TINJAUAN PUSTAKA
4
Institut Teknologi Nasional
5
3. Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata
rendah.
2.2.5 Median
Median merupakan bangunan pemisah arus lalu lintas yang terletak di
tengah-tengah jalan (Sukirman, 2015). Fungsi median jalan menurut SNI tahun
2004 sebagai berikut:
1. Memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah;
2. mencegah kendaraan belok kanan;
3. lapak tunggu penyeberang jalan;
4. penempatan fasilitas untuk mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan
dari arah yang berlawanan;
5. penempatan fasilitas pendukung jalan;
6. cadangan lajur (jika cukup luas);
7. tempat prasarana kerja sementara;
8. dimanfaatkan untuk jalur hijau.
Lebar median disesuaikan dengan fungsi, status jalan, dan tersedianya
lahan. Lebar median dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Lebar Median Jalan dan Lebar Jalur Tepian
2.2.6 Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak bersebelahan dengan jalur
lalu lintas (Gambar 2.1). Demi keamanan bagi pejalan kaki trotoar maka trotoar
dibuat lebih tinggi dari permukaan jalan.
Lebar trotoar yang biasa dibuat adalah 1,5 m – 3 m, namun pembuatan
trotoar harus memperhatikan besarnya volume pejalan kaki, fungsi jalan, dan
tingkat kecelakaan antara lendaraan dengan pejalan kaki (Sukirman, 2015).
PI2(x3,y3)
A(x1,y1)
d2 d3
d1
PI1(x2,y2) B(x4,y4)
Sudut delta (Δ) diperoleh dari jarak α1 dan α2. Sudut α dapat diperhitungkan
dengan rumus sebagai berikut:
(x2 -x1 )
α = arc tan (2.2)
(y2 -y1 )
karena itu panjang bagian lurus maksimum harus ditempuh dalam waktu tidak lebih
dari 2,5 menit sesuai VR (Pusbin-KPK, 2005). Panjang bagian lurus maksimum
ditetapkan pada Tabel 2.8 sebagai berikut:
Tabel 2.8 Panjang Bagian Lurus Maksimum
Panjang Bagian Lurus Maksimum
Fungsi (m)
Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri 3000 2500 2000
Kolektor 2000 1750 1500
Sumber: Pusbin-KPK, 2005
2.5.5 Superelevasi
Superelevasi adalah kemiringan melintang permukaan pada lengkung
horizontal yang berfungsi untuk mendapatkan komponen berat kendaraan untuk
mengimbangi gaya sentrifugal saat kendaraan melintasi tikungan. Superelevasi
tidak diperlukan pada jalan yang memiliki radius yang besar karena pada jalan
tersebut tidak terdapat gaya sentrifugal. Sesuai dengan Bina Marga tahun 2009
besar superelevasi maksimum ditetapkan antara 4% sampai dengan 10%.
Keterangan:
Rmin = radius minimum untuk satu kecepatan rencana dan satu nilai
superelevasi maksimum.
emaks = superelevasi maksimum (%)
fmaks = koefisien gesek melintang maksimum
V = kecepatan rencana (km/jam)
Keterangan:
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan ditetapkan 2 detik
VR = kecepatan rencana (km/jam)
Tabel 2.9 Panjang Minimum Lengkung Peralihan, Ls
Keterangan:
Ls = panjang lengkung peralihan (m)
Rc = jari-jari lengkung (m)
Bagian jalan yang lurus disebut tangen dan yang membentuk busur
lingkaran disebut circle maka pada bagian kiri disingkat titik TC dan pada bagian
kanan disingkat CT. Komponen-komponen pada lengkung horizontal berbentuk
lengkung lingkaran sederhana dapat diperhitungkan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
TC = RC tg 1⁄2 ∆ (2.6)
RC
EC = - RC (2.7)
Cos 1⁄2 ∆
LC = 0,01745 ∆ RC (2.8)
Keterangan:
Tc = titik penghubung tangen ke circle
Rc = jari-jari lingkaran (m)
Lc = panjang busur lingkaran (m)
Ec = jarak titik PI ke busur lingkaran (m)
Δ = sudut yang terbentuk oleh dua tangen (°)
Titik TS adalah titik peralihan bagian lurus ke bagian berbentuk spiral dan
titik SC adalah titik peralihan dari bagian berbentuk spiral ke bagian berbentuk
lingkaran. Titik TS-SC merupakan lengkung peralihan yang berbentuk spiral
berfungsi untuk menghubungkan bagian lurus atau tangen dengan lingkaran.
Komponen-komponen pada lengkung horizontal berbentuk lengkung spiral-
lingkaran-spiral dapat diperhitungkan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
Ls 2
xs = Ls (1 - ) (2.9)
40 RC 2
Ls 2
ys = (2.10)
6 RC
90 Ls
θs = (2.11)
π RC
θC = ∆ - 2 θs (2.12)
θC
LC = RC (2.13)
180
Ls 2
k = Ls (1 - ) - RC Sin θs (2.14)
40 RC 2
Ls 2
yc = (2.19)
6 RC
θs = ½ Δ (2.20)
LC = 0 (2.21)
Ls 2
k = Ls (1 - ) - RC Sin θs (2.22)
40 RC 2
Pada gambar 2.20 diperoleh bahwa ukuran kendaraan rencana truk tunggal
adala sebagai berikut:
b = lebar truk = 2,44 m
P = jarak antar as roda = 6,1 m
A = tonjolan depan = 1,22 m
Untuk menentukan pelebaran perkerasan pada lengkung horizontal perlu
memperhatikan beberapa elemen dengan persamaan sebagai berikut:
• Akibat off tracking
B = b + R - √(R2 - P2 ) (2.26)
Td = √R2 + A (2 P + A) - R (2.27)
Bt = n (B + C) + (n - 1) Td + Z (2.29)
• Tambahan lebar perkerasan ditikungan
∆b = Bt - Bn (2.30)
Keterangan:
C = lebar kebebasan samping dikiri dan kanan kendaraan
C = 0,60 m untuk Bn = 6 m
C = 0,75 m untuk Bn = 6,6 m
C = 0,90 m untuk Bn = 7,2 m
B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di lengkung horizontal
Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan (m)
Bn = lebar total perkerasan pada bagian lurus (m)
Bt = lebar total perkerasan dilengkung horizontal (m)
n = jumlah lajur
V = kecepatan rencana, km/jam
R = radus lajur (m)
Tambahan lebar perkerasan kurang daro 0,6 m dapat diabaikan dalam
perencanaan.
Tabel 2.12 Nilai K Berdasarkan Jarak Pandang Mendahului pada Lengkung Vertikal Cembung
Tabel 2.12 Nilai K Berdasarkan Jarak Pandang Mendahului pada Lengkung Vertikal Cembung
(Lanjutan)
b. drainase
L ≤ 51 A (2.32)
c. kenyamanan
L > 0,6 V (2.33)
Tabel 2.13 Nilai K Berdasarkan Jarak Pandang Henti pada Lengkung Vertikal Cekung (Lanjutan)
b. kebutuhan drainase
L ≤ 51 A (2.35)
c. kenyamanan penumpang
A V2
L≥ (2.36)
395
d. keluwesan bentuk
L ≥ 30 A (2.37)
elevasi tanah
elevasi muka
gali
timbuna
Setelah mendapatkan data kontur pada aplikasi Global Mapper, file tersebut
di-export dalam bentuk format .xyz.
file data kontur yang telah didapat pada aplikasi Global Mapper. Setelah diinput
data kontur akan terlihat seperti pada gambar 2.26.
secara otomatis. Contoh perencanaan alinyemen vertikal dapat dilihat pada Gambar
2.30.
2. Membuat corridor
Setelah membuat rancangan badan jalan pada tahap sebelumnya dilanjutkan
dengan membuat corridor yaitu menampilkan badan jalan pada alinyemen
horizontal jalan yang telah dibuat sebelumnya. Untuk menampilkan corridor ini
yaitu dengan memilih menu Home – Corridor maka akan muncul kotak dialog
create corridor untuk memasukan data assembly dan data surface. Setelah itu
corridor akan otomatis terbentuk pada alinyemen horizintal seperti pada Gambar
2.33, corridor ini dapat dilihat dengan tampilan 3 dimensi seperti pada Gambar
2.34.