Anda di halaman 1dari 32

HELLO,

Pengenalan Bangunan
Konstruksi: Jalan dan
Geometri Jalan
S-1 TEKNIK GEOMATIKA

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UPN “VETERAN” YOGYAKARTA

Naufal Setiawan

{2023}
Pendahuluan
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan
bentuk, ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu
lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat
lainnya dengan mudah dan cepat.

http://e-journal.uajy.ac.id/10986/3/2TS14485.pdf
Klasifikasi jalan
• Klasifikasi jalan menurut fungsi:
o Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
o Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
o Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
o Jalan lingkungan adalah jalan angkutan lingkungan (jarak pendek, kecepatan rendah).

http://eprints.polsri.ac.id/3680/3/BAB
Klasifikasi jalan

http://eprints.polsri.ac.id/3680/3/BAB
Klasifikasi jalan
Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaan:
1. Jalan nasional, dikelompokkan menjadi:
a. Jalan arteri primer
b. Jalan kolektor primer, yang menghubungkan antar ibukota provinsi.
c. Jalan selain dari yang termasuk arteri/kolektor primer, yang mempunyai nilai strategis
terhadap kepentingan nasional, yakni jalan yang tidak dominan terhadap pengembangan
ekonomi, tetapi mempunyai peranan menjamin kesatuan dan keutuhan nasional,
melayani daerah-daerah rawan dan lain-lain.

http://eprints.polsri.ac.id/3680/3/BAB
Klasifikasi jalan
2. Jalan provinsi, dibagi menjadi:
a. Jalan kolektor primer, yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kotamadya.
b. Jalan kolektor primer, yang menghubungkan antar ibukota kabupaten/kotamadya.
c. Jalan selain yang disebutkan diatas, yang mempunyai nilai strategis terhadap
kepentingan provinsi, yakni jalan yang biarpun tidak dominan terhadap perkembangan
ekonomi, tidak mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya
pemerintahan yang baik dalam Pemerintahan Daerah Tingkat I dan terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan sosial.
d. Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan yang termasuk jalan nasional.

http://eprints.polsri.ac.id/3680/3/BAB
Klasifikasi jalan
3. Jalan kabupaten. dikelompokkan menjadi:
a. Jalan kolektor primer, yang tidak termasuk dalam kelompok jalan nasional dan
kelompok jalan provinsi.
b. Jalan lokal primer.
c. Jalan sekunder lain, selain yang dimaksud sebagai jalan nasional dan jalan provinsi.
d. Jalan selain dari yang disebutkan di atas, yang mempunyai nilai strategis terhadap
kepentingan kabupaten, yakni jalan yang walaupun tidak dominan terhadap
pengembangan ekonomi, tapi mempunyai peranan tertentu dalam menjamin
terselenggaranya pemerintahan dalam Pemerintahan Daerah.

http://eprints.polsri.ac.id/3680/3/BAB
Klasifikasi jalan
4. Jalan kotamadya
Jalan kotamadya merupakan jaringan jalan sekunder yang berada di dalam
kotamadya.

5. Jalan desa
Jaringan jalan sekunder di dalam desa, yang merupakan hasil swadaya
masyarakat, baik yang ada di desa maupun di kelurahan.

http://eprints.polsri.ac.id/3680/3/BAB
Klasifikasi jalan
Klasifikasi jalan menurut medan jalan

Jenis medan Notasi Kemiringan medan (%)

Datar D <3
Perbukitan B 3 – 25
Pegunungan G > 25

http://eprints.polsri.ac.id/3680/3/BAB
Perencanaan geometrik jalan
• Merupakan bagian dari perencanaan jalan,
• Dititikberatkan pada alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal,
• Sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan (memberikan kenyamanan yang
optimal pada arus lalu lintas sesuai dengan kecepatan yang direncanakan).

Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)


Perencanaan geometrik jalan
Terdiri dari perencanaan:
• Trase jalan adalah sumbu jalan yaitu berupa garis-garis lurus saling berhubungan yang
terdapat pada peta topografi suatu muka tanah dalam perencanaan jalan baru. Biasanya
membuat beberapa alternatif trase jalan
Syarat memilih trase jalan:
• Trase diusahakan jalur terpendek. Jalan yang ekonomis → jalan dengan kualitas bagus
dan harga terjangkau.
• Tidak terlalu curam. Untuk memenuhi syarat berkendara (memberi kenyamanan).
• Sudut luar tidak terlalu besar. Agar tikungan tidak tajam (memberi keamanan).
• Galian dan timbunan. Meminimalisir dan mengoptimalkan proses galian dan
timbunan.

https://www.ilmusipil.com
Perencanaan geometrik jalan
Perencanaan geometrik jalan
Terdiri dari perencanaan:
• Badan jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan bahu
jalan.
• Jalur lalu lintas → bagian ruang manfaat jalan yang direncanakan khusus untuk
lintasan kendaraan bermotor.
• Median → pemisah fisik jalur lalu lintas yang berfungsi untuk memisahkan lalu lintas
dari arah yang berlawanan, sehingga meningkatkan keselamatan.
• Bahu jalan → bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas
untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat, dan untuk pendukung
samping bagi lapis pondasi bawah, lapis pondasi, dan lapis permukaan.
http://eprints.polsri.ac.id/121/3/BAB%20II
Perencanaan geometrik jalan
Terdiri dari perencanaan:
• Tikungan,
• Drainase adalah saluran yang digunakan untuk menyalurkan massa air berlebih dari
sebuah kawasan seperti perumahan, perkotaan, dan jalan.
• Kelandaian jalan, kelandaian positif (tanjakan), kelandaian negatif (turunan).

http://eprints.polsri.ac.id/121/3/BAB%20II
Perencanaan struktur jalan
Terdiri dari perencanaan:
• Perencanaan perkerasan jalan baru (new construction),
• Peningkatan perkerasan jalan lama (overlay).

http://eprints.polsri.ac.id/121/3/BAB%20II
Data-data terkait perencanaan jalan
Dalam melakukan perencanaan jalan (baik geometrik maupun struktur) membutuhkan data-
data, antara lain:
1. Data lalu lintas
• Dasar informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan desain suatu jalan, karena
kapasitas jalan yang akan direncanakan tergantung dari komposisi lalu lintas yang akan
melalui jalan tersebut.
• Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP), volume lalu
lintas dalam SMP ini menunjukkan besarnya jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR)
yang melintasi jalan tersebut. Dari lalu lintas harian rata-rata yang kita dapat
merencanakan tebal perkerasan.

Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)


Data-data terkait perencanaan jalan
2. Data topografi
• Topografi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi alam dan pada
umumnya mempengaruhi alinyemen sebagai perencanaan geometrik. Untuk
memperkecil biaya pembangunan maka dalam perencanaan geometrik perlu sekali
disesuaikan dengan keadaan topografi.

Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)


Data-data terkait perencanaan jalan
2. Data topografi
• Pekerjaan pengukuran topografi terdiri dari:
a. Pekerjaan perintis untuk pengukuran, dimana secara garis besar ditentukan
kemungkinan rute alternatif dan trase jalan.
b. Kegiatan pengukuran
c. Penentuan titik kontrol vertikal dan horizontal yang dipasang setiap interval 100
meter pada rencana as jalan.
d. Pengukuran situasi selebar kiri dan kanan dari jalan yang dimaksud dan
disebutkan tata guna tanah disekitar trase jalan.
e. Pengukuran penampang melintang (cross section) dan penampang memanjang.
f. Perhitungan perencanaan desain jalan dan penggambaran peta topografi
berdasarkan titik koordinat kontrol diatas.
Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)
Data-data terkait perencanaan jalan
3. Data penyelidikan tanah
Pengambilan data dengan menggunakan alat DCP
(Dynamic Cone Penetrometer), dengan interval 200
meter. Hasil pengambilan sampel dengan DCP
digunakan untuk proses analisis CBR (California
Bearing Ratio).
CBR → metode untuk menentukan daya dukung
tanah dalam menahan/ mendukung beban yang
bekerja di atasnya (beban perkerasan jalan).

Dynamic Cone Penetrometer

Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)


Data-data terkait perencanaan jalan
4. Data penyelidikan material
Pekerjaan-pekerjaan penyelidikan material meliputi:
a. Meneliti semua data material yang ada, berdasarkan survei lapangan maupun dengan
pemeriksaan laboratorium.
b. Penyelidikan lokasi sumber material dan perkiraan jumlahnya untuk pekerjaan-
pekerjaan penimbunan pada jalan dan jembatan serta bangunan pelengkap jalan.

Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)


Data-data terkait perencanaan jalan
5. Data-data penunjang lainnya
Data-data lain yang perlu diperhatikan adalah data berkaitan dengan drainase.
Peninjauan drainase meliputi data meteorologi dan geofisika untuk kebutuhan analisis
data dari stasiun yang terletak pada daerah tangkapan (apabila tidak memiliki data curah
hujan, maka dapat dipakai data dari stasiun di luar daerah tangkapan yang dianggap
masih dapat mewakili).

Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)


Karakteristik geometrik jalan
Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan, contoh:
• 2 lajur 2 arah tak-terbagi (2 / 2 TB)
• Lajur 2 arah terbagi (4 / 2 B)

http://eprints.polsri.ac.id/121/3/BAB%20II
Karakteristik geometrik jalan
Ruang penguasaan jalan dapat dibagi menjadi:
1. Ruang manfaat jalan (Rumaja) → daerah yang
meliputi seluruh badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengaman.
• Badan jalan meliputi lajur lalu lintas dengan
atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan :
• Lebar antara batas ambang pengamanan
kontruksi jalan ke dua sisi jalan.
• Tinggi 5 meter diatas permukaan perkerasan
pada sumbu jalan.
• Kedalaman ruang bebas 1,50 meter dibawah
muka jalan.
http://eprints.polsri.ac.id/121/3/BAB%20II
Karakteristik geometrik jalan
Dapat dibagi menjadi:
2. Ruang Milik Jalan (Rumija) → ruang dibatasi
lebar yang sama dengan Rumaja ditambah ambang
pengamanan kontruksi jalan setinggi 5 meter dan
kedalaman 1,5 meter. Ruang milik jalan juga
merupakan ruang sepanjang jalan yang juga dibatasi
oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh
pembina jalan dengan suatu hak tertentu, dan
biasanya pada setiap jarak 1 km dipasang patok
DMJ berwarna kuning.

http://eprints.polsri.ac.id/121/3/BAB%20II
Karakteristik geometrik jalan
Dapat dibagi menjadi:
3. Ruang Pengawasan jalan (Ruwasja) → lajur
lahan yang berada di bawah pengawasan
pembinaan jalan, ditujukan untuk penjagaan
terhadap terhalangnya pandangan bebas
pengendara kendaraan bermotor dan untuk
pengamanan kontruksi jalan dalam hal ruang milik
jalan yang tidak mencukupi.

http://eprints.polsri.ac.id/121/3/BAB%20II
Karakteristik geometrik jalan
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada
bidang horisontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan
nama “trase jalan”.

Alinyemen horizontal terdiri dari


a. bagian lurus (tangen),
b. bagian lengkung (tikungan), berupa busur lingkaran
ditambah dengan lengkung peralihan atau busur peralihan
saja ataupun busur lingkaran saja.

http://eprints.polsri.ac.id/121/3/BAB%20II
Karakteristik geometrik jalan
Alinyemen vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang
ditinjau, dapat dibagi menjadi kelandaian positif (tanjakan), kelandaian negatif (turunan), dan
kelandaian datar.
Untuk menghitung dan merencanakan alinyemen vertikal, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :

1. Karakteristik kendaraan pada kelandaian


• Kelandaian berpengaruh lebih pada truk bermuatan.
• Kendaraan penumpang kecil berjalan baik pada kelandaian 7-8 %.

http://eprints.polsri.ac.id/121/3/BAB%20II
Karakteristik geometrik jalan
2. Kelandaian maksimum
Kelandaian maksimum → kecepatan truk bermuatan penuh mampu bergerak dengan
kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi
rendah.

3. Panjang kritis suatu kelandaian


• Batasan panjang kelandaian maksimum agar pengurangan kecepatan kendaraan tidak
lebih banyak dari separuh kecepatan awal,
• lama perjalanan pada panjang kritis tidak lebih dari satu menit.
Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)
Karakteristik survei jalan raya
1. Area pemetaan memanjang (koridor),
2. Kerangka peta umumnya dibuat dengan metode poligon terikat di kedua ujungnya
(terbuka),
3. Untuk jalan baru biasanya sekaligus sebagai as/ sumbu jalan,
4. Pengukuran profil memanjang, dan profil melintang pada interval tertentu,
5. Interval profil melintang pada tikungan pada umumnya 0.25 sampai 0.5 kali interval pada
kondisi lurus,

Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)


Karakteristik survei jalan raya
7. Penggambaran peta situasi dan profil memanjang pada umumnya terletak dalam satu
lembar peta (bagian atas peta situasi, bagian bawah gambar profil memanjang),
8. Orientasi peta biasanya menyesuaikan,
9. Detil situasi meliputi:
• Detil topografi sepanjang koridor,
• Detil planimetri sepanjang koridor,
• Fasilitas umum (perkantoran, sekolah, pasar, tempat ibadah, rumah sakit, tiang listrik,,
tower komunikasi, dll),
• Flora kategori tanaman keras,
• Rincikan bidang tanah dan bangunan.
Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023)
Batas Kepemilikan
Jalan

Saluran
Bahu Jalan

Bahu jalan

Dessy Apriyanti, (2020); Naufal Setiawan (2023) drainase


Ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai