Anda di halaman 1dari 19

Perkerasan Geometrik Jalan

IV. PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

Standar Kompetensi Dasar Indikator


Kompetensi
Mendeskripsikan 1. Jarak Pandang 1.Diharapkan Mahasiswa Mengetahui
Konsep 2. Aliyemen Horisontal danMenghitung Jarak Pandang.
Perencanaan 3. Aliyemen Vertikal 2 Diharapkan Mahasiswa Mengetahui dan
Geometrik Jalan Menghitung Aliyemen Horisontal
Raya 3. Diharapkan Mahasiswa Mengetahui dan
Menghitung Aliyemen Vertikal

4.4 Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertical adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang
ditinjau, berupa profil memanjang.

Pada perencanaan alinyemen vertical akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan
kelandaian negative (turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung dan
lengkung cekung. Disamping kedua lengkung tersebut ditemui pula kelandaian = 0 (datar).

Kondisi tersebut dipengaruhi keadaan topografi yang dilalui route jalan rencana. Kondisi
topografi tidak saja berpengaruh pada perencanaan alinyemen horizontal tetapi juga
mempengaruhi perencanaan vertical.

a) Kelandaian

Untuk menghitung dan merencanakan lengkung vertical, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1) Karakteristik kendaraan pada kelandaian

Hampir seluruh kendaraan penumpang dapat berjalan dengan baik dengan kelandaian
7 – 8 % tanpa ada perbedaan dibandingkan pada bagian datar.

Pengamatan menunjukkan bahwa untuk mobil penumpang pada kelandaian 3 %


hanya sedikit sekali pengaruhnya dibandingkan dengan jalan datar sedangkan untuk
truk, kelandaian akan lebih besar pengaruhnya.

2) Kelandaian maksimum

Kelandaian maksimum yang ditentukan untuk berbagai variasi kecepatan rencana,


dimaksudkan agar kendaraan dapat bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang
berarti.
Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh
mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan semula tanpa
harus menggunakan gigi rendah.

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 1


Perkerasan Geometrik Jalan

Tabel 16.Kelandaian maksimum yang diijinkan


VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 < 40
Kelandaian
Maksimum 3 3 4 5 8 9 10 10
(%)

b) Kelandaian minimum

Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, perlu dibuat kelandaian
minimum 0,5 % untuk keperluan kemiringan saluran samping, karena kemiringan
melintang jalan dengan kerb hanya cukup untuk mengalirkan air ke samping.

c) Panjang kritis suatu kelandaian

Panjang kritis ini diperlukan sebagai batasan panjang kelandaian maksimum agar
pengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh VR . Lama perjalanan pada panjang
kritis tidak lebih dari satu menit.

Tabel 17 Panjang kritis (m)


Kecepatan Pada Kelandaian ( % )
Awal
4 5 6 7 8 9 10
Tanjakan (km/jam)
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
d) Lajur pendakian pada kelandaian khusus

Pada jalur jalan dengan rencana volume lalu-lintas yang tinggi terutama untuk tipe 2/2
TB, maka dengan kendaraan berat akan berjalan pada lajur pendakian dengan kecepatan
dibawah VR, sedangkan kendaraan lain masih dapat bergerak dengan VR, sebaiknya
dipertimbangkan untuk dibuat lajur tambahan pada bagian kiri dengan ketentuan untuk jalan
baru menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) didasarkan pada BSH (Biaya Siklus
Hidup).

Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:


(a) Berdasarkan MKJI (1997)

Penentuan lokasi lajur pendakian harus dapat dibenarkan secara ekonomis yang
dibuat berdasarkan analisis BSH, sebagaimana ditampilkan pada tabel 18.

Tabel 18.Lajur pendakian pada kelandaian khusus jalan luar kota


(2/2 TB)Usia rencana 23 tahun
Ambang Arus Lalulintas
(Kend./jam) Tahun 1, Jam
Panjang Puncak
Kelandaian
3% 5% 7%

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 2


Perkerasan Geometrik Jalan

0,5 km 500 400 300


≥ 1.0 km 325 300 300

SERONG SERONG
LAJUR PENDAKIAN

30 45 > 200 50 45
TAMPAK ATAS

PANJANG LAJUR
PENDAKIAN

AKHIRLAJUR
PENDAKIAN
TANJAKAN
AWAL LAJUR
PENDAKIAN

AKHIR
AWAL

POTONGAN MEMANJANG

Gambar 28. Lajur Pendakian Tipikal

LAJUR
LAJUR PENDAKIAN
PENDAKIAN SERONG SERONG
2
1

50 45 30 45
TAMPAK ATAS

JARAK ANTAR DUA LAJUR PENDAKIAN


MINMAL 1,5 KM
AKHIR

AWAL

TANJAKAN-2

TANJAKAN-1 POTONGAN
MEMANJANG
Gambar 29. Jarak Antar Dua Lajur Pendakian

(b) Berdasarkan Tata cara perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK)
(1997)

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 3


Perkerasan Geometrik Jalan

1. Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung truk-truk bermuatan berat


atau kendaraan lain yang berjalan lebih lambat dari kendaraan-kendaraan
lainnya pada umumnya, agar kendaraan lainnya tersebut dapat mendahului
kendaraan lambat tersebut tanpa harus berpindah jalur atau menggunakan lajur
arah yang berlawanan.
2. Laur pendakian harus disediakan pada ruas jalan yang mempunyai kelandaian
yang besar, menerus, dan volume lalu lintas yang relative padat.
3. Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
i) Disediakan pada jalan arteri atau kolektor
ii) Apabila panjang kritis terlampuai, jalan memiliki VLHR> 15.000 SMP/hari,
dan prosentase truk > 15%.
4. Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.
5. Lajur pendakian dimulai 30 m dari awal perubahan kelandaian dengan serong
sepanjang 45 m dan berakhir 50 m sesudah puncak kelandaian dengan
serongan sepanjang 45 m.
6. Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1.50 km.

4.5Lengkung Vertikal

Lengkung vertical direncanakan untuk merubah secara bertahap perubahan dari dua
macam kelandaian arah memanjang jalan pada setiap lokasi yang diperlukan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian dan menyediakan
jarak pandang henti yang cukup, untuk keamanan dan kenyamanan.
Jenis lengkung vertical dilihat dari titik perpotongan kedua bagian yang lurus (tanges), adalah:
a) Lengkung vertical cekung, adalah suatu lengkung dimana titik perpotongan antara
kedua tangent berada di bawah permukaan jalan.
b) Lengkung vertical cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangent berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.

Lengkung vertical seperti pada gambar 29 di bawah ini.

l PVI
x
EV
y
P
g1 Q
L g2

Gambar 30. Tipikal Lengkung Vertikal Bentuk Parabola

Rumus yang digunakan :

Lg1 Lg1
x = = (2.9a)
g1 - g2 A

2 2
Lg1 Lg1
Y = = (2.9b)
2(g1 - g2) 2A
Dimana : x = jarak dari titik P ke titik yang ditinjau pada Sta, (m)

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 4


Perkerasan Geometrik Jalan

y = perbedaan elevasi antara titik P & titik yang ditinjau pada Sta
(m)
L = panjang lengkung vertical parabola, yang merupakan jarak
proyeksi dari titik A dan titik Q, (m)
g1 = kelandaian tangen dari titik P, (%)
g2 = kelandaian tangen dari titik Q, (%)

Rumus di atas untuk lengkung simetris.

(g1 + g2) = A = perbedaan aljabar untuk kelandaian, (%)

Kelandaian menaik (pendakian), diberi tanda (+), sedangkan kelandaian


menurun (penurunan), diberi tanda (-). Ketentuan pendakian atau penurunan
ditinjau dari kiri.
A.L
Ev = (2.10)
800
Untuk
L
x = dan y = Ev
2
(1) Lengkung Vertikal Cembung

Ketentuan tinggi menurut Bina Marga (1997) untuk lengkung cembung


seperti pada tabel 19.

Tabel 19. Ketentuan tinggi untuk jenis jarak pandang

Untuk Jarak
h1 (m) h2 (m)
Panjang
Tinggi Mata Tinggi Obyek
Pandang
Henti (Jh) 1,05 0,15
Mendahului (Jd) 1,05 1,05

a. Panjang L, berdasarkan Jh

A.Jh2
Jh < L maka : L = (18)
399
2 Jh 399
Jh > L maka : L = (19)
- A

b. Panjang L, berdasarkan Jd

A.Jd
Jd < L maka : L = (20)
399
2 Jd 840
Jd > L maka : L = (21)
- A

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 5


Perkerasan Geometrik Jalan

PVI
g1 g2
Ev
h2

h1

Jh1 Jh2
Jh
L

Gambar31 : Untuk Jh < L


b

PVI
g2
a b c d
g1 h2

h1 1/2L

L
Jh

Gambar32 : Untuk Jh > L

Panjang lengkung vertical cembung (L) yang diperoleh dari rumus 18, 19
pada umumnya akan menghasilkan L lebih panjang daripada jika
digunakan rumus 20, 21.
Untuk penghematan biaya, L dapat ditentukan dengan rumus 18, 19.
dengan konsekuensi kendaraan pada daerah lengkung cembung dapat
mendahului kendaraan di depannya, untuk keamanan dipasang rambu-
rambu.

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 6


Perkerasan Geometrik Jalan

UNTUK KONTROL PADA PERENCANAAN


fp = 0,35-0,55, h1 = 1,05 m, h2 = 0,15 m, T = 2,5 det.

700

650

PANJANG LENGKUNG “L” (Meter) 600

550

500

450

400

350

300

250

200

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

PERBEDAAN ALJABAR KELANDAIAN (%)


Gambar-33 : Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung Berdasarkan
Jarak Pandang Henti (Jh)
1000
UNTUK KONTROL PADA PERENCANAAN
PANJANG LENGKUNG “L” (Meter)

900 h1 = 1,05m, h2 = 1,05 m


800
700
600
500
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5 6 7
PERBEDAAN ALJABAR KELANDAIAN

Gambar-34 : Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung (untuk jalan raya


dua jalur)

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 7


Perkerasan Geometrik Jalan

500

PANJANG LENGKUNG “L” (Meter)


450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PERBEDAAN ALJABAR KELANDAIAN (%)

Gambar-35 : Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung


(untuk jalan raya dua jalur)

(2) Lengkung Vertikal Cekung

Tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk menentukan panjang


lengkung cekung vertical (L), akan tetapi ada empat criteria sebagai
pertimbangan yang dapat digunakan, yaitu :

 Jarak sinar lampu besar dari kendaraan (Gambar 35,36)


 Kenyamanan pengemudi
 Ketentuan drainase
 Penampilan secara umum

Jh

1O
60 cm

Gambar-36. : Untuk Jh < L

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 8


Perkerasan Geometrik Jalan

Jh

1O

60 cm
L
Gambar-37 : Untuk Jh > L

Dengan bantuan gambar-36a, b diatas, yaitu tinggi lampu besar


kendaraan = 60 cm dan sudut bias = 1O hubungan praktis sebagai berikut
:

A.Jh2
Jh < L maka : L = 120 + 3,5 Jh (22)

2 Jh 120 + 3,5 Jh
Jh > L maka : L = (23)
- A

UNTUK KONTROL PADA PERENCANAAN


Fp = 0,35-0,55, h1 = 1,05 m, h2 = 0,15 m, T = 2,5 Det.

420
400
380
360
340
320
300
280
260
PANJANG LENGKUNG “L”

240
220
200
180
(Meter)

160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PERBEDAAN ALJABAR KELANDAIAN (%)

Gambar-38 : Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cekung Berdasarkan


Jarak Pandang Henti (Jh)

(3) Panjang Kenyamanan

A.V2
L = (24)
389

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 9


Perkerasan Geometrik Jalan

4.6Koordinasi Alinyemen

Koordinasi alinyemen pada perencanaan teknik jalan, diperlukan untuk menjamin suatu
perencanaan teknik jalan raya yang baik dan menghasilkan keamanan serta rasa nyaman
bagi pengemudi kendaraan (selaku pengguna jalan) yang melalui jalan tersebut.

Maksud koordinasi dalam hal ini yaitu penggabungan beberapa elemen dalam
perencanaan : alinyemen horizontal, alinyemen vertical dan potongan melintang dalam
suatu paduan sehingga menghasilkan produk perencanaan teknik sedemikian yang
memenuhi unsur aman, nyaman dan ekonomis.

Beberapa ketentuan atau syarat sebagai panduan yang dapat digunakan untuk proses
koordinasi alinyemen, sebagai berikut :

 Alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal terletak pada satu phase, dimana
alinyemen horisontal sedikit lebih panjang dari alinyemen vertical (Gambar – 38),
demikian pula tikungan horisontal harus satu phase dengan tanjakan vertikal.

Gambar-39: Alinyemen Horizontal dan Vertikal Terletak Pada Satu Phase

 Tikungan tajam yang terletak di atas lengkung vertikal cembung atau di bawah
lengkung vertikal cekung harus dihindarkan, karena hal ini akan menghalangi
pandangan mata pengemudi pada saat memasuki tikungan pertama dan juga jalan
terkesan putus (Gambar – 40).

Gambar-40 : Tikungan Terletak dibagian atas lengkung vertical cembung

 Pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang, sebaiknya tidak dibuat lengkung
vertikal cekung, karena pandangan pengemudi akan terhalang oleh puncak alinyemen
vertical, sehingga sulit untuk memperkirakan alinyemen di balik puncak tersebut
(Gambar 41).

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 10


Perkerasan Geometrik Jalan

ALINYEMEN HORISONTAL
YANG DIPILIH

Gambar-41 : Lengkung Vertikal Cekung Pada Bagian Yang Lurus dan Panjang

 Tikungan tajam yang terletak di antara bagian jalan yang lurus dan panjang, harus
dihindarkan.

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 11


Perkerasan Geometrik Jalan

Contoh Latihan 1Perhitunga circle – circle (spiral – spiral)


1 PERHITUNGAN SPIRAL-SPIRAL (TS-ST)
DATA LAPANGAN
Lebar Jalur Jalan ( B ) = 7.0 m
Klasifikasi medan = mendaki/menurun
Radius yang diambil ( R ) = 650.0 m
Sudut yang dibentuk ( Δ ) = 12
DATA TABEL
Kecepatan Rencana (V) = 70.0 km/jam
Didapat e Max. = 0.10 (Tabel AASHTO)
Didapat e = 0.029 (Lihat tabel)
Diperoleh Ls Min = 50.0 m

Periksa harga Ls terhadap modified short formula :


V3 V3 x K
LS min = 0.022 - 2.727
R x C C
70.0 ^3 70.0 x 0.029
= 0.022 - 2.727
650.0 x 0.4 0.4

= 29.023077 - 13.839525

= 15.18

Jadi Ls yang ada > Ls min OKY!!!

28.648 x LS 1,432
θs = = = 2.204
R 650.0

Δ 'C = Δ - 2 θs

= 7.5926154

Tabel J. Barnet untuk θs = 2.204 Diperoleh p* = 0.00277


Ls = 50.0 k* = 0.49998

p = p* x Ls = 0.14 m
k = k* x Ls = 25.0 m
Δ'
Lc = x 2 xπxR 6
360
= 0.0210906 x 4,082.0 = 86.09 m

Ls = 2 x Ls + Lc
= 186.09 m

Ts = (R + p) tg 1/2 Δ + k

= 650.1 x 0.291 + 25.0 = 214.19 m

(R + p) 650.14
Es = - R = - 650.0 = 27.11
Cos 1/2 Δ 0.96017

Kontrol 2 Ls < 2 Ts = 100.0 < 428.39 OKY!!!

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 12


Perkerasan Geometrik Jalan

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 13


Perkerasan Geometrik Jalan

Contoh soal 2

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 14


Perkerasan Geometrik Jalan

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 15


Perkerasan Geometrik Jalan

Contoh 3. Full Circle (TC – CT)

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 16


Perkerasan Geometrik Jalan

4.6 Rangkuman
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan route dari suatu ruas jalan secara lengkap,
meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau
tersedia dari hasil survey lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku.

 Kelengkapan dan data dasar yang harus disiapkan sebelum mulai melakukan perhitungan/
perencanaan.
 Ketentuan jarak pandang dan beberapa pertimbangan yang diperlukan sebelum memulai
perencanaan, selain didasarkan pada teoritis juga untuk praktisnya.
 Elemen dalam perencanaan geometric jalan, yaitu :
 Alinyemen horizontal (situasi/plan)
 Alinyemen vertical (potongan/profil memanjang)
 Potongan melintang (cross section)
 Penggambaran

Alinyemen Horisontal

Pada perencanaan alinyemen horizontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian jalan, yaitu
: bagian lurus, bagian lengkung atau umum disebut tikungan yang terdiri dari tiga jenis tikungan
yang digunakan, yaitu :

 Lingkaran (full circle ~ FC)

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 17


Perkerasan Geometrik Jalan

 Spiral-Lingkaran-Spiral (Spiral-Circle-Spiral ~ S-C-S)


 Spiral-Spiral (S-S)
Ada tiga cara untuk mendapatkan superelevasi yaitu :
a. memutar perkerasan jalan terhadap profil sumbu
b. memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah dalam
c. memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah luar

Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertical adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang ditinjau,
berupa profil memanjang.Pada perencanaan alinyemen vertical akan ditemui kelandaian positif
(tanjakan) dan kelandaian negative (turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung
dan lengkung cekung. Disamping kedua lengkung tersebut ditemui pula kelandaian = 0 (datar)

4.7 Evaluasi
1) Apa yang dimaksud dengan geometric jalan?
2) Uraikan fungsi geometric jalan yang umum digunakan di Indonesia?
3) Uraikan & Sebutkan elemen dasar dalam perencanaan geometric jalan?
4) Uraikan fungsi superelevasi dan berikan ilustrasi diagram superelivasi?
5) Berikan contoh bentuk aliyemen horisontan dan vertical?
6) Hitung spiral-tikungan–spiral dengan R = 700 m dengan lebar jalan 7 m
7) Hitung spiral – spiral dengan R = 950 m dengan lebar jalan 8 m
8) Hitung tikungan penuh (full circle) dengan R = 950 m dengan lebar jalan 6 m

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 18


Perkerasan Geometrik Jalan

DAFTAR PUSTAKA

1. Ari Suryawan, (2005). Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid Pavement),
Beta Offset, Yogyakarta.
2. Alamsyah A. A., (2001); Rekayasa Jalan Raya; Penerbit UMM Pres. Malang
3. Dirjen Bina Marga, Pembinaan Jalan Kota. (1990); Petunjuk Desain Drainase
Pemukaan Jalan;. Jakarta
4. Dirjen Bina Marga (2007) Modul perencanaan jalan
5. Hamirham Saoddang (2004) Buku 1 (Geometrik Jalan Raya) Penerbit NOVA.
Bandung
6. Hamirham Saoddang (2004) Buku 2 (Perencanaan Perkererasan Jalan Raya)
Penerbit NOVA. Bandung.
7. Hamirham Saoddang (2004) Buku 3 (Struktur & Konstruksi Jalan Raya) Penerbit
NOVA. Bandung
8. Soedarsono D. U., (1993); Konstruksi Jalan Raya; Penerbit Pekerjaan Umum,.
Jakarta
9. Standar Nasional Indonesia (DSN) (1987); Tata Cara Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen; Jakarta.
10. Sukirman S., (1999); Perkerasan Lentur Jalan Raya; Penerbit NOVA. Bandung
11. Sukirman S., (2010); Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur; Penerbit NOVA.
Bandung
12. Yustiadi.(....) Konstruksi Jalan Raya. Tabel. Jakarta.

Bahan Ajar Rekayasa Jalan Raya 19

Anda mungkin juga menyukai