Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR

DENGAN METODE AASHTO


( Studi Kasus Ruas Jalan Apung, Kecamatan Tanjung Selor,
Kabupaten Bulungan )

NAMA : UMI SAIDAH


NPM : 201712013
LATAR BELAKANG
 Ruas jalan Apung merupakan bagian dari jalan Kabupaten Tanjung Selor yang
digunakan untuk sarana perjalanan masyarakat, perusahaan dan sebagai jalur
alternative bagi pengendara yang ingin menuju Tanah Kuning dan sekitarnya.
Kendaraan yang melewati ruas jalan Apung didominasi oleh kendaraan berat
yang melebihi muatan seperti truck pengangkut sawit, truck pengangkut alat
berat, truck pengangkut tabung gas, dan lain-lain, sehingga menimbulkan
beban yang berlebih (overload) pada jalan. Kerusakan- kerusakan ini
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengendara dan masyarakat sekitar.
 kerusakan jalan di ruas jalan Apung mengakibatkan kerugian bagi pengguna
jalan yaitu kerugian waktu tempuh yang biasanya lebih cepat dalam kondisi
baik, karena kondisi jalan yang rusak waktu tempuh yang dibutuhkan lebih
lama, kerugian yang lain bagi pengendara yang melewati ruas jalan Apung
yakni perlu perawatan extra pada kendaraan karena melewati jalan yang
rusak. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis mengambil judul
“Analisis Tebal Perkerasan Lentur Dengan Metode AASHTO (Studi Kasus
Ruas Jalan Apung, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan)”.
TUJUAN PENELITIAN
 Mengetahui tebal perkerasan jalan lentur di ruas jalan Apung, Kecamatan
Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan.
 Mengatuhui penyebab kerusakan jalan di ruas jalan Apung Kecamatan Tanjung
Selor, Kabupaten Bulungan.

BATASAN MASALAH
 Lokasi penelitian pada ruas jalan Apung, Kecamatan Tanjung Selor,
Kabupaten Bulungan.
 Panjang Ruas jalan Apung yang diteliti sepanjang 4,6 km
LANDASAN TEORI
 Klasifikasi jalan menurut fungsi jalan
1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri–ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata–rata tinggi, dan jumlah kendaraan masuk
dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi
 Klasifikasi jalan menurut kelas jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, yang dinyatakan dalam Muatan Sumbu Terberat
(MST) dalam satuan ton.
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan

Muatan Sumbu Terberat MST


Fungsi Kelas
(Ton)

I ˃ 10
Arteri
II 10
 
III 8

III A 8
Kolektor
III B 8
 Klasifikasi jalan menurut medan jalan
Medan jalan diklasifikasikan berdasar kondisi sebagian besar kemiringan medan
yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman medan jalan yang
diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut
rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil
dari segmen rencana jalan tersebut.
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

1. Datar D <3
2. Perbukitan B 3 – 25
3. Pengunungan G ˃ 25
 Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaan jalan
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan kolektor dalam sistem jaringan
primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi dan jalan strategis nasional,
serta jalan tol.
b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten atau kota,
atau antar ibu kota kabupaten atau kota dan jalan strategis provinsi.
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu
kota kecamatan, antar ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder, yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan
antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan atau antar
permukiman di dalam desa serta jalan lingkungan.
Langkah – langkah perencanaan dengan Metode AASHTO

 Analisis lalu lintas


a. Penentuan umur rencana, biasa digunakan 20-40 tahun
b. Penentuan factor distribusi arah (DD)
biasanya nilai yang digunakan sebesar 0,5. Namun pada kasus tertentu besarnya
nilai dari factor distribusi arah bisa digunakan 0,3 – 0,7
c. Penentuan factor distribusi lajur (DL)
d. Data lalu lintas harian rata-rata (LHR)
e. Menghitung lalu lintas pada lajur rencana (W18)

f. Menghitung lalulintas kumulatif selama umur rencana (Wt)


 Perhitungan modulus resilient (MR) tanah dasar
MR = 1500 CBR (psi)
 Menentukan serviceability
a. Indeks kemampuan pelayanan awal (Po), untuk perkerasan kaku
menggunakan nilai Po 4,5 dan untuk perkerasan lentur menggunakan
nilai Po 4,2
b. Indeks kemampuan pelayanan akhir (Pt) dapat menggunakan Karakteristik
modulus bahan berbutir lepas yang digunakan untuk pengembangan chart desain
Tabel 2.9 Karakteristik modulus bahan berbutir lepas
Tabel 2.10 Indeks Kemampuan Pelayanan Akhir (Po)

c. Kehilangan kemampuan pelayanan (∆PSI)


∆PSI = Po – Pt
 Menentukan reliability (R) dan standar deviasi normal (ZR)
Tabel 2.11 Nilai Reliabilitas (R)
Tabel 2.12 Nilai Standar Deviasi Normal untuk Tingkatan Reliability.
 Deviasi standar keseluruhan (So), dapat menggunakan nilai berikut:
Tabel 2.13 Nilai (So)

 Penentuan koefisien drainase


Tabel 2.14 Definisi Kualitas Drainase
Tabel 2.15 Koefisien Drainase (m)

Menentukan bahan dan koefisien layer. ai (Koefisien kekuatan relatif),


dikelompokkan menjadi 5 yaitu: beton aspal (asphalt concrete), lapis pondasi
granular (granular base), lapis pondasi bawa granular (granular subbase),
cement-treated base (CTB), dan asphalt-treated base (ATB).
 Menghitung angka struktural (SN), dapat menggunakan nomogram atau
dengan rumus di bawah ini
 Faktor Penyebab Kerusakan
1. Lalulintas, dapat berupa peningkatan dan repetisi beban.
2. Air, dapat berupa air hujan, sistem drainase yang tidak baik, naiknya air
akibat kapilaritas.
3. Material kontruksi perkerasan, dalam hal ini disebabkan oleh sifat material itu
sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengelolaan yang kurang baik.
4. Iklim, indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan umumnya
tinggi, yang merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, kemungkinan disebabkan oleh sistem
pelaksanaan yang kurang baik atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
dasar yang tidak baik.
6. Proses pemadatan lapisan diatas tanah yang kurang baik.
METODOLOGI PENELITIAN
 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan objek penelitian adalah ruas jalan
Apung, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan dengan panjang 4,6 km,
Lebar 6 meter dan luas 27.600 m2.
 Tahap Penelitian
1. Studi Literatur
2. Data Primer
3. Data Sekunder
a. Data CBR (California Bearing Ratio) Tanah Dasar
b. Data Topografi
c. Data Umur Rencana
d. Data Drainase
e. Data Angka Pertumbuhan Lalu Lintas
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai