PENDAHULUAN
Transportasi merupakan salah satu hal vital dalam kehidupan manusia. Kesuksesan
bertransportasi sangatlah dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi
itu sendiri. Salah satunya adalah jalan raya.
Prasarana jalan merupakan akses terpenting dalam simpul distribusi lalu lintas
perekonomian suatu daerah karena pembangunan prasarana jalan berfungsi menunjang
kelancaran arus barang, jasa dan penumpang sehingga dapat memperlancar pemerataan
hasil pembangunan dalam suatu negara. Disamping hal tersebut pembangunan prasarana
jalan juga merupakan upaya dalam memecahkan isolasi bagi daerah-daerah
pengembangan yang cukup potensial, sehingga dengan terbukanya daerah-daerah
tersebut akan meningkatkan kegiatan perekonomian. Dengan demikian, jalan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menunjang kemajuan serta mempercepat proses
pembangunan. Kenyamanan, keamanan, kelayakan suatu jalan mempunyai suatu
pengaruh yang cukup besar dalam menentukan baik tidaknya suatu jalan.
Berhubungan dengan hal diatas, di mana prasarana jalan dapat membantu
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat maka penyelesaian tugas besar yang
berjudul “ Perencanaan Geometrik Jalan” dapat melatih mahasiswa agar dapat membuat
suatu perencanaan geometrik jalan dari titk C ke titik I. Namun hal utama yang
dibutuhkan untuk merencanakan jalan adalah peta situasi yang menunjukkan ketinggian
tanah atau kontur sekitar daerah perencana. Peta yang digunakan merupakan peta yang
telah disiapkan oleh Dosen pembimbing.
Sistematika penulisan laporan ini disusun bab demi bab yang dimana tiap-tiap bab dibagi
lagi menjadi beberapa bagian yang diuraikan lagi. Hal ini dimaksudkan agar setiap
permasalahan yang akan dibahas dapat segera diketahui dengan mudah. Adapun
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang proyek, alasan pemilihan judul,
Pada Bab ini diberikan data mengenai data hidorologi, data tanah,peta,kontur dandata
lalulintas.
literatur yang menjadi sumber informasi dan berhubungan dengan perencanaan alinyemen
horizontal dan alinyemen vertical, galian dan timbunan dan tebal perkerasan jalan.
Pembahasan dalam ini yaitu tentang perhitungan yaitu panjang trase jalan, sudut antara
BAB V Kesimpulan
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisa dan perencanaan jalan.
BAB 2
DESKRIPSI LOKASI
Sumba timur merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Nusa
Tenggara Timur, ibu kota dari kabupaten Sumba Timur ialah Waingapu, Sumba
Timur sendiri memiliki luas wilayah sebesar7000,50 Km2. Populasi Kabupaten
Sumba Timurtercatat sebanyak 223.116 jiwa Pada taun 2015. Secara geografis
Sumba Timur terletak pada 9o16’-10o20’LS dan 119o45’-120o52’BT batas batas
wilayah ini Wilayah Utara berbatasan denganSelat Sumba, Timur berbatasan
Dengan Laut Sabu, Barat Berbatasan Dengan Kabupaten Sumba Barat Daya dan
arah selatan berabatasan dengan Samudra Hindia Wilayah administrasi terdiri dari
22 Kecamatan dan 140 desa dan 16 kelurahan. Prasarana transporasi yang dimiliki
terdapat Bandara Mauhau Untuk Transportasi Laut terdapat pelabuhan laut
waingapu. Berikut ini ditampilkan peta dari sumba timur
Peta
Sumba
Timur
2.2. Data Tanah
Untuk mendukung kualitas jalan, maka dibutuhkan juga kekuatan dari tanah
sehingga konstruksi jalan yang akan dibangun terhindar dari kerusakan dan juga
penurunan. Untuk itu perlu dilakukan penyelidikan tanah agar dapat mengetahui
seberapa kuat daya dukung tanah, serta penurunan yang terjadi jika tanah dibebani
dengan beban. Beban yang dimaksud yaitu kendaraan yang akan melintas di jalan.
Berikut ini beberapa data hasil penyelidikan tanah pada jalur jalan yang
direncanakan:
Penyelidikan Boring
Penyelidikan bare log dilakuan pada STA 0+600 dan STA 1+200. Berikut ini data
hasil penyelidikan bore log :
STA 0+600
BH 1
STA 1+200
BH 2
2.3.1 Perilaku Karakteristik Tanah
Tabel 2.1. Klasifikasi jalan menurut kelas, fungsi, dimensi kendaraan maksimum dan muatan sumbu terberat.
Syarat Teknis
Bertujuan untuk mendapatkan jalan yang bisa mejamin keselamatan jiwa dan
dapat memberi rasa nyaman berkendaraan bagi pengemudi kendaraan bermotor.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor pendukung, antara lain:
Keadaan Geografi
Keadaan Geografi adalah keadaan permukaan medan dari daerah-daerah yang akan
dilalui oleh jalan yang akan dibuat yang dapat dilhat dalam peta topografi.
Peta topografi ini perlu sekali untuk menghindari sejauh mungkin bukit-bukit, tanah
yang berlereng terjal, tanah yang berawa-rawa dan lain-lainnya. Apabila diperlukan,
maka dapat diusahakan untuk membuat peta yang didapatkan dari pemotretan yang
diambil dari pesawat udara sebagai bantuan untuk mendapatkan daerah yang mempunyai
permukaan tanah yang memenuhi syarat.
Keadaan Geologi
Keadaan Geologi dari daerah yang akan dilalui, harus diperhatikan juga karena
banyak fakta menunjukan adanya bagian jalan yang rusak akibat pengaruh keadaan
geologi. Dengan adanya data yang menyatakan keadaan geologi permukaan medan dari
daerah yang akan dilalui oleh jalan yang akan dibuat, dapat dihindari dari daerah yang
rawan. Adanya bagian jalan yang patah atau longsor sebagai akibat dari tidak adanya data
geologi saat jalan direncanakan.
Pada tikungan gabungan harus dilengkapi bagian lurus atau spiral sepanjang paling
tidak 20m (gambar 2.3 dan 2.4).
Pada sudut tikungan yang kecil, panjang lengkung yang diperoleh seringkali tidak
cukup panjang sehingga memberi kesan patahnya jalan tersebut.
Lengkungan spiral – spiral, yaitu lengkung tanpa busur lingkaran, sudut = ∆ >
Gambar 2.5. Lengkung Spiral – Spiral.
Sumber :SNI. T-14-2004
Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan diantara bagian lurus dan
bagian lengkung yang berjari-jari tetap. Fungsinya adalah untukmengantisipasi
perubahan alinyemen jalan dari bentuk lurus(R tidak berhingga) sampai bagian
lengkung jalan dengan jari-jari tetap sehingga gaya sentrifugal yang terjadi pada
kendaraan saat melewati tikungan berubah secara berangsur, baik saat masuk tikungan
maupun keluar tikungan. Lengkung peralihan terdiri dari lengkung-lengkung lingkaran
pendek dengan jari-jari yang berbeda panjangnya, akan tetapi dapat dihubungkan
menjadi suatu garis lengkung yang lancer. ( Modul Jalan Raya 1 )
Lengkung peralihan (L) diperoleh dengan rumus:
L *2 R
360
Ada 2 jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian
lurus ( tangen )adalah :
a. Lengkung vertikal cekung
Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangen berada di bawah permukaan jalan.
Panjang lengkung cekung juga harus ditentukan dengan memperhatikan beberapa hal
antara lain :
Jarak penyinaran lampu kendaraan.
Jarak ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan L
Gambar 2.9. Lengkung vertikal cekung dengan jarak pandang penyinaran lampu depan > L.
Sumber :PP Jalan Kota, 1997
2) Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan L
Gambar 2.10. Lengkung vertikal dengan jarak pandang penyinaran lampu depan > L
Sumber :PP Jalan Kota, 1997
Perhitungan landai jalan dalam perencanaan ini, dapat dilihat dalam tabel
perhitungan patok, dimana digunakan rumus:
BT
Kemiringan * 100
JL
Dimana: BT = Beda Tinggi
JL = Jarak Langsung
Dari gambar 2.14 , Penampang melintang jalan terdiri dari beberapa bagian
diantaranya antara lain adalah : ( Modul Jalan Raya 1 )