Anda di halaman 1dari 482

PERENCANAAN GEOMETRIK,

TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN

BIAYA (RUAS JALAN KRASAK PRINGAPUS)

KOTA SALATIGA

TUGAS AKHIR

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya pada

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh :

HARTANTO EDY PRASTYO


I 8207006

PROGRAM DIPLOMA III

TEKNIK SIPIL TRANSPORTASI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

PERENCANAAN GEOMETRIK,

TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN

BIAYA (RUAS JALAN KRASAK PRINGAPUS)

KOTA SALATIGA

TUGAS AKHIR

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya pada

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh :

HARTANTO EDY PRASTYO


I 8207006

Surakarta,

Juli 2010

Telah disetujui dan diterima oleh :

Dosen Pembimbing

Ir. SANUSI

NIP. 19490727 198303 1 001

PERENCANAAN GEOMETRIK,

TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

(RUAS JALAN KRASAK PRINGAPUS)

KOTA SALATIGA

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

HARTANTO EDY PRASTYO


I 8207006

Disetujui :

Dosen Pembimbing

Ir. Sanusi, MT T T
NIP. 19490727 198303 1 001

Dipertahankan didepan Tim Penguji

Ir. Djumari, MT

..................................................................

NIP. 195710201987021001

Slamet Jauhari Legowo, ST,MT ..................................................................


NIP. 19670413 199702 1 001

Mengetahui : Disahkan :
Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program D-III Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNS Jurusan Teknik Sipil FT UNS

Ir. Bambang Santoso, MT T Ir. Slamet Prayitno, MT

NIP. 19590823 198601 1 001 NIP. 19531227 198601 1 001

Mengetahui
a.n Dekan
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, MT


NIP 19561112 198403 2 007

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Time is Money.

Berusaha menjadi orang yg detail,teliti dalam segala aspek

Selalu semangat melakukan pekerjaan.

Hargai sesuatu PENCAPAIAN itu pasti ada proses dan jalan.

Selalu ingat akan kebesaran ALLAH, jangan lupa slalu

Bersyukur.

PERSEMBAHAN

Allah SWT

Ibuku tercinta yang sangat hebat sebagai single parent

dalam mendidikxu dan mengarahkanxu

Ayahku tercinta yang tenang disisi ALLAH,Semoga

ditempatkan di JANNAH.AMIN.
Keluarga, kakak kakakxu dan keponakanxu tercinta
Buat ababngku di SOLO(mas MOKO) terimakasih semua

dukungan,saran,petuahmu dan bantuanmu..Jasa printer

dan komputermu sangat besar buatku. Semoga cepet

dapet jodoh&Proyek lancar terus.


Buat temen- temen 07 makasih dukungane.Terutama

Rizal&embah makasih bantuane serta Almamaterku.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah serta inayahnya-Nya, sehingga Tugas Akhir PERENCANAAN

GEOMETRIK DAN ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN KRASAK

PRINGAPUS KOTA SALATIGA dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih

gelar Ahli Madya pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan adanya Tugas Akhir ini diharapkan dapat menambah pengetahuan


dan

pengalaman mengenai perencanaan jalan bagi penulis maupun pembaca.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang

telah membantu penyusunan dan pengerjaan Tugas Akhir ini. Secara


khusus

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir.Mukahar, MSCE, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ir.Noegroho Djarwanti , MT, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir.Bambang Santoso, MT, Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ir.Sanusi, Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.

5. Endah Safitri, ST;MT Selaku Dosen Pembimbing Akademik

6. Rekan rekan DIII Teknik Sipil Transportasi dan semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan, maka


bersifat

diharapkan saran dan kritik yang

membangun. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
kita

semua, amin.

Surakarta,

MARET 2011

Penyusun

HARTANTO EDY PRASTYO

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..i

HALAMAN PERSETUJUAN ..ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI ..vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL ..xii

DAFTAR GRAFIK xiii

DAFTAR NOTASI xiv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...2

1.3 Tujuan .2

1.4 Teknik Perencanaan 2

1.4.1 Perencanaan Geometrik Jalan .3

1.4.2 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur 4

1.4.3 Perencanaan Anggaran Biaya dan Jadwal Waktu

Pelaksanaan (Time Schedule). ..4

1.5 Bagan Alir / Flow Chart Perencanaan ..5

Halaman

BAB II DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.2 Klasifikasi Jalan

10

2.3 Perencanan Geometri Jalan 11

2.3.1 Alinemen Horisontal 11

2.3.2 Bagian Lurus11

2.1.3 Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Time Schedule XX

BAB III METODOLOGI

3.1 Umum .XX

3.2 Diagram Alir ...XX

BAB IV PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN, TEBAL PERKERASAN

LENTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

4.1 Perencanaan Geometrik Jalan .XX

4.1.1 Perbesaran Peta ..XX

4.1.2 Perhitungan Trace Jalan .XX

4.1.2.1 Perhitungan Azimuth..XX

4.1.2.2 Perhitungan Sudut PI..XX

4.1.2.3 Perhitungan Jarak antar PI..XX

4.1.2.4 Perhitungan Kelandaian Melintang XX

4.1.3 Perhitungan Tikungan XX

4.1.3.1 Tikungan PI1...XX

4.1.3.2 Tikungan PI2...XX

4.1.3.3 Tikungan PI3 XX

Halaman

4.1.3.4 Perhitungan Stationing ..XX

4.1.3.5 Kontrol Overlapping XX

4.1.4 Perencanaan Alinemen Vertikal XX

4.1.4.1 Perhitungan Kelandaian Memanjang .XX

4.1.4.2 Perhitungan Alinemen Vertikal .XX

4.2 Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan ..XX

4.2.1 Data Perencanaan Tebal Perkerasan jalan .XX

4.2.2 Perhitungan Volume Lalu Lintas ...XX

4.2.3 Perhitungan Angka Ekivalen (E) Masing-masing

Kendaraan ..XX

4.2.4 Penentuan CBR Desain Tanah Dasar XX

4.2.5 Penentuan Daya Dukung Tanah (DDT) .XX

4.2.6 Penentuan ITP (Indeks Tebal Perkerasan) .XX

4.3 Rencana Anggaran Biaya XX

4.3.1 Analisa Perhitungan Pekerjaan ..XX

4.3.1.1 Perhitungan Volume Pekerjaan Tanah ...XX

4.3.1.2 Perhitungan Volume Pekerjaan Dinding Penahan .XX

4.3.2 Analisa Perhitungan Waktu Pelaksanaan Proyek ..XX

4.3.3 Rencana Anggaran Biaya dan Time Shcedule XX

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek ..XX

Gambar 2.1 Miring Alinemen Horizontal XX

Gambar 2.2 Lengkung Full Circle ...XX

Gambar 2.3 Diagram Super Elevasi Full Circle .XX

Gambar 2.4 Lengkung Spiral Circle - Spiral ..XX

Gambar 2.5 Diagram Super Elevasi Spiral Circle Spiral ..XX

Gambar 2.6 Lengkung Spiral Spiral XX

Gambar 2.7 Diagram Super Elevasi Spiral Spiral ...XX

Gambar 2.8 Jarak Pandang pada Lengkung Horizontal untuk Jh < Lt XX

Gambar 2.9 Jarak Pandang pada Lengkung Horizontal untuk Jh > Lt XX

Gambar 2.10 Pelebaran Perkerasan pada Tikungan ..XX

Gambar 2.11 Kontrol Overlapping.XX

Gambar 2.12 Sationing ..XX

Gambar 2.13 Peta Azimuth XX

Gambar 2.14 Lengkung Vertikal Cembung ...XX

Gambar 2.15 Lengkung Vertikal Cekung ..XX

Gambar 2.16 Susunan Lapis Konstruksi Perkerasan Lentur .XX

Gambar 2.17 Tebal Lapis Perkerasan Lentur.XX

Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan Alinemen Horizontal XX

Gambar 3.2 Diagram Alir Perencanaan Alinemen Vertikal XX

Gambar 3.3 Diagram Alir Perencanaan Tebal Perkerasan ..XX

Halaman

Gambar 3.4 Diagram Alir Perencanaan Rencana Anggaran Biaya dan

Time Schedule ..XX

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Gambar 4.8

Gambar 4.9

Gambar 4.10

Gambar 4.11

Gambar 4.12

Gambar 4.13

Gambar 4.14

Gambar 4.15

Gambar 4.16

Gambar 4.17

Gambar 4.18

Gambar 4.19

Gambar 4.20

Gambar 4.21

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Panjang Bagian Lurus Maksimum ..XX

Tabel 2.2 Panjang Garis Minimum (dibulatkan) untuk emaks = 10%XX

Tabel 2.3 Jari-jari Tikungan yang tidak memerlukan Lengkung Peralihan XX

Tabel 2.4 Kelandaian Maksimum yang diijinkanXX

Tabel 2.5 Prosentase Kendaraan Berat dan yang Berhenti serta Iklim

(Curah Hujan)..............XX

Tabel 2.6 Koefisien Distribusi Kendaraan .XX

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR NOTASI

: Koefisien Relatif

a`

: Daerah Tangen

: Perbedaan Kelandaian (g1 g2) %

: Sudut Azimuth

: Perbukitan

: Perubahan percepatan

Ci

: Koefisien Distribusi

CS

: Circle to Spiral, titik perubahan dari lingkaran ke spiral

CT

: Circle to Tangen, titik perubahan dari lingkaran ke lurus

: Jarak

: Datar

D`

: Tebal lapis perkerasan

: Sudut luar tikungan

: Perbedaan tinggi

Dtjd

: Derajat lengkung terjadi

Dmaks

: Derajat maksimum

DDT

: Daya dukung tanah

: Superelevasi

: Daerah kebebasan samping

Ec

: Jarak luar dari PI ke busur lingkaran

Ei

: Angka ekivalen beban sumbu kendaraan

em

: Superelevasi maksimum

en

: Superelevasi normal

Eo

: Derajat kebebasan samping

Es

: Jarak eksternal PI ke busur lingkaran

Ev

: Pergeseran vertical titik tengah busur lingkaran

: Koefisien gesek memanjang

fm

: Koefisien gesek melintang maksimum

Fp

: Faktor Penyesuaian

: Kemiringan tangen ; (+) naik ; (-) turun

: Pegunungan

: Elevasi titik yang dicari

: Kelandaian melintang

: Pertumbuhan lalu lintas

ITP

: Indeks Tebal Perkerasan

Jd

: Jarak pandang mendahului

Jh

: Jarak pandang henti

: Absis dari p pada garis tangen spiral

: Panjang lengkung vertikal

Lc

: Panjang busur lingkaran

LEA

: Lintas Ekivalen Akhir

LEP

: Lintas Ekivalen Permulaan

LER

: Lintas Ekivalen Rencana

LET

: Lintas Ekivalen Tengah

Ls

: Panjang lengkung peralihan

Ls`

: Panjang lengkung peralihan fiktif

Lt

: Panjang tikungan

: Titik pusat

: Pergeseran tangen terhadap spiral

: Sudut busur lingkaran

: Sudut lengkung spiral

PI

: Point of Intersection, titik potong tangen

PLV

: Peralihan lengkung vertical (titik awal lengkung vertikal)

PPV

: Titik perpotongan tangen

PTV

: Peralihan Tangen Vertical (titik akhir lengkung vertikal)

: Jari-jari lengkung peralihan

Rren

: Jari-jari rencana

Rmin

: Jari-jari tikungan minimum

SC

: Spiral to Circle, titik perubahan spiral ke lingkaran

S-C-S

SS

S-S

ST

: Spiral-Circle-Spiral

: Spiral to Spiral, titik tengah lengkung peralihan

: Spiral-Spiral

: Spiral to Tangen, titik perubahan spiral ke lurus

: Waktu tempuh

Tc

: Panjang tangen circle

TC

: Tangen to Circle, titik perubahan lurus ke lingkaran

Ts

: Panjang tangen spiral

TS

: Tangen to Spiral, titik perubahan lurus ke spiral

Tt

: Panjang tangen total

UR

: Umur Rencana

Vr

: Kecepatan rencana

Xs

: Absis titik SC pada garis tangen, jarak lurus lengkung peralihan

: Factor penampilan kenyamanan

Ys : Ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak

lurus ke titik

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A LEMBAR KOMUNIKASI dan PEMANTAUAN

LAMPIRAN B DAFTAR HARGA SATUAN (Upah, Bahan dan Peralatan)

LAMPIRAN C ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN

LAMPIRAN D GAMBAR AZIMUT

LAMPIRAN E GAMBAR TRACE JALAN

LAMPIRAN F GAMBAR LONG PROFIL

LAMPIRAN G GAMBAR CROSSECTION

LAMPIRAN H GAMBAR PLAN PROFIL

LAMPIRAN I DAFTAR ANGKA EKIVALEN (E) BEBAN SUMBU

KENDARAAN

LAMPIRAN J GAMBAR KORELASI DDT DAN CBR

LAMPIRAN K BATAS BATAS MINIMUM TEBAL LAPIS PERKERASAN

LAMPIRAN L NOMOGRAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan jalan raya merupakan salah satu hal yang selalu beriringan
dengan

kemajuan teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya, karena


itu

jalan merupakan fasilitas penting bagi manusia supaya dapat mencapai


suatu

tujuan daerah yang ingin dituju ataupun dilalui.

Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu

tempat ke tempat yang lain. Arti Lintasan disini dapat diartikan sebagai
tanah

yang diperkeras atau jalan tanah tanpa perkerasan, sedangkan lalu lintas
adalah

semua benda dan makhluk hidup yang melewati jalan tersebut baik
kendaraan

bermotor, tidak bermotor, manusia, ataupun hewan.

Pembuatan Jalan yang menghubungkan Desa Krasak Desa Pringapus Kota

Madya Salatiga yang bertujuan untuk memberikan kelancaran, keamanan,


dan

kenyamanan bagi pemakai jalan serta di harapkan dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat di sekitar jalur jalan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana merencanakan geometrik jalan yang menghubungkan Desa Krasak

Desa Pringapus agar memperoleh jalan yang sesuai dengan fungsi dan
kelas

jalannya?

Bagaimana merencanakan Tebal Perkerasan Jalan, Anggaran Biaya, dan


Time

Schedule yang di butuhkan untuk membuat jalan tersebut?

1.3 Tujuan

Dalam perencanaan pembuatan jalan ini ada tujuan yang hendak dicapai yaitu :

a. Merencanakan bentuk geometrik dari jalan kelas fungsi kolektor

b. Merencanakan tebal perkerasan pada jalan tersebut.

c. Merencanakan anggaran biaya dan Time Schedule yang dibutuhkan


untuk

pembuatan jalan tersebut.

1.4 Teknik Perencanaan

Dalam penulisan ini perencanaan yang menyangkut hal pembuatan jalan


akan

disajikan sedemikian rupa sehingga memperoleh jalan sesuai dengan fungsi dan

kelas jalan. Hal yang akan disajikan dalam penulisan ini adalah :

1.4.1 Perencanaan Geometrik Jalan

Dalam perencanaan geometrik jalan raya pada penulisan ini mengacu pada Tata

Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ( TPGJAK ) Tahun 1997 dan

Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya Tahun 1970 yang dikeluarkan oleh

Dinas Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Perencanaan geometrik

ini akan membahas beberapa hal antara lain :

a. Alinemen Horisontal

Alinemen (Garis Tujuan) horisontal merupakan trase jalan yang terdiri dari :

v Garis lurus (Tangent), merupakan jalan bagian lurus.

v Lengkungan horisontal yang disebut tikungan yaitu :

a.) Full Circle

b.) Spiral Circle Spiral

c.) Spiral Spiral

v Pelebaran perkerasan pada tikungan.

v Kebebasan samping pada tikungan

b. Alinemen Vertikal

Alinemen Vertikal adalah bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau

proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan tinggi

rendahnya jalan terhadap muka tanah asli.

c. Stationing

d. Overlapping

1.4.2 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

Penulisan ini membahas tentang perencanaan jalan baru yang


menghubungkan

dua daerah. Untuk menentukan tebal perkerasan yang direncanakan sesuai


dengan

Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode

Analisis Komponen Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga. Satuan perkerasan yang

dipakai adalah sebagai berikut :

1. Lapis Permukaan (Surface Course) : Laston MS 744

2. Lapis Pondasi Atas (Base Course) : Batu Pecah Kelas A CBR 100%

3. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) : Sirtu Kelas A CBR 70 %

1.4.3 Rencana Anggaran Biaya dan Jadwal Waktu Pelaksanaan ( Time Schedule)

Menghitung rencana anggaran biaya yang meliputi :

1. Volume Pekerjaan

2. Harga satuan Pekerjaan, bahan dan peralatan

3. Alokasi waktu penyelesaian masing-masing pekerjaan.

Dalam mengambil kapasitas pekerjaan satuan harga dari setiap pekerjaan

perencanaan ini mengambil dasar dari Analisa Harga Satuan No. 028 / T / BM /

2008 Dinas Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.

1.5. Bagan Alir / Flow Chart Perencanaan

Untuk lebih jelasnya, perencanaan jalan ini dapat dilihat pada bagan
alir/Flow

Chart dibawah ini :

a. Alinemen Horisontal

Mulai

Data :
Jari jari rencana (Rr)
Sudut luar
Kecepatan Rencana (Vr)

Dicoba Tikungan Full


circle

Rr Rmin
FC

Perhitungan data tikungan


Perhitungan Pelebaran perkerasan
Perhitungan daerah kebebasan
samping

Dicoba Tikungan S C - S

Perhitungan data tikungan


Perhitungan Pelebaran perkerasan
Perhitungan daerah kebebasan
samping

Lc 20 m

Lc < 20 m

Perhitungan data tikungan


Perhitungan Pelebaran
perkerasan
Perhitungan daerah kebebasan
samping

Selesai

Dicoba Tikungan S - S

YA

YA

YA

Tidak

Tidak

Gambar 1.1 Diagram Alir Perencanaan Alinemen Horisontal

b. Alinemen Vertikal

Mulai

Data :
Stationing PPV
Elevasi PPV
Kelandaian Tangent (g)
Kecepatan Rencana (Vr)
Perbedaan Aljabar Kelandaian (A)

Perhitungan Panjang Lengkung Vertikal


Berdasarkan
Syarat kenyamanan pengemudi
Syarat drainase
Syarat keluwesan bentuk
Pengurangan goncangan

Perhitungan :
Pergeseran vertikal titik tengah busur
lingkaran (Ev)
Perbedaan elevasi titik PLV dan titik
yang ditinjau pada Sta (y)
Stationing Lengkung vertikal
Elevasi lengkung vertikal

Selesai

Gambar 1.2. Diagram Alir Perencanaan Alinemen Vertikal

c. Perencanaan Tebal Perkerasan

Mulai

Data :
LHR
Pertumbuhan Lalu lintas (i)
Kelandaian Rata rata
Iklim
Umur rencana (UR)
CBR Rencana

Menghitung Nilai LER


Berdasarkan LHR
Penentuan Nilai DDT

Berdasarkan Korelasi CBR 90%


Penentuan Faktor Regional (FR)
berdasarkan berdasarkan tabel 2.13

Menentukan ITP berdasarkan nilai LER dan


DDT dengan nomogram yang sesuai

Penentuan tebal perkerasaan

Selesai

Menentukan IPt
berdasarkan LER

Menentukan IPo
berdasarkan daftar VI
SKBI 2.3.26.1987

Menentukan nomor
nomogram berdasarkan IPt
dan IPo

Menentukan ITP berdasarkan


ITP dan FR dengan nomogram

Gambar 1.3. Diagram Alir Perencanaan Tebal Perkerasaan

d. Perencanaan Rencana Anggaran Biaya dan Time schedule

Mulai

Data Rencana Anggaran


Gambar Rencana
Daftar Harga Satuan Bahan ,
Upah Pekerja, dan Peralatan

Perhitungan
Volume Perkerasaan

Harga Satuan Pekerjaan

Rencana Anggaran Biaya

Time schedule

Selesai

Gambar 1.4. Diagram Alir Perencanaan Rencana Anggaran


Biaya dan Time Schedule

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan route dari suatu ruas jalan
secara

lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan


data

dan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei lapangan dan
telah

dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku (Shirley L.


Hendarsin,

2000)

Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu

tempat ke tempat lain. Lintasan tersebut menyangkut jalur tanah yang diperkuat

(diperkeras) dan jalur tanah tanpa perkerasan. Sedangkan maksud lalu lintas
diatas

menyangkut semua benda atau makhluk hidup yang melewati jalan tersebut
baik

kendaraan bermotor, gerobak, hewan ataupun manusia (Edy Setyawan, 2003)

Perencanaan geometrik secara umum menyangkut aspek-aspek


perencanaan

bagian-bagian jalan tersebut baik untuk jalan sendiri maupun untuk


pertemuan

yang bersangkutan agar tercipta keserasian sehingga dapat memperlancar


lalu

lintas (Edy Setyawan).

Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah


dasar

(subgrade) yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas (Shirley L.

Hendarsin, 2000)

10

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di


atas

tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi


untuk

menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya.


Beban

kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui bidang kontak roda


beban

berupa beban terbagi rata. Beban tersebut berfungsi untuk diterima oleh lapisan

permukaan dan disebarkan ke tanah dasar menjadi lebih kecil dari daya dukung

tanah dasar ( Silvia Sukirman, 1999 ).

2.2. Klasifikasi Jalan

Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina Marga dalam Tata Cara Perencanaan

Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) No 038/T/BM/1997, disusun pada tabel

berikut:

Tabel 2.1 Ketentuan klasifikasi : Fungsi, Kelas Beban, Medan

FUNGSI JALAN ARTERI KOLEKTOR LOKAL

KELAS JALAN

II

IIIA

IIIA

IIIB

IIIC

Muatan Sumbu

Terberat, (ton)

> 10

10

8 Tidak

ditentukan

TIPE MEDAN

3-25

>25 <3

G D

Kemiringan
Medan, (%)

<3

3-25

>25 <3

3-25 >25

Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (Administratif) sesuai PP.

No. 26 / 1985 : Jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya,

Jalan Desa dan Jalan Khusus

Keterangan : Datar (D), Perbukitan (B) dan Pegunungan (G)

Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997

11

2.3. Perencanaan Geometrik Jalan

2.3.1. Alinemen Horisontal

Pada perencanaan alinemen horisontal, umumnya akan ditemui dua bagian


jalan,

yaitu : bagian lurus dan bagian lengkung atau umum disebut tikungan yang
terdiri

dari 3 jenis tikungan yang digunakan, yaitu :

Lingkaran ( Full Circle = F-C )

Spiral-Lingkaran-Spiral ( Spiral- Circle- Spiral = S-C-S )

Spiral-Spiral ( S-S )

2.3.2. Bagian Lurus

Panjang maksimum bagian lurus harus dapat ditempuh dalam waktu

(Sesuai VR), dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat dari


kelelahan.

Tabel 2.2 Panjang Bagian Lurus Maksimum

Fungsi Panjang Bagian Lurus Maksimum ( m )

Datar Bukit Gunung

Arteri

Kolektor

3.000 2.500 2.000

2.000 1.750 1.500

Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997

2.3.3. Tikungan

2.3.3.1. Jari-jari Minimum

Agar kendaraan stabil saat melalui tikungan, perlu dibuat suatu kemiringan

melintang jalan pada tikungan yang disebut superelevasi (e). Pada saat
kendaraan

melalui daerah superelevasi, akan terjadi gesekan arah melintang jalan antara
ban

kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya gesekan


melintang.

12

Perbandingan gaya gesekan melintang dengan gaya normal disebut


koefisien

gesekan melintang (f).

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu


dapat

dihitung jari-jari minimum untuk superelevasi maksimum dan koefisien gesekan

maksimum.

Rumus penghitungan lengkung horizontal dari buku TPGJAK :

fmaks = 0,192 (0,00065 x VR) .........................................................................


(1)

Rmin = ) f e ( 127
V

maks maks

2
R
+ ............................................................................... (2)

Dmaks = 2
R

maks maks
V
) f e ( 53 , 181913 + ................................................................... (3)

Keterangan : Rmin : Jari-jari tikungan minimum, (m)

VR

: Kecepatan kendaraan rencana, (km/jam)

emaks : Superelevasi maksimum, (%)

fmaks

: Koefisien gesekan melintang maksimum

: Derajat lengkung

Dmaks : Derajat maksimum

Untuk perhitungan, digunakan emaks = 10 % sesuai tabel

Tabel 2.3 panjang jari-jari minimum (dibulatkan) untuk emaks = 10%

VR(km/jam) 120 100 90 80 60 50 40 30 20

Rmin (m) 600 370 280 210 115 80 50 30 15

Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997

Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku fmaks = - 0,00065 V + 0,192

80 112 km/jam berlaku fmaks = - 0,00125 V + 0,24

13

Menghitung derajat kelengkungan terjadi dan superelevasi terjadi dengan


rumus :

Dtjd

rR
39 , 1432 .............................................................................................(4)

max

max
2

max

2
max 2
D
De
D
Dee
tjd tjd
tjd
+ - = ....................................................................(5)

Keterangan :

Dtjd = Derajat kelengkungan terjadi

e tjd = Superelevasi terjadi, (%)

Rr = Jari-jari tikungan rencana, (m)

emaks = Superelevasi maksimum, (%)

Dmaks = Derajat kelengkungan maksimum

2.3.3.2. Lengkung Peralihan (Ls)

Dengan adanya lengkung peralihan, maka tikungan menggunakan jenis S-CS.

panjang lengkung peralihan (Ls), menurut Tata Cara Perencanaan


Geometrik

Jalan Antar Kota, 1997, diambil nilai yang terbesar dari tiga persamaan

di bawah ini :

1. Berdasar waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung

peralihan, maka panjang lengkung :

Ls = 6 , 3
VR x T....................................................................................................... (6)

2. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, digunakan rumus Modifikasi Shortt:

Ls = 0,022 x C Rr
VR

3
- 2,727 x C
ed VR ............................................................ (7)

14

3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

Ls =

nm
r
ee

6,3
) ( xVR............................................................................................. (8)

4. Sedangkan Rumus Bina Marga

Ls = m e e W
tjd n + ) ( 2 ................................................................................... (9)

Keterangan :

T = Waktu tempuh = 3 detik

Rr = Jari-jari busur lingkaran (m)

C = Perubahan percepatan 0,3-1,0 disarankan 0,4 m/det2

re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, sebagai


berikut:

Untuk Vr 70 km/jam

Untuk Vr 80 km/jam

re mak = 0,035 m/m/det

re mak = 0,025 m/m/det

= Superelevasi

em = Superelevasi Maksimum

en = Superelevasi Normal

m = Seperlandai Maksimum (Tabel 2 PPGJR 1970 hal 16)

15

Gambar 2.1. Lengkung Full Circle

2.3.4. Jenis Tikungan

2.3.4.1. Bentuk busur lingkaran Full Circle (F-C)

Keterangan :

= Sudut Tikungan

O = Titik Pusat Tikungan

TC = Tangen to Circle

CT = Circle to Tangen

Rc = Jari-jari Lingkaran

Tc = Panjang tangen (jarak dari TC ke PI atau PI ke TC)

Lc = Panjang Busur Lingkaran

Ec = Jarak Luar dari PI ke busur lingkaran

Tc

TC CT

DPI
Rc Rc

Ec

Lc

PI
DPI

16

FC (Full Circle) adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu

lingkaran saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk R (jari-jari) yang besar agar

tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil maka diperlukan superelevasi yang

besar.

Tikungan FC ( Full Circle ) biasa digunakan pada sudut tikungan ( DPI ) kecil

( < 100 ) , dan R Rencana > R min tanpa ls ,dengan syarat Lc > 20 m

Tabel 2.4 Jari-jari minimum tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan

VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Rmin 2500 1500 900 500 350 250 130 60

Sumber TPGJAK 1997

Tc= Rc tan DPI..............................................................................................(10)

Ec = Tc tan DPI ...........................................................................................


(11)

Lc = o
PI Rc
360
2 . p D .............................................................................................. (12)

17

2.3.4.2. Tikungan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)

Gambar 2.2 Lengkung Spiral-Circle-Spiral

Keterangan gambar :

Xs = Absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC

Ys = Jarak tegak lurus garis tangen (garis dari titik PI ke titik TS) ke titik SC

Ls = Panjang spiral (panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST )

Lc = Panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)

Tt = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST

TS = Titik dari tangen ke spiral

SC = Titik dari spiral ke lingkaran

Et = Jarak dari PI ke busur lingkaran

qs = Sudut lengkung spiral terhadap tangen

Rr = Jari-jari lingkaran

18

p = Pergeseran tangen terhadap spiral

k = Absis dari p pada garis tangen spiral

Fs = Sudut lentur spiral terhadap tangen

A = Titik absis dari p pada garis tangen spiral

B = Titik singgung garis tangen dari titik PI ke titik TS dengan busur

lingkaran sebelum mengalami p

C = Titik potong Xs dengan Ys

Tpa = Panjang tangen dari TS ke B

Tbs = Panjang tangen dari TS ke SC

Tpc = Panjang tangen dari B ke SC

Tikungan S-C-S biasa digunakan pada lengkung dengan sudut tikungan


( DPI )

sedang ( antara 100 - 300 ) dengan syarat D c > 0 , Lc 20 m

Rumus-rumus yang digunakan :

1. Xs = Ls

-2

40 1 Rr
Ls ...................................................................(13)

2. Ys =


xRr
Ls
6

2
...................................................................................(14)

3. qs = Rr
Ls x p
90 .................................................................................(15)

4. Dc = ( ) s PI Q - D . 2 .........................................................................(16)

5. Lc = Rr x x c p

D
180 ........................................................................(17)

6. p = ) cos 1 ( 6

2
s Rr Rr x
Ls Q - - ...........................................................(18)

19

7. k = s x Rr Rr x

Ls Ls Q -

- sin 40 .................................................(19)

8. Tt = k x p Rr PI + D + 2 1 tan ) ( .......................................................(20)

9. Et = Rr x p Rr PI - D + 2 1 sec ) ( .....................................................(21)

10. Ltot = Lc + 2Ls .................................................................................(22)

2.3.4.3. Tikungan Spiral-Spiral (S-S)

Gambar 2.3 Lengkung Spiral-Spiral

20

Keterangan gambar :

Tt = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST

Xs = Absis titik SS pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SS

Ys = Jarak tegak lurus garis tangen dari titik PI ke titik TS ke titik SS

Ls = Panjang dari titik TS ke SS atau SS ke ST

TS = Titik dari tangen ke spiral

Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran

qs = Sudut lengkung spiral

Rr = Jari-jari lingkaran

p = Pergeseran tangen terhadap spiral

k = Absis dari p pada garis tangen spiral

Fs = Sudut lentur spiral terhadap tangen

A = Titik absis dari p pada garis tangen spiral

B = Titik singgung garis tangen dari titik PI ke titik TS dengan lengkung

spiral sebelum mengalami p

C = Titik potong Xs dengan Ys

Tpa = Panjang tangen dari TS keB

Tbs = Panjang tangen dari TS ke SS

Tpc = Panjang tangen dari B ke SS

Tikungan S - S biasa digunakan pada


300 )

dengan syarat Lc < 20

21

Rumus-rumus yang digunakan :

1. Rr

sudut tikungan ( DPI ) besar ( >

Ls s 2 2
360
1
= Q p ........................................................................................(23)

2. ( ) 1 2 s c PI Q - D = D .................................................................................
(24)

3. 180
Rr c Lc D = p ................................................................................(25)

4. 2
2
PI s D = Q

...................................................................................(26)

5. 90

2 Rr s Ls Q = p ....................................................................................(27)

6. ( )

=2

40 Rr
Ls Ls Xs .................................................................................. (28)

7. Ys =

Rr
Ls
.6

2
.........................................................................................(29)

8. p
(30)

9.

= ( ) s Rr s Q - - U cos 1 ........................................................................

k = s x Rr s Q - C sin ...........................................................................(31)

10. Ts = k x p Rr PI + D + 2 1 tan ) ( ...............................................................


(32)

11. Es = Rr x p Rr PI - D + 2 1 sec ) ( ..............................................................


(33)

12. Ltot= 2 x Ls ...............................................................................................


(34)

22

Kemiringan normal pada bagian jalan lurus

Kanan = ka - Kiri = ki -

e = - 2% h = beda tinggi e = - 2%

Kemiringan melintang pada tikungan belok kanan

As Jalan

Kanan = ka -

Kiri = ki +

emin h = beda tinggi

emaks

Kemiringan melintang pada tikungan belok kiri

As Jalan Kanan = ka +

Kiri = ki -

emaks
h = beda tinggi

emin

As Jalan

2.3.5. Diagram Super elevasi

Super elevasi adalah kemiringan melintang jalan pada daerah tikungan.


Untuk

bagian jalan lurus, jalan mempunyai kemiringan melintang yang biasa


disebut

lereng normal atau Normal Trawn yaitu diambil minimum 2 % baik sebelah kiri

maupun sebelah kanan AS jalan. Hal ini dipergunakan untuk sistem drainase
aktif.

Harga elevasi (e) yang menyebabkan kenaikan elevasi terhadap sumbu


jalan di

beri tanda (+) dan yang menyebabkan penurunan elevasi terhadap jalan
di beri

tanda (-).

23

Sisi dalam tikungan

Bagian lengkung penuh

Sisi luar tikungan

Sedangkan yang dimaksud diagram superelevasi adalah suatu cara untuk

menggambarkan pencapaian super elevasi dan lereng normal ke


kemiringan

melintang (superelevasi). Diagram superelevasi pada ketinggian bentuknya

tergantung dari bentuk lengkung yang bersangkutan.

a) Diagram Superelevasi pada Full-Circle

Gambar 2.4 Diagram Superelevasi Full-Circle

en= -2%

As Jalan

As Jalan As Jalan

As Jalan

en= -2% en= -2%

e=0%

en= -2%

e = +2%

e min

iv iii

ii

e maks

TC
emax

Lc

Ls

e=

en= -2%

CT

Ls

1/3

2/3

1/3

2/3

Emin

e = 0%

en= -2%

24

III II

Tikungan Luar

Tikungan Dalam

e maks

e mins

Untuk mencari kemiringan pada titik x :

x
Ls = y
e en max) ( + ...................... ................................................................(35)

Jika x diketahui maka kemiringan pada titik x adalah y en ; sebaliknya


juga

untuk mencari jarak x jika y diketahui.

b) Diagram superelevasi pada Spiral Cricle Spiral menurut Bina Marga.

As Jalan

en = -2% en = -2%

As Jalan

en = -2%

0%

I II

Ts
II III IV

Cs

Lc

en = - 2 % en = - 2 %

IV

Ts

0% 0%

Ls Ls

SC TS CS ST

25

III I II

Tikungan Luar

Gambar 2.5 Diagram Super Elevasi Spiral-Cirle-Spiral.

c) Diagram superelevasi pada Spiral Spiral menurut Bina Marga.

- 2%

TS

0% 0%

en = - 2%

ST emin

emak
I II III

Ls Ls

As Jalan

-2%

+2%

e min

As Jalan e maks

IV III

26

garis pandang
E

Lajur
Dalam Lajur
Luar
Jh

Penghalang
Pandangan

R R' R

Lt

Gambar 2.6. Diagram Superelevasi Spiral-Spiral

2.3.6. Daerah Bebas Samping Di Tikungan

Jarak Pandang pengemudi pada lengkung horisontal (di tikungan), adalah

pandanngan bebas pengemudi dari halangan benda-benda di sisi jalan.


Daerah

bebas samping di tikungan dihitung bedasarkan rumus-rumus sebagai berikut :

2.3.6.1. Jarak pandangan lebih kecil daripada panjang tikungan (Jh < Lt).

Gambar 2.7. Jarak pandangan pada lengkung horizontal untuk Jh < Lt

As Jalan

en = -2% en = -2%

As Jalan

en = -2%

0%

As Jalan

-2%

+2%

e mins

As Jalan
e maks

IV III

II

27

PENGHALANG PANDANGAN

R
R'
R

Lt

LAJUR DALAM
LAJUR LUAR Jh

Lt

GARIS
PANDANG

Keterangan :

Jh = Jarak pandang henti (m)

Lt = Panjang tikungan (m)

E = Daerah kebebasan samping (m)

R = Jari-jari lingkaran (m)

Maka

E = R ( 1 cos R

Jh o

.
90
p ) ......................................................(36)

2.3.6.2. Jarak pandangan lebih besar dari panjang tikungan (Jh > Lt)

Gambar 2.8. Jarak pandangan pada lengkung horizontal untuk Jh > Lt

Keterangan:

Jh = Jarak pandang henti

Jd = Jarak pandang menyiap

Lt = Panjang lengkung total

R = Jari-jari tikungan

R = Jari-jari sumbu lajur

Maka E = R (1- cos R


Jh
.
. 90
P)+( ()R
Jh Sin Lt Jh .
. 90 . 2 1
P - .)......................(37)

28

2.3.7. Pelebaran Perkerasan

Pelebaran perkerasan dilakukan pada tikungan-tikungan yang tajam, agar

kendaraan tetap dapat mempertahankan lintasannya pada jalur yang telah

disediakan.

Gambar dari pelebaran perkerasan pada tikungan dapat dilihat pada


gambar

berikut ini.

Gambar 2.9 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan

Rumus yang digunakan :

B = n (b + c) + (n + 1) Td + Z ......................................................(38)

b = b + b ......................................................(39)

b = Rr2 - 2 2 p Rr -

......................................................(40)

Td = ( ) R A p A Rr - + + 2 2

......................................................(41)

29

Z=

R
V 105 , 0

......................................................(42)

e = B - W ......................................................(43)

Keterangan:

B = Lebar perkerasan pada tikungan

n = Jumlah jalur lalu lintas

b = Lebar lintasan truk pada jalur lurus

b = Lebar lintasan truk pada tikungan

p = Jarak As roda depan dengan roda belakang truk

A = Tonjolan depan sampai bumper

W = Lebar perkerasan

Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan

Z = Lebar tambahan akibat kelelahan pengamudi

c = Kebebasan samping

e = Pelebaran perkerasan

Rr = Jari-jari rencana

30

2.3.8. Kontrol Overlapping

Pada setiap tikungan yang sudah direncanakan, maka jangan sampai terjadi
Over

Lapping. Karena kalau hal ini terjadi maka tikungan tersebut menjadi tidak aman

untuk digunakan sesuai kecepatan rencana. Syarat supaya tidak terjadi


Over

Lapping : aI > 3V

Dimana : aI = Daerah tangen (meter)

V = Kecepatan rencana

Contoh :

Gambar 2.10. Kontrol Over Lapping

Vr = 120 km/jam = 33,333 m/det.

Syarat over lapping a a, dimana a = 3 x V detik = 3 x 33,33 = 100 m

bila aI d1 Tc 100 m

aman

aII d2 Tc Tt1 100 m

aIII d3 Tt1 Tt2 100 m

aIV d4 Tt2 100 m

a3

d1 d2

d3

d4

ST CS

SC
TS

aman

aman

aman

ST TS

TC

CT
PI-1 PI-2

PI-3

a1

a2

a4

31

2.3.9. Perhitungan Stationing

Stasioning adalah dimulai dari awal proyek dengan nomor station angka sebelah

kiri tanda (+) menunjukkan (meter). Angka stasioning bergerak kekanan dari titik

awal proyek menuju titik akhir proyek.

2.11. Stasioning

StaTs

PI2

Ts3

Ls2

Lc1

PI3

PI1

Sta Cs

Sta Sc

Sta Ts

Sta St

Lc3
Ls3

Ls3

Ls2

Sta St

Sta Tc

Tc1

Ts2

d1

d2

Ls1

d3

Sta Ct
Ls1

Sta B

Sta A

d4

32

Contoh perhitungan stationing :

STA A

= Sta 0+000m STA Sc3 = Sta Ts3 + Ls3

STA PI1

= Sta A + d 1 STA Cs3 = Sta Sc3 + Lc3

STA Tc1

= Sta PI1 Tc1 STA St3 = Sta Cs3 + Ls3

STA Ct1

= Sta Tc1 + Lc1 STA B

STA PI2

= Sta Ct1 + d 2 Ts2

STA Ts2

= Sta PI2 Ts2

STA St2

= Sta PI2 Ls2

STA PI3 = Sta St2 + d 3 Ts3

33

= Sta Ct3 + d4 Ts3

v Flow Chart Perencanaan Lengkung Horisontal

Tidak

Mulai

Data :

Sudut luar tikungan (D PI)


Kecepatan rencana (Vr)
Superelevasi maksimum (e maks)

Perhitungan :
Jari-jari minimum (Rmin)
Derajat lengkung maksimum (D maks )

Tikungan S-C-S

Gambar.2.12 Diagram alir perencanaan tikungan Full Circle

Perhitungan Data Tikungan FC :

Lengkung peralihan fiktif (Ls)


Panjang tangen (Tc)
Jarak luar dari PI ke busur lingkaran (Ec)
Panjang busur lingkaran (Lc)

Daerah Kebebasan samping

Checking : 2 Tc > Lc.ok

Selesai

Pelebaran Perkerasan

Diagram superelevasi

Ya

Perhitungan Dtjd dan etjd

Dicoba Tikungan FC

Jh dan Jd

Rr tanpa Ls

34

Mulai

Data :

Sudut luar tikungan (DPI)


Kecepatan rencana (Vr)
Superelevasi maksimum (e maks)

Syarat : Lc 20m, Dc > 0

Perhitungan :
Superelevasi terjadi (etjd)
Panjang Lengkung peralihan (Ls)
Sudut lengkung spiral (qs)
Sudut busur lingkaran (Dc)
Panjang Busur Lingkaran (Lc)

Perhitungan Data Tikungan S-C-S :

Absis titik SC (Xs) dan Ordinat titik SC (Ys)


Pergeseran Tangen terhadap spiral (p)
Absis dari p pada garis tangen spiral (k)
Panjang tangen total (Tt)
Jarak luar dari PI ke busur lingkaran (Et)

Tikungan S-S

Checking : 2Tt > Lc + 2Ls.ok

Tidak

Perhitungan :
Jari-jari minimum (Rmin)
Derajat lengkung maksimum (D maks )

Dicoba Tikungan S-C-S

Daerah Kebebasan samping

Selesai

Pelebaran Perkerasan

Diagram superelevasi

Jh dan Jd

Gambar.2.13. Diagram alir perencanaan tikungan S-C-S

Rmin tanpa Ls > Rr dengan Ls > Rmin dengan Ls

35

Mulai

Data :
Sudut Luar Tikungan (DPI)
Kecepatan Rencana (Vr)
Superelevasi maksimum (e maks)

Perhitungan :
Superelevasi terjadi (etjd)
Panjang Lengkung peralihan (Ls)
Sudut Lengkung spiral (qs)
Sudut busur lingkaran (Dc)
Panjang Busur Lingkaran (Lc)

Perhitungan Data Tikungan S-S :


Panjang Lengkung peralihan (Ls), Lt = 2 Ls
Absis titik SC (Xs) dan Ordinat titik SC (Ys)
Pergeseran Tangen terhadap spiral (p)
Absis dari p pada garis tangen spiral (k)
Panjang tangen (Ts)
Jarak luar dari PI ke busur lingkaran (Es)

qs = DPI /2

Checking : Ts > Ls .ok

Perhitungan :
Jari-jari minimum (Rmin)
Derajat lengkung maksimum (D maks )

Rmin tanpa Ls > Rr dengan Ls > Rmin dengan Ls

Syarat : Lc = 0 m, Dc = 0

Diagram superelevasi

Selesai

Daerah Kebebasan samping

Pelebaran Perkerasan

Jh dan Jd

Gambar.2.14. Diagram alir perencanaan tikungan S - S

36

2.4. Alinemen Vertikal

Alinemen Vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang

ditinjau, berupa profil memanjang. Pada peencanaan alinemen vertikal


terdapat

kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga

kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung. Disamping


kedua

lengkung tersebut terdapat pula kelandaian = 0 (datar).

Rumus-rumus yang digunakan dalam alinemen Vertikal :

1. g = (elevasi awal elevasi akhir ) % 100 .. (44)


Sta awal- Sta akhir

2. A = g1 g2 (45)

3.

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ ..... (46)

4. Ev = 800
Lv A .. (47)

5. x = Lv 4 1 ... (48)

6. y =
()

Lv

Lv A

200
41
2
(49)

7. Panjang Lengkung Vertilkal (Lv) :

a. Syarat keluwesan bentuk

Lv = 0,6 x V .... (50)

b. Syarat drainase

Lv = 40x A .. (51)

c. Syarat kenyamanan

Lv = 390

2 A V (52)

37

d. Syarat Jarak pandang, baik henti / menyiap

- Cembung

Jarak pandang henti :

Jh < Lv

Lv = 2
21

) 2 2 ( 100 h h
AxJh
+

...... (53)

Jh > Lv

Lv = A
h h xJh

2
2 1 ) ( 200 2 + . (54)

Jarak pandang menyiap :

Jh < Lv

Lv = 2
21

) 2 2 ( 100 h h
AxJh
+ (55)

Jh > Lv

Lv = A
h h xJh

2
2 1 ) ( 200 2 + . (56)

Cekung

Jarak pandang henti

Jh < Lv

Lv = ) 5 , 3 ( 150

xJh
AxJh
+

(57)

Jarak pandang menyiap

Jh > Lv

Lv =

+-A
Jh S 5 , 3 150 2
.. (58)

38

1.) Lengkung vertical cembung

Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di atas

permukaan jalan

Gambar. 2.15. Lengkung Vertikal Cembung

2.) Lengkung vertical cekung

Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di atas

permukaan jalan

Gambar 2.16. Lengkung Vertikal Cekung.

Keterangan :

PLV = titik awal lengkung parabola.

PPV = titik perpotongan kelandaian g1 dan g2

PTV = titik akhir lengkung parabola.

g = kemiringan tangen ; (+) naik; (-) turun.

= perbedaan aljabar landai (g1 - g2) %.

EV = pergeseran vertikal titik tengah busur lingkaran (PV1 - m) meter.

PL
V

d1 d2

g2 EV
m
g1
h2 h1

Jh

L PTV

PPV

PL

EV

g2
g1 Jh PTV

LV

39

Lv = Panjang lengkung vertikal

V = kecepatan rencana (km/jam)

Jh

= jarak pandang henti

= koefisien gesek memanjang menurut Bina Marga, f = 0,35

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Alinemen Vertikal

1) Kelandaian maksimum.

Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan


penuh

mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan


semula

tanpa harus menggunakan gigi rendah.

Tabel 2.5 Kelandaian Maksimum yang diijinkan

Landai maksimum % 3 3 4 5 8 9 10 10

VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40

Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997

2) Kelandaian Minimum

Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, perlu dibuat

kelandaian minimum 0,5 % untuk keperluan kemiringan saluran samping,

karena kemiringan jalan dengan kerb hanya cukup untuk mengalirkan air

kesamping.

3) Panjang kritis suatu kelandaian

Panjang kritis ini diperlukan sebagai batasan panjang kelandaian maksimum

agar pengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh Vr.

40

Tabel 2.6 Panjang Kritis (m)

Kecepatan pada awal

tanjakan (km/jam)

Kelandaian (%)

4 5 6 7 8 9 10

80 630 460 360 270 230 230 200

60 320 210 160 120 110 90 80

Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997

v Flow Chart Perencanaan Alinemen Vertikal

Data :

Stationing PPV
Elevasi PPV
Kelandaian Tangent (g)
Kecepatan Rencana (Vr)

Perbedaan Aljabar Kelandaian (A)

Perhitungan Panjang Lengkung Vertikal

Berdasarkan

Syarat jarak pandang henti


Syarat penyinaran lampu besar
Syarat lintasan bawah
Pengurangan goncangan
Syarat keluwesan bentuk
Syarat kenyamanan pengemudi
Syarat drainase

Perhitungan :

Pergeseran vertikal titik tengah busur


lingkaran (Ev)
Perbedaan elevasi titik PLV dan titik
yang ditinjau pada Sta (y)
Stationing Lengkung vertikal
Elevasi lengkung vertikal

Selesai

Gambar 2.17. Diagram Alir Perencanaan Alinemen Vertikal

41

2.5. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

Perencanaan konstruksi lapisan perkerasan lentur disini untuk jalan baru dengan

Metoda Analisa Komponen, yaitu dengan metoda analisa komponen SKBI

2.3.26. 1987.
istilah

Adapun untuk perhitungannya perlu pemahaman Istilah-

sebagai berikut :

2.5.1. Lalu lintas

1. Lalu lintas harian rata-rata (LHR)

Lalu lintas harian rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan pada
awal

umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau
masing-

masing arah pada jalan dengan median.

- Lalu lintas harian rata-rata permulaan (LHRP)

()

1
11
n
S P i LHR LHR + = ................................................................................(59)

- Lalu lintas harian rata-rata akhir (LHRA)

()
2
21
n
P A i LHR LHR + = ...............................................................................(60)

2. Rumus-rumus Lintas ekuivalen

- Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP)

E C LHR LEP

mp j
Pj =
=
...............................................................................(61)

- Lintas Ekuivalen Akhir (LEA)

E C LHR LEA

mp j
Aj =
=
...............................................................................(62)

42

- Lintas Ekuivalen Tengah (LET)

2
LEA LEP LET + = .........................................................................................(63)

- Lintas Ekuivalen Rencana (LER)

Fp LET LER = .............................................................................................(64)

10

2 n Fp = ...........................................................................................................
(65)

Dimana: i1 = Pertumbuhan lalu lintas masa konstruksi

i2 = Pertumbuhan lulu lintas masa layanan

J = jenis kendaraan

n1 = masa konstruksi

n2 = umur rencana

C = koefisien distribusi kendaraan

E = angka ekuivalen beban sumbu kendaraan

Fp = Faktor Penyesuaian

2.5.2. Angka Ekuivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

Angka Ekuivalen (E) masing-masing golongan beban umum (Setiap kendaraan)

ditentukan menurut rumus daftar sebagai berikut:

8160 .

= kg dlm tunggal sumbu satu beban Tunggal Sumbu E ....................(66)

8160 .

= kg dlm ganda sumbu satu beban Ganda Sumbu E .........................(67)

43

2.5.3. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT dan CBR)

Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi DDT dan

CBR.

2.5.4. Faktor Regional (FR)

Faktor regional bisa juga juga disebut faktor koreksi sehubungan dengan

perbedaan kondisi tertentu. Kondisi-kondisi yang dimaksud antara lain


keadaan

lapangan dan iklim yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan daya


dukung

tanah dan perkerasan. Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan


ini

Faktor Regional hanya dipengaruhi bentuk alinemen ( Kelandaian dan Tikungan)

Tabel 2.7 Prosentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (Curah
hujan)

Kelandaian 1 (<6%) Kelandaian II (610%) Kelandaian III (>10%)

% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat

>30%

Iklim I

>30%

>30%

< 900 mm/tahun


0,5 1,0 1,5 1,0 1,5 2,0 1,5 2,0 2,5

Iklim II

1,5 2,0 2,5 2,0 2,5 3,0 2,5 3,0 3,5

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode Analisa

Komponen SKBI 2.3.26.1987

2.5.5. Koefisien Distribusi Kendaraan

Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat

pada jalur rencana ditentukan menurut daftar di bawah ini:

44

Tabel 2.8 Koefisien Distribusi Kendaraan

Jumlah jalur

Kendaraan ringan *) Kendaraan berat **)

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

1 Jalur

2 Jalur

3 Jalur

4 Jalur

5 Jalur

6 Jalur

1,00

0,60

0,40

1,00

0,50

0,40

0,30

0,25

0,20

1,00

0,70

0,50

1,00

0,50

0,475

0,45

0,425

0,40

*) Berat total < 5 ton, misalnya : Mobil Penumpang, Pick Up, Mobil Hantaran.

**) Berat total

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode Analisa
Komponen SKBI 2.3.26.1987

2.5.6. Koefisien kekuatan relative (a)

Koefisien kekuatan relative (a) masing-masing bahan dan kegunaan sebagai lapis

permukaan pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test

(untuk bahan dengan aspal), kuat tekan untuk (bahan yang distabilisasikan
dengan

semen atau kapur) atau CBR (untuk bahan lapis pondasi atau pondasi bawah).

45

Tabel 2.9 Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien
Kekuatan Relatif
Kekuatan
Bahan Jenis Bahan

A1 a2 a3 Ms
(kg)

Kt
kg/cm2
CBR
%
0,4

744

LASTON 0,35
0,32

454

0,30

340

0,35

744

Asbuton 0,31

590

590

0,28

454

0,26

340

0,30

340

HRA

0,26

340

Aspal Macadam

0,25

LAPEN (mekanis)

0,20

LAPEN (manual)

0,28

590

LASTON ATAS
0,24

0,26

454

340

0,23

LAPEN (mekanis)

0,19

LAPEN (manual)

0,15
semen
0,15
kapur

22
0,13
22
0,13

Stab. Tanah dengan


18
Stab. Tanah dengan
18

0,14

100 Pondasi Macadam

(basah)
0,12

60 Pondasi Macadam

0,14

100 Batu pecah

0,13

80 Batu pecah

0,12

60 Batu pecah

0,13

70 Sirtu/pitrun

0,12

50 Sirtu/pitrun

0,11

30 Sirtu/pitrun

0,10

20 Tanah / lempung

kepasiran
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan
Metode Analisa

Komponen SKBI 2.3.26.1987

46

2.5.7. Analisa komponen perkerasan

Penghitungan ini didstribusikan pada kekuatan relatif masing-masing lapisan

perkerasan jangka tertentu (umur rencana) dimana penetuan tebal


perkerasan

dinyatakan oleh Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Rumus:

3 3 2 2 1 1 D a D a D a ITP + + = .......................................................................
(68)

D1,D2,D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm)

Angka 1,2,3 masing-masing lapis permukaan, lapis pondasi atas dan


pondasi

bawah

47

v Flow Chart Perencanaan Tebal Perkerasan

Mulai

Data :
LHR

Pertumbuhan lalu lintas (i)

Kelandaian rata-rata

Iklim

Umur rencana (UR)

CBR

Penentuan nilai DDT

berdasarkan CBR dan DDT

Diperoleh nilai ITP dari

pembacaan nomogram

Selesai

Menghitung nilai LER

berdasarkan LHR

Penentuaan Faktor

Regional (FR) berdasarkan

Tabel

Diperoleh nilai ITP dari

Pembacaan nomogram

Penentuan tebal Perkerasan

Gambar 2.18. Diagram Alir Perencanaan Tebal Perkerasaan

48

2.6. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Untuk menentukan besarnya biaya yang diperlukan terlebih dahulu harus

diketahui volume dari pekerjaan yang direncanakan. Pada umumnya


pembuat

jalan tidak lepas dari masalah galian maupun timbunan. Besarnya galian
dan

timbunan yang akan dibuat dapat dilihat pada gambar Long Profile.
Sedangkan

volume galian dapat dilihat melalui gambar Cross Section.

Selain mencari volume galian dan timbunan juga diperlukan untuk mencari

volume dari pekerjaan lainnya yaitu:

1. Volume Pekerjaan

a. Pekerjaan persiapan

- Peninjauan lokasi

- Pengukuran dan pemasangan patok

- Pembersihan lokasi dan persiapan alat dan bahan untuk pekerjaan

- Pembuatan Bouplank

b. Pekerjaan tanah

Galian tanah

Timbunan tanah

c. Pekerjaan perkerasan

- Lapis permukaan (Surface Course)

- Lapis pondasi atas (Base Course)

- Lapis pondasi bawah (Sub Base Course)

Lapis tanah dasar (Sub Grade)

49

d. Pekerjaan drainase

Galian saluran

Pembuatan talud

e. Pekerjaan pelengkap

Pemasangan rambu-rambu

Pengecatan marka jalan

Penerangan

2. Analisa Harga Satuan

Analisa harga satuan diambil dari harga satuan tahun 2007.

3.

Kurva S

Setelah menghitung Rencana Anggaran Biaya dapat dibuat Time Schedule

dengan menggunakan Kurva S.

50

Gambar 2.19 Bagan Alir Penyusunan RAB dan Time Schedule

Mulai

Pekerjaan tanah

Selesai

Pekerjaan
drainase
Pekerjaan
perkerasan

Rekapitulasi RAB

Time Schedule

Pekerjaan persiapan
dan pelengkap

Galian tanah
Timbunan
tanah

Galian
saluran
Pembuatan
mortal/pasan
gan batu

Sub grade
Sub base course
Base course
Surface course

Pembersihan lahan
Pengukuran
Pembuatan
bouwplank
Pengecatan marka
jalan
Pemasangan
rambu

RAB pekerjaan
tanah
Waktu
pekerjaan
tanah

RAB pekerjaan
drainase
Waktu
pekerjaan
drainase

RAB pekerjaan
perkerasan
Waktu
pekerjaan
perkerasan

RAB pekerjaan
persiapan
Waktu
pekerjaan
pesiapan

51

BAB III

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

3.1

Penetapan Trace Jalan

3.1.1 Gambar Perbesaran Peta

Peta topografi skala 1: 50.000 dilakukan perbesaran pada daerah yang akan
dibuat

Azimut 1:10.000 dan diperbesar lagi menjadi 1: 5.000, menjadi trace jalan

digambar dengan memperhatikan kontur tanah yang ada, (Gambar Trace


dapat

dilihat pada lampiran ).

3.1.2 Penghitungan Trace Jalan

Dari trace jalan (skala 1: 5.000) dilakukan penghitungan-penghitungan


azimuth

(skala 1:10.000), sudut tikungan dan jarak antar PI (lihat gambar 3.1).

52

53

3.1.3 Penghitungan Azimuth:

Diketahui koordinat:

A = (0; 820)

PI 1 = (610; 1050)

PI 2 = (1340 ; 820)

B = (2410 ; 0)

"'0

27 20 69
820 1050
0 610

-=

-=-

ArcTg

YY
X X ArcTg A

Aa

"'0

12

12

16 29 107

180 40 670
610 1340

21

-=

-=-

ArcTg

YY
X X ArcTg a

"'0

12

12

53 27 127

180 820 0
1340 2410

-=

-=-

ArcTg

YY
X X ArcTg B a

3.1.4 Penghitungan Sudut PI

"'0

"'00

2111

26 7 58
27 20 69 " 53 ' 27 127
=
-=
- = D - - a a A PI

54

"'0

"'00
2122

37 58 19
16 29 107 " 53 ' 27 127
=
-=
- = D - - a a B PI

3.1.5 Penghitungan Jarak Antar PI

1. Menggunakan rumus Phytagoras

YYXXdAAA

37 , 651
) 820 1050 ( ) 0 610 (

)()(

22

2
1
2
11

=
-+-=

-+-=-

YYXXd

37 , 765
) 1050 820 ( ) 610 1340 (

)()(

22

2
12
2
1221

=
-+-=

-+-=-

YYXXdBBB

07 , 1348
) 820 0 ( ) 1340 2410 (

)()(

22

2
2
2
22

=
-+-=

-+-=-

ddddBA

2770
07 , 1348 37 , 765 651
)(2211

=
++=
++=---

Menggunakan rumus Sinus

m
Sin

Sin
XXd

A
A

92 , 651
" 27 ' 20 69
0 610

1
1

-=

-=

m
Sin

Sin
XXd

37 , 765
" 16 ' 29 107
610 1340

21

12
21

-=

-=

55

m
Sin

Sin
XXd

B
B

07 , 1348
" 53 ' 27 127
1340 2410

2
2

-=

-=

ddddBA

2770
07 , 1348 37 , 765 92 , 651
)(2211

=
++=
++=---

1. Menggunakan rumus Cosinus

m
Cos

Cos
YYd

A
A

92 , 651
" 27 ' 20 69
820 1050

1
1

-=

-=

m
Cos

Cos
YYd

37 , 765
" 16 ' 29 107
1050 820

21

12
21

-=

-=

m
Cos

Cos
YYd

B
B

07 , 1348
" 53 ' 27 127
1050 820

2
2

-=

-=

ddddBA

2770

07 , 1348 37 , 765 92 , 651


)(2211

=
++=
++=---

56

3.1.6 Penghitungan Kelandaian Melintang

Untuk menentukan jenis medan dalam perencaan jalan raya, perlu diketahui
jenis

kelandaian melintang pada medan dengn ketentuan :

1. Kelandaian dihitung tiap 50 m

2. Potongan melintang 100 m dihitung dari as jalan ke samping kanan

dan kiri

Contoh perhitungan kelandaian melintang trace Jalan yang akan


direncanakan

pada awal proyek, STA 0+200 m

a. Elevasi Titik Kanan

b. Elevasi Titik Kiri

Gambar 3.2 Cara Menghitung Trace Jalan

b
a

730

5 , 12 5 , 1
6 . 0 725

5 , 12 1
1 725 kanan titik elevasi

+=


+=

725 m

737,5m

a1

b1

12,5 m
(Beda tinggi
antara 2 garis
kontur)

b
a

57 , 703

5 , 12 7 , 0
2 , 0 700

5 , 12 2
2 700 kiri titik elevasi

+=

+=

700m

712.5 m

a2
b2

12,5 m
(Beda tinggi
antara 2 garis
kontur)

703,57 m

57

Tabel 3.1 Perhitungan Kelandaian Melintang

No STA Elevasi Beda


Tinggi
(Dh)

Lebar Pot
Melintang
(L)

Kelandaian
Melintang
(%)
Klasifikasi
Medan Kiri Center Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 0+000 700,00 734,03 768,06 68,06 200 34,03 Bukit

1 0+050 700,00 728,91 757,81 57,81 200 28,91 Bukit

2 0+100 703,57 726,79 750,00 46,43 200 23,22 Bukit

3 0+150 705,68 721,59 737,50 31,82 200 15,91 Bukit

4 0+200 703,57 716,37 730 25,6 200 12,80 Bukit

5 0+250 696,43 709,46 722,50 26,07 200 13,04 Bukit

6 0+300 687,50 706,02 712,50 25 200 12,50 Bukit

7 0+350 685,42 701,71 750,00 64,58 200 32,29 Bukit

8 0+400 675,00 700 712,50 37,5 200 18,75 Bukit

9 0+450 692,31 706,02 718,75 26,44 200 13,22 Bukit

10 0+500 696,88 710,94 725,00 28,12 200 14,06 Bukit

11 0+550 695,19 715,5 737,50 42,31 200 21,16 Bukit

12 0+600 700,00 714,5 737,50 37,5 200 18,75 Bukit

13 0+650 687,50 712,5 737,50 50 200 25,00 Bukit

14 0+700 687,50 712,5 737,50 50 200 25,00 Bukit

15 0+750 687,50 714 740,50 53 200 26,50 Bukit

16 0+800 687,50 715,91 744,32 56,82 200 28,41 Bukit

17 0+850 687,50 71591 744,32 56,82 200 28,41 Bukit

18 0+900 705,00 724,38 743,75 38,75 200 19,38 Bukit

19 0+950 700,00 725 750,00 50 200 25,00 Bukit

20 1+000 703,95 726,97 750,00 46,05 200 23,03 Bukit

21 1+050 705,21 727,6 750,00 44,79 200 22,40 Bukit

22 1+100 708,04 730,52 755,00 46,96 200 23,48 Bukit

23 1+150 712,50 731,5 762,50 50 200 25,00 Bukit

24 1+200 712,50 732 755,15 42,65 200 21,33 Bukit

25 1+250 712,50 731,2 750,00 37,5 200 18,75 Bukit

26 1+300 712,50 725 737,50 25 200 12,50 Bukit

27 1+350 712,50 725 737,50 25 200 12,50 Bukit

28 1+400 705,47 721,48 737,50 32 200 16,00 Bukit

29 1+450 712,50 726,95 741,41 28,91 200 14,46 Bukit

30 1+500 709,66 723,58 737,50 27,84 200 13,92 Bukit

31 1+550 712,50 725 737,50 25 200 12,50 Bukit

32 1+600 710,29 723,9 737,50 27,21 200 13,61 Bukit

33 1+650 700,00 713.9 768,06 68,06 200 34,03 Bukit

58

Sambungan dari Tabel 3.1 Perhitungan Kelandaian Melintang

No STA Elevasi Beda


Tinggi
(Dh)

Lebar Pot
Melintang
(L)

Kelandaian
Melintang

(%)
Klasifikasi
Medan Kiri Center Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

34 1+700 701,25 717 725,00 23,75 200 11,88 Bukit

35 1+750 712,50 723,50 725,00 12,5 200 6,25 Bukit

36 1+800 713,75 726,54 733,33 19,58 200 9,79 Bukit

37 1+850 716,30 727,50 737,50 21,2 200 10,60 Bukit

38 1+900 716,38 730,50 737,50 21,12 200 10,56 Bukit

39 1+950 720,38 733,58 740,79 20,41 200 10,21 Bukit

40 2+000 723,57 728,5 747,12 23,55 200 11,78 Bukit

41 2+050 719,09 729,3 737,50 18,41 200 9,21 Bukit

42 2+100 722,12 742,2 739,29 17,17 200 8,59 Bukit

43 2+150 736,05 740,9 755,21 19,16 200 9,58 Bukit

44 2+200 740,28 740,9 753,13 12,85 200 6,43 Bukit

45 2+250 737,50 743,9 752,68 15,18 200 7,59 Bukit

46 2+300 737,50 746,5 754,73 17,23 200 8,62 Bukit

47 2+350 743,75 748,5 756,55 12,8 200 6,40 Bukit

48 2+400 743,48 749,9 758,33 14,85 200 7,43 Bukit

49 2+450 750,00 750 753,13 3,13 200 1,57 Datar

50 2+500 750,00 750 750,00 0 200 0,00 Datar

51 2+550 737,50 751,25 762,50 25 200 12,50 Bukit

52 2+600 737,50 750 765,00 27,5 200 13,75 Bukit

53 2+650 742,50 750 762,50 20 200 10,00 Bukit

Dari perhitungan kelandaian melintang, didapat:

Dari 53 titik didominasi oleh medan bukit, maka menurut tabel II.6 TPGJAK,

Hal 11 dipilih klasifikasi fungsi jalan arteri dengan kecepatan antara 60 80

km/jam. Diambil kecepatan 60 km /jam.

59

Data dan klasifikasi desain:

Vr = 60 km/jam

emax = 10 %

en = 2 %

Lebar perkerasan ( w ) = 2 x 3,5 m

m = 200

(sumber TPGJAK tahun 1997)

15 , 0

) 60 00065 , 0 ( 192 , 0 max


=
-=xf

()

()
m

fe
Vr R

263 , 112
15 , 0 1 , 0 127
60
127

2
max max

min

=
+=

+=

()

()

2
max max
max

63 , 12
60
15 , 0 1 , 0 53 , 181913

53 , 181913

+=

+=

Vr
fexD

60

3.2.Perhitungan Alinemen Horisontal

3.2.1. Tikungan PI 1

Diketahui :

PI1 = 580 726

Vr = 60 km/jam

Rmin = 112,263 m ( R min dengan Ls )

Dicoba Tikungan S C S

Digunakan Rr = 250 m

(Sumber Buku TPGJAK th.1997)

3.2.1.1 Menentukan superelevasi terjadi:

0 73 , 5
250
4 , 1432

4 , 1432

= Rr Dtjd

% 7 ~ % 01 , 7
0701 , 0
63 , 12
73 , 5 10 , 0 2
63 , 12
73 , 5 10 , 0

max

max
2
max

2
max

=
=

+-=

+-=D
De
D
Dee
tjd tjd
tjd

3.2.1.2 Penghitungan lengkung peralihan (Ls)

a. Berdasarkan waktu tempuh maximum (3 detik) untuk melintasi lengkung

peralihan, maka panjang lengkung:

61

T Vr Ls

50

36,3
60
6,3

b. Berdasarkan rumus modifikasi Shortt:

c
etjd Vr
c Rr
Vr Ls

84 , 7
4,0
097 , 0 60 727 , 2 4 , 0 250
60 022 , 0

727 , 2 022 , 0

-=

-=

c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:

( ) Vr re
e e Ls n m
-=6,3

dimana re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, untuk

Vr = 60 km/jam, re max = 0,035 m/m/det.

()

Ls

09 , 38

60 035 , 0 6 , 3
02 , 0 1 , 0

-=

d. Berdasarkan Bina Marga:

()

()()

e e m w Ls tjd n

4 , 50

07 , 0 02 , 0 160 2
50 , 3 2
2

+=

+=

Syarat kenyamanan dipakai nilai Ls terbesar yaitu 50,4 m ~ 70 m

62

3.2.1.3 Penghitungan besaran-besaran tikungan

Rr
Ls Ls Xs

86 , 69
250 40
70 1 70

40 1

-=


-=

Rr
Ls Ys

266 , 3
250 6
70
6
2

=
=

" ' 0 72 , 31 1 8
250

70 90

90

=Q

p Rr
Ls s

()
()
" 56 , 22 ' 4 40
72 , 31 1 8 2 " 26 ' 7 58
2

"'00
1

=
-=
Q - D = D s c PI

()

()

Rr c Lc

76 , 174

250 14 , 3 180
56 , 22 4 40
180
"'0

D=p

Syarat tikungan

ok Lc ...... 20 76 , 174 > =

Tikungan S-C-S bisa dipakai

()

()

s Rr Rr
Ls p

818 , 0

72 , 31 1 8 cos 1 250 250 6


70

cos 1 6

"'0
2

--=

Q--=

63

s Rr Rr
Ls Ls k

963 , 34

72 , 31 1 8 sin 250 250 40


82 82

sin 40

"'0
2

--=

Q--=

()
()
m

k PI p Rr Tt

35 , 174
963 , 34 26 7 58 / tan 818 , 0 250
/ tan

"'0
2
1
12
1

=
++=

+D+=

Rr PI
p Rr Et

99 , 35

250 " 26 ' 7 58 / cos


818 , 0 250

/ cos

0
2
1

12
1

+=

D
+=

()
()
m

Ls Lc Ltotal

76 , 314
70 2 76 , 174
2

=
+=
+=

2Tt > Ltot

2.174,76 > 314,76 ( Tikungan S C S bisa digunakan)

349,52> 314,76 ( Tikungan S C S bisa digunakan)

3.2.1.4 Penghitungan pelebaran perkerasan di tikungan

Dengan rumus nomor 38 43 dapat dihitung pelebaran perkerasan di tikungan


PI1

yaitu dengan ketentuan :

Jalan rencana kelas IIA (arteri) dengan muatan sumbu terberat 10 ton
maka

kendaraan rencananya menggunakan kendaraan sedang.

b = 2,6 m (lebar lintasan kendaraan truck pada jalur lurus)

p = 7,6 m (jarak as roda depan dan belakang)

A = 2,1 m (tonjolan depan sampai bumper)

64

Vr = 60 km/jam

Pelebaran tikungan pada PI 1

* Secara Analisis

Vr = 60 km/jam

R = 250 m

PRRb

12 , 0
6 , 7 250 250

"

22

22

--=

--=

bbb

72 , 2
12 , 0 6 , 2
"'

=
+=
+=

()

()
m

R A P A R Td

073 , 0
250 1 , 2 6 , 7 2 1 , 2 250

=
-++=

-++=

R
VZ

398 , 0
250
60 105 , 0

105 , 0

()()
()()
m

Z Td n c b n B

71 , 6
398 , 0 073 , 0 1 2 4 , 0 72 , 2 2
1'

=
+-++=
+-++=

Lebar pekerasan pada jalan lurus 2 x 3,5 = 7 m

Ternyata

B<7

6,71 < 7

Sehingga tidak perlu dibuat pelebaran perkerasan

65

3.2.1.5 Penghitungan kebebasan samping pada tikungan PI 1

Data-data:

Vr = 60 km/jam

= 250 m

Lebar perkerasan, = 2 x 3,5m = 7m

Lt = 345,76 m

Jh minimum, menurut TPGJAK 1997 hal 21 = 115 m

Jd menurut TPGJAK 1997 hal 22 = 520 m

a. Kebebasan samping yang tersedia (Eo):

Eo = 0,5 (lebar daerah pengawasan lebar perkerasan)

= 0,5 (40 7)

= 16,5 m

b. Berdasarkan jarak pandangan henti (Jh)

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =
6,3
60

36,3
60

( ) 35 , 0 8 , 9 2

=90,49 m

c. Kebebasan samping yang diperlukan (E).

Jh = 90,49 m

Lt = 345,76 m

Karena Jh < Lt dapat digunakan rumus :

R
Jh R E

087 , 4 250 14 , 3
90 49 , 90 cos 1 250

90 cos 1

-=

-=p

66

Nilai E < Eo (4,087 < 16,5)

Kesimpulan :

Karena nilai E < Eo maka daerah kebebasan samping yang tersedia mencukupi.

3.2.1.6 Hasil perhitungan

a. Tikungan PI1 menggunakan tipe Spiral Circle Spiral dengan hasil

penghitungan sebagai berikut:

PI1 = 580 726

Rr = 250 m

Lc = 174,76 m

Ls = 70 m

Tt = 174,35 m

Et = 35,99 m

Xs = 69,86 m

Ys = 3,266 m

p = 0,818

k = 34,963 m

emax= 10 %

etjd

=7%

en

=2%

b. Hasil penghitungan kebebasan samping pada tikungan PI 1. nilai E < Eo maka

daerah kebebasan samping yang tersedia mencukupi.

67

Gambar 3.3 Tikungan PI 1

68

I
Sc
II III IV

I II III IV

Ts

e=0%

e n = -2 %

e max = +9,97 % (kanan)

e max = -9,97 % (kiri)

Cs
II III IV
St

e=0%

e n = -2 %

I II III IV

Ls = 34 m Lc = 32,849 m Ls = 34 m

Potongan I-I Potongan II-II Potongan III-III Potongan IV-IV

-2 % -2 % -2 % -2 %

+2 % 0 % +9,97 %

-9,97 %

Gambar 3.4 Diagram Superelevasi tikungan PI1 (610 ; 1050)


( Spiral Circle Spiral )

Contoh perhitungan potongan :

a : 70 = x : Y

a : 70 = 2 : 9

= 140 : 9

= 15,55

a1 : 70 = x : Y

a1 : 70 = 4 : 9

a1

= 280 : 9

a1

= 31,1 m

Ls=70m Ls=70m Lc=174,76

e maks=7%
kanan

e maks=7% kiri

+7%

-7%

Y = 7+ 2 = 9
=7

III

IV

II

I
a
Ls = 70

a1

7%

69

3.2.2 Tikungan PI 2

Diketahui :

PI2 = 190 58 37

Vr = 60km/jam

Rmin = 112,263 m

Dmax = 12,63

Dicoba Tikungan Full Circle

Digunakan Rr = 1000 m

(Sumber Buku TPGJAK th.1997)

3.2.2.1 Menentukan superelevasi terjadi:

0 43 , 1
1000
4 , 1432

4 , 1432

= Rr Dtjd

%3,2
023 , 0

63 , 12
43 , 1 10 , 0 2
63 , 12
43 , 1 10 , 0

max

max
2
max

2
max

=
=

+-=

+-=D
De
D

Dee
tjd tjd
tjd

70

3.2.2.2 Penghitungan lengkung peralihan (Ls) fiktif

a. Berdasarkan waktu tempuh maximum (3 detik) untuk melintasi lengkung

peralihan, maka panjang lengkung:

T Vr Ls

50

36,3
60
6,3

b. Berdasarkan rumus modifikasi Shortt:

c
etjd Vr
c Rr
Vr Ls

47 , 2
4,0
023 , 0 60 727 , 2 4 , 0 1000
60 022 , 0

727 , 2 022 , 0

-=

-=

c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:

( ) Vr re
e e Ls n msx
-=6,3

dimana re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, untuk

Vr = 60 km/jam, re max = 0,035 m/m/det.

()

Ls

09 , 38

60 035 , 0 6 , 3
02 , 0 1 , 0

-=

d. Berdasarkan Bina Marga:

()

()()

e e m w Ls tjd n

92 , 31

037 , 0 02 , 0 160 2
50 , 3 2

+=

+=

Syarat kenyamanan dipakai nilai Ls terbesar yaitu 50 m

71

3.2.2.3 Penghitungan besaran-besaran tikungan

R Lc r PI

48 , 348 360
1000 2 " 37 ' 58 19
360
2

0
2

==

D=

p
m
Rr Tc PI
12 , 176 " 37 ' 58 19 2 1 tan 1000
2 1 tan

0
2
==
D=

m
Tc Ec PI
39 , 15 " 37 ' 58 19 4 1 tan 12 , 176
4 1 tan

0
2
==
D=

2Tc > Lc

352,24 > 348,48 ( Tikungan F-C bisa digunakan )

3.2.2.4 Penghitungan pelebaran perkerasan di tikungan

Dengan rumus nomor 38 43 dapat dihitung pelebaran perkerasan di tikungan


PI2

yaitu dengan ketentuan :

Jalan rencana kelas IIA (arteri) dengan muatan sumbu terberat 10 ton
maka

kendaraan rencananya menggunakan kendaraan sedang.

b = 2,6 m (lebar lintasan kendaraan truck pada jalur lurus)

p = 7,6 m (jarak as roda depan dan belakang)

A = 2,1 m (tonjolan depan sampai bumper)

Vr = 60 km/jam

72

Pelebaran tikungan pada PI 2

* Secara Analisis

Vr = 60 km/jam

R = 1000 m

PRRb

028 , 0
6 , 7 1000 1000

"

22

22

=
--=

--=

bbb

628 , 2
028 , 0 6 , 2
"'

=
+=
+=

()

()
m

R A P A R Td

017 , 0
1000 1 , 2 6 , 7 2 1 , 2 1000

=
-++=

-++=

R
VZ

19 , 0

1000
60 105 , 0

105 , 0

()()
()()
m

Z Td n c b n B

167 , 7
19 , 0 017 , 0 1 2 8 , 0 628 , 2 2
1'

=
+-++=
+-++=

Lebar pekerasan pada jalan lurus 2 x 3,5 = 7 m

Ternyata

B>7

7,167 > 7

= 0,167 m

Sehingga dibuat pelebaran perkerasan sebesar: 0,167 m

73

3.2.2.5 Penghitungan kebebasan samping pada tikungan PI 2

Data-data:
Vr = 60 km/jam

= 1000 m

Lebar perkerasan, = 2 x 3,5m = 7 m

Lc = 686,7 m

Jh minimum, menurut TPGJAK 1997 hal 21 = 115 m

Jd menurut TPGJAK 1997 hal 22 = 520 m

a. Kebebasan samping yang tersedia (Eo):

Eo = 0,5 (lebar daerah pengawasan lebar perkerasan)

= 0,5 (40 7)

= 16,5 m

b. Berdasarkan jarak pandangan henti (Jh)

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =

( ) 35 , 0 8 , 9 2

6,3
60

36,3
60

= 90,49 m

c. Kebebasan samping yang diperlukan (E).

Jh = 90,49 m

Lc = 686,7 m

Karena Jh < Lt dapat digunakan rumus :

E
Jh o

= R ( 1 cos R

.
90
p )

- = 1000 14 , 3
49 , 90 90 cos 1 1000 x
xo

= 1,02 m < 16,5 m ( Nilai E < Eo )

74

Kesimpulan :

Karena nilai E < Eo maka daerah kebebasan samping yang tersedia mencukupi.

3.2.2.6 Hasil perhitungan

a. Tikungan PI2 menggunakan tipe Full Circle dengan hasil penghitungan

sebagai berikut:

PI2 = 190 58 37

Rr = 1000 m

Tc = 176,12 m

Ec = 15,38 m

Lc = 348,48 m

Ls = 50 m

emax = 10 %

etjd

en

= 2,3 %

=2%

b. Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan yaitu sebesar 0,167 m

c. Hasil penghitungan kebebasan samping pada tikungan PI 2. Nilai E <


Eo

maka daerah kebebasan samping yang tersedia mencukupi.

Tc

TC CT

Rc Rc

Ec

Lc

Gambar 3.5 Tikungan PI2

75

Gambar 3.6 Diagram Superelevasi Tikungan PI2 Full Circle ( 1330;670 )

Potongan I I Potongan II II Potongan III III Potongan IV IV


-2% -2%

0%

-2% -1,999 %
+1,999 %
+2,3%

-2,3%

2/3 Ls 1/3 Ls

en = - 2% en = - 2%

emaks = + 2,3% ( kiri )

emin = - 2,3% (kanan)

Ls = 50m
Lc = 348,48 m
Ls = 50m

e = 0% e = 0%

IV I III II

2/3 Ls 1/3 Ls

IV I III II

IV III II I

TC2 CT2

IV III II I

1,999% 1,999%

76

Contoh Perhitungan Potongan :

II

x1

Ls= 50

a : 50 = x : Y

a : 50 = 2 : 4,3

= 100 : 4,3

= 23,25 m

a1 = 23,25 x 2 = 46,5 m

Jadi kemiringan di potongan III adalah :

a1 : b = x1: y

46,5 : 50 = x1 : 4,3

x1 = 199,95 : 50

x1 = 3,999 2

x1 = 1,999 %

Tabel 3.2 Rekapitulasi hasil perhitungan tikungan PI1 dan PI2

Tikungan PI1
etjd

(%)

Rr Ls Xs Ys Lc p k Tt Et

(meter)

PI1 (S-C-S) 580 726 7 250 70 69,86 3,266 174,76 0,818 34,963 174,35
35,99

Tikungan PI2
etjd

(%)

Rr Ls Xs Ys Lc p k Tc Ec

(meter)

PI2 (F-C) 190 58 37 2,3 1000 50 - - 348,48 - - 176,12 15,38

IV

547,57

Y = 2,3+2 = 4,3

2,3%

547,57 547,57 547,57

a1

III

2%

77

3.3. Perhitungan Stationing

Data : ( Perhitungan jarak dari peta dengan skala 1: 10.000 )

d 1 : 651,92 m

d 2 : 765,37 m

d 3 : 1348,07 m

1. Tikungan PI1 ( S - C - S )

Tt1 = 174,35 m

Ls1 = 70 m

Lc1

= 174,76 m

2. Tikungan PI2 ( F- C )

Tc2 = 176,12 m

Lc2 = 348,48 m

Sta A

= 0+000

Sta PI1 = Sta A + d 1

= (0+000) + 651,92

= 0+651,92

Sta TS1 = Sta PI1 Tt1

= (0+651,92) 174,35

= 0+477,5

78

Sta SC1 = Sta TS1 + Ls1

= (0+477,57)+ 70

= 0+547,57

Sta CS1 = Sta SC1 + Lc1

= (0+547,57) + 174,76

= 0+722,33

Sta ST1 = Sta CS1 + Ls1

= (0+722,33) + 70

= 0+792,33

Sta PI2 = Sta ST1+ d 2 Tt1

= (0+792,33) + 765,37 174,35

= 1+383,35

Sta TC2 = Sta PI2 Tc2

= (1+383,35) 176,12

= 1+207,23

Sta CT2 = Sta TC2 + Lc2

= (1+207,23) + 348,48

= 1+555,71

Sta B

= Sta CT2 + d 3 Tc2

= (1+555,71) + 1348,07 176,12

= 2+727,66<

= 2+727,66<

2770.........ok

79

80

3.4 Kontrol Overlaping

Diketahui:

Diketahui :

det / 66 , 16
3600
60000
/ 60

jam
km
ren V

Syarat overlapping

xV a ren

50
66 , 16 3
3

=
=
=

d > a Aman

d > 50 m Aman

Koordinat :

= (0; 0)

Sungai1 = (370;960)

PI 1

= (610 ; 1050)

PI 2

= (1340 ; 820)

Sungai 2 = (1600; 630)

Jalan1

= (1760; 500)

Sungai 3 = (1880;410)

Sungai 4 = (2290;10)

= (2 230 ; 1470)

81

Jarak PI 1 Sungi 1

= ( ) ( ) m 32 , 256 960 1050 370 610

22=-+-

Jarak PI 2 Sungai 2

= ( ) ( ) m 02 , 322 820 630 1340 1600

22=-+-

Jarak PI 2 Jalan Kolektor 1 = ( ) ( ) m 02 , 528 820 500 1340 1760


22=-+-

Jarak PI 2 Sungai 3
22=-+-

= ( ) ( ) m 01 , 678 820 410 1340 1880

Jarak PI 2 Sungai 4

= ( ) ( ) m 44 , 1248 820 10 1340 2290

22=-+-

Tt1

= 180,39 m

Tc2

= 176,12 m

STA Sungai 1

= STA PI 1 - (Jarak PI 1 Sungai 1)

= (0+651,92) 256,32

= 0+395,6

STA Sungai 2

= STA PI 2 + (Jarak PI2 Sungai 2)

= (1+390,58) + 322,02

= 1+712,6

STA Jalan 1

= STA PI 2 + (Jarak PI2 Jalan Kolektor1)

= (1+390,58) + 528,02

= 1+918,59

STA Sungai 3

= STA PI 2 + (Jarak PI2 Sungai 3)

= (1+390,58) + 678,01

= 2+068,59

STA Sungai 4

= STA PI 2 + (Jarak PI2 Sungai 4)

= (1+390,58) + 1248,44

= 2+639,02

82

Sehingga agar tidak over laping dn > 50 m

1. Awal proyek dengan Tikungan 1

d 1 = ( Jarak A - PI1 ) - Tt1

= 651,92 180,39

= 471,53 m > 50 m Aman

2. Tikungan 1 dengan Tikungan 2

d 3 = (STA CT2) - (STA ST1)

= (1563,06) - (805,6)

= 757,46 m > 50 m Aman

3. Tikungan 1 dengan Jembatan 1

d 2 = (Jarak PI 1 Sungai 1) Tt1 ( Asumsi Panjang Jembatan )

= (256,32) 180,39 ( x 50 )

= 50,93 m > 50 m Aman

4. Tikungan 2 dengan Jembatan 2

d 3 = (STA Sungai 2) CT2 - ( Asumsi Panjang Jembatan )

= (1+712,6) 1+563,06 - ( x 50 )

= 124,59 m > 50 m Aman

5. Tikungan 2 dengan Jalan Arteri

d 4 = ( Jarak PI2 Jalan Arteri ) CT2 ( lebar jalan lokal)

= ( 1918,59) 1+563,06 ( x 6 )

= 352,53 m > 50 m Aman

83

6. Tikungan 2 dengan Jembatan 3

d 4 = (STA Sungai 3 ) CT2 - ( Asumsi Panjang Jembatan )

= (2+068,59) 1+563,06 - ( x 50 )

= 480,59 m > 50 m Aman

7. Tikungan 2 dengan Jembatan 4

d5 = (STA Sungai 3 ) CT2 - ( Asumsi Panjang Jembatan )

= (2+639,02) 1+563,06 - ( x 50 )

= 1050,96 m > 50 m Aman

84

3.5 Perhitungan Alinemen Vertikal

Tabel 3.3 Elevasi Tanah Asli dan Elevasi Rencana AS Jalan

Titik STA Elevasi Tanah Asli (m)


Elevasi Rencana As Jalan

(m)

A 0+000 734,03 732


1 0+050 728,91 728
2 0+100 726,79 724
3 0+150 721,59 720
4 0+200 716,37 715,40
5 0+250 709,46 712,50
6 0+300 706,02 708
7 0+350 701,71 708
8 0+400 700 708
9 0+450 706,02 708
10 0+500 710,94 709,60
11 0+550 715,5 721
12 0+600 714,5 722,90
13 0+650 712,5 714,50
14 0+700 712,5 716
15 0+750 714 717,90
16 0+800 715,91 719,60
17 0+850 71591 721

18 0+900 724,38 722,90


19 0+950 725 724
20 1+000 726,97 725,90
21 1+050 727,6 727,50
22 1+100 730,52 729
23 1+150 731,5 730
24 1+200 732 729,90
25 1+250 731,2 729
Bersambung ke halaman berikutnya

85

Sambungan Tabel 3.3 Elevasi Tanah Asli dan Elevasi Rencana AS Jalan

Titik STA Elevasi Tanah Asli

(m)

Elevasi Rencana As Jalan

(m)
26 1+300 725 728
27 1+350 725 727,50
28 1+400 721,48 726,80
29 1+450 723,65 722,90
30 1+500 723,58 725
31 1+550 725 724,50
32 1+600 723,9 723,50

33 1+650 713.9 723


34 1+700 717 723
35 1+750 723,50 723
36 1+800 726,54 725,90
37 1+850 727,50 728,20
38 1+900 730,50 731
39 1+950 733,58 733,50
40 2+000 728,5 735

41 2+050 729,3 735

42 2+100 742,2 736

43 2+150 737,50 737,90

44 2+200 740,50 739,50

45 2+250 743,50 741,50

46 2+300 746,20 743,50

47 2+350 748,20 745

48 2+400 749,9 746,90

49 2+450 750 747,50

50 2+500 750 750,50

41 2+550 751,25 751,50

52 2+600 750 751,50

53 2+650 750 751,50

86

87

3.5.1. Perhitungan Kelandaian memanjang

Contoh perhitungan kelandaian g ( A PVI1)

Elevasi A = 732 m STA A = 0+000

Elevasi PVI1 = 708 m STA PVI1 = 0+300

%7

100 ) 000 0 ( ) 300 0 (


732 708

100

1
1

-=

+-+
-=

- = A STA PVI STA


A Elevasi PVI Elevasi g

Untuk perhitungan selanjutnya disajikan dalam tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4Data Titik PVI

No. Titik STA


Elevasi

(m)

Jarak

(m)

Kelandaian

Memanjang (%)

1 A 0+000 732

2 PVI1 0+300 708

3 PVI2 0+450 708

4 PVI3 1+150 730

5 PVI4 1+625 723

6 PVI5 1+750 723

7 PVI6 1+975 735

8 PVI7 2+075 735

9 PVI8 2+525 751.5

10 B 2+650 751.5

300

150

g1 = -7 %

g2 = 0 %

700

475

125

225

100

450

g3 =

3.2 %

g4 = 1.5%

g5 =

0 %

g6 =

-5.3%

g7 =

0%

g8 = 3.6 %

125 g9 = 0 %

88

PVI 1

Ev y

3.5.2. Penghitungan lengkung vertikal

3.5.1.1 PVI1

Gambar 3.10 Lengkung Vertikal PV-1

Perhitungan Lv :

%6,7%6,7%0
12
=-=
-=ggA

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =

( ) 35 , 0 8 , 9 2

6,3
60

36,3
60

= 90,49 m

Syarat keluwesan bentuk

V Lv
36 60 6 , 0
6,0
==
=

Syarat drainase

m
A Lv
304 6 , 7 40
40
==
=

Syarat kenyamanan

A V Lv

15 , 70 390
6 , 7 60
390
2

==

g2= 0 %

g1= -7,6%

C D E

Lv

89

Berdasar jarak pandang, baik henti / menyiap

Jarak pandang henti

Jh < Lv

Lv = ) 5 , 3 ( 150

xJh
AxJh
+

= ) 49 , 90 5 , 3 ( 150
49 , 90 6 , 7 2

x
x
+ = 133,3 m (memenuhi)

Jarak pandang menyiap

Jh > Lv

Lv =

+-A
Jh 5 , 3 150 Jh 2

= ( )

+-6,7
49 , 90 5 , 3 150 49 , 90 2 x x = 119,57 m (tidak memenuhi)

Diambil Lv 140 m

m Lv A Ev 33 , 1 800
140 6 , 7
800 = = =

x = Lv 4
1

= 140 4
1 = 35 m

()
140 200
35 3 , 3
200
2

= Lv
xAy

= 0,144 m

90

Stationing lengkung vertikal PVI1

Sta A = Sta PVI1 1/2 Lv

= (0 + 300) - 1/2 140

= 0 + 230 m

Sta B = Sta PVI1 1/4 Lv

= (0 + 300) - 1/4 140

= 0 + 265 m

Sta C = Sta PVI1

= 0 + 300 m

Sta D = Sta PVI1 + 1/4 Lv

= (0 +300) + 1/4 140

= 0 + 335 m

Sta E = Sta PVI1 + 1/2 Lv

= (0 + 300) + 1/2140

= 0 + 370 m

Elevasi Lengkung vertical:

Elevasi A = Elevasi PVI1 + ( Lv x g1 )

= 708 + ( 140 x 7,6 %)

= 713,32 m

Elevasi B = Elevasi PVI1 + ( Lv x g1) + y

= 708 + ( 140 x 7,6 % ) + 0,144

= 710,80 m

91

Elevasi C = Elevasi PVI1+ Ev

= 708 + 1,33

= 709,33 m

Elevasi D = Elevasi PVI1 + ( Lv x g2) + y

= 708 + ( 140 x 0 %) + 0,144

= 708, 144 m

Elevasi E = Elevasi PVI1 + ( Lv x g2)

= 708 + ( 140 x 0 % )

= 708m

Elevasi X(0+250) = Elevasi A - ( 250 230 x g1) + y

= 713,32 - ( 20 x 7,6 % ) + Ev x

Lv
x

21

= 713,32 - ( 20 x 7,6 % ) + 33 , 1 70
20 x

= 713 1,52 0,18

= 711,69

Elevasi Z (0+350) = Elevasi E - ( 370 350 x g2) + y

= 708 - ( 20 x 0 % ) + Ev x
Lv
x

21

= 708 - ( 20 x 0% ) + 33 , 1 70
20 x

= 708 0 + 0,18

= 708,18

92

PVI 2

3.5.1.2 PVI 2

Gambar 3.11 Lengkng Vertikal PVI-2

Perhitungan Lv:

%2,3%0%2,3

23
=-=
-=ggA

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =
6,3
60

36,3
60

( ) 35 , 0 8 , 9 2

= 90,49 m

Syarat keluwesan bentuk

m
V Lv
36 60 6 , 0
6,0
==
=

Syarat drainase

m
A Lv
128 2 , 3 40
40
==

g2= 0 %

g3= 3,2
%

y
Ev y

A
D

Lv

93

Berdasar jarak pandang, baik henti / menyiap

Jarak pandang henti

Jh < Lv

Lv = ) 5 , 3 ( 150

xJh
AxJh
+

= ) 49 , 90 5 , 3 ( 150
49 , 90 2 , 3 2

x
x
+ = 90,98 m (memenuhi)

Jarak pandang menyiap

Jh > Lv

Lv =

+-A
Jh 5 , 3 150 Jh 2

= ( )

+-2,3
49 , 90 5 , 3 150 49 , 90 2 x x = 56,38 m (tidak memenuhi)

Diambil Lv 36 ~ 40 m

m Lv A Ev 16 , 0 800
40 2 , 3
800 = = =

x = Lv 4
1

= 40 4
1 = 10 m

()

40 200
10 2 , 3
200
2

= Lv
xAy

= 0,04 m

94

Stationing lengkung vertikal PVI2

Sta A = Sta PVI2 - 1/2 Lv

= (0+450) - 1/2 40

= 0+430 m

Sta B = Sta PVI2 1/4 Lv

= (0+450) - 1/4 40

= 0+435 m

Sta C = Sta PVI2

= 0+450 m

Sta D = Sta PVI2 + 1/4 Lv

= (0+450)+ 1/4.40

= 0+460 m

Sta E = Sta PVI2 + 1/2 Lv

= (0+450) + 1/2 40

= 0+470 m

Elevasi Lengkung vertical:

Elevasi A = Elevasi PVI2+( Lv x g2)

= 708 + ( 40 x 0% )

= 708 m

Elevasi B = Elevasi PVI2 + ( Lv x g2 ) + y

= 708+ ( 40x 0% ) + 0,04

= 708,04 m

95

Elevasi C = Elevasi PVI2 + Ev

= 708 + 0,16

= 708,16 m

Elevasi D = Elevasi PVI2 + ( Lv x g3) +y

= 708 + ( 40 x 3,2%) + 0,04

= 708,36 m

Elevasi E = Elevasi PVI2 + (Lv x g3)

= 708 + ( 40 x 3,2%)

= 708,64 m

.5.1.3 PVI 3

Gambar 3.12 Lengkung Vertikal PVI-3

Perhitungan Lv:

%7,1%2,3%5,1
34
=-=
-=ggA

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =
6,3
60

36,3
60

( ) 35 , 0 8 , 9 2

= 90,49 m

Syarat keluwesan bentuk

m
V Lv
36 60 6 , 0
6,0
==
=

Syarat drainase

m
A Lv
68 7 , 1 40
40
==
=

Syarat kenyamanan

A V Lv

69 , 15 390
7 , 1 60
390
2

==

g3= 3,2 %

A
y Ev y

PVI3

g4= 1,5%

C
B D

Lv

Berdasar jarak pandang, baik henti / menyiap

Jarak pandang henti

Jh < Lv

Lv = 2
21

) 2 2 ( 100 h h
AxJh
+

= 2

) 15 , 0 2 05 , 1 2 ( 100
49 , 90 5 , 1
xx
x
+
= 409,5 m (memenuhi)

Jh > Lv

Lv = A
h h xJh

2
2 1 ) ( 200 2 + -

= 5,1
) 15 , 0 05 , 1 ( 200 49 , 90 2

2 + - x = -217 m (tidak memenuhi)

Jarak pandang menyiap

Jh < Lv

Lv = 2
21

) 2 2 ( 100 h h
AxJh
+

= 2

) 05 , 1 2 05 , 1 2 ( 100
49 , 90 5 , 1
xx
x
+
= 28,43 m (tidak memenuhi)

Jh > Lv

Lv = A
h h xJh

2
2 1 ) ( 200 2 + -

= 5,1
) 05 , 1 05 , 1 ( 200 49 , 90 2

2 + - x = -93,56 m (memenuhi)

Diambil Lv 68 ~ 70 m

m Lv A Ev 15 , 0 800
70 0
800 = = =

x = Lv 4
1

= 70 4
1 = 17,5 m

()
70 200
5 , 17 0
200
2

= Lv
xAy

= 0,04 m

Stationing lengkung vertikal PVI3

Sta A = Sta PVI3 1/2 Lv

= (1 + 150) - 1/2 70

= 1+115 m

Sta B = Sta PVI3 1/4 Lv

= (1 + 150) - 1/4 70

= 1+132,5 m

Sta C = Sta PVI3

= 1 + 150 m

Sta D = Sta PVI3 + 1/4 Lv

= (1 + 150) + 1/470

= 1 + 167,5 m

Sta E = Sta PVI3 + 1/2 Lv

= (1 + 150) + 1/270

= 1 + 185 m

Elevasi Lengkung vertical:

Elevasi A = Elevasi PVI3-( Lv x g3)

= 730,5 - ( 70 x 3,2%)

= 729,38 m

Elevasi B = Elevasi PVI3-( Lv x g3 ) -y

= 730,5 - ( 70 x 3,2%) - 0,04

= 729,9 m

Elevasi C = Elevasi PVI3 - Ev

= 730,5 - 0,15

= 730,35 m

Elevasi D = Elevasi PVI3+ ( Lv x g4) - y

= 7730,5 + ( 70 x1,5%) - 0,04

= 730,72 m

Elevasi E = Elevasi PVI3 +( Lv x g4)

= 7730,5 + ( 70 x1,5%)

= 731,02 m

3.5.1.4 PVI 4

Gambar 3.13 Lengkung Vertikal PVI-4

Perhitungan Lv:

%5,1%5,1%0
45
=-=
-=ggA

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =
6,3

( ) 35 , 0 8 , 9 2

60

36,3
60

= 90,49 m

Syarat keluwesan bentuk

m
V Lv
36 60 6 , 0
6,0
==
=

Syarat drainase

m
A Lv
60 5 , 1 40
40
==
=

g4= 1,5 % A

y Ev

y E

PVI4
g5= 0 % C

Z Lv

Berdasar jarak pandang, baik henti / menyiap

Jarak pandang henti

Jh < Lv

Lv = ) 5 , 3 ( 150

xJh
AxJh
+

= ) 49 , 90 5 , 3 ( 150
49 , 90 2 , 3 2

x
x
+ = 28,43 m (tidak memenuhi)

Jarak pandang menyiap

Jh > Lv

Lv =

+-A
Jh 5 , 3 150 Jh 2

= ( )

+-2,3
49 , 90 5 , 3 150 49 , 90 2 x x = -217 m (memenuhi)

Diambil Lv 60 m

m Lv A Ev 075 , 0 800
60 1
800 = = =

x = Lv 4
1

= 60 4
1 = 15

()
60 200
15 5 , 1
200
2

= Lv
xAy

= 0,028 m

Stationing lengkung vertikal PVI4

Sta A = Sta PVI4 1/2 Lv

= (1+625) - 1/2 60

= 1 + 595 m

Sta B = Sta PVI4 1/4 Lv

= (1+625) - 1/4 60

= 1 + 610 m

Sta C = Sta PVI4

= 1+625m

Sta D = Sta PVI4 + 1/4 Lv

= (1+625) + 1/4 60

= 1 + 640 m

Sta E = Sta PVI4 + 1/2 Lv

= (1+625) + 1/2 60

= 1+655 m

Elevasi Lengkung vertical:

Elevasi A = Elevasi PVI4+(Lv x g4)

= 723 +( 60 x 1,5 %)

= 723,45 m

Elevasi B = Elevasi PVI4 + ( Lv x g4) + y

= 723 + ( 60 x 1,5%) + 0,028

= 723,25 m

Elevasi C = Elevasi PVI4 +Ev

= 723 + 0,075

= 723,075 m

Elevasi D = Elevasi PVI4 +( Lv x g5 ) - y

=723 + ( 60 x 0% ) + 0,028

= 723,028 m

Elevasi E = Elevasi PVI4 +( Lv x g5)

= 723 + ( 60 x 0%)

= 723 m

Elevasi X (1+600) = Elevasi A - ( 1600 1595 x g4) + y

= 723,45 - ( 5 x 1,5 % ) + Ev x
Lv
x

21

= 723,45 - ( 5 x 1,5 % ) + 075 , 0 30


5x

=723,45 0,075 + 0,002

= 723,37

Elevasi Z (1+650) = Elevasi E - ( 1650 1655 x g5) + y

= 723 - ( 5 x 0 % ) + Ev x
Lv
x

21

= 723 - ( 5 x 0 % ) + 02 , 0 30
5x

= 723 0 + 0,002

= 723,002

g6 = -5,3 %

g5= 0%
PVI5

3.5.1.5 PVI 5

Gambar 3.14 Lengkung Vertikal PVI-5

Perhitungan Lv:

%3,5%0%3,5
56

=-=
-=ggA

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =
6,3
60

36,3
60

( ) 35 , 0 8 , 9 2

= 90,49 m

Syarat keluwesan bentuk

m
V Lv
36 60 6 , 0
6,0
==
=

Syarat drainase

m
A Lv
212 3 , 5 40
40
==
=

y Ev
y

D
Lv

Berdasar jarak pandang, baik henti / menyiap

Jarak pandang henti

Jh < Lv

Lv = ) 5 , 3 ( 150

xJh
AxJh
+

= ) 49 , 90 5 , 3 ( 150
49 , 90 2 , 3 2

x
x
+ = 56,14 m (tidak memenuhi)

Jarak pandang menyiap

Jh > Lv

Lv =

+-A
Jh 5 , 3 150 Jh 2

= ( )

+-2,3
49 , 90 5 , 3 150 49 , 90 2 x x = 35,13 m (memenuhi)

Diambil Lv 35,13 ~ 40 m

m Lv A Ev 265 , 0 800
40 3 . 5
800 = = =

x = Lv 4
1

= 40 4
1 = 10 m

()
40 200
10 3 , 5
200
2

= Lv
xAy

= 0,066 m

Stationing lengkung vertikal PVI5

Sta A = Sta PVI5 1/2 Lv

= (1+750) - 40

= 1 +730 m

Sta B = Sta PVI5 1/4 Lv

= (1+750) - 1/4 40

= 1 + 740 m

Sta C = Sta PVI5

= 1+750 m

Sta D = Sta PVI5 + 1/4 Lv

= (1+750) + 1/4 40

= 1+760 m

Sta E = Sta PVI5 + 1/2 Lv

= (1+750) + 1/2 40

= 1+770 m

Elevasi Lengkung vertical:

Elevasi A = Elevasi PVI5 + (Lv x g5)

= 723+( 40 x 0%)

= 723 m

Elevasi B = Elevasi PVI5 +( Lv x g5) + y

=723 + (40 x 0% ) + 0,066

= 723,066 m

Elevasi C = Elevasi PVI5 + Ev

=723+ 0,265

= 723,265 m

Elevasi D = Elevasi PVI5 +( Lv x g6) + y

= 723 + ( 40 x 5,3% ) + 0,066

= 723,596 m

Elevasi E = Elevasi PVI5 + (Lv x g6)

= 723 + ( 40 x 5,3%)

= 724,06 m

3.5.1.6

PVI 6.

Gambar 3.15 Lengkung Vertikal PVI-6

Perhitungan Lv:

%3,5%3,5%0
67
=-=
-=ggA

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =
6,3
60

36,3
60

( ) 35 , 0 8 , 9 2

= 90,49 m

Syarat keluwesan bentuk

m
V Lv
36 60 6 , 0
6,0
==
=

Syarat drainase

m
A Lv
212 3 , 5 40

40
==
=

Syarat kenyamanan

A V Lv

9 , 48 390
3 , 5 60
390
2

==

y Ev
y

g6= 5,3%

PVI6

g7= 0% B

Lv

Berdasar jarak pandang, baik henti / menyiap

Jarak pandang henti

Jh < Lv

Lv = 2
21

) 2 2 ( 100 h h

AxJh
+

= 2

) 15 , 0 2 05 , 1 2 ( 100
49 , 90 3 , 5
xx
x
+
= 70 m (tidak memenuhi)

Jh > Lv

Lv = A
h h xJh

2
2 1 ) ( 200 2 + -

= 3,5
) 15 , 0 05 , 1 ( 200 49 , 90 2

2 + - x = 105,75 m (tidak memenuhi)

Diambil Lv 36 ~ 40 m

m Lv A Ev 26 , 0 800
40 3 , 5
800 = = =

x = Lv 4
1

= 40 4
1 = 10 m

()
40 200
10 3 , 5
200
2

= Lv
xAy

= 0,06 m

Stationing lengkung vertikal PVI6

Sta A = Sta PVI6 1/2 Lv

= (1 + 975) - 1/2 40

= 1 + 955 m

Sta B = Sta PVI6 1/4 Lv

= (1 + 975) - 1/4 40

= 1 + 965 m

Sta C = Sta PVI6

= 1 + 975 m

Sta D = Sta PVI6 + 1/4 Lv

= (1 + 975) + 1/4 40

= 1+985 m

Sta E = Sta PVI6 + 1/2 Lv

= (1 + 975) + 1/2 40

= 1 + 995 m

Elevasi Lengkung vertical:

Elevasi A = Elevasi PVI6-(Lv x g6)

= 735 - ( 40 x 5,3%)

= 733,9 m

Elevasi B = Elevasi PVI6 - ( Lv x g6 ) - y

= 735 -( 40 x 5,3%) - 0,06

= 734,5 m

g8 = 3,6 %

g7= 0%
PVI7

Elevasi C = Elevasi PVI6 - Ev

= 735 0,26

= 734,7 m

Elevasi D = Elevasi PVI6 +( Lv x g7)- y

= 735 + (10 x 0%) - 0,06

= 734,9 m

Elevasi E = Elevasi PVI6 +( Lv x g7)

= 735 + (40 x 0%)

= 735 m

3.5.1.7 PVI 7

Gambar 3.16 Lengkung Vertikal PVI-7

Perhitungan Lv:

%6,3%0%6,3
78
=-=
-=ggA

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =
6,3
60

36,3
60

( ) 35 , 0 8 , 9 2

= 90,49 m

y Ev
y

B
C

B Lv

Syarat keluwesan bentuk

m
V Lv
36 60 6 , 0
6,0

==
=

Syarat drainase

m
A Lv
144 6 , 3 40
40
==
=

Berdasar jarak pandang, baik henti / menyiap

Jarak pandang henti

Jh < Lv

Lv = 2
21

) 2 2 ( 100 h h
AxJh
+

= 2

) 15 , 0 2 05 , 1 2 ( 100
49 , 90 3 , 5
xx
x
+
= 70,9 m (tidak memenuhi)

Jh > Lv

Lv = A
h h xJh

2
2 1 ) ( 200 2 + -

= 3,5
) 15 , 0 05 , 1 ( 200 49 , 90 2

2 + - x = 100.21 m (tidak memenuhi)

Diambil Lv 36 ~ 40 m

m Lv A Ev 18 , 0 800
40 6 , 3
800 = = =

x = Lv 4
1

= 40 4
1 = 10 m

()
40 200
10 6 , 3
200
2


= Lv
xAy

= 0,045 m

Stationing lengkung vertikal PVI7

Sta A = Sta PVI7 1/2 Lv

= (2+075) - 1/2 40

= 2 +055 m

Sta B = Sta PVI7 1/4 Lv

= (2+075) - 1/4 40

= 2 + 065 m

Sta C = Sta PVI7

= 2+075 m

Sta D = Sta PVI7 + 1/4 Lv

= (2+075) + 1/4 40

= 2+085 m

Sta E = Sta PVI7 + 1/2 Lv

= (2+075) + 1/2 40

= 2+095 m

Elevasi Lengkung vertical:

Elevasi A = Elevasi PVI7 + (Lv x g7)

= 735+( 40 x 0%)

= 735 m

Elevasi B = Elevasi PVI7 +( Lv x g7) + y

=735 + (40 x 0% ) + 0,045

= 735,045 m

Elevasi C = Elevasi PVI7 + Ev

=735+ 0,18

= 735,18 m

Elevasi D = Elevasi PVI7 +( Lv x g8) + y

= 735 + ( 40 x 3,6% ) + 0,045

= 735,405 m

Elevasi E = Elevasi PVI7 + (Lv x g8)

= 735 + ( 40 x 3,6%)

= 735,72 m

3.5.1.8 PVI 8

Gambar 3.17 Lengkung Vertikal PVI-8

Perhitungan Lv:

%6,3%7,3%0
89
=-=
-=ggA

Jh = gf

Vr

T Vr
2
6,3
6,3

+ =

( ) 35 , 0 8 , 9 2

6,3
60

36,3
60

g8= 3,6 %

y
Ev y

E PVI8
g9= 0%
E

B D
X

Lv

= 90,49 m

Syarat keluwesan bentuk

m
V Lv
36 60 6 , 0
6,0
==
=

Syarat drainase

m
A Lv
144 6 , 3 40
40
==
=

Berdasar jarak pandang, baik henti / menyiap

Jarak pandang henti

Jh < Lv

Lv = 2
21

) 2 2 ( 100 h h
AxJh
+

= 2

) 15 , 0 2 05 , 1 2 ( 100
49 , 90 6 , 3
xx
x
+
= 105,18 m (memenuhi)

Jh > Lv

Lv = A
h h xJh

2
2 1 ) ( 200 2 + -

= 6,3
) 15 , 0 05 , 1 ( 200 49 , 90 2

2 + - x = 73,21m (memenuhi)

Jarak pandang menyiap

Jh < Lv

Lv = 2
21

) 2 2 ( 100 h h
AxJh
+

= 2

) 15 , 0 2 05 , 1 2 ( 100
49 , 90 6 , 3
xx
x
+
= 80,18 m (tidak memenuhi)

Jh > Lv

Lv = A
h h xJh

2 1 ) ( 200 2 + -

= 6,3
) 15 , 0 05 , 1 ( 200 49 , 90 2

2 + - x = 73,21m (memenuhi)

Diambil Lv 80 m

m Lv A Ev 36 , 0 800
80 6 , 3
800 = = =

x = Lv 4
1

= 80 4
1 = 20 m

()
80 200
20 6 , 3
200
2

= Lv
xAy

= 0,09 m

Stationing lengkung vertikal PVI7

Sta A = Sta PVI8 1/2 Lv

= (2+525) - 1/2 80

= 2 +485 m

Sta B = Sta PVI8 1/4 Lv

= (2+525) - 1/4 80

= 2 + 505 m

Sta C = Sta PVI8

= 2+525 m

Sta D = Sta PVI8 + 1/4 Lv

= (2+525) + 1/4 80

= 2+535 m

Sta E = Sta PVI8 + 1/2 Lv

= (2+525) + 1/2 80

= 2+565 m

Elevasi Lengkung vertical:

Elevasi A = Elevasi PVI8 - (Lv x g8)

= 751,5-( 80 x 3,6%)

= 750,06 m

Elevasi B = Elevasi PVI8 -( Lv x g8) - y

=751,5 - (80 x 3,6% ) - 0,09

= 750,87 m

Elevasi C = Elevasi PVI8 - Ev

=751,5 0,36

= 751,14 m

Elevasi D = Elevasi PVI8 +( Lv x g9) - y

= 751,5 + ( 150 x 0% ) - 0,09

= 751,41 m

Elevasi E = Elevasi PVI8 + (Lv x g9)

= 751,5+ ( 150 x 0%)

= 751,5 m

Elevasi X (2+500) = Elevasi PVI8 - ( 2525 2500 x g8) - y

= 751,5 - ( 25 x 3,6 % ) - Ev x
Lv
x

21

= 751,5 - ( 25 x 3,6 % ) 0,075

=750,68 m

Elevasi X (2+550) = Elevasi PVI8 - ( 2525 2500 x g8) - y

= 751,5 - ( 25 x 3,6 % ) - Ev x
Lv
x2

21

= 751,5 - ( 25 x 3,6 % ) 0,14

=751,31 m

119

BAB IV

PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN

4.1 Data Perencanaan Tebal Perkerasan

Jalan dibuka pada tahun

= 2012

Pertumbuhan lalu lintas (i1) selama pelaksaaan = 2 %

Pertumbuhan lalu lintas (i2) selama umur rencana = 6 %

Umur rencana (UR)

Curah hujan rata-rata

Kelandaian

= 10 tahun

= 850 mm/th

= < 6% (2,81%)

Susunan lapis perkerasan Surface course

= Laston MS 340

Base course

= Laston MS 340

Sub base course = Sirtu (kelas B)

Roughness diharapkan

= 1500 mm/km

C = (Koefisien distribusi kendaraan) didapat dari jumlah 2 jalur 2 arah

Data lalu lintas yang digunakan diperoleh dari referensi Dosen Pembimbing
dengan

pendekatan pada lokasi Kerja Praktek ( KP ) yang telah dilaksanakan :


Tabel 4.1 Nilai LHRS

No Jenis Kendaraan S LHR


Kendaraan / hari / 2 jalur
1. Mobil Penumpang 2 ton 2500
2. Bus 8 ton 200
3. Truck 2 As 13 ton 150
4. Truck 3 As 20 ton 100
5. Truck 5 As 30 ton 60
STotal 2010

120

4.2 Perhitungan Volume Lalu Lintas

4.2.1. LHR2012 (Awal Umur Rencana), i1 = 2 %

Rumus : LHR2009 (1 + i) n

Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan

Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Hal. 11

Penghitungan :

- Mobil Penumpang 2 ton = 2000 (1+0,02)3 = 2653,02 kendaraan

- Bus 8 ton = 200 (1+0,02)3 = 212,24 kendaraan

- Truck 2 As 13 ton = 100 (1+0,02)3 = 159,18 kendaraan

- Truck 3 As 20 ton =

50 (1+0,02)3 =

106,12 kendaraan

- Truck 5 As 30 ton =

20 (1+0,02)3 =

63,67 kendaraan

4.2.2. LHR2022 (Akhir Umur Rencana), i2 = 6 %

Rumus : LHR2012 (1 + i2) n2

Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan

Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Hal. 11

Penghitungan :

- Mobil Penumpang 2 ton = 2653,02 (1+0,06)10 = 4751,15 kendaraan

- Bus 8 ton = 212,24 (1+0,06)10 = 380,09 kendaraan

- Truck 2 As 13 ton = 159,18 (1+0,06)10 = 285,07 kendaraan

- Truck 3 As 20 ton =

106,12 (1+0,06)10 =

190,04 kendaraan

- Truck 5 As 30 ton =

63,67 (1+0,06)10 = 114,02 kendaraan

121

4.2.3. Angka Ekivalen (E) Masing-Masing Kendaraan

Angaka Ekivalen (E) dari suatu sumbu kendaraan adalah angka yang
menyatakan

perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban


sumbu

tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu


lintasan

beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb).

Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan

Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987.

Tabel Daftar Angaka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan Hal. 10.

Penghitungan :

- Mobil Penumpang 2 ton (1+1) = 0,0002 + 0,0002

- Bus 8 ton (3+5)

= 0,0004

= 0,0183 + 0,1410 = 0,1593

- Truck 2 As 13 ton (5+8)

- Truck 3 As 20 ton (6+7.7)

= 0,1410 + 0,9238 = 1,0648

= 0,2923 + 0,7452 = 1,0375

- Truck 5 As 30 ton (6+7.7) + (5+5)

= 1,0375 + 2(0,1410) = 1,3195

4.2.4. Penghitungan LEP (Lintas Ekivalen Permulaan)

Rumus = LEP = C x E x LHR2010

C = Koefisien distribusi kendaraan

Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan

Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987.

Tabel Daftar Koefisien Distribusi Kendaraan (C) Hal. 9

122

Penghitungan :

- Mobil Penumpang 2 ton (1+1)

- Bus 8 ton (3+5)

= 0,5 x 0,0004 x 2653,02 = 0,53

= 0,5 x 0,1593 x

- Truck 2 As 13 ton (5+8)

- Truck 3 As 20 ton (6+7.7)

212,24 = 16,90

= 0,5 x 0,10648 x 159,18 = 84,74

= 0,5 x 1,0375 x

106,12 = 55,04

- Truck 5 As 30 ton (6+7.7) + (5+5)

= 0,5 x 1,3195 x

63,67 = 42,01 +

LEP = 199,21

4.2.5. Penghitungan LEA (Lintas Ekivalen Akhir)

Rumus :

LEA = C x E x LHR2022

C = Koefisien distribusi kendaraan

E = Angka ekivalen

Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan

Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987.

Tabel Daftar Koefisien Distribusi Kendaraan (C) Hal. 9 dan Tabel Angka

Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan Hal.10

Penghitungan :

- Mobil Penumpang 2 ton (1+1)

- Bus 8 ton (3+5)

= 0,5 x 0,0004 x 4751,15 = 0,95

= 0,5 x 0,1593 x 380,09

= 30,27

- Truck 2 As 13 ton (5+8)

- Truck 3 As 20 ton (6+7.7)

= 0,5 x 0,10648 x 285,07 = 15,18

= 0,5 x 1,0375 x 190,04

- Truck 5 As 30 ton (6+7.7) + (5+5)

= 0,5 x 1,3195 x 114,02

LEP = 220,20

123

4.2.6 Penghitungan LET (Lintas Ekivalen Tengah)

Rumus : LET = (LEP + LEA)

= (199,21+ 220,20)

= 209,70 ~ 210

4.2.7. Penghitungan LER (Lintas Ekivalen Rencana)

Rumus : LER = LET x 10


UR

= 210 x 10
10 = 210

= 98,58

= 75,22 +

4.3. Penentuan CBR Desain Tanah Dasar

Harga CBR digunakan untuk menetapkan daya dukung tanah dasar (DDT),

berdasarkan grafik korelasi DDT dan CBR. Yang dimaksud harga CBR disini
adalah

CBR lapangan atau CBR laboratorium.

Jika digunakan CBR lapangan, maka pengambilan contoh tanah dasar


dilakukan

dengan tabung (undisturb), kemudian direndam dan diperiksa harga CBR-nya.


Dapat

juga mengukur langsung di lapangan (musim hujan / direndam).

Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan

Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987.

Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR Hal.12

124

Dari pengujian DCP didapat data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data CBR Tanah Dasar

STA 0+000 0+050 0+100 0+200 0+300 0+400 0+500

CBR (%) 7 7 6 8 7 6 7

STA 0+550 0+600 0+700 0+800 0+900 1+000 1+100

CBR (%) 7 7 6 8 7 6 7

STA 1+200 0+300 1+400 1+500 1+600 1+700 1+800

CBR (%) 7 7 6 8 7 6 7

STA 1+900 2+000 2+100 2+200 2+300 2+400 2+500

CBR (%) 7 7 6 8 7 6 7

STA 2+600 2+700 2+800

CBR (%) 7 7 6

Tabel 4.3
Lebih

Penghitungan Jumlah dan Prosentase CBR yang Sama Atau

Besar

No CBR Jumlah yang sama atau lebih


besar
Persen yang sama atau lebih besar

1 6 31 31/31 x 100 %

= 100 %

2 7 22 22/31x 100 %

= 70,97 %

3 8 4 4/31 x 100 %

= 12,90 %

125

Yang selanjutnya akan dibuat grafik penentuan CBR, antara CBR tanah dasar
dengan

persen yang sama atau lebih besar. Sehingga akan didapatkan nilai CBRnya.
Yaitu

nilai CBR 90%.

Gambar 4.1 Grafik hubungan CBR Tanah Dasar dengan Prosentase CBR yang
sama

atau lebih besar.

Sehingga didapat CBR tanah dasar adalah 6,5%

Dalam perencanaan tebal perkerasan ini, berdasarkan data dari Kerja Praktek
(KP)

diambil nilai CBR 6,5 %.

CBR Tanah Dasar

126

4.4. Penentuan Daya Dukung Tanah (DDT)

Gambar 4.2 Korelasi DDT dan CBR

Hubungan nilai CBR dengan garis mendatar kesebelah kiri diperoleh nilai

DDT = 5,3

Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkarasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode

Analisa Komponen SKNI 2.3.26.1987. Gambar Korelasi DDT Dan CBR

Hal 13

CBR DDT

100
90
80
70
60
50

40

30

20

10
9
8
7

6
5

10

127

4.5 Perhitungan Faktor Regional (FR)

1. Berdasarkan grafik korelasi DDT dan CBR diperoleh nilai DDT = 5,3

Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal perkarasan lentur jalan raya dengan

metode

analisa komponen SKBI 2.3.2.6.1987.

2. Jalan Raya kelas II, klasifikasi jalan arteri dengan medan Datar

3. Penentuan nilai Faktor Regional (FR)

% kelandaian berat = % 100 2007 LHR


berat

kend. Jumlah

% 100 3010

510

16,94 % 30 %

Curah hujan berkisar 850 mm / tahun

Sehingga dikategorikan < 900 mm/ tahun, termasuk pada iklim I

Kelandaian = % 100 B - A Jarak


B titik Elevasi - A titik Elevasi

= % 100 2921,56
715,42 - 803,02

= 2,99 % < 6 %

Dengan mencocokan hasil perhitungan tersebut pada SKBI 2.3.26.1987.


maka

diperoleh nilai FR = 0,5

Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkarasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode

Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Tabel Daftar Faktor Regional (FR).

Hal 14

128

4.6 Penentuan Indeks Permukaan (IP)

4.6.1. Indeks Permukaan Awal (IPo)

Direncanakan jenis lapisan Laston

dengan Roughness 1500 mm/km, Maka

disesuaikan tabel indeks permukaan pada awal rencana diperoleh IPo = 3,9 3,5

Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal perkarasan lentur jalan raya dengan


metode

analisa komponen SKNI 2.3.26.1987. Tabel Daftar Indeks Permukaan Pada


Awal

Umur Rencana (IPo) Hal 16

4.6.2. Indeks Permukaan Akhir (IPt)

Dari data klasifikasi manfaat Jalan Arteri dan hasil perhitungan LER yaitu didapat

nilai LER = 210, maka berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal


perkarasan

lentur jalan raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987.


Daftar V

Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IPt) maka diperoleh IPt = 2,0 2,5

129

4.7 Penentuan Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Data :

IPo = 3,9 3,5

IPt = 2,0 2,5

LER = 210

DDT = 5,3

FR = 0,5

Gambar 4.3 Grafik Penentuan Nilai Indek Tebal Perkerasan (ITP)

130

Dengan nomogram no.4 didapat nilai ITP = 6,7

Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkarasan Lentur Jalan Raya Dengan


Metode

Analisa Komponen SKNI 2.3.26.1987. Gambar Nomogram Lampiran 1 (4)

Direncanakan susunan lapisan perkerasan sebagai berikut :

Lapisan permukaan (Surface Course), D1 = 7,5 cm ; a1 = 0,30 (LASTON


MS

340)

Lapisan pondasi atas (Base Course), D2 = 10 cm ; a2 = 0,24 (LASTON MS340)

Lapisan pondasi bawah (Sub Base Course) D3 = cm ; a3 = 0,12 (Sirtu Kelas B

Dimana

a1, a2, a3 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan (SKBI 2.3.26.1987)

D1, D2, D3 = Tebal masing masing lapis permukaan

ITP

6,7

= (a1 x D1) + (a2 x D2) + (a3 x D3)

= (0,30 x 7,5) + (0,10 x 20) + (0,12 x D3)

6,7

= 2,25 + 2,4 + (0,12 x D3)

6,7

= 4,65 + 0,13 D3

D3

= 13 , 0

65 , 4 7 , 6 -

D3

131

= 17 cm

2% 2% 4% 4%
A

100 cm

60 cm

Lebar Perkerasan Drainase Bahu


Jalan
Bahu
Jalan
2 x 350 cm 150 cm 100cm 150 cm

20 cm
100 cm

60 cm

20 cm

Drainase

100cm

Susunan Perkerasan :

Gambar 4.4 Potongan A-A,Susunan Perkerasan

Gambar 4.5 Typical Cross Section

LASTON MS 340

7,5 cm

10 cm

17 cm

Sirtu / Pitrun Kelas A

(CBR 70 %)

LASTON MS 340

CBR tanah dasar = 6,5 %

132

132

BAB V

RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN

TIME SCHEDULE

5.1 Typical Potongan Melintang

Gambar 5.1 Potongan Melintang Jalan

5.2 Analisa Perhitungan Volume Pekerjaan

5.2.1. Penghitungan Volume Pekerjaan Tanah

1. Pembersihan Semak dan Pengupasan Tanah.

Luas =10 m x(Panjang jalan Bentang Jembatan Lebar persimpangan)

+ Lalur pendakian

= 10 m x (2770 200 6) + (542,5)

= 26.182,5 m

2. Persiapan Badan Jalan ( m ).

Luas = Lebar lapis pondasi bawah x (Panjang jalan Bentang Jembatan

Lebar persimpangan) + Lalur Pendakian

= 7,77 m x (2770 200 6) + (542,5)

= 20.454,78 m

133

3. Galian Tanah Biasa ( m )

Contoh penghitungan : STA 0+600

Gambar 5.2 Tipical Cross Section STA 0+600

H1 = 717,24 712,85

= 4,39

H2 = 717,70 712,84

= 4,86

H3 = 718,09 712,92

= 5,17

H4 = 718,75 - 713

= 5,75

H5 = 719,40 712,93

= 6,47

H6 = 719,76 712,83

= 6,93

H7 = 720,23 712,83

= 7,4

Perhitungan Luas

()

2 82 , 4

121

H alas a Luas

2 56 , 11

5,22
21

H H b Luas

+=

2 03 , 10

22

32

H H c Luas

+=

2 11 , 19

5,32
43

H H d Luas


+=

2 38 , 21

5,32
54

H H e Luas

+=

2 4 , 13

22
65

H H f Luas

+=

134

2 91 , 17

5,22
76

H H g Luas


+=

2 69 , 13

72
7
2
1

H H h Luas

CC=

= 2 m 111,9 Galian

Total L

4. Timbunan Tanah Biasa ( m )

Contoh penghitungan : STA 0 + 700

Gambar 5.3 Tipical Cross Section STA 0 + 700

H1 = 715,71 711,17

= 4,54

H2 = 715,79 711,65

= 4,14

H3 = 716 712,50

= 3,5

H4 = 715,80 713,32

= 2,48

H5 = 715,72 713,80

= 1,92

135

Perhitungan Luas

()

2 15 , 5

121

H alas a Luas

2 68 , 8

22
21

H H b Luas

+=

2 37 , 13

5,32
32

H H c Luas

+=

2 47 , 10

5,32

43

H H d Luas

+=

24,4

22
54

H H e Luas


+=

()

2 92 , 0

5216

H alas Luas

=
= 2 m 42,99

timbunan L

136

137

138

5.2.2. Penghitungan Volume Pekerjaan Drainase

1. Galian Saluran

Gambar 5.4 Sket volume galian saluran

112
5 , 0 5 , 1 x Luas

+=

21m=

Volume galian saluran (kanan dan kiri)

( ) [ ] drainase galian Panjang Luas V =

[]

3 5140
2570 2
m=
=

2. Pasangan Batu Dengan Mortar

II

0.2 m 0.2 m

1.5 m

0.3 m

1.5 m

0.2 m

0.8 m

Gambar 5. 5 Sket volume pasangan batu

1,5 m

0,5 m

1m

0,5 m

139

+=2
2 , 0 2 , 0 1 2 I uas L

= 0,4 m2

2,02
3,01,0

+ = II uas L

= 0,04 m2

40 , 0 04 , 0 + = total uas L

= 0,44 m2

Volume

= 2 x luas x panjang drainase

= (2 x 0,44) x 2570

= 2.261,6 m3

3. Plesteran

Gambar 5.6 Detail Pot A A pada drainase

Luas = (0,25 + 0,1 + 0,05) x 2570 x 2

= 2.056 m2
4. Siaran

Luas = 1,1 x 2570

= 2.827 m2

10 cm 5 cm

Pasangan batu

25 cm

140

AA

(H/5)+0,3

25 cm

(H/6)+0,3

5.2.3. Penghitungan Volume Pekerjaan Dinding Penahan

5.7 Sket volume pasangan batu pada dinding penahan

1. Galian Pondasi

a. Ruas Kiri

Sta 0+000 s/d 0+100

Sta 0+000

H Sta 0+000

=0m

(H/5)+0,3

= 0,3 m

(H/6)+0,3

= 0,3 m

Luas galian pondasi = 0,3 x 0,3 = 0,09 m2

Sta 0+100

H Sta 0+100 = 0 m

(H/5)+0,3

= 0,3 m

(H/6)+0,3

= 0,3 m

Luas galian pondasi = 0,3 x 0,3 = 0,09 m2

141

Volume ( Sta 0+000 s/d 0+100 ) = 100 2


09 , 0 09 , 0

= 9 m

a. Ruas Kanan

Sta 0+000 s/d 0+100

Sta 0+000

H Sta 0+000

=0m

(H/5)+0,3

= 0,3 m

(H/6)+0,3

= 0,3 m

Luas galian pondasi = 0,3 x 0,3 = 0,09 m2

Sta 0+100

H Sta 0+100 = 0 m

(H/5)+0,3

= 0,3 m

(H/6)+0,3

= 0,3 m

Luas galian pondasi = 0,3 x 0,3 = 0,09 m2

Volume ( Sta 0+000 s/d 0+100 ) = 100 2


09 , 0 09 , 0

= 9 m

142

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.2 Perhitungan Volume Galian Pondasi pada Dinding Penahan

Sta jarak
KIRI KANAN

H (H/5)+0,3 (H/6)+0,3 Luas Volume H (H/5)+0,3 (H/)+0,3 Luas Volume


0+000

1.99 0.70 0.63 0.44

100
0+100

47.49

0+200
-

52.94

2.26 0.75 0.68 0.51

100

25.44

2.18 0.74 0.66 0.49

2.49 0.80 0.72 0.57

33.42

0.07 0.31 0.31 0.10

0.77 0.45 0.43 0.19

0+400
100
0+500

12.84

27.29

1.13 0.53 0.49 0.26

93.67
0+593.67
15.33
0+609.00

12.03
-

1.60 0.62 0.57 0.35

22.36
0.30 0.36 0.35 0.13

1.32

2.75

0.63 0.43 0.41 0.17

1.00 0.50 0.47 0.23

15.33

3.03

0+624.33

4.16

0.94 0.49 0.46 0.22

59.34

12.05

0+683.67

1.40 0.58 0.53 0.31

19.60

0.70 0.44 0.42 0.18

1.60 0.62 0.57 0.35

sta jarak
KIRI KANAN

H (H/5)+0,3 (H/6)+0,3 Luas Volume H (H/5)+0,3 (H/)+0,3 Luas Volume


23.77
707.44
58.54
765.98
15.33
781.31
16.53
797.84
2.16
0+800
100.00
0+900
100.00
1+000
- -

3.72

6.60

0.33 0.37 0.36 0.13


10.63

0.83 0.47 0.44 0.20

13.07

1.00 0.50 0.47 0.23


4.60

1.05 0.51 0.48 0.24

4.62

1.67 0.63 0.58 0.37


6.06

1.64 0.63 0.57 0.36

5.83

1.67 0.63 0.58 0.37


0.82

1.57 0.61 0.56 0.34

0.76

1.80 0.66 0.60 0.40


50.87
2.67 0.83 0.75 0.62
47.88
1.53 0.61 0.56 0.34

1.63 0.63 0.57 0.36


47.12
2.54 0.81 0.72 0.58
45.83
1.51 0.60 0.55 0.33

143

1+500
100.00
1+600
100.00
1+700
100.00
1+800
100.00
1+900

0.19 0.34 0.33 0.11


17.10
0.98 0.50 0.46 0.23
24.99
1.20 0.54 0.50 0.27
23.14
0.76 0.45 0.43 0.19
16.34
0.36 0.37 0.36 0.13

0.10 0.32 0.32 0.10


15.70
0.88 0.48 0.45 0.21
22.03
0.97 0.49 0.46 0.23
20.18
0.65 0.43 0.41 0.18
14.51
0.21 0.34 0.34 0.11

JUMLAH 320.37 JUMLAH 358.76

Volume total = 320,37 + 385,76 = 706,13 m

144

145

2. pasangan Batu untuk Dinding Penahan

a. Ruas Kiri

Sta 0+000 s/d 0+100

Sta 0+000

Lebar atas

H Sta 0+000

= 0,25 m

=0m

(H/5)+0,3

=0m

(H/6)+0,3

=0m

Luas pasangan batu = ( ) 0 0 10 2


0 25 , 0 +

= 0 m2

Sta 0+ 100

Lebar atas

= 0,25 m

H Sta 0+100 = 0 m

(H/5)+0,3 = 0 m

(H/6)+0,3

=0m

Luas pasangan batu = ( ) 0 0 0 2


0 25 , 0 +

= 0 m2

Volume

= 100 2

00

= 0 m

146

a. Ruas Kanan

Sta 0+000 s/d 0+100

Sta 0+000

Lebar atas

= 0,25 m

H Sta 0+000 = 2,18 m

(H/5)+0,3

= 0,74 m

(H/6)+0,3

= 0,66 m

Luas pasangan batu = ( ) 66 , 0 74 , 0 18 , 2 2


66 , 0 25 , 0 +

= 1,48 m2

Sta 0+100

Lebar atas

= 0,25 m

H Sta 0+100 = 2,49 m

(H/5)+0,3 = 0,80 m

(H/6)+0,3

= 0,72 m

Luas pasangan batu = ( ) 72 , 0 80 , 0 49 , 2 2


72 , 0 25 , 0 +

= 1,78 m2

Volume

= 100 2

78 , 1 48 , 1

= 163 m

147

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5.3:

Tabel 5.3 Perhitungan Volume Pasangan Batu pada Dinding Penahan

Sta jarak
KIRI KANAN

H (H/5)+0,3 (H/6)+0,3 Luas Volume H (H/5)+0,3 (H/)+0,3 Luas Volume


0+000

1.99 0.70 0.63 1.32

100
0+100

143.71

0+200
-

162.79

2.26 0.75 0.68 1.56

100

77.80

2.18 0.736 0.66 1.48

2.49 0.798 0.72 1.77

94.48

0.07 0.314 0.31 0.12

0.77 0.454 0.43 0.46

0+400
100
0+500

33.70

1.13 0.53 0.49 0.67

93.67
0+593.67
15.33
0+609.00
15.33
0+624.33
59.34
0+683.67
23.77
707.44
58.54
765.98
15.33
781.31
16.53
797.84
2.16

73.01

31.57
-

1.60 0.62 0.57 1.00

57.17
0.30 0.36 0.35 0.22

2.90

6.19

0.63 0.43 0.41 0.38


7.16

1.00 0.5 0.47 0.59

11.11

0.94 0.49 0.46 0.55


28.83

1.40 0.58 0.53 0.86

55.26

0.70 0.44 0.42 0.42


7.68

17.76

0.33 0.37 0.36 0.23


24.04

1.64 0.628 0.57 1.04

16.67

1.67 0.63 0.58 1.06


2.40

1.05 0.51 0.48 0.62

12.71

1.67 0.63 0.58 1.06


17.49

0.83 0.466 0.44 0.49

32.57

1.00 0.50 0.47 0.59


12.65

1.60 0.62 0.57 1.00

2.17

1.57 0.614 0.56 0.98

0+800

1.80 0.66 0.60 1.16

100

155.53

0+900

142.41

2.67 0.83 0.75 1.95

100

145.09

1+000

1.63 0.626 0.57 1.03

2.54 0.808 0.72 1.82

137.90

1.53 0.61 0.56 0.95

1.51 0.602 0.55 0.94

0.19 0.34 0.33 0.17

0.10 0.32 0.32 0.13

- 1+500

2.18

(Bersambung ka halaman berikutnya)

148

Sta jarak
KIRI KANAN

H (H/5)+0,3 (H/6)+0,3 Luas Volume H (H/5)+0,3 (H/)+0,3 Luas Volume

100
1+600
100
1+700
100
1+800
100
1+900

37.34

32.44

0.98 0.50 0.46 0.58


64.97

54.62

1.20 0.54 0.50 0.72


58.50

0.97 0.494 0.46 0.57

48.14

0.76 0.45 0.43 0.45


34.69

0.88 0.476 0.45 0.52

0.65 0.43 0.41 0.39

28.28

0.36 0.37 0.36 0.24

0.21 0.342 0.34 0.18

JUMLAH 886.04 JUMLAH 985.67

Volume total = 886.04 + 985.67= 1871,71 m

149

150

25 cm

30 cm 10 cm

H - 0,3

3. Plesteran

Gambar 5.8 Detail potongan A-A pada Dinding Penahan

Ruas kiri

Luas=(0,1+0,3+0,25)x(100+13,65+13,65+54,69+166,99+54,69+13,66+13,66
+94,

47+100+100+81,07+16,66+16,66+16,66+315,16+16,66+16,66+16,66+

3,81+100+100)

= 0,65 x 1.325,47

= 861,55 m2

Ruas kanan

Luas=(0,1+0,3+0,25)x(100+13,65+13,66+54,69+166,99+54,69+13,66+13,66
+94,4

7+81,07+16,66+16,66+16,66+315,16+16,66+16,66+16,66+3,81+100+100+

100)

= 0,65 x 1.325,47

= 861,55 m2

Luas total = 861,55 + 861,55

= 1.723,11 m2

151

3. Siaran

Ruas kiri

Sta 0+200 s/d 0+300

H Sta 0+200

=0m

H 0.3 Sta 0+200

H Sta 0+300

= 8,59 m

H 0,3 Sta 0+300

Luas

= 100 2

29 , 8 0

+ = 414,5 m2

Ruas kanan

Sta 0+900 s/d 1+000

=0m

= 8,29 m

H Sta 0+900

= 0,63 m

H Sta 1+000

Luas

= 100 2

33 , 0 0

= 16,35 m2

=0m

H 0.3 Sta 0+000

= 0,33 m

H 0,3 Sta 0+100

=0m

152

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Perhitungan Luas Siaran pada dinding Penahan

Sta Jarak KIRI KANAN

H H- 0,3 Luas H H-0,3 Luas

0+000
100
0+100
100
0+200
-

1.99 1.69
182.50
2.26 1.96
98.00

2.18 1.88
203.50
2.49 2.19
109.50

0.07 0.00

0.77 0.47

0+400
100

41.50

88.50

0+500

1.13 0.83

93.67

38.87

0+593.67
15.33

15.33

59.34

765.98
15.33
781.31
16.53
797.84
2.16
0+800
100
0+900
100
1+000

5.37

0.63 0.33

0.94 0.64

5.11
0.33 0.03
21.37

0.83 0.53
37.47

1.00 0.70
15.87

1.05 0.75
16.02

1.67 1.37
22.65

1.64 1.34
21.57

1.67 1.37

1.57 1.27

2.81

1.80 1.50
193.50

1.63 1.33
178.50

2.67 2.37
180.00

2.54 2.24
172.50

1.53 1.23

0.19

1.60 1.30

21.75

1.51 1.21 0.00

- 1+500

1.40 1.10

71.21

0.70 0.40

3.10

1.00 0.70

13.80

30.86

0+683.67

58.54

0.30 0.00

7.44

0+624.33

707.44

60.89

2.53

0+609.00

23.77

1.60 1.30

0.10

153

154

5.2.4. Penghitungan Volume Pekerjaan Perkerasan

1. Lapis Pondasi Bawah

Gambar 5.9. Sket lapis pondasi bawah

L = 17 , 0 2
69 , 7 35 , 7

= 1,278 m

V = 1,278 x 2.570 + volume lajur pendakian(92,225)

= 3.376,68 m

2. Lapis Pondasi Atas

5.10. Sket lapis pondasi atas

L = 10 , 0 2
35 , 7 15 , 7

= 0,725 m

V = 0,725 x 2.570 + volume lajur pendakian(54,25)

= 1.917,5 m

0,17m

0,17 m

7,35 m

0,17 m

0,10 m

0,10 m

7,15m

0,10 m

155

3. Lapis Resap Pengikat (prime Coat)

Luas = Lebar pondasi atas x Panjang jalan + Luas Lajur Pendakian

= 7,15 x 2.770 + 542,5

= 20.348 m

4. Lapis Permukaan

Gambar 5.11. Sket lapis permukaan

L = 075 , 0 2
15 , 7 7

= 0,53 m

V = 0,53 x 2.770 + volume lajur pendakian(40,68)

= 1.508,78 m

5.2.5. Penghitungan Volume Pekerjaan Pelengkap

1. Pekerjaan Pengecatan Marka Jalan


Ukuran marka

Gambar 5.12 Sket marka jalan

a. Marka ditengah (putus-putus)

Jumlah = Panjang jalan Panjang Tikungan (PI1+PI2)


5

=2770 - (1.364,55)
5
= 281,09 buah

0,10m 0,10m

2m 3 m 2m

0,075m

0,075m

7m

0,075m

156

Luas

= 281,09 x (0,1x 2)

= 56,218 m

b. Marka Tikungan (menerus)

Luas

= Panjang tikungan (PI1+PI2) x lebar marka

= (1.364,55) x 0,1

= 136,455 m
c. Luas total marka jalan

Luas

= 56,218 + 136,455

= 192,673 m
2. Rambu Jalan

Digunakan 1 rambu jalan setiap memasuki tikungan. Jadi total rambu yang

dugunakan adalah = 2 x 2 = 4 rambu jalan

3. Patok Jalan

Digunakan 27 buah patok setiap 100 m.

Digunakan 2 buah patok kilometer.

5.3 Analisa Perhitungan Waktu Pelaksanaan Proyek

5.3.1. Pekerjaan Umum

1. Pekerjaan pengukuran diperkirakan dikerjakan selama 4 minggu.

2. Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi diperkirakan dikerjakan selama

4 minggu.

3. Pembuatan papan nama proyek diperkirakan selama 1 minggu.

4. Pembuatan Direksi Keet diperkirakan selama 2 minggu.

5. Pekerjaan administrasi dan dokumentasi diperkirakan selama 16 minggu.

157

5.3.2. Pekerjaan Tanah

1. Pekerjaan pembersihan semak dan pengupasan tanah :

Luas = 2.6182,5 m

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja tenaga kerja

diperkirakan 900 m

Kemampuan pekerjaan per minggu = 900 m x 6 hari = 5400 m

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembersihan semak dan pengupasan

tanah = minggu 5 85 , 4 5400


26182,5 =

2. Pekerjaan persiapan badan jalan :

Luas = 20.454,78 m2

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Vibratory Roller

adalah 249 m/jam x 7 jam =1743 m2

Kemampuan pekerjaan per minggu = 1743 m2 x 6 hari = 10458 m2

Misal digunakan 2 Vibratory Roller maka waktu yang dibutuhkan untuk

pekerjaan pembersihan :

minggu 4 98 , 0 10458 2
20454,78 = =

3. Pekerjaan galian tanah :

Volume galian = 75.260,589 m3 + volume lajur pendakian = 187,16 m3


=

75.447,75 m3

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Excavator adalah

18,68 m/jam x 7 jam = 130,76 m3

Kemampuan pekerjaan per minggu = 130,76 m3 x 6 hari = 784,56 m3

158

Misal digunakan 10 buah Excavator maka waktu yang dibutuhkan untuk

pekerjaan galian :

= = 56 , 784 10
75447,75 9,99 10 minggu

4. Pekerjaan timbunan tanah setempat :

Volume timbunan = 15.274,472 m3 + volume lajur pendakian = 187,16 m3 =

15.461,632 m3

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Whell Loader

diperkirakan = 56,03 m/jam x 7 jam = 392,21 m3

Kemampuan pekerjaan per minggu = 392,21 m3 x 6 hari = 2353,26 m3

Misal digunakan 2 buah Whell Loader maka waktu yang dibutuhkan untuk

pekerjaan timbunan :

= = 26 , 2353 2
15461,632

x 3,28 4 minggu

5.3.3. Pekerjaan Drainase

1. Pekerjaan galian saluran drainase :

Volume galian saluran = 5.140 m3

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Excavator adalah

18,68 m/jam x 7 jam = 130,76 m3

Kemampuan pekerjaan per minggu = 130,76 m3 x 6 hari = 784,56 m3

Misal digunakan 2 buah Excavator maka waktu yang dibutuhkan untuk

pekerjaan galian :

159

= = 56 , 784 2

5140
x 3,2 4 minggu

2. Pekerjaan pasangan batu dengan mortar :

Volume pasangan batu = 2.261,6 m3

Kemampuan pekerjaan per hari diperkirakan 150 m3

Kemampuan pekerjaan per minggu = 150 x 6 = 900 m3

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pasangan batu :

= minggu

3 5 , 2 900

2261,6 =

3. Pekerjaan plesteran :

Volume plesteren = 2.056 m2

Kemampuan pekerjaan per hari diperkirakan 150 m2

Kemampuan pekerjaan per minggu = 150 x 6 = 900 m2

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan plesteran :

= minggu
2056 =

3 2,28 900

4. Pekerjaan siaran

Volume siaran = 2827 m2

Kemampuan pekerjaan per hari diperkirakan 150 m2

Kemampuan pekerjaan per minggu = 150 x 6 = 900 m2

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan siaran :

= minggu
2827 =

160

3 3,14 900

5.3.4. Pekerjaan Dinding Penahan

1. Pekerjaan Galian Pondasi

Volume galian pondasi = 1.505,53 m

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kualitas kerja Excavator adalah

18,68m/jam x 7 jam = 130,76m3

Kemampuan pekerjaan per minggu = 130,76 m3 x 6 hari = 784,56 m3

Misal digunakan 2 buah Excavator maka waktu yang dibutuhkan untuk

pekerjaan galian :

= = 56 , 784
1.505,53 1,9 2 minggu

2. Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar

Volume galian pondasi = 2.261,6 m

Kemampuan pekerjaan per hari diperkirakan 150 m2

Kemampuan pekerjaan per minggu = 150 x 6 = 900 m2

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pasangan batu:

= 51 , 2 900
2.261,6 = 3 minggu

3. Pekerjaan Plesteran

Luas plesteran= 1723,11 m2

Kemampuan pekerjaan per hari diperkirakan 150 m2

Kemampuan pekerjaan per minggu = 150 x 6 = 900 m2

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pasangan batu:

= 9 , 1 900
1723,11 = 2 minggu

161

4. Pekerjaan Siaran

Luas siaran= 2148,53 m2

Kemampuan pekerjaan per hari diperkirakan 150 m2

Kemampuan pekerjaan per minggu = 150 x 6 = 900 m2

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pasangan batu:

= 38 , 2 900
2148,53 = 3 minggu

5.3.5. Pekerjaan Perkerasan

1. Pekerjaan LPB (Lapis Pondasi Bawah) :

Volume = 3.376,68 m

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Whell Loader

diperkirakan = 56,03 m x 7 jam = 392,18 m3

Kemampuan pekerjaan per minggu = 392,18 m3 x 6 hari = 2353,08 m3

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan LPB :

= minggu 4 minggu
3376,68 =

44 , 1 08 , 2353

2. Pekerjaan LPA (Lapis Pondasi Atas) :

Volume = 1.917,5 m3

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Whell Loader

diperkirakan = 16,01 m x 7 jam = 112,07 m3

Kemampuan pekerjaan per minggu = 112,07 m3 x 6 hari = 672,42 m3

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan LPA :

= minggu 3

85 , 2 42 , 672

1917,5 =

162

3. Pekerjaan Prime Coat :

Luas volume perkerjaan untuk Prime Coat adalah 20.348 m2

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Asphalt Sprayer

diperkirakan 2324 l/m2

Kemampuan pekerjaan per minggu = 2324 x 6 = 13944 l/m2

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan prime coat :

= minggu 3 5 , 1 13944
20348 =

4. Pekerjaan LASTON :

Volume = 1.508,78 m3

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Asphalt Finisher

diperkirakan 14,43 x 7 jam = 101,01 m3

Kemampuan pekerjaan per minggu = 101,01 x 6 = 606,06 m3

Misal digunakan 3 unit Asphalt Finisher maka waktu yang dibutuhkan untuk

pekerjaan LASTON = minggu 3 5 , 2 06 , 606


1508,78 =

5.3.6. Pekerjaan Pelengkap

1. Pekerjaan marka jalan :

Luas = 192,673 m2

Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas tenaga kerja diperkirakan

93,33 m2

Kemampuan pekerjaan per minggu = 93,33 x 6 = 559,98 m2

Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan galian bahu :

= 2 34 , 0 98 , 559
192,673 = minggu

163

2. Pekerjaan rambu jalan diperkirakan selama 1 minggu.

3. Pembuatan patok kilometer diperkirakan selama 1 minggu.

5.4. Analisa Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan

Perhitungan harga satuan pekerjaan dihitung dengan cara mengalikan


volume

dengan upah atau harga tenaga /material dan peralatan,kemudian dijumlah

dikalikan 10 % (Overhead dan Profit).Hasil dari jumlah biaya ditambah dengan

hasil Overhead dan Profit dinamakan Harga Satuan Pekerjaan.

Contoh perhitungan pekerjaan penyiapan badan jalan:

Diketahui :

a. Tenaga
1. Pekerja (jam) ; Volume 0,0161 ; Upah Rp 5.500,00

Biaya = Volume x Upah

= 0,0161 x 5.500,00

= 88,55

2. Mandor (jam) ; Volume 0,004 ; Upah Rp 9.000,00

Biaya = Volume x Upah

= 0,004 x 9.000,00

= 36
Total biaya tenaga = 124,55

164

b. Peralatan

1. Motor Grader (jam) ; Volume 0,0025 ; Harga Rp 220.000,00

Biaya = Volume x Upah

= 0,0025 x 220.000,00

= 550

2. Vibro Roller (jam) ; Volume 0,004 ; Harga Rp 170.000,00

Biaya = Volume x Upah

= 0,004 x 170.000,00

= 680
3. Water Tanker (jam) ; Volume 0,0105 ; Harga Rp 108.000,00

Biaya = Volume x Upah

= 0,0105 x 108.000,00

= 1.134
4. Alat Bantu (Ls) ; Volume 1 ; Harga Rp 150,00

Biaya = Volume x Upah

= 1 x 150,00

= 150,00
Total biaya peralatan

= 2514

Total biaya tenaga dan peralatan = 2638,55 (A)

Overhead dan Profit 10 % x (A) = 263,85 (B)

Harga Satuan Pekerjaan (A + B) = 290

165

5.5. Analisa Perhitungan Bobot Pekerjaan

Perhitungan bobot pekerjaan dihitung dengan membandingkan harga tiap

pekerjaan dengan jumlah harga pekerjaan (dalam persen).

Bobot = % 100 pekerjaan harga Jumlah


pekerjaan

tiap arga h

Contoh perhitungan :

Bobot pekerjaan pengukuran = % 100 pekerjaan harga Jumlah


pekerjaan

tiap arga h

= % 100 40.154 Rp.9.071.0


00,00 Rp.5.000.0

= 0,06 %

166

Tabel 5.5. Rekapitulasi Perkiraan Waktu Pekerjaan

No. Uraian Pekerjaan Volume


Pekerjaan

Kemampuan
Kerja
per hari

Kemampuan

Kerja
per minggu

Waktu
Pekerjaan
(minggu)
1 Umum :

a). Pengukuran Ls - - 4

b). Mobilisasi dan Demobilisasi Ls - - 4

c). Pembuatan papan nama proyek Ls - - 1

d). Pekerjaan Direksi Keet Ls - - 2

e). Administrasi dan Dokumentasi Ls - - 16

2 Pekerjaan Tanah :

a). Pembersihan semak dan

pengupasan tanah
24.440 m2 900 m2 5400 m2 5

b). Persiapan badan jalan 18.989,88 m2 1743 m2 10.458 m2 4

c). Galian tanah (biasa) 75.260,59 m3 130,76 m3 784,56 m3 10

d). Timbunan tanah (biasa) 15.274,47 m3 392,21 m3 2.353,26 m3 4

3 Drainase :

a). Galian saluran 4.300 m3 130,76 m3 784,56 m3 4

b). Pasangan batu dengan mortar 1.892 m3 150 m3 900 m3 3

c). Plesteran 1.720 m2 150 m2 900 m2 3

c). Siaran 2365 m2 150 m2 900 m2 3

5. Dinding penahan

a). Galian pondasi 1.505,53 m3 130,76 m3 784,56 m3 2

b). Pasangan batu dengan mortar 2.059,87 m3 150 m3 900 m3 3

c). Plesteran 1.723,11 m2 150 m2 900 m2 2

c). Siaran 2.148,5 m2 150 m2 900 m2 3

4 Perkerasan :

a). Lapis Pondasi Bawah (LPB) 1.644,75 m3 392,18 m3 2.353,08 m3 4

b). Lapis Pondasi Atas (LPA) 3.160,5 m3 112,07 m3 672,42 m3 3

c). Prime Coat 18.947,5 m2 2.324 m2 13.944 m2 3

d). Lapis Laston 1.404,5 m3 101,01 m3 606,06 m3 3

5 Pelengkap

a). Marka jalan 187,87 m2 93,33 m2 559,98 m2 2

b). Rambu jalan Ls - - 1

c). Patok kilometer Ls - - 1

167

Dari hasil analisis perhitungan waktu pelaksanaan, analisis harga satuan


pekerjaan

dan perhitungan bobot pekerjaan, maka dapat dibuat Rencana Anggaran


Biaya

(RAB) dan Time Schedule pelaksanaan proyek dalam bentuk Bar Chard
dan

Kurva S.

168

5.6. REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA


PROYEK
PROPINSI

: PEMBANGUNAN JALAN RAYA KRASAK - PRINGAPUS


: JAWA TENGAH

TAHUN ANGGARAN : 2010

PANJANG PROYEK : 2650 m


Tabel 5.6. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

NO. URAIAN PEKERJAAN KODE


ANALISA VOLUME SATUAN HARGA
SATUAN (Rp.)
JUMLAH
HARGA (Rp.) BOBOT

1 2 3 4 5 6 7=4x6

BAB I : UMUM

1 Pengukuran - 1 Ls 5.000.000,00 5.000.000,00 0,07


2 Mobilisasi dan demobilisasi - 1 Ls 20.000.000,00 20.000.000,00 0,22
3 Papan nama proyek - 1 Ls 500.000,00 500.000,00 0,006
4 Direksi Keet - 1 Ls 1.000.000,00 1.000.000,00 0,01
5 Administrasi dan dokumentasi - 1 Ls 2.200.000,00 2.200.000,00 0,02
JUMLAH BAB 1 : UMUM 28.700.000,00

BAB II : PEKERJAAN TANAH

1 Pembersihan semak dan


pengupasan tanah K-210 2.6182,5 M2 1853,500 48.529.263,75 0,53
2 Persiapan badan jalan

EI-33 20.454,78 M2 10987,350 224.743.827 2,48

3 Galian tanah (biasa) EI-331 75.447,75 M3 41127,955 3.103.011.667 34,2

4 Timbunan tanah (biasa) EI-321 15.461,632 M3 66999,460 1.035.920.995


11,42

JUMLAH BAB 2 : PEKERJAAN TANAH


4.412.205.753

BAB III : PEKERJAAN DRAINASE


1 Galian saluran EI-21 5.140 M3 41338,110 212.477.885,4 2,34
2 Pasangan batu dengan mortar EI-22 2.261,6 M3 255752,145 578.409.051,1
6,38
3 Plesteran G-501 2.056 M2 21669,568 44.552.631,81 0,49
4 Siaran EI-23 2.827 M2 14525,385 41.063.263,4 0,45

JUMLAH BAB 3 : PEKERJAAN DRAINASE 876.502.831,7

BAB IV : PEKERJAAN DINDING PENAHAN


1 Galian pondasi EI-21 1.505,53 M3 41338,110 62.235.764,75 0,69
2 Pasangan batu dengan mortar EI-22 2.261,6 M3 255752,145 526.816.170,9
5,80
3 Plesteran G-501 1.723,11

M2 21669,568 37.339.049,32 0,41

4 Siaran EI-23 2.148,53 M2 14525,385 31.208.225,43 0,34


JUMLAH BAB 4: PEKERJAAN DINDING PENAHAN 657.599.210,4
BAB V : PEKERJAAN PERKERASAN
1 Konstruksi LPB kelas A EI-521 3.376,68 M3 150400,475 507.854.275,9
5,59
2 Konstruksi LPA kelas A EI-512 1.917,5 M3 237370,991 455.158.875,2 5,02
3 Pekerjaan Prime Coat EI-611 20.348 M2 8834,364 179.761.638,7 1,98
4 Pekerjaan LASTON EI-815
21,24

1.508,78 M3 1277343,595 1.927.230.469

JUMLAH BAB 5 : PEKERJAAN PERKERASAN 3.070.005.259

BAB VI : PEKERJAAN PELENGKAP


1 Marka jalan LI-841 192,673 M2 125647,750000 24.208.928,94 0,27
2 Pekerjaan rambu jalan LI-842 4 Buah 324995,000000 1.299.980,00 0,01
3 Patok kilometer LI-844 2 Buah 259095,320000 518.190,64 0,006
JUMLAH BAB 6 : PEKERJAAN PELENGKAP 26.027.099,58 100

REKAPITULASI
BAB I

: UMUM 28.700.000,00

BAB II

: PEKERJAAN TANAH 4.412.205.753

BAB III

: PEKERJAAN DRAINASE 876.502.831,7

BAB IV

: PEKERJAAN DINDING PENAHAN 657.599.210,4

BAB V

: PEKERJAAN PERKERASAN 3.070.005.259

BAB V I

: PEKERJAAN PELENGKAP 26.027.099,58

JUMLAH 9.071.040.154
PPn 10% 907.104.015,4
JUMLAH TOTAL 9.978.144.169
Dibulatkan = (Rp.) 9.978.144.200
SEMBILAN MILYAR SEMBILAN RATUS TUJUPULUH DELAPAN JUTA SERATUS EMPAT
PULUH EMPAT RIBU DUA
RATUS RUPIAH

169

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Jenis jalan dari Desa Krasak Desa Pringapus merupakan jalan arteri

dengan spesifikasi jalan kelas II, lebar perkerasan m 5 , 3 2 , dengan

kecepatan rencana Jam Km 60 , direncanakan 2 tikungan (1 tikungan Spiral

- Circle - Spiral dan 1 tikungan Circle Circle ) .

a. Pada 1 PI dengan jari-jari lengkung rencana 250 m, sudut 1 PI sebesar

" ' 0 26 7 58

b. Pada 2 PI dengan jari-jari lengkung rencana 1000 m, sudut

2 PI

sebesar " ' 0 37 58 19 .

2. Pada alinemen vertical jalan Desa Krasak Desa Pringapus terdapat

PVI .

3. Perkerasan jalan Desa Krasak Desa Pringapus menggunakan jenis

perkerasan lentur berdasarkan volume LHR yang ada dengan :

a. Jenis bahan yag dipakai adalah :

1) Surface Course : LASTON ( MS 340 )

2) Base Course : LASTON Atas ( MS 340 )

3) Sub Base Course : Sirtu / Pitrun Kelas A (CBR 70 %)

b. Dengan perhitungan didapatkan dimensi dengan tebal dari masing-

masing lapisan :

170

1) Surface Course : 7,5 cm

2) Base Course : 10 cm

3) Sub Base Course : 17 cm

4 Perencanaan jalan Desa Krasak Desa Pringapus dengan panjang 2770 m

memerlukan biaya untuk pembangunan sebesar Rp. 9.978.144.200 dan

dikerjakan selama 4 bulan.

6.2 Saran

1. Perencanaan jalan diharapkan mampu memacu pertumbuhan perekonomian

di wilayah tersebut, sehingga kedepannya kesejahteraan masyarakat dapat

terangkat.

2. Bagi tenaga kerja mendapat asuransi kecelakaan diri dan jaminan

keselamatan dan kesehatan kerja mengingat pelaksanaan proyek adalah

pekerjaan dengan resiko kecelakaan tinggi.

3. Koordinasi antar unsur-unsur proyek sebaiknya ditingkatkan agar mutu

pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

4. Pelaksanaan lapangan harus sesuai dengan spesifikasi teknik, gambar

rencana maupun dokumen kontrak.

Anda mungkin juga menyukai