Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN TUGAS BESAR

BANGUNAN JALAN

Disusun Oleh :

Fidhdhah Zahra Zahirah NIM : 191121042


Nurul Lastriana NIM : 191121057

PROGRAM STUDI TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya Laporan Tugas
Besar Bangunan Jalan dapat diselesaikan. Latar belakang laporan tugas besar bangunan jalan ini
dibuat salah satunya untuk mengetahui desain geometrik jalan . Pembuatan laporan tugas besar
bangunan jalan ini dilakukan pada bulan Desember 2020 Laporan Tugas Besar Bangunan Jalan
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bangunan Jalan di
Program Studi D-3 Teknik Konstruksi Sipil Politeknik Negeri Bandung.
Dalam kesempatan ini , ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan keberkahan dalam penyelesaian
laporan tugas besar bangunan jalan ini.
2. Dr. Atmy Verani Rouly Sihombing, S.T., M.T. Selaku pembimbing atas kesabaran dan
kesediaan meluangkan waktunya untuk memberikan saran, pengarahan, dukungan dan
ilmu yang bermanfaaat selama masa pengerjaan hingga teselesaikannya laporan tugas
besar bangunan jalan.
3. Orang tua dan kelurga kami atas seluruh doa daan dukungannya selama menyelesaikan
karya tulis ini.
4. Teman-teman terbaik Teknik Sipil 2019 atas doa dan dukungan selama menyelesaikan
karya tulis ini.
5. Seluruh dosen pengajar di Program Studi D-3 Teknik Konstruksi Sipil Politeknik Negeri
Bandung.
Sebelum mengakhiri ada pepatah “ Look deep into nature, and you will understand
everything better” Albert Einstein. Laporan tugas besar bangunan jalan ini masih memerlukan
perbaikan lebih lanjut. Kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga Laporan tugas besar
bangunan jalan ini dan memberikan manfaat bagi warga Politeknik Negeri Bandung dan juga
masyarakat luas.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Sistematika Pembahasan
BAB II KRITERIA PERANCANGAN
A. Klasifikasi Medan (Terrain)
B. Kelas dan Fungsi Jalan
C. Tipe Daerah
D. Kriteria Desain dan Standar Perancangan Geometrik Jalan
BAB III PERHITUNGAN AWAL
A. Penetapan titik awal dan akhir beserta koridor jalan
B. Penentuan Trase Alinemen Horisontal
C. Perhitungan Koordinat, Azimuth, Dan Sudut Tikungan
BAB IV PERANCANGAN ALINYEMEN HORIZONTAL
A. Perhitungan Tikungan
B. Pelebaran Samping
BAB V PERANCANGAN ALINYEMEN VERTIKAL
A. Umum
B. Profil Tanah Asli
C. Perhitungan Alinement Vertikal Dan Elevasi Titik Penting
D. Koordinasi Trase Alinement Horizontal dan Vertikal
E. Pengukuran ketersediaan jarak pandang tiap 100 meter
BAB VI DIAGRAM SUPERELEVASI
BAB VII POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION)
A. Gambar Tipikal Potongan Melintang
BAB VIII PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN
BAB IX RAMBU DAN MARKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar Trase Alinemen Horizontal
Gambar 3.2 Gambar Azimuth
Gambar 4.1 Gambar Diagram Alir Pemilihan Tikungan
Gambar 4.2 Gambar Dimensi Kendaraan Sedang
Gambar 4.3 Gambar Diagram Tikungan 1 Spiral-Spiral (SS)
Gambar 4.4 Gambar Diagram Tikungan 2 Spiral-Circle-Spiral (SCS)
Gambar 4.5 Gambar Diagram Tikungan 3 Spiral-Circle-Spiral (SCS)
Gambar 4.6 Gambar Tampak Atas Stationing
Gambar 4.7 Gambar Diagram Superelevasi Tikungan 1 Spiral-Spiral (SS)
Gambar 4.8 Gambar Diagram Superelevasi Tikungan 2 Spiral-Circle-Spiral (SCS)
Gambar 4.9 Gambar Diagram Superelevasi Tikungan 3 Spiral-Circle-Spiral (SCS)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Jenis Medan
Tabel 2.2 Kelas Jalan
Tabel 2.3 Tabel Kriteria Perancangan
Tabel 2.4 Tabel Parameter Geometrik
Tabel 3.1 Tabel titik awal dan akhir beserta koridor jalan
Tabel 3.2 Koordinat, Azimuth, dan Sudut Tikungan
Tabel 3.3 Tabel Jenis Medan
Tabel 3.4 Tabel Klasifikasi Jenis Medan
Tabel 3.5 Tabel mmax Bina Marga
Tabel 3.6 Tabel Hitungan Ls 67 meter
Tabel 3.7 Tabel Hitungan Ls 70 meter
Tabel 3.8 Tabel Hitungan Ls 75 meter

Tabel 3.9 Tabel Penentuan Pelebaran Samping

Tabel 3.10 Tabel Pelebaran Tikungan dengan Lebar Jalur 2×3 meter
Tabel 3.11 Tabel Kategori Kendaraan Rencana

Tabel 4.1 Tabel Penentuan Pelebaran Samping


Tabel 4.2 Tabel Penentuan Stationing
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, transportasi menjadi salah satu hal yang penting
dalam kehidupan manusia. Manusia membutuhkan transportasi untuk bermobilisasi dari suatu
lokasi ke lokasi lainnya. Selain itu, transportasi juga menunjang perekonomian masyarakat.
Terganggunya transportasi dapat menyebabkan terputusnya rantai ekonomi, yang secara langsung
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, transportasi harus terus terjamin
kelancarannya.
Jalan raya merupakan salah satu sarana yang memegang peranan yang sangat penting bagi
kelancaran transportasi. Salah satu penyebab terhambatnya transportasi adalah ketidaksempurnaan
dalam perencanaan jalan raya. Untuk meminimalisir hal tersebut, maka perlu dilakukan
perencanaan yang baik, sehingga dihasilkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang
transportasi, tanpa menimbulkan permasalahan baru.
Perencanaan jalan yang baik perlu dikuasai oleh para calon perencana geometrik jalan.
Salah satunya, yaitu para mahasiswa jurusan Teknik Sipil. Untuk mewujudkan hal tersebut,
diperlukan pembelajaran pada mata kuliah Perencanaan Bangunan Jalan, yang didalamnya
meliputi pembelajaran mengenai materi perencanaan geometrik jalan dan pengerjaan tugas besar
ini sebagai wujud dari pemahaman dan penguasaan materi, guna tercapainya keterampilan dalam
perencanaan bangunan jalan dengan efisiensi keamanan dan kenyamanan yang optimal.

1.2 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi maksud dan tujuan dalam
pengerjaan tugas besar mengenai perencanaan geometrik jalan ini adalah:
1.2.1 Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu perencanaan geometrik jalan yang telah
dipelajari
1.2.2 Mahasiswa dapat merencanakan geometrik jalan yang sesuai dengan standar yang
berlaku di Indonesia
1.2.3 Dapat menghasilkan geometrik jalan yang mengutamakan keamanan, kenyamanan, serta
keselamatan pengguna jalan
1.2.4 Dapat merencanakan desain geometrik jalan dengan biaya yang efisien

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup geometrik jalan meliputi:
1.3.1 Penentuan klasifikasi medan, kelas dan fungsi jalan
1.3.2 Penentuan titik awal, titik akhir dan koridor jalan
1.3.3 Perhitungan koordinat, azimuth, dan sudut tikungan
1.3.4 Perencanaan alinyemen horizontal dan vertical
1.3.5 Perancangan super elevasi
1.3.6 Penggambaran potongan memanjang dan melintang
1.3.7 Perencanaan galian dan timbunan

1.4 Sistematika Pembahasan

1.4.1 KATA PENGANTAR


1.4.2 DAFTAR ISI
1.4.3 DAFTAR GAMBAR
1.4.4 DAFTAR TABEL
1.4.5 BAB 1 PENDAHULUAN
1.4.5.1 Latar Belakang
1.4.5.2 Maksud dan Tujuan
1.4.5.3 Ruang Lingkup
1.4.5.4 Sistematika Pembahasan
1.4.6 BAB II KRITERIA PERANCANGAN
1.4.6.1 Klasifikasi Medan (Terrain)
1.4.6.2 Kelas dan Fungsi Jalan
1.4.6.3 Tipe Daerah
1.4.6.4 Kriteria Desain dan Standar Perancangan Geometrik Jalan
1.4.7 BAB III PERHITUNGAN AWAL
1.4.7.1 Penetapan titik awal dan akhir beserta koridor jalan
1.4.7.2 Penentuan Trase Alinemen Horisontal
1.4.7.3 Perhitungan Koordinat, Azimuth, Dan Sudut Tikungan
1.4.7 BAB IV PERANCANGAN ALINYEMEN HORIZONTAL
1.4.7.1 Perhitungan Tikungan
1.4.7.2 Pelebaran Samping
1.4.8 BAB V PERANCANGAN ALINYEMEN VERTIKAL
1.4.8.1 Umum
1.4.8.2 Profil Tanah Asli
1.4.8.3 Perhitungan Alinement Vertikal Dan Elevasi Titik Penting
1.4.8.4 Koordinasi Trase Alinement Horizontal dan Vertikal
1.4.8.5 Pengukuran ketersediaan jarak pandang tiap 100 meter
1.4.9 BAB VI DIAGRAM SUPERELEVASI
1.4.10 BAB VII POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION)
1.4.10.1 Gambar Tipikal Potongan Melintang
1.4.11 BAB VIII PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN
1.4.12 BAB IX RAMBU DAN MARKA

BAB II
KRITERIA PERANCANGAN
Kriteria perancangan geometrik jalan, terdiri dari beberapa pertimbangan yaitu :
Medan (Terrain)
Menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/TBM/1997, klasifikasi
medan jalan didasarkan pada kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus
garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat pada
tabel berikut ini;

No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

1 Datar D <3

2 Perbukitan B 3 - 25

3 Pegunungan G > 25
Tabel 2.1 Tabel Jenis Medan
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/TBM/1997

ungsi Jalan

Menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/TBM/1997,


klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu
lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat dalam satuan ton. Klasifikasi menurut kelas
jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi fungsi jalan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat (ton)

Arteri I >10
II 10
III A 8

Kolektor III A 8
III B
Tabel 2.2 Kelas Jalan

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/TBM/1997


n
Menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/TBM/1997,
klasifikasi jalan menurut fungsi jalan terdiri atas;
teri: jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan
alan masuk dibatasi secara efisien
lektor: jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
a sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi
kal: jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
lah jalan masuk tidak dibatasi

Sebagai jalan antar kota, fungsi atau peranan jalan yang ditetapkan adalah Arteri Primer.

h
Tipe daerah penting ditentukan untuk memberikan batasan superelevasi dan detail desain
geometrik jalan.

sain dan Standar Perancangan Geometrik Jalan

Desain Kriteria:
Klasifikasi jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan :

Fungsi jalan Arteri


Tipe Jalan Tidak Terbagi (undivided, UD)
Status Jalan Antar Kota
Kelas Jalan II

Beberapa parameter kriteria perancangan ini, ditabelkan sebagai berikut :

Umur Rencana 15 tahun Sesuai perencanaan

Jenis Medan Bukit Sesuai klasifikasi medan

Kecepatan Rencana 80 km/jam Sesuai klasifikasi fungsi jalan dan medan jalan
Sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011

Sesuai Tabel II.8 Lebar Lajur Jalan Ideal Tata


Lebar Ruang Milik 25 m Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
Jalan (Rumija)
Sesuai II.4.2 Jalur Lalu Lintas Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
(Kententuan)
Lebar Lajur 3,00 m
Jumlah Lajur dan 2 lajur 2 arah Sesuai II.4..2 Jalur Lalu Lintas Tata Cara
Arah Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota

Lebar Median -

Sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri


Lebar Bahu Luar 2 × 1,00 m Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011

Sesuai II.21 Kelandaian Maksimum yang


Kelandaian Diizinkan Tata Cara Perencanaan Geometrik
Maksimum 5,00 % Jalan Antar Kota

Sesuai II.6.3 Tikungan Tata Cara Perencanaan


Superelevasi 10% Geometrik Jalan Antar Kota
Maksimum

Sesuai II.16 Panjang Jari-Jari Minimun


Jari-jari Minimum (dibulatkan) Tata Cara Perencanaan Geometrik
210 m
Jalan Antar Kota

Sesuai Bina Marga


Kelandaian Relatif 1/150
Sesuai Tabel II.10 Jarak Pandang Henti Tata
Jarak Pandang 120 m Cara Perencanaan
Henti
Sesuai Bina Marga, 1997
Jarak Pandang
Menyiap 550 m

Volume Jam
Perencanaan (VJP)

Kendaraan Kendaraan sedang


Rencana (diwakili truk dan Sesuai dengan Bina Marga 1997
bus)

Ukuran dan
penempatan rambu Rambu pada
Tikungan dan
Kecepatan

Tabel 2.3 Tabel Kriteria Perancangan


Contoh Desain Kriteria: Kriteria Desain Geometrik Jalan Non Tol

No. Parameter Geometrik Satuan KRIT Acuan


1. Kecepatan Rencana Km/jam 80
2. Parameter Potongan Melintang
• Lebar Lajur Lalu Lintas m 2 x 3.50
• Lebar Bahu Luar m 2.00
• Kemiringan Melintang Normal Jalur % 2
Lalulintas
• Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar % 5
• Superelavasi Maksimum % 10
• Tinggi Ruang Bebas Vertikal Minimum m 5
3. Jarak Pandang
• Jarak Pandang Henti Minimum m 120
• Jarak Pandang Menyiap (undivided) m 550
4. Parameter Alinemen Horizontal
• Jari-jari Tikungan Minimum m 120
• Jari-jari Tikungan Minimum Dengan m
Kemiringan Normal
• Panjang Tikungan Minimum m 700/ a dan atau
100
• Panjang Lengkung Peralihan Minimum m 50
• Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung Peralihan m 600
• Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum - 1/150
5. Parameter Alinemen Vertikal
• Landai Maksimum % 5.00
• Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal :
• Cembung m
• Cekung m
• Panjang Minimum Lengkung Vertikal m
Keterangan : θ = Sudut Perpotongan (Derajat)
Tabel 2.4 Tabel Parameter Geometrik
BAB III
PERHITUNGAN AWAL

3.1 Penetapan titik awal dan akhir beserta koridor jalan


• Perhitungan jarak (d)
o 𝑑 𝐼−𝐼𝑃1 = √∆𝑋𝐼2 + ∆𝑌𝐼2 = √(10152,4 − 10303,7)2 + (2559,138 − 2665,878)2 =
185,230 meter
o 𝑑 𝐼𝑃1−𝐼𝑃2 = √∆𝑋𝐼2 + ∆𝑌𝐼2 = √(9957,649 − 10152,4)2 + (2496,727 − 2559,138)2 =
204,471 meter
o 𝑑 𝐼𝑃2−𝐼𝑃3 = √∆𝑋𝐼2 + ∆𝑌𝐼2 = √(9723,256 − 9957,649)2 + (2509,920 − 2496,727)2 =
234,764 meter
o 𝑑 𝐼𝑃3−𝐹 = √∆𝑋𝐼2 + ∆𝑌𝐼2 = √(9601,902 − 9723,256)2 + (2421,926 − 2509,920)2 =
149,900 meter

Tabel 3.1 Tabel titik awal dan akhir beserta koridor jalan

3.2 Penentuan Trase Alinemen Horizontal


Gambar 3.1 Gambar Trase Alinemen Horizontal

3.3 Perhitungan Koordinat, Azimuth, Dan Sudut Tikungan


• Menghitung azimuth (ɑ)
∆𝑋(𝐼−𝐼𝑃1)
o ɑ 𝐼−𝐼𝑃1 = 180° + arctan(∆𝑌(𝐼−𝐼𝑃1)) [kuadran 2]

∆𝑋(10152,362−10303,745)
= 180° + arctan( ) = 234,812°
∆𝑌(2559,138−2665,878)

∆𝑋(𝐼𝑃1−𝐼𝑃2)
o ɑ 𝐼𝑃1−𝐼𝑃2 = 180° + arctan(∆𝑌(𝐼𝑃1−𝐼𝑃2)) [kuadran 2]

∆𝑋(9957,649−10152,362)
= 180° + arctan( ∆𝑌(2496,727−2559,138) ) = 252,228°

∆𝑋(𝐼𝑃2−𝐼𝑃3)
o ɑ 𝐼𝑃2−𝐼𝑃3 = 360° + arctan( ) [kuadran 4]
∆𝑌(𝐼𝑃2−𝐼𝑃3)

∆𝑋(9723,256−9957,649)
= 360° + arctan(∆𝑌(2509,920−2496,727)) =273,222°

∆𝑋(𝐼𝑃3−𝐹)
o ɑ 𝐼𝑃3−𝐹 = 180° + arctan(∆𝑌(𝐼𝑃3−𝐹)) [kuadran 2]

∆𝑋(9601,902−9723,256)
= 180° + arctan(∆𝑌(2421,926−2509,920)) =234,054°
• Menghitung sudut tikungan (∆)
o ∆𝐼𝑃1 = (ɑ 𝐼𝑃1−𝐼𝑃2 − ɑ 𝐼−𝐼𝑃1 ) = 252,228° − 234,812° = 17,415°
o ∆𝐼𝑃2 = (ɑ 𝐼𝑃2−𝐼𝑃3 − ɑ 𝐼𝑃1−𝐼𝑃2 ) = 273,222° − 252,228° = 20,994°
o ∆𝐼𝑃3 = (ɑ 𝐼𝑃2−𝐼𝑃3 − ɑ 𝐼𝑃3−𝐹 ) = 273,222° − 234,054° = 39,167 °

Tabel 3.2 Koordinat, Azimuth, dan Sudut Tikungan

Gambar 3.2 Gambar Azimuth


3.1 Perhitungan Penentuan Jenis Medan

Tabel 3.3 Tabel Jenis Medan


• Perhitungan kelandaian
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 185,230
o Titik I = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 = −1,5 = -0,8098
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 204,471
o Titik IP1= 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 = = -1,9563
−4
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 234,764
o Titik IP2= 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 = = - 1,4909
−3,5
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 149,900
o Titik IP3= 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 = = - 2,0013
−3

(−0,8098 )+(−1,9563)+(− 1,4909)+(− 2,0013)


Rata- rata kelandaian = = −1,5646 < 3 ( 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑟)
4

Tabel 3.4 Tabel Klasifikasi Jenis Medan


BAB IV
PERANCANGAN ALINYEMEN HORIZONTAL

Data
• Vr = 80 km/jam
• Emax = 10 %
• Δ1 = 17,415°
• Δ2 = 20,994°
• Δ3 = 39,167°
• b = 3 meter
𝑉𝑅 2
• Rmin = 127(𝑒 =
𝑚𝑎𝑥 +𝑓𝑚𝑎𝑥 )
Keterangan:
Rmin = Jari-jari lengkungan minimum (m)
𝑒𝑚𝑎𝑥 = Kemiringan melintang maksimum (10% = 0.1)
𝑓𝑚𝑎𝑥 = Koefisien gesek melintang maksimum (untuk 𝑉𝑅 ≥ 80 km/jam, 𝑓𝑚𝑎𝑥 = -
0.00065𝑉𝑅 + 0,192 = 0,14
Maka,
802
Rmin Hitungan = 127(0,1+0,14) = 209,98 m

Rmin yang ditentukan = 270 m


Rmin hitungan (209,98 m) < Rmin yang ditentukan (270 m)
Maka pilih Rmin terbesar, yaitu 270 m (seolah-olah kendaraan berat yang melewati)
• R rencana = 275 m
• Besar derajat kelengkungan (D)
25
𝐷 = 2𝜋𝑅.360

25
𝐷= .360
2𝜋.275

𝐷 = 5,208°

• Derajat kelengkungan maksimum


181913,53 𝑥 (𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥 )
𝐷𝑚𝑎𝑥 =
𝑉𝑅 2
181913,53 𝑥 (0,1 + 0,14)
𝐷𝑚𝑎𝑥 =
802
𝐷𝑚𝑎𝑥 = 6,82°

D < Dmax
5,208° < 6,82° (OK)

• Superelevasi desain (𝑒𝑑 )


−𝑒𝑚𝑎𝑥 .𝐷 2 2.𝑒𝑚𝑎𝑥.𝐷
𝑒𝑑 = +
𝐷𝑚𝑎𝑥 2 𝐷𝑚𝑎𝑥

−0,1.5,312 2.0,1.5,31
𝑒𝑑 = +𝐷
6,822 𝑚𝑎𝑥 .6,82
𝑒𝑑 = 0,095

• Ls ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan diambil nilai yang terbesar;
o Berdasarkan waktu tempuh maksimum untuk melintasi lengkung peralihan
(ditetapkan 3 detik)
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = 𝑇
3.6
Keterangan:
Ls = Panjang lengkung peralihan (m)
𝑉𝑅 = Kecepatan rencana (km/jam)
T = Waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik

Maka panjang lengkung peralihan sebagai berikut;


80
𝐿𝑠 = 3
3.6
𝐿𝑠 = 66,67 m

o Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, digunakan rumus modifikasi SHORRT


𝑉𝑅 3 𝑉𝑅 . 𝑒𝑑
𝐿𝑠 = 0,022 − 2,727
𝑅𝑐. 𝐶 𝐶
Keterangan:
Ls = Panjang lengkung peralihan (m)
𝑉𝑅 = Kecepatan rencana (km/jam)
Rc = Jari-jari busur lingkaran (m)
C = Perubahan percepatan 0,3-1,0 m/detik (disarankan 0,4 m/detik)
𝑒𝑑 = Nilai superelevasi desain

Maka panjang lengkung peralihan sebagai berikut;

803 80.0,095
𝐿𝑠 = 0,022 − 2,727
275.0,4 0,4
𝐿𝑠 = 50,587 𝑚

o Berdasarkan rumus landai relatif

Tabel 3.5 Tabel 𝑚𝑚𝑎𝑥 Bina Marga


𝑊
𝐿𝑠 = (𝑒𝑑 + 𝑒𝑛 ). . 𝑚𝑚𝑎𝑥
2
2x3
𝐿𝑠 = (0,095 + 0,02). . 150
2
𝐿𝑠 = 51,75 𝑚

Kemungkinan Ls yang digunakan :


Ls = 67 meter

Tabel 3.6 Tabel Hitungan Ls 67 meter

Ls = 70 meter

Tabel 3.7 Tabel Hitungan Ls 70 meter

Ls = 75 meter

Tabel 3.8 Tabel Hitungan Ls 75 meter

Kesimpulan: Ls yang digunakan = 75 m


4.1 Diagram Alir Pemilihan Tikungan

Gambar 4.1 Gambar Diagram Alir Pemilihan Tikungan

4.2 Penentuan Jenis Tikungan

a. Jenis tikungan pada titik IP1

• Menghitung Lc
∆𝑐
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
∆ − 2𝜃𝑠
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
𝐿𝑠 360
∆ − 2(2𝑅 2𝜋 )
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
𝐿𝑠 360
∆ − 2(2𝑅 2𝜋 )
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
75 360
17,415−2( )
2(275) 2𝜋
𝐿𝑐 = 2𝜋(275) = 8,584 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 < 25 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 ( memenuhi)
360

Maka tikungan yang ditentukan adalah tikungan spiral ( S-S)


b. Jenis tikungan pada titik IP2

• Menghitung Lc

∆𝑐
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
∆𝑛 − 2𝜃𝑠
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
𝐿𝑠 360
∆𝑛 − 2(2𝑅 2𝜋 )
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
𝐿𝑠 360
∆𝑛 − 2(2𝑅 2𝜋 )
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
75 360
20,994 − 2( )
2(275) 2𝜋
𝐿𝑐 = 2𝜋(275) = 25,712 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 > 25 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 ( 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖)
360

• Menghitung p

𝐿𝑠 360 75 360
𝜃𝑠 = ( )= = 7,817°
2𝑅 2𝜋 2(275) 2𝜋

𝑝 = 𝑌𝑐 − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)

𝐿𝑠 2
𝑝=( ) − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)
6𝑅
752
𝑝 = (6(275)) − 275(1 − cos 7,817°) = 0,854 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 > 0,1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (tidak memenuhi)

• Menghitung e
−𝑒𝑚𝑎𝑥 .𝐷 2 2.𝑒𝑚𝑎𝑥.𝐷
𝑒𝑑 = +
𝐷𝑚𝑎𝑥 2 𝐷𝑚𝑎𝑥

−0,1.5,312 2.0,1.5,31
𝑒𝑑 = +𝐷
6,822 𝑚𝑎𝑥 .6,82
𝑒𝑑 = 0,095

𝑒𝑑 = 0,095 > 0,04 (𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖)


Maka tikungan yang ditentukan adalah tikungan spiral lingkaran ( S-C-S)

c. Jenis tikungan pada titik IP3

• Menghitung Lc

∆𝑐
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
∆𝑛 − 2𝜃𝑠
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
𝐿𝑠 360
∆𝑛 − 2(2𝑅 2𝜋 )
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
𝐿𝑠 360
∆𝑛 − 2(2𝑅 2𝜋 )
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅
360
75 360
39,167 − 2( )
2(275) 2𝜋
𝐿𝑐 = 2𝜋(275) = 112,894 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 > 25 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖)
360

• Menghitung p

𝐿𝑠 360 70 360
𝜃𝑠 = ( )= = 7,817°
2𝑅 2𝜋 2(300) 2𝜋

𝑝 = 𝑌𝑐 − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)

𝐿𝑠 2
𝑝=( ) − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)
6𝑅
75
𝑝 = (6(275)) − 275(1 − cos 7,817) = 0,854 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 > 0,1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (tidak memenuhi)

• Menghitung e
−𝑒𝑚𝑎𝑥 .𝐷 2 2.𝑒𝑚𝑎𝑥.𝐷
𝑒𝑑 = +
𝐷𝑚𝑎𝑥 2 𝐷𝑚𝑎𝑥

−0,1.5,312 2.0,1.5,31
𝑒𝑑 = +𝐷
6,822 𝑚𝑎𝑥 .6,82
𝑒𝑑 = 0,095

𝑒𝑑 = 0,095 > 0,04 (𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖)


Maka tikungan yang ditentukan adalah tikungan spiral lingkaran ( S-C-S)

4.3 Perhitungan Data Lengkung


a. Tikungan SS (IP 1)

• Menghitung 𝜃𝑠

∆ 17,415
𝜃𝑠 = = = 8,708°
2 2

• Menghitung ∆𝑐 = 0

• Menghitung Lc = 0

• Menghitung Yc

𝐿𝑠2
𝑌𝑐 = ( 6𝑅 ) = 3,409 meter

• Menghitung Xc
𝐿𝑠 ³
𝑋𝑐 = (𝐿𝑠 − 40𝑅²) = 74,861 meter

• Menghitung k
𝑘 = 𝑋𝑐 − 𝑅𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑠 = 74,861 − 275 𝑠𝑖𝑛 8,708 = 33,227 meter

• Menghitung p

𝑝 = 𝑌𝑐 − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)

𝐿𝑠 2
𝑝=( ) − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)
6𝑅

752
𝑝=( ) − 275 (1 − cos 8,708) = 0,239 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
6(275)

• Menghitung Ts
∆ 17,415
𝑇𝑠 = ( 𝑅 + 𝑝) tan 2 + 𝑘 = ( 275 + 0,239 ) tan + 33,227 = 75,383 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
2

• Menghitung Es
(𝑅 + 𝑝) (275 + 0,239)
𝐸𝑠 = −𝑅 = − 275 = 3,449 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
∆ 17,415
cos 2 cos 2
• Menghitung Ltotal

𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 2 𝐿𝑠 = 2 75 = 150 meter

b. Tikungan SCS (IP 2)

𝐿𝑠 360 75 360
𝜃𝑠 = ( )= = 7,817°
2𝑅 2𝜋 2(275) 2𝜋

• Menghitung ∆𝑐
∆𝑐 = ∆ − 2𝜃𝑠 = 20,994 − 2(7,817) = 5,360 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

• Menghitung
∆𝑐 5,360
𝐿𝑐 = 360 2𝜋𝑅 = 2𝜋(275) = 25,712 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
360

• Menghitung Yc

𝐿𝑠2
𝑌𝑐 = ( 6𝑅 ) = 3,409 meter

• Menghitung Xc
𝐿𝑠³
𝑋𝑐 = (𝐿𝑠 − 40𝑅²) = 74,861 meter

• Menghitung k
𝑘 = 𝑋𝑐 − 𝑅𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑠 = 74,861 − 275 sin 7,817 = 37,458 meter

• Menghitung p

𝑝 = 𝑌𝑐 − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)

𝐿𝑠 2
𝑝=( ) − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)
6𝑅

902
𝑝=( ) − 275 (1 − cos 7,817) = 0,854 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
6(275)

• Menghitung Ts
∆ 20,994
𝑇𝑠 = ( 𝑅 + 𝑝) tan 2 + 𝑘 = ( 275 + 0,854 ) tan 2 + 37,458 = 88,569 meter
• Menghitung Es
(𝑅+𝑝) (275+0,854)
𝐸𝑠 = ∆ −𝑅 = 20,994 − 275 = 5,549
cos cos
2 2
• Menghitung Ltotal
𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐿𝑐 + 2 𝐿𝑠 = 25,712 + 2 75 = 175,712 meter

c. Perhitungan Tikungan SCS (IP 3)

𝐿𝑠 360 75 360
𝜃𝑠 = ( )= = 7,817°
2𝑅 2𝜋 2(275) 2𝜋

• Menghitung ∆𝑐
∆𝑐 = ∆ − 2𝜃𝑠 = 39,167 − 2(7,817) = 23,533 meter

• Menghitung
∆𝑐 23,533
𝐿𝑐 = 360 2𝜋𝑅 = 2𝜋(275) = 112,894 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
360

• Menghitung Yc

𝐿𝑠2
𝑌𝑐 = ( 6𝑅 ) = 3,409 meter

• Menghitung Xc
𝐿𝑠³
𝑋𝑐 = (𝐿𝑠 − 40𝑅²) = 74,861 meter

• Menghitung k
𝑘 = 𝑋𝑐 − 𝑅𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑠 = 74,861 − 275 sin 7,817 = 37,458 meter

• Menghitung p

𝑝 = 𝑌𝑐 − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)

𝐿𝑠 2
𝑝=( ) − 𝑅 (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)
6𝑅

902
𝑝=( ) − 275 (1 − cos 7,817) = 0,854 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
6(275)

• Menghitung Ts
∆ 39,167
𝑇𝑠 = ( 𝑅 + 𝑝) tan 2 + 𝑘 = ( 275 + 0,854 ) tan 2 + 37,458 = 135,596 meter

• Menghitung Es
(𝑅+𝑝) (275+0,854)
𝐸𝑠 = ∆ −𝑅 = 39,167 − 275 = 17,791 meter
cos cos
2 2
• Menghitung Ltotal
𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐿𝑐 + 2 𝐿𝑠 = 112,894 + 2 75 = 262,894 meter

4.1 Pengecekan Overlapping

Untuk menghindari overlapping antar tikungan, maka perlu dilakukan pengecekan


overlapping

1. Ts SS < dI−IP1
75,383 < 185,230 m (OK)
2. Ts SS + Ts SCS < dIP1−IP2
75,383 + 88,569 m < 204,471 m
163,952 m < 204,471 m (OK)
3. Ts SCS + Ts SCS < dIP2−IP3
88,569 𝑚 + 135,596 𝑚 < 234,764 m
224,165 m < 234, 764 m (OK)
4. Ts SCS < dIP3−F
135,596 < 149,900 m (OK)

4.2 Pelebaran Samping

Pelebaran samping ini digunakan untuk kebutuhan maneuver kendaraan terpanjang/terbesar untuk
berbelok pada tikungan. Kendaraan paling panjang yang diizinkan adalah kendaraan WB-15
(AASHTO 2001).
Data Umum
Vr = 80 km/jam
B = 3,0 × 2 = 6 m (untuk simplifikasi pada table AASHTO)
Tabel 3.9 Tabel Penentuan Pelebaran Samping

• Perhitungan Pelebaran Tikungan Kendaraan Sedang


o R = 275 m
o c = 1.15 m (untuk lebar jalur 6 meter)

Tabel 3.10 Tabel Pelebaran Tikungan dengan Lebar Jalur 2×3 meter
Karena nilai c untuk R = 275 m tidak terdapat dalam tabel, maka nilai c dihitung dengan
interpolasi sebagai berikut:
1.2 + (1.1 − 1.2)
= 1.15
(300 − 250) x (300 − 275)
Maka didapatkan nilai c untuk R = 275 m adalah sebesar 1.15 m
o p = 7.6 m (jarak antar gandar kendaraan)

Gambar 4.2 Gambar Dimensi Kendaraan Sedang

o A = 2.1 m (tonjolan depan kendaraan)


Kategori Dimensi Kendaraan (cm) Tonjolan (cm) Radius Putar Radius
Kendaraan Tonjolan
Rencana
Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Min. Maks.
Kendaraan 130 210 580 90 150 420 730 780
Kecil
Kendaraan 410 260 1210 210 240 740 1280 1410
Sedang
Kendaraan 410 260 2100 120 90 290 1400 1370
Besar
Tabel 3.11 Tabel Kategori Kendaraan Rencana
o n = 2 (lajur)

Perhitungan pelebaran tikungan IP 1 (S-S)

o 𝑏′ = 2.4 + √𝑅 − (𝑅 2 − 𝑝2 )
= 2.4 − √275 − (2752 − 7.62 )
= 2.505 𝑚

o 𝑇𝑑 = √𝑅𝑐 2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) −𝑅𝑐

= √275 + 2.1(2𝑥7.6 + 2.1) −275


= 0.066 𝑚
0.105 𝑥 𝑉𝑟
o 𝑍 =
√𝑅𝑐

0.105 𝑥 80
= = 0.507 𝑚
√275
o 𝐵 = 𝑛(𝑏 ′ + 𝑐) + (𝑛 − 1)𝑇𝑑 + 𝑍
= 2(2.505 + 1.15) + (2 − 1)6.028 + 0.507
= 7.883 𝑚
o Δb = 7.883 – 6 m
= 1.883 m
Maka, pelebaran pada tikungan pertama (S-S) dengan lebar badan jalan 3 m dan dan R = 275 m
adalah 1.883 m.

Perhitungan pelebaran tikungan IP 2 (S-C-S)

o 𝑏′ = 2.4 + √𝑅 − (𝑅 2 − 𝑝2 )

= 2.4 − √275 − (2752 − 7.62 )


= 2.505 𝑚

o 𝑇𝑑 = √𝑅𝑐 2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) −𝑅𝑐

= √275 + 2.1(2𝑥7.6 + 2.1) −275


= 0.066 𝑚
0.105 𝑥 𝑉𝑟
o 𝑍 =
√𝑅𝑐

0.105 𝑥 80
= = 0.507 𝑚
√275
o 𝐵 = 𝑛(𝑏 ′ + 𝑐) + (𝑛 − 1)𝑇𝑑 + 𝑍
= 2(2.505 + 1.15) + (2 − 1)6.028 + 0.507
= 7.883 𝑚
o Δb = 7.883 – 6 m
= 1.883 m
Maka, pelebaran pada tikungan kedua (S-C-S) dengan lebar badan jalan 3 m dan dan R = 275 m
adalah 1.883 m.

Perhitungan pelebaran tikungan IP 3 (S-C-S)

o 𝑏′ = 2.4 + √𝑅 − (𝑅 2 − 𝑝2 )

= 2.4 − √275 − (2752 − 7.62 )


= 2.505 𝑚

o 𝑇𝑑 = √𝑅𝑐 2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) −𝑅𝑐

= √275 + 2.1(2𝑥7.6 + 2.1) −275


= 0.066 𝑚
0.105 𝑥 𝑉𝑟
o 𝑍 =
√𝑅𝑐

0.105 𝑥 80
= = 0.507 𝑚
√275
o 𝐵 = 𝑛(𝑏 ′ + 𝑐) + (𝑛 − 1)𝑇𝑑 + 𝑍
= 2(2.505 + 1.15) + (2 − 1)6.028 + 0.507
= 7.883 𝑚
o Δb = 7.883 – 6 m
= 1.883 m
Maka, pelebaran pada tikungan ketiga (S-C-S) dengan lebar badan jalan 3 m dan dan R = 275 m
adalah 1.883 m
4.4 Diagram Tikungan ( S-S dan S-C-S) pada IP 1, IP 2, dan IP 3

Gambar 4.2 Gambar Diagram Tikungan 1 Spiral-Spiral (SS)

Gambar 4.3 Gambar Diagram Tikungan 2 Spiral-Circle-Spiral (SCS)


Gambar 4.4 Gambar Diagram Tikungan 3 Spiral-Circle-Spiral (SCS)

4.5 Penentuan Stationing


• STA I = 0+000
• STA IP1 = STA I + d(I-IP1 ) = (0+000) + 185.230 = 0+185.230
• STA TS1 = STA IP1 - TS1 = (0+185.230) – 75.383 = 0+109.847
• STA SS1 = STA TS1 + k1 = (0+109.847) + 33.227 = 0+143.074
• STA ST1 = STA IP1 + TS1 = (0+185.230) + 75.383 = 0+260.612
• STA SS2 = STA ST1 - k1 = (0+260.612) – 33.227 = 0+227.385
• STA IP2 = STA IP1 + d(IP1 − IP2 ) = (0+185.230) + 204.471 = 0+389.700
• STA TS2 = STA IP2 - TS2 = (0+389.700) – 88.569 = 0+301.131
• STA SC1 = STA TS2 + Ls2 = (0+301.131) + 75 = 0+376.131
• STA ST2 = STA IP2 + TS2 = (0+389.700) + 88.569 = 0+478.269
• STA CS1 = STA SC1 + Lc2 = (0+376.131) + 25.712 = 0+401.843
• STA IP3 = = STA IP2 + d(IP2 − IP3 ) = (0+389.700) + 234.764 = 0+624.464
• STA TS3 = STA IP3 - TS3 = (0+624.464) – 135.596 = 0+488.868
• STA SC2 = STA TS3 + Ls3 = (0+488.868) + 75 = 0+563.868
• STA CS2 = STA SC2 + Lc3 = (0.563.868) + 112.894 = 0+676.762
• STA ST3 = STA IP3 + TS3 = (0+624.464) + 135.596 = 0+760.061
• STA F = STA IP3 + d(IP2 − IP3 ) = (0+624.464) + 149.900 = 0+774.364

Titik STA
I 0 + 000.00
TS1 0 + 109.847
SS1 0 + 143.074
IP1 0 + 185.230
SS2 0 + 227.385
ST1 0 + 260.612
TS2 0 + 301.131
SC1 0 + 376.131
IP2 0 + 389.700
CS1 0 + 401.843
ST2 0 + 478.269
TS3 0 + 488.868
SC2 0 + 563.868
IP3 0 + 624.464
CS2 0 + 676.762
ST3 0 + 760.061
F 0 + 774.364

Tabel 4.2 Tabel Penentuan Stationg

Gambar 4.5 Gambar Tampak Atas Stationing


4.6 Diagram Superelevasi SCS dan SS
Data:
e max = 10 %
e normal = 2 %

Gambar 4.6 Gambar Diagram Superelevasi Tikungan 1 Spiral-Spiral (SS)


Gambar 4.7 Gambar Diagram Superelevasi Tikungan 2 Spiral-Circle-Spiral (SCS)

Gambar 4.8 Gambar Diagram Superelevasi Tikungan 3 Spiral-Circle-Spiral (SCS)


BAB V PERANCANGAN ALINYEMEN VERTIKAL

1. Umum

2. Profil Tanah Asli

Data Profil tanah asli diperoleh dari alinyemen horizontal dimana garis As jalan yang
mememotong kontur. Setelah itu, dihubungkan titik-titik tersebut dengan garis, sehingga garis
yang menghubungkan titik-titik itu dapat membentuk cekungan atau cembung dengan demikian
profil tanah asli tersebut mendekati profil yang sebenarnya. Selanjutnya untuk kebutuhan
perencanaan alinyemen vertikal maka ditarik garis dengan asumsi tidak melampaui kelandaian
maksimum yang sudah ditemukan.

3. Perhitungan Alinemen Vertikal Dan Elevasi Titik Penting

• Perhitungan Jarak, Gradiens, nilai A (Perbedaan aljabar untuk kelandaian), JPH dan
JPM, dan Panjang Lengkung (Lv)

Tabel Elevasi Tanah Dasar


Gambar Profil Tanah Asli

Gambar Profil Tanah Asli dan

Gambar Profil Tanah Asli dan Rencana


Gambar Profil Tanah Asli, Galian dan Timbunan

• Perhitungan Jarak antar Titik

Jarak dari titik I ke PPV1 adalah 164,478 meter


Jarak dari titik PPV1 ke PPV2 adalah 418,803 meter
Jarak dari titik PPV2 ke F adalah meter

• Perhitungan Gradien

Titik Stationing Elevasi (m)


I 0+ 0.000 90,5
PPV1 0+ 164.478 92,607
PPV2 0+ 583.281 81,745
F 0+ 774. 364 80,2
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
𝐺𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 = × 100%
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘

(92,607−90,5)
o 𝑔 𝐼−𝑃𝑃𝑉1 = × 100% = 1,281 %
164,478
(81,745−92,607)
o 𝑔 𝑃𝑃𝑉1−𝑃𝑃𝑉2 = × 100% = -2,594 %
418,803
(80,2−81,745)
o 𝑔 𝑃𝑃𝑉2−𝐹 = × 100% = -0.809 %
191,083
• Perhitungan Nilai Perbedaan Aljabar untuk untuk Kelandaian (A)

𝐴 = 𝑔(𝑖) − 𝑔(𝑖 − 1)

A1 = 1,281 % - (-2,594 %) = 3,875 % ( cembung)

A2 = -2,594 – (-0.809 %) = -1,785 % (cekung)

• Jarak Pandang Henti


Jarak pandang henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh pengemudi untuk
menghentikan kendaraannya dengan aman ketika melihat adanya halangan di depan. Setiap titik
di sepanjang jalan harus memenuhi jarak pandang henti ini.
Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi dari mata pengemudi sebesar
105 cm, serta tinggi halangan sebesar 15 cm diukur dari permukaan jalan.
Jarak pandang henti terdiri atas dua elemen jarak, diantaranya:
1. Jarak tanggap (𝐽ℎ𝑡 ) yaitu jarak yang ditempuh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu
halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai pengemudi menginjak rem.
2. Jarak pengereman (𝐽ℎ𝑟 ) yaitu jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak
pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
Jarak pandang henti (𝐽ℎ ) dapat dihitung sebagai berikut:
𝐽ℎ = 𝐽ℎ𝑡 + 𝐽ℎ𝑟
𝑉𝑅
𝑉𝑅 (3,6)2
𝐽ℎ = 𝑇+
3,6 2𝑔𝑓
Dengan:
𝑉𝑅 = 80 km/jam (kecepatan rencana)
T = ditetapkan 2,5 detik (waktu tanggap)
g = 9,8 m/det 2 (percepatan gravitasi)
f = 0,4 (koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55. f akan
bbmengecil jika kecepatan rencana atau VR semakin tinggi dan sebaliknya)

80 2
80 (3,6)
𝐽ℎ = 2,5 +
3,6 2 x 9,8 x 0,4
𝐽ℎ = 118,544 𝑚
Jarak Pandang Henti (Jh) untuk Jalan Antar Kota

Berdasarkan perhitungan di atas bahwa jarak pandang henti (𝐽ℎ ) hitungan adalah sebesar
118,544 m. Sedangkan sesuai dengan tabel di atas bahwa 118,544 m < 120 m, maka jarak
pandang henti (𝐽ℎ ) yang digunakan adalah 120 m

• Jarak Pandang Mendahului (𝐽𝑑 )


Jarak pandang mendahului adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan ketika mendahului
kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula.
Jarak pandang mendahului (𝐽𝑑 ) diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah
105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm.
Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah panjang minimum 30% dari
panjang total ruas jalan tersebut.
𝐽𝑑 dalam satuan meter dan dapat ditentukan sebagai berikut:
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
𝑎 𝑥 𝑡1
𝑑1 = 0,278 x 𝑡1 (𝑉𝑅 − 𝑚 + ), dimana
2

a = 2,052 + 0,0036 x 𝑉𝑅
𝑡1 = 2,12 + 0,026 x 𝑉𝑅
𝑑2 = 0,278 x 𝑉𝑅 x 𝑡2 , dimana
𝑡2 = 6,56 + 0,048 x 𝑉𝑅
𝑑3 = antara 30-100 m
2
𝑑4 = 3 x 𝑑2

Dengan:
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
𝑡1 = waktu (detik)
a = percepatan rata-rata (km/jam/detik)
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan yang disiap (biasanya
kjdhadajjdiambil 10-15 km/jam)
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m)
𝑡2 = waktu kendaraan berada di jalur lawan (detik)
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah
jdhdhejkhberlawanan setelah proses mendahului selesai (m)
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, yang besarnya
sgahsjsjjjdiambil sama dengan 213 d2 (m)

a = 2,052 + 0,0036 x 𝑉𝑅
= 2,052 + 0,0036 x 80
= 2,340
𝑡1 = 2,12 + 0,026 x 𝑉𝑅
= 2,12 + 0,026 x 80
= 4,20
𝑡2 = 6,56 + 0,048 x 𝑉𝑅
= 6,56 + 0,048 x 80
= 10,40
𝑎 𝑥 𝑡1
𝑑1 = 0,278 x 𝑡1 (𝑉𝑅 − 𝑚 + )
2
2,340 𝑥 4,20
= 0,278 x 4,20 (80 − 10 + )
2
= 87,470 m
𝑑2 = 0,278 x 𝑉𝑅 x 𝑡2
= 0,278 x 80 x 10,40
= 231,296 m
𝑑3 = antara 30-100 m

Karena 𝑉𝑅 = 80 km/jam, maka 𝑑3 = 55 m


2
𝑑4 = x 𝑑2
3
2
= 3 x 231,296

= 154,197 m
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 87,470 + 231,296 + 75 + 154,197
= 547,963 m
Tabel jarak pandang mendahului (𝐽𝑑 ) untuk jalan antar kota

Berdasarkan perhitungan di atas, maka didapat jarak pandang mendahului sebesar 547,963 m. .
Sedangkan sesuai dengan tabel di atas bahwa 547,963 m < 550 m, maka jarak pandang
mendahului (𝐽𝑑 ) yang digunakan adalah 550 m

• Perhitungan Panjang Lengkung (Lv) :


• Lengkung vertical 1 (PPV1) = cembung

Berdasarkan jarak pandang henti (𝐽ℎ ) = 120 m

𝐽ℎ < L
𝐴𝐽 ²
ℎ (3,875)(120)²
𝐿 = 399 = = 139,850 𝑚 ( memenuhi )
399
𝐽ℎ > L
399 399
𝐿 = 2𝐽ℎ − 𝐴 = 2(120) − 3,875 = 137,032 𝑚 ( tidak memenuhi)
1
Berdasarkan jarak pandang mendahului (𝐽𝑑 ) = 550 m

𝐽𝑑 < L
𝐴𝐽 ²
𝑑 (3,875)(550)²
𝐿 = 840 = = 1395,461 𝑚 (memenuhi )
840
𝐽𝑑 > L
840 840
𝐿 = 2𝐽𝑑 − 𝐴 = 2(550) − 3,875 = 883,226 𝑚 ( tidak memenuhi)
1

Berdasarkan panjang lengkung berdasarkan kebutuhan drainase


𝐿 ≤ 50 𝐴1
𝐿 ≤ 50 (3,875) = 193,75 𝑚
Berdasarkan panjang lengkung berdasarkan kenyamanan pengemudi (t ≥ 3 detik)

𝐿 ≥ 0,278 × 𝑉 × 𝑡
𝐿 ≥ 0,278 × 80 × 3 = 66,72 𝑚
Berdasarkan bentuk visual lengkung

𝐴1 𝑉²
𝐿≥
380
(3,875 )(80)2
𝐿≥ = 65,263 𝑚
380

𝐽𝑑 𝑑𝑎𝑛 𝐽ℎ < 𝐿

Maka ditentukan panjang lengkung vertical cembung adalah L = 150 m

• Lengkung vertical 2 (PPV2) = cekung

Berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan

𝐽ℎ < L
𝐴2 𝐽ℎ ² 1,785 ×120²
𝐿= = = 47,6 𝑚 ( tidak memenuhi )
120+3,5𝐽ℎ 120+(3,5×120)
𝐽ℎ > L
120+3,5𝐽𝑑 120+3,5(120)
𝐿 = 2𝐽𝑑 − = 2(120) − = −62,521 𝑚 ( memenuhi)
𝐴 2 1,785
Berdasarkan jarak pandang bebas di bawah bangunan
7
𝐽𝑑 < L
𝐴 𝐽 ²
2 𝑑 1,785 ×550²
𝐿 = 3480 = = 155,162 𝑚 ( tidak memenuhi )
3480
𝐽𝑑 > L
3480 3480
𝐿 = 2𝐽𝑑 − = 2(550) − = −849,580 𝑚 ( memenuhi)
𝐴2 1,785

Berdasarkan panjang lengkung berdasarkan kebutuhan drainase


𝐿 = 40 𝐴2
𝐿 = 40 (1,785) = 71,4 𝑚
Berdasarkan bentuk visual lengkung

𝐴2 𝑉²
𝐿≥
380
(1,785 )(80)2
𝐿= = 30,063 𝑚
380

𝐽𝑑 𝑑𝑎𝑛 𝐽ℎ > 𝐿

Maka ditentukan panjang lengkung vertical cekung adalah L = 100 m

• Perhitung elevasi dan stasioning pada lengkung vertical


o Bentuk Lengkung (y)
𝐴1 𝑥² 3,875 (75)²
𝑦= = = 0,727 𝑚
200𝐿 200(150)
o Stasioning pada lengkung cembung
✓ STA PPV1 = 0+ 164.478
𝐴1 𝐿 3,875 (150)
✓ 𝐸𝑉1 = 800 = = 0,727 𝑚
800
✓ Elevasi sumbu jalan PPV1 = El. PPV1-𝐸𝑉1 = 92,607 - 0,727 = 91,880 m
✓ STA PLV1 = STA PPV1 – ½ L = 0+ 164.478 - ½ 150 = 0+89,478
✓ Elevasi PTV1 = Elevasi PPV1 + g1 × ½ L = 92,607 + 1,281 % ½ (150) = 93,568 m
✓ STA PTV1 = STA PPV1 + ½ L = 0+ 164.478 + ½ 150 =0+239,478
✓ Elevasi PTV1 = Elevasi PPV1 - g1 × ½ L = 92,607 + 1,281 % ½ (150) = 91,646 m

Gambar lengkung cembung

o Bentuk Lengkung (y)


𝐴1 𝑥² 1,785 (75)²
𝑦= = = 0,223 𝑚
200𝐿 200(100)
o Stasioning pada lengkung cekung
✓ STA PPV2 = 0+ 583.281
𝐴 𝐿
2 1,785 (100)
✓ 𝐸𝑉1 = 800 = = 0,223 𝑚
800
✓ Elevasi sumbu jalan PPV2 = El. PPV2-𝐸𝑉1 = 81,745+ 0,223 = 81,968 m
✓ STA PLV2 = STA PPV2 – ½ L = 0+ 583.281 - ½ 100 = 0+533.281
✓ Elevasi PTV1 = Elevasi PPV1 + g2 × ½ L = 81,745 + (-0,809) % ½ (100) = 81,341 m
✓ STA PLV1 = STA PPV1 + ½ L = 0+583.281 + ½ 100 =0+633,281
✓ Elevasi PTV1 = Elevasi PPV1 – g2 × ½ L = 81,745 - (-0,809) % ½ (100) =82,150 m

Gambar lengkung cekung

Anda mungkin juga menyukai