Anda di halaman 1dari 38

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

NOMOR : 19/PRT/M/2011

PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN


KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN

 
DEFINISI

Kriteria Perencanaan Teknis Jalan adalah ketentuan


teknis jalan yang harus dipenuhi dalam suatu
perencanaan teknis jalan.
Persyaratan Teknis Jalan adalah ketentuan teknis
yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan
dapat berfungsi secara optimal memenuhi SPM
Jalan dalam melayani lalu lintas dan angkutan
jalan.
KETENTUAN UMUM

 Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis


Jalan ini dimaksudkan sebagai panduan bagi para
penyelenggara jalan dalam penyelenggaraan jalan
 Persyaratan teknis jalan dan kriteria perencanaan teknis
jalan bertujuan untuk mewujudkan:
a. tertib penyelenggaraan jalan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan; dan
b. tersedianya jalan yang mewujudkan keselamatan,
keamanan, kelancaran, ekonomis, kenyamanan, dan
ramah lingkungan.
LINGKUP PENGATURAN

 Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini


meliputi persyaratan teknis jalan dan kriteria
perencanaan teknis jalan yang diberlakukan
untuk jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, dan jalan kota
LINGKUP KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN

 Fungsi jalan;
 Kelas jalan;
 Bagian-bagian jalan;
 Dimensi jalan;
 Muatan sumbu terberat, volume lalu lintas, dan kapasitas jalan;
 Persyaratan geometrik jalan;
 Konstruksi jalan;
 Konstruksi bangunan pelengkap jalan;
 Perlengkapan jalan;
 Kelestarian lingkungan hidup; dan
 Ruang bebas.
TAHAPAN PERENCANAAN TEKNIS
 Perencanaan Teknis Awal
 Perencanaan beberapa alternatif alinemen jalan yang akan dibangun.
 Pertimbangan teknis, ekonomis, lingkungan, dan kselamatan yang melatar belakangi
konsep perencanaan.
 Kajian Kelayakan Jalan
 Kajian kelayakan teknis dan finansial untuk setiap alternatif jalan keluaran perencanaan
teknis awal
 Menetapkan pilihan alternatif yang paling layak secara teknis, finansial, dan
keselamatan lalu lintas jalan.
 Perencanaan Teknis Akhir
 Desain pendahuluan
 Perencanaan teknis rinci
 Audit keselamatan jalan
 Perencanaan teknis akhir.
FUNGSI JALAN

a. Jalan arteri;
b. Jalan kolektor;
c. Jalan lokal;
d. Jalan lingkungan

Definisi terdapat dalam UU No 38 Tahun 2004 dan


PP No 34 Tahun 2006.
Jalan Menurut Fungsi
(UU. NO. 38 TENTANG JALAN)

• JALAN ARTERI
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna
• JALAN KOLEKTOR
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi
• JALAN LOKAL
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata rata rendah dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi
• JALAN LINGKUNGAN
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata rata rendah
8
Sistem Jaringan Primer Sistem Jaringan Sekunder

Penetapan Fungsi Jalan dilakukan oleh Menteri PU :


Kepmen PU No 630 Tahun 2009
KELAS JALAN

Dibagi atas :
a. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan; dan
b. Penggunaan jalan yang ditetapkan berdasarkan
fungsi dan intensitas lalu lintas guna
kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan
KELAS BERDASARKAN SPESIFIKASI PENYEDIAAN
PRASARANA JALAN

a. Jalan Bebas Hambatan, yaitu jalan dengan spesifikasi pengendalian jalan masuk
secara penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik
jalan, dilengkapi dengan median, serta lebar dan jumlah jalur sesuai ketentuan
sebagaimana tercantum pada Lampiran 1 peraturan menteri ini;
b. Jalan Raya, yaitu jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, serta
lebar dan jumlah jalur sesuai ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran 1
peraturan menteri ini;
c. Jalan Sedang, yaitu jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, serta lebar dan jumlah jalur sesuai
ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran 1 peraturan menteri ini; dan
d. Jalan Kecil, yaitu jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, dengan lebar
dan jumlah jalur sesuai ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran 1
peraturan menteri ini.
KONFIGURASI BADAN JALAN PADA JALAN BEBAS HAMBATAN

KONFIGURASI BADAN JALAN PADA JALAN BEBAS HAMBATAN


DENGAN UKURAN LEBAR LAJUR LALU LINTAS, MEDIAN, DAN BAHUJALAN PALING KECIL

BAHU LUAR JALUR LALU LINTAS MEDIAN JALUR LALU LINTAS BAHU LUAR
LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS
BAHU LUAR BERPENUTUP

BAHU LUAR BERPENUTUP


MARKA GARIS MENERUS

MARKA GARIS MENERUS


MARKA PEMBAGI LAJUR

MARKA PEMBAGI LAJUR

MARKA GARIS JALAN


MARKA GARIS JALAN

BANGUNAN MEDIAN
BAHU DALAM

BAHU DALAM
DITINGGIKAN

PERKERASAN JALAN PERKERASAN JALAN


TANAH DASAR

2.50 3.50 3.50 0.50 1.00 0.50 3.50 3.50 2.50


LEBAR BADAN JALAN PALING KECIL = 21.00 M
KONFIGURASI BADAN JALAN PADA JALAN RAYA YANG
DILENGKAPI JALUR LAMBAT

KONFIGURASI BADAN JALAN PADA JALAN RAYA YANG DILENGKAPI JALUR LAMBAT

JALUR UTAMA
BAHU LUAR JALUR LAMBAT PEMISAH JALUR JALUR LALU LINTAS UTAMA ARAH SATU MEDIAN JALUR LALU LINTAS UTAMA ARAH DUA PEMISAH JALUR JALUR LAMBAT BAHU LUAR
ARAH SAT U LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS ARAH SATU

BANGUNAN PEMISAH JALUR


BANGUNAN PEMISAH JALUR
PERKERASAN BERPENUTUP

PERKERASAN BERPENUTUP
MARKA PEMBAGI LAJUR

MARKA PEMBAGI LAJUR

MARKA PEMBAGI LAJUR

MARKA PEMBAGI LAJUR


MARKA GARIS TEPI
BANGUNAN MEDIAN
MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI


MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI


BAHU DALAM

N
LAJUR KANAN
LAJUR KANAN

LAJUR KANAN

LAJUR KANAN
BAHU DALAM
DITINGGIKA
LAJUR KIRI

LAJUR KIRI

LAJUR KIRI

LAJUR KIRI
PERKERASAN JALAN PERKERASAN JALAN PERKERASAN JALAN PERKERASAN JALAN

TANAH DASAR

1.00 2.75 2.75 0.50 0.50 3.50 3.50 0.50 1.00 0.50 3.50 3.50 0.50 0.50 2.75 2.75 1.00

CATATAN :
- JALUR LAMBAT BERSTATUS JALAN LOKAL JIKA JALAN UTAMA BERSTATUS JALAN KOLEKTOR
- JALUR LAMBAT BERSTATUS JALAN KOLEKTOR JIKA JALAN UTAMA BERSTATUS JALAN ARTERI
KONFIGURASI BADAN JALAN PALING KECIL PADA
JALAN SEDANG

KONFIGURASI BADAN JALAN PALING KECIL PADA JALAN SEDANG

DALAM SISTEM JARINGAN JALAN SEKUNDER, DALAM KONDISI KETERBATASAN


LAHAN, BAHU JALAN DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK TROTOAR
UKURAN JALAN SEDANG PALING KECIL
UKURAN LEBAR LAJUR LALU LINTAS, BAHU JALAN, DAN TROTOAR PALING KECIL
UKURAN LEBAR LAJUR LALU LINTAS DAN BAHU JALAN PALING KECIL

BAHU JALUR LALU LINTAS BAHU BAHU JALUR LALU LINTAS BAHU TROTOAR

MARKA PEMBAGI LAJUR


MARKA PEMBAGI LAJUR
LAJUR LALU LINTAS

LAJUR LALU LINTAS

LAJUR LALU LINTAS

LAJUR LALU LINTAS


BAHU DIPERKERAS

BAHU DIPERKERAS

BAHU DIPERKERAS
BAHU DIPERKERAS
MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI

TROTOAR

BATAS BADAN JALAN PADA JALAN ARTERI


BATAS BADAN JALAN
BATAS BADAN JALAN

PERKERASAN JALAN PERKERASAN JALAN

TANAH DASAR TANAH DASAR

1.00 3.50 3.50 1.00 0.50 3.50 3.50 0.50 1.00


LEBAR BADAN JALAN LEBAR BADAN JALAN
ARTERI = 11,00 ARTERI = 11,00
KOLEKTOR = 9,00 KOLEKTOR = 9,00

CATATAN : CATATAN :
Pada jalan sedang, lebar bahu jalan paling kecil 1,00 meter dengan lebar bagian bahu Pada jalan dengan lebar badan jalan 9,00 meter, trotoar dapat dibuat pada salah satu
jalan yang diperkeras dengan perkerasan berpenutup paling kecil 0,25 meter termasuk sisinya dengan lebar trotoar paling kecil 1,00 meter termasuk lebar kereb,serta akan
untuk penempatan marka garis tepi tersisa ruang kosong paling tidak 2 x 0,25 meter di kiri dan kanan jalan yang dapat
dimanfaatkan untuk memperlebar bahu jalan sesuai kebutuhan.

Pada jalan dengan lebar badan jalan yang memadai, lebar bahu jalan kiri dan kanan
jalan paling kecil 1,00 meter dengan bagian yang diperkeras dengan perkerasan
berpenutup paling 0,25 meter.
KONFIGURASI BADAN JALAN PALING KECIL PADA JALAN KECIL

KONFIGURASI BADAN JALAN PALING KECIL PADA JALAN KECIL

UKURAN JALAN KECIL PALING KECIL UKURAN JALAN KECIL YANG BERTROTOAR PADA SISTEM
JARINGAN JALAN SEKUNDER YANG TERBATAS LAHANNYA

BAHU JALUR LALU LINTAS BAHU JALUR LALU LINTAS TROTOAR


LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS
MARKA PEMBAGI LAJUR

MARKA PEMBAGI LAJUR


BAHU DIPERKERAS

BAHU DIPERKERAS
MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI


MARKA GARIS TEPI

MARKA GARIS TEPI


BATAS BADAN JALAN

TROTOAR

BATAS BADAN JALAN


PERKERASAN JALAN PERKERASAN JALAN

TANAH DASAR TANAH DASAR

1.00 2.75 2.75 1.00 2.75 2.75 1.00


LEBAR BADAN JALAN
ARTERI = 11,00
KOLEKTOR = 9,00 LEBAR BADAN JALAN
LOKAL = 7,50

CATATAN : CATATAN :
Ukuran paling kecil bahu jalan pada jalan kecil adalah 0,50 meter dengan Ukuran paling kecil trotoar adalah 1,00 meter. Sebagian bahu
lebar bahu yang diperkeras dengan perkerasan berpenutup 0,25 meter. jalan (atau seluruhnya) dapat digunakan untuk trotoar.
KONFIGURASI BADAN JALAN PALING KECIL PADA
JALAN LINGKUNGAN

KONFIGURASI BADAN JALAN PALING KECIL PADA JALAN LINGKUNGAN

JALAN KECIL LINGKUNGAN YANG MELAYANI


HANYA KENDARAAN BERMOTOR RODA 2
MELAYANI HANYA KENDARAAN
BERMOTOR RODA 2 (SEPEDA MOTOR) (SEPEDA MOTOR), PADA KONDISI LAHAN
YANG TERBATAS BAHU JALAN DAPAT
DIPAKAI TROTOAR

UKURAN PALING KECIL JALAN SEPEDA MOTOR UKURAN PALING KECIL JALAN SEPEDA MOTOR

LEBAR BADAN JALAN PALING LEBAR BADAN JALAN PALING


KECIL = 3,50 KECIL = 3,50

BAHU JALUR LALU BAHU JALUR LALU TROTOAR


LINTAS SM LINTAS SM

R
JU

JU
A

A
S

S
IL

IL
TA

TA

TA
PI

PI
P

T
ISTE

E
G

G
IN

IN

IN

IN
R
R

R
IST

IST

IST
A

A
TO

TO
O

O
UL

UL

LUL

UL
B
B

N
N

T
M
M

O
R

R
A
O

O
R

R
A

AM

AM

AM

AM
S
L

L
S
A

A
APE

R
RLA

A
A
AG

AG

AG

AG
A

AP

A
R
RL

RL

RL
R

O
D

D
E

D
K

K
K

T
K

JU
PE
U

U
E

E
R

O
R

R
R

R
P

P
J

J
A

A
A

TR
PE

PE

SE
E

E
LA
A

A
M

M
S

S
L

L
PERKERASAN JALAN PERKERASAN JALAN

0.45 1.30 1.30 0.45 1.30 1.30 0.90

CATATAN :
konfigurasi ini dapat melayani sepeda
motor untuk 2 lajur searah atau 2 lajur 2
arah berlawanan.
HUBUNGAN FUNGSI DAN KELAS JALAN
 Jaringan Jalan Primer
JALAN KECIL
SPESIFIKASI PENYEDIAAN JALAN Untuk kendaraan
JALAN BEBAS HAMBATAN JALAN RAYA
PRASARANA JALAN SEDANG bermotor beroda 3
atau lebih
<
Medan Datar < 156.000 < 117.000 < 110.000 < 82.000 < 61.000 < 22.000 < 17.000
LHRT 78.000
<
Medan Bukit < 153.000 < 115.000 < 106.600 < 79.900 < 59.800 < 21.500 < 16.300
(SMP/H 77.000
ari) <
Medan Gunung < 146.000 < 110.000 < 103.400 < 77.700 < 58.100 < 20.800 < 15.800
73.000
Arteri (Kelas I, II, III, Khusus)
FUNGSI JALAN (PENGGUNAAN Arteri (Kelas I, II, III, Khusus) Lokal, Lingkungan
Kolektor (Kelas I, II, III)
JALAN) Kolektor (Kelas I, II, III) (Kelas III)
Lokal (Kelas II, III)

 Jaringan Jalan Sekunder


SPESIFIKASI PENYEDIAAN
JALAN BEBAS HAMBATAN JALAN RAYA JALAN SEDANG JALAN KECIL
PRASARANA

LHRT, SMP/Hari = 140.000 =100.000 = 70.000 = 145.900 = 109.400 = 72.900 =27.100 < 19.500

Arteri (Kelas I, II, III, Khusus)


Arteri (Kelas I, II, III, Khusus) Lokal, Lingkungan
FUNGSI JALAN (PENGGUNAAN JALAN) Kolektor (Kelas I, II, III)
Kolektor (Kelas I, II, III) (Kelas III)
Lokal (Kelas II, III)
KELAS BERDASARKAN MUATAN SUMBU TERBERAT
DAN DIMENSI KENDAAN

a. Jalan kelas I yaitu jalan arteri dan jalan kolektor, dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan lebar paling besar 2,5 m, panjang paling besar 18 m, tinggi
paling besar 4,2 m, dan muatan sumbu terberat 10 ton;
b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan lebar paling besar 2,5 m, panjang paling
besar 12 m, tinggi paling besar 4,2 m, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan lebar paling besar 2,1 m, panjang paling
besar 9 m, tinggi paling besar 3,5 m, dan muatan sumbu terberat 8 on; dan
d. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan lebar paling besar 2,5 m, panjang paling besar 18 m, tinggi paling
besar 4,2 m, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.
BAGIAN-BAGIAN JALAN

Lebih detail dijelaskan dalam Permen No.20/PRT/M/2010


RUMAJA
 Rumaja meliputi badan jalan, saluran tepi jalan untuk drainase permukaan, talud timbunan atau
talud galian dan ambang pengaman jalan yang dibatasi oleh tinggi dan kedalaman tertentu dari
muka perkerasan.
 Rumaja diperuntukan bagi perkerasan jalan, median, jalur pemisah jalan, bahu jalan, trotoar, saluran
tepi dan gorong-gorong, lereng tepi badan jalan, bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapan jalan,
yang tidak boleh dimanfaatkan untuk prasarana perkotaan atau keperluan utilitas atau yang lainnya
tanpa izin tertulis dari penyelenggara jalan.
 Ambang pengaman berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan pengaman yang berada di
antara tepi badan jalan dan batas Rumaja yang hanya diperuntukkan bagi pengamanan konstruksi
jalan, paling kecil 1 (satu) meter.
 Tinggi ruang bebas bagi semua kelas jalan yang sebidang dengan tanah paling rendah 5 (lima)
meter, serta kedalaman paling rendah 1,5 (satu koma lima) meter dari rmuka perkerasan jalan.
 Tinggi ruang bebas bagi semua jalan arteri dan jalan kolektor pada lintas atas, lintas bawah, jalan
layang, dan terowongan paling rendah 5 (lima) meter, serta kedalaman ruang bebas sesuai dengan
kebutuhan pengamanan konstruksi.
 Rumaja di bawah kolong jalan layang dapat dimanfaatkan untuk parkir kendaraan, ruang terbuka
hijau, lapangan olahraga, dan kantor pengoperasian jalan, dengan syarat tidak mengganggu
keselamatan, kelancaran lalu lintas, dan keamanan konstruksi.
 Pemanfaatan Rumaja di bawah jalan layang harus mendapat izin dari penyelenggara jalan
RUMIJA
 Rumija merupakan ruang sepanjang jalan, dibatasi oleh lebar yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan dan menjadi milik negara.
 Rumija harus memiliki lebar minimal sesuai kelas penyediaan prasarana , dikuasai
oleh penyelenggara jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, diberi tanda patok Rumija sebagai batas yang ditetapkan
oleh penyelenggara jalan.
 Rumija selain digunakan untuk Ruang manfaat jalan, bisa dimanfaatkan untuk;
 Pelebaran jalan atau penambahan lajur lalu lintas di masa yang akan datang;
 Kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan;
 Ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan;
 Kebutuhan ruang untuk penempatan utilitas.
 Bangunan utilitas dapat ditempatkan di dalam Rumija namun sekurang-kurangnya
pada batas terluar Ruang manfaat jalan sesuai dengan pedoman pemanfaatan ruang
jalan yang berlaku
RUWASJA
 Ruwasja merupakan ruang tertentu di luar Rumija, dibatasi oleh lebar dan
tinggi tertentu, penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
 Ruwasja diperuntukkan bagi pemenuhan pandangan bebas pengemudi, ruang
bebas bagi kendaraan yang mengalami hilang kendali, dan pengamanan
konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan.
 Ruwasja pada daerah bagian jalan yang menikung ditentukan oleh lebar daerah
kebebasan samping jalan.
 Ruwasja pada jalan yang melalui terowongan dan lintas bawah harus
memiliki lebar yang disesuaikan dengan kebutuhan pengamanan konstruksi.
 Lebar Ruwasja ditentukan dari sisi luar Rumija dengan lebar paling sedikit
sesuai ketentuan seperti tertera dalam Lampiran 1 dari peraturan menteri ini.
 Dalam hal lebar Rumija terbatas, lebar Ruwasja sdapat ditentukan dari tepi
luar badan jalan paling sedikit dengan ukuran sesuai ketentuan.
DIMENSI JALAN
 Dimensi Jalan ditetapkan sesuai dengan kelas jalan
 Dimensi jalan terdiri dari badan jalan yang didalamnya memuat jalur lalu-
lintas, bahu jalan, median, dan jalur pemisah (jika diperlukan)
 Dimensi Jalan ditetapkan berdasarkan LHRT rencana dan kelas Jalan
 Lebar badan jalan ditetapkan sesuai kebutuhan, berdasarkan lalu lintas
mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
 Lebar minimal dan konfigurasinya diatur dalam PTJ.
MUATAN SUMBU TERBERAT, VOLUME LALU LINTAS , DAN
KAPASITAS JALAN

 Volume Lalu Lintas Rencana dibagi untuk


perencanaan geometrik dan perkerasan jalan:
 Volume Lalin untuk desain geometrik jalan :
 Volume LHRT rencana hasil proyeksi
 Volume lalin jam perencanaan dan LHRT dikali dengan
faktor jam sibuk
Lebih detail dapat mengacu pada MKJI.
 Volume Lalin untuk desain perkerasan jalan :
Lintasan ekivalen sumbu as tunggal selama umur rencana
Lebih detail di dalam pedoman perencanaan perkerasan.
KAPASITAS JALAN
 Kapasitas jalan adalah kemampuan jalan untuk melayani lalu lintas selama usia
pelayanan dengan tingkat pelayanan yang tidak melampaui batas RVK pada akhir usia
pelayanannya.
 Pada saat RVK suatu ruas jalan sudah mencapai batas tingkat pelayanan sampai dengan
100 (seratus) jam dalam setahun (1,14% (satu koma empat belas persen) dari waktu
pelayanan) atau rata-rata 16 (enam belas) menit dalam satu hari, maka kapasitas ruas
jalan tersebut harus ditingkatkan.
 Usia rencana tingkat pelayanan ditentukan:
 paling kecil 10 (sepuluh) tahun untuk jalan arteri dan kolektor;
 paling kecil 5 (lima) tahun untuk jalan lokal dan jalan lingkungan.
 Pelaksanaan konstruksi jalan untuk pencapaian tingkat pelayanan dapat dilakukan secara
bertahap.
 Tingkat pelayanan dievaluasi paling lama setiap 5 (lima) tahun.
 Tata cara perhitungan tingkat pelayanan jalan rencana mengacu kepada manual mengenai
kapasitas jalan.
PERSYARATAN GEOMETRIK JALAN
 Persyaratan Geometrik jalan untuk setiap perencanaan jalan
harus mengikuti kaidah-kaidah geometrik jalan yang
berazaskan keselamatan lalu lintas.
 Elemen perencanaan geometrik jalan yang meliputi alinemen
horizontal, alinemen vertikal, dan potongan melintang jalan
diatur sesuai ketentuan Persyaratan Teknis Jalan.
 Pengecualian ketentuan elemen perencanaan geometrik jalan
dapat dilakukan dengan membuktikan bahwa pengecualian
tersebut mampu memberikan keselamatan bagi pengguna
jalan dan atas persetujuan dari penyelenggara jalan.
PEDOMAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

 SNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan


 Tata Cara Perencanaan Jalan Antar Kota
No.038/TBM/1997
 Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol
No.007/BM/2009
 Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan
Sebidang Pt T-02-2002-B
 Tata Cara Perencanaan Persimpangan Jalan Tak
Sebidang No.03/BM/2005
KONSTRUKSI JALAN
 Konstruksi jalan harus diperhitungkan untuk
mampu melayani beban lalu lintas rencana.
 Konstruksi perkerasan terdiri dari Lapis
Penopang, Tanah dasar, Lapis Pondasi, Lapis
Penutup.
 Perencanaan konstruksi jalan mengacu kepada
pedoman perencanaan perkerasan jalan yang
berlaku.
PEDOMAN PERENCANAAN PERKERASAN
 Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pt T-01-
2002-B
 Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Pd T-14-
2003
 Pedoman Perencanaan Lapis Tambah Perkerasan Lentur
dengan Metode Lendutan Pd T-05-2005-B
 Pedoman Interim Desain Perkerasan Jalan Lentur (2011)

 Manual Desain Perkerasan Jalan (2012: to be


released
KONSTRUKSI BANGUNAN PELENGKAP JALAN

 Konstruksi bangunan pelengkap jalan harus direncanakan mengikuti kaidah-


kaidah teknis yang memadai dan memenuhi persyaratan teknis jalan.
 Konstruksi Jembatan harus direncanakan paling singkat 50 (lima puluh)
tahun.
 Jembatan harus direncanakan berdasarkan beban aksi dan beban tetap (berat
sendiri, beban mati tambahan (utilitas, pengaruh penyusutan, dan rangkak),
beban lalu lintas (beban lajur “D”, pembebanan truk “T”, pembebanan untuk
pejalan kaki, beban tumbukan pada penyangga jembatan), aksi lingkungan
(penurunan, temperature, aliran air, benda hanyutan, beban angin, pengaruh
gempa, dll), aksi – aksi lainnya (gesekan pada perletakan, pengaruh getaran,
beban pelaksanaan).
 Dalam hal tidak terdapat saluran alam atau saluran buatan pada medan datar,
maka jarak antar gorong-gorong paling jauh 300 (tiga ratus) meter.
PEDOMAN PERENCANAAN JEMBATAN
 Bridge Management System (BMS)
 SNI T-02-2005 Standar Pembebanan Jembatan
 Pd T-04-2004-B Perencanaan Beban Gempa
untuk Jembatan
PERLENGKAPAN JALAN
 Perlengkapan jalan harus direncanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, dengan prioritas
mewujudkan keselamatan lalu lintas.
 Setiap jalan wajib memenuhi ketentuan
perlengkapan jalan.
 Ketentuan mengenai perlegkapan jalan dijelaskan
dalam PTJ.
KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
 Kelestarian lingkungan hidup wajib dipertimbangkan untuk setiap
perencanaan teknis jalan.
 Setiap perencanaan teknis jalan harus dilengkapi dengan dokumen
Analisa Mengenai Dampak Linkungan Hidup (AMDAL) atau
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) atau Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) atau Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPL) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Integrasi pertimbangan lingkungan dilakukan dengan
memasukkan rekomendasi lingkungan yang terdapat di dalam
AMDAL/UKL/UPL/SPPL ke dalam Perencanaan Teknis Rinci
RUANG BEBAS JALAN
 Ruang bebas adalah ruang yang dikosongkan dari
segala bentuk bangunan atau penghalang atau
bentuk muka tanah yang dapat mencederai berat
pengguna jalan atau memperparah luka akibat
kecelakaan kendaraan yang keluar dari badan jalan.
 Ruang bebas diukur mulai dari batas terluar badan
jalan sampai dengan batas luar Ruwasja.
 Penyelenggara jalan harus mengusahakan
tersedianya ruang bebas.
PERSYARATAN TEKNIS JALAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 19/PRT/M/2011
TANGGAL : 15 Desember 2011
PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER
JALAN KECIL
JALAN Untuk
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN JALAN BEBAS HAMBATAN JALAN RAYA kendaraan
SEDANG
bermotor beroda
3 atau lebih
<
Medan Datar < 156.000 < 78.000 < 110.000 < 82.000 < 61.000 < 22.000 < 17.000
117.000
LHRT
<
Medan Bukit < 153.000 < 77.000 < 106.600 < 79.900 < 59.800 < 21.500 < 16.300
115.000
(SMP/Hari)
<
Medan Gunung < 146.000 < 73.000 < 103.400 < 77.700 < 58.100 < 20.800 < 15.800
110.000
Arteri (Kelas I, II, III, Khusus) Lokal,
Arteri (Kelas I, II, III, Khusus)
FUNGSI JALAN (PENGGUNAAN JALAN) Kolektor (Kelas I, II, III) Lingkungan
Kolektor (Kelas I, II, III)
Lokal (Kelas II, III) (Kelas III)
TIPE JALAN PALING KECIL 4/2-T 4/2-T 2/2-TT  
TANPA
PERKERASAN JALAN

PENUTUP
BERPENU
BERPENUTUP BERPENUTUP TUP KERIKIL/
Jenis Perkerasan
ASPAL/BETON ASPAL/BETON ASPAL/ TANAH (Khusus
BETON untuk LHRT ≤
500smp/hari)
IRI paling
4 6 8 10
besar
KERATAAN
RCI paling
BAIK BAIK - SEDANG SEDANG SEDANG
kecil
Medan
Datar 80 – 120 60 - 120 60 - 80 30 - 60
Medan
KECEPATAN RENCANA, VR, (Km/J)
Bukit 70 – 110 50 - 100 50 - 80 25 - 50
Medan
Gunung 60 – 100 40 - 80 30 - 80 20 - 40
Lebar 42,50 35,50 28,50 38,00 31,00 24,00 13.00 8.50
RUMAJA paling kecil Tinggi, m 5,00 5,00 5.00 5.00
Dalam, m 1,50 1,50 1.50 1.50
RUMIJA lebar paling kecil, m 30,00 25,00 15.00 11.00
Arteri 15 15 15 -
Kolektor 10 10 10 -
RUWASJA lebar paling kecil, Lokal - 7 7 7
m Jalan - -
lingkungan 5 5
Jembatan 100 100 100 100
Arteri 21.00 18.00 11.00 11.00
Kolektor 21.00 18.00 9.00 9.00
Lokal - - - 7.50
Badan Jalan, lebar paling
Lingkungan - - - 6.5
kecil, m
Lingkungan
untuk roda - - - 3.50
dua
2x(
VR < 80 2x(3x3,50
4x3 2x(3x3,50) 2x(2x3,50) 2x(4x3,50) 2x(2x3,50) 2x3,50 2x2,75
Km/Jam )
,50)
Lebar jalur lalu-lintas, m
2x(
VR ≥ 80 2x(3x3,60
4x3 2x(3x3,60) 2x(2x3,60) 2x(4x3,60) 2x(2x3,60) - -
Km/Jam )
,60)
Medan Datar Bahu luar 3,50 dan bahu dalam 0,50 Bahu luar 2,00 dan bahu dalam 0,50 1,00 1,00
Lebar Bahu Jalan paling Medan Bukit Bahu luar 2,50 dan bahu dalam 0,50 Bahu luar 1,50 dan bahu dalam 0,50 1,00 1,00
POTONGAN MELINTANG

kecil, m. Medan
Bahu luar 2,00 dan bahu dalam 0,50 Bahu luar 1,00 dan bahu dalam 0,50 0,50 0,50
Gunung
Direndahkan 9,00 9.00
2,80; ditinggikan setinggi kereb dan 1,50; ditinggikan setinggi kereb untuk
dilengkapi rel pengaman, untuk kecepatan rencana < 60 Km/Jam dan
kecepatan rencana < 80 Km/Jam; menjadi 1,80; jika median dipakai lapak
Konfigurasi lebar bahu penye-berang. Konfigurasi lebar bahu
Lebar Median paling kecil, dalam+bangunan pemisah setinggi dalam+bangunan pemisah setinggi
m (lebar median termasuk kereb + bahu dalam: 1,00+0,80+1,00. kereb+bahu dalam: 0,50+0,50+0,50 dan
0,50+0,80+0,50 jika dipakai lapak Tanpa
lebar bahu dalam, lebar Tanpa Median
Ditinggikan penyeberangan Median
marka garis tepi termasuk
bahu dalam) 3,80; ditinggikan setinggi 1,10m berupa 2,00; ditinggikan 1,10m berupa penghalang
penghalang beton, untuk kecepatan beton, untuk kecepatan rencana ≥ 60
rencana ≥ 80 Km/Jam dengan Km/Jam. Konfigurasi lebar bahu
konfigurasi lebar bahu dalam+bangunan pemisah setinggi
dalam+bangunan pemisah setinggi kereb+bahu dalam: 0,75+0,50+0,75
1,10m+bahu dalam: 1,50+0,80+1,50.
Dengan Jembatan
2.00
Rambu
Lebar Pemisah Lajur paling Tanpa jalur Tanpa jalur
Tanpa Rambu
kecil, m. pemisah pemisah
Untuk jalan 1.00
Lebar paling kecil 2 m + pagar pemisah
Sepeda motor
Lebar Trotoar 1.0 1.0 1.0 1.0
Lebar Saluran Tepi paling kecil, m 1,00 1.00 1.00 0.50
Lebar Ambang Pengaman paling kecil, m 1,00 1.00 1.00 1.00
Kemiringan normal perkerasan Jalan, % 3 3 3 3
Pada jalan arteri paling sedikit 1,00 Km dan
pada jalan kolektor paling sedikit 0,50 Km.
Pada jalan lama, untuk mengatasi jalan masuk
Jarak antar Jalan masuk paling
yang banyak dapat dibuat jalur samping untuk -
dekat, m Pada jalan Bebas Hambatan,
menampung semua jalan masuk dan
tidak ada jalan masuk langsung
membatasi bukaan sebagai jalan masuk ke
dan tidak ada Persimpangan
jalur utama sesuai jarak terdekat di atas.
sebidang. Jarak antar
persimpangan tidak sebidang
paling kecil 5 km.
Pada jalan arteri jarak antara persimpangan
Jarak antar persimpangan
sebidang paling kecil 3,00 Km dan pada jalan -
sebidang paling dekat, km
kolektor 0,50 Km.

Superelevasi paling besar, % 8 8 8


POTONGAN MEMANJANG

Kekesatan melintang paling


tinggi 0,14 0,14 0,14
Kekesatan memanjang paling
0,33 0,33 0,33
tinggi
Ali
ne
me
n
Da
tar 4 5 6 6
Ali
ne
me
n
Bu
Kelandaian Paling kit 5 6 7 8
besar, %

Ali
ne
me
n
Gu
nu
ng 6 10

Anda mungkin juga menyukai