau nilai DCP yang setara dengan nilai CBR 6% jika tidak disebutkan.
Pekerjaan penyiapan tanah dasar harus dilaksanakan bila pekerjaan lapis
fondasi agregat atau perkerasan sudah akan segera dilaksanakan. Lokasi
pengujian ditentukan oleh konsultan pengawas dan Pengawas Lapangan.

5. Proses Penggalian dibagai dalam 2 segmen jalan sehingga membutuhkan


2 excavator yang bekerja bersamaan sehingga waktu pekerjaan dapat
berjalan optimal.

6. Kriteria toleransi dimensi

a) Elevasi akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian


perkerasan beraspal dan/atau perkerasan beton tidak boleh berbeda
lebih tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm pada setiap titik, dan 1 cm
pada setiap titik untuk galian bahan perkerasan lama.
b) Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh
berbeda dari garis profil yang disyaratkan melampaui 10 cm untuk
tanah dan 20 cm untuk batu di mana pemecahan batu yang berlebihan
tak dapat terhindarkan.

c) Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki
cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari
permukaan itu tanpa terjadi genangan.

6. Penyedia jasa wajib memberikan laporan DCP untuk galian berbutir untuk
badan jalan sebagi tempat penghamparan lapis pondasi base A per 25 m.

6.2. Personil
Daftar Personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapanagan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

6.3. Peralatan yang Digunakan :


a) Excavator 80-140 HP 2 unit
b) Dump truck 3,5 Ton 1 unit

6.4. Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Galian Perkerasan Berbutir


a) Pengukuran Galian perkerasan berbutir
Pekerjaan galian perkerasan berbutir di luar ketentuan seperti di
atas harus diukur untuk pembayaran sebagai pembayaran dalam
meter kubik bahan yang dipindahkan. Dasar perhitungan kuantitas
galian ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli
sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir
dengan garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima.
Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan
penampang melintang pekerjaan secara umum dengan jarak tidak lebih
dari 25 meter atau denganjarak 50 meter untuk medan yang datar.

b) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar
menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang
terdaftar di bawah ini, di mana harga dan pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk
cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya
yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian dan pembuangan
bahan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.

7. Penyiapan badan Jalan

Pekerjaan ini mencakup penyiapan Badan Jalan, penggarukan dan pemadatan


permukaan tanah dasar. Tujuan dari penyiapan badan jalan adalah agar badan
jalan sesuai dengan elevasi rencana dan tanah dasar menjadi lebih stabil.
Pembentukan tanah dasar harus menyesuaikan dengan gambar kerja yang
telah disetujui oleh Pengawas Lapangan dan diperiksa oleh konsultan
pengawas. Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan dilakukan setelah seluruh
pekerjaan pengukuran selesai sehingga dapat dipastikan elevasi yang dibuat
telah benar.

7.1. Pekerjaan Badan Jalan


a) Metode Pekerjaan
1. Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa wajib membuat patok-patok
STA per 25 M dengan menggunakan kayu reng atau bambu.
2. Pembersihan dan pembentukan badan jalan dengan menggunakan
motor grader 100 hp dan pemadatannya dibantu dengan vibrotory roller
5-8 t. Pembersihan badan jalan harus sesuai dengan elevasi rencana
yang dituangkan pada gambar kerja potongan melintang per 25 meter.
Toleransi dimensi untuk pekerjaan badan jalan adalah sebagai berikut:
i. Elevasi akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi 2
sentimeter atau lebih rendah 3 sentimeter dari yang disyaratkan
atau disetujui.
ii. Seluruh permukaan akhir harus cukup rata dan seragam
serta memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin pengaliran
air permukaan dan mempunyai kemiringan melintang sesuai
rancangan dengan toleransi ± 0,5%.
3. Pada daerah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan
atau tanah rawa pemadatan menggunakan bantuan dari timbunan
pilihan dari sumber galian karena CBR dihasilkan rendah, baby
vibratory roller membantu proses pemdatan badan jalan, sedangkan
untuk tanah dasar tanpa timbunan pilihan harus dipadatkan
seluruhnya dengan bantuan baby vibro roller . Pada tanah lokasi tanah
dasar yang kering maka pemadatan dibantu dengan water tangker
(atau sesuai arahan dari konsultan pengawas dan Pengawas
Lapangan ) untuk kepadatan tanah dasar di uji dengan test DCP
lapangan yang mengacu pada surat edaran Menteri Pekerjaan Umum
No. 04/SE/M/2010 atau dapat juga dengan SNI 1738:2011 tentang
cara uji CBR ( California Bearing Ratio ) Lapangan. Untuk Tanah
Dasar haruslah mempunyai daya dukung minimum sekurang-
kurangnya mempunyai CBR minimum 6 % atau nilai DCP yang setara
dengan nilai CBR 6% jika tidak disebutkan. Pekerjaan penyiapan
tanah dasar harus dilaksanakan bila pekerjaan lapis fondasi agregat
atau perkerasan sudah akan segera dilaksanakan. Lokasi pengujian
ditentukan oleh konsultan pengawas dan Pengawas Lapangan .
4. sebelum melakukan pekerjaan Penyedia jasa harus mebuat izin kerja
yang diperiksa oleh konsultan pengawas dan Pengawas Lapangan .
5. Jika kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Penyedia Jasa
harus memperbaiki pekerjaan. Pengujian harus dilakukan sampai
kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Pengawas
Lapangan dan pengawas lapangan, tetapi harus tidak boleh berselang
lebih dari 200 m.
6. Penyedia jasa wajib memberikan laporan Back up quality terkait
pengujian DCP ataupun CBR lapangan pada lokasi yang tidak ditimbun
dengan tanah pilihan dan disetujui oleh Pengawas Lapangan serta
diperiksa konsultan pengawas.

7.2. Personil :
Daftar personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapanagan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

7.3. Peralatan yang digunakan :


a) Motor grader >100 Hp 1 unit
b) Vibratory Roller 5-8 T 1 unit

7.4. Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan badan jalan


a) Pengukuran untuk Pembayaran
Daerah jalur lalu lintas eksisting yang memerlukan rekonstruksi, akan
ditetapkan sebagai lokasi yang ditingkatkan dan penyiapan badan jalan
akan dibayar dengan satual luas per meter persegi.

b) Dasar Pembayaran
Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti ketentuan
di atas, akan dibayar per meter persegi pengukuran sesuai dengan harga
yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata
Pembayaran. Harga pembayaran tersebut sudah mencakup kompensasi
penuh untuk seluruh pekerjaan dan biaya lainnya yang telah dimasukkan
untuk keperluan pembentukan pekerjaan penyiapan tanah dasar.
DIVISI 8. PERKERASAN BERBUTIR

8. Lapis Pondasi Agregat Kelas A


Pekerjaan agregat kelas A harus meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas
permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail yang
ditunjukkan dalam gambar kerja yang disetujui , dan memelihara lapis fondasi
agregrat yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan.Pekerjaan ini
termasuk penambahan lebar perkerasan eksisting sampai lebar jalur lalu lintas
yang diperlukan dan juga pekerjaan bahu jalan, yang ditunjukkan pada Gambar.
Pekerjaan harus mencakup penggalian dan pembuangan bahan yang ada,
penyiapan tanah dasar, dan penghamparan serta pemadatan bahan dengan
garis dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar.

8.1 Metode pekerjaan


a) Penyedia Jasa harus menyerahkan sample lapis pondasi kelas A kepada
Pengawas Pekerjaan paling sedikit 21 hari sebelum tanggal pengajuan izin
kerja penghamparan lapis pondasi agregat A dalam penggunaan setiap
bahan untuk pertama kalinya sebagai Lapis Fondasi Agregat A:
• Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Pengawas
Pekerjaan sebagai rujukan selama Waktu untuk Penyelesaian.
• Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk
Lapis Fondasi Agregat A, bersama dengan hasil pengujian laboratorium
yang membuktikan bahwa syarat sifat-sifat bahan lapis pondasi kelas A
terpenuhi.
b) Proses pengangkutan dari quary ke lokasi proyek serta proses langsirnya
dengan menggunakan dump truck 10 ton
c) Menentukan titik dan luasan yang akan dilakukan pekerjaan lapisan pondasi /
Agregat Kelas A
d) Memuat dan Mendatangkan material menggunakan wheel loader dari lokasi
Base camp ke lokasi pekerjaan dengan Dump truk.
e) Dump Truck 10 t mengangkut Agregat ke lokasi pekerjaan dan dituang dan
dihampar dengan Motor Grader, Tebal hamparan Sesuai dengan Spesifikasi
Teknis Yang telah Ditentukan.
f) Hamparan Agregat dibasahi dengan Water Tank sebelum dipadatkan
g) Kemudian Hamparan agregat dipadatkan menggunakan vibrotory roller 5-8 t.
h) Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan dan
level permukaan dengan menggunakan Alat Bantu
i) Proses penghamparan lapis fondasi kelas A dibantu dengan menggunakan
motor grader > 100Hp 1 unit . Proses pembentukan penghamparan agregat
kelas A elevasinya harus sesuai dengan gambar kerja yang disetujui
pengawas lapangan. lapis fondasi agregat dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
j) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering
maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 1743:2008,
metode D untuk Lapis Fondasi Agregat.
k) Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas
beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bilavibrotory roller 5-8 T
beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan
dari Lapis Fondasi Agregat.
l) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air
optimum, di mana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI
1743:2008, metode D. Proses pemadatan dibantu dengan water tangker
3000-4500 L 1 unit yang berguna agar mengontrol kadar air sehingga lapis
pondasi dapat mencapai kepadatan 100 %.
m) Kegiatan penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang
ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan
bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Kegiatan
penggilasanharus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang
dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
n) Untuk tebal padat lapis pondasi agregat A per layer adalah 20 cm jika di
lapangan terdapat tebal yang lebih dari 20 cm berarti dihitung untuk layer
kedua dan seterusnya, contoh tebal 25 cm berarti layer 1 adalah 20 cm layer
ke dua adalah 5 cm, jika tebal 50 cm maka layer pertama adalah 20 cm layer
ke dua adalah 20 cm layer ke tiga adalah 10 cm (Pemadatan dilakukan dalam
1 layer layer) sehingga kepadatannya memenuhi mutu yang dipersyaratkan.
o) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapis Fondasi Agregat harus
disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas
Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi
penghamparan Lapis Fondasi pada setiap saat
p) Penyedia Jasa harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis
kepada Pengawas Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas
pekerjaan dan sebelum persetujuan diberikan untuk penghamparan bahan
lain di atas Lapis Fondasi Agregat
1. Hasil pengujian kepadatan dan kadar air pada Lapis Fondasi Agregat A
harus memenuhi kadar air dengan rentang 3 % di bawah kadar air optimum
sampai 1% di atas kadar air optimum, di mana kadar air optimum adalah
seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi
(modified) yang ditentukan oleh SNI 1743:2008, metode D.
2. Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survei pemeriksaan
yang menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan.

8.2 Uji mutu bahan lapis pondasi kelas A


a) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan
awal harus seperti yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan, namun harus
mencakup seluruh jenis pengujian yang .benda uji awal minimum pada tiga
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk
mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan
tersebut.
b) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan
untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi
pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan tetapi untuk setiap 1.000 meter kubik bahan yang
diproduksi untuk pembangunan jalan atau penambahan lajur dan 500 meter
kubik bahan untuk pelebaran menuju lebar standar, paling sedikit harus
meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian gradasi partikel untuk Lapis
Fondasi Agregat A dan khususnya Lapis Fondasi Agregat tidak kurang dari
lima (5) pengujian indeks plastisitas dan satu (1) penentuan kepadatan kering
maksimum menggunakan SNI 1743:2008, metode D. Pengujian CBR
untukLapis Fondasi Agregat harus dilakukan dari waktu ke waktu
sebagaimanadiperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
c) Kepadatan dan kadar air bahan Lapis Fondasi Agregat yang dipadatkan
harus secara rutin diperiksa per 100 meter , mengunakan SNI 2828:2011
Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasirdan
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan serta diperiksa oleh konsultan pengawas .
Pengujian harus dilakukan per layer

8.3. Personil
Daftar Personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapanagan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor pekerjaan ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

8.4 Bahanyang Digunakan


a) Persyaratan material lapis pondasi kelas A
1. Untuk Toleransi Elevasi Permukaan relatif terhadap elevasi rencana
lapis pondasi kelas A adalah -0 cm dan +1 cm.
2. Pada permukaan semua Lapis Fondasi Agregat A tidak boleh terdapat
ketidakrataan yang dapat menampung air dan semua punggung
(camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam
gambar kerja.
3. kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m,
diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum satu
sentimeter.
4. Permukaan akhir bahu jalan, termasuk setiap perkerasan yang
dihampar diatasnya, tidak boleh lebih tinggi maupun lebih rendah 1,0
cm terhadap tepi jalur lalu lintas yang bersebelahan.
5. Lereng melintang bahu tidak boleh bervariasi lebih dari 1,0% dari
lereng melintang rancangan.

b) Kriterian Bahan
1. Sumber Bahan
Bahan Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase harus dipilih dari
sumber yang disetujui sesuai oleh pengawas lapangan dan di periksa
oleh konsultan pengawas

2. Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan


Seluruh Lapis Fondasi Agregat kelas A harus bebas dari bahan organik
dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki
dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi
(menggunakan pengayakan secara basah) . Kesesuaian gradasi dan
sifat sifat lapis pondasi kelas A harus memenuhi kriteria table8.1
Gradasi Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase Sifat-sifat Lapis
Fondasi Agregat dan Lapis Drainase dan Tabel 8.2 Sifat-sifat Lapis
Fondasi Agregat dan Lapis Drainase
Tabel 8.1 Gradasi Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase Sifat-sifat
Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase
Tabel 8.2 Sifat-sifat Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase

3. Pencampuran Bahan Untuk Lapis Fondasi Agregat


Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan
harus dikerjakan dilokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang
disetujui, dengan menggunakanpemasok mekanis (mechanical feeder)
yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliranyang menerus dari
komponen-komponen campuran dengan proporsi yang
benar.Dalamkeadaan apapun tidak dibenarkan melakukan
pencampuran di lapangan.

8.5. Peralatan yang Digunakan


a) Motor Grader >100 HP 1 unit
b) Vibrotory roller 6-8 T 1 unit
c) Water tangker 3000-4500 L 1 Unit
d) Dump Truck 10 T 1 unit

8.6.Pengukuran untuk Pembayaran


a) Lapis Fondasi Agregat A harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari
bahan yang sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterima. Volume
yang diukur harus didasarkan atas penampang melintang yang
ditunjukkan pada Gambar, menggunakan prosedur pengukuran standar
ilmu ukur tanah, bila tebal yang diperlukan merata, dan pada penampang
melintang yang disetujui Pengawas Pekerjaan bila tebal yang diperlukan
tidak merata, dan panjangnya diukur secara mendatar sepanjang sumbu
jalan.Pengukuran pengurangan untuk pekerjaan yang tidak memenuhi
ketebalan dan/atau kepadatan pada Lapis Fondasi Agregat A harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan berikut ini.
1. Ketebalan Kurang
Tebal minimum Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase yang
diterima tidak boleh kurang dari tebal dan toleransi yang disyaratkan
.Bilamana tebal rata-rata Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase
untuk suatu segmen tebalnya kurang dari toleransi yang
disyaratkanmaka , persentase pengurangan harga satuan akan
dilakukan sesuai Tabel 8.3 pengurangan harga satuan atau perbaikan
untuk ketebalan kurang tebal.

Tabel 8.3 Pengurangan Harga Satuan atau Perbaikan


untuk Ketebalan Kurang
Faktor Pembayaran
Kekurangan Tebal
(% Harga Satuan)
0,0 - 1,0 cm 100 %
> 1,0 - 2,0 cm 90 % atau diperbaiki
> 2,0 - 3,0 cm 80 % atau diperbaiki
> 3,0 cm harus diperbaiki

2.Kepadatan Kurang
Jika kepadatan lapangan rata-rata dalam suatu segmen lebih kecil dari
100% kepadatan kering maksimum modifikasi, tetapi semua sifat-sifat
bahan yang disyaratkan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
spesifikasi, Pengawas Pekerjaan dapat menerima pekerjaan Lapis
Fondasi Agregat dengan persentase pengurangan harga satuan sesuai
Tabel 8.4. Pengurangan Harga Satuan atau Perbaikan Untuk Kepadatan
Tabel 8.4.Pengurangan Harga Satuan atau Perbaikan Untuk Kepadatan
Faktor Pembayaran
Kepadatan
(% Harga Satuan)
≥ 100 % 100 %
99 - < 100% 90 % atau diperbaiki
98 - < 99% 80 % atau diperbaiki
97 - < 98% 70 % atau diperbaiki
< 97% harus diperbaiki

b) Ketebalan dan Kepadatan Kurang


Bilamana ketebalan dan kepadatan Lapis Fondasi Agregat rata-rata
kurang dari yang disyaratkan tetapi masih dalam batas-batas toleransi
maka pengurangan pembayaran dilakukan dengan mengalikan
persentase pengurangan yang tercantum dalam Tabel Pengurangan
Harga Satuan atau Perbaikan untuk Ketebalan Kurang dan/atau Tabel
Pengurangan Harga Satuan atau Perbaikan Untuk Kepadatan kurang

b) Pengukuran dari Pekerjaan Yang Diperbaiki


Perbaikan dari Lapis Fondasi Agregat yang tidak memenuhi ketentuan
toleransi yang disyaratkan dapat dilaksanakan setelah diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan sesuai atau penambahan lapisan mengacu pada
standar, pedoman, manual yang berlaku. Bilamana perbaikan dari Lapis
Fondasi Agregat dilaksanakan, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran haruslah kuantitas berdasarkan tebal terpasang yang
memenuhi toleransi dimensi ketebalan , dan tidak melebihi tebal dalam
Gambar untuk setiap lapisnya, serta memenuhi kepadatan.

Pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk pekerjaan perbaikan


tersebut. Bilamana perbaikan dari Lapis Fondasi Agregat adalah dengan
penambahan lapisan di atasnya, maka harus dilengkapi dengan
Justifikasi Teknis yang mendapat persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan.Perbaikan tersebut harus membuat perkerasan memiliki umur
layanan minimum sesuai desain.Kuantitas yang diukur untuk pembayaran
haruslah sesuai dengan Gambar.Tidak ada pembayaran tambahan untuk
pekerjaan penambahan lapisan tersebut.
3. Dasar Pembayaran
Kuantitas lapis pondasi kelas A ditentukan, sebagaimana diuraikan di atas,
harus dibayar pada Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini dan
termasuk dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang harga serta
pembayarannya harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan,
pemasokan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan,
pemeliharaan permukaan akibat dilewati oleh lalu lintas, dan semua biaya
lain-lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam pekerjaan
ini.Jumlah penyesuaian akibat kuantitas dan kualitas akan dihitung oleh
Pengawas Pekerjaan untuk setiap segmen Lapis Fondasi Agregat dan
Lapis Drainase yang yangmengacu pada tebal dan/atau kepadatan yang
disyaratkan. Jumlah dari semua penyesuaian tersebut akan ditetapkan
dan tercakup dalam sertifikat pembayaran sebagai pengurangan terhadap
mata pembayaran terkait.

DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL

9. Lapis Resap Pengikat – Aspal Emulsi


Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penyemprotan bahan
aspal emulsi pada permukaan Lapis pondasi A untuk badan jalan.

9.1. Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi


Metode Pekerjaan :
a) Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa wajib memiliki izin kerja yang
di setujui oleh pengawas lapangan dan diperiksa oleh konsultan
pengawas. Sebelum memulai pekerjaan material harus diperiksa dan
harus sesuai dengan spesifikasi bahan yang diwajibkan.
b) Penyedia jasa memberikan lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang
akan digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari
pabrikpembuat-nya atau hasil pengujian spesifikasi bahan yang
disyaratkan. Untuk sertifikat tersebut harus menjelas-kan bahwa bahan
aspal tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan jenis yang sesuai
untuk bahan Lapis Resap Pengikat.
c) Pekerjaan penyemprotan aspal emulsi tidak boleh dimulai sebelum
perkerasan telah disiapkan dapat diterima oleh Pengawas Pekerjaan.
d) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Fondasi Agregat
Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat,
bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya
mengandung agregat halus tidak akan diterima.
e) Menentukan titik dan luasan yang akan dilakukan penyemprotan Lapis
resap pengikat – aspal emulsi.
f) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan
dengan kompresor. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan
permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus
dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
g) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus
disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau
dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan
perintah Pengawas Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut
harus dicuci dengan air dan disapu.
h) Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus
diambil dari distributor aspal, masing-masing pada saat awal
penyemprotan dan pada saat menjelang akhir penyemprotan.
i) Arus lalu lintas ditutup separuh badan jalan, petugas k3 membantu
membuat rekaya lalu lintas dibantu dengan flagman untuk mengatur arus
lalu lintas selama pekerjaan berlangsung.
j) Aspal Emulsi disemprotkan dengan Distributor Asphalt ke atas
permukaan yang akan dilapis secara merata. Tata cara pelaksanaan
penyemprotan sebagai berikut :
1. Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis
Resap Pengikat, batas batas lokasi yang disemprot harus ditandai
dengan cat atau benang.
2. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal
harus disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal
yang diperintahkan. Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai
grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa,
kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan
nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan
selama pelaksanaan penyemprotan.
3. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan
yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan
sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian
seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang
akan disemprot. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5
meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan demikian
kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar
batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini
harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.
4. Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari
10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang
terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan.
5. Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan
penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki
dengan meteran tongkat celup.
6. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan
penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah
dipakai dibagi luas bidang yang disemprot. Luas lintasan
penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan
penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak
antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai
dengan yang diperintahkan Pengawas
7. Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang
menunjukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan
bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah
penyemprotan Lapis Resap Pengikat.
k) Aspal Emulsi pada saat penyemprotannya tidak dipanaskan.
l) Aspal Emulsi yang digunakan adalah merek esso

9.2. Personil
Daftar Personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapanagan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor pekerjaan ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

9.3. Bahan yang Digunakan


Keriteria Bahan Lapis Resap Pengikatharuslah salah satu ketentuan dari
berikut ini:
a) Aspal emulsi yang mengikat sedang (medium setting) atau yang
mengikat lambat (slow setting) yang memenuhi SNI 4798:2011 untuk
jenis kationik atau SNI 6832:2011 untuk jenis anionik. Umumnya
hanya aspal emulsi yang dapat menunjukkan peresapan yang baik
pada lapis fondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi jenis
kationik harus digunakan pada permukaan yang berbasis acidic
(dominan Silika), sedangkan jenis anionik harus digunakan pada
permukaan yang berbasis basaltic (dominan Karbonat).
b) Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus
sesuai dengan muatan batuan lapis fondasi. Gunakan aspal emulsi
kationik bila agregat untuk lapis fondasi adalah agregat basa (bermuatan
negative) dan gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis
fondasi adalah agregat asam (bermuatan positif. Bila ada keraguan atau
bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Pengawas Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik. Tabel
ketentuan aspal emulsi kationik 10.1 dan ketentuan aspal emulsi anionik
10.2

Tabel 10.1 Ketentuan aspal emulsi Kationik

Tabel 10.2 Ketentuan aspal emulsi anionik


c)Kadar Aspal untuk Aspal Resap pengikat menggunakan Kadar 0,4 Liter
(kadar residu aspal emulsi 100%) Per Meter persegi untuk pekerjaan
diatas lapis pondasi agregat tanpa pengikat
d) Aspal yang digunakan adalah aspal merek esso

9.4. Peralatan yang Digunakan :


a) Compressor 4000-6500 L\M
b) Asphalt distributor

9.5. Pengukuran dan Pembayaran

a)PengukuranUntukPembavaran

1. Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai
terkecildi antaraberikutini: jumlah liter residu menurut takaran yang
diperlukan sesuai dengan Spesifikas idan yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan, atau jumlah liter residu aktual yang terhampar
dan diterima. Pengukuran berdasarkan volume harus diambil saat
bahan berada pada temperatur keseluruhan yang merata dan bebas
dari gelembung udara. Kuantitas dari aspal yang digunakan harusdiukur
setelah setiap lintasan penyemprotan.
2. Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai
spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu kesatuan dengan
pekerjaan Lapis Resap Pengikat yang memenuhi ketentuan dan tidak
boleh diukur atau dibayar secara terpisah.
3. Bila perbaikan pekerjaan Lapis resap pengikat yang tidak memenuhi
ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Pengawas Pekerjaan,
maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan
pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula
diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan tambahan, kuantitas maupun pengujian yang diperlukan
oleh perbaikan.
b) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut


Harga Satuan Kontrak persatuan pengukuran untuk Mata
Pembayaran yang tercantum dan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga,dimana pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi
penuh untuk pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan,termasuk
bahan penyerap (blotter material), penyemprotan ulang,termasuk
seluruh pekerja, peralatan,perlengkapan,dan setiap kegiatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang
diuraikan dalam seksi ini.

10.Lapis Perekat – Aspal Emulsi


Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan
aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk
pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis perekat harus disemprotkan
di atas permukaan lapisan pekerasan sebelumnnya .

10.1. Lapis perekat - Aspal Emulsi


Metode Pekerjaan :
a) Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa wajib memiliki izin kerja yang di
setujui oleh pengawas lapangan dan diperiksa oleh konsultan pengawas.
Sebelum memulai pekerjaan material harus diperiksa dan harus sesuai
dengan spesifikasi bahan yang diwajibkan.
b) Penyedia jasa memberikan lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang
akan digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabri pembuat-
nya atau hasil pengujian spesifikasi bahan yang disyaratkan. Untuk
sertifikat tersebut harus menjelas-kan bahwa bahan aspal tersebut
memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan jenis yang sesuai untuk bahan
Lapis perekat.
c) Pekerjaan penyemprotan aspal emulsi tidak boleh dimulai sebelum
perkerasan aspal sebelumnya telah disiapkan dapat diterima oleh
Pengawas Pekerjaan.
d) Menentukan titik dan luasan yang akan dilakukan penyemprotan Lapis
perekat – aspal emulsi.
e) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan
dengan kompresor. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan
permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan dibantu juga
menggunakan penyapuan manual.
f) Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus diambil
dari distributor aspal, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan
pada saat menjelang akhir penyemprotan.
g) Arus lalu lintas ditutup separuh badan jalan, tenaga ahli k3 membantu
membuat rekaya lalu lintas dibantu dengan flagman untuk mengatur arus
lalu lintas selama pekerjaan berlangsung.
h) Lapis Perekat harus disemprotkan hanya sebentar sebelum penghamparan
lapis aspal berikut di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang
tepat. Pelapisan lapisan beraspal berikut tersebut harus dihampar sebelum
lapis aspal hilang kelengketannya melalui pengeringan yang berlebihan,
oksidasi, debu yang tertiup atau lainnya. Sewaktu lapis aspal dalam
keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan
dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas. Pemberian
kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat
telah mengering sehingga hilang atau berkurang kelengketannya.
i) Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tiba-tiba
dengan menggunakan udara bertekanan (compressor) dapat dilakukan
sebelum lapis beraspal dihampar hanya bila lamanya durasi hujan kurang
dari 4 jam. Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus
dilakukan bila lapis perekat terkena hujan lebih dari 4 jam.
j) Aspal Emulsi disemprotkan dengan Distributor Asphalt ke atas permukaan
yang akan dilapis secara merata. Tata cara pelaksanaan penyemprotan
sebagai berikut :
1. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal
harus disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal
yang diperintahkan. Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai
grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa,
kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan
nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan
selama pelaksanaan penyemprotan.
2. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan
yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan
sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian
seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang
akan disemprot. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5
meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan demikian
kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar
batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini
harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.
3. Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari
10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang
terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan.
4. Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan
penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki
dengan meteran tongkat celup.
5. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan
penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah
dipakai dibagi luas bidang yang disemprot. Luas lintasan
penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan
penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak
antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai
dengan yang diperintahkan Pengawas
k) Aspal Emulsi pada saat penyemprotannya tidak dipanaskan.
l) Aspal yang digunakan adalah aspal emulsi merek esso

10.2. Personil
Daftar Personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapangan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor pekerjaan ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

10.3. Bahan yang Digunakan


Keriteria Bahan Lapis perekat haruslah salah satu ketentuan dari berikut :
a) Aspal emulsi yang mengikat cepat (rapid setting) yang digunakan
harus memenuhi ketentuan SNI4798:2011 untuk jenis kationik atau
SNI6832:2011 untuk jenis anionik.

c) Bila lapis perekat dipasang diatas lapis beraspal atau berbahan


pengikat aspal, gunakan aspal emulsi kationikTabel 11.1 ,Ketentuan
aspal emulsi anionik Tabel 11.2

Tabel 11.1 Ketentuan aspal emulsi Kationik

Tabel 11.2 Ketentuan aspal emulsi anionik


d) Kadar Aspal untuk Aspal Resap pengikat menggunakan Kadar 0,2 Liter (
kadar residu yang terima adalah 60% liter ) Per Meter persegi untuk
pekerjaan diatas lapis pondasi agregat tanpa pengikat

e) Aspal yang digunakan adalah aspal emulsi merek esso

10.4. Peralatan yang Digunakan :


a) Compressor 4000-6500 L\M
b) Asphalt distributor

10.5. Pengukuran dan Pembayaran

10.5. Pengukuran dan Pembayaran

a) PengukuranUntukPembavaran

1.Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai
terkecil di antara berikut ini: jumlah liter residu menurut takaran yang
diperlukan sesuai dengan Spesifikasi dan yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan, atau jumlah liter residu aktual yang terhampar dan
diterima. Pengukuran berdasarkan volume harus diambil saat bahan
berada pada temperatur keseluruhan yang merata dan bebas dari
gelembung udara. Kuantitas dariaspal yang digunakan harusdiukur
setelahsetiap lintasan penyemprotan.

2. Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai


spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu kesatuan dengan
pekerjaan Lapis perekat yang memenuhi ketentuan dan tidak boleh
diukur atau dibayar secara terpisah

3. Bila perbaikan pekerjaan Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan


telah dilaksanakan sesuai perintah Pengawas Pekerjaan, maka
kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan
pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula
diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan tambahan, kuantitas maupun pengujian yang diperlukan oleh
perbaikanini.

b) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut


Harga Satuan Kontrak persatuan pengukuran untuk Mata Pembayaran
yang tercantum dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untukpengadaan dan penyemprotan seluruh bahan,termasuk bahan
penyerap (blottermaterial), penyemprotan ulang,termasuk seluruh
pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan
untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam
seksi ini.

11. Laston Lapis Aus (AC-WC)


Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis aus
campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat, bahan aspal dan bahan
lainnya yang diperintahkan pengawas lapangan yang dicampur secara panas di
pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran
tersebut di atas fondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai
dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan
memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar.

11.1. Metode Pekerjaan Laston Lapis Aus (AC-WC)


Metode Pekerjaan :
a) Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa atau kontraktor wajib memberikan
Desain mix formula (DMF) 10 hari sebelum memulai pekerjaan aspal dan
melakukan uji trial aspal ac-wc dengan panjang 100 meter untuk satu lajur
jalan atau panjang melintang 4 - 5 m sesaat sebelum penghamparan aspal
ac-wc. Jika DMF sesuai spesifikasi dibuktikan uji trial maka konsultan
pengawas menyetujui DMF untuk diajdikan Job Mix Formula (JMF). JMF
diperiksa oleh konsultan pengawas dan disetujui oleh pengawas lapangan.
Jika penyedia jasa tidak memberikan JMF aspal, pengawas lapangan wajib
menolak pekerjaan aspal.
b) Penyedia jasa wajib memberikan izin kerja secara tertulis kepada pengawas
lapangan untuk disetujui dan diperiksa oleh konsultan pengawas.
c) Aspal ac-wc yang terdapat di lokasi proyek merupakan produksi dari AMP
bukan pencampuran secara manual dilapangan. Aspal ac-wc di lapangan
merupakan barang jadi sudah berbentuk aspal ac-wc.
d) Toleransi untuk ketebalan aspal ac-wc tidak boleh kurang dari -3,0 mm.
e) Tebal setiap lapisan aspal ac-wc wajib diperiksa dengan benda uji "inti" (core)
perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Pengawas
Pekerjaan. Benda uji inti (core) paling sedikit harus diambil dua titik pengujian
yang mewakili per penampang melintang per lajur secara acak sebagaimana
yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan dengan jarak memanjang antar
penampang melintang yang diperiksa per 50 m atau sesuai dengan arahan
pengawas lapangan. selain inti juga terdapat uji ekstraksi yang menunjukkan
kadar aspal di lapangan harus sesuai dengan JMF dengan tolerasi perubahan
sebesar 0,3% dari JMF.
f) Penyedia jasa wajib memberikan tiket timbangan dari seluruh muatan truck
pengangkut aspal yang di timbang di alat timbangan yang dikeluarkan oleh
AMP. Sebagai acuan pengecekan berat volume aspal yang akan dihampar
dilapangan , jika terjadi perbedaan volume di lapangan.
g) Setiap bahan aspal yang diusulkan Penyedia Jasa untuk digunakan, berikut
keteranganasalsumbernyabersamadengandatapengujiansifat-sifatnya,baik
sebelum maupun sesudah Pengujian Penuaan Aspal (RTFOT sesuai dengan
SNI 03-6835-2002 atau TFOT sesuai dengan SNI06-2440-1991).
h) Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan
keadaan kering dan diperkirakan tidak akan turun hujan.
i) Pekerjaan AC-WC dapat dilakukan bila pekerjaan lapis perekat telah disetujui
oleh pengawas lapangan.
j) Ketika aspal datang ke lokasi dengan bantuan dump truck 10 ton, pengawas
lapangan dan konsultan pengawas wajib memeriksa temperatur.
k) Temperatur Pembuatan dan PenghamparanCampuran
Ketentuan viskositas aspal untuk masing-masing prosedur
pelaksanaan untuk Aspal Keras Tipe I dan II ditunjukkan dalam Tabel
12.1. Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui rentang
temperatur lain berdasarkan pengujian viskositas aktual aspal atau aspal
modifikasi yang digunakan pada proyek tersebut, dalam rentang
viskositas seperti diberikan pada Tabel 11.1 dengan melihat sifat-
sifatcampurandilapangansaatpenghamparan,selamapemadatandanhasilp
engujian kepadatan pada ruas percobaan. Campuran beraspal yang tidak
memenuhi rentang temperatur yang merupakan korelasi rentang
viskositas yang disyaratkan pada saat pemadatan awal, tidak boleh
diterima untuk digunakan pada pekerjaan yang permanen
Tabel 11.1 Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk

Pencampuran & Pemadatan

l) Penghamparan Dan Pembentukan


1. Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat asphalt finisher 6
t dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang
disyaratkan.
2. Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur
yang lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu
lajur.
3. Penyedia jasa dan konsultan pengas serta pengawas lapangan harus
memperhatikan tebal gembur sebelum dipadatkan agar memperoleh tebal
aspal ac-wc sesuai rencana yaitu 4 cm.
4. Mesin vibrasi pada screed aspalt finisher 6 t harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
5. Penampung asphalt finisher (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa
campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan dalam Tabel 12.1
6. asphalt finisher harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan
lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan dan ditaati.
7. Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka
alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
8. Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau
bahan yang tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat
mungkin harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak
boleh ditebarkan di atas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.
9. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi- tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
10. Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya
satu lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara
panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada
setiap hari produksi dibuat seminimal mungkin.
11. Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau
dan dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana
yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan
toleransi yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal:
i. Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum
dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual)
ii. Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan superelevasi yang diperlukan.
iii. Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah
dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.
iv. Perbaikan penampang memanjang dari permukaan beraspal eksisting
dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil
penandaan survei.

j) Pemadatan Aspal AC -WC


1. Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan,
permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan
yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang
terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan
harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang ditunjukkan pada
Tabel 11.1
2. Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang
terpisah berikut ini
i)Pemadatan Awal
ii) Pemadatan Antara
iii) Pemadatan Akhir
3. pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan P. Tyre
Roller sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Bila hamparan
aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan setelah
pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan. Pemadatan
akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan Tandem Roller .
4. Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan
melintang yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang
diperlukan untuk menahan pergerakan campuran beraspal akibat
penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk menyambung
lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus
dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang
pendek dengan posisi alat pemadat berada pada lajur yang telah
dipadatkan dengan tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira 15
cm.
5. Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan
kemudian dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar
dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali
untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat yang
terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang
berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah
lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada
titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
6. Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk
pemadatan awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah
dihamparsebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda
pemadat yang memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan.
Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan
menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati
sambungan, sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan
dengan rapi.
7. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk Tandem
Roller dan 10 km/jam untuk P. Tyre Roller dan harus selalu dijaga
rendah sehingga tidak mengakibatkan bergesemya campuran panas
tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah
secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya
campuran beraspal.
8. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus
untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal
masih dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak
roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.
9. Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara
terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada
roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan.
Roda karet P. Tyre Roller boleh sedikit diminyaki untuk menghindari
lengketnya campuran beraspal pada roda.
10. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas
permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan
tersebut dingin.
11. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari
kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di
atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan
dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas
perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekeijaaan
perbaikan ini menjadi beban Penyedia Jasa.
12. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan
lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang
disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang menjadi lepas
atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk
apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang
baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi
sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal
terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti.
Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat
ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
13. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia
Jasa harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap
bahan yang berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah pemadatan
akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan
sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan.
14. Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang
berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis
satu tidak terletak segarisyang lainnya. Sambungan memanjang
harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas
berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
15. Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran
beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya
telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus atau dipanaskan
dengan menggunakan lidah api (dengan menggunakan alat burner).
Bila tidak ada pemanasan, maka pada bidang vertikal sambungan
harus lapis perekat.

11.2 Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan Dilapangan


a) Penguiian PermukaanPerkerasan
1. Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang
3 m, yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan
tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk
Pengawas Pekerjaan untuk memeriksa seluruh permukaan
perkerasan. Toleransi ketebalan aspal -3mm

2. Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus


dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang
terjadi harus diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan
sebagaimana diperlukan. Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti
yang dibutuhkan. Setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan ini
harus diperiksa kembali dan setiap ketidak-rataan permukaan yang
melampaui batas-batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat
dalam tekstur, pemadatan atau komposisi harus diperbaiki
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

b) Ketentuan Kepadatan
1. Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah
dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam SNI 03-6757-2002.
2. Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian
yang mewakili per penampang melintang per lajur yang diambil
secara acak dengan jarak memanjang antar penampang
melintang yang diperiksa per 50 m atau sesuai arahan
pengawas lapangan.toleransi tebal aspal ac-wc adalah -3 mm
dari tebal rencana.
3. Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam
memadatkan campuran beraspal bilamana kepadatan lapisan
yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang
diberikan Tabel 12.2 Bilamanarasio kepadatan maksimum dan
minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti
pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur untuk
pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut
harusdibuang dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.

Tabel 11.2 Ketentuan Kepadatan

c) Pengambilan Benda Uji inti dan benda uji ekstraksi Campuran beraspal
1. Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran
aspal, tetapi Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan
benda uji di lokasi penghamparan bilamana terjadi segregasi yang
berlebihan selama pengangkutan dan penghamparan campuran
beraspal.
2. Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti
(core) yang mampu memotong benda uji inti berdiameter4” maupun 6”
pada lapisan beraspal yang telah selesai dikerjakan. Benda uji inti
tidak boleh digunakan untuk pengujian ekstraksi. Uji ekstraksi harus
dilakukan menggunakan benda uji campuran beraspal gembur yang
ambil di belakang mesin penghampar. Benda uji inti core diambil per
50 m dengan satu jalur dengan 2 sample di potongan melintang.Titik
pengambilan sample ditentukan pengawas lapangan.
3. Tujuan uji extraksi ada mengatahui kadar aspal ac-wc yang sedang
dihampar dilapangan. Kadar aspal tidak boleh memlebihi toleransi
campuran tabel 11.3 yang diperbolehkan dari JMF.

Toleransi campuran aspal 11.3

d) Penguiian Pengendalian Mutu Campuran Beraspal


1. Penyedia Jasa harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan
tersebut harus diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan tanpa
keterlambatan.

2. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan hasil


dan catatan pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi,
beserta lokasi penghamparan yangsesuai.

11.3. Personil
Daftar Personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapangan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor pekerjaan ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

11.4. Bahan yang digunakan


a) Agregat Kasar
Ketentuan bahan yang digunakan untuk agregat kasar dapat dilihat pada
tabel 11.4
tabel 11.4 Ketentuan Agrgat kasar

b) Ketentuan untuk agregat halus dapat dilihat pada tabel 11.5.


Tabel 11.5 agregat halus

c) Bahan Pengisi (Fillers Untuk Campuran Beraspal.)


1. Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) dapat berupa debu batu
kapur (limestone dust), atau debu kapur padam atau debu kapur
magnesium atau dolomit yang sesuai dengan AASHTO M303-
89(2014), atau semen atau abu terbang tipe C dan F yang sumbernya
disetujui oleh Pengawas Pekeijaaan.
2. Bahan pengisi jenis semen hanya diizinkan untuk campuran beraspal
panas dengan bahan pengikat jenis aspal keras Pen.60-70.
3. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
gumpalan- gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI
ASTM C136: 2012 harus mengandung bahan yang lolos ayakan
No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.
4. Bahan pengisi yang ditambahkan filler added), untuk semen harus
dalam rentang 1% sampai dengan 2% terhadap berat total agregat dan
untuk bahan pengisi lainnya harus dalam rentang 1% sampai dengan
3% terhadap berat total agregat.

d) Gradasi Agreat Gabungan


Gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal, ditunjukkan
dalam persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus
memenuhi batas-batas yang diberikan dalam Tabel 11.6. Rancangan
dan Perbandingan Campuran untuk gradasi agregat gabungan harus
mempunyai jarak terhadap batas-batas yang diberikan dalam Tabel
11.6

Tabel 11.6 Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk campuran beraspal

e) Bahan Aspal Untuk Campuran Beraspal


1) Bahan aspal berikut yang sesuai dengan Tabel 12.7 dapat
digunakan. Bahan pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga
menghasilkan campuran beraspal untuk aspal AC-AW
sebagaimana mestinya sesuai dengan yang disyaratkan dalam
Tabel 11.8 ,sebagaimana yang disebutkan dalam Gambar atau
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Pengambilan contoh
bahan aspal harus dilaksanakan sesuaidenganSNI06-6399-
2000danpengujiansemuasifat-sifatproperties) yang disyaratkan
dalam Tabel 11.7harus dilakukan. Bilamana jenisaspal modifikasi
tidak disebutkan dalam Gambar maka Penyedia Jasa dapat
memilih Aspal Tipe II jenis PG 70 dalam Tabel 12.8
2) Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan
cara SNI 03-3640-1994 (metoda soklet) atau SNI 03-6894-2002
(metoda sentrifñs) atau AASHTO T164-14 (metoda tungku
pengapian). Jika metoda sentrifitus digunakan, setelah konsentrasi
larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200mm, partikel mineral
yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu alat sentrifugal.
Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam
bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan
pengapian). Jika bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih
lanjut maka bahan aspal itu harus diperoleh kembali dari larutan
sesuai dengan prosedur SNI 03-6894- 2002.
Tabel 11.7 Ketentuan aspal untuk aspal keras
Tabel 11.8 Ketentuan sifat - sifat campuran laston

11.5. Peralatan yang Digunakan


a) Dump truck 10 t 1 unit
b) Asphalt finisher 1 unit
c) Tandem roller 8-10 t. 1unit
d) Tire Roller 8-10 t. 1 unit

11.6. Pengukuran dan Pembayaran


1)Penqukuran Pekerjaan
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran campuran beraspal haruslah
berdasarkan ketentuan di bawah ini :
a) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi
lokasi dengan tebal hamparan kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak
atau menipis (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di
tempat lainnya. Lokasi dengan kadar aspal yang tidak memenuhi
kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi
yang disyaratkan, tidak akan diterima untuk pembayaran.
b) Campuran beraspal yang dihampar langsung di atas permukaan
beraspal eksisting yang dilaksanakan pada kontrak yang lalu,
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan memerlukan koreksi
bentuk, harus dihitung berdasarkan hasil perkalian antara tebal
rata-rata yang diterima dengan luas penghamparan aktual yang
diterima dengan menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu
ukur tanah dan kepadatan lapangan rata-rata yang diperoleh dari
benda uji inti. Bilamana tebal rata-rata campuran beraspal
melampaui yang kuantitas perkiraan yang dibutuhkan (diperlukan
untuk perbaikan bentuk), maka tebal rata-rata yang digunakan dan
diterima oleh Pengawas Pekerjaan yang diperhitungkan untuk
pembayaran. Bagaimanapun juga, jumlah tonase campuran
beraspal yang telah dihampar dan diterima tidak boleh melampaui
berat campuran beraspal diperoleh dari penimbangan muatan di
rumah timbangan.
c) Kecuali yang disebutkan dalam (b) di atas, maka tebal campuran
beraspal yang diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar
dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar.Tidak ada
penyesuaian kuantitas untuk ketebalan yang melebihi tebal
rancangan bila campuran beraspal tersebut dihampar di atas
permukaan yang juga dikerjakan dalam kontrak ini, kecuali jika
diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan.
d) Lebar hamparan campuran beraspal yang akan dibayar harus
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dan harus diukur dengan
pita ukur oleh Penyedia Jasa di bawah pengawasan Pengawas
Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan
per 25 meter atau lebih rapat sebagaimana yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan dan tidak termasuk lokasi hamparan yang
tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan.
Interval jarak pengukuran memanjangharus seperti yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan tetapi harus selalu
berjarak sama dan tidak lebih dari 25 meter. Lebar yang akan
digunakan dalam menghitung luas untuk pembayaran setiap lokasi
perkerasan yang diukur, harus merupakan lebar rata-rata yang
diukur dan disetujui.
e) Pelapisan campuran beraspal dalam arah memanjang harus diukur
sepanjang sumbu jalan dengan menggunakan prosedur
pengukuran standar ilmu ukur tanah.
f) Bilamana Pengawas Pekerjaan menerima setiap campuran
beraspal dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah atau
lebih tinggi sesuai dengan toleransi yang disyaratkan terhadap
kadar aspal yang ditetapkan dalam rumus campuran kerja.
Pembayaran campuran beraspal akan dihitung berdasarkan
tonase hamparan yang dikoreksi menurut dalam butir (g) di bawah
dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini.

g). Tonase yang digunakan untuk pembayaran adalah: Tonase seperti


disebutkan pada butir (a) di atas x Cb.
h).Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi
ketentuan telah diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. maka
kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang
akan dibayar bila pekerjaan semula dapat diterima. Tidak ada
pembayaran tambahan untuk pekerjaan atau kuantitas tambahan
yang diperlukan untuk perbaikan tersebut.
i) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang
digunakan Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk
berbagai campuran beraspal yang termasuk dalam penawarannya
haruslah berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian
harga yang akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar aspal
optimum yang ditetapkan dalam JMF dan kadar aspal dalam analisa
harga satuan dalam penawaran.

j) Bila perbaikan telah diperintahkan oleh pengawas pekerjaan. maka


jumlah volume yang diukur untuk pembayaran haruslah volume yang
seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada
waktu dan atau pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

2) Dasar Pembayaran
Kuantitas laston lapis aus ( AC-WC) yang sebagaimana ditentukan di
atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran,
untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di bawah ini dan dalam
Daftar Kuantintas dan Harga, di mana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan dan
memproduksi dan menguji dan mencampur serta menghampar
semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, pengujian,
perkakas dan pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

12. Laston Lapis Antara (AC-BC)


Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis lapis
antara campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat, bahan aspal, bahan
lainnya sesuai yang diperintahkan oleh pengawas lapangan. yang dicampur
secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan
memadatkan campuran tersebut di atas fondasi atau permukaan jalan yang
telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian
dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar.
12.1. Metode Pekerjaan Laston Antara (AC-BC)
Metode Pekerjaan :
a) Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa atau kontraktor wajib memberikan
Desain mix formula (DMF) 10 hari sebelum memulai pekerjaan aspal dan
melakukan uji trial aspal ac-wc dengan panjang 100 meter untuk satu lajur
jalan atau panjang melintang 4 - 5 m sesaat sebelum penghamparan aspal
ac-bc. Jika DMF sesuai spesifikasi dibuktikan uji trial maka konsultan
pengawas menyetujui DMF untuk diajdikan Job Mix Formula (JMF). JMF
diperiksa oleh konsultan pengawas dan disetujui oleh pengawas lapangan.
Jika penyedia jasa tidak memberikan JMF aspal, pengawas lapangan wajib
menolak pekerjaan aspal.
b) Penyedia jasa wajib memberikan izin kerja secara tertulis kepada pengawas
lapangan untuk disetujui dan diperiksa oleh konsultan pengawas.
c) Aspal ac-bc yang terdapat di lokasi proyek merupakan produksi dari AMP
bukan pencampuran secara manual dilapangan. Aspal ac-bc di lapangan
merupakan barang jadi sudah berbentuk aspal ac-bc.
d) Toleransi untuk ketebalan aspal ac-bc tidak boleh kurang dari -4,0 mm.
e) Tebal setiap lapisan aspal ac-b c wajib diperiksa dengan benda uji "inti" (core)
perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Pengawas
Pekerjaan. Benda uji inti (core) paling sedikit harus diambil dua titik pengujian
yang mewakili per penampang melintang per lajur secara acak sebagaimana
yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan dengan jarak memanjang antar
penampang melintang yang diperiksa per 50 m. selain inti juga terdapat uji
ekstraksi yang menunjukkan kadar aspal di lapangan harus sesuai dengan
JMF dengan tolerasi perubahan sebesar 0,3% dari JMF.
f) Penyedia jasa wajib memberikan tiket timbangan dari seluruh muatan truck
pengangkut aspal yang di timbang di alat timbangan yang dikeluarkan oleh
AMP. Sebagai acuan pengecekan berat volume aspal yang akan dihampar
dilapangan , jika terjadi perbedaan volume di lapangan.
g) Setiap bahan aspal yang diusulkan Penyedia Jasa untuk digunakan, berikut
keteranganasalsumbernyabersamadengandatapengujiansifat-
sifatnya,baiksebelum maupun sesudah Pengujian Penuaan Aspal (RTFOT
sesuai dengan SNI 03-6835-2002 atau TFOT sesuai dengan SNI06-2440-
1991).
h) Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan
keadaan kering dan diperkirakan tidak akan turun hujan.
i) Pekerjaan AC-BC dapat dilakukan bila pekerjaan lapis resap pengikat atau
lapis perekat telah disetujui oleh pengawas lapangan.
j) Ketika aspal datang ke lokasi pengawas lapangan dan konsultan pengawas
wajib memeriksa temperature.
k) Temperatur Pembuatan dan PenghamparanCampuran
Ketentuan viskositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan
untuk Aspal Keras Tipe I dan II ditunjukkan dalam Tabel 12.1. Pengawas
Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui rentang temperatur lain
berdasarkan pengujian viskositas aktual aspal atau aspal modifikasi yang
digunakan pada proyek tersebut, dalam rentang viskositas seperti
diberikan pada Tabel 12.1dengan melihat sifat- sifat campuran dilapangan
saat penghamparan, selama pemadatan dan hasilpengujian kepadatan
pada ruas percobaan. Campuran beraspal yang tidak memenuhi rentang
temperatur yang merupakan korelasi rentang viskositas yang disyaratkan
pada saat pemadatan awal, tidak boleh diterima untuk digunakan pada
pekerjaan yang permanen

Tabel 12.1 Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk


Pencampuran & Pemadatan

l) Penghamparan Dan Pembentukan


1. Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat asphalt finisher
dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang
disyaratkan.
2. Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur
yang lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu
lajur.
3. Penyedia jasa dan konsultan pengas serta pengawas lapangan harus
memperhatikan tebal gembur sebelum dipadatkan agar memperoleh tebal
aspal ac-bc sesuai rencana yaitu 6 cm.
4. Mesin vibrasi pada screed asphalt finisher harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
5. Penampung asphalt finisher (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa
campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan dalam Tabel 12.1
6. asphalt finisher harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan
lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan dan ditaati.
7. Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka
alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
8. Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau
bahan yang tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat
mungkin harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak
boleh ditebarkan di atas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.
9. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi- tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
10. Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya
satu lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara
panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada
setiap hari produksi dibuat seminimal mungkin.
11. Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau
dan dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana
yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan
toleransi yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal:
i. Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum
dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual)
ii. Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan superelevasi yang diperlukan.
iii. Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah
dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.
iv. Perbaikan penampang memanjang dari permukaan beraspal eksisting
dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil
penandaan survei.

j) Pemadatan Aspal AC -BC


1. Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan,
permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan
yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang
terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan
harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang ditunjukkan pada
Tabel 12.1
2. Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang
terpisah berikut ini
i) Pemadatan Awal
ii) Pemadatan Antara
iii) Pemadatan Akhir
3. pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan P. Tyre
Roller sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Bila hamparan
aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan setelah
pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan. Pemadatan
akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan Tandem Roller.
4. Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang
yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk
menahan pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan. Bila
sambungan melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan
sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang
sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek dengan posisi
alat pemadat berada pada lajur yang telah dipadatkan dengan tumpang
tindih pada pekerjaan baru kira-kira 15 cm.
5. Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan
kemudian dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar
dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali
untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat yang
terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang
berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah
lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik
yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
6. Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk
pemadatan awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah
dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda
pemadat yang memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan.
Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan
menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati
sambungan, sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan
rapi.
7. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 1,5 km/jam untuk
Tandem Roller dan 2,5 km/jam untuk P. Tyre Roller dan harus selalu
dijaga rendah sehingga tidak mengakibatkan bergesemya campuran
panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh
diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan
terdorongnya campuran beraspal.
8. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus
untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal
masih dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak
roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.
9. Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara
terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada
roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan.
Roda karet P. Tyre Roller boleh sedikit diminyaki untuk menghindari
lengketnya campuran beraspal pada roda.
10. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas
permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan
tersebut dingin.
11. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan
dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas
perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekeijaaan
perbaikan ini menjadi beban Penyedia Jasa.
12. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan
lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang
disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang menjadi lepas atau
rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun,
harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru serta
dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada
tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal terhampar dengan luas
1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan
bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat,
tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi
permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan.
13. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia
Jasa harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap
bahan yang berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah pemadatan
akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan
sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan.
14. Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang
berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis
satu tidak terletak segaris yang lainnya. Sambungan memanjang harus
diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas berada di
pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
15. Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran
beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya
telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus atau dipanaskan
dengan menggunakan lidah api (dengan menggunakan alat burner).
Bila tidak ada pemanasan, maka pada bidang vertikal sambungan
harus lapis perekat.
16. Pekerjaan penghamparan aspal ac-bc pada malam hari wajib dibantu
dengan generator set untuk menyalakan lampu penerangan sehingga
dapat bekerja dengan aman.

12.2 Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan Dilapangan


a) Penguiian Permukaan Perkerasan
1. Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang
3 m, yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan
tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk
Pengawas Pekerjaan untuk memeriksa seluruh permukaan
perkerasan. Toleransi ketebalan aspal -4mm
2. Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus
dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang
terjadi harus diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan
sebagaimana diperlukan. Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti
yang dibutuhkan. Setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan ini
harus diperiksa kembali dan setiap ketidak-rataan permukaan yang
melampaui batas-batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat
dalam tekstur, pemadatan atau komposisi harus diperbaiki
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
b) Ketentuan Kepadatan
1. Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah
dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam SNI 03-6757-2002.
2. Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian yang
mewakili per penampang melintang per lajur yang diambil secara
acak dengan jarak memanjang antar penampang melintang yang
diperiksa per 50 m dengan toleransi tebal aspal AC-BC adalah -4
mm dari tebal rencana.
3. Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam
memadatkan campuran beraspal bilamana kepadatan lapisan
yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang
diberikan Tabel 12.2 Bilamanarasio kepadatan maksimum dan
minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti
pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur untuk
pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut
harusdibuang dan serangkaian benda uji inti baru harusdiambil.

Tabel 12.2 Ketentuan Kepadatan

c) Jumlah Pengambilan Benda Uji inti dan benda uji ekstraksi


Campuran beraspal
1. Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran
aspal, tetapi Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan
benda uji di lokasi penghamparan bilamana terjadi segregasi yang
berlebihan selama pengangkutan dan penghamparan campuran
beraspal.
2. Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti
(core)
yangmampumemotongbendaujiintiberdiameter4”maupun6”padalapisa
n beraspal yang telah selesai dikerjakan. Benda uji inti tidak boleh
digunakan untuk pengujian ekstraksi. Uji ekstraksi harus dilakukan
menggunakanbenda uji campuran beraspal gembur yang ambil di
belakang mesinpenghampar. Benda uji inti core diambil per 50 m
dengan satu jalur dengan 2 sample di potongan melintang.Titik
pengambilan sample ditentukan pengawas lapangan.
3. Tujuan uji extraksi ada mengatahui kadar aspal ac-wc yang sedang
dihampar dilapangan. Kadar aspal tidak boleh memlebihi toleransi
campuran tabel 12.3 yang diperbolehkan dari JMF

Toleransi campuran aspal 12.3

d) Penguiian Pengendalian Mutu CampuranBeraspal


1. Penyedia Jasa harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan
tersebut harus diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan
tanpaketerlambatan.
2. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan hasil
dan catatan pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari
produksi,beserta lokasi penghamparan yangsesuai.

12.3. Personil
Daftar Personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapanagan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor pekerjaan ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

12.4. Bahan yang Digunakan


a) Agregat Kasar
Ketentuan bahan yang digunakan untuk agregat kasar dapat dilihat pada
tabel 12.4
tabel12.4 Ketentuan Agrgat kasar
b) Ketentuan untuk agregat halus dapat dilihat pada tabel 12.5
Tabel 12.5 agregat halus

c) Bahan Pengisi (Fillers Untuk Campuran Beraspal)


1. Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) dapat berupa debu batu
kapur (limestone dust), atau debu kapur padam atau debu kapur
magnesium atau dolomit yang sesuai dengan AASHTO M303-
89(2014), atau semen atau abu terbang tipe C dan F yang sumbernya
disetujui oleh Pengawas Pekeijaaan.
2. Bahan pengisi jenis semen hanya diizinkan untuk campuran beraspal
panas dengan bahan pengikat jenis aspal keras Pen.60-70.
3. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
gumpalan- gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI
ASTM C136: 2012 harus mengandung bahan yang lolos ayakan
No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.
4. Bahan pengisi yang ditambahkan filler added), untuk semen harus
dalam rentang 1% sampai dengan 2% terhadap berat total agregat dan
untuk bahan pengisi lainnya harus dalam rentang 1% sampai dengan
3% terhadap berat total agregat.
d)Gradasi Agreat Gabungan
Gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal, ditunjukkan dalam
persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi
batas-batas yang diberikan dalam Tabel 12.6. Rancangan dan
Perbandingan Campuran untuk gradasi agregat gabungan harus
mempunyai jarak terhadap batas-batas yang diberikan dalam Tabel 12.6
Tabel 12.6 Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk campuran beraspal

e) Bahan Aspal Untuk CampuranBeraspal


1. Bahan aspal berikut yang sesuai dengan Tabel 13.7 dapat
digunakan. Bahan pengikat ini dicampur dengan agregat
sehingga menghasilkan campuran beraspal untuk aspal AC-BC
sebagaimana mestinya sesuai dengan yang disyaratkan dalam
Tabel 13.8 ,sebagaimana yang disebutkan dalam Gambar atau
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Pengambilan contoh
bahan aspal harus dilaksanakan sesuaidenganSNI06-6399-
2000danpengujiansemuasifat-sifatproperties) yang disyaratkan
dalam Tabel 13.7 harus dilakukan. Bilamana jenisaspal
modifikasi tidak disebutkan dalam Gambar maka Penyedia Jasa
dapat memilih Aspal Tipe II jenis PG 70 dalam Tabel 13.7
2. Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai
dengan cara SNI 03-3640-1994 (metoda soklet) atau SNI 03-
6894-2002 (metoda sentrifñs) atau AASHTO T164-14 (metoda
tungku pengapian). Jika metoda sentrifitus digunakan, setelah
konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200
mm,partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan
kedalam suatu alat sentrifugal.Pemindahan ini dianggap
memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang
diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan pengapian). Jika
bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka
bahan aspal itu harus diperoleh kembali dari larutan sesuai
dengan prosedur SNI 03-6894- 2002.

Tabel 12.7 Ketentuan aspal untuk aspal keras

Tabel 12.7 Lanjutan


Tabel 12.8 Ketentuan sifat - sifat campuran laston

12.5. Peralatan yang Digunakan :


a) Dump truck 10 t 1 unit
b) Asphalt finisher 1 unit
c) Tandem roller 8-10 t. 1unit
d) Tire Roller 8-10 t. 1 unit

12.6. Pengukuran dan Pembayaran


1) Penqukuran Pekerjaan
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran campuran beraspal haruslah
berdasarkan ketentuan di bawah ini :
a) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi
lokasi dengan tebal hamparan kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak
atau menipis (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di
tempat lainnya. Lokasi dengan kadar aspal yang tidak memenuhi
kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi
yang disyaratkan, tidak akan diterima untuk pembayaran.
b) Campuran beraspal yang dihampar langsung di atas permukaan
beraspal eksisting yang dilaksanakan pada kontrak yang lalu,
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan memerlukan koreksi
bentuk, harus dihitung berdasarkan hasil perkalian antara tebal
rata-rata yang diterima dengan luas penghamparan aktual yang
diterima dengan menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu
ukur tanah dan kepadatan lapangan rata-rata yang diperoleh dari
benda uji inti. Bilamana tebal rata-rata campuran beraspal
melampaui yang kuantitas perkiraan yang dibutuhkan (diperlukan
untuk perbaikan bentuk), maka tebal rata-rata yang digunakan dan
diterima oleh Pengawas Pekerjaan yang diperhitungkan untuk
pembayaran. Bagaimanapun juga, jumlah tonase campuran
beraspal yang telah dihampar dan diterima tidak boleh melampaui
berat campuran beraspal diperoleh dari penimbangan muatan di
rumah timbangan.
c) Kecuali yang disebutkan dalam (b) di atas, maka tebal campuran
beraspal yang diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar
dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar. Tidak ada
penyesuaian kuantitas untuk ketebalan yang melebihi tebal
rancangan bila campuran beraspal tersebut dihampar di atas
permukaan yang juga dikerjakan dalam kontrak ini, kecuali jika
diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan.
d) Lebar hamparan campuran beraspal yang akan dibayar harus
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dan harus diukur dengan
pita ukur oleh Penyedia Jasa di bawah pengawasan Pengawas
Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan
per 25 meter atau lebih rapat sebagaimana yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan dan tidak termasuk lokasi hamparan yang
tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan.
Interval jarak pengukuran memanjang harus seperti yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan tetapi harus selalu
berjarak sama dan tidak lebih dari 25 meter. Lebar yang akan
digunakan dalam menghitung luas untuk pembayaran setiap lokasi
perkerasan yang diukur, harus merupakan lebar rata-rata yang
diukur dan disetujui.
e) Pelapisan campuran beraspal dalam arah memanjang harus diukur
sepanjang sumbu jalan dengan menggunakan prosedur
pengukuran standar ilmu ukur tanah.
f) Bilamana Pengawas Pekerjaan menerima setiap campuran
beraspal dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah atau
lebih tinggi sesuai dengan toleransi yang disyaratkan terhadap
kadar aspal yang ditetapkan dalam rumus campuran kerja.
Pembayaran campuran beraspal akan dihitung berdasarkan
tonase hamparan yang dikoreksi menurut dalam butir (g) di bawah
dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini.

g). Tonase yang digunakan untuk pembayaran adalah: Tonase seperti


disebutkan pada butir (a) di atas x Cb.
h).Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi
ketentuan telah diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. maka
kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang
akan dibayar bila pekerjaan semula dapat diterima. Tidak ada
pembayaran tambahan untuk pekerjaan atau kuantitas tambahan
yang diperlukan untuk perbaikan tersebut.
i) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang
digunakan Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk
berbagai campuran beraspal yang termasuk dalam penawarannya
haruslah berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian
harga yang akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar aspal
optimum yang ditetapkan dalam JMF dan kadar aspal dalam analisa
harga satuan dalam penawaran.
j) Bila perbaikan telah diperintahkan oleh pengawas pekerjaan. maka
jumlah volume yang diukur untuk pembayaran haruslah volume yang
seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada
waktu dan atau pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

2) Dasar Pembayaran
Kuantitas aspal lapis antara ( AC-BC) yang sebagaimana ditentukan di
atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran,
untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di bawah ini dan dalam
Daftar Kuantintas dan Harga, di mana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan dan
memproduksi dan menguji dan mencampur serta menghampar
semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, pengujian,
perkakas dan pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

13. Lapis Penetrasi Macadam


Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapis perkerasan terbuat dari
agregat yang diikat oleh aspal keras atau asbuton (termasuk aspal cair
atau emulsi untuk lapis ikat awal) di mana bahan pengikat ini akan masuk
ke dalam agregat setelah pemadatan.

13.1. MetodeLapis Penetrasi Macadam


Metode Pekerjaan :
a) Penyedia jasa wajib memberikan izin kerja secara tertulis kepada
pengawas lapangan untuk disetujui dan diperiksa oleh konsultan
pengawas.
b) Lapis Penetrasi Macadam atau Lapis Penetrasi Macadam Asbuton
tidak boleh dilaksanakan pada permukaan yang basah, selama hujan
atau hujan akan turun.
c) Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan
sedang berlangsung dan selanjutnya sampai waktu yang ditentukan di
mana Pengawas Pekerjaan menyetujui permukaan akhir dapat dibuka
untuk lalu lintas.
d) Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan
potongan melintang.
e) Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan
seperti debu dan bahan lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak
harus diperbaiki.
f) Permukaan eksisting harus diberikan Lapis Perekat sesuai dengan
ketentuan sebelum memulai pekerjaan ini.
g) Bahan aspal haruslah aspal keras Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang
memenuhi ASTM D946/946M-15.
h) Selama pemadatan agregat pokok dan agregat pengunci, kerataan
permukaan harus dipelihara. Bilamana permukaan yang telah
dipadatkan tidak rata, maka agregat harus digaru dan dibuang atau
agregat ditambahkan seperlunya sebelum dipadatkan kembali.
i) Temperatur aspal dalam distributor harus dijaga pada temperatur yang
disyaratkan untuk jenis aspal yang digunakan. Temperatur
penyemprotan dan takaran penyemprotan harus disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan sebelum pelaksanaan dimulai dan harus
memenuhi rentang yang disyaratkan masing-masing. Temperatur
penyemprotan aspal harus sesuai dengan Tabel di bawah ini

j) Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6 - 8 ton yang


bergerak dengan kecepatan 1,5 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam
arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan
menuju ke sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih
(overlap) paling sedikit setengah lebar alat pemadat. Pemadatan harus
dilanjutkan sampai diperoleh permukaan yang rata dan stabil (minimum
6 lintasan).Pemadatan agregat pengunci harus dimulai segera setelah
penebaran agregat pengunci Bilamana diperlukan, tambahan agregat
pengunci harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-
lahan di atas permukaan selama pemadatan. Pemadatan harus
dilanjutkan sampai agregat pengunci tertanam dan terkunci penuh
dalam lapisan di bawahnya.
k) Segera setelah penyemprotan aspal, agregat penutup harus ditebarkan
pada takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian
hingga tidak ada roda yang melintasi lokasi yang belum tertutup bahan
aspal.
l) Pemadatan agregat penutup harus dimulai segera setelah penebaran
agregat penutup. Bilamana diperlukan, tambahan agregat penutup
harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan di
atas permukaan sehingga seluruh rongga-rongga dalam permukaan
agregat pengunci terisi selama pemadatan. Pada saat penyelesaian
pemadatan, kelebihan agregat penutup harus disapu dari permukaan.
m) Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada didalam
toleransi 1cm. Pemeriksaan untuk ketebalan lapis penetrasi macadam
harus diukur dari tebal rata-rata batu pokok yang terpasang seperti
yang diperintahkan oleh PengawasPekerjaan.
n) Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus yang
panjangnya 3 meter. Punggung jalan yang ambles tidak melebihi dari 8
mm.
o) Jumlah Pengambilan Benda Uji inti untuk mengetahui tebal pekerasan
lapis penetrasi macadam. Penyedia Jasa harus menyediakan mesin
bor pengambil benda uji inti (core) yang mampu memotong benda uji
inti berdiameter 4”maupun 6”pada lapisan beraspal yang telah selesai
dikerjakan
13.3. Personil
Daftar Personil yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
a) Pelaksana Lapangan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Pengalaman dibidang K3 Konstruksi nol tahun 1 Orang
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

13.4. Bahan yang Digunakan


a) Agregat
1. Agregat harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari
lumpur dan benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus
memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel
Tabel Ketentuan Agregat Pokok dan Pengunci

2. Agregat harus, bilamana diuji sesuai dengan SNI ASTM


C136:2012, memenuhi gradasi yang diberikan seperti table di
bawah ini
Tabel Gradasi AgregatPokok

Tabel Gradasi Agregat Pengunci Tebal 9 — 12 cm


Tabel Gradasi Agregat Pengunci Tebal 7 — 10 cm

Tabel Gradasi Agregat Pengunci Tebal 5 — 8 cm

Tabel Gradasi Agregat Pengunci Tebal 4 — 5

Tabel Gradasi Agregat Penutup

b) Aspal
Bahan aspal haruslah aspal keras Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang
memenuhi ASTM D946/946M-15. Merek aspal yang digunakan adalah
merek esso

c) Emulsi
AspalEmulsiyangdigunakanadalahjenisCRSatauCMSyangmemenuhi
ketentuan SNI4798:2011 ( merek yang digunakan adalah merek esso)

13.5. Peralatan yang Digunakan


a) Dump truck 10 t - 3 unit
b) Three Wheel roller 6-8 t.- 1unit
c) Asphalt distributor 115 HP 1 unit

13.6. Pengukuran dan Pembayaran


a) Pengukuran
1. Kuantitas yang diukur untuk pembayaran dari Lapis Penetrasi
Macadam harus merupakan jumlah meter kubik bahan yang dihampar
dan diterima, yang dihitung sebagai hasil kali luas yang diukur dan
diterima dan tebal terpasang yang diambil dari tinggi rata-rata agregat
pokok.

2. Lebar lokasi Lapis Penetrasi Macadam yang akan dibayar harus


seperti yang tercantum dalam Gambar atau yang telah disetujui
Pengawas Pekerjaan dan harus ditentukan dengan survei pengukuran
yang dilakukan Penyedia Jasa di bawah pengawasan Pengawas
Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan dan
tidak boleh meliputi lapisan yang tipis atau tidak memenuhi ketentuan
sepanjang tepi Lapis Penetrasi Macadam atau Lapis Penetrasi
Macadam Asbuton yang dihampar. Jarak antara pengukuran
memanjang harus seperti yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan
tetapi harus beijarak sama dan tidak boleh kurang dari 25 meter. Lebar
yang digunakan untuk menghitung luas pada setiap lokasi perkerasan
yang diukur harus merupakan lebar rata-rata dari pengukuran lebar
yang diukur dan disetujui.

3. Panjang Lapis Penetrasi Macadam atau Lapis Penetrasi Macadam


Asbuton sepanjang jalan harus diukur sepanjang sumbu jalan, dengan
menggunakan prosedur survei menurut ilmu ukur tanah.
b) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana disyaratkan di atas harus dibayar menurut
Harga Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang
tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, di mana
harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untuk pengadaan, produksi, penghamparan dan pemadatan seluruh
bahan, termasuk semua pekerja, alat, pengujian, alat-alat kecil dan hal-
hal yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti yang
diuraikan dalam Seksi ini.

DIVISI 7. STRUKTUR

14. Beton strukur, fc’20 MPa ( K250 ready mix)


Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
setara, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa
bahan tambah membentuk massa padat. Pekerjaan yang diatur dalam
seksi ini antara lain pekerjaan Beton. Pekerjaan ini mencakup pembetonan
pada jalan .

14.1. Metode Pekerjaan


a) Sebelum melaksanakan pekerjaan penyedia jasa wajib membuat izin
kerja yang diperiksa oleh konsultan pengawas dan disetujui oleh
pengawas lapangan.
b) Sebelum memulai pekerjaan penyediajasa wajib memberikan DMF dari
supplier beton redy mix , yang menerangkan campuran yang digunakan
untuk mutu beton Fc 20 Mpa. DMF paling lambat diserahkan 1 minggu
sebelum memulai pekerjaanbeton Bahu Jalan untuk diperiksa dan
disetujui oleh konsultan pengawas yang nantinya akan dijadikan dasar
sebagai JMF
c) Pekerjaan ini dilaksanakan dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian
dan bentuk, dimensi seperti yang tercantum pada Gambar Rencana
atau atas petunjuk Pengguna Barang/Jasa serta sesuai dengan
spesifikasi teknik. Dalam gambar rencana pada paket ini dengan
Perkerasan Beton f’c = 20 MPa dimensi pekerjaan beton menyesuaikan
dengan gambar kerja
d) Beton yang digunakan adalah beton ready mix yang siap digunakan
bukan pencampuran dilokasi proyek
e) Pastikan bekisting yang dipasang telah siap baik dari segi kekuatan
maupun dari segi elevasi. Setelah bekisting diberi plastic agar air semen
tidak keluar ke samping sehingga reaksi percampuran beton berjalan
dengan baik.
f) Beton yang telah di tuang kemudian digelar/diratakan dan digetarkan
menggunakan Concrete Vibrator untuk memastikan bahwa tidak ada
rongga yang belum terisi beton.
g) Setelah beton dicor maka perlu dilakukan proser curing dengan
menutup dengan kain goni basah agar reaksi kimia yang terdapat dalam
beton tercampur sempurna
h) Untuk uji sample kuat tekan untuk bahu jalan dengan volume 247 m3
dibutuhkan sampel minimal 14 set benda uji (1 set terdiri dari 3 buah
benda uji) atau jumlahnya sesuai dengan perintah pengawas lapangan.
14 set benda uji terdiri dari 42 buah benda uji silinder ukuran diameter
15 cm dan tinggi 30 cm.
i) Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila
diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-
bahan tersebut telah sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan
j) Satu pengujian "slump" atau slump flow, atau lebih sebagaimana yang
diperintahkanoleh Pengawas Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap
adukan beton yang dihasilkandan dilakukan sesaat sebelum
pengecoran, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan
terkecuali disaksikan oleh Pengawas Pekerjaan atau wakilnya.
Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti
yang diusulkan tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila
Pengawas Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya
secara terbatas dan secara teknis mutu beton tetap bisa di jaga
Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa
sehinggabeton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga,
celah, gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa
sehingga pada saat pembongkaran acuandiperoleh permukaan yang
rata, halus dan padat. Panduan nilai slump dapan dilihat pada tabel 14.1
sesuai dengan pedoman kerja Pd T-07-2005-B, untuk pekerjaan
perkerasan jalan kita memilih slump 5 - 7,5 cm

Tabel 14.1 Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton

k) Alat untuk pengetesan slump wajib disediakan oleh penyedia jasa.


l) Penyedia jasa harus menlengkapi hasi back up quality yang berfungsi
sebagai dokumen penagihan.
m) Pengujian Kuat Tekan
1. Penyedia Jasa harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat
tekan benda uji beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan.
Setiap basil adalah nilai rata• rata dari dua nilai kuat tekan benda uji
dalam satu set benda uji (1 set= 3 buah benda uji), yang selisih nilai
antara keduanya < 5% dari rata-rata 2 nilai kuat tekan benda uji
tersebut untuk satu umur, untuk setiap kuat tekan beton dan untuk
setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari
pengecoran.
2. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI
4810:2013. Pengambilan bahan untuk pembuatan benda uji
harus diambil dari beton yang akan dicor dicetak bersamaan,
kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di
laboratorium.
3. Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar
pembayaran harus menggunakan data basil uji kuat tekan
beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam Spesifikasi.
Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan
dalam Spesifikasi hanya boleh digunakan untuk keperluan
selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai dasar
pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan
untuk keperluan ini harus disesuaikan dengan grafik
perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.

4. Untuk pengecoran hasil produksi ready mix , maka pada pekerjaan


beton dengan jumlah masing - masing mutu < 60 m3 harus
diperoleh set benda uji untuk setiap maksimum 15 m3 beton
secara acak , dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam
segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat.
Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3, maka untuk
setiap maksimum 20 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3
tercapai harus diperoleh set benda uji.

5. Kuat Tekan Karakteristik Beton diperoleh dengan rumus berikut ini:


6. Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat,
apabila dipenuhi syarat- syarat berikut :
i. Tidak boleh lebih dari 5 % ada diantara jumlah minimum 30
nilai hasil pemeriksaan benda uji yang terjadi kurang dari f c ’.
ii. Apabila setelah selesai pengecoran seluruhnya untuk masing-
masing mutu beton dapat terkumpul jumlah minimum benda uji,
maka hasil pengujian kuat tekan benda uji harus lebih besar
dari kuat tekan yang ditentukan atau memenuhifc fc’m.
iii. Jika benda uji yang terkumpul kurang dari jumlah minimum
yang telah ditentukan (30 benda uji), maka nilai deviasi standar
(S) harus dikalikan dengan faktor koreksi yang diberikan dalam
Tabel 14.2

Tabel 14.2 Faktor Koreksi Deviasi Standar

iv. Apabila jumlah benda uji 15 buah dan adanya data hasil uji
kuat tekan di lapangan, maka kuat tekan rata-rata perlu (design
average strength) fcr yang digunakan sebagai dasar pemilihan
proporsi campuran beton ditentukan sesuai dengan Tabel 14.3
dengan menggunakan deviasi standar benda uji S yang
dihitung sesuai dengan rumus perhitungan deviasi standar
S.Rincian perhitungan deviasi standar ditunjukkan dalam Pasal
4.2.3 dari SNI 6880:2016.
Tabel 14.3 Kuat Tekan Rata-rata Perlu (Design Average
Strength) untuk Jumlah Benda uji 15 jika Catatan Hasil Uji
Lapangan Tersedia

tidak kurang dari 0,85 fc’, maka bagian struktur tersebut dapat
dianggap memenuhi syarat dan pekerjaan yang dihentikan
dapat dilanjutkan kembali. Dalam hal ini, perbedaan umur
beton saat pengujian terhadap umur beton yang disyaratkan
untuk penetapan kuat tekan beton perlu diperhitungkan dan
dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang
dihasilkan.
v. Bilamana fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan
hasil uji kekuatan di lapangan untuk perhitungan deviasi
standar S yang memenuhi ketentuan di atas, maka kuat tekan
rata-rata perlu (design average strength) fcr‘ ditetapkan
sesuai dengan Tabel 14.4 dan pencatatan data kekuatan
rata-rata harus sesuai dengan persyaratan

Tabel 14.4. Kuat Tekan Rata-rata Perlu (Design Average Strength)


untuk Jumlah Benda Uji 15 jika Catatan Hasil Uji Lapangan Tidak
Tersedia
vi. Untuk jumlah benda uji kurang dari minimum sebagaimana
yang diuraikan dalam Tabel 10.2 dan tidak memenuhi
persyaratan fcr‘ seperti Tabel 10.3 maka apabila tidak dinilai
dengan cara evaluasi menurut dalil-dalil matematika statistik
yang lain, tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 3 hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut (dengan berbagai variasi
3 hasil uji),fcm,4teijadi tidak kurang dari 1,15 fc‘. Masing-
masing hasil uji tidak boleh kurang dari 0,85 fc‘

14.2 Personil
a) Pelaksana Lapanagan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor pekerjaan ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

14.3. Bahan
Beton yang digunakan adalah ready mix 20 MPa dengan syarat syarat
campuran sebagai berikut :
a) Semen
1. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
Portland tipe I,) yang memenuhi SNI 2049:2015 tentang Semen
Portland atau PPC (Portland Pozzolan Cement) yang
memenuhi ketentuan SNI 0302:2014 dapat digunakan apabila
diizinkan tertulis oleh Pengawas Pekerjaan.
2. Di dalam satu kegiatan harus menggunakan satu tipe dan satu
merek semen, kecuali jika diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan.
Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan
tipe dan merek semen yang digunakan.

b) Air
Air yang digunakan untuk campuran beton, harus bersih, dan bebas
dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula
atau organik.Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi
ketentuan dalam SNI 7974:2016. Apabila timbul keragu raguan atas
mutu air yang diusulkan dan karena sesuatu sebab pengujian air
seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan
perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar
dengan memak:ai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni
hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan
mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh
delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan
mortar dengan air suling untuk periode umur yang sama. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan.

c) Agregat
1) Ketentuan Gradasi Agregat
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi
ketentuan yang diberikan dalam Tabel 14.5 tetapi atas
persetujuan Pengawas Pekerjaan, bahan yang tidak:
memenuhi ketentuan gradasi tersebut masih dapat digunakan
apabila memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan
dibuktikan oleh hasil campuran percobaan

Tabel 14.5 Ketentuan Gradasi Agregat


2) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak: lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan
atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di
mana beton harus dicor.

3) Sifat-sifat Agregat
Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian
(jika perlu) kerikil dan pasir sungai.Kekuatan mutu agregat dapat
dilihat pada tabel 14.6.Agregat harus memenuhi sifat-sifat yang
diberikan dalam Tabel bila material yang digunakan diuji.

Tabel 14.6 Ketentuan Mutu Agregat

d) Bahan Tambah Kimia


Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalarn
campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen
selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan
tarnbahan dalarn pengecoran beton. Ketentuan mengenai bahan
tarnbah kimia ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bahan
tarnbah kimia (admixture) yang mengandung Klorid tidak diizinkan
untuk beton bertulang. Bahan tambah hanya diberikan sesuai dengan
arahan pengawas lapangan.Bahan tambah seperti plastisizer
dicampurkan pada saat pemcampuran di batching plan.
14.4 Peralatan yang Digunakan
a) CONCRETE VIBRATOR; GX 160; 5,5 HP1 unit

14.5 Pengukuran Pembayaran


a) Pengukuran
1. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik terpasang dan
diterima sesuai dengan yang ditunjukkan pada Gambar
oleh Pengawas Pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan
dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan luasan
total secara melintang struktur yang ditinjau dan setara dengan
diameter kurang dari 200 mm
2. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang
akan dilakukan untuk acuan, dan biaya dari pekerjaan tersebut
telah dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk
pekerjaan beton.
3. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, yang telah selesai dan
diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada
Seksi lain dalam spesifikasi ini.
4. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar
sebagai beton struktur atau beton tidak bertulang. fc'=20 MPa.
Apabila beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi
diperkenankan untuk digunakan di lokasi , untuk mutu (kekuatan)
beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai
beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
5. Apabila kekuatan beton sudah mencapai seperti yang
disyaratkan sebelum beton umur 28 hari dengan menggunakan
bahan tambah maka struktur beton tersebut dapat dianggap
memenuhi sudah kriteria penerimaan mutu, dan volumenya
diukur sebagai beton dengan mutu sesuai dengan mutu yang
disyaratkan.
6. Jika Penyedia jasa menggunakan beton bukan ready mix atau
pencampuran manual maka pekerjaan tidak akan dibayarkan.
b) Pengukuran Untuk Pekeriaan Beton Yang Diperbaiki dan Dapat
Diterima

1. Apabila pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur


untuk pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar jika
pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
2. Pekerjaan beton yang diperbaiki dapat diterima dengan
pengurangan pembayaran sebesar 1,5% dari harga satuan
untuk setiap pengurangan kekuatan sebesar 1 % dari nilai
kekuatan karakteristik rencana Penyesuaian Harga Satuan ini
akan diterapkan pada penerimaan pembayaran.
3. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk
tiap peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah, juga
tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan
pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu
yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

c) Dasar Pembayaran
1. Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada harga
kontrak untuk mata pembayaran dan menggunakan satuan
pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam daftar
kuantitas.
2. Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh
untuk seluruh penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang
tidak dibayar dalam mata pembayaran lain, , acuan, perancah
untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan
beton, dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk
penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang
diuraikan dalam seksi ini.
DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN & PEKERJAAN LAIN-LAIN
15. Pekerjaan Marka Jalan Termoplastik(Warna Putih)
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di
atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang
membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta
lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan
membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Pada pekerjaan ini marka
jalan terbuat dari bahan termoplastik yang bewarna Putih seperti yang
ditunjukkan pada gambar kerja.

15.1 Metode kerja


a) Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa atau kontraktor harus
menyiapkan izin kerja yang diperiksa konsultan pengawas dan
disetujui pengawas lapangan.
b) Marka Jalan Termoplastik : SNI 06-4826-1998 (jenis padat, bukan
serbuk).
c) Marka jalan harus memiliki rata rata tingkat retroreflektif minimal
200 mcd/m2/lux (warna putih) sesuai dengan ASTM E1710-18
pada umur 0 - 6 bulan setelah aplikasi. Pada akhir tahun ke-1 rata
rata tingkat retroreflektif minimal 150 mcd/m2/lux sesuai dengan
ASTM E1710-18. Bahan yang digunakan harus diproduksi oleh
pabrikan yang terakreditasi sesuai dengan SNI ISO 9001:2015
tentang Sistem Manajemen Mutu — Persyaratan. Bahan yang
digunakan tidak boleh lebih dari 1 tahun dari tanggal produksi.
d) Selain itu bahan termoplastik dicampur dengan Butiran Kaca
(Glass Bead). Butiran Kaca (glass bead) haruslah mememuhi
Spesifikasi menurut SNI 15-4839-1998 (Tipe 2).
e) Sebelum pembuatan marka jalan, jalan harus dibersihkan dari pasir
dan bahan bahan lainnya yang mengganggu proses pembuatan
marka jalan.
f) Marking atau bertuk marka jalan sesuai gambar kerja yang
disetujui pengawas lapangan.
g) Dalam pembuatan marka jalan dibantu dengan Thermoplastic
Road Marking Machine
h) Selama pekerjaan tidak boleh ada kendaraan yang melewati marka
jalan. Berikan rambu rambu peringatan atau penutupan jalan
sementara hingga marka jalan siap digunakan.

15.2. Personil
a) Pelaksana Lapanagan dengan memiliki sertifikat SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang.
b) Petugas K3 Konstruksi Pengalaman bidang K3 0 Tahun
c) Petugas pengatur lalu lintas (flagman) 1 Orang
d) Mandor pekerjaan ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )
e) Pekerja ( jumlah sesuai arahan Pengawas Lapangan )

15.3. Bahan
a) Cat Marka Thermoplastic
b) Glass Bead

15.4. Peralatan yang Digunakan


a) Thermoplastic Road Marking Machine
b) Alat Bantu

15.5. Pengukuran dan Pembayaran


a) Cara Pengukuran
1. PengukuranPekerjaan Marka Jalan Termoplastik dihitung per
meter persegi yang terpasang yang diterima oleh pengawas
lapangan. Untuk satuan pembayarannya adalah meter lari .

b) Dasar Pembayaran
Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Marka Jalan Termoplastik, harus
dibayar pada Harga Penawaran Kontrak untuk Mata
Pembayaran yang ditunjukkan di bawah ini, dan terdaftar dalam
Daftar Kuantitas, di mana pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk pemasokan, pembuatan dan pemasangan
bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, perkakas, pengujian
dan pekerjaan pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan yang
memenuhi ketentuan.

16. Protokol Pencegahan Covid-19 di Proyek Konstruksi


16.1. Pengantar
a. Protokol ini dimaksudkan sebagai panduan umum bagi Pemilik/
Pengguna/ Penyelenggara bersama Konsultan, Kontraktor, Mandor
serta para Pekerja dalam mencegah wabah COVID-19 di proyek
konstruksi.
b. Protokol ini merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan untuk
mewujudkan keselamatan konstruksi. Keselamatan konstruksi adalah
keselamatan dan kesehatan kerja; keselamatan publik; dan
keselamatan lingkungan dalam setiap tahapan penyelenggaraan
konstruksi (cycle of building and infrastructure development).
c. Protokol ini berlaku di proyek konstruksi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah. Masing-masing pihak pemangku amanah di proyek
konstruksi dapat menindaklanjuti implementasi dari protokol ini sesuai
dengan kebijakan peyelenggaran proyek kosntruksi.

16.2. Pembentukan Satgas Pencegahan Covid-19


a. Pemilik/ Pengguna/ Penyelenggara bersama Konsultan Pengawas
dan/atau Kontraktor wajib membentuk Satuan Tugas Pencegahan
COVID-19.
b. Satuan Tugas tersebut berjumlah paling sedikit 3 (tiga) orang terdiri dari
Ketua merangkap anggota dan 2 (dua) Anggota yang mewakili Pemilik/
Pengguna/ Penyelenggara, Konsultan pengawas, penyedia
jasa/kontraktor .
c. Satuan Tugas tersebut memiliki tugas, tanggung jawab dan
kewenangan melakukan: (i) sosialisasi, (ii) edukasi, (iii) promosi teknik
dan (iv) metoda pencegahaan COVID19 serta (v) pemeriksaan
(examination) potensi terinfeksi kepada semua orang yang terlibat
dalam proyke konstruksi tersebut.

16.3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan


a. Kontraktor wajib menyediakan ruang PK3 di lapangan dilengkapi
dengan sarana obat – obatan Pk3 ringan.
b. Kontraktor wajib menyediakan fasilitas pengukur suhu badan (thermo
scan), tempat pencuci tangan dengan sabun disinfektan (sanitizer),
tissue, masker di kantor/basecamp dan lapangan proyek bagi semua
yang terlibat dalam pengerjaan proyek ini.

16.4. Pelaksanaan Pencegahan Covid-19 di Lapangan


a. Satuan Tugas memasang poster (flyers) baik digital maupun fisik
tentang himbauan/ anjuran pencegahan COVID19, seperti mencuci
tangan, memakai masker, untuk disebarluaskan atau dipasang di
tempat-tempat strategis di lapangan proyek.
b. Satuan Tugas bersama penjelasan, anjuran, kampanye. promosi teknik
pencegahan COVID19 dalam setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi hari
(safety morning talk).
c. Satuan Tugas melarang seseorang yang sakit dengan indikasi suhu >
38 derajat Celcius (seluruh orang yang terlibat pada proyek konstruksi
di lokasi proyek) datang ke lokasi proyek.
d. Petugas K3 dibantu petugas keamanan melaksanakan pengukuran
suhu tubuh kepada seluruh orang terlibat dalam proyek kosntruksi ini
jika berada di lokasi proyek untuk setiap pagi, siang dan sore.
e. Apabila ditemukan pekerja/tamu proyek/pengawas lapangan/konsultan
pengawas di lapangan proyek terpapar virus COVID19. Petugas K3
dibantu Petugas Keamanan proyek melakukan evakuasi dan
penyemprotan disinfektan pada tempat, fasilitas, pegangan dan
peralatan kerja.
17. Penutup
17.1. Perbedaan Pengertian
a) Hal-hal yang tidak tercantum dalam spesifikasi teknis dan metode
pelaksanaan ini, tetapi sesuai peraturan yang ada dan masih berlaku dan
secara teknis harus dilaksanakan dan nyata merupakan bagian dari
pekerjaan maka hal tersebut dianggap dimuat dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, dan bukan sebagai pekerjaan lebih.
b) Bagian – bagian atau jenis pekerjaan/material serta merk (kwalitas) yang
belum termuat didalam RKS ini dapat dilihat dalam gambar rencana dan
dalam Daftar Kwantitas (uraian jenis pekerjaan) terlampir dan apabila
belum juga dapat dipastikan , kontraktor harus menanyakan kepada direksi
untuk mendapatkan kepastian (kesepakatan)
c) Kewajiban Kontraktor/pelaksana pekerjaan sebelum Penyerahan
Pekerjaan. Sebelum penyerahan pertama dilaksanakan,
Kontraktor/pelaksana pekerjaan wajib membersihkan kotoran-kotoran di
dalam maupun diluar bangunan serta mengeluarkan dari areal proyek
barang-barang yang tidak perlu. Kemudian akan dilanjutkan untuk
melakukan ceklist oleh direksi bersama pemilik pekerjaan, dan apabila
dianggap masih perlu ada perbaikan atau pembersihan kontraktor wajib
untuk melakukan perbaikan atau pembersihan kembali sampai dapat
diterima oleh direksi dan pemilik kegiatan. Kegiatan perbaikan, perapian
dan pembersihan ini merupakan bagian dari pekerjaan yang ditawar oleh
kontraktor sehingga sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
d) Bila ada sebagian atau seluruhnya pekerjaan yang harus memerlukan
perijinan dari instansi yang berwenang, maka Penyedia harus sudah
memiliki perijinan yang di maksud sebelum memulai bagian dari pekerjaan
tersebut. Penyedia tidak diperkenankan memulai kegiatan sebelum
memegang perijinan yang di maksud. Segala biaya yang dikeluarkan untuk
mengurus perijinan menjadi tanggung jawab Penyedia.
Menggala, 2023

Yang Menetapkan

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

K. KHERIYANSHAH, S.T., M.T


NIP. 19820124 201001 1 006

Anda mungkin juga menyukai