b. Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan pekerjaan ini adalah diperolehnya dokumen
Pengukuran (Topografi) dan Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)
sebagai standar dan pedoman pelaksanaan konstruksi pada fasilitas
bandar udara yang mencakup seluruh kebutuhan dan penggunaan tanah
serta ruang udara untuk fasilitas penerbangan dan fasilitas penunjang
penerbangan dengan mempertimbangkan aspek teknis, aspek
keselamatan operasi penerbangan dan lain sebagainya.
c. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai pada pekerjaan Topografi dan Penyelidikan
Tanah adalah:
- Pembangunan/pengembangan prasarana Bandar Udara Soekarno
Hatta khususnya penempatan alat Navigasi dapat dilaksanakan secara
efektif, efisien dan professional
5-2
- Hasil pembangunan/pengembangan prasarana Bandar Udara
angunan/pengembangan prasarana Bandar Udara dapat memenuhi
ketentuan standar teknis operasional dan peraturan-peraturan
keselamatan dan keamanan penerbangan serta pelayanan jasa Bandar
udara
- Pembangunan/pengembangan prasarana Bandar Udara
angunan/pengembangan prasarana Bandar Udara dapat memenuhi
kaidah-kaidah legalitas, transparasi, akuntabel, adil dan bermanfaat
secara optimal.
Lokasi Pekerjaan
Gambar : Peta Lokasi
5-3
I.5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan Topografi dan Penyelidikan Tanah Menara Antenna
Radar CKG 2 mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Pengukuran lahan dan pembuatan peta topografi dengan kontur serta
potongan pada daerah rencana pembangunan.
b. Penyelidikan tanah di lapangan dengan menggunakan sondir, bor mesin, Uji
Nspt. Uji laboratorium yang meliputi engineering properties dan indeks
properties serta quary (tanah). Memberikan rekomendasi pemilihan
jenis/kriteria pondasi
c. Membuat analisa konsolidasi dan perbaikan tanah. Memberikan arahan
volume dan metode pengurukan dan pemotongan lahan yang disesuaikan
dengan kebutuhan pembangunan.
a) Pekerjaan Persiapan
b) Inventarisasi Data dan Informasi
c) Survey Lapangan
d) Analisa Hasil Pengukran dan Penyelidikan Tanah
e) Memberikan rekomendasi dari hasil analisa pengukuran dan penyelidikan
tanah.
5-4
B. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan harus dilakukan oleh konsultan sebelum memulai
pelaksanaan pekerjaan, meliputi langkah-langkah yang akan dilakukan berupa
penyusunan rencana kerja yang mencakup:
a) Penjelasan maksud dan tujuan pekerjaan secara rinci dan mendetail;
b) Penyusunan metodologi pelaksanaan pekerjaan;
c) Membuat program kerja, antara lain berisikan: uraian kegiatan
pekerjaan, jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule), komposisi
tenaga ahli yang dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan, struktur
organisasi pelaksana pekerjaan, perlengkapan/peralatan yang akan
dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan;
d) Pengumpulan data sekunder (studi kepustakaan/literatur atau studi-
studi yang pernah dilakukan sebelumnya);
Metodologi pelaksanaan pekerjaan pada dasarnya adalah pemahaman
konsultan terhadap pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk bagan alir yang
merupakan proses pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir.
C. Inventarisasi Data dan Informasi
Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan/literature (data sekunder) dan melalui survey lapangan (data
primer) berdasarkan hasil koordinasi dengan instansi terkait maupun
masyarakat dilokasi pekerjaan, meliputi:
1. Peta tematik wilayah perencanaan yang terkait dengan rencana lokasi
menara
2. Peta topografi lokasi bandar udara dan kawasan disekitar rencana
pengembangan bandar udara dengan skala 1:25.000 atau 1:50.000;
3. Peta geologi dan kondisi tanah pada kawasan rencana pengembangan
bandar udara
D. Pekerjaan Survey Pendahuluan (Reconnaissance Survey)
Konsultan harus melaksanakan peninjauan/survey pendahuluan guna
melakukan observasi dan penggalian data secara lebih mendalam terhadap
wilayah perencanaan
E. Pekerjaan Survey Lapangan
5-5
Pekerjaan survey lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer
mengenai kondisi fisiografi yang akurat pada area pembangunan/
pengembangan bandar udara dan sekitarnya.
o Pengukuran koordinat
o Pengamatan Azimuth
o Pengukuran Elevasi
o Pembuatan Peta
PERSIAPAN
PERSIAPAN
PELAKSANAAN PENGUKURAN
PELAKSANAAN PENGUKURAN
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENYAJIAN DATA
PENYAJIAN DATA
5-6
LAPORAN
LAPORAN
Gambar : Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan
Topografi
A. Pekerjaan Persiapan
Lingkup pekerjaan meliputi menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan untuk membantu kelancaran pekerjaan, yang terdiri dari
pengumpulan data.
5-7
h. Data tata guna tanah eksisting dan rencana tata guna tanah di
lingkungan bandar udara dan sekitarnya.
i. Data rencana pemasangan peralatan bantu navigasi
penerbangan.
j. Data rencana pemasangan fasilitas alat bantu navigasi
penerbangan.
k. Data batas penguasaan lahan dan data lain yang terkait.
5-9
Dimaksudkan untuk mendapatkan peta situasi detail di lokasi
rencana bandara. Pelaksanaan pengukuran dengan metode
tachimetri.
Pengukuran situasi dilakukan terhadap semua detail bangunan
fasilitas yang ada. Pengukuran situasi dimaksudkan untuk
mendapatkan peta situasi yang dilengkapi dengan garis - garis
kontur ketinggian. Semua kenampakan yang ada, baik yang
alamiah maupun buatan manusia harus diukur dengan teliti dan
benar. Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Wild T-0.
5. Pengukuran Profil
a. Pengukuran profil memanjang pada rencana perletakan as.
Jarak antar stasiun setiap 20 m. Alat yang digunakan adalah
Waterpas dan pita ukur. Pengukuran profil memanjang pada
rencana as landas pacu hingga jarak 2500 k.
b. Pengukuran profil melintang
Pengukuran profil melintang as dengan interval jarak
pengukuran maksimal setiap 20 m. hingga jarak sesuai
kebutuhan dari kiri dan kanan as.
D. Pengolahan Data :
1. Pengolahan Data Kerangka Horisontal.
a. Hasil pengukuran poligon dihitung dengan menggunakan
Metode Perataan Metoda Bouwditch.
b. Toleransi kesalahan linier jarak maksimal 1 : 10000.
2. Pengolahan Data Kerangka Vertikal (Waterpas).
Hasil pengukuran waterpas data ukuran dihitung menggunkan
Metoda perataan Bouwdicth.
3. Pengolahan Data Detail Situasi.
Pengolahan data situasi dan detail bangunan dilakukan dengan
menggunakan program komputer, dengan mengikatkan terhadap
titik koordinat hasil pengukuran kerangka horisontal dan vertikal.
5-10
E. Sistem Referensi
Untuk menyatakan suatu posisi di permukaan bumi perlu didefinisikan
suatu sistem referensi yang digunakan atau sering disebut datum.
Secara geometrik datum ini terkait dengan antara lain :
1. Elipsoida yang digunakan, yaitu berkaitan dengan dimensi
elipsoida meliputi kedudukan dan orientasinya terhadap bumi,
ukuran dan bentuk yang dinyatakan dalam parameter jari – jari
ekuator (a) dan penggepengan (f).
2. Sistem koordinat yang digunakan : World Geodetic System 1984
(WGS-84) digunakan sebagai model bumi. Kedudukan spheroid
referensi WGS-84 terhadap bumi bersifat global, artinya pusat
spheroid berimpit dengan pusat bumi (geosentric). Sumbu Z
terletak pada bidang Meridian Nol (Greenwich). Sumbu Y tegak
lurus sumbu-sumbu X dan Z dan membentuk sistem tangan
kanan. Spheroid referensi WGS-84 pada dasarnya mirip dengan
Geodetic Reference System 1980 (GRS-80) dengan dengan parameter –
parameter sebagai berikut :
- Setengah Sumbu Panjang (a) = 6.378.137,000 m
Ellipsoida
- Setengah Sumbu Pendek (b) = 6.356.752,314 m
Ellipsoida
- Penggepengan (a-b)/a = 1/298,252572236 m
5-11
3. Sistem Koordinat Bandar Udara / Aerodrome Coordinate
System (ACS)
5-12
bujur meridian tengah 93o BT sampai zone 54 dengan bujur meridian
tengah 141o BT. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Landasan pacu
XAC
CCC
Original point: CCC
X = 20.000 m C
Y = 20.000 m CSs
Keterangan :
P = ( B – Bo ). 10-4
Bo = Bujur Meridian Sentral
Bo = N.6 - 183
N = Nomor Zone
I = ko.m
II = ½.ko.N.Sin L.Cos L.Sin2 1’’.108
III = 1/24.ko.N.Sin L. Cos3 L.Sin4 1’’.1016. ( 5 – tan2 L ) +
9e’2.Cos2 L + 4e’4.Cos4 L
IV = ko.N.Cos L.Sin 1” .104
V = 1/6.ko.N. Cos3 L. Sin3 1”.1012 ( 1 – tan2 L + e’2 Cos2 L )
B5 = 1/120.ko.N.Cos5 L.Sin5 1”(5–18 tan2 L + tan4 L+14e’2Cos2L
- 58e’2 Sin2L. 1020
A6 = 1/720.ko.N.Sin6 1”.Sin L. Cos5 L .( 61 – 58tan2 L + tan4 L +
270e’2. Cos2 L – 330 e’2 Sin2 L ) . 1024
Keterangan :
ko = faktor skala pada meridian sentral = 0,9996
M = panjang busur meridian dihitung dari equator
5-14
E’2 = eksentrisiteit 2
N = Jari – jari lengkung normal utama
Keterangan :
L’ = + F 2 Sin 2 + F4 Sin 4
Y
ko.Eo
Eo = a . A ( 1 – e2 )
Keterangan :
t’ = tan L’
' e' CosL
N = dihitung dengan argumen L’
q = X . 10-6
Menghitung Bujur ( B ) :
B = Bo + B
Keterangan :
5-15
Bo = Bujur Meridian Sentral
Bo = n . 6 - 183
B = B1 + B2 + B3
B1 = 10 6.q
N .K 0 . cos L'.sin 1"
3
6.N 3 .K 0 . cos L'.sin 1"
5
120.N 5 .K 0 . cos L'.sin 1"
Dengan ;
t’ = tan L’
’ = e’ . cos L’
N = dihitung dengan argumen L’
q = X . 10-6
Y utm Yacs
P
Xutm
Xacs
XPA
CS
CosS
i
n
XPU
T
M
X
YPA
CS
Si
n
C
o
s
YPU
T
M
X
P
Y
atau dituliskan :
XPA C S XPUTM X
R( )
YPA C S YPUTM Y
Untuk menghitung XP(UTM), YP(UTM) dari XP(ACS), YP(ACS), maka dapat dituliskan
sebagai berikut :
XP
1 XP - X
S
U
T
M
R
().
A
C
- Y
Y
P
UT
M YP
A
CS
X
Cos + Sin
R-1 ( ) =
- Sin + Cos
L. Sistem Tinggi
Untuk menyatakan posisi vertikal suatu titik pada bandar udara, maka
digunakan 3 sistem tinggi yaitu :
5-17
1. Sistem Tinggi Ellipsoid
2. Sistem Tinggi Orthometrik
3. Sistem Tinggi AES
P. Metode Survey
Penentuan Posisi Kerangka Horisontal Dengan Metode
Poligon.
Pengukuran posisi horisontal titik-titik kerangka horisontal
dilakukan dengan menggunakan metode poligon. Hasil
pengukuran dapat dinyatakan dalam sistem Geografis, sistem
UTM dan sistem ACS.
Pengamatan azimut matahari dilakukan dengan menggunakan
metode tinggi matahari.
5-18
Penentuan Posisi Kerangka Vertikal Dengan Metoda Sipat
Datar.
Pengukuran posisi vertikal dilakukan dengan menggunakan
metode sipat datar. Pengukuran sipat datar ini terdiri dari
pengukuran sipat datar utama dan pengukuran sipat datar
cabang.
Pengukuran sipat datar utama adalah pengukuran kerangka dasar
vertikal sedangkan pengukuran sipat datar cabang digunakan
sebagai kerangka pengukuran spot elevasi . Pengukuran sipat
datar cabang diikatkan pada titik - titik sipat datar utama dan titik -
titik spot elevasi diikatkan pada sipat datar utama atau pada sipat
datar cabang.
Q. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dimaksudkan memperoleh gambaran detail
topografi. Detail topografi yang dimaksud dapat berupa rumah /
pemukiman, pergudangan, perkantoran, persawahan, industri, jalan,
sungai, jembatan dan lain – lain. Dengan pengukuran ini dapat
5-19
digambar dengan ukuran yang benar serta posisi yang relatif benar
dari seluruh obyek tersebut.
Selanjutnya metode pengukuran situasi yang dilakukan adalah
dengan metoda tachymetri. Untuk dapat memetakan dengan cara
tachymetri maka dibutuhkan alat yang dapat mengukur arah dan
sekaligus mengukur jarak, salah satunya dengan alat Theodolit Wild
T0. Contoh pengukuran situasi sebagai berikut :
Bangunan
U V
4
1 d4 o
d1
d3 dB
d2 2 M 3
A B
Misalnya titik A dan B adalah titik kerangka dasar atau titik – titik
pengukuran poligon cabang. Titik 1 dan 2 diukur dari titik A dengan
besaran 1, 2 dan jarak d1, d2. Dari besaran tersebut dapat
diketahui posisi 1dan 2. Untuk menentukan titik 3 dan 4 diukur
dengan menggunakan titik penolong O yang diikatkan ketitik B
dengan besaran B, 3, 4 dan jarak d3, d4 maka posisi titik tersebut
dapat diketahui.
4
Y 1
5
3
T2 2
Z
B
A (Yb,Xb,Zb)
(Xa,Ya,Za)
X
XB X A
α a1 tan 1 θ
XB X A
C. Posisi Vertikal
Posisi vertikal titik 1 dapat dihitung dengan formula
Z1 = ZA + (ta - tt) + dh
ZI = Tinggi titik 1
ZA = Tinggi titik a
Ta = Tinggi alat
Tt = Tinggi target
dh = Beda tinggi antara titik 1 dan a
5-23
(1) Penyelidikan Lapangan meliputi pengeboran dan sondir dengan
jumlah minimum untuk mengetahui stratifikasi tanah disekitar proyek.
(2) Penyelidikan Laboratorium meliputi pengujian kadar air, berat jenis,
atterberg limit, analisa saringan, konsolidasi, hidrometer, pemadatan
standar, CBR terendam (Soaked), dirct shear, triaxial test dengan
jumlah minimum untuk mengetahui sifat-sifat fisik (index properties)
dan sifat-sifat mekanik (Engineering Properties) tanah disekitar
proyek.
A. Penyelidikan Lapangan
1. Tes Sondir
Pengujian Sondir atau sering disebut dengan uji Cone Penetrasion
Test (CPT), dilakukan dengan alat sondir kapasitas 2,5 atau 5 ton.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat perlawanan tanah
terhadap penetrasi konus dan hambatan perekat pada kedalaman
yang dikehendaki atau sampai mencapai tanah keras yang
dinyatakan dalam tegangan konus (qc) > 150 kg/cm2.
Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap
ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas.
Hambatan perekat adalah perlawanan geser tanah terhadap
selubung bikonus dalam gaya persatuan panjang.
2. Boring Test
Boring Test adalah suatu cara membor tanah dilapangan dengan
menggunakan alat bor tangan tidak otomatis atau menggunakan
Bor Mesin Sesuai kondisi tanah asli.
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan atau mengambil
contoh tanah tidak terganggu (undisturbed) dengan menggunakan
tabung sample pada setiap pergantian tanah dan dari berbagai
kedalaman, biasanya dilakukan di samping lubang sondir agar
didapat korelasi antara kekuatan tanah yang diperoleh dari
pengujian sondir dengan jenis tanah. Kedalaman maksimum yang
dapat dilakukan adalah 20 s/d 30 meter dan hanya untuk jenis
tanah lunak.
4. Pengambilan sample
Pengambilan sampel diambil di lokasi quarry minimal 3 (tiga) titik
dan masing-masing titik minimal diambil sampelnya 3 (tiga)
meliputi material tanah timbun, sub base, base course dan
agregat untuk campuran lapis atas.
5-26
menghindari panas, gesekan dan mempertahankan kandungan air
dari tanah tersebut.
B. Penyelidikan Laboratorium
Di laboratorium dilakukan pengujian index properties dan mekanika
properties sesuai dengan prosedur persyaratan percobaan dari
American Society for Testing and Materials (ASTM), yaitu meliputi uji
standar seperti :
1. Soil Clasification
2. Water Content (ASTM D-2216-71)
3. Specific Gravity (ASTM D-854-59)
4. Atterberg Limits (ASTM D-423-66 dan ASTM D-424-74)
5. Consolidation Test (ASTM D-2535-70)
6. Analisa Saringan / Hidrometer
7. Direct Shear dan Triaxial Test
8. Permeability Test
9. Soaked CBR
10. Modified Proctor
1. Soil Clasification
Soil Clasification adalah uraian jenis tanah yang diperlukan untuk
perancangan fasilitas Bandar udara dan penentuan material
konstruksinya.
2. Penelitian Kadar Air (Water Content)
Definisi : Sedangkan water content (kadar air) adalah
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
tanah dengan berat kering yang dinyatakan dalam
persen
Maksud : Untuk menentukan berapa besarnya kadar air yang
terkandung pada suatu contoh tanah.
Tujuan : Menentukan besarnya kadar air dari suatu contoh
tanah dengan menggunakan cara pengeringan oven.
5-27
Peralatan yang digunakan :
a. Oven dengan suhu 105C - 110 C
b. Pan
c. Neraca ketelitian 0,1 gram.
5-28
Bila contoh tanah berbutir halus (lempung atau lanau) dicampur
dengan air sehingga mencapai keadaan cair, kemudian dibiarkan
kering, maka tanah akan mengalami keadaan sebagai berikut :
Batas cair : kadar air pada 25 kali pukulan oleh alat batas cair,
tepi-tepi alur yang terpisah (grove) dari contoh tanah
tersebut menjadi merapat kembali
Batas plastis : kadar air pada keadaan tanah digelintir menjadi satu
benang berdiameter 3 (tiga) mm tanpa menjadi patah.
Batas susut : kadar air maksimum pada keadaan di mana
kehilangan selanjutnya tidak akan menyebabkan
perubahan volume.
5-30
g. Neraca ketelitian 0,1 gram
5-31
4. Pengaduk mekanis dan mangkuk dispersi (mechanical stirer)
5. Saringan (shieve) : no.4, no.10, no.20, no. 40, no.60, no.100,
no.200.
6. Timbangan ketelitan 0,01 gram.
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5) C.
8. Tabung–tabung gelas ukuran 50 ml dan 100 ml.
9. Batang pengaduk dari gelas.
10. Stop watch.
Definisi
Kekuatan geser dalam tanah adalah akibat gerak relatif antara butir-
butir (kekuatan tanah tergantung kepada gaya–gaya bekerja antara
butir-butir tanah).
Maksud
Pengujian ini dilakukan untuk menghitung daya dukung (bearing
capacity) dan tegangan tanah terhadap dinding penahan tanah.
Parameter yang didapat dari pengujian ini adalah nilai kohesi (C) dan
sudut geser tanah ().
5-33
8. Triaxial Test
Pengujian ini sering digunakan untuk menentukan kekuatan geser
dan cocok untuk semua jenis tanah, dalam pengujian ini kita dapat
mengontrol kondisi pengaliran dan mengukur tekanan air pori. Dari
pengujian ini didapat nilai/parameter kohesi (Cc) dan sudut geser
dalam ().
Peralatan yang digunakan :
a. Benda uji yang dijadikan contoh berbentuk silinder dengan
perbandingan panjang terhadap diameter sebesar 2.
b. Seperangkat alat uji triaxial yang antara lain terdiri dari :
batang pembeban
katup pelepas udara
topi beban
silinder perspeks
selaput karet
piringan berpori
tumpuan alas
pengukur tekanan air pori / drainase
pemberi tekanan sel.
9. Permeability Test
Definisi
Permeabilitas adalah tingkat kelolosan air yang mengalir pada butir-
butir tanah. Aliran yang terjadi adalah merupakan aliran laminier
(aliran yang beraturan).
Maksud
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan permeabilitas tanah
berbutir kasar maupun halus secara laboratories.
Tujuan
Menentukan koefisien permeabilitas pada suatu harga yang
menunjukkan kemampuan tanah untuk dilewati air melalui pori-
porinya dan mengukur kecepatan suatu air yang melewati contoh
suatu tanah uji.
Peralatan yang digunakan :
5-34
- Tabung Permeabilitas
- Batu pori
- Corong
- Tanah yang lolos saringan no.200
- Buret
- Jangka Sorong
- Gelas ukur
- Selang
- Stop watch
- Per / Pegas
- Mistar
- Vaselin
- Air suling
- Saringan no.200
- Kertas Pori
5-35
a. Soaked CBR
Definisi : California Bearing Ratio ( CBR ) adalah perbandingan
antara beban penetrasi suatu bahan terhadap beban
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi
yang sama.
5-36
h. Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi.
Peralatan lain seperti, talam, alat perata, tempat untuk meredam;
i. Alat timbang sesuai PB – 0111 – 76 atau PB – 0112 – 76
Benda Uji :
a. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
sebanyak
Agregat halus ;
Ukuran maksimum no. 4 ; berat minimum 300 gram
Ukuran maksimum no. 8 ; berat minimum 100 gram
Agregat kasar ;
5-37
Ukuran maksimum 3,5” ; berat minimum 35 kg
Ukuran maksimum 3” ; berat minimum 30 kg
Ukuran maksimum 2,5” ; berat minimum 25 kg
Ukuran maksimum 2” ; berat minimum 20 kg
Ukuran maksimum 1,5” ; berat minimum 15 kg
Ukuran maksimum 1” ; berat minimum 10 kg
Ukuran maksimum ¾” ; berat minimum 5 kg
Ukuran maksimum ½” ; berat minimum 2,5 kg
Ukuran maksimum ⅜” ; berat minimum 1 kg
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar,
agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan no. 4.
Selanjutnya agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak
jumlah seperti tercantum diatas.
Benda uji disiapkan sesuai dengan PB – 0208 – 76 kecuali apabila
butiran yang melalui saringan no. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya
dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
3. Soundness Test
Maksud :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat
halus, kasar atau campuran.
Berat isi adalah perbandingan berat dan isi.
Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
b. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh
agregat.
c. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung
bulat sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar perata (straight edge).
e. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas
seperti berikut :
Kapasita Diameter Tinggi Tebal Ukuran
s wadah butir
minimum (mm) maksimum
5-38
(mm) (mm) (mm)
Dasar Sisi
(liter)
2,832 152,4 + 2,5 154,9 + 5,08 2,54 12,7
9,435 203,2 + 2,5 2,5 5,08 2,54 25,4
14,158 254,0 + 2,5 292,1 + 5,08 3,00 38,1
28,316 355,6 + 2,5 2,5 5,08 3,00 101,6
279,4 +
2,5
284,4 +
2,5
Benda Uji:
Masukkan contoh agregat kedalam talam sekurang-kurangnya
sebanyak kapasitas wadah sesuai Daftar no. 1 ; keringkan dalam
oven dengan suhu (110 + 5)O C, sampai berat tetap dan gunakan
sebagai benda uji.
4. Abrasion Test
Maksud :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat
kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Los
Angeles.
Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat
bahan aus lewat saringan no. 12 terhadap berat semula, dalam
persen.
Peralatan :
a. Mesin Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter 71 cm (28”) panjang dalam 50 cm (20”). Silinder
bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar
pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan
benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan
dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat
bola baja dengan diameter 8,9 cm (5,56”).
5-39
b. Saringan no. 12 dan saringan-saringan lainnya seperti tercantum
dalam Daftar no.1.
c. Timbangan, dengan ketelitian 5 gram.
d. Bola-bola dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1⅞”) dan berat
masing-masing antara 390 gram sampai 445 gram.
e. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk melunasi
sampai (100 + 5)0 C.
5. Clay Lump, dan lain-lain
5-40
Dimana: Si = besarnya penurunan langsung
Sc = besarnya penurunan akibat konsolidasi
Dalam mengantisipasi tanah timbunan / tanah urugan yang ada di lokasi
perencanaan adalah dengan memperhitungkan penurunan atau
settlement.
Cc Po P
S H log
1 eo Po 5-41
Untuk profil tanah seperti terlihat pada gambar , apabila ada timbunan
tanah setinggi 1 m akan mengakibatkan penurunan sebesar 0.7 m.
Δq = 19 kPa
1m
2m Po = 7 kPa
eo = 1 Cc = 0.6
Po = 35 kPa
6m eo = 1
Cc = 0.4
Po = 55 kPa
6m
eo = 1.43
Cc = 0.4
Hal ini dapat dilihat dari bentuk gambar berikut yang menunjukkan
besarnya pergerakan tanah yang terjadi apabila terjadi timbunan
5-42
Gambar : Contoh Arah Pergerakan Tanah Akibat Adanya Timbunan
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN / PEJABAT
PEMBUAT KOMITMEN
KELOMPOK PENDAMPING
KONSULTAN
(TIM TEKNIS)
5-45
AHLI TEKNIK SIPIL STRUKTUR/
AHLI TEKNIK SIPIL STRUKTUR/
GEOLOGI
GEOLOGI
SURVEYOR 1
SURVEYOR 2
SURVEYOR 3
CAD OPERATOR
5-46
sebagaimana yang telah ditentukan di dalam Kerangka Acuan Kerja. Adapun
kebutuhan tenaga ahli untuk pekerjaan ini, adalah sebagai berikut :
5-47