Anda di halaman 1dari 15

Pertemuan

2
Perencanaan Jalan

Agus Juara, ST., MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
Universitas Sains Alqur’an (UNSIQ)
Jawa Tengah di Wonosobo
September 2020
PENGERTIAN DAN TAHAPAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Perkembangan Teknologi Jalan Raya


a. Jejak manusia
b. Jalan setapak
c. Pada akhir abad 18, Thomas Telford  dari Skotlandia (1757-1834) ahli jembatan lengkung dari
batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya sama seperti jembatan
lengkung seperti berikut ini “ Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu
belah yang dipasang berdiri dengan tangan “.Konstruksi ini sangat berhasil  kemudian
disebut “Sistem Telford”.

d. Pada waktu itu pula John Mc Adam (1756 – 1836), memperkenalkan kontruksi perkerasan
dengan prinsip “tumpang-tindih” dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran
terbesar (± 3“). Perkerasan sistem ini sangat berhasil pula dan merupakan prinsip pembuatan
jalan secara masinal/mekanis (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut “Sistem Mc.
Adam”.
 Perencanaan Geometrik Jalan :
Merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan
sehingga dapat memenuhi, fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan optimum (keamanan
dan kenyamanan) pada arus lalu-lintas dan sebagai akses kerumah-rumah. Dalam lingkup
perencanaan geometrik jalan tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan walaupun dimensi
dari perkerasan merupakan bagian dari perencanaan jalan seutuhnya, demikian pula dengan drainase
jalan.

 Tujuan dari perencanaan Geometrik jalan


Adalah “menghasilkan infrastruktur yang aman, effisiensi pelayanan arus lalu lintas dan
memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya pelaksanaan”. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan
dikatakan baik, jika dapat memberi rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Tahapan Perencanaan Teknik Jalan
 Pekerjaan lapangan, meliputi semua survei yang diperlukan
 Kriteria perencanaan, meliputi klasifikasi jalan, karakteristik lalu lintas,
kondisi lapangan, pertimbangan ekonomi, dll.
 Penyiapan peta planimetri, merupakan peta hasil survei topografi yang
diperlukan sebagai peta dasar perencanaan geometrik.
 Perencanaan geometrik, meliputi jarak pandang dan perencanaan alinemen
horizontal dan vertikal
 Geoteknik dan material jalan, menguraikan pengolahan data geoteknik dan
material untuk keperluan konstruksi perkerasan dan drainase jalan
 Perencanaan perkerasan jalan, meliputi perkerasan lentur dan kaku
 Drainase jalan, menguraikan analisis hidrologi dan sistem serta bangunan
drainase, kebutuhan material dan sistem drainase bawah permukaan (subdrain)
 Bangunan pelengkap jalan, meliputi tembok penahan, rambu-rambu lalulintas,
dll
 Perkiraan biaya, meliputi perhitungan kwantitas, analisis harga satuan dan
dokumen pelelangan
 Lampiran, tabel-tabel dan ketentuan lain yang dapat digunakan untuk
perhitungan
Jalan adalah Prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel (UU RI No. 38 Tahun 2004).

Ruang Lingkup Perencanaan Geometrik Jalan


 Perencanaan geometrik jalan
Merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan
bentuk fisik jalan raya. Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah untuk
memenuhi fungsi dasar jalan, yaitu memberikan pelayanan kepada pergerakan arus
lalu lintas (kendaraan) secara optimum. Sasaran perencanaan geometrik jalan adalah
untuk menghasilkan design infrastruktur jalan raya yang aman, efisien dalam
pelayanan arus lalu lintas dan memaksimumkan ratio tingkat pengunaan/ biaya
pelaksanaan.

 Dasar perencanaan geometrik


Adalah sifat, gerakan, dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam
mengendalikan kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas. Hal – hal tersebut
haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan
ukuran jalan, serta gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan
keamanan yang diharapkan.
Elemen dari perencanaan geometrik jalan adalah :
 Alinyemen horizontal / trase jalan,
Terutama dititik beratkan pada perancanaan sumbu jalan.
Pada perencanaan alinyemen horizontal akan terlihat apakah jalan tersebut merupakan jalan
lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus,
lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk garis lurus ke bentuk busur
lingkaran.

 Alinyemen vertikal / penampang memanjang jalan


Pada perencanaan alinyemen vertikal akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian,
mendaki atau menurun.
Pada perencanaan alinemen vertikal ini dipertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan
sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanan jarak
pandang, dan fungsi jalan.
Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul
akibat adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan.

 Penampang melintang jalan


Bagian – bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median, drainase
permukaan, kelandaian lereng tebing galian dan timbunan, serta bangunan pelengkap lainnya.
Klasifikasi Jalan

A. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan


Klasifikasi jalan menurut fungsi jalan terbagi atas :
 Jalan Arteri :
Adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien.

 Jalan Kolektor :
Adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah
jalan masuk dibatasi.

 Jalan Lokal :
Adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan cirri-ciri
perjalanan jarak dekat kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
B. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan
untuk menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan
sumbu terberat (MST) dengan satuan ton.

Tabel 1.1. Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan


Muatan sumbu terberat
Fungsi
Kelas MST (ton)
I >10
Arteri II 10
III 8
III A 8
Kolektor
III B 8

Sumber :TPGJAK ’97


C. Klasifikasi Menurut Medan Jalan
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar
medan yang di ukur tegak lurus garis kontur.

Tabel 1.2. Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan


No. Jenis medan Notasi Kemiringan medan (%)

1 Datar D <3

2 Perbukitan B 3-25

3 Pegunungan G >25

Sumber : TPGJAK ’97

D. Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan


Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No.26/1 985
adalah jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan
Desa, dan Jalan Khusus.
BAGIAN-BAGIAN JALAN

Bagian yang bermanfaat untuk lalu lintas, terdiri dari: jalur lalu lintas, lajur
lalu lintas, bahu jalan, trotoar, median.
 Jalur lalu lintas (travelled/carriage way)
Adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas
kendaraan. 

 Lajur lalu lintas


Adalah bagian dari jalur lalu lintas yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh
satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah

Bahu jalan
Adalah jalur yang terletak pada berdampingan jalur lalu lintas dengan ataupun tanpa
diperkeras.

 Trotoar (side walk)


Adalah jalur yang terletak bersisian dengan jalur lalu lintas yang khusus
diperuntukkan bagi pejalan kaki (pedestrian)

 Jalur lalu lintas (travelled/carriage way)


Adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas
kendaraan. Sedangkan Lajur lalu lintas adalah bagian dari jalur lalu lintas yang khusus
diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih
dalam satu arah.
Berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan
dapat dibedakan atas:

 Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement).


Yaitu perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat,
lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyalurkan beban
lalu lintas ke tanah dasar.

 Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).


Yaitu perkerasan jalan yang menggunakan semen portland sebagai bahan
pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakan diatas tanah
dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu-lintas sebagian
besar dipikul oleh pelat beton.

 Konstruksi Perkerasan Komposit.


Yaitu kontruksi perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan
lentur dapat berupa perkerasan kaku diatas perkerasan lentur atau
sebaliknya.
Klasifikasi Jalan.
Berdasarkan daya dukungnya, jalan dibagi dalam berbagai kelas:
Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton:

Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton;

Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

Jalan kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

Jalan kelas III C, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi dalam :
Arteri Primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kedua.

Arteri Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan


kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu lainnya, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua.

Kolektor Primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua lainnya, atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

Kolektor Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan antara pusat jenjang kedua,
atau antara pusat jenjang kedua dengan ketiga
Lokal Primer, yaitu jalan yang menghubungkan persil dengan kota pada semua
jenjang.

Lokal Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan permukiman dengan semua


kawasan sekunder.
Berdasarkan pengelolaannya, jalan dibagi dalam :

1. Jalan Negara, yaitu jalan yang dibina oleh Pemerintah Pusat;


2. Jalan Propinsi, yaitu jalan yang dibina oleh Pemerintah Daerah
Propinsi;
3. Jalan Kabupaten, yaitu jalan yang dibina oleh Pemerintah
Kabupaten atau Kota;
4. Jalan Desa, yaitu jalan yang dibina oleh Pemerintah Desa.

Anda mungkin juga menyukai