DASAR TEORI
1. Lebar antara batas ambang pengamatan konstruksi jalan di kedua sisi jalan
2. Tinggi 5 meter diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan
3. Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di baawah muka jalan.
Gambar. 2.1 DAMAJA, DAMIJA, dan DAWASJA di lingkungan jalan antar
Kota.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat
dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah
sebagai berikut:
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat
beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau
akibat pelaksanaan.
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi
dan tanah dasar.
Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan
dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis
pondasi bawah).
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-
baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik. Bermacam-macam bahan alam / bahan
setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara
lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
permukaan antara lain:
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis
pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan
tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu
lintas. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur
rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari
biaya yang dikeluarkan.
Tanah dasar adalah bagian dari permukaan badan jalan yang dipersiapkan untuk
menerima konstruksi di atasnya yaitu konstruksi perkerasan. Tanah dasar ini berfungsi
sebagai penerima beban lalu lintas yang telah disalurkan / disebarkan oleh konstruksi
perkerasan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan tanah dasar (subgrade)
adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan
keseragaman kepadatan.
Pada konstruksi perkerasan kaku fungsi tanah dasar tidak terlalu menentukan,
dalam arti kata bahwa perubahan besarnya daya dukung tanah dasar tidak
berpengaruh terlalu besar pada nilai konstruksi (tebal) perkerasan kaku.
Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton semen mutu
tinggi. Sebagai bahan subbase dapat digunakan unbound granular (sirtu) atau bound
granural (CTSB, cement treated subbase). Pada umumnya fungsi lapisan ini tidak
terlalu struktural, maksudnya keberadaan dari lapisan ini tidak untuk
menyumbangkan nilai struktur perkerasan beton semen.
Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lantai kerja yang rata dan
uniform. Apabila subbase tidak rata, maka pelat beton juga tidak rata. Ketidakrataan ini
dapat berpotensi sebagai crack inducer.Selain fungsi tersebut terdapat juga fungsi
lainnya, antara lain :
1. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil, dan permanen.
2. Menaikkan harga Modulus Reaksi Tanah Dasar (Modulus of Sub-grade
Reaction = K), menjadi Modulus Reaksi Komposit (Modulus of Composit
Reaction).
3. Mengurangi kerusakan sebagai akibat pembekuan (frost action).
2.5.3 Tulangan
Perkerasan Pada perkerasan beton semen terdpat dua jenis tulangan, yaitu
tulangan pada pelat beton untuk memperkuat pelat beton tersebut dan tulangan
sambungan untuk menyambung kembali bagian – bagian pelat beton yang telah terputus
(diputus). Kedua tulangan tersebut memiliki bentuk, lokasi serta fungsi yang berbeda
satu sama lain. Adapun tulangan tersebut antara lain :
a. Tulangan Pelat
Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi dan
fungsi yang berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang lain
seperti gedung, balok dan sebagainya. Tebal pelat taksiran dipilih dan total fatik
serta keruusakan erosi dihitung berdasarkan komposisi lalu lintas selama umur
rencana. Jika kerusakan fatik atau erosi lebih dari 100%, tebal taksiran dinaikkan
dan proses perencanaan diulangi.
Tebal rencana adalah tebal taksiran yang paling kecil yang mempunyai total fatik
dan atau total kerusakan erosi lebih kecil atau sama dengan 100%.
Adapun ciri dan fungsi dari masing – masing tulangan sambungan adalah
sebagai berikut :
Fungsi dari sambungan atau joint adalah mengendalikan atau mengarahkan retak
pelat beton akibat shrinkage (susut) maupun wrapping (lenting) agar teratur baik
bentuk maupun lokasinya sesuai yang kita kehendaki (sesuai desain). Dengan
terkontrolnya retak tersebut, maka retak akan tepat terjadi pada lokasi yang teratur
dimana pada lokasi tersebut telah kita beri tulangan sambungan. Sambungan tersebut
antara lain :
e. Sambungan isolasi
Sambungan isolasi memisahkan perkerasan dengan bangunan
yang lain, misalnya manchole, jembatan, tiang listrik, jalan
lama, persimpangan, dan lain sebagainya. Contoh
persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.
Pola Sambungan
a. Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel spersegi
mungkin.
b. Jarak maksimum sambungan memanjang 3-4 meter.
c. Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat, maksimum 5,0
meter.
d. Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan mempunyai
kedalaman seperempat dan sepertiga dari tebal perkerasan masing- masing untuk
lapis pondasi berbutir dan lapis stabilisasi semen.
e. Antar sambungan harus bertemu pada satu tiitik untuk menghindri terjadinya
retak refleksi pada lajur yang bersebelahan.
f. Sudut antar sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus dihindari
dengan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus terhadap tepi
perkerasan.
g. Apabila sambungan berada dalam area ,5 meter dengan manhole atau
bangunan yang lain, jarak sambungan harus diatur sedemikian rupa sehingga
antara sambungan dengan manhole atau bangunan yang lain tersebut membentuk
sudut tegak lurus. Hal tersebut berlaku untuk bangunan yang berbentuk bundar.
Untuk bangunan berbentuk segiempat, sambungan harus berada pada sudutnya
atau di antara dua sudut.
h. Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari perkerasan
dengan smbungan muai selebar 12 mm yang meliputi keseluruhan tebal pelat.
i. Perkerasan yang berdekatan dengan bangunan lain atau manhole hars
ditebalkan 20% dari keetbalan normal dan berangsur-angsur berkurang
sampai ketebalan normal sepanjang 1,5 meter seperti ditunjukkan pada
gambar b.
j. Panel yang tidak persegi empat dan yang mengelilingi manhole harus diberi
tulangan berbentuk anyaman sebesar 0,15% terhadap penampang beton semen
dan dipasang 5 cm di bawah permukaan atas. Tulangan harus dihentikan 7,5 cm
dari sambungan.
* ) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.
Catatan : Pada proyek – proyek penunjang jalan, JAPAT/ jalan murah atau jalan
darurat maka IP dapat diambil 1,0.
Dalam menentukan Indeks permukaan pada awal umur rencana ( IPo )
perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan ( kerataan/ kehalusan serta
kekokohan ) pada awal umur rencana seperti yang tercantum dalam Tabel 2.10
Tabel 2.10 Indeks permukaan pada awal umur rencana ( IPo )
Jenis Lapisan Perkerasan Ipo Roughness *)
( mm/km )
LASTON ≥4 ≤ 1000
3,9 – 3,5 > 1000
LASBUTAG 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
HRA 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
BURDA 3,9 – 3,5 < 2000
BURTU 3,4 – 3,0 < 2000
LAPEN 3,4 – 3,0 ≤ 3000
2,9 – 2,5 > 3000
LATASBUM 2,9 – 2,5
BURAS 2,9 – 2,5
LASTIR 2,9 – 2,5
JALAN TANAH ≤ 2,4
JALAN KERIKIR ≤ 2,4
Dari: SKBI 2,3,26, 1987/SNI 03- 1732-1989
2. Lapis Pondasi
Tabel 2.13 Tebal minimum lapisan perkerasan pondasi
IPT Tebal minimum Bahan
(cm)
< 3,00 15 Batu pecah, stab tanah dengan semen, stab tanah
dengan kapur
3,00-7,49 20*) Batu pecah, stab tanah dengan semen, stab tanah
dengan kapur
10 Laston Atas
7,50-9,99 20 Batu pecah, stab tanah dengan semen, stab tanah
dengan kapur, pondasi macadam
15 Laston Atas
10,00- 20 Batu pecah, stab tanah dengan semen, stab tanah
12,14 dengan kapur
≥ 12,25 25 Batu pecah, stab tanah dengan semen, stab tanah
dengan kapur, pondasi macadam, lapen, laston
atas.
Sumber : Lanjutan Daftar VIII Metode AnalisaKomponen
Catatan : batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi
bawah digunakan material berbutir kasar untuk setiap nilai ITP (Indeks Tebal
Perkerasan) bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm.
2.6.9 Analisa Komponen Perkerasan
Perhitungan ini didisribusikan pada kekakuan relatif masing-masing
lapisan perkerasan jangka tertentu (umur rencana) dimana penentuan tebal
perkerasan dinyatakan oleh Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Rumus :
ITP = a1D1+a2D2+a3D3…………….
Angka 1,2,3 maing – masing lapis permukaan, lapis pondasi atas dan pondasi
bawah.