BEBAN W
Po
KONSTRUKSI
PERKERASAN
Lapisan Perkerasan
P1
1
Penyebaran gaya pada struktur perkerasan jalan seperti pada gambar 14. Dipengaruhi oleh
kontak roda kendaraan pada permukaan jalan yang bentuknya menyerupai bentuk lonjong.
Penyebaran gaya pada perkerasan lentur sampai ke tanah dasar dan tebal perkerasan diberikan
sampai dengan kondisi kemampuan tanah menerima beban atau tegangan seperti pada gambar
15.(a), sedangkan pada perkerasan kaku, gaya sepenuhnya dipikul oleh pelat beton seperti pada
gambar 15.(b).
i. Teori Boussinesq
Material dianggap homogeny, elastic dan isotropsi
Perkerasan hanya dianggap sebagai ‘single layer’
Penyebaran tegangan parabolis, dengan sebaran mengikuti formula berikut:
3p
z
(1)
2.z 1 / z
2 3/ 2
1.5. p.a 2
D (2)
2.E a 2 z 2
1/ 2
2
Dengan anggapan two layers
Setiap lapis, homogeny, elastic dan isotropis
Formulah defleksi:
1.5. p.a 2
D F2 (3)
E2
Dimana:
E1 = modulus elastisitas perkerasan
E2 = modulus elastisitas tanah dasar
F2 = Koefisien deflesi kedua lapisan
a = Jarak beban dari titik pusat radial
Bilamana modulus E1=E2 persis sama dengan Boussinesq
3
Gambar 17. Struktur perkerasan jalan lentur (Silvia Sukirman, hal. 13)
Beban lalu lintas yang bekerja di atas konstruksi perkerasan dapat dibedakan atas:
1. Muatan kendaraan berupa gaya vertikal
2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horizontal
3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran
Karena sifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing-masing lapisan berbeda
dan semakin ke bawah semakin kecil.
Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, lapisan pondasi atas
menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap hanya menerima gaya
vertikal saja.
Guna untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, pada umumnya lapisan permukaan dibuat dengan
menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan kedap air dengan stabilitas
yang tinggi dan daya tahan yang lama.
4
1) Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal
yang ditaburi dengan sirtu lapis aggregat beragradasi seragam, dengan tebal maksimum 2
cm
2) Burda (liburan aspal dua lapis), merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal
ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tabel padat maksimum
3.5 cm
3) Latasir (tebal tipis aspal pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari aspal dan pasir
alam beragradasi menurus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan
tebal padat 1 – 2 cm
4) Buras (liburan aspal), merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal taburan pasir
dengan ukuran butir maksimum 3/8 inci (0.375 inci atau 1 cm)
5) Latasbum ( Lapis tipis asbuton murni), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara
dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm
6) Lataston (Lapis tipis aspal beton) dikenal dengan nama Hot roll sheet (HRS), merupakan
lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat beragradasi timpang, mineral
pengisi (filler) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat antara 2.5 – 3 cm)
7) Aspal Consolidation (AC) – Wearing course (WC)merupakan lapis penutup yang terdiri
dari campuran antara agregat beragradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras
dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal
padat antara 3 – 5 cm)
8) Aspal Consolidation (AC) – Base course (BC)merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat beragradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras
dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal
padat antara 4 – 6 cm)
Jenis lapisan permukaan tersebut di atas, walaupun bersifat nonstruktural, dapat menambah
daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa
pelayanan dari konstruksi perkerasan. Jenis perkerasan ini terutama digunakan untuk pemeliharaan
jalan.
b. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan & menyebarkan beban
roda.
1) Penetrasi Macadam (Lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri agregat pokok dan
aggregat pengunci beragradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara
disemporotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Tebal lapis padat 5 cm.
2) Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antara
agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk dihampar dan dipadatkan secara dingin.
Tebal padat tiap lapisan antara 3 – 5 cm.
3) Laston (Lapisan aspal beton) atau dikenal Asphat Treated base (ATB) merupakan suatu
lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan
pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Tebal padat berkisar
antara 4 – 7 cm.
5
Tabel 5. Gradasi Agregat Lapis beton Aspal
Material yang akan digunakan untuk lapis pondasi atas adalah material yang cukup kuat. Untuk
lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan CBR > 50
% dan Plastisitas Indeks (PI) < 4 %. Bahan-bahan batu alam seperti batu pecah, kerikil pecah,
stabilitas tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas.
Jenis lapisan pondasi atas yang umum digunakan di Indonesia antara lain :
a. Agregat beragradasi baik dapat dibagi atas :
Batu pecah kelas A (batu pecah maksimum 1 cm)
Batu Pecah kelas B (batu pecah maksimum 0.70 cm)
Batu pbecah kelas C ( batu peca maksimum 0.50 cm)
Batu pecah kls A mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas B, batu pecah
kelas B lebih kasar dari batu pecah kelas C.
Uraian LPA kls A adalah terdiri dari aggregat seragam batu pecah, pasir, lanau/lempung
dengan berat jenis seragam.
Uraian LPA kls B adalah terdiri dari kerikil dan seragam batu pecah, pasir, lanau/lempung
dengan berat jenis seragam.
6
Uraian LPA kls C adalah terdiri dari kerikil dan seragam batu pecah, pasir, lanau/lempung
dengan berat jenis seragam.
Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0.02 mm harus tidak lebih dari 3% dari
berat total contoh bahan yang uji.
b. Pondasi Macadam
c. Pondasi Telford
d. Penetrasi Macadam (Lapen)
e. Aspal beton pondasi (Asphlat Concrete Base/Asphalt Treated base)
f. Stabilitas yang terdiri dari :
a) Stabilitas agregat dengan semen (cemen treated base)
b) Stabilitas agregat dengan kapur (lime treated base)
c) Stabilitas agregat dengan aspal (asphalt treated base)
7
D15 subbase
-------------- >5
D 15 subgrade
D15 subbase
-------------- <5
D85 subgrade
Dimana :
D15 = diameter butir pada keadaan banyaknya persentase yang lolos = 15 %
D85 = diameter butir pada keadaan banyaknya persentase yang lolos = 85 %
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:
a. Aggregat beragradasi baik, dibedakan atas ;
a) Sirtu/pitrun kelas A
b) Sirtu/pitrun kelas B
c) Sirtu/pitrun kelas C
Sirtu kelas A beragradasi lebih besar kasar dari sirtu kelas B, yang masing-masing
dapat dilihat pada spefisikasi yang diberikan.
b. Stabilitas
a) Stabilitas agregat dengan semen (cemen treated subbase)
b) Stabilitas agregat dengan kapur (lime treated subbase)
c) Stabilitas tanah dengan semen (cemen treated stabilization)
d) Stabilitas tanah dengan kapur (cemen treated stabilization)
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang
dipadatkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilitasi dengan kapur atau
bahan lainnya. Pemadatang yang baik diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum dan
8
diusahakan kadar air tersebut konstan selama umur rencana. Hal ini dapat dicapai dengan
perlengkapan drainase yang memenuhi syarat.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
a) lapisan tanah dasar, tanah galian
b) Lapisan tanah dasar, tanah timbunan
c) Lapisan tanah dasar, tanah asli
Sebelum diletakkan lapisan-lapisan lainnya, tanah dasar dipadatkan terlebih dahulu sehingga
tercapai kestabilan yang tinggi terhadap perubahan volume.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat ditentukan oleh sifat-sifat daya
dukung tanah dasar. Masalah-masalah yang sering ditemui menyangkut tanah dasar adalah:
a. Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas. Perubahan bentuk
yang besar akan mengakibatkan jalan tersebut rusak. Tanah-tanah dengan plastisitas tinggi
cenderung untuk mengalami hal tersebut. Lapisan-lapisan tanah lunak yang terdapat di
bawah tanah dasar harus diperhatikan. Daya dukung tanah dasar ditunjukkan oleh nilai
CBRnya dapat merupakan indikasi dari perubahan bentuk yang dapat terjadi.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air. Hal ini
dapat dikurangin dengan memadatkan tanah dasar kadar air optimum sehingga mencapai
kepadatan tertentu sehingga perubahan volume yang mungkin terjadi dapat dikurangi.
Kondisi drainase yang baik dapat menjaga kemungkinan berubahnya kadar air pada lapisan
tanah dasar.
c. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan mecam tanah yang sangat
berbeda. Penelitian yang seksama atas jenis dan sifat tanah dasar sepanjang jalan dapat
mengurangi akibat tidak meratanya daya dukung tanah dasar. Perencanaan tebal perkerasan
dapat dibuat berbeda-beda dengan membagi jalan menjadi segmen-segmen berdasarkan
tanah yang berlainan.
d. Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik. Hal ini akan lebih
jelek pada tanah dasar dari jenis tanah berbutir kasar dengan adanya tambahan pemadatan
akibat pembebanan lalu lintas ataupun akibat berat tanah dasar itu sendiri (pada tanah dasar
tanah timbunan). Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengawasan yang baik pada saat
pelaksanan pekerjaan tanah dasar.
e. Perbedaan penurunan (differential settlement) akibat terdapat lapisan-lapisan tanah lunak
di bawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tetap. Hal ini dapat
di atasi dengan melakukan penyelidikan tanah dengan teliti. Pemeriksaan dengan
menggunakan alat bor dapat memberikan gambaran yang jelas tentang lapisan tanah
dibawah lapis tanah dasar.
f. Kondisi geologist dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada kemungkinan
lokasi jalan berada pada daerah patahan dan sebagainya.
3.6 Rangkuman
Konstruksi Perkerasan jalan dibedakan menjadi empat bagian yang terdiri dari; (1) Lapisan
Permukaan (surface course); (2) Lapisan Pondasi atas (base course); (3) Lapisan pondasi bawah
(subbase course); (4) Lapisan tanah dasar (subgrade).
9
Lapisan permukaan (LP) yang umum digunakan di Indonesia lapisan permukaan non
struktur dan Lapisan Permukaan Struktur. Lapisan non struktur terdiri dari;(1) Burtu (laburan
aspal satu lapis), (2) Burda (liburan aspal dua lapis), (3) Latasir (tebal tipis aspal pasir), (4)
Buras (liburan aspal),(5) Latasbum ( Lapis tipis asbuton murni), (6) Lataston (Lapis tipis aspal
beton) dikenal dengan nama Hot roll sheet (HRS), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat beragradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Sedangkan lapisan
permukaan struktur adalah; (1) Penetrasi Macadam (Lapen), (2) Lasbutag (3) Laston (Lapisan
aspal beton) atau dikenal Asphat Treated base ( ATB).
Lapisan Pondasi Atas (LPA) ini antara lain sebagai berikut: (a) Bagian perkerasan yang
menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya. (b)
Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah; (c) Bantalan terhadap lapisan permukaan. Jenis
lapisan pondasi atas yang bergradasi baik umum digunakan di Indonesia antara lain : (1) Batu
pecah kelas A (batu pecah maksimum 1 cm) ; (2) Batu Pecah kelas B (batu pecah maksimum 0.70
cm) ; (3) Batu pecah kelas C ( batu peca maksimum 0.50 cm). Batu pecah kls A mempunyai gradasi
yang lebih kasar dari batu pecah kelas B, batu pecah kelas B lebih kasar dari batu pecah kelas C.
Lapisan Pondasi Bawah (LPB) antara lain berfungsi sebagai berikut : (1) Bagian dari
konstruksi perkerasan untuk menyebarkan baban roda ke tanah dasar. Lapisan ini harus cukup
kuat, mempunyai CBR 20 % dan Plastitisitas Indeks (PI < 10 %; (2) Effesiensi penggunaan
material. Material pondasi bawah relatif murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan di
atasnya; (3) Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal; (4) Lapis peresapan, agar air
tanah tidak terkumpul di pondasi; (5) Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas. Untuk
itu lapisan pondasi bawah haruslah memenuhi syarat filter yaitu :
D15 subbase
-------------- >5
D 15 subgrade
D15 subbase
-------------- <5
D85 subgrade
Dimana :
D15 = diameter butir pada keadaan banyaknya persentase yang lolos = 15 %
D85 = diameter butir pada keadaan banyaknya persentase yang lolos = 85 %
Aggregat beragradasi baik, dibedakan atas ; (a) Sirtu/pitrun kelas A; (b) Sirtu/pitrun kelas
B; ( c ) Sirtu/pitrun kelas C
Lapisan tanah dasar sampai setebal 50 – 100 cm di atas mana akan diletakkan lapisan
pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dasar. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah
dasar dibedakan atas; (a) lapisan tanah dasar, (b) tanah galian; (c) Lapisan tanah dasar, tanah
timbunan (d) Lapisan tanah dasar, tanah asli.
10
2. Uraikan hubungan antara Lapisan Permukaan (LP) dengan Lapisan Pondasi Atas (LPA)?
3. Uraikan hubungan antara Lapisan Pondasi Atas (LPA) dengan Lapisan Pondasi Bawah
(LPB)?
4. Uraikan peranan Lapisan Tanah dasar terhadap Lapisan Pondasi?
5. Lapisan permukaan harus mempunyai material yang kedap air, kesat, aus. Jelaskan fungsi
lapisan permukaan?
6. Uraikan lapisan permukaan baik bersifat struktural maupun non struktur yang umum
digunakan di Indonesia?
7. Konstruksi perkerasan jalan menjadi satu kesatuan dari LP, LPA, LPB dan Lapisan tanah
dasar. Jelaskan peranan masing-masing lapisan?
DAFTAR PUSTAKA
1. Ari Suryawan, (2005). Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid Pavement), Beta Offset,
Yogyakarta.
2. Alamsyah A. A., (2001); Rekayasa Jalan Raya; Penerbit UMM Pres. Malang
3. Dirjen Bina Marga, Pembinaan Jalan Kota. (1990); Petunjuk Desain Drainase Pemukaan
Jalan;. Jakarta
4. Dirjen Bina Marga (2007) Modul perencanaan jalan
5. Hamirham Saoddang (2004) Buku 1 (Geometrik Jalan Raya) Penerbit NOVA. Bandung
6. Hamirham Saoddang (2004) Buku 2 (Perencanaan Perkererasan Jalan Raya) Penerbit NOVA.
Bandung.
7. Hamirham Saoddang (2004) Buku 3 (Struktur & Konstruksi Jalan Raya) Penerbit NOVA.
Bandung
8. Soedarsono D. U., (1993); Konstruksi Jalan Raya; Penerbit Pekerjaan Umum,. Jakarta
9. Standar Nasional Indonesia (DSN) (1987); Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen; Jakarta.
10. Sukirman S., (1999); Perkerasan Lentur Jalan Raya; Penerbit NOVA. Bandung
11. Sukirman S., (2010); Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur; Penerbit NOVA. Bandung
12. Yustiadi.(....) Konstruksi Jalan Raya. Tabel. Jakarta.
11