Anda di halaman 1dari 11

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

Standar Kompetensi Dasar Indikator


Kompetensi
Mendeskripsikan 1. Pegertian Umum 1. Diharapkan Mahasiswa
Konsep 2. Jalur dan Lajur lalu MenjelaskanJalur dan Lajur jalan
Penampang lintas 2. Diharapkan Mahasiswa Menjelaskan
melintang Jalan 3. Perkerasan (Lapisan perkerasan Lapisan Permukan dan
Permukaan dan kemiringan jalan
kemiringan 3. DiharapkanMahasiswa Menjelaskan
4. Median, Bahu, fungsi Median
Talud Samping 4. Diharapkan Mahasiswa Menjelaskan
Jalan fungsi Bahu jalan
5. Jalur Hijau, Pejalan 5. Diharapkan Mahasiswa Menjelaskan
Kaki, Sepeda, parkir fungsi Talud samping jalan
6. Frontage Road 6. Diharapkan Mahasiswa
7. Saluran, Dimensi Menjelaskanfungsi Jalur Hijau.
dan Bentuk saluran 7. Diharapkan Mahasiswa Menjelaskan
fungsi pejalan kaki.
8. Diharapkan Mahasiswa Menjelaskan
fungsi Sepeda motor
9. Diharapkan Mahasiswa Menjelaskan
fungsi Parkir
10. Diharapkan Mahasiswa Menjelaskan
fungsi Frontage Road
11. Diharapkan Mahasiswa Menjelaskan
fungsi saluran
12. Diharapkan Mahasiswa Mendesaian
fungsi Saluran
13. Diharapkan Mahasiswa Mendesain
bentuk saluran

2.1 Pengertian Umum


Penampang melitang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus pada as jalan yang
menggambarkan bentuk serta bagian-bagian jalan yang bersangkutan pada arah melintang.

Istilah pengertian melintang yang digunakan dalam rekayasa jalan raya :


a) DAMAJA (daerah manfaat jalan) yaitu daerah badan jalan, parit tepi jalan dan ambang
pengamanan.
b) DAMIJA(daerah milik jalan) yaitu daerah yang disediakan atau dikuasai untuk keperluan
jalan dan perlekapannya yang terdiri dari Damaja dan ambang pengaman.
c) DAWASJA(Daerah pengawasan jalan) yaitu merupakan sejalur tanah tertentu diluar
daerah milik jalan yang ada dibawah pengawasan jalan.

1
a) Jalur dan Jumlah Lajur
Jalur jalan dapat terdiri dari satu lajur atau lebih, jumlah jalan pada suatu lajur sangat
ditentukan oleh peramalan kebutuhan volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang akan melalui
jalan tersebut.

Gambar 8. Sketsa profil melintang jalan

Gambar 9.Posisi Damaja, Damija dan Dawasja

b) Lebar jalur dan lajur


Lebar lajur ditentukan oleh ukuran dan kecepatan kendaraan dengan memperhatikan faktor
ekonomi, keamanan dan kenyamanan.

Pada prinsipnya lebar lajur jalan tidak boleh lebih kecil daripada lebar maksimum kendaraan
yang diijinkan melalui jalan dan sebaliknya tidak boleh terlalu lebar.

2
Tabel 1.Lebar lajur berdasarkan klasifikasi jalan
Klasifikasi Perencanaan Lebar Lajur (m)
Klas I 3.5
Type I Klas II 3.5
Klas I 3.5
Type II Klas II 3.25
Klas III 3.25 – 3.
Sumber : Alamsyah A.A. 2003, Rekayasa Jalan Raya, UMM Press
Pada umumnya lebar jalan adalah 3.5 m tetapi untuk jalan-jalan kurang penting dapat dengan
ukuran 2.5 m – 3.0 m, sedangkan untuk jalan bebas hambatan 3.75 m. Berdasarkan volume lalu
lintas harian rata-rata (LHR) dalam satuan penumpang (SMP) lebar lajur ditetapkan sebagai
berikut:

Tabel 2. Berdasarkan Volume lalu lintas rata-rata (LHR) satuan penumpang (SMP) Lebar
Lajur
LHR (smp) < 2000 1500 – 8000 6000 – 20.000 > 20.000
Lebar Lajur 3.5 – 6.0 2 x 3.5 2 x 3.5 atau 2 (2 x 3.75)
(m) 2 (2 x 3.5)
Sumber : Alamsyah A.A. 2003, Rekayasa Jalan Raya, UMM Pres

Gambar 10.Tipikal potongan melintang di daerah galian dan timbunan

2.2 Perkerasan (Lapisan Permukaan) dan Kemiringan


1) Kinerja Lapis Permukaan
Berbagai jenis lapis permukaan akan mempunyai karakteristik yang berbeda terhadap
kinerja permukaan jalan dalam fungsinya. Faktor yang dapat membedakan adalah sebagai berikut
:

3
a) Gesekan (friction), gesekan antara roda kendaraan (ban) dengan permukaan jalan
dinyatakan dalam keamanan kecepatan, jarak berhenti dan jarak berputar, superelevasi,
tahanan gelincir dan sebagainya.
b) Gelincir (skidding) adalah suatu keadaan dimana kendaraan tergelincir di atas permukaan
jalan dengan tanpa terjadinya kendaraan berputar.
c) Sliping, suatu kejadian dimana kendaraan melaju di atas permukaan jalan, yang tergelincir
dan berputar arah logitodinal.
d) KerataanPermukaan (rougheness of surface), kondisi ini akan mempengaruhi
kenyamanan dan keamanan serta pada biaya operasi kendaraan.
e) Pantulan Permukaan (light reflectness of surface), warna lapisan permukaan akan
berpengaruh pada pandangan pengemudi (menyilaukan atau redup). Warna yang terang
akan membantu pada malam hari dan sebaliknya untuk warna gelap kurang baik pada
malam hari tetapi baik pada siang hari.
f) Bentuk permukaan (surface texture), bentuk permukaan (bergelombang atau mendatar)
memberikan efek pancaran cahaya lampu kendaraan dari arah berlawan yang melelahkan
pandangan bagi pengemudi kendaraan atau pengemudi.

2) Fungsi dan Pengaruh kemiringan


Kemiringan lapis permukaan berfungsi untuk mengalirkan air atau air hujan di atas
permukaan jalan. Menggenangnya air di atas permukaan akan membahayakan bagi pengendara.
Dari segi kenyamanan lalu lintas, kemiringan jalan dikehendaki untuk sekecil mungkin, tetapi sari
sisi drainase dikehendaki sebesar mungkin.

Tabel 3. Berdasarkan Kemiringan permukaan jalan adalah


Mutu Perkerasan Kemiringan Melintang
Tanpa Kerb Dengan Kerb
Tinggi 1 % - 2% 1.5 % min
Menengah 1.5 % - 3% 2.0 % min
Rendah 2 % - 4%
Sumber : Alamsyah A.A. 2003, Rekayasa Jalan Raya, UMM Pres

2.3 Pengertiang & Fungsi Median


2.3.1 Median
Median adalah suatu jalur yang memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah.Untuk
jalan yang memiliki 4 lajur atau lebih pada lalu lintas dua arah diperlukan median.
Fungsi median adalah :
a) Menyediakan daerah netral yang diperlukan bagi kendaraan dalam keadaan bahaya.
b) Menyediakan ruang untuk berputar pada arah yang berlawanan.
c) Menyediakan ruang untuk kanalisasi arus yang berpindah (channelize traffic)
d) Menyediakan ruang perlindungan bagi pejalan kali
e) Mengurangi silaunya sinar lampu dari kendaraan yang berlawanan arah.
f) Memberikan kenyamanan bagi pengendara.

2.3.2 Lebar Minimum Median


Lebar median sangat bervariasi tergantung pada fungsi yang ditekankan misalnya :
a) 1.5 m untuk perlindungan pejalan kaki

4
b) 5.00 – 7.5 untuk menyediakan ruang bagi pembuatan jalur pada median untuk
perlindungan bagi kendaraan belok kanan.
c) 6.00 – 9.00 m, untuk melindungi kendaraan yang melintasi jalan dari arah berlawanan.
d) 9.0 – 21.0 m, untuk digunakan adanya fasilitas putaran (U – turn).

Tabel 4. Lebar minimum median tergantung klasifikasi perencanaan jalan


Klasifikasi Standar Lebar Minimum Standar Minimum Khusus
(m) (m)
Perencanaan Dalam Kota Luar Kota

Type I Klas I 2.5 0.5 2.5


Klas II 2.0 0.5 2.0
Klas III 2.0 0.5 1.0

Type II Klas II 1.5 0.5 1.0


Klas III 1.5 0.5 1.0
Sumber : Alamsyah A.A. 2003, Rekayasa Jalan Raya, UMM Pres

2.3.3 Jenis Permukaan


Permukaan median harus terbuat dari bahan/tanaman yang dapat dibedakan dengan
perkerasan jalan agar fungsinya dapat tercapai. Ada dua macam jenis permukaan median
:
a) Dibuat dengan memberikan tanaman rumput, untuk lebar > 2.0 m
b) Diperkeras dengan beton, untuk lebar < 2.0 m di daerah perkotaan

2.3.4 Bentuk Median


Median jalan bentuknya berbeda-beda tergantung pada kondisi dan kebutuhan serta
peruntukannya, terdapat 3 bentuk median :
a) Depresi Median, yaitu median yang bentuknya lebih rendah dari perkerasan yang juga
dapat berfungsi sebagai drainase samping dan biasanya cukup lebar.
b) Elevated/raised median, yaitu median yang dibentuk mempunyai elevasi lebih tinggi
dari permukaan jalan, dan biasanya agak sempit.
c) Flushed Median, yaitu median yang dibentuk dengan tinggi permukaan setinggi
pemukaan perkerasan.

2.3.5 Garis pembatas Median


Untuk membedakan permukaan jalan dengan permukaan median dibuat dengan
memberikan garis (marka) memanjang berwarna putih, kuning pada tepi dalam perkerasan
atau kerb.

Ketentuan tentang lebar garis dari tepi dalam perkerasan dibedakan atas klasifikasi dan
typenya seperti pada tabel berikut ini :

5
Klasifikasi Lebar Marginal Strip
Perencanaan Median (m)

Type I Klas I 0.75


Klas II 0.50
Klas III 0.50
Type IIKlas II 0.50
Klas III 0.50
Sumber : Alamsyah A.A. 2003, Rekayasa Jalan Raya, UMM Pres

2.4 Pengertian & Fungsi Bahu Jalan


Bahu jalan adalah daerah yang disediakan ditepi luar jalan antara lapis perkerasan dengan
kemiringan badan jalan (talud) yang bermanfaat bagi lalu lintas. Bahu jalan mempunyai
kemiringan untuk keperluan pengaliran air dari permukaan jalan dan juga untuk memperkokoh
konstruksi jalan.
Penempatan bahu jalan pada sisi kiri dan kanan dalam untuk jalan dengan kelengkapan
median.

a. Fungsi Bahu Jalan


Bahu jalan dibuat untuk memberikan sokongan samping terhadap konstruksi perkerasan
jalan.Bahu jalan dapat juga terdapat ditepi dalam badan jalan khusus pada jalan yang
menggunakan median. Disamping itu juga bahu jalan bermanfaat terhadap:
a) Sebagai ruang untuk menempatkan rambu-rambu lalu lintas
b) Sebagai tempat parkir sementara saat-saat darurat.
c) Sebagai tempat untuk menempatakan material atau alat-alat saat perbaikan jalan
d) Untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan sampaing.

b. Macam bahu jalan


Dalam fungsinya, bahu jalan dapat dibedakan atas permukaannya:
a) Bahu lunak (sof Shoulder), yaitu bahu jalan yang tidak diperkeras dan biasanya
ditanami rumput dan digunakan pada jalan klas rendah.
b) Bahu diperkeras (hard shoulder) yaitu bahu jalan yang diperkeras dan digunakan pada
jalan klas menengah dan tinggi.

c. Lebar bahu
Lebar bahu jalan ditentukan dengan memperhatikan kepentingan konstruksi maupun lalu
lintas. Oleh karena itu bahu jalan diharuskan tidak terlalu sempit, untuk intensitas rendah
(1.5 – 2.0 m) sedangkan intensitas tinggi 3.0 m. Bilamana talud samping cukup landai,
maka bisa dianggap dapat bertindak sebagai bagian dari bahu jalan, sehingga lebar bahu
bisa dipersempit (1.5 m).
Pada umumnya lebar berkisar antara 0.50 – 3.25 sangat tergantung dari klas jalan dan
tipenya.

d. Kemiringan Bahu

6
Kemiringan melintang bahu, seperti halnya pada lapis permukaan, berfungsi menyalurkan
air dari permukaan jalan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tergantung pada tipe dan
jenis perkerasan dan ada tidaknya kerb.Sebagai pedoman di dalam perencanaan ketentuan
tentang kemiringan bahu jalan seperti pada berikut ini.

Jenis perkerasan Tanpa Kerb Dengan Kerb


Aspal 3%-4% 2%
Kerikil 4%-6% 2%-4%
Rumput 8% 3%–4%
Sumber : Alamsyah A.A. 2003, Rekayasa Jalan Raya, UMM Pres

Gambar 11. Perkerasan jalan bahu

2.5 Talud Samping


Talud samping dimungkinkan bilamana badan jalan terletak pada daerah timbunan.
Kemiringan talud samping sesuai dengan klas jalan serta keadaan tanah timbunannya. Sebagai
pedoman di dalam perencanaan, kemiringan talud berada pada interval 1 : 2 (untuk klas rendah)
sampai 1 : 6 (untuk kelas tinggi).

2.6 Jalur Hijau


Untuk jalan type II harus dilengkapi dengan jalur hijau yang tergantung pada keharusan untuk
menjaga kualitas lingkungan yang baik.Lebar jalur hijau yang diharapkan adalah 2.0 meter
sedangkan lebar minimum diwajibkan adalah 1.50 meter.

2.7 Jalur Pejalan Kaki (Side Walk)


Pada prinsipnya, jalan-jalan type II kls I, Kls II dan kls III dilengkapi dengan fasilitias pejalan
kaki (side walk) kecuali untuk jalan perkotaan kls I dimana jalan penghubung ke lahan yang
digunakan dibatasi. Jalan-jalan di daerah suburban dimana lalu lintas pejalan kaki mencapai lebih
dari 300 orang/12 jam dan lalu lintas kendaraan lebih dari 1000 kendaraan/12 jam dianjurkan
dilengkapi dengan jalur pejalan kaki.

a. Lebar minimum sidewalk


Lebar fasilitas jalur pejalan kaki untuk tiap klas jalan berbeda-beda seperti diperlihatkan pada
tabel 4.berikut:

Tabel 5. Lebar sidewalk


Klasifikasi Perencanaan Standar Minimum Lebar khusus minimum
Tipe II Klas I 3.0 1.5

7
Klas II 3.0 1.5
Klas III 1.5 1.5
Sumber: Alamsyah AA. (2001) Rekayasa jalan Raya

b. Potongan melintang
Sidewalk diletakkan berbatasan pada sebelah kiri bahu jalan atau berbatasan langsung dengan
tepi jalan bilamana terdapa jalur parker.Bilamana jalan dilengkapi jalur hijau pada bagian kiri
bahu atau terdapat fasilitas parker, sidewalk ditempatkan berbatasan dengan jalur hijau.

Pada prinsip fasilitas jalan ditempatkan disisi sebelah dalam dari sidewalk. Pepohonan dapat
ditempatkan disisi dalam dari sidewalk untuk kondisi dimana sidewalk berhubungan langsung
dengan tata guna lahan lain. Tetapi dapat juga ditempatkan diluar sidewalk bimana ruang
pembatas (border space) cukup lebar untuk menempatkan pepohonan diantara sidewalk dan
tata guna lahan lain.

Saluran drainase terbuka (open ditches) ditempatkan di luar sidewalk.Saluran tertutup (closed
ditches) dapat dipertimbangkan ditempatkan pada bagian sidewalk bilamana tertutup oleh
lantai beton (slab). Sidewalk ditempatkan dengan permukaan lebih tinggi dari permukaan jalan

Gambar 12.Profil melintang (cross section)

Gambar 13. Gambar profil memanjang


8
2.8 Jalur Sepeda
Jalan-jalan dimana terdapat lalu lintas sepeda lebih dari 500 sepeda/12 jam dan lalu lintas
kendaraan lebih dari 2000 kendaraan/12 jam dilengkapi dengan jalur sepeda atau bicycle
pedestrian ways. Untuk kondisi dimana lalu lintas pejalan kaki lebih dari 1000 orang/12 jam, jalur
sepeda dipisahkan dari jalur pejalan kaki. Jalan dimana lalu lintas sepeda dari 200 sepeda/12 jam
dengan lalu lintas kendaraan lebih dari 2000/12 jam harus dilengkapi dengan jalur sepeda.

b. Lebar minimum
Standara lebar minimum untuk jalur sepeda adalah 2.0 meter. Sedangkan standar minimum
untuk jalur sepeda atau pedestrian adalah 3.5 meter untuk type II jalan klas I dan klas II,
dan 2.5 meter untuk type II klas III. Lebar minimum tersebur dapat dikurangi 0.50 m
bilamana perbandingan antara sepeda dan pejalan kaki relative kecil atau bilamana pada
ruas jembatan yang panjang 50 meter atau lebih. Lebar minimum lajur sepeda adalah 1.0
m dan jarak horizontal antara jalur sepeda dengan jalan kaki 1.0 m. Ruang bebas kea rah
vertical untuk jalur sepeda adalah 2.5 m. Kapasitas rencana untuk 2 lajur 2 jalur sepeda
sebesar 1600 sepeda/ jam. Kecepatan rencana sepeda di jalur adalah 15 km/jam

c. Potongan melintang
Jalur sepeda ditempatkan berbatasan dengan bahu jalan sebelah kiri dengan jalan atau
berbatasan langsung dengan jalan (dalam kondisi dimana jalan memiliki fasilitas
parker).Jika jalan dilengkapi dengan jalur hijau berbatasan dengan bahu kiri atau jalur
parker, maka jalur sepeda ditempatkan berbatasan dengan jalur hijau.
Fasilitas jalan ditempatkan disisi dalam jlaur sepeda atau jalur sepeda atau pedertrian
bilamana berhubungan langsung dengan tata guna lahan lain. Dan pepohonan dapat
ditempatkan diluar jalur sepeda bilamana ruang batas cukup untuk menempatkan
perpohonan di antara jalur sepeda dengan tata guna lahan lain.

2.9Jalur Parkir
Jalur parker dilengkapi disisi kiri jalan untuk type II, kecuali untuk jalan type II klas IV
bilamana kebutuhan parker atau berhenti cukup tinggi maka sepanjang jalan tersebut
keberadaan kendaraan berhenti akan menghalangi kelancaran lalu lintas. Lebar standar jalur
parker adalah 2.5 m. Dalam keadaan perbandingan kendaraan berar terhadap volume lalu lintas
dianggap kecil, lebar jalur parker bisa dikurangi menjadi minimum 2.0 m.

2.10. Frontage Road


Frontage road dilengkapi pada jalan type II dengan 4 lajur atau lebih dimana jalan masuk ke
lajur lalu lintas menerus sangat dibatasi.Pada prinsipnya standar perencanaan jalan type II klas IV
dapat digunakan untuk frontage road atau jalan klas II atau klas IV. Lebar standar frontage road
adalah 4.0, lebar minimum bahu jalan adalah 0.5 m. Pembatas harus dilengkapi bila diperlukan
permisahan arus lalu lintas lambat dengan arus lintas cepat atau pemisahan lalu lintas penghubung
dari lalu lintas menerus. Lebar minimum jalar pembatas adalah 1.5 m dan garis batas di kiri kanan
jalur ini dengan lebar 0.25 m. Jalur pembatas ini permukaannya lebih tinggi dengan memasang
kerb.

9
2.11.Saluran

Saluran dimaksudkan untuk dapat meresap ataupun menampung air dari permukaan jalan dan air
hujan untuk kemudian dialirkan ke tempat lebih rendah yang telah ditentukan/direncanakan.
a. Dimensi Saluran
Dimensi saluran direncanakan berdasarkan volume air rencana dari hitungan curah hujan di sekitar
lokasi tersebut.Desain didasarkan pada desain saluran Standar Perencanaan (KP.01 – KP.07)
beserta penunjangnya.

b. Bentuk saluran
Bentuk saluran terdiri dari dua yaitu bentuk travesium dan segi empat dengan dipilih salah
satunya dengan pertimbang kondisi kebutuhan saluran.

2.12Rangkuman
Profil melintang jalan adalah suatu bentuk dan pelengkap konstruksi perkerasan jalan yang
terlihat sejara jelas fungsi dan dimensinya.
Istilah pengertian melintang yang digunakan dalam rekayasa jalan raya : (1) DAMAJA
(daerah manfaat jalan) (2)D AMIJA (daerah milik jalan) (3) DAWASJA (Daerah pengawasan
jalan)
Jalur jalan dapat terdiri dari satu lajur atau lebih, jumlah jalan pada suatu lajur sangat
ditentukan oleh peramalan kebutuhan volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang akan melalui
jalan tersebut. Lebar lajur ditentukan oleh ukuran dan kecepatan kendaraan dengan memperhatikan
faktor ekonomi, keamanan dan kenyamanan.
Faktor yang dapat membedakan kinerja permukaan jalan dalam fungsinya adalah sebagai
berikut: (1) Gesekan (friction); ( 2) Gelincir (skidding); (3) Sliping; (4) Kerataan Permukaan
(rougheness of surface); (5) Pantulan Permukaan (light reflectness of surface),
Komponen pendukung Profil Melintang Perkerasan jalan seperti; Bahu jalan, Talud jalan,
Jalur Hijau, Jalur Pejalan Kaki, Jalur Sepeda, Jalur parker, Frontage Road, Saluran, Dimensi
Saluran dan Bentuk Saluran.

2.13 Alat Evaluasi


1. Uraikanfungsi profil melintang perkerasan jalan?
2. Uraikan bagian-bagian perkerasan jalan?
3. Uraikan perbedaan dan fungsi profil melintang dengan profil memanjang jalan?
4.Uraikan faktor-faktor kinerja perkerasan jalan?
5. Uraikan faktor-faktor apa yang yang mendukung stabilitas jalan?
6. Uraikanapa perbedaan Jalur dengan lajur jalan raya?
7. Buat sketsa profil melintang perkerasan jalan lengkap dengan bagian-bagian pelengkap?

DAFTAR PUSTAKA

1. Ari Suryawan, (2005). Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid Pavement), Beta Offset,
Yogyakarta.
2. Alamsyah A. A., (2001); Rekayasa Jalan Raya; Penerbit UMM Pres. Malang

10
3. Dirjen Bina Marga, Pembinaan Jalan Kota. (1990); Petunjuk Desain Drainase Pemukaan
Jalan;. Jakarta
4. Dirjen Bina Marga (2007) Modul perencanaan jalan
5. Hamirham Saoddang (2004) Buku 1 (Geometrik Jalan Raya) Penerbit NOVA. Bandung
6. Hamirham Saoddang (2004) Buku 2 (Perencanaan Perkererasan Jalan Raya) Penerbit NOVA.
Bandung.
7. Hamirham Saoddang (2004) Buku 3 (Struktur & Konstruksi Jalan Raya) Penerbit NOVA.
Bandung
8. Soedarsono D. U., (1993); Konstruksi Jalan Raya; Penerbit Pekerjaan Umum,. Jakarta
9. Standar Nasional Indonesia (DSN) (1987); Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen; Jakarta.
10. Sukirman S., (1999); Perkerasan Lentur Jalan Raya; Penerbit NOVA. Bandung
11. Sukirman S., (2010); Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur; Penerbit NOVA. Bandung
12. Yustiadi.(....) Konstruksi Jalan Raya. Tabel. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai