Anda di halaman 1dari 25

Pengaruh Alinyemen Vertikal dan Horizontal Terhadap Jalan

OLEH

Dona Prillya (M1C117033)


Riski Diana Putri S (M1C117043)
Dhimas Cakrawisnu (M1C117050)
Diana Novita Sukma(M1C117053)
Hazifa (M1C117058)
Del Zamre Ikhlas (M1C117066)
LATAR BELAKANG

Dengan melihat besarnya jumlah kecelakaan yang ada di


Indonesia keselamatan jalan harus dipandang secara
komprehensif dari semua aspek perencanaan, pekerjaan
pembuatan suatu jalan. Perencanaan Geometrik jalan
merupakan salah satu persyaratan dari perencanaan jalan
yang merupakan rancangan arah dan visualisasi dari trase
jalan agar jalan memenuhi persyaratan selamat, aman,
nyaman, efisien.
LATAR BELAKANG

Tidak selalu persyaratan itu bisa terpenuhi karena


adanya faktor – faktor yang harus menjadi bahan
pertimbangan antara lain keadaan lokasi, topografi,
geologis, tata guna lahan dan lingkungan. Semua
faktor ini bisa berpengaruh terhadap penetapan trase
jalan karena akan mempengaruhi penetapan
Alinyemen Horisontal, Alinyemen Vertikal dan
penampang melintang sebagai bentuk efisiensi dalam
batas persyaratan yang berlaku.
PENGERTIAN

Perencanaan geometrik adalah merupakan bagian dari


perencanaan jalan keseluruhan. Ditinjau secara
keseluruhan perencanaan geometrik harus dapat
menjamin keselamatan maupun kenyamanan dari
pemakai jalan. Untuk dapat menghasilkan suatu rencana
jalan yang baik dan mendekati keadaan yang sebenarnya
diperlukan suatu data dasar yang baik pula.
1. Alinyemen horizontal
(trase jalan).
3. Penampang melintang
jalan.
ELEMEN PENTING
DALAM
PERENCANAAN
GEOMETRIK

2. Alinyemen vertikal
(penampang
memanjang jalan).
Klasifikasi jalan menurut sistem jaringan
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan sistem jaringan terdiri atas sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder adalah sebagai berikut :

This is a sample
text. Insert your
desired text
here. Again, this
is a dummy text,
enter your own
text here.
Klasifikasi jalan menurut fungsi jalan
menurut UU No. 38 Tahun 2004 klasifikasi jalan menurut fungsi adalah sebagai
berikut.
1. Jalan arteri
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
ciri - ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
di batasi secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk di batasi.
3. Jalan lokal
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak di batasi.
4. Jalan lingkungan
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Klasifikasi jalan menurut kelas jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan


kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas yang
dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam
satuan ton, dan kemampuan jalan tersebut dalam
menyalurkan kendaraan dengan dimensi maksimum
tertentu. Klasifikasi menurut kelas jalan, fungsi jalan dan
dimensi kendaraan maksimum (panjang dan lebar)
kendaraan yang diijinkan melalui jalan tersebut, secara
umum dapat dilihat dalam Tabel 2.1 ( sesuai pasal 11,
Peraturan Pemerintah RI No. 43/1993).
Klasifikasi jalan menurut kelas jalan

Tabel 2.1 Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi
kendaraan maksimum dan muatan sumbu terberat (MST)
Dimensi kendaraan Muatan
maksimum sumbu
Kelas Jalan Fungsi jalan
Panjang Lebar terberat
(m) (m) (ton)
I 18 2,5 > 10
II Arteri 18 2,5 10
III A 18 2,5 8
III A 18 2,5 8
Kolektor
III B 12 2,5 8
III C Lokal 9 2,1 8
Sumber : RSNI T-14-2004
Klasifikasi jalan menurut medan jalan

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian


besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis
kontur. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan
geometrik dapat dilihat dalam Tabel 2.2.

Keseragaman medan yang diproyeksikan harus


mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurur
rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-
perubahan pada bagian-bagian kecil dari segmen jalan
tersebut.
Klasifikasi jalan menurut medan

Tabel 2.2 Klasifikasi menurut medan jalan


Kemiringan
No. Jenis Medan Notasi Medan
(%)

1
Datar D <3

2 B 3-25
Perbukitan

3 >25
Pegunungan G

Sumber: TPGJAK No.083/TBM/1997


Alinyemen Vertikal

Alinyemen Vertikal merupakan perpotongan bidang vertikal dengan


bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan
2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing perkerasan
untuk jalan dengan median.
Pertimbangan perencanaan alinyemen vertikal meliputi :

1. Besarnya biaya pembangunan yang tersedia.


2. Persyaratan yang berhubungan dengan fungsi jalan.
3. Kondisi tanah dasar.
4. Kondisi medan.
5. Muka air banjir.
6. Muka air tanah
7. Kelandaian yang masih memungkinkan
Kelandaian

Kelandaian jalan adalah naik


atau turunnya jalan yang Hal yang mempengaruhi alinyemen vertikal
dinyatakan dalam  %. terhadap suatu kelas jalan adalah sebagai
Kelandaian + ... % berarti jalan berikut
itu naik. Kelandaian - ... %
berarti jalan itu turun. Antara
kelandaian-kelandaian tersebut
dihubungkan dengan suatu
lengkungan vertikal yang
berbentuk lengkungan parabola
sederhana simetris.
Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel.2.4 Landai maksimum untuk jalan antar kota

Kecepatan Rencana Landai Maksimum


(Km/jam) (%)

120 3
110 3
100 4
80 5
60 8
50 9
40 10
<40 10

Sumber:Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997


Panjang Kritis
Panjang pendakian yang
dianggap maksimum atau biasa
disebut istilah panjang kritis
adalah panjang pendakian yang
menyebabkan pengurangan Hal yang mempengaruhi alinyemen vertikal
kecepatan kendaraan truk yang terhadap suatu kelas jalan adalah sebagai
berikut
bermuatan penuh sampai suatu
batas tertentu yang dianggap
tidak akan memberikan
pengaruh yang berarti pada
jalannya harus lalu lintas secara
keseluruhan. Panjang kritis
dimaksudkan sebagai panjang
pendakian yang diukur pada
bagian tangen dari suatu
alinyemen vertikal.
Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel.2.5 Panjang kritis untuk jalan antar kota

Kecepatan pada awal


tanjakan (km/jam) Kelandaian (%)

4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
Sumber:Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997
Jalur pendakian
Pada jalur tanjakan dengan landai lebih
dari 5 % atau lebih (3% atau lebih
untuk jalan yang kecepatan rencana
100 Km/jam atau lebih), jalur
pendakian untuk kendaraan berat
hendaknya disediakan, tergantung Hal yang mempengaruhi alinyemen vertikal
pada panjang landai dan karakteristik terhadap suatu kelas jalan adalah sebagai
lalu lintas. berikut
Pada jalan-jalan dengan volume lalu
lintas tinggi, seringkali kendaraan berat
yang bergerak dengan kecepatan
rencana menjadi penghalang
kendaraan lain yang
bergerak di sekitar kecepatan rencana,
oleh sebab itu diperlukan jalur lain
agar kendaraan tersebut dapat
mendahului tanpa mempergunakan
jalur lawan. Lebar jalur pendakian
umumnya 3.0 m.
Alinyemen Horizontal

Alinyemen horizontal atau trase jalan adalah garis proyeksi sumbu


jalan tegak lurus pada bidang peta, yang biasa disebut atau belokan.
Tinjauan alinyemen horizontal secara keseluruhan, ditinjau dari
keseluruhan, penetapan alinyemen horizontal harus dapat menjamin
keselamatan maupun kenyamanan bagi pemakai jalan. proyeksi
sumbu jalan pada bidang horizontal.

Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama situasi jalan atau


trase jalan. Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang
dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis lengkung tersebut
terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur
peralihan saja atau busur lingkaran saja
TRASE JALAN

Untuk membuat trase jalan yang baik dan ideal, maka harus
mempertimbangkan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Syarat Ekonomis
• Penarikan trase jalan yang tidak terlalu banyak memotong
kontur, sehingga dapat menghemat biaya dalam
pelaksanaan pekerjaan galian dan timbunan nantinya.
• Penyediaan material dan tenaga kerja yang diharapkan tidak
terlalu jauh dari lokasi proyek sehingga dapat menekan
biaya.
2. Tujuan dari syarat teknis ini adalah untuk mendapatkan jalan
yang dapat memberikan rasa keamanan dan kenyamanan bagi
pemakai jalan tersebut. Oleh karena itu perlu diperhatikan
keadaan topografi tersebut, sehingga dapat dicapai
perencanaan yang baik sesuai dengan keadaan daerah
tersebut.
BAGIAN LURUS

Pada perencanaan alinyemen


horizontal, umumnya akan
ditemui dua jenis dari bagian
jalan yaitu bagian lurus dan Hal yang mempengaruhi alinyemen horizontal
bagian lengkung (tikungan). terhadap suatu kelas jalan adalah sebagai
Dalam perencanaan bagian jalan berikut

yang lurus perlu


mempertimbangkan faktor
keselamatan pemakai jalan,
ditinjau dari segi kelelahan
pengemudi, maka panjang
maksimum nagian jalan yang
lurus harus ditempuh dalam
waktu ≤ 2,5 menit (sesuai Vr).
Tabel 2.6 Panjang Bagian Lurus Maksimum

Panjang Bagian Lurus Maksimum ( m )


Fungsi Jalan
Datar Bukit Gunung

Arteri 3000 2500 2000

Kolektor 2000 1750 1500

Sumber:Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997


PERENCANAN PERENCANAN
ALINYEMEN ALINYEMEN
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan alinyemen menurut 4. Pada jalan yang lurus dan panjang
Hamirhan Saodang (2004), adalah sebagai sebaiknya tidak dibuatkan lengkung vertikal
berikut : cekung atau kombinasi dari lengkung
1. Alinyemen horizontal dan vertikal vertikal cekung.
terletak pada satu fase, sehingga tikungan 5. Kelandaian yang landai dan pendek
tampak alami dan pengemudi dapat sebaiknya tidak diletakkan di antara dua
memperkirakan bentuk alinyemen kelandaian yang curam, sehingga
berikutnya. mengurangi jarak pandang pengemudi.
2. Bila tikungan horizontal dan vertikal tidak 6. Jangan menempatkan bagian lurus
terletak dalam satu fase, maka pengemudi pendek pada puncak lengkung cembung
akan sukar untuk memperkirakan bentuk karena akan memberikan efek loncatan
jalan selanjutnya dan bentuk jalan terkesan pada pengemudi.
patah disuatu tempat. 7. Hindarkan menempatkan awal dari
3. Tikungan yang tajam sebaiknya tidak tikungan mendekati puncak dari
diadakan di bagian atas lengkung vertikal lengkungan cembung.
cembung atau di bagian bawah lengkung 8. Hindari menempatkan posisi jembatan
vertikal cekung. Alinyemen vertikal akan dibagian lengkung cekung atau diawal
menghalangi pengemudi pada saat mulai puncak bagian lengkung cembung.
memasuki awal tikungan.
KESIMPULAN

Hubungan lebar jalan, alinyemen horisontal dan vertikal serta jarak


pandang dasarnya memberikan efek besar pada keamanan
berkendara. Umumnya lebih peka bila mempertimbangkan faktor –
faktor ini bersama – sama karena mempunyai efek psikologis pada
para pengemudi dan mempengaruhi pilihannya pada kecepatan
gerak. Dari pertimbangan keselamatan, sebaiknya dilakukan
penilaian kondisi kecepatan yang mungkin terjadi setelah setiap
jenis perbaikan jalan dan mengecek lebar jalur, jarak pandang dan
permukaan jalan semuanya memuaskan untuk menaikkan
kecepatan yang diperkirakan.
KESIMPULAN

Pemilihan bahan untuk lapisan jalan yang sesuai dengan kebutuhan


lalu lintas dan menghindari kecelakaan selip tidak kurang pentingnya
dibanding pemilihan untuk tujuan – tujuan konstruksi. Tempat –
tempat yang mempunyai permukaan dengan bagian tepi yang
rendah koefisien gayanya beberapa kali lipat akan mudah mengalami
kecelakaan selip dibanding lokasi – lokasi lain yang sejenis yang
mempunyai nilai – nilai yang tinggi. Hal ini penting bila pengereman
atau pembelokan sering terjadi , misalnya pada bundaran jalan
melengkung dan persimpangan pada saat mendekati tempat
pemberhentian bis, penyeberang dan pada jalan jalan miring, maka
perlu diberi permukaan jalan yang cocok.
KESIMPULAN

Dalam menganalisis sebaiknya dilakukan secara bersamaan antara


pengaruh Lengkung Horisontal dan Naik Serta Turun Vertikal,
sehingga pengaruh terhadap angka kecelakaan bisa didapatkan
suatu hubungan yang signifikan / dapat ditekan seminimal mungkin.
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pola hubungan
Angka Kecelakaan dengan berbagai karakteristik kecelakaan yang
ada. Untuk memperkaya studi empiris perlu diadakan studi sejenis
pada wilayah yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai