Agar penanganan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan terarah sehingga hasil yang di dapat
sesuai dengan sasaran yang diinginkan, dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, tepat guna
dan tepat waktu, maka perlu disusun suatu strategi kerja yang efektif dan efisien. Untuk maksud
tersebut ini kami susun suatu metodologi pelaksanaan Survey seperti pada diagram 3.1. Secara
garis besarnya diagram tersebut merangkum aktivitas seperti;
a). Persiapan Pekerjaan, meliputi:
- Persiapan mobilisasi personil dan Survei lapangan
- Pengumpulan data sekunder yang relevan pekerjaan.
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 28
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 29
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 30
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
III - 31
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
a. pemboran (boring)
Tujuan pemboran adalah untuk mendapatkan gambaran visual stratifikasi lapisan tanah,
kepadatan relative tanah berbutir dan konsistensi tanah lempung. Peralatan yang
digunakan berupa mesin bor putar jenis TOHO, casing, rod, mata bor, dan peralatan
tambahan lainnya.
III - 32
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
III - 33
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
Orientasi Medan dimaksudkan untuk mengenal lebih detail mengenai kondisi dan
permasalahan yang ada di lapangan, sehingga dapat dibuat langkah lebih lanjut tentang
penanganan yang tepat, efektif dan efisien terhadap permasalahan yang ada pada kegiatan
tersebut.
Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM) yang
diukur menggunakan GPS yang dipasang sepanjang route perencanaan. Kedua jenis titik
ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat
(X,Y) maupun elevasi (Z). Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini
diusahakan ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi
nama untuk memudahkan pembacaan dan identidikasi di peta yang dihasilkan. Khusus
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 34
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
untuk titik BM juga dibuatkan diskripsi yang dilengkapi foto dan sket lokasi guna
memudahkan identifikasi di lapangan.
10 cm
Permukaan tanah
15 cm
75 cm
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 35
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
a. Perhitungan
Setelah pengukuran di lapangan selesai, maka semua data yang telah diukur harus
diproses untuk menghasilkan nilai koordinat yang bisa digambarkan secara grafis.
Standar Perencanaan yang digunakan :
- Untuk merencanakan geometric jalan masuk ke jembatan (jalan pendekat), maka
standar Perencanaan Geometrik Jalan raya yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga No. 13/1970 bersifat mengikat.
- Perencanaan tebal perkerasan jalan masuk ke jembatan (jalan pendekat) mengacu
pada buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan raya dengan
metode
a. Penggambaran
Karena penggambaran yang dilakukan adalah dengan sistim setelah dicek hasil
ukurannya dan rata – ratakan hasil ukuran sudut serta jaraknya pada formulir ukur,
dapat langsung di-input melalui program excel atau program CAD itu sendiri, adapun
program CAD yang dipakai adalah Civil 3D dengan tetap memegang prinsip dasar
penentuan koordinat :
Konsultan wajib membuat dan menyampaikan kepada Koordinator Pengawas, laporan
dokumen yang berisi kesimpulan dan saran atas semua bagian perencanaan. Gambar
untuk setiap jembatan dibuat di atas kertas milimeter atau langsung di atas kertas kalkir
standar.
Laporan/dokumen dan gambar tersebut terutama yang menyangkut hal-hal sebagai
berikut :
III - 36
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
1. Penetapan lokasi jembatan berdasarkan peta topografi dan evaluasi hasil Survei pendahuluan
pada jembatan yang akan direkolasikan (bila ada) dengan memperhatikan standar
perencanaan yang telah ditetapkan.
2. Untuk perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah harus berdasarkan pada hasil-
hasil penyelidikan tanah dan keadaan setempat.
3. Untuk konstruksi bangunan atas yang standar harus digunakan standar Bina Marga yang akan
ditentukan oleh Pemberi Tugas kecuali ditentukan lain.
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 37
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
Konsultan wajib membuat dan menyampaikan kepada Koordinator Pengawas, laporan dokumen
yang berisi kesimpulan dan saran atas semua bagian perencanaan. Gambar untuk setiap jembatan
dibuat di atas kertas milimeter atau langsung di atas kertas kalkir standar.
Laporan/dokumen dan gambar tersebut terutama yang menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1. Plan digambar di atas peta situasi dengan skala 1 : 500
2. Potongan/penampang memanjang
3. Potongan/penampang melintang (Cross section)
4. Perhitungan perencanaan
5. Gambar bangunan jembatan
6. Standar-standar dari bangunan pengaman lain-nya (bangunan penahan erosi dan lain-lain).
7. Angka-angka dan huruf-huruf yang menunjukkan ukuran dan catatan/keterangan pada
gambar, ukurannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dengan mudah/jelas
walaupun ukuran gambar diperkecil menjadi A3.
8. Spesifikasi
9. Untuk mendapatkan persetujuan atas konsep detail perencanaan, konsultan berkewajiban
untuk mengadakan presentasi/penjelasan mengenai hal-hal tersebut di atas, kepada pihak
Pemberi Tugas.
Pada Perencanaan Teknis Jembatan dan Jalan Di Kabupaten Jayapura Cs terdiri dari 3
(Tiga) Jenis Type Jembatan yang direncanakan yaitu :
1. Rangka Baja Kelas A
2. Girder (Komposit) Kelas A
3. Beton Bertulang Type Balok T Kelas A
Beban – beban yang bekerja pada perencanaan ini digunakan Beban Bina Marga 100 %
dan SNI. Jembatan yang direncakan seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
3.6.2. Pembebanan
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 38
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
3.6.3. Pondasi
Pemilihan Pondasi jembatan disesuaikan dengan hasil penyelidikan tanah dilapangan dan
laboratorium :
Jenis pondasi yang umum digunakan adalah :
a. Pondasi Tiang
Pondasi Tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat
menjadi suatu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang
terdapat di bawah konstruksi.
Pondasi Tiang digolongkan berdasarkan kualitas materialnya, cara pelaksanaan
pemakaian bahan-bahan dan sebagainya.
Penggolongan berdasarkan kualitas material dan cara pembuatan, dapat dilihat pada
table 3.1
Tabel 3.1
Jenis-Jenis Tiang
Kualitas Bentuk
Nama Tiang Cara Pembuatan
Bahan
Tiang Baja Tiang Pipa Baja Disambung secara elektris, Bulat
diarah datar, mengeliling
Tiang dengan flrns lebar (penampang H) Diasah dalam keadaan H
panas, dilas
Tiang Beton Tiang Beton Tiang beton bertulang Diaduk dengan gaya Bulat segitiga dll
Pracetak sentrifugal.
Diaduk dengan penggetar
Tiang beton prategang pracetak System penarikan awal Bulat
System penarikan akhir
Tiang yang Tiang alas System pemancangan Bulat
dicor ditempat Tiang beton Raymond
Dengan menggoyang semua tabung System pemboran
pelindung.
Dengan member tanah
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 39
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
Keuntungan 1. Karena tiang dibuat dipabrik dan 1. Karena getar dan keriuhan pada saat
pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih melaksanakan pekerjaan sangat kecil
dapat diandalkan. Terlebih pemeriksaan sehingga cocok untuk pekerjaan pada
dapat dilakukan setiap saat daerah padat penduduk
2. Kecepatan pemancangan besar terutama 2. Karena tampa sambungan dapat dibuat
untuk tiang baja, bahkan walaupun tiang yang lurus dengan diameter besar
lapisan antara cukup keras masih dapat juga untuk tiang yang lebih panjang, lebih
ditembus sehingga pemancangan jauh, panjang tiang dapat ditetapkan
kelapisan pendukung dapat dilakukan dengan mudah
3. Persediaan yang cukup banyak di pabrik 3. Diameter biasanya lebih besar dari tiang
sehingga mudah diperoleh kecuali pracetak, dan daya dukung tiang juga lebih
diperlukan tiang dengan ukuran khusus, besar, sehingga tumpian dapat dibuat lebih
biaya relative rendah. kecil
4. Daya dukung dapat diperkirakan 4. Selain arah pemboran dari arah
berdasarkan rumus tiang pancang berlawanan dengan putaran jarum jam,
sehingga mempermudah pengawasan tanah galian dapat diamati secara
pelaksanaan konstruksi langsung dan sifat-sifat tanah pada lapisan
tanah pendukung pondasi dapat langsung
5. Cara penumbukan sangat cocok untuk diketahui
mempertahankan daya dukung vertikal 5. Pengaruh jelek terhadap bangunan
didekatnya cukup kecil
Kerugian 1. Pelaksanaannya membuat getar dan 1. Dalam banyak hal beton dari tubuh tiang
kegaduhan tidak cocok untuk daerah yang diletakkan dibawah air dan kualitasnya
padat penduduk setelah selesai lebih rendah dari tiang
2. Untuk tiang yang panjang diperlukan pracetak, disamping itu pemeriksaan
persiapan penyambungan, jika kualitas hanya dapat dilakukan sekali
penyambungan tidak baik akibatnya 2. Ketika beton dituang dikuatirkan
sangat merugikan bercampur dengan runtuhan tanah
3. Bila pelaksanaanya tidak baik tiang cepat 3. Walaupun penetrasi sampai ke tanah
hancur pendukung pondasi dianggap telah
4. Bila pemancangan tidak dapat dihentikan terpenuhi, kadang terjadi bahwa tiang
pada kedalaman yang telah ditentukan pendukung kurang sempurnah karena
diperlukan perbaikan khusus adanya lumpur yang bertimbun didasar
5. Tempat penampungan harus luas 4. Karena diameter tiang cukup besar
6. Untuk tiang beton dengan diameter besar memerlukan banyak beton dan pekerjaan
diperlukan juga mesin pemancangan yang kecil mengakibatkanbiaya yang mencolok
besar 5. Karena pasa cara pemasangan tiang yang
7. Untuk tiang pipa baja diperlukan tiang diputer berlawanan arah jam dipakai air
yang tahan korosi maka lapangan akan menjadi kotor ,
lagipula untuk setiap cara perlu dipikirkan
bagaimana menangani tanah yang telah
digali
b. Pondasi Kaison / Sumuran
Pondasi sumuran adalah pondasi yang dibangun dengan menggali cerobong tanah
berpenampang lingkaran dan di cor dengan beton atau campuran batu dan mortal.
Pondasi Sumuran diklasifikasikan sebagai pondasi dangkal atau pondasi langsung dengan
persyaratan perbandingan kedalaman terhadap diameter lebih kecil atau sama dengan 4.
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 40
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
Jika nilai perbandingan tersebut lebih besar dari 4 maka pondasi tersebut harus
direncanakan sebagai pondasi tiang.
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 41
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
𝛴 𝑀𝑅
𝑆𝐹𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 =
𝛴 𝑀𝑜
Dimana :
∑Mo = jumlah momen-momen yang menyebabkan struktur terguling dengan titik
pusat potaran 0. ∑Mo disebabkan oleh tekanan tanah aktif yang bekerja
pada elevasi H/3.
∑MR = jumlah momen-momen yang mencegah struktur terguling dengan titik
pusat di titik 0. ∑MR merupakan momen-momen yang disebabkan oleh
gaya vertical dari struktur dan berat tanah di atas struktur.
Berdasarkan Peraturan Teknik Jembatan Nilai minimum dari angka keamanan terhadap
geser yang digunakan dalam perencanaan adalah 2,2
𝛴 𝐹𝑅
𝑆𝐹𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 =
𝛴 𝐹𝐷
Dimana :
∑FD = jumlah dari gaya-gaya horizontal yang menyebabkan struktur bergeser.
∑MD disebabkan oleh tekanan tanah aktif yang bekerja pada struktur
∑FR = jumlah gaya-gaya horizontal yeng mencegah struktur bergeser. ∑FR
merupakan gaya-gaya penahan yang disebabkan oleh tahanan gesek dari
struktur dengan tanah serta tahan yang disebabkan oleh kohesi tanah.
3. Analisa daya dukung tanah.
Tekanan yang disebabkan oleh gaya-gaya yang terjadi pada dasar pondasi sumuran
harus dipastikan lebih kecil dari daya dukung ijin tanah. Daya dukung pondasi tanah
pada dasar sumuran ditentukan dengan cara :
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 42
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
Dimana :
c = cohesi tanah
q = tegangan efektif di dasar pondasi
= berat jenis tanah
B = dimensi terkecil dari panjang dan lebar pondasi (diameter pondasi
lingkar)
Fcs,Fqs,Fs = factor bentuk
Fcd,Fqd,Fd = factor kedalaman
Fci,Fqi,Fi = factor inklinasi beban
Nc,Nq,N = factor daya dukung
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 43
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
III - 44
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
b) Pengumpulan Data
Pekerjaan pengumpulan data dimaksudkan untuk menyediakan informasi untuk
mendukung terlaksananya Survei dan detail desain. Data yang perlu dikumpulkan
dapat berupa data sekunder dan primer, khususnya data yang terkait dengan analisis
dan desain sistem jaringan dan bendung sebagai berikut:
- Data Hidrologi yang refresentatif dengan wilayah studi
- Peta Topografi dan Geologi Dasar Wilayah studi dan sekitarnya.
- Data Sekunder lainnya
Data Sekunder lainnya yang tersedia di Dinas PU, Kab. Jayapura Provinsi Papua,
serta instansi-instansi terkait lainnya.
b) Survey Topografi
Maksud dari pekerjaan Survei topografi jembatan adalah untuk melakukan
pengumpulan data dan informasi topografis yang meliputi situasi dan elevasi
permukaan tanah serta tata letak bangunan di sekitar lokasi jembatan yang dibutuhkan
dalam proses perencanaan teknis, dengan tujuan untuk memberikan informasi dan
gambaran topografis lokasi jembatan bagi Tim Perencana.
c) Survey Hidrologi
Pekerjaan Survey hidrologi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data – data
lapangan yang berupa data curah hujan di sekitar proyek dan mencari data yang
diperlukan dalam analisa hidrologi, yang selanjutnya di pakai dalam perencanaan
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 45
“ Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan
Nembu Distrik Gresi Selatan Kabupaten Jayapura
drainase. Perencanaan drainase ini sangat diperlukan untuk menentukan jenis dan
dimensi dari bangunan-bangunan drainase, seperti saluran samping, gorong-gorong
maupun bangunan drainase lainnya.
d) Pengujian
Pengujian dilaboratorium dilakukan pada contoh tanah untuk mengetahui jenis-jenis
yang terkandung dalam tanah sebagai dasar untuk menentukan jenis bangunan bawah
dalam perencanaan.
LAPORAN PENDAHULUAN
III - 46