Anda di halaman 1dari 47

BENTUK URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI

DAN PROGRAM KERJA

I.1 PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI


I.1 PEMAHAMAN TERHADAP TUJUAN PEKERJAAN DAN LINGKUP
PEKERJAAN

Jasa Topografi dan Penyelidikan Tanah Menara Antenna Radar CKG 2 di


Tangerang, merupakan pekerjaan pengukran dan penyelidikan tanah. Waktu
pelaksanaan pekerjaan 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanda tangan
kontrak (Perjanjian).
Pemahaman terhadap pekrjaan cukup jelas dan dapat dimengerti mengenai
pekerjaan yang dipersyaratkan dan dalam hal memenuhi persyaratan yang
dikehendaki Konsultan merasa mampu melaksanakan tugas yang dimaksud.
1. Untuk mencapai maksud dan tujuan studi, konsultan akan menyusun
rencana kerja dan menentukan langkah-langkah serta metode
pelaksanaan yang akan dilakukan.
2. Lingkup pekerjaan yang harus dilakukan oleh Konsultan dalam
pelaksanaan pekerjaan nantinya harus memperhatikan dan sesuai dengan
standar/spesifikasi teknis yang ada dan disertai dengan
perhitungan/asumsi yang dapat diterima dari hasil studi terdahulu.
3. Konsultan harus melakukan survey dalam rangka pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan terkait dengan permasalahan yang ada di
lapangan dan yang mungkin timbul.
4. Evaluasi dan analisa harus dilakukan terhadap data dan informasi yang
terkumpul sehingga didapatkan antisipasi dan solusi akan permasalahan
dan memberikan rekomendasi tentang pekerjaan tersebut.
5. Dalam melakukan analisa dan perencanaan harus benar dan mengenai
pada sasaran, yaitu kebutuhan tahapan pembangunan termasuk dalam
pembiayaan.

I.2 LATAR BELAKANG


Pengembangan transportasi adalah salah satu aspek yang mutlak diperlukan
dalam rangka pengembangan wilayah. Salah satu indikator perkembangan
5-1
suatu wilayah adalah adanya perkembangan ekonomi yang meningkat setiap
tahunnya. Peningkatan ini akan meningkatkan pula pergerakan orang dan
barang. Kelancaran pergerakan perlu ditunjang dalam segi efektivitas untuk
menjangkau Provinsi Banten dan DKI serta sekitarnya. Pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
keberadaan suatu bandara, dimana akan menyebabkan peningkatan lalu
lintas angkutan udara sehingga perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas
pelayanan di bandara dan penggunaan teknologi pesawat udara yang lebih
mutakhir.
Bandar Udara Soekarno Hatta dalam perannya sebagai simpul dalam jaringan
transportasi sesuai dengan hierarkinya, sebagai pintu gerbang kegiatan
perekonomian dan tempat kegiatan alih moda transportasi perlu ditingkatkan
fasilitas dan infrastrukturnya.

I.3 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


a. Maksud
Pekerjaan Topografi dan Penyelidikan Tanah Menara Antenna Radar CKG
2 ini bermaksud untuk pelaksanaan kontruksi sehingga nantinya sesuai
ketentuan dan persyaratan teknis yang berlaku di bidang Navigasi.

b. Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan pekerjaan ini adalah diperolehnya dokumen
Pengukuran (Topografi) dan Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)
sebagai standar dan pedoman pelaksanaan konstruksi pada fasilitas
bandar udara yang mencakup seluruh kebutuhan dan penggunaan tanah
serta ruang udara untuk fasilitas penerbangan dan fasilitas penunjang
penerbangan dengan mempertimbangkan aspek teknis, aspek
keselamatan operasi penerbangan dan lain sebagainya.
c. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai pada pekerjaan Topografi dan Penyelidikan
Tanah adalah:
- Pembangunan/pengembangan prasarana Bandar Udara Soekarno
Hatta khususnya penempatan alat Navigasi dapat dilaksanakan secara
efektif, efisien dan professional

5-2
- Hasil pembangunan/pengembangan prasarana Bandar Udara
angunan/pengembangan prasarana Bandar Udara dapat memenuhi
ketentuan standar teknis operasional dan peraturan-peraturan
keselamatan dan keamanan penerbangan serta pelayanan jasa Bandar
udara
- Pembangunan/pengembangan prasarana Bandar Udara
angunan/pengembangan prasarana Bandar Udara dapat memenuhi
kaidah-kaidah legalitas, transparasi, akuntabel, adil dan bermanfaat
secara optimal.

I.4 GAMBARAN UMUM LOKASI MENARA ANNTENA RADAR CKG 2


Lokasi pembangunan Menara Antenna Radar CKG 2 adalah di perimeter
selatan Bandar Udara Sokarno – Hatta. Luas lahan yang akan di gunakan
kurang lebih sekitar 1000 m2.

Lokasi Pekerjaan
Gambar : Peta Lokasi
5-3
I.5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan Topografi dan Penyelidikan Tanah Menara Antenna
Radar CKG 2 mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Pengukuran lahan dan pembuatan peta topografi dengan kontur serta
potongan pada daerah rencana pembangunan.
b. Penyelidikan tanah di lapangan dengan menggunakan sondir, bor mesin, Uji
Nspt. Uji laboratorium yang meliputi engineering properties dan indeks
properties serta quary (tanah). Memberikan rekomendasi pemilihan
jenis/kriteria pondasi
c. Membuat analisa konsolidasi dan perbaikan tanah. Memberikan arahan
volume dan metode pengurukan dan pemotongan lahan yang disesuaikan
dengan kebutuhan pembangunan.

I.6 PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI


Perencanaan suatu perletakan alat navigasi merupakan suatu pekerjaan yang
bersifat kompleks dan terintegrasi dengan berbagai bidang pekerjaan, disiplin
ilmu dan tingkat keahlian yang benar-benar terkualifikasi dikarenakan
keterkaitannya dengan pedoman, standard dan aturan teknis yang
diberlakukan secara internasional dan terkait dengan keterpaduan intra dan
antar moda transportasi dalam cakupan wilayah yang akan dilayani.

A. Kerangka Umum Pelaksanaan Pekerjaan

Sebelum dilaksanakan Pengukuran dan Penyelidikan Tanah, perlu dibuat


kerangka umum pelaksanaan pekerjaan sebagai acuan dalam melaksanakan
pekerjaan.

Beberapa tahapan pelaksanaan pekerjaan dalam kerangka umum tersebut


adalah:

a) Pekerjaan Persiapan
b) Inventarisasi Data dan Informasi
c) Survey Lapangan
d) Analisa Hasil Pengukran dan Penyelidikan Tanah
e) Memberikan rekomendasi dari hasil analisa pengukuran dan penyelidikan
tanah.

5-4
B. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan harus dilakukan oleh konsultan sebelum memulai
pelaksanaan pekerjaan, meliputi langkah-langkah yang akan dilakukan berupa
penyusunan rencana kerja yang mencakup:
a) Penjelasan maksud dan tujuan pekerjaan secara rinci dan mendetail;
b) Penyusunan metodologi pelaksanaan pekerjaan;
c) Membuat program kerja, antara lain berisikan: uraian kegiatan
pekerjaan, jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule), komposisi
tenaga ahli yang dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan, struktur
organisasi pelaksana pekerjaan, perlengkapan/peralatan yang akan
dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan;
d) Pengumpulan data sekunder (studi kepustakaan/literatur atau studi-
studi yang pernah dilakukan sebelumnya);
Metodologi pelaksanaan pekerjaan pada dasarnya adalah pemahaman
konsultan terhadap pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk bagan alir yang
merupakan proses pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir.
C. Inventarisasi Data dan Informasi
Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan/literature (data sekunder) dan melalui survey lapangan (data
primer) berdasarkan hasil koordinasi dengan instansi terkait maupun
masyarakat dilokasi pekerjaan, meliputi:
1. Peta tematik wilayah perencanaan yang terkait dengan rencana lokasi
menara
2. Peta topografi lokasi bandar udara dan kawasan disekitar rencana
pengembangan bandar udara dengan skala 1:25.000 atau 1:50.000;
3. Peta geologi dan kondisi tanah pada kawasan rencana pengembangan
bandar udara
D. Pekerjaan Survey Pendahuluan (Reconnaissance Survey)
Konsultan harus melaksanakan peninjauan/survey pendahuluan guna
melakukan observasi dan penggalian data secara lebih mendalam terhadap
wilayah perencanaan
E. Pekerjaan Survey Lapangan

5-5
Pekerjaan survey lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer
mengenai kondisi fisiografi yang akurat pada area pembangunan/
pengembangan bandar udara dan sekitarnya.

Pekerjaan Survey Lapangan meliputi:

o Pemasangan BM (Bench Mark)

o Pengukuran koordinat

o Pengamatan Azimuth

o Pengukuran Elevasi

o Pengukuran Situasi dan Obstacle

o Pengolahan data survey dan pemetaan

o Pembuatan Peta

a. Pekerjaan Survey Pengukuran dan Pemetaan Topografi


Maksud pelaksanaan pekerjaan survey pengukuran dan pemetaan
topografi adalah untuk dapat menyiapkan data-data topografi yang akurat
yang meliputi data koordinat dan elevasi titik kontrol, gambar dan peta
situasi lokasi bandar udara skala 1 : 2500 dengan interval kontur setiap
0.5 meter.

Tujuannya adalah agar semua data-data yang diperoleh dari hasil


pelaksanaan survey pengukuran dan pemetaan topografi ini dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam Pembuatan Bangunan dan Menara
Radar.
Metodologi Pelaksanaan Survey Pengukuran dan Pemetaan Topografi
dapat diperinci sebagai berikut :

PERSIAPAN
PERSIAPAN

PELAKSANAAN PENGUKURAN
PELAKSANAAN PENGUKURAN

PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA

PENYAJIAN DATA
PENYAJIAN DATA
5-6

LAPORAN
LAPORAN
Gambar : Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan
Topografi

Kegiatan Survey Pengukuran dan Pemetaan Topografi, secara garis


besar meliputi tahapan sebagai berikut :

A. Pekerjaan Persiapan
Lingkup pekerjaan meliputi menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan untuk membantu kelancaran pekerjaan, yang terdiri dari
pengumpulan data.

Untuk menunjang dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan


pemetaan lokasi bandar udara, diperlukan pengumpulan data-data
sekunder antara lain :
a. Peta topografi terbaru skala 1: 50.000.
b. Peta situasi hasil pengukuran yang pernah dilakukan sebelumnya,
yang mencakup kawasan lokasi bandar udara dan sekitarnya.
c. Pengumpulan informasi yang pasti mengenai data titik kerangka
dasar nasional, yang ada di sekitar lokasi pengukuran yang dapat
digunakan sebagai titik ikat pengukuran kerangka horisontal dan
vertikal.
d. Gambar peta situasi pada wilayah batas lahan di lokasi bandar
udara dan sekitarnya.
e. Data koordinat patok tetap / titik Bench Mark yang ada di sekitar
lokasi pengukuran dan pemetaan.
f. Data rencana pembangunan bandar udara, Master Plan atau
rencana pengembangan bandar udara.
g. Data rencana pengembangan wilayah dan rencana perluasan
kota untuk lokasi yang bersangkutan.

5-7
h. Data tata guna tanah eksisting dan rencana tata guna tanah di
lingkungan bandar udara dan sekitarnya.
i. Data rencana pemasangan peralatan bantu navigasi
penerbangan.
j. Data rencana pemasangan fasilitas alat bantu navigasi
penerbangan.
k. Data batas penguasaan lahan dan data lain yang terkait.

B. Persiapan Survey Lapangan


Yaitu mempersiapkan peralatan dan bahan untuk pelaksanaan survey
pengukuran lapangan. Kegiatan persiapan survey lapangan antara
lain mencakup pekerjaan :

 Penentuan batas kepemilikan tanah dan kebutuhan lahan untuk


pengembangan bandar udara.
 Rencana pengembangan bandar udara dipadukan dengan
masalah pengembangan wilayah untuk lokasi yang bersangkutan.
Membuat peta rencana kerja yang berisi rencana batas-batas
pengukuran, distribusi Bench Mark dan rencana jalur pengukuran
kerangka horisontal dan vertikal.
 Menyiapkan gambar / skets batas-batas kawasan dan batas-batas
ketinggian dari KKOP untuk rencana pembangunan diatas peta
rencana kerja.
 Membuat patok-patok beton / Bench Mark

C. Pelaksanaan Pekerjaan Survey Pengukuran dan Pemetaan


Pekerjaan Survey Pengukuran dan Pemetaan disini secara garis
besar meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Pemasangan Patok-patok Tetap / Bench Mark (BM):


a. Bench mark dibuat dengan menggunakan rangka beton yang
berukuran 1,00 m x 0,30 m x 0,30 m, yang diisi dengan
campuran beton, diberi kerangka besi ditengah tengahnya,
dipasangi baut dan di beri nomor / kode pengenal.
b. Jumlah BM (Bench Mark) yang akan dipasang minimum 2
buah termasuk untuk staking out lokasi, dengan notasi yang
telah disepakati bersama dan dipasang pada lokasi yang
5-8
sesuai dengan rencana perletakan BM yang telah ditentukan di
atas peta dasar.
c. BM dipasang pada tempat yang aman dan mudah dicari serta
dipasang sesuai dengan tempat yang telah direncanakan pada
tahap persiapan. Bench Mark ditanam dengan kedalaman 0,75
m sehingga bagian yang berada di atas permukaan tanah 0,25
m.
2. Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal ( Poligon )
Pengukuran poligon bertujuan untuk membuat atau menambah
titik - titik kerangka dasar horisontal pemetaan. Titik-titik poligon ini
kemudian akan digunakan sebagai titik referensi dalam pekerjaan
pengukuran koordinat dan elevasi titik-titik detil situasi, profil
memanjang dan melintang pada area fasilitas sisi darat dan sisi
udara..
a. Pengukuran poligon harus diikatkan pada titik - titik kerangka
dasar horisontal nasional yang terdekat atau BM eksisting
yang telah ditetapkan oleh Bakorsurtanal, BPN atau instansi
lain yang dapat dipertanggungjawabkan keakuratan datanya.
b. Untuk pengukuran sudut:
 Alat yang digunakan adalah Electronic Total Station (ETS),
Sokhia SET 5 F. atau Global Positioning System (GPS)
Geodetik
 Salah penutup sudut maksimum 10”  N, dimana N =
jumlah titik poligon.
c. Pengukuran jarak antar sisi-sisi poligon dilakukan dengan
menggunakan Electronic Total Station, Sokhia Set 5 F.
3. Pengukuran Kerangka Vertikal
a. Alat sipat datar yang digunakan adalah Automatic Level
Sokisha C - 3.
b. Jalur pengukuran Kerangka Vertikal mengikuti jalur poligon.
c. Toleransi kesalahan penutup maksimum (8  D) mm, dimana
D adalah jumlah jarak dalam satuan Km.
4. Pengukuran Detail Situasi

5-9
Dimaksudkan untuk mendapatkan peta situasi detail di lokasi
rencana bandara. Pelaksanaan pengukuran dengan metode
tachimetri.
Pengukuran situasi dilakukan terhadap semua detail bangunan
fasilitas yang ada. Pengukuran situasi dimaksudkan untuk
mendapatkan peta situasi yang dilengkapi dengan garis - garis
kontur ketinggian. Semua kenampakan yang ada, baik yang
alamiah maupun buatan manusia harus diukur dengan teliti dan
benar. Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Wild T-0.

5. Pengukuran Profil
a. Pengukuran profil memanjang pada rencana perletakan as.
Jarak antar stasiun setiap 20 m. Alat yang digunakan adalah
Waterpas dan pita ukur. Pengukuran profil memanjang pada
rencana as landas pacu hingga jarak 2500 k.
b. Pengukuran profil melintang
Pengukuran profil melintang as dengan interval jarak
pengukuran maksimal setiap 20 m. hingga jarak sesuai
kebutuhan dari kiri dan kanan as.

D. Pengolahan Data :
1. Pengolahan Data Kerangka Horisontal.
a. Hasil pengukuran poligon dihitung dengan menggunakan
Metode Perataan Metoda Bouwditch.
b. Toleransi kesalahan linier jarak maksimal 1 : 10000.
2. Pengolahan Data Kerangka Vertikal (Waterpas).
Hasil pengukuran waterpas data ukuran dihitung menggunkan
Metoda perataan Bouwdicth.
3. Pengolahan Data Detail Situasi.
Pengolahan data situasi dan detail bangunan dilakukan dengan
menggunakan program komputer, dengan mengikatkan terhadap
titik koordinat hasil pengukuran kerangka horisontal dan vertikal.
5-10
E. Sistem Referensi
Untuk menyatakan suatu posisi di permukaan bumi perlu didefinisikan
suatu sistem referensi yang digunakan atau sering disebut datum.
Secara geometrik datum ini terkait dengan antara lain :
1. Elipsoida yang digunakan, yaitu berkaitan dengan dimensi
elipsoida meliputi kedudukan dan orientasinya terhadap bumi,
ukuran dan bentuk yang dinyatakan dalam parameter jari – jari
ekuator (a) dan penggepengan (f).
2. Sistem koordinat yang digunakan : World Geodetic System 1984
(WGS-84) digunakan sebagai model bumi. Kedudukan spheroid
referensi WGS-84 terhadap bumi bersifat global, artinya pusat
spheroid berimpit dengan pusat bumi (geosentric). Sumbu Z
terletak pada bidang Meridian Nol (Greenwich). Sumbu Y tegak
lurus sumbu-sumbu X dan Z dan membentuk sistem tangan
kanan. Spheroid referensi WGS-84 pada dasarnya mirip dengan
Geodetic Reference System 1980 (GRS-80) dengan dengan parameter –
parameter sebagai berikut :
- Setengah Sumbu Panjang (a) = 6.378.137,000 m
Ellipsoida
- Setengah Sumbu Pendek (b) = 6.356.752,314 m
Ellipsoida
- Penggepengan (a-b)/a = 1/298,252572236 m

WGS-84 digunakan untuk hitungan koordinat pada sistem


pengamatan satelit GPS. Dengan demikian koordinat yang
diberikan dari hasil pengamatan GPS akan selalu mengacu ke
datum yang sama, yaitu dalam sistem datum global WGS-84.
Selanjutnya Indonesia mengadopsi elipsoida referensi ini menjadi
salah satu parameter Datum Geodesi Nasional Indonesia 1995
(ID-95).
Berkaitan dengan Sistem Koordinat, pada pengukuran topografi ini
menggunakan sistem koordinat :

1. Sistem Koordinat Geografis / Geodetic


2. Sistem Koordinat Proyeksi / Universal Transverse Mercator
(UTM)

5-11
3. Sistem Koordinat Bandar Udara / Aerodrome Coordinate
System (ACS)

F. Sistem Koordinat Geografis /Geodetic


Model bumi yang diterapkan untuk menyatakan koordinat geografis
yang bersifat geodetik adalah spheroid. Koordinat yang diperoleh dari
hasil pendefinisian datum ini disebut sistem koordinat geodetik yang
dinyatakan dengan lintang geodetik (), bujur geodetik (), dan tinggi
dinamis (h)
.

Gambar : Sistem Koordinat Geografis / Geodetic

Posisi titik P pada permukaan bumi seperti gambar di atas dinyatakan


dalam L,B,H atau dalam Xp,Yp, Zp.

G. Sistem Koordinat Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)


Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM), merupakan Proyeksi
Cylinder Transversal Conform yang memotong bumi pada dua
meridian standar. Seluruh permukaan bumi dibagi dalam 60 wilayah
yang disebut zone UTM. Tiap zone mempunyai meridian tengah
sendiri. Faktor perbesaran di meridian tengah = 0,9996. Indonesia
terbagi dalam 9 zone mulai dari meridian 90 o BT sampai meridian
144o BT dengan batas paralel 5 o LU dan 11o LS, sedangkan bujur
meridian tengah dan nomor zone UTM dimulai dari zone 46 dengan

5-12
bujur meridian tengah 93o BT sampai zone 54 dengan bujur meridian
tengah 141o BT. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Gambar : Proyeksi Silinder Transversal


Tabel : Zone Universal Transverse Mercator
Zone Batas (BT) Bo (BT)
46 90o – 96o 93o
47 96o – 102o 99o
48 102o – 108o 105o
49 108o – 114o 111o
50 114o – 120o 117o
51 120o – 126o 123o
52 126o – 132o 129o
53 132o – 138o 135o
54 138o – 144o 141o

H. Sistem Koordinat Bandar Udara atau Aerodrome Coordinate


System (ACS)
Sistem koordinat bandar udara adalah sistem koordinat lokal yang
dinyatakan dengan Aerodrome Coordinate System (ACS) yang
ditetapkan sebagai berikut :
a. Bidang datar ditetapkan sebagai bidang referensi.
b. Posisi horisontal dinyatakan dalam sistem koordinat kartesian
(X,Y) dimana X menyatakan absis (sumbu mendatar yang berimpit
dengan as sumbu landasan) dan Y menyatakan ordinat (sumbu
tegak yang memotong sumbu X tegak lurus pada salah satu ujung
landasan). Titik potong ini disebut dengan Original Point.
c. Untuk menghindari harga koordinat yang negatif, maka Original
Point diberi harga:
5-13
Yacs

Landasan pacu
XAC
CCC
Original point: CCC
X = 20.000 m C
Y = 20.000 m CSs

Gambar : Sistem Koordinat Bandar Udara ( ACS )


I. Hitungan Koordinat UTM dari Koordinat Geografis
Jika suatu posisi dinyatakan dalam Sistem Koordinat Geografis (L,B)
maka posisi tersebut dapat dinyatakan dalam sistem koordinat
proyeksi UTM dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
X =  IV] p +  V] p3 +  B5 ] p5 meter.
Y =  I  + [ II ] p2 + [ III] p4 + [ A6 ] p6 meter.

Keterangan :
P = ( B – Bo ). 10-4
Bo = Bujur Meridian Sentral
Bo = N.6 - 183
N = Nomor Zone
I = ko.m
II = ½.ko.N.Sin L.Cos L.Sin2 1’’.108
III = 1/24.ko.N.Sin L. Cos3 L.Sin4 1’’.1016. ( 5 – tan2 L ) +
9e’2.Cos2 L + 4e’4.Cos4 L
IV = ko.N.Cos L.Sin 1” .104
V = 1/6.ko.N. Cos3 L. Sin3 1”.1012 ( 1 – tan2 L + e’2 Cos2 L )
B5 = 1/120.ko.N.Cos5 L.Sin5 1”(5–18 tan2 L + tan4 L+14e’2Cos2L
- 58e’2 Sin2L. 1020
A6 = 1/720.ko.N.Sin6 1”.Sin L. Cos5 L .( 61 – 58tan2 L + tan4 L +
270e’2. Cos2 L – 330 e’2 Sin2 L ) . 1024
Keterangan :
ko = faktor skala pada meridian sentral = 0,9996
M = panjang busur meridian dihitung dari equator

5-14
E’2 = eksentrisiteit 2
N = Jari – jari lengkung normal utama

J. Hitungan Koordinat Geografis (L,B) Dari Koordinat UTM


Jika suatu posisi dinyatakan dalam Sistem Koordinat Proyeksi UTM
( X,Y ) posisi tersebut dapat dinyatakan dalam Sistem Koordinat
Geografis ( L,B ) dengan rumus sebagai berikut :
Menghitung lintang ( L ) :
L = L’ – L1 + L2

Keterangan :
L’ =  + F 2 Sin 2 + F4 Sin 4
Y
 
ko.Eo
Eo = a . A ( 1 – e2 )

F2 = ( 3/8 e’2 – 3/16e’4 )  . ;  = 57.296


F4 = ( 21/ 256 e’4 ). 
A = 1 + ( ¾ ) . e2 + ( 45/64 ) . e4 + ( 175/256 ) . e6 + (11025/16384) .
e8 + ( 43659/65536 ) . e10

t ' 1   ' 2 .1012 .q 2


L1 = 2
2.N 2 K 0 . sin 1"
t ' (5  3t ' 2 6 ' 2 6 ' 2 t ' 2 ...)10 24.q 4
L2 = 4
24.N 4 .K 0 . sin 1"

Keterangan :
t’ = tan L’
 '  e' CosL
N = dihitung dengan argumen L’
q = X . 10-6

Menghitung Bujur ( B ) :
B = Bo + B
Keterangan :
5-15
Bo = Bujur Meridian Sentral
Bo = n . 6 - 183
B = B1 + B2 + B3

B1 = 10 6.q
N .K 0 . cos L'.sin 1"

B2 = (1  2t '  ' ).10 .q


2 2 18 3

3
6.N 3 .K 0 . cos L'.sin 1"

B3 = (5  28t ' 6 ' ...).10 .q


4 2 30 5

5
120.N 5 .K 0 . cos L'.sin 1"

Dengan ;
t’ = tan L’
’ = e’ . cos L’
N = dihitung dengan argumen L’
q = X . 10-6

K. Metode Transformasi Antar Sistim Koordinat ACS dan UTM


Posisi dalam sistem koordinat proyeksi UTM dapat dinyatakan dalam
sistem koordinat ACS, secara sederhana kasus tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut

Y utm Yacs

P

 Xutm

Xacs

Gambar : Hubungan Sistem Koordinat UTM dan ACS

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sistem koordinat ACS


adalah sistem koordinat UTM yang diputar sebesar sudut rotasi .
5-16
Karena area pengukuran relatif tidak luas maka dalam sistem
koordinat ACS dianggap sebagai bidang datar sehingga hasil ukuran
di lapangan dapat langsung digunakan dalam hitungan tranformasi
koordinat.
Dengan putaran sebesar  tersebut, jika posisi titik P dalam sistem
koordinat UTM adalah (XPUTM , YPUTM), maka posisi titik P dinyatakan
dalam sistem koordinat ACS adalah ( XP ACS , YPACS ) dituliskan
dengan hubungan sebagai berikut :

XP(ACS) = XP(UTM) Cos - YP(UTM) Sin +  X


YP(ACS) = YP(UTM Cos + XP(UTM) Sin +  Y

Persamaan transformasi di atas dapat dituliskan dalam bentuk matriks sebagai


berikut:


XPA
CS

CosS
i
n 

XPU
T
M 

 
X

    


  

YPA
CS 
Si
n

C
o
s
YPU
T
M 
X
P
Y

atau dituliskan :
 XPA C S   XPUTM    X
   R( )    
YPA C S  YPUTM    Y

Untuk menghitung XP(UTM), YP(UTM) dari XP(ACS), YP(ACS), maka dapat dituliskan
sebagai berikut :


XP  
1  XP - X
S 

U
T
M

 R
().

A
C

- Y
Y
P
UT
M  YP
A
CS 

X

Cos  + Sin  
R-1 (  ) =  
- Sin  + Cos  

L. Sistem Tinggi
Untuk menyatakan posisi vertikal suatu titik pada bandar udara, maka
digunakan 3 sistem tinggi yaitu :
5-17
1. Sistem Tinggi Ellipsoid
2. Sistem Tinggi Orthometrik
3. Sistem Tinggi AES

M. Sistem Tinggi Ellipsoid


Sistem tinggi ellipsoid adalah tinggi suatu titik diukur dari ellipsoida
referensi sampai ke titik tersebut.

N. Sistem Tinggi Orthometrik


Sistem tinggi ellipsoid adalah tinggi suatu titik diukur dari permukaan
geoid referensi sampai ke titik tersebut. Biasanya geoid dianggap
berimpit dengan permukaan laut rata - rata MSL ( Mean Sea Level ).

O. Sistem Tinggi AES


Sistem tinggi Aerodrome Elevation System (AES) adalah sistem
tinggi bandar udara. Dalam sistem tinggi AES, ketinggian 0.0 m
ditetapkan berdasarkan elevasi ambang terendah salah satu ujung
landasan. Dengan demikian tinggi suatu titik dalam AES adalah tinggi
titik yang diukur / dihitung dari titik terendah salah satu ujung
landasan sampai ke titik tersebut.
Untuk memperoleh nilai elevasi MSL secara praktis di lapangan,
( tinggi orthometrik = 0,000 meter), maka dapat dihitung melalui
pengamatan pasang surut laut.

P. Metode Survey
 Penentuan Posisi Kerangka Horisontal Dengan Metode
Poligon.
Pengukuran posisi horisontal titik-titik kerangka horisontal
dilakukan dengan menggunakan metode poligon. Hasil
pengukuran dapat dinyatakan dalam sistem Geografis, sistem
UTM dan sistem ACS.
Pengamatan azimut matahari dilakukan dengan menggunakan
metode tinggi matahari.

5-18
 Penentuan Posisi Kerangka Vertikal Dengan Metoda Sipat
Datar.
Pengukuran posisi vertikal dilakukan dengan menggunakan
metode sipat datar. Pengukuran sipat datar ini terdiri dari
pengukuran sipat datar utama dan pengukuran sipat datar
cabang.
Pengukuran sipat datar utama adalah pengukuran kerangka dasar
vertikal sedangkan pengukuran sipat datar cabang digunakan
sebagai kerangka pengukuran spot elevasi . Pengukuran sipat
datar cabang diikatkan pada titik - titik sipat datar utama dan titik -
titik spot elevasi diikatkan pada sipat datar utama atau pada sipat
datar cabang.

Gambar : Pengukuran Sipat Datar

Syarat – syarat pengukuran sipat datar tersebut adalah :


a. Ukuran dilakukan pergi - pulang
b. Dalam satu seksi diukur dua kali ( double stand ) dengan sistem
rambu lompat.
c. Toleransi ukuran atau kesalahan penutup beda tinggi yang
diperbolehkan adalah KBT < 8 mm  D km, dimana D adalah
jarak pengukuran.

Q. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dimaksudkan memperoleh gambaran detail
topografi. Detail topografi yang dimaksud dapat berupa rumah /
pemukiman, pergudangan, perkantoran, persawahan, industri, jalan,
sungai, jembatan dan lain – lain. Dengan pengukuran ini dapat
5-19
digambar dengan ukuran yang benar serta posisi yang relatif benar
dari seluruh obyek tersebut.
Selanjutnya metode pengukuran situasi yang dilakukan adalah
dengan metoda tachymetri. Untuk dapat memetakan dengan cara
tachymetri maka dibutuhkan alat yang dapat mengukur arah dan
sekaligus mengukur jarak, salah satunya dengan alat Theodolit Wild
T0. Contoh pengukuran situasi sebagai berikut :

Bangunan

U V

4
1 d4 o
d1
d3 dB
d2 2 M 3
A B

Gambar : Pengukuran Situasi Metoda Tachimetri

Misalnya titik A dan B adalah titik kerangka dasar atau titik – titik
pengukuran poligon cabang. Titik 1 dan 2 diukur dari titik A dengan
besaran 1, 2 dan jarak d1, d2. Dari besaran tersebut dapat
diketahui posisi 1dan 2. Untuk menentukan titik 3 dan 4 diukur
dengan menggunakan titik penolong O yang diikatkan ketitik B
dengan besaran B, 3, 4 dan jarak d3, d4 maka posisi titik tersebut
dapat diketahui.

R. Metode Pengukuran Spot Elevasi


Pengukuran spot elevasi dimaksudkan untuk memperoleh secara
detail titik - titik tinggi sehingga diperoleh suatu gambaran tinggi
rendahnya permukaan tanah yang pada akhirnya dapat digunakan
sebagai titik-titik bantu dalam penggambaran garis kontur.
Untuk memperoleh titik tinggi tersebut dilakukan pengukuran
menggunakan Wild T-0, titik - titik tinggi yang diukur adalah seluruh
5-20
daerah proyeksi dengan interval + 25 meter atau tergantung variasi
ketinggian, artinya jika ketinggian topografi curam maka interval akan
semakin rapat dan sebaliknya jika variasi ketinggian topografi landai
maka interval pengukuran akan semakin renggang. Proses
pengukuran spot elevasi dilakukan sebagai berikut :

4
Y 1
5
3
T2 2
Z

B
A (Yb,Xb,Zb)

(Xa,Ya,Za)
X

Gambar : Pengukuran Spot Elevasi

Pada daerah seperti gambar di atas titik A dan B merupakan titik


kerangka yang telah diketahui posisi X, Y dan Z nya. Untuk
mengetahui posisi titik – titik spot atau ketinggian titik 1, 2, 3, 4 dan 5,
maka dititik A ditempatkan alat ukur sudut, kemudian dengan data
posisi titik A (XA,YA, ZA) dan titik B (XB,YB, ZB) serta tinggi alat, dapat
dihitung posisi serta elevasi dari titik detail.

S. Metode Hitungan Sipat Datar


Ukuran beda tinggi di hitung per-seksi dengan rumus :
d hl  d h2
dh 
2
d h1 = beda tinggi pada stand 1
d h2 = beda tinggi pada stand 2

Proses ini dilakukan pada ukuran pergi pulang.


5-21
Proses selanjutnya adalah hitungan kerangka dasar vertikal dilakukan
sebagai berikut:
a. Menghitung kesalahan penutup Beda Tinggi (KBT) antara dua buah
titik BM sesuai dengan jalur pengukuran.
 dh pergi +  d h pulang + KBT = 0
 dh pergi / pulang = jumlah beda tinggi pergi / pulang
KBT = Kesalahan penutup Beda Tinggi
b. Kesalahan penutup beda tinggi tersebut dikoreksikan pada setiap
beda tinggi sama rata sebagai berikut.
KBT
d hi 
n
n = jumlah beda tinggi

T. Metode Hitungan Situasi


Metode hitungan situasi sama seperti hitungan koordinat titik batas,
karena metode pengukurannya sama seperti pengukuran titik batas
yaitu dengan metode tachymetri.

Pada gambar (4.6) diatas posisi – posisi a dan b telah diketahui


koordinatnya yaitu (XA,YA) dan (XB,YB) dengan ukuran – ukuran
seperti pada penjelasan bab sebelumnya, maka posisi titik – titik
detail dapat dihitung, misalnya untuk titik 1.
X 1 = XA + d1. Sin 1
Y 1 = YA + d1. Cos 1
Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk titik – titik yang
lainnya.

U. Metode Hitungan Spot Elevasi


Pada gambar 4.10 di atas posisi titik A dan B telah diketahui
koordinatnya yaitu (XA,YA,ZA) dan (XB,YB,ZB) dengan ukuran seperti
pada penjelasan di atas, maka dengan formula perhitungan posisi titik
– titik spot tersebut dapat secara langsung diketahui.
Formula yang digunakan dalam perhitungan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
A. Formula Posisi Horisontal
5-22
Azimuth atau jurusan dari a ke 1 yaitu a1 diperoleh dengan
rumus:
α a1  α ab - θ

 XB  X A 
α a1  tan 1 θ
 XB  X A 

B. Koordinat Titik 1 dihitung dengan rumus


X1 = XA + di . Sin a1
YI = YA + di . Cos a1

C. Posisi Vertikal
Posisi vertikal titik 1 dapat dihitung dengan formula
Z1 = ZA + (ta - tt) + dh
ZI = Tinggi titik 1
ZA = Tinggi titik a
Ta = Tinggi alat
Tt = Tinggi target
dh = Beda tinggi antara titik 1 dan a

b. Pekerjaan Penyelidikan Tanah


Survey penyelidikan tanah ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
lapisan bawah permukaan tanah (sub soil condition), terutama untuk
mengetahui sifat-sifat fisik (Index Properties) dan sifat-sifat mekanik
(Engineering Properties) dari lapisan-lapisan tanah yang menempati areal
rencana lokasi menara.
Dengan adanya pekerjaan penyelidkan tanah ini, maka dapat diharapkan
bahwa struktur bangunan dapat direncanakan secara lebih efektif dan
ekonomis serta aman sesuai dengan sifat-sifat dan klasifikasi dari lapisan
tanah/batuan serta beban dari bangunan yang akan dipikul oleh pondasi
berikut daya dukung tanah tersebut.

Survey penyelidikan tanah yang dilakukan mengacu pada standar


American Society for Testing and Materials (ASTM) dan umumnya
penyelidikan dibagi menjadi 2 tahapan, antara lain :

5-23
(1) Penyelidikan Lapangan meliputi pengeboran dan sondir dengan
jumlah minimum untuk mengetahui stratifikasi tanah disekitar proyek.
(2) Penyelidikan Laboratorium meliputi pengujian kadar air, berat jenis,
atterberg limit, analisa saringan, konsolidasi, hidrometer, pemadatan
standar, CBR terendam (Soaked), dirct shear, triaxial test dengan
jumlah minimum untuk mengetahui sifat-sifat fisik (index properties)
dan sifat-sifat mekanik (Engineering Properties) tanah disekitar
proyek.

Adapun metodologi tergantung pada penyelidikan yang dilakukan yaitu :


Sondir Test, Hand Boring Test, Specific Gravity, Atterberg Limits, Water
Content, Grain Size Analysis, California Bearing Rasio (CBR), Uji
Pemadatan, Uji Geser Langsung, Triaxial UU Test, Pengujian
Konsolidasi dan Uji Kuat Tekan Bebas.
Konfigurasi penyelidikan (jumlah, jarak dan posisi) tergantung pada
kompleks tidaknya kondisi tanah, jenis proyek serta pengalaman
setempat.

A. Penyelidikan Lapangan
1. Tes Sondir
Pengujian Sondir atau sering disebut dengan uji Cone Penetrasion
Test (CPT), dilakukan dengan alat sondir kapasitas 2,5 atau 5 ton.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat perlawanan tanah
terhadap penetrasi konus dan hambatan perekat pada kedalaman
yang dikehendaki atau sampai mencapai tanah keras yang
dinyatakan dalam tegangan konus (qc) > 150 kg/cm2.
Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap
ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas.
Hambatan perekat adalah perlawanan geser tanah terhadap
selubung bikonus dalam gaya persatuan panjang.

Pekerjaan sondir dilakukan sesuai dengan ASTM D 3341-75 T


(1975-1984). Hasil sondir diwakili oleh grafik sondir yang
memberikan informasi mengenai tahanan konus (qc), tahanan
friksi total (qc+fc), dan rasio friksi (Fr), yaitu perbandingan tahanan
5-24
friksi lokal (fc) dengan tahanan konus (qc), yang diamati dalam
setiap interval kedalaman 20 cm. Konus yang digunakan dalam
pekerjaan ini adalah konus tipe Begemann.

Tujuan keseluruhan pengujian ini adalah untuk mengevaluasi,


keseragaman dan kekuatan tanah serta untuk memperkirakan
kapasitas dukung ijin dari pondasi, baik untuk pondasi tiang
maupun pondasi dangkal serta estimasi penurunannya.
Peralatan yang digunakan :
a. Mesin Sondir
b. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dalam
c. Manometer 2 buah
d. Konus
e. Empat angker dan perlengkapannya
f. Waterpass

2. Boring Test
Boring Test adalah suatu cara membor tanah dilapangan dengan
menggunakan alat bor tangan tidak otomatis atau menggunakan
Bor Mesin Sesuai kondisi tanah asli.
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan atau mengambil
contoh tanah tidak terganggu (undisturbed) dengan menggunakan
tabung sample pada setiap pergantian tanah dan dari berbagai
kedalaman, biasanya dilakukan di samping lubang sondir agar
didapat korelasi antara kekuatan tanah yang diperoleh dari
pengujian sondir dengan jenis tanah. Kedalaman maksimum yang
dapat dilakukan adalah 20 s/d 30 meter dan hanya untuk jenis
tanah lunak.

3. Test Pit Soil


Penggalian lubang uji (trial pit) adalah sebuah metode
penyelidikan yang sederhana dan dapat dipercaya tetapi terbatas
sampai kedalaman 1 - 3 meter dengan menggunakan peralatan
5-25
sederhana, yaitu cangkul dan peralatan sejenisnya. Dari lubang
uji ini akan dapat dilakukan pengamatan kondisi tanah di lapangan
secara visual.
Tujuan dari pengujian ini untuk menentukan batas-batas antar
lapisan dan sifat-sifat alamiah makro-fabrik secara akurat, serta
memperoleh contoh-contoh tanah terganggu.

Gambar : Contoh Test Pit Soil

4. Pengambilan sample
Pengambilan sampel diambil di lokasi quarry minimal 3 (tiga) titik
dan masing-masing titik minimal diambil sampelnya 3 (tiga)
meliputi material tanah timbun, sub base, base course dan
agregat untuk campuran lapis atas.

Untuk pengambilan contoh tanah terganggu (disturb sample/DS),


dilakukan secara kontinu sepanjang pemboran kecuali pada saat
pengambilan contoh tak terganggu. Sementara, pengambilan
contoh tak terganggu (undisturb sample/UDS) dilakukan pada
setiap interval kedalaman 2 (dua) meter pengeboran atau untuk
setiap pergantian jenis tanah.
Selama pengambilan sampel ini, pengambilan UDS dilakukan
dengan menggunakan tabung baja tipis standar (Shelby tube)
dengan panjang 60 cm dan diameter 68 mm, sesuai dengan
ASTM D 1587 (1983). Pengambilan UDS dilakukan secara hati-
hati sehingga dapat diperoleh contoh tanah dengan gangguan
terendah. Setelah contoh tanah diperoleh, pada kedua sisi tabung
ditutup dengan menggunakan parafin, hal ini dilakukan untuk

5-26
menghindari panas, gesekan dan mempertahankan kandungan air
dari tanah tersebut.

B. Penyelidikan Laboratorium
Di laboratorium dilakukan pengujian index properties dan mekanika
properties sesuai dengan prosedur persyaratan percobaan dari
American Society for Testing and Materials (ASTM), yaitu meliputi uji
standar seperti :
1. Soil Clasification
2. Water Content (ASTM D-2216-71)
3. Specific Gravity (ASTM D-854-59)
4. Atterberg Limits (ASTM D-423-66 dan ASTM D-424-74)
5. Consolidation Test (ASTM D-2535-70)
6. Analisa Saringan / Hidrometer
7. Direct Shear dan Triaxial Test
8. Permeability Test
9. Soaked CBR
10. Modified Proctor

Dengan diperolehnya sample tanah dari hasil boring, maka test


laboratorium yang dilakukan adalah :

1. Soil Clasification
Soil Clasification adalah uraian jenis tanah yang diperlukan untuk
perancangan fasilitas Bandar udara dan penentuan material
konstruksinya.
2. Penelitian Kadar Air (Water Content)
Definisi : Sedangkan water content (kadar air) adalah
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
tanah dengan berat kering yang dinyatakan dalam
persen
Maksud : Untuk menentukan berapa besarnya kadar air yang
terkandung pada suatu contoh tanah.
Tujuan : Menentukan besarnya kadar air dari suatu contoh
tanah dengan menggunakan cara pengeringan oven.
5-27
Peralatan yang digunakan :
a. Oven dengan suhu 105C - 110 C
b. Pan
c. Neraca ketelitian 0,1 gram.

3. Penelitian Berat Jenis (Specific Gravity)


Definisi : Specific gravity (berat Jenis tanah) adalah
perbandingan antara berat butir tanah dan berat air
suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
Sedangkan water content (kadar air) adalah
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
tanah dengan berat kering yang dinyatakan dalam
persen.
Maksud : Untuk menentukan berat jenis, berat jenuh kering dari
permukaan agregat berbutir kasar.
Tujuan : Melengkapi data dalam menganalisa sedimentasi
(hydrometer), pemadatan di laboratorium dan lain-lain.

Peralatan yang digunakan :


a. Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur
dengan kapasitas minimum 50 ml.
b. Desikator
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)°C.
d. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
e. Termometer ukuran 0° - 50°C dengan ketelitian pembacaan 1°C.
f. Saringan no 4, no.10 dan no.40 dan penadahnya
g. Botol berisi air suling
h. Bak perendam
i. Pompa hampa udara (vacuum, 1-1½ PK) atau tungku listrik

4. Penelitian Batas-Batas Atterberg (Atterberg Limits)

5-28
Bila contoh tanah berbutir halus (lempung atau lanau) dicampur
dengan air sehingga mencapai keadaan cair, kemudian dibiarkan
kering, maka tanah akan mengalami keadaan sebagai berikut :

Keadaan Cair Batas cair (liquit limit)


Keadaan Plastis Batas plastis (Plastic limit)
Semi Plastis Batas susut (shrinkage
limit)

Batas cair : kadar air pada 25 kali pukulan oleh alat batas cair,
tepi-tepi alur yang terpisah (grove) dari contoh tanah
tersebut menjadi merapat kembali
Batas plastis : kadar air pada keadaan tanah digelintir menjadi satu
benang berdiameter 3 (tiga) mm tanpa menjadi patah.
Batas susut : kadar air maksimum pada keadaan di mana
kehilangan selanjutnya tidak akan menyebabkan
perubahan volume.

Dengan menggunakan batas-batas Atterberg/percobaan Atterberg


dapat ditentukan:
 Batas cair (liquit limit)
 Batas plastis (plastic limit)
 Index plastis (plastic index)

Definisi : Batas-batas atterberg dibagi menjadi 3 (tiga) bagian


percobaan, yaitu Batas Susut (Shrinkage Limit), Batas
Plastis (Plastic Limit), Batas Cair (Liquid Limit).
 Batas Susut adalah kadar air dimana tanah berubah
dari keadaan semi plastis ke keadaan susut / kering /
padat.
 Batas Plastis adalah kadar air pada saat tanah mulai
retak-retak ketika tanah digulung menjadi gulungan
yang tipis.
 Batas Cair adalah kadar air dalam persen berat
kering, ketika kedua penampang seluas tanah yang
5-29
dibelah tengahnya hampir bersentuhan tetapi tidak
saling melimpahi satu terhadap yang lainnya ketika
mengalami pukulan dari arah bawah.
Maksud : Untuk menentukan kadar air pada suatu keadaan batas
cair, batas plastis, dan mencari kadar air minimum pada
keadaan batas susut.
Tujuan : Suatu contoh tanah dengan batas-batas atterberg yang
telah ditentukan terlebih dahulu.

Peralatan yang digunakan :


 Batas susut :
a. Prong plate
b. Monel dish
c. Cristalizing dish
d. Cawan petry
e. Mercury
f. Porcelain dish
g. Neraca ketelitian 0,1 gram
 Batas Plastis :
a. Plat kaca
b. Spatula
c. Batang pembanding
d. Air suling
e. Botol air suling
f. Cawan Porcelain
g. Tin box
h. Neraca ketelitian 0,1 gram
 Batas Cair :
a. Alat batas cair standard
b. Alat pembuat alur (grooving tool) ASTM
c. Alat pembuat alur (grooving tool) Cassagrande
d. Spatula
e. Botol + air suling
f. Tin box

5-30
g. Neraca ketelitian 0,1 gram

5. Analisa Saringan / Hidrometer


Penelitian Gradasi Butiran (Analisa Saringan)
Definisi : Analisa ukuran butir tanah dan agregat adalah
penentuan persentase berat butiran pada satu unit
saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu.
Maksud :Test ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butir
dan susunan (gradasi) tanah tertahan saringan no.200.
Tujuan : Mengetahui besar butir-butir zat padat, sehingga
distribusi butir dapat diketahui melalui pembagian butir.

Peralatan yang digunakan :


a. Mesin Pengguncang saringan (shieve shaker).
b. Saringan (shieve) : no.4, no.10, no.20,no. 40, no.60, no.100,
no.200.
c. Timbangan ketelitian 1 gram dan 0,1 gram.

Penelitian Analisa Hydrometer


Analisa hydrometer merupakan suatu prinsip sedimentasi
(pengendapan) butir-butir tanah didalam air. Bila suatu contoh tanah
dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan mengendap dengan
kecepatan yang berbeda tergantung pada bentuk, ukuran dan
beratnya.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jenis tanah dengan cara
menentukan pembagian ukuran butir (gradasi) dari tanah yang lewat
saringan no.200 melalui proses pengendapan tanah dengan
kecepatan yang berbeda-beda.
Peralatan yang digunakan :
1. Hidrometer dengan skala–skala konsentrasi (5–60 gram per liter)
atau untuk pembacaan berat jenis campuran.
2. Tabung–tabung gelas ukur kapasitas 1000 ml, dengan diameter +
6,5 cm.
3. Termometer 0 - 50 C ketelitian 0,1 C.

5-31
4. Pengaduk mekanis dan mangkuk dispersi (mechanical stirer)
5. Saringan (shieve) : no.4, no.10, no.20, no. 40, no.60, no.100,
no.200.
6. Timbangan ketelitan 0,01 gram.
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5) C.
8. Tabung–tabung gelas ukuran 50 ml dan 100 ml.
9. Batang pengaduk dari gelas.
10. Stop watch.

6. Direct Shear Test

Definisi
Kekuatan geser dalam tanah adalah akibat gerak relatif antara butir-
butir (kekuatan tanah tergantung kepada gaya–gaya bekerja antara
butir-butir tanah).

Maksud
Pengujian ini dilakukan untuk menghitung daya dukung (bearing
capacity) dan tegangan tanah terhadap dinding penahan tanah.
Parameter yang didapat dari pengujian ini adalah nilai kohesi (C) dan
sudut geser tanah ().

Peralatan yang digunakan :


a. Alat geser langsung yang terdiri dari :
- Stang penekan dan pemberi beban
- Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (proving ring)
dan dua buah arloji geser (extensiometer)
- Cincin pemeriksaan yang terbagi dua dengan penguncinya dan
terletak dalam kotak
- Beban
- Dua buah pori
b. Alat pengeluar contoh tanah
c. Pisau Pemotong
d. Cincin cetak benda uji
5-32
e. Neraca dengan ketelitian 0,001 gram
f. Stopwatch
g. Oven pengatur suhu
h. Timbangan dengan ketelitian 0,10 gram
i. Tin box
j. Kertas saring / pori

7. Konsolidasi (Consolidation Test)


Definisi : Konsolidasi adalah suatu proses perubahan statis yang
bekerja pada tanah jenuh air yang menyebabkan air pori
mengalir dari rongga tanah sehingga menyebabkan
berubahnya volume pori menjadi kuat.
Maksud : Untuk menentukan sifat pemampatan suatu jenis tanah
yaitu sifat-sifat perubahan isi dan proses keluarnya air
dari dalam pori tanah yang diakibatkan adanya
perubahan tekanan vertikal yang bekerja pada tanah
tersebut.
Tujuan : Memperoleh parameter konsolidasi (Cv dan t 90) yang
dapat dipakai sebagai data perhitungan penurunan
tanah dan waktu / kecepatan penurunan.
Peralatan yang digunakan :
a. Satu set alat konsolidasi yang terdiri dari alat pembebanan dan sel
konsolidasi.
b. Arloji Pengukur
c. Beban-beban
d. Alat pengeluar contoh dari dalam tabung (extruder)
e. Pemotong yang terdiri dari pisau tipis dan tajam
f. Pemegang cincin contoh
g. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
h. Pan Kecil
i. Oven
j. Stopwatch

5-33
8. Triaxial Test
Pengujian ini sering digunakan untuk menentukan kekuatan geser
dan cocok untuk semua jenis tanah, dalam pengujian ini kita dapat
mengontrol kondisi pengaliran dan mengukur tekanan air pori. Dari
pengujian ini didapat nilai/parameter kohesi (Cc) dan sudut geser
dalam ().
Peralatan yang digunakan :
a. Benda uji yang dijadikan contoh berbentuk silinder dengan
perbandingan panjang terhadap diameter sebesar 2.
b. Seperangkat alat uji triaxial yang antara lain terdiri dari :
 batang pembeban
 katup pelepas udara
 topi beban
 silinder perspeks
 selaput karet
 piringan berpori
 tumpuan alas
 pengukur tekanan air pori / drainase
 pemberi tekanan sel.

9. Permeability Test
Definisi
Permeabilitas adalah tingkat kelolosan air yang mengalir pada butir-
butir tanah. Aliran yang terjadi adalah merupakan aliran laminier
(aliran yang beraturan).
Maksud
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan permeabilitas tanah
berbutir kasar maupun halus secara laboratories.
Tujuan
Menentukan koefisien permeabilitas pada suatu harga yang
menunjukkan kemampuan tanah untuk dilewati air melalui pori-
porinya dan mengukur kecepatan suatu air yang melewati contoh
suatu tanah uji.
Peralatan yang digunakan :

5-34
- Tabung Permeabilitas
- Batu pori
- Corong
- Tanah yang lolos saringan no.200
- Buret
- Jangka Sorong
- Gelas ukur
- Selang
- Stop watch
- Per / Pegas
- Mistar
- Vaselin
- Air suling
- Saringan no.200
- Kertas Pori

Pemeriksaan untuk material timbunan dari quarry, maka test


laboratorium yang dilakukan adalah:
1. Indeks Properties
2. Permeability Test
3. Atterberg Limit
4. Consolidation Test

11. Modified Proctor


Secara umum tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan
kepadatan dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan.
Kepadatan lapangan adalah berat kering per satuan isi.
Kepadatan tanah lapangan perlu diketahui untuk menentukan apakah
pada lokasi tanah tersebut dapat langsung dibangun suatu konstruksi
atau masih harus diadakan pemadatan terlebih dahulu. Pengujian ini
diadakan di lapangan untuk menentukan kepadatan suatu contoh
tanah dengan menggunakan metode sand cone, dimana metode ini
hanya terbatas untuk tanah yang mengandung butiran kasar tidak
lebih dari 5 cm.

5-35
a. Soaked CBR
Definisi : California Bearing Ratio ( CBR ) adalah perbandingan
antara beban penetrasi suatu bahan terhadap beban
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi
yang sama.

Maksud : Untuk menentukan CBR ( California Bearing Ratio )


suatu tanah dan campuran tanah agregat yang
dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu.

Tujuan : Untuk menentukan besar daya dukung tanah yang


mana nilai CBR yang diperoleh kemudian dipakai
sebagai input untuk perencanaan.

Peralatan yang digunakan :

a. Mesin penetrasi ( loading machine ) berkapasitas + 4,45 ton


( 10.000 lbs ) dengan kecepatan penetrasi sebesar 1,27
mm/menit;
b. Cetakan logam berbentuk silinder (  = 1,524 mm, H = 177,8
mm ). Cetakan harus dilengkapi dengan leher sambung ( H = 50,8
mm ) dan keping alas logam yang berlubang - lubang dengan
tebal 9,53 mm dan diameter lubang tidak lebih dari 1,59 mm;
c. Piringan pemisah dari logam ( spacer disk ) dengan diameter
150,8 mm dan tebal 61,4 mm;
d. Alat penumbuk sesuai dengan cara pemeriksaan pemadatan PB –
0111 – 76 atau PB – 0112 – 76;
e. Alat pengukur pengembangan ( swell ) yang terdiri dari keping
pengembangan yang berlubang-lubang dengan batang pengatur,
tripod logam, dan arloji penunjuk;
f. Keping beban dengan berat 2,27 kg ( 5 pound ), diameter 194,2
mm dengan lubang tengah diameter 54,0 mm;
g. Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,55, luas 1935 mm 2 dan
panjang tidak kurang dari 101,6 mm;

5-36
h. Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi.
Peralatan lain seperti, talam, alat perata, tempat untuk meredam;
i. Alat timbang sesuai PB – 0111 – 76 atau PB – 0112 – 76

Pemeriksaan untuk material konstruksi dari quarry, maka test


laboratorium yang dilakukan adalah:
1. Soaked CBR
2. Grading Limit/Sieve Analyze
Maksud :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan
saringan.
Peralatan :
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda
uji.
b. Satu set saringan ; 76,2 mm (2”) ; 63,5 mm (2½“) ; 50,8 mm (2”) ;
37,5 mm (1½”) ; 25 mm (1’) ; 19,1 mm (¾“) ; 12,5 mm (½”) ; 9,5
mm (⅜”) ; no. 4 ; no.8 ; no.16 ; no.30 ; no.50 ; no.100 ; no.200
(Standar ASTM).
c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5)O C.
d. Alat pemisah contoh.
e. Mesin pengguncang saringan.
f. Talam-talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.

Benda Uji :
a. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
sebanyak
Agregat halus ;
Ukuran maksimum no. 4 ; berat minimum 300 gram
Ukuran maksimum no. 8 ; berat minimum 100 gram
Agregat kasar ;

5-37
Ukuran maksimum 3,5” ; berat minimum 35 kg
Ukuran maksimum 3” ; berat minimum 30 kg
Ukuran maksimum 2,5” ; berat minimum 25 kg
Ukuran maksimum 2” ; berat minimum 20 kg
Ukuran maksimum 1,5” ; berat minimum 15 kg
Ukuran maksimum 1” ; berat minimum 10 kg
Ukuran maksimum ¾” ; berat minimum 5 kg
Ukuran maksimum ½” ; berat minimum 2,5 kg
Ukuran maksimum ⅜” ; berat minimum 1 kg

Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar,
agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan no. 4.
Selanjutnya agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak
jumlah seperti tercantum diatas.
Benda uji disiapkan sesuai dengan PB – 0208 – 76 kecuali apabila
butiran yang melalui saringan no. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya
dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.

3. Soundness Test
Maksud :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat
halus, kasar atau campuran.
Berat isi adalah perbandingan berat dan isi.
Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
b. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh
agregat.
c. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung
bulat sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar perata (straight edge).
e. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas
seperti berikut :
Kapasita Diameter Tinggi Tebal Ukuran
s wadah butir
minimum (mm) maksimum

5-38
(mm) (mm) (mm)
Dasar Sisi
(liter)
2,832 152,4 + 2,5 154,9 + 5,08 2,54 12,7
9,435 203,2 + 2,5 2,5 5,08 2,54 25,4
14,158 254,0 + 2,5 292,1 + 5,08 3,00 38,1
28,316 355,6 + 2,5 2,5 5,08 3,00 101,6
279,4 +
2,5
284,4 +
2,5

Benda Uji:
Masukkan contoh agregat kedalam talam sekurang-kurangnya
sebanyak kapasitas wadah sesuai Daftar no. 1 ; keringkan dalam
oven dengan suhu (110 + 5)O C, sampai berat tetap dan gunakan
sebagai benda uji.
4. Abrasion Test
Maksud :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat
kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Los
Angeles.
Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat
bahan aus lewat saringan no. 12 terhadap berat semula, dalam
persen.
Peralatan :
a. Mesin Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter 71 cm (28”) panjang dalam 50 cm (20”). Silinder
bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar
pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan
benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan
dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat
bola baja dengan diameter 8,9 cm (5,56”).

5-39
b. Saringan no. 12 dan saringan-saringan lainnya seperti tercantum
dalam Daftar no.1.
c. Timbangan, dengan ketelitian 5 gram.
d. Bola-bola dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1⅞”) dan berat
masing-masing antara 390 gram sampai 445 gram.
e. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk melunasi
sampai (100 + 5)0 C.
5. Clay Lump, dan lain-lain

Analisa Terhadap Settlement Tanah Urug

Penurunan (settlement) dapat didefinisikan sebagai pergerakan vertikal


dasar struktur yang dipengaruhi penambahan beban atau hal lainnya.
Penurunan konstruksi terjadi akibat:
- Penambahan beban pada tanah sekitarnya.
- Penimbunan pada badan landasan / jalan
- Penurunan muka air tanah, getaran, berat konstruksi, danlain-lain
Untuk lebih teliti, untuk konstruksi khusus, biasanya diperhitungkan juga
penurunan tambahan (secondary settlement), pada lokasi yang amblas
akibat konsolidasi kedua (secondary consolidation)
Penurunan dapat dibedakan menjadi 2(dua), antara lain:
o Penurunan langsung (immediate settlement), yang disebabkan
pemampatan elastis tanah
 Penurunan langsung terjadi pada pekerjaan urugan tanah untuk
timbunan (embankment) yang cukup tinggi
o Penurunan akibat konsolidasi (consolidation settlement), yang
disebabkan pemampatan oleh daya mampat lapisan tanah yang
berada di bawah.
 Penurunan akibat konsolidasi dapat diprediksi setelah pengujian
laboratorium dengan benda uji contoh tanah (UDS) tidak terganggu.

Analisa penurunan dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai


berikut:
Jumlah penurunan (S) = Si + Sc

5-40
Dimana: Si = besarnya penurunan langsung
Sc = besarnya penurunan akibat konsolidasi
Dalam mengantisipasi tanah timbunan / tanah urugan yang ada di lokasi
perencanaan adalah dengan memperhitungkan penurunan atau
settlement.

Untuk menghitung kapasitas daya dukung timbunan pada lokasi


perencanaan harus diketahui parameter kuat geser tanah pada lokasi
tersebut dengan cara melakukan penyelidikan tanah.

Besarnya nilai kuat geser tanah undrained, C u, untuk suatu lokasi


diperoleh berdasarkan korelasi dari nilai q c.

Tabel berikut ini memperlihatkan contoh nilai kuat geser undrained .

Tabel D. 1 Contoh Nilai Kuat Geser Undrained Berdasarkan Hasil Sondir


S1 S2 S3
Lokasi Kedalaman Cu Kedalaman Cu Kedalaman Cu
(m) (kN/m2) (m) (kN/m2) (m) (kN/m2)
0-8 6.8 0-13 20 0-13 30
Titik A
8-14 16 13-17 38

Sumber ; contoh hasil pengujian tanah

Selanjutnya dilakukan analisis daya dukung tanah timbunan untuk


menaikkan elevasi muka tanah. Hasil analisis daya dukung menunjukkan
bahwa untuk menaikkan elevasi timbunan dapat dilakukan secara
langsung dan dapat dilakukan secara bertahap tergantung dari
ketinggian timbunan itu sendiri.

Analisis Settlement Konsolidasi

Penambahan timbunan setinggi 1 m berarti memberikan beban luar pada


lapisan tanah di bawahnya. Akibat adanya penambahan beban tersebut,
maka akan timbul penurunan.

Besarnya penurunan konsolidasi yang terjadi pada lokasi ini dihitung


dengan menggunakan persamaan :

Cc  Po  P 
S H log  
1  eo  Po  5-41
Untuk profil tanah seperti terlihat pada gambar , apabila ada timbunan
tanah setinggi 1 m akan mengakibatkan penurunan sebesar 0.7 m.

Δq = 19 kPa
1m

2m Po = 7 kPa
eo = 1 Cc = 0.6

Po = 35 kPa
6m eo = 1
Cc = 0.4

Po = 55 kPa
6m
eo = 1.43
Cc = 0.4

Gambar : Contoh Model Analisis Settlement Konsolidasi

Permasalahan yang muncul akibat adanya tanah timbunan ini adalah


penurunan yang terjadi cukup besar.

Hal ini dapat dilihat dari bentuk gambar berikut yang menunjukkan
besarnya pergerakan tanah yang terjadi apabila terjadi timbunan

5-42
Gambar : Contoh Arah Pergerakan Tanah Akibat Adanya Timbunan

I.7 PROGRAM KERJA KONSULTAN


Konsultan akan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang
telah disusun dan disepakati antara konsultan pelaksana dengan pemberi
tugas.
Rencana kerja yang dimaksud meliputi bentuk organisasi pelaksana dan
keterlibatannya dengan instansi lainnya yang terkait, jadwal pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan KAK maupun usulan konsultan dengan batas waktu
yang telah ditentukan dalam kontrak, hasil studi akan dilaporkan sesuai
dengan tahap pelaksanaan
Dalam memberikan layanan jasa konsultansi yang akan datang, Konsultan
akan menerapkan strategi Optimalisasi pengelolaan Organisasi dan
Sumberdaya melalui:
 Pengaturan organisasi proyek
 Penggunaan tenaga ahli yang handal dan terseleksi
 Pelayanan tenaga pendukung yang terampil
 Pengaturan alur kegiatan
 Pengaturan jadwal kegiatan
 Pendistribusian tugas dan tang jawab personil
 Pengaturan jadwal personil

Berdasarkan uraian metodologi yang disampaikan sebelumnya, maka hal


yang akan menjadi perhatian Konsultan adalah mengorganisasikan dan
mengelola sumberdaya yang dimiliki Konsultan. Hal ini menjadi sangat
penting, karena sebaik apapun metodologi yang dimiliki Konsultan, namun
tanpa adanya kemampuan mengorganisasikan dan mengola sumberdaya
yang dimiliki, maka tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.

I.6.1 Sistem Pelaporan


Pelaporan pelaksanaan pekerjaan dan penggambarannya wajib dibuat oleh
Konsultan Pelaksana untuk disampaikan kepada Pemberi Tugas sesuai
dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan
5-43
I.6.2 Organisasi Dan Personil

a. Bagan Organisasi Proyek


Pelaksanaan Pekerjaan Topografi dan Penyelidikan Tanah Menara
Antena Bandar Udara CKG2 terkait dengan instansi – instansi, baik
Kementerian Perhubungan ataupun instansi lainnya yang menggunakan
jasa penerbangan.
Untuk itu perlu susunan organisasi yang jelas dalam rangka menetapkan
garis komando dan garis koordinasi antar instansi dengan konsultan
pelaksana, sehingga diharapkan tidak akan terjadi simpang siur
pengurusan ataupun jalur kewenangannya. Struktur organisasi proyek
dapat dilihat pada Gambar berikut:
PERUM LPPNPI
(AIRNAV INDONESIA) Garis Komando
Garis Konsultasi

KUASA PENGGUNA
ANGGARAN / PEJABAT
PEMBUAT KOMITMEN

KELOMPOK PENDAMPING
KONSULTAN
(TIM TEKNIS)

Gambar : Struktur Organisasi Proyek

b. Struktur Organisasi Pelaksana


Pelaksanaan pekerjaan ini melibatkan beberapa tetenaga ahli dengan
keahlian dan jabatannya masing-masing dalam proyek dan tenaga
pendukung sehingga perlu adanya struktur organisasi yang jelas untuk
lebih mudah dalam pengelolaan dan koordinasi intern proyek.
5-44
Struktur organisasi pelaksana pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut

5-45
AHLI TEKNIK SIPIL STRUKTUR/
AHLI TEKNIK SIPIL STRUKTUR/
GEOLOGI
GEOLOGI

SURVEYOR 1
SURVEYOR 2
SURVEYOR 3
CAD OPERATOR

Gambar : Struktur Organisasi Pelaksana

c. Kebutuhan Dan Persyaratan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung


Persyaratan tenaga jasa konsultansi yang diusulkan harus mengacu
kepada persyaratan nasional yang ditentukan oleh Bappenas. Adapun
kebutuhan tenaga untuk layanan jasa konsultansi dengan kualifikasi
keahlian dan pengalaman profesional dalam bidangnya masing-masing
adalah sebagai berikut :
1. Ahli Teknik Sipil Struktur/ Geologi, berpendidikan S1 Teknik
Sipil/Geologi dan memiliki SKA serta pengalaman minimal selama > 4
Tahun sesuai penugasan dan keahliannya di bidang perencanaan
bandar udara.
2. Tenaga Surveyor berpendidikan SMK/D3/S1 Teknik yang memiliki
pengalaman selama lebih dari (>) 2 tahun sesuai penugasan dan
keahliannya
3. CAD Operator (Autocad), berpendidikan D3 Teknik Sipil atau SMK
Jurusan Gambar Bangunan yang memiliki pengalaman selama lebih
dari (>) 3 tahun di bidang penggambaran menggunakan komputer
program CAD

A. Tugas, Tanggung Jawab Dan Kewajiban Tenaga Ahli


Tenaga ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan meliputi tenaga
profesional lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah terakreditasi. Persyaratan tenaga jasa konsultansi yang diusulkan
mengacu kepada persyaratan nasional yang ditentukan oleh Bappenas dan

5-46
sebagaimana yang telah ditentukan di dalam Kerangka Acuan Kerja. Adapun
kebutuhan tenaga ahli untuk pekerjaan ini, adalah sebagai berikut :

1. Ahli Teknik Sipil Struktur/ Geologi,


Fungsi : Sebagai pimpinan pelaksanaan proyek dan
perencana di bidang struktur/ geologi.
Tugas : Koordinator, mengorganisir, dan mengendalikan
kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan
proyek baik dalam bidang administratif, keuangan,
perencanaan, teknis dan lain-lain yang berkaitan
dengan pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
Tanggung jawab : Bertanggung jawab atas kelancaran dan ketertiban
pelaksanaan pekerjaan, mutu (sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan yang berlaku dan
penyelesaian secara tepat waktu).
2. Surveyor
Fungsi : Membantu Tenaga Ahli dalam survey
Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Ahli Sipil Struktur/
Geologi
3. CAD Operator
Tugas : Membantu engineer untuk menggambarkan hasil
perhitungan dan desain yang berkaitan dengan
penyelesaian pekerjaan proyek.
Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Engineer atas hasil
penggambaran.

5-47

Anda mungkin juga menyukai