Anda di halaman 1dari 19

BAB 3

metodologi

3.1. UMUM
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka
sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara
sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu
kerja. Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di
dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar –
standar perencanaan sebagai berikut :
Perencanaan Struktur Jembatan :
1. Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code)
2. Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual)
3. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya Perencanaan
Beban Gempa untuk Jembatan
Perencanaan Jalan Pendekat (Oprit) :
4. Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat Jembatan
5. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
6. Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Rencana Anggaran Biaya :
7. Pedoman Analisa Harga Satuan
3.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan merancang tahapan pelaksanaan
pekerjaan sebagai berikut :
1. Persiapan dan Mobilisasi
 Mobilisasi personil dan alat
2. Studi Pendahuluan
 Inventarisasi data & studi terdahulu
 Penyusunan rencana kerja
 SurveyPendahuluan
 Penyusunan laporan pendahuluan
3. Survey Dan Penyelidikan Lapangan
 Survey topografi
 Penyelidikan tanah

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III- 1


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
 Penyusunan laporan-laporan survei
4. Analisa Data
 Analisa data dan pemetaan topografi
 Analisa data tanah dan sumber material
 Penyusunan laporan antara
5. Perencanaan Teknis
 Perencanaan struktur bawah jembatan
 Perencanaan struktur atas jembatan
 Penyusunan laporan struktur
6. Gambar Perencanaan Akhir
 Plan dan Profil
 Potongan Melintang
 Detail struktur bawah jembatan
 Detail struktur atas jembatan
 Umum
 Standar
7. Perkiraan Kuantitas dan Biaya
 Perhitungan volume pekerjaan fisik
 Analisa harga satuan pekerjaan
 Penyusunan laporan Engineer Estimate
8. Dokumen Lelang dan Laporan Akhir
 Penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan
 Penyusunan laporan dokumen lelang
 Penyusunan laporan akhir

3.3. PEKERJAAN PERSIAPAN


Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan, maka perlu dilaksanakan pekerjaan
persiapan, baik mengenai kelengkapan administrasi, personil pelaksana, sarana
transportasi, peralatan, dan segala aspek dalam kaitan pelaksanaan pekerjaan.
Konsultan akan menyiapkan program kerja untuk dikoordinasikan dengan pihak
pemberi tugas. Maksud dari koordinasi ini adalah untuk menyamakan pandangan
antara konsultan dengan pihak pemberi sehingga pelaksanaan pekerjaan ini tidak
mengalami hambatan.

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-2


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
3.4. STUDI PENDAHULUAN
1.1.1. INVENTARISASI DATA DAN STUDI TERDAHULU
Setelah tugas dari masing-masing tenaga ahli dipahami, maka konsultan akan
segera melaksanakan kegiatan pengumpulan data, informasi dan laporan yang
ada hubungan-nya dengan studi untuk mempelajari kondisi daerah proyek secara
keseluruhan guna mempersiapkan rencana tindak lanjut tahap berikutnya.
Konsultan akan mengunjungi kantor-kantor instansi pemerintah maupun swasta
yang sekiranya mengelola data yang diperlukan. Untuk kelancaran pekerjaan ini,
maka sangat diperlukan surat pengantar dari pihak Direksi Pekerjaan untuk
keperluan tersebut. Dari hasil studi meja akan disusun program kerja untuk
perencanaan jalan yang dimaksud.

1.1.2. PENYUSUNAN RENCANA KERJA


Hasil penelaahan data akan dituangkan dalam rencana konsultan yang meliputi
rencana kegiatan SURVEY dilapangan maupun kegiatan analisis dan evaluasi
data. Rencana kerja ini meliputi :
1. Struktur organisasi serta tenaga pelaksana penanganan pekerjaan
2. Rencana waktu penanganan pekerjaan
3. Rencana penugasan personil serta peralatan yang akan digunakan dalam
penanganan pekerjaan.

1.1.3. SURVEY PENDAHULUAN


Survey Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Menyiapkan peta dasar yang berupa Peta Topografi skala 1:100.000 / 1:50.000
dan peta-peta pendukung lainnya (Peta Geologi, Tata Guna tanah dll).
2. Mempelajari lokasi pekerjaan dan pencapaiaan.
3. Mempelajari kondisi eksisting jembatan secara umum seperti dimensi
jembatan, jenis struktur bawah jembatan, jenis struktur atas jembatan, kondisi
terrain/geometrik jalan, kondisi lalu lintas dan tata guna lahan sekitarnya.
4. Membuat foto dokumentasi lokasi jembatan dalam berbagai arah antara lain :
arah pergi, arah pulang, arah hulu dan arah hilir sungai. Serta pada lokasi-
lokasi yang penting.
5. Mengumpulkan data, berupa informasi mengenai harga satuan bahan dan
biaya hidup sehari-hari.
6. Mengumpulkan informasi umum lokasi sumber material (quarry) yang
diperlukan untuk pekerjaan konstruksi.
7. Membuat laporan lengkap perihal pada butir a s/d h dan memberikan saran-
saran yang diperlukan untuk pekerjaan survey teknis selanjutnya.

1.1.4. PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN


Hasil – hasil dari studi pendahuluan serta survey pendahuluan akan dituangkan

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-3


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
dalam bentuk laporan pendahuluan.

1.2. SURVEY DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN


1.2.1. SURVEY TOPOGRAFI
Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk perencanaan jalan terdiri dari
beberapa bagian pekerjaan yaitu :
1. Persiapan
2. Pemasangan Patok, Bench mark (BM) dan Control Point (CP).
3. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran
4. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari :
 Pengukuran titik kontrol horizontal (Polygon) dan vertikal (Waterpass)
 Pengukuran situasi/detail
 Pengukuran penampang memanjang dan melintang
 Pengukuran-pengukuran khusus
Pengukuran Titik Kontrol Horizontal
Metodologi Pengukuran Titik Kontrol Horizontal dilaksanakan sebagai berikut :
 Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon
 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 100m, diukur dengan pegas
ukur (meteran) atau alat ukur jarak elektronis
 Patok-patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang patok-patok
untuk titik ikat adalah patok dari beton
 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolith dengan ketelitian
dalam secon (yang mudah/umum dipakai adalah Theodolith jenis T2 Wild Zeis
atau yang setingkatan)
 Ketelitian untuk poligon adalah sebagai berikut :
 Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” akar jumlah titik poligon
 Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”
Pengukuran Titik Kontrol Vertikal
Metodologi Pengukuran Titik Kontrol Vertikal dilaksanakan sebagai berikut :
 Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran ketinggian adalah Waterpass
Orde II
 Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dilakukan 2 kali
berdiri alat
 Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 akar D mm. Dimana D adalah
panjang pengukuran (Km) dalam 1 (satu) hari
 Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian
skala jelas dan sama

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-4


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
 Setiap pengukuran dilakukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang dalam
satuan milimeter
 Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB), Kontol
pembacaan : 2BT = BA + BB
 Referensi levelling menggunakan referensi lokal
Pengukuran Situasi
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :
 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachymetri
 Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis dengan Theodolith T0)
 Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua
keterangan-keterangan yang ada didaerah sepanjang rencana jalan tersebut
 Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain pengukuran
harus diperluas (lihat pengukuran khusus)
 Tempat-tempat sumber mineral jalan yang terdapat disekitar jalur jalan perlu
diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material)
Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang
Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan untuk
menentukan volume penggalian dan penimbunan. Metodologi pengukuran
dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pengukuran Penampang Memanjang
 Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu rencana
jalan
 Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang sama dengan yang
dipakai untuk pengukuran titik kontrol vertikal
2. Pengukuran Penampang Melintang
 Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai
dibuat setiap 50m dan pada daerah-daerah tikungan/ pegunungan setiap
25m
 Lebar pengukuran penampang melintang 25m ke kiri-kanan as jalan
 Khusus untuk perpotongan dengan sungai dilakukan dengan ketentuan
khusus (lihat pengukuran khusus)
 Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang
sama dengan yang dipakai pengukuran situasi
Pemasangan Patok
Untuk Pemasangan Patok Pengukuran dilapangan dilaksanakan sebagai berikut :
 Baik patok-patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda BM dan
nomor urut.
 Untuk memudahkan pencarian patok pada pohon-pohon disekitar patok diberi
cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-5


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
 Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan tulisan
hitam yang diletakkan disebelah kiri kearah jalannya pengukuran.
 Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak disumbu jalan diberi

1.2.2. PENYELIDIKAN TANAH


1. Pendahuluan
Tujuan penyelidikan ini adalah untuk menentukan kondisi, jenis, dan struktur
lapisan tanah dibawah permukaan pada Pekerjaan Perencanaan
Pembangunan Jembatan Tambak Rawang, Dusun Tambak Rawang, Desa
Gunung 9, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi
Kalimantan Barat.
2. Penyelidikan Lapangan
Tujuan penyelidikan lapangan adalah untuk menentukan kondisi, jenis, dan
struktur lapisan tanah dibawah permukaan pada lokasi Pekerjaan Perencanaan
Pembangunan Jembatan Tambak Rawang, Dusun Tambak Rawang, Desa
Gunung 9, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi
Kalimantan Barat. Penyelidikan Lapangan pada pekerjaan ini terdiri dari
pekerjaan Sondir sebanyak 2 (dua) titik dan hand Bor (Bor Tangan) sebanyak 2
(dua) titik.
3. Peralatan dan Metodologi
3.1. Peralatan dan Prosedur Penyelidikan Lapangan
3.1.1. Cone Penetrometer (Sondir)
Alat-alat :
- Mesin sondir ringan (2,5 ton)
- Pipa Sondir dan batang dalam dengan masing-masing 1,00
meter
- Manometer, kapasitas 0-60 kg/cm 2 dan 0-250 kg/cm2
- Bikonus
- 4 (empat) angker dan perlengkapannya
- Kunci-kunci pipa, alat pembersih, oli, minyak hydrolic
Prosedur : ASTM D344-79
3.2. Sifat Fisis (Index Properties)
3.2.1. Berat Volume
Alat :
- Driver Cylinder
- Pisau perata
- Timbangan, kepekaan 0,01 gram
Prosedur : Standart Method of Soil in Place by the Drive Method
ASTM D2937-83
3.2.2. Kadar Air Alami

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-6


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
Alat :
- Oven Pengering (1100 C)
- Timbangan, kepekaan 0,01 gram
- Cawan timbang (container)
Prosedur : Standart Method of Laboratory Determination of
Moisture Content of Soil ASTM D2216-71
3.2.3. Berat Jenis
Alat :
- Piknometer
- Timbangan kepekaan 0,01 gram
- Pemanas (boiler)
- Oven pengering (1000 C)
Prosedur : Specific Gravity of Soil ASTM method D.854 – 58
3.2.4. Batas-Batas Atterberg
Batas Cair (WL)
Alat :
- Mangkuk porselin
- Spatula
- Peralatan uji batas cair
- Pembarut (grooving tool)
- Cawan (container)
- Timbangan kepekaan 0,01 gram
- Oven pengering
Prosedur : Liquid limit of soil ASTM D. 423 – 66
Batas Plastis (WP)
Alat :
- Mangkuk porselin
- Spatula
- Plat kaca
- Cawan (container)
- Timbangan kepekaan 0,01 gram
- Oven pengering
Prosedur :Plastic limit of soil ASTM D. 426 – 56
3.2.5. Analisa Ukuran Butiran (Grain Size Analysis)
Alat :
- Timbangan kepekaan 0,01 gram
- Alat pengaduk electric
- Hydrometer 152 H

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-7


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
- Silinder sedimentasi (diameter 2 ½”, tinggi 18”, volume 1000 ml)
Prosedur : Standard method for particle size analysis of soil
ASTM D 422 – 63

3.3. Sifat Mekanik (Mechanical Properties)


3.3.1. Geser Langsung (Direct Shear Test)
Alat :
- Alat geser langsung semi digital merk ELE International
Diameter Contoh 2,5” dengan kontrol regangan dan kecepatan
memakai alat semi digital
- Counter Balance Weight Hanger System
Prosedur : Geser langsung ASTM D. 3800-70
3.3.2. Konsolidasi (Consolidation)
Alat :
- Konsolidometer
- Alat pembebanan
- Extruder
- Stop watch
Prosedur : Consolidasi ASTM D.2435-90
3.3.3. Kuat Tekan Bebas (Unconfined Copresive Strength Test)
Alat :
- Alat kompresi semi digital merk ELE International
- Sample ejector
- Dial pengukur deformasi
- Pengukur diameter dan tinggi contoh
Prosedur : UCS for Cohesive Soils ASTM D 2116 – 66
4. Konsistensi
Yaitu evaluasi terhadap hasil-hasil pengujian baik dilapangan (sondir dan SPT)
dan di laboratorium (UCS), yang merupakan tingkatan terhadap kekuatan
(daya dukung) tanah, yang dinyatakan sebagai berikut :
Tabel. 1. Tingkatan Konsistensi Tanah

SONDIR (CPT) SPT UCS


CONSISTENCY
Qc (kg/cm2) (N) (kg/cm)
0–5 0–2 0 – 0,25 Very soft
5 – 10 2–5 0,25 – 0,50 Soft
10 – 20 5 – 10 0,50 – 1,00 Medium stiff
20 – 40 10 – 20 1,00 – 2,00 Stiff

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-8


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
SONDIR (CPT) SPT UCS
CONSISTENCY
Qc (kg/cm2) (N) (kg/cm)
40 – 80 20 – 30 2,00 – 4,00 Very stiff
80 – 100  30 >4 Hard

5. Daya Dukung Ultimit Tiang Tunggal Berdasarkan Data Sondir (CPT)


Daya dukung ultimit tiang tunggal terdiri dari dua bagian, yaitu daya dukung
akibat gesekan sepanjang badan tiang dan daya dukung ujung (dasar) tiang
sebagaimana diformulasikan dalam persamaan :
Pu = Pb + Ps
dimana : Pu = daya dukung ultimit tiang
Pb = daya dukung ujung tiang
Ps = daya dukung geser sepanjang badan tiang

5.1. Metode langsung (Direct Cone Method)


Metode ini dikemukakan oleh Meyerhoff yang menyatakan bahwa tahanan
ujung tiang mendekati tahanan ujung konus sondir dengan rentang 2/3qc
hingga 1,5qc dan menganjurkan untuk keperluan praktis agar
menggunakan qb = qc.
Selanjutnya tahanan selimut pada tiang dapat diambil langsung dari
gesekkan total (jumlah hambatan pelekat = JHP) dikalikan dengan keliling
tiang, sehingga formula untuk metode langsung ini dapat dituliskan
Pu = qc.Ab + JHP.O
dimana : qc = perlawanan konus pada ujung tiang (kg/cm2)
Ab = luas penampang ujung tiang
JHP = jumlah hambatan pelekat
O = keliling tiang
6. Berdasarkan Data Laboratorium
a. Meyerhof (1957) membuat persamaan untuk pondasi menerus pada daerah
miring (tanah menyudut) ( Lihat Gambar 1)

dimana : qu = daya dukung ultimate


C = kohesi
 = berat volume
B = lebar pondasi

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-9


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
Ncq, Nq = faktor kapasitas daya dukung
Nilai Ncq and Nq dapat dilihat pada Tabel.2
Harga faktor stabilitas (Ns) dicerminkan sebagai :

dengan :  = berat volume tanah


H = tinggi lereng
C = kohesi
Faktor – faktor ini tergantung pada kemiringan lereng, posisi pondasi dan
sudut geser dalam tanah ()
b. Prandtl – Terzaqhi mengajukkan persamaan untuk mengetahui kapasitas
daya dukung ultimit pondasi menerus dengan mengabaikan kemiringan
lereng :
qult = C’ . Nc’ + q (Nq – 1) + 0,5 .  .B . N’
dimana :
C = kohesi
 = sudut geser dalam
q = tekanan overburden =  . Df
B = lebar pondasi
 = berat volume
Nc’, Nq’, N’ = faktor kapasitas daya dukung

qa = kapasitas daya dukung ijin =

Sf = faktor keamanan = 3

1.3. PERENCANAAN JEMBATAN


Konsep Detail Perencanaan
Dalam proses ini Konsultan akan menentukan semua kesimpulan hasil survey
lapangan dari semua bagian pekerjaan, antara lain menyangkut :
1. Penetapan lokasi jembatan baru berdasarkan peta topografi dan evaluasi
hasil survey pendahuluan pada jembatan dengan memperhatikan standar
perencanaan yang telah ditetapkan.
2. Untuk realinyemen akan dicantumkan titik pada jarak tiap 50 meter sepanjang
as baru, tangen point, SC, CS. dan beberapa titik lainnya yang perlu, rencana
bangunan-bangunan drainase akan ditetapkan Konsultan berdasarkan
pertim-bangan yang sesuai dengan keadaan setempat.

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-10


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
3. Untuk perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah akan
disesuaikan dengan hasil-hasil penyelidikan tanah maupun keadaan bahan
bangunan. Untuk jumlah serta panjang bentang, akan sesuai dengan
keadaan topographi setempat dengan memperhatikan standar bangunan atas
yang akan ditentukan oleh Pemberi Tugas.
4. Untuk konstruksi bangunan atas akan digunakan standard Bina Marga yang
ditentukan oleh Direktorat Bina Teknik cq. Sub Direktorat Teknik Jembatan
dan Bangunan Pelengkap, sehingga dalam hal ini Konsultan tidak
menghitung konstruksi bangunan atas.
5. Untuk konstruksi bangunan atas ada beberapa alternatif antara lain :
jembatan beton prategang dengan Gelagar I dengan lantai beton komposit
atau Gelagar Boks menerus dengan pelaksanaan kantilever. Penentuan jenis
bangunan atas akan dikoordinasikan dengan Pemberi Tugas.
Kriteria Perencanaan
Dalam perencanaan teknis jembatan, pihak konsultan perencana menggunakan
beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Konstruksi bangunan atas yang dipergunakan adalah jembatan beton
pratekan tipe gelagar I dengan lantai beton komposit.
2. Beban tetap adalah berat sendiri bangunan atas jembatan dan berat
konstruksi pangkal (abutment) atau pilar termasuk pondasinya. Berat jenis
yang dipakai dalam menentukan beban tetap adalah:
a. Baja = 7.850,00 kg/m3
b. Beton bertulang = 2.500,00 kg/m3
c. Pasangan batukali = 2.000,00 kg/m3
d. Kayu kelas II = 900,00 kg/m3
e. Beton cyclop = 2.200,00 kg/m3
f. Perkerasan Aspal = 2.200,00 kg/m3
g. Tanah timbunan jalan terdekat = 1.800,00 kg/m3
3. Beban hidup adalah beban/muatan yang bergerak berupa berat kendaraan
beserta muatannya dan pejalan kaki pada bagian trotoar jembatan.
Pembebanan muatan hidup diasumsi 100% terhadap standar pembebanan
dari Bina Marga.
a. Muatan garis = 12,0 ton/jalur
b. Muatan merata, q = 2,2 ton/m’, untuk panjang bentang L < 30,0 m.
q = 2,2 – 1,1 (L – 30,0)/60,0 ton/m’, untuk 30,0 < L <
50,0 m.
q = 1,1 (1 + 30,0/L) ton/m’, untuk L > 60,0 m
c. Muatan pada trotoar, q = 100,0 kg/m3
d. Lebar per jalur muatan = 2,75 m
4. Beban kejut merupakan gaya tambahan akibat efek kejut dari muatan
bergerak.

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-11


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
Koefisien kejut, K = 1 + 20 / ( 50 + L )
L : panjang bentang
Pengaruh faktor kejut dianggap hanya berpengaruh pada muatan
garis saja (beban P)
5. Gaya angin dapat diabaikan mengingat kondisi dan dimensi konstruksi
jembatan tidak banyak menerima tekanan angin.
6. Gaya tekanan aliran air adalah hasil perkalian tekanan air dengan luas bidang
pengaruh pada suatu pilar.
AH = kair x V
Dimana : AH : tekanan aliran air
V : kecepatan aliran air
K : koefisien aliran yang tergantung bentuk pilar
sebagai berikut:
bentuk persegi k = 0,075
bentuk bersudut < 30,0 k = 0,025
bentuk bundar k = 0,035
7. Gaya gesekan merupakan gaya akibat gesekan pada tumpuan yang terjadi
karena adanya pemuaian dan penyusutan. Gaya gesekan hanya ditinjau
akibat beban mati saja dan besarnya koefisien gesekan diasumsi 0,15 sesuai
dengan kondisi perletakan bangunan atas pada konstruksi pangkal/pilar.
8. Gaya rem merupakan gaya sekunder yang arah kerjanya searah memanjang
jembatan. Besarnya gaya akibat rem diperhitungkan sebesar 5% dari muatan
hidup (D) tanpa kejut. Letak titik tangkap gaya rem dianggap berada setinggi
1,80 meter dari permukaan lantai kendaraan.
9. Besarnya koefisien gempa disesuaikan dengan Petunjuk Perencanaan Tahan
Gempa untuk Jembatan Jalan Raya. Gaya gempa hanya berlaku untuk
jembatan permanen, dengan syarat-syarat:
 bangunan atas tidak monolit dengan bangunan bawah
 tinggi pilar kurang dari 30,0 meter
 pilar terbuat dari struktur beton bertulang atau baja
Struktur jembatan akan memenuhi ke-3 persyaratan di atas. Gaya
horisontal dianggap sebagai gaya yang mempunyai dua arah
horisontal (searah dan tegak lurus dari jembatan). Gaya gempa
dihitung dengan rumus:
G = Kh x M
Dimana :
G : gaya gempa pada suatu bagian struktur yang
ditinjau (kg)
Kh : koefisien gempa horisontal
M : berat bagian struktur yang didukung oleh
bagian struktur yang ditinjau
Pada perencanaan struktur atau bagian struktur, gaya gempa

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-12


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
dianggap bekerja pada titik berat struktur yang ditinjau. Pada
perencanaan bangunan bawah, gaya gempa akibat bangunan atas
pada titik berat konstruksi untuk gaya gempa melintang jembatan dan
pada tepi bawah perletakan untuk gaya gempa membujur jembatan.
Koefisien gempa dihitung dengan rumus:
Kh = Kr x ft x p x b
Dimana :
Kh : koefisien gempa horisontal
Kr : koefisien respon gabungan yang diperoleh
menurut grafik Kr - Tg
ft : faktor ketinggian massa yang ditinjau
p : faktor kepentingan, jembatan penting p = 1,0
b : faktor bahan, beton bertulang b = 1,0
Koefisien respon gabungan diperoleh dari grafik Kr - Tg, waktu getar
alami struktur dihitung dengan rumus:

Dimana : Mp
: berat bagian bangunan bawah yang di atas
poer (ton)
Ma : berat bagian bangunan atas yang didukung
oleh bangian bangunan bawah yang ditinjau
(ton)
E : modulus elastis bangunan bawah (ton/m2)
I : momen inertia bangunan bawah pada arah
yang ditinjau (m4). Bila penampang
bangunan bawah berubah sesuai tingginya,
nilai I diasumsi nilai rata-ratanya.
g : gravitasi (9,8 m/det)
h : tinggi bangunan bawah (m)
Hubungan Kr dan Tg dipengaruhi oleh keadaan tanah setempat.
Keadaan tanah setempat dianggap:
 Tanah lunak, bila kedalaman tanah keras lebih dari 25 m.
 Tanah sedang, bila kedalaman tanah keras antara 3 sampai 25 m.
 Tanah keras, bila kedalaman tanah keras kurang dari 3 m.
Faktor ketinggian massa dihitung dengan rumus:
ft : 1,0 bila tinggi massa kurang dan tidak lebih dari 10,0 m
diukur dari permukaan poer
ft : 1 + (t – 10) / 100 bila tinggi massa lebih dari 10,0 m diukur
dari permukaan poer
t : ketinggian massa diukur dari permukaan poer (m)

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-13


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Kombinasi (I) M + H + K + Ta + Tu, dengan koefisien 1,0
2. Kombinasi (II) M + Ta + F + Ah + A + SR + Tm, dengan koefisien 1,25
3. Kombinasi (III) M + H + K + Ta + R + F + Tu + A + SR + Tm + S, dengan
koefisien 1,4
4. Kombinasi (IV) M + Tag + G + F + Ahg +Tu, dengan koefisien 1,5
5. Kombinasi (I) M + PI, dengan koefisien 1,3
6. Kombinasi (VI) M + H + K + Ta + S + Tb, dengan koefisien 1,5
Dimana : M : muatan mati
H : muatan hidup
K : kejut
Tag : tekanan tanah akibat gempa
Ta : tekanan tanah aktif
Tb : gaya tumbuk
Tu : gaya angkat
Tm : gaya akibat perubahan temperatur
A : muatan angin
R : gaya rem
F : gaya gesek
Ah : aliran arus air sungai dan hanyutan
Ahg : aliran arus air sungai dan hanyutan waktu
gempa
G : gaya akibat gempa
S : Gaya sentrifugal
PI : Gaya pada waktu pelaksanaan
SR : Gaya akibat susut rangkak
Angka Keamanan
Dalam analisa stabilitas bangunan, ditetapkan angka keamanan untuk guling, 1,5
dan untuk geser 1,25.
Tipe Struktur Bawah Jembatan
1. Tipe Kepala / Pilar Jembatan (Abutment/Pier)
Beberapa tipe kepala jembatan – pilar yang akan mendapat perhatian
pemanfaatan adalah sebagai berikut :
a. Kepala Jembatan-Pilar Berbentuk Block/Gravitasi
Biasanya penggunaan kepala jembatan berbentuk block/gravitasi
diterapkan jika tinggi konstruksi pangkal tidak lebih dari 3,00 meter. Tipe
pangkal ini bisa memanfaatkan jenis konstruksi pasangan batu kali atau
beton dengan tulangan praktis. Dalam pertimbangan kekuatan dan
keawetan terhadap beban permanen, beban hidup dan gempa, maka

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-14


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
perencanaan lebih condong mengunakan jenis konstruksi beton dengan
tulangan praktis.
b. Kepala Jembatan–Pilar Berbentuk Kantilever
Pangkal-pilar dengan tinggi lebih dari 3.00 meter lazimnya menggunakan
bentuk kantilever dengan pertimbangan akan lebih ekonomis dan
pemenuhan tuntutan kebutuhan teknis agar dapat mengurangi berat sendiri
pangkal yang akan dibebankan ke bagian pondasi. Pangkal-pilar berbentuk
kantilever biasa-nya menggunakan jenis konstruksi beton bertulang
Kepala Jembatan-Pilar Berbentuk Portal
Kadang kala pada suatu lokasi jembatan, pangkal–pilar berbentuk block
maupun yang berbentuk kantilever tidak dapat diterapkan, mengingat
kondisi lapisan tanah yang kurang mendukung sehingga perlu adanya
pengurangan berat sendiri konstruksi kepala jembatan–pilar atau karena
muka air tanah tinggi serta debit airnya besar yang mana akan menyulitjkan
dalam pelak-sanaan phisik serta butuh biaya besar, misalnya butuh
konstruksi Cofferdam, maka pilihan akan jatuh pada kepala jembatan-pilar
berbentuk portal. Tipe ini umumnya menggunakan jenis konstruksi beton
bertulang atau profil baja. Namun demikian setelah diadakan evaluasi dan
pengamatan teknis tipe portal tidak dimanfaatkan, karena kondisi lapangan
yang ada tidak membutuhkan. Tingginya konstruksi kepala jembatan-pilar
tentunya sangat tergantung dari bentuk palung sungai dan jarak elevasi
muka jembatan terhadap elevasi palung sungai.
2. Tipe Pondasi Jembatan
Ada beberapa tipe pondasi yang akan mendapat perhatian pertimbangan
penggunaannya, yaitu:

a. Pondasi Telapak / Langsung


Pondasi telapak dipergunakan jika lapisan tanah keras (lapisan tanah yang
dianggap laik mendukung beban) terletak tidak jauh (dalam) dari permukaan
tanah. Dalam perencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif, pondasi
telapak tidak dianjurkan mengingat untuk menjaga kemungkinan terjadinya
pergeseran akibat gerusan.
b. Pondasi Sumuran
Jika lapisan tanah pendukung beban berada tidak jauh di bawah dasar
sungai, pemilihan pondasi sumuran cukup tepat. Namun demikian
panjang/tinggi pondasi sumuran hendaknya dibatasi tidak lebih dari 8,0 m
demi menjaga ketelitian kerja dan juga kemudahan kerja.
c. Pondasi Strauze Pile
Jika lapisan tanah pendukung beban merupakan lapisan tidak keras atau

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-15


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
lapisan keras berada agak dalam namun daya lekatnya tinggi maka
pemilihan penggunaan pondasi Strauze Pile layak dipertimbangkan.
Berdasarkan pertimbangan segi praktis dan kemudahan pelaksanaan
biasanya Strauze Pile tidak lebih dari 10,0 m.
d. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang akan menjadi pilihan jika lapisan tanah pendukung
beban berada jauh dari dasar sungai dan biasanya lebih dari 8,0 m dan
gaya horisontal yang bekerja cukup besar.
e. Pondasi Bore Pile
Jika lapisan tanah keras berada pada dasar sungai atau dasar sungai terdiri
dari lapisan keras yang sulit digali, maka pondasi bore pile akan menjadi
alternatif yang tepat. Umumnya dasar pondasi bore pile diletakkan tidak
kurang 3,0 m di bawah dasar sungai.
Metoda Desain Bangunan Bawah Jembatan
Sebelum sampai pada tahap perhitungan, akan ditetapkan terlebih dahulu sistem
struktural dengan metoda perencanaannya. Seperti diketahui pada konstruksi
yang sejenis, namun berbeda sistem struktural serta metoda perencanaannya,
maka cara perhitungannya akan berbeda dan menghasilkan dimensi konstruksi
yang berbeda pula. Metoda Perencanaan Konstruksi Kepala Jembatan-Pilar
(Abutment-Pier) akan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Pada awalnya adalah menetapkan panjang dan jumlah bentang bangunan
atas serta jenis konstruksinya karena dalam pekerjaan Desain Kepala
Jembatan-Pilar Jembatan ini adalah desain konstruksi kepala jembatan-pilar
yang menjadi tempat duduknya bangunan atas. Jika panjang atau jumlah
serta jenis konstruksi bangunan atas telah ditetapkan, maka selanjutnya
adalah menentukan konstruksi pangkal-pilar beserta pondasinya.
2. Bila tinggi konstruksi kepala jembatan (abutment) yang dibutuhkan tidak lebih
dari 4,0 m maka akan memakai konstruksi beton tipe blok/gravitasi.
Konstruksi berbentuk blok/gravitasi ini cukup sederhana perhitungannya
dimana cukup diperhitungkan stabilitas terhadap geser, guling dan kebutuhan
stabilitas pondasi-nya. Tipe blok dengan jenis konstruksi pasangan batu kali
hanya dapat digunakan pondasi langsung dan sumuran saja. Seandainya
dibutuhkan pondasi tiang pancang, hendaknya menggunakan jenis konstruksi
beton dengan penulangan praktis saja. Jadi jenis konstruksi beton dapat
menggunakan pondasi langsung, sumuran, tiang pancang dan lain-lain.
Usahakan tipe blok ini tidak ada bagian yang perlu ditinjau khusus
kekuatannya.
3. Bila tinggi konstruksi kepala jembatan (abutment) yang dibutuhkan lebih dari
4,0 m maka akan menggunakan tipe bentuk kantilever dengan jenis
konstruksi beton bertulang. Selain tinjauan stabilitas geser, guling dan

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-16


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
kebutuhan pondasinya, penampang beton juga akan dianalisis terhadap
dimensi penampang beton itu sendiri dan penulangannya.
4. Dasar poer pilar selalu berada dalam lapisan tanah dan berbentuk kantilever.
Tubuh/dinding pilar akan dibuat berbentuk portal berupa dua kolom dan
apabila aliran sungai sering membawa material batu, maka tubuh pilar dibuat
berbentuk dinding penuh.

1.4. GAMBAR PERENCANAAN AKHIR


Pembuatan gambar rencana selengkapnya, dilakukan setelah Draft Design
mendapat persetujuan dari pemberi tugas dengan mencantumkan koreksi-koreksi
dan saran-saran yang diberikan oleh pemberi tugas. Final Design digambar di atas
kertas Standard Sheet.
Gambar perencanaan akhir tersebut akan diplot dalam kertas A3 yang
selengkapnya terdiri dari :
1. Umum (General)
 Sampul.
 Daftar Isi.
 Legenda, symbol dan singkatan.
 Peta Lokasi Pekerjaan.
 Rekapitulasi Daftar Kuantitas.
2. Situasi dan Potongan Memanjang.
 Skala horizontal 1:1000 dan Vertikal 1:100.
 Dilengkapi dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok beton,
letak dan ukuran jembatan/gorong-gorong, tanda-tanda lalu lintas, dan
lain-lain.
3. Potongan Melintang
 Skala horizontal 1:100 dan Vertikal 1:100
 Untuk kondisi lurus interval dibuat per 50 m dan kondisi tikungan interval
dibuat per 25 m
4. Struktur
 Detail Pondasi
 Detail Bangunan Bawah Jembatan
 Detail Bangunan Atas Jembatan
5. Gambar Standar
 Rambu – Rambu Lalu Lintas
 Marka Jalan
 Patok Kilometer, Patok Pengarah, Rel Pengaman.
 Saluran Samping

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-17


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
 Gorong – Gorong
 Dinding Penahan Tanah
 Diagram super elevasi

1.5. PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI


Lingkup pekerjaan untuk tahapan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan kuantitas pekerjaan berdasarkan mata pembayaran standar yang
dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum.
2. Analisa Harga Dasar Satuan Bahan dengan mempertimbangkan jarak lokasi
pekerjaan dengan lokasi Quarry
3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan.
4. Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik

1.6. DOKUMEN LELANG


Dokumen tender/pelelangan akan dibuat untuk masing-masing ruas. Dokumen
tender yang akan disiapkan Konsultan antara lain:
a. Buku 1 : Bab I Instruksi Kepada Peserta Lelang
: Bab II Bentuk Penawaran, Informasi Kualifikasi dan Bentuk
Perjanjian.
: Bab III Syarat-syarat Kontrak
: Bab IV Data Kontrak
b. Buku 2 : Bab V.1. Spesifikasi Umum
: Bab V.2. Spesifikasi Khusus
c. Buku 3 : Bab VI Gambar Rencana
d. Buku 4 : Bab VII Daftar Kuantitas
: Bab VIII Bentuk-bentuk Jaminan

1.7. LAPORAN – LAPORAN


Jenis – jenis laporan pekerjaan yang akan diserahkan oleh pihak konsultan
perencana sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja adalah
sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja dan
hasil dari survey pendahuluan
2. Laporan Final Engineering
Merupakan laporan hasil analisa data dan desain yang terdiri dari :
a) Laporan Topografi
b) Laporan Penyelidikan Tanah
c) Laporan Engineer Estimate
3. Laporan Antara

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-18


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com
Berisi tentang data – data primer hasil survey lapangan, analisa data, serta
draft konsep perencanaan
4. Laporan Akhir
Merupakan laporan rangkuman semua kegiatan yang dilaksanakan secara
garis besar namun lengkap dan dapat dimengerti.
5. Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3
dengan skala yang telah ditetapkan dalam standar Bina Marga.
6. Dokumen Lelang.
Adalah dokumen lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi
Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-
Syarat Kontrak, Data Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Bentuk-
Bentuk Jaminan, Daftar Kuantitas.
7. CD laporan dan gambar.
Merupakan CD data laporan dan gambar hasil pekerjaan perencanaan yang
dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.

PT. BAYU PRATAMA KHATULISTIWA III-19


Email : bayupratamakhatulistiwa@hotmail.com

Anda mungkin juga menyukai