Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

PRAKTIK PERENCANAAN JALAN


Semester Genap Tahun Akademik 2019/2020

Disusun oleh :

Kelompok 4 :
Jan Felix Tolongan 180217292

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan Praktik Perancangan Jalan ini dengan baik, dan sesuai
dengan syarat kurikulum Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.

Praktik ini sangat penting bagi mahasiswa Teknik Sipil untuk menunjang
pembangunan Indonesia nantinya, terkhusus mengenai perencanaan jalan. Semoga
laporan ini dapat di gunakan sebagai acuan untuk bahan pembelajaran, petunjuk,
maupun pedoman bagi para pembaca dalam profesi bidang teknik sipil.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Eliza


Purnamasari P., Ir., M.Eng. sebagai dosen mata kuliah Praktik Perancangan Jalan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang sudah membimbing kami dalam proses
penyelesaian laporan ini.

Kesempurnaan itu hanya milik Pencipta. Karena itu, kami sangat menyadari
laporan ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan sebagai masukan yang berguna dalam penyusunan laporan selanjutnya.

Akhirnya kami mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat


bagi kami pribadi khususnya dan rekan-rekan sesama mahasiswa Prodi Teknik Sipil
pada umumnya.

Yogyakarta, 15 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
1. BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Praktik Perancangan Jalan 5
1.3. Rumusan Masalah 6
1.4. Batasan Masalah 6
2. BAB II LANDASAN TEORI 7
2.1. Standar Perencanaan 7
2.1.1. Keadaan Topografi 8
2.1.2. Standar Perencanaan Geometrik Jalan 9
2.1.3. Klasifikasi Lalu Lintas Jalan Raya 9
2.2. Alinemen Horizontal 10
2.3. Alinemen Vertikal 16
2.4. Pengerjaan Galian dan Timbunan 17
2.4.1. Pengerjaan Galian 17
2.4.2. Pengerjaan Timbunan 19
3. BAB III PERHITUNGAN 21
3.1. Perencanaan Alinemen Horizontal 21
3.1.1. Perhitungan Jarak, Sudut Tikungan, dan Koordinat Titik 21
3.1.2. Menghitung Klasifikasi Medan Jalan 22
3.1.3. Perencanaan Tikungan 23
3.2. Perencanaan Alinemen Vertikal 37
3.2.1. Perhitungan Elevasi Tiap Stasiun 38
3.3. Perhitungan Galian dan Timbunan 42

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Jalan adalah prasarana


transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel; Sedangkan menurut
UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan yang diundangkan
setelah UU No 38 mendefinisikan Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu lintas umum,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel

Jalan raya adalah sarana transportasi yang berguna untuk menghubungkan suatu
tempat ke tempat lainnya melalui daratan. Dengan adanya jalan raya akan membantu
memperlancarkan segala kegiatan atau mobilitas masyarakat baik yang berada di
daerah kota maupun di daerah-daerah lainnya akan dapat memperoleh manfaat dengan
adanya jalan raya tersebut. Dengan demikian jalan raya merupakan kebutuhan yang
cukup penting bagi suatu daerah dalam rangka peningkatan pertumbuhan masyarakat,
baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan hankam.

Mengingat begitu pentingnya fungsi jalan raya bagi kehidupan masyarakat, maka
suatu jalan raya harus dirancang dengan baik sehingga dapat berfungsi secara
maksimal. Segala aspek yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
perencanaan dan pelaksanaan suatu pembangunan jalan raya harus mendapat perhatian

1
2

yang serius, seperti perencanaan geometri jalan, desain, kontruksi, perkerasan dan
sebagainya. Selain itu juga harus di adakan peninjauan terhadap aspek permasalahan
sosial, ekonomi, politik, hankam dan sebagainya. Dalam merencanakan geometri jalan
raya, hal pokok yang harus kita tentukan adalah bentuk geometri jalan yang
direncanakan harus dapat melayani fungsinya secara optimal kepada penggunanya.
Standar perencanaan ini meliputi standar kelas jalan yang disusun sesuai kelas jalan
yang dibutuhkan yang meliputi faktor teknik lalu-lintas, ketersediaan dana, aspek-
aspek keamanan dan kenyamanan pemakai jalan,

Mengingat hal-hal yang di atas, maka disusun suatu peraturan perencanaan


sedemikian rupa sehingga memberi kemajuan secara bertahap sesuai dengan kemajuan
daerah dimana proyek tersebut berada. Standar yang digunakan pada perencanaan jalan
raya ini adalah standar perencanaan jalan raya luar kota versi Bina Marga.

Di samping faktor-faktor penting lainnya yang turut pula mempengaruhi terhadap


perencanaan suatu jalan raya yang perlu mendapatkan perhatian penting adalah
timbulnya masalah-masalah sosial, antara lain sebagai berikut:

I.Pembuatan jalan raya harus mendekatkan hubungan dengan masyarakat di


sekitar jalan raya tersebut.
II. Hal-hal yang dapat membuat keakraban masyarakat sekitar
terhadapmpembuatan jalan raya sedapat mungkin dihilangkan. Hal ini
mungkin terjadi pada pembuatan jalan-jalan raya, seperti jalan tol atau
jalan bebas hambatan.
III. Untuk daerah pemukiman permasalahan yang timbul di antaranya
kebisingan, polusi udara, kecelakaan, masalah-masalah pembebasan
tanah atau lahan.

Dalam bidang politik dan hahkam pengaruhnya antara lain akan lebih
menguntungkan karena dengan adanya sarana dan prasarana transportasi akan labih
3

mudah dalam menjaga keamanan di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan


negara nusantara ini.

Pada dasarnya perencanaan geometri merupakan bagian dari perencanaan jalan


raya dimana dimensi yang nyata dari suatu jalan raya beserta bagian-bagiannya
disesuaikan dengan susunan cerita serta sifat-sifat lalu-lintas yang akan melaluinya.

Perencanaan geometri secara umum telah menyangkut aspek-aspek


perencanaan bagian jalan antara lain sebagai berikut :

1. Lebar jalan
2. Tikungan
3. Kelandaian
4. Jarak pandang henti dan menyiap
5. Kondisi dan bagian-bagian tersebut.

Jarak pandang henti adalah jarak dimana kendaraan dapat berhenti dengan aman
(saat pengemudi melihat rintangan hingga kendaraan berhenti sebelum menembak) dan
juga perencanaan pertemuan jalan (intersection atauinterchange) masuk dalam
geometri ini :

1. Intersection : Pertemuan jalan yang sebidang


2. Interchange : Pertemuan jalan yang tidak sebidang

Untuk penempatan lokasi suatu trase jalan dan bagian dari perencanaan sampai
batas tertentu juga di pengaruhi oleh keadaan fisik topografi dan penggunaan suatu
daerah yang dilaluinya.
4

Topografi yaitu peta yang didapat dari pengukuran tentang keadaan permukaan
tanah, tinggi rendahnya permukaan tanah.Peta ini dibuat dari pengukuran detail
alamiah maupun buatan tangan manusia. Kedaan tanah dasar dapat mempengaruhi
lokasi dan bentuk geometri dari suatu jalan, misalnya bila keadaan tanah dasar jelek,
maka perencanaan akan merubah trase jalan atau menghilangkan tanah jelek tersebut
dengan mengganti atau menimbunnya.

Untuk daerah perbukitan atau pegunungan, peta topografi sangat mempengaruhi


dan penting untuk penilaian atau pemilihan lokasi serta penepatan bagian-bagian
lainnya seperti jalan tersebut. Peta topografi dan penggunaan tanah mempunyai arti
yang sangat penting dalam perencanaan gemetri jalan raya. Maka keterangan-
keterangan mengenai hal-hal ini harus didapat dari awal perencanaan survey udara atau
faktor geometri yang akan mempercepat pengumpulan data-data.

Melalui perencanaan geometri jalan ini diharapkan dapat menciptakan paduan yang
baik antara waktu dan ruang sehubungan dengan keadaan yang bersangkutan, sehingga
dapat menghasilkan efisen keamanan serta kenyamanan yang optimal dalam batas-
batas ekonomi yag layak. Di samping itu harus memperhatikan faktor-faktor antara lain
:

1. Nyaman: tidak banyak tikungan, tidak terlalu terjal, tidakterlalu banyak ada
gangguan.
2. Aman : jarang terjadi kecelakaan.
3. Biaya : seefisien mungkin tetapi tetap memperhatikan keamanan.
4. Pendek : dapat dicapai dalam waktu yang singkat.

Jadi perencanaan geometri jalan berhubungan dengan arus lalu-lintas, sedangkan


perencanaan kontruksi berhubungan dengan beban lalu-lintas yang melalui jalan
tersebut. Akan tetapi antara perencanaan geometri dan perencanaan konstruksi ini
mempunyai hubungan yang sangat erat untuk terciptanya perencanaan jalan secara
5

keluruhan (Over all planning). Perencanaan suatu jalan yang lengkap tidak hanya
menyangkut factor keamanan dan kenyamanan serta ekonomis, akan tetapi juga
menyangkut faktor keindahan, sehingga jalan akan memberikan keseimbangan dengan
lingkungan dan pemandangan yang indah.

Dengan demikian haruslah memperhatikan elemen penting dalam perencanaan


geometrik jalan, diantaranya :

• Alinyemen Horizontal (trase jalan)


• Alinyemen Vertikal (penampang memanjang jalan)
• Pekerjaan galian dan timbunan badan jalan

1.2 Tujuan Praktik Perancangan Jalan

Dari praktik perancangan jalan, didapati tujuan yang ingin dicapai sebagai
berikut :

1. Mengetahui dan memahami cara merancang trase jalan dari titik A


sampai titik B berdasarkan peta topografi yang tersedia.
2. Mengetahui gambaran profil memanjang dan diagram superelevasi
yang sumbu putarnya as jalan.
3. Dapat manggambar profil melintang setiap jarak 50 meter pada bagian
lurus dan 25 meter pada bagian lengkung.
4. Mengetahui cara menghitung elevasi pada tepi-tepi perkerasan dan
sumbu/as jalan pada semua profil.
5. Mengetahui cara menghitung jumlah volume galian dan timbunan.
6

1.3 Rumusan Masalah

Dari hasil praktik perancangan jalan yang telah diamati, didapati rumusan masala
sebagai berikut

1. Bagaimana cara merancang trase jalan dari titik A sampai titik B


berdasarkan peta topografi yang tersedia?
2. Bagaimana gambaran profil memanjang dan diagram superelevasi
yang sumbu putarnya as jalan?
3. Bagaimana cara manggambar profil melintang setiap jarak 50 meter
pada bagian lurus dan 25 meter pada bagian lengkung?
4. Bagaimana cara menghitung elevasi pada tepi-tepi perkerasan dan
sumbu/as jalan pada semua profil?
5. Bagaimana cara menghitung jumlah volume galian dan timbunan

1.4 Batasan Masalah

1. Kelas jalan adalah klas II C

2. Koordinat titik A (dalam meter) adalah (10.500 , 5.800)

3. Azimut titik A adalah 30ᵒ

4. Elevasi rencana permukaan jalan di titik A pada timbunan setinggi 0,75


meter.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Standar Perencanaan


Perencanaan geometrik jalan merupakan perencanaan rute suatu ruas jalan secara
menyeluruh, termasuk beberapa komponen jalan yang dirancang berdasarkan
kelengkapan data-data dasar, hasil survey lapangan, dan kemudian dianalis
berdasarkan acuan persyaratan perencanaan geometrik yang berlaku. (Saodang,2010).
Selain itu perencanaan geometrik jalan merupakan perencanaan route dari suatu ruas
jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan
dan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survey lapangan dan telah dianalisis,
serta mengacu pada ketentuan yang berlaku. (Shirley L.Hendarsin 2000).
Menurut Sukirman (1999), perencanaan konstruksi jalan raya membutuhkan data-
data perencanaan yang meliputi data lalu lintas, data penyelidikan material dan data
penunjang lainnya. Semua data ini sangat diperlukan dalam merencanakan suatu
konstruksi jalan raya karena data ini memberikan gambaran yang sebenarnya dari
kondisi suatu daerah dimana ruas jalan ini akan dibangun. Dengan adanya data-data ini
kita dapat menentukan geometrik dan tebal perkerasan yang diperlukan dalam
merencanakan suatu konstruksi jalan raya. Kondisi jalan yang bagus adalah kondisi
jalan jalan yang mampu melayani arus barang dan jasa dengan baik, dalam segi
kapasitas maupun kualitas jalan tersebut. Secara umum perancangan jalan meliputi
perencanaan geometrik jalan dan perencanaan struktur jalan. Perencanaan struktur
jalan dibagi menjadi 2 menurut (Departemen Pekerjaan Umum 1987) yaitu :
• Perencanaan Perkerasan jalan baru (New Construction)
• Peningkatan perkerasan jalan lama (Overlay)

Pembangunan jalan raya harus pula diperhitungkan kemungkinan pengembangan


yang akan terjadi di sekitar jalan raya tersebut, perubahan alinyemen dan desain

7
8

geometri akan menjadi sangat sulit karena biaya sangat mahal, oleh karena itu ketelitian
perencanaan sangat diperlukan. Dengan mempertimbangkan keistimewaan dan kondisi
sekitar jalan raya yang sangat beragam, toleransi yang cukup besar harus diterapkan
pada penggunaan spesifikasi dalam perencanaan ini.

2.1.1. Keadaan Topografi


Keadaan Topografi/medan yang akan duganakan untuk perencanaan
pembangunan jalan terbagi dalam tiga golongan umum yang dibedakan
menurut besarnya lereng melintang dalam arah yang kurang lebih tegak lurus
sumbu jalan raya.

Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang adalah sebagai berikut :

No. Golongan Medan Lereng Melintang


1 Datar (D) 0 sampai 9,9 %
2 Perbukitan (B) 10,0 sampai 24,5 %
3 Pegunungan (G) ≥ 25,0 %
9

2.1.2. Standar Perencanaan Geometrik Jalan

2.1.3. Klasifikasi Lalu Lintas Jalan Raya


Menurut fungsinya jalan raya dibagi menjadi 3 golongan, yaitu jalan
Primer, jalan sekunder dan jalan raya penghubung.

a. Jalan Primer adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara
kota-kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat
ekspor. Jalan-jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk
melayani lalu lintas yang sangat cepat dan berat.
10

b. Jalan Skunder adalah jalan raya yang melayani arus lalu lintas yang cukup
tinggi antara kota-kota besar dan kota-kota yang lebih kecil, serta
melayani daerah di sekitarnya.
c. Jalan Penghubung adalah jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang
juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan
yang sama atau berlainan.

2.2. Alinemen Horizontal


Alinemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal
yang terdiri dari garis-garis yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung
(Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Silvia Sukirman)

Ada tiga jenis Lengkung Horizontal, yaitu :

1. Lengkung busur lingkaran (Circle-Circle : C-C)


Dipergunakan pada radius lengkung yang besar, dimana superelevasi yang
dibutuhkan ≤ 3%
2. Lengkung busur Lingkaran dengan peralihan (Spiral-Circle-Spiral : S-C-S)
Dipergunakan pada radius lengkung yang lebih kecil, dimana superelevasi yang
dibutuhkan > 3%, memiliki lengkung peralihan sehingga mengurangi kesan
patah pada perubahan kemiringan melintang.
3. Lengkung Peralihan ( Spiral –Spiral : S – S ).
Merupakan lengkung horizontal tanpa busur lingkaran. Radius untuk jenis ini
adalah radius yang menghasilkan kelandaian relatif < Kelandaian relatif
maksimum.

Dalam menemukan bentuk lengkung peralihan yang paling sesuai, secara


teoritis dapat dilakukan dengan peninjauan terhadap gerakan kendaraan di
tikungan. Lengkung peralihan yang paling sesuai dengan lintasan kendaraan yang
sebenarnya adalah spiral - circle - spiral. Lengkung peralihan diletakkan antara
11

bagian lurus dan bagian lingkaran (circle) yaitu sebelum dan sesudah tikungan
berbentuk busur lingkaran.

Tidak semua tikungan dapat menggunakan lengkung spiral-circle-


spiral. Semuanya tergantung pada jari-jari lingkaran (R) yang digunakan dan
Δ-nya. Untuk memilih perencanaan suatu tipe tikungan control harus tetap
dilakukan. Kontrol terhadap tipe tikungan yang akan direncanakan, disajikan
ringkas dalam flow chart adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Flow Chart Pemilihan Bentuk Alinemen Horizontal

Sumber: Departemen Pekerjaan Uumum, 1997


12

1. Flow Chart Lengkung Busur Lingkaran Sederhana (Full-Circle: F-C)

Gambar 2.2 Flow Chart Pemilihan Bentuk Alinemen Horizontal (Full-Circle: F-C)
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 1997
13

Rumus perhitungan untuk bentuk Full circle :


T = R tg 0,5 ∆
E = T tg 0,25 ∆
E = √ ( R2 + T2 ) – R
= R ( Sec 0,5 ∆ - 1 )
L = 0,01745. ∆ . R

Vr (Km/Jam)806050403021Jari-jari minimum (m)21011580503015


Keterangan :
PI Sta = Nomor stasiun (Point of Intersection)
V = Kecepatan rencana (ditetapkan) (km/jam)
R = Jari-jari (ditetapkan) (m)
∆ = Sudut tangen (diukur dari gambar trase dalam derajat)
TC = Tangen circle
CT = Circle tangen
T = Jarak antara TC dan PI (dihitung - meter)
L = Panjang bagian tikungan (dihitung – meter)
E = Jarak PI ke lengkung peralihan (dihitung – meter)
14

2. Flow Chart Lengkung Busur Lingkaran dengan Lengkung Peralihan (Spiral-


Circle-Spiral: S-C-S) dan Lengkung Peralihan (Spiral-Spiral: S-S)

Gambar 2.3 Flow Chart Pemilihan Bentuk Alinemen Horizontal


(Spiral-Circle-Spiral: S-C-S) dan (Spiral-Spiral: S-S)
Sumber: Departemen Pekerjaan Uumum, 1997
15

Rumus-rumus yang dipergunakan untuk lengkung Spiral-Circle-Spiral adalah :


D = 1432,40 : R
∆c = ∆ - 2 𝜃S
Lc = ∆c . 2 𝜋 Rc : 3600
L = Lc + 2 LS
TS = ( Rc + p ) tg 0,5 ∆ + k
ES = ( Rc + p ) sec 0,5 ∆ - Rc

Bentuk tikungan jenis spiral-spiral dipergunakan pada tikungan yang tajam. Adapun
rumus-rumusnya semua sama seperti rumus-rumus untuk bentuk tikungan spiral-
circle-spiral, hanya yang perlu diingat bahwa :
∆c = 0 , maka ∆= 2 ∆S
Lc = 0
Lc = 0 , maka L = 2 LS
LS = 2 𝜋 R . 2 𝜃S : 3600, maka L = 𝜃S. R : 28,648
Harga: p = p* . LS
k = k* . LS
Dengan mengambil harga p* dan k* dari tabel AASHTO 25
TS=( R + p ) tg 0,5 ∆ + k dan ES=( R + p ) sec 0,5 ∆ - R
R = V2 / 127 ( e + fm )

Keterangan :
PI sta = Nomor stasiun
d = Jarak PI ke PI yang lain
V = Kecepatan rancana (ditetapkan)
∆ = Diukur dari gambar trase
R = Jari-jari (ditetapkan)
LS = Panjang lengkung spiral
Lc = Panjang lengkung circle
Bila Lc< 20 maka bentuk tikungannya adalah Spiral-spiral
16

Tabel 2.1 Daftar Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang

2.3. Alinemen Vertikal


1. Umum
Alinyemen vertikal sangat erat hubungannya dengan besarnya biaya
pembangunan,biaya penggunaan kendaraan serta jumlah kecelakaan lalu-
lintas. Dalam menetapkan besarnya landai jalan harus di ingat bahwa sekali
suatu landai digunakan,maka jalan sukar di-upgrade dengan landai yang lebih
kecil tanpa perubahan yang mahal. Alinyemen harus idrencanakan sebaik-
baiknya dengan sebanyak-banyaknya mengikuti medan sehingga dapat
menghasilkan jalan yang harmonis dengan alam sekelilingnya.
17

2. Landai Maksimumum
Dalam perencanaan landai perlu diperhatikan panjang landai tersebut yang
masih tidak menghasilkan pengurangan kecepatan yang dapat menggangu
kelancaran jalannya lalu-lintas. Panjang maksimum landai yang masih dapat
diterima tanpa mengakibatkan gangguan jalannya arus lalu –lintas yang berati
atau biasa disebut dengan istilah panjang kritis landai,dalah panjang yang
mengakibatkan pengurangan kecepatan maksimum sebesar 25 km/jam.

Panjang kritis landai tersebut adalah sebagai berikut :

Apabila pertimbangan biaya pembangunan memaksa panjang kritis tersebut


boleh dilampaui, dengan ketentuan bahwa bagian jalan diatas.

2.4. Pengerjaan Galian dan Timbunan Jalan


2.4.1. Pengerjaan Galian
Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan
selokan, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong,
pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak
terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan
pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan
pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan
perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan umumnya untuk
pembentukan profil dan penampang badan jalan.
18

Pekerjaan galian dapat berupa :


1. Galian Biasa
Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai
galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan
galian perkerasan beraspal.
2. Galian Batu
Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau
lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya tersebut adalah tidak praktis
digali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan
peledakan. Galian ini tidak termasuk galian yang dapat dibongkar dengan
penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat
maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK.
3. Galian Struktur
Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.
Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu
tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.
Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok
penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya.
Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan kembali dengan bahan
yang disetujui, pembuangan bahan galian yang tidak terpakai, semua
keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong,
pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.
4. Galian Perkerasan Beraspal
Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan lama dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold
Milling Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa
pemanasan).
19

2.4.2. Pengerjaan Timbunan


Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan
dan timbunan pilihan di atas tanah rawa. Timbunan pilihan akan digunakan
sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung
tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana
bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat
juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan
jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan
untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor
yang kritis. Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk
melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air.
1. Kondisi tempat kerja
• Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering
segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan,
dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang
yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan
air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai
drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari
tempat kerja harus dibuang ke dalam sistim drainase permanen.
• Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan
pemadatan.
2. Pengembalian bentuk pekerjaan setelah pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian
kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor
dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan
yang disyaratkan.
20

3. Cuaca yang dijinkan untuk bekerja


Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau
bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.
BAB III

PERHITUNGAN

3. A
3.1. Perencanaan Alinyemen Horizontal
3.1.1. Perhitungan Jarak, Sudut Tikungan, dan Koordinat Titik

1. Jarak A – C (d1), C – D (d2) dan Tikungan I (β1)


• Jarak A – C (d1) = 310 m = 0,310 km
• Jarak C – D (d2) = 578 m = 0,578 km
• Sudut Tikungan I (β1) = 300
2. Jarak D – B (d3) dan Tikungan II (β2)
• Jarak D – B (d3) = 208 m = 0,208 km
• Sudut Tikungan II (β2) = 350
3. Jarak Total (dTotal)
• Jarak A – B (dTotal) = 1096 m = 1,096 km
4. Koordinat Titik
• Titik A = (10.500,5.800)
• Titik C = X = 10.500 + 310 cos 30 = 10.768,467
= Y = 5.800 + 310 sin 30 = 5955

Titik C = ( 10.768,467; 5955)

• Titik D = X = 10.768,467 + 578 = 11346,467


= Y = 5955

Titik D = (11346,467; 5955)

• Titik B = X = 11346,467 + 208 cos 35 = 11516,851


= Y = 5955 – 208 sin 35 = 5835,696
Titik B = (11516,851; 5835,696)

21
22

3.1.2. Menghitung Klasifikasi Medan Jalan

Daerah Ketinggian Beda Kelandaian

Titik Stasiun Penguasaan Kiri Kanan Tinggi Melintang


A 10 + 195 30 59,8 61,3 1,5 5
1 10 + 245 30 60,1 61,7 1,6 5,333333333
2 10 + 295 30 60,9 62,3 1,4 4,666666667
3 10 + 345 30 62,9 63,6 0,7 2,333333333
4 10 + 395 30 64,4 66,9 2,5 8,333333333
5 10 + 445 30 65,3 66,8 1,5 5
6 10 + 495 30 63,6 63,7 0,1 0,333333333
7 10 + 545 30 63 62,5 0,5 1,666666667
8 10 + 595 30 62,9 63 0,1 0,333333333
9 10 + 645 30 63,4 63,2 0,2 0,666666667
10 10 + 695 30 64 64,3 0,3 1
11 10 + 745 30 64 64,5 0,5 1,666666667
12 10 + 795 30 64 64,4 0,4 1,333333333
13 10 + 845 30 64 64,5 0,5 1,666666667
14 10 + 895 30 64,7 64,4 0,3 1
15 10 + 945 30 64,2 64 0,2 0,666666667
16 10 + 995 30 64,9 65,6 0,7 2,333333333
17 11 + 045 30 66 66,3 0,3 1
18 11 + 095 30 66,8 66,7 0,1 0,333333333
19 11 + 145 30 67 67,5 0,5 1,666666667
20 11 + 195 30 65,2 64 1,2 4
21 11 + 245 30 63,3 62,5 0,8 2,666666667
B 11 + 291 30 62,7 62 0,7 2,333333333
Rata-rata 2,405797101
Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang yang bersangkutan adalah
sebagai berikut:
Golongan medan lereng melintang
- Datar (D) 0 sampai 9.9%
- Perbukitan (B) 10 sampai 24.9%
- Pegunungan (G) >25.0%
karena 2,4057% < 9.9% maka termasuk golongan Medan Datar (D)
23

3.1.3. Perencanaan Tikungan


1. Perencanaan Tikungan I
- Vrencana (Vr) = 60 km/jam
- emaks = 10%
- Δ1 = 300
- Jalan raya kelas II C
- Direncanakan dengan bentuk tikungan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
- Rrenc. (R) = 160 m

Langkah Perhitungan

• Menghitung Rmin

fmax = -0,00065.V + 0,192….(untuk Vr < 80 km/jam)

= -0,00065.60 + 0,192

= 0,153

𝑉2
Rmin =
127.(𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠+𝑓𝑚𝑎𝑘𝑠)

602
=
127.(0,1+ 0,153)

= 112,0413 m

R > Rmin…..OK

• Menghitung Өs, Δc, dan Lc


R = 160 m ( Diambil dari Tabel 3.1 Daftar Panjang minimum
e = 0,091 spiral dan kemiringan melintang)
Ls = 60 m
24

𝐿𝑠 360
Өs = ×
2𝑅 2𝜋

60 360
= ×
2.160 2𝜋

= 10,74°

∆𝑐 =∆ - (2 x 𝜃𝑠)

= 30o – (2 x 10,74)

= 8,52o

∆𝑐
Lc = x 2𝜋 x R
360

8,52
= x 2𝜋 x 160
360

= 23,79 m

Syarat tikungan jenis S-C-S

∆c > 0° = 8,52° > 0°…………….(ok)


Lc > 20 m = 23,79 m > 20 m……(ok)

• Menghitung besaran-besaran tikungan

𝐿2
Ys =
6𝑅𝑐

602
=
6.160

= 3,75 m
25

𝐿3
Xs = 𝐿 −
40𝑅𝑐 2

603
= 60 −
40.1602

= 59,789 m

𝜃𝑠 = 10,74° → p* = 0,01560106

k* = 0,49941464

p = p*.Ls

= 0,01560106 . 60

= 0,9361 m

k = k*.Ls

= 0,49941464 . 60

= 29,9649 m


Es = (Rc + p) sec − 𝑅𝑐
2

30
= (160 + 0,9361) sec − 160
2

= 6,6133 m


Ts = (Rc + p) tan +𝑘
2

30
= (160 + 0,9361) tan + 29,9649
2

= 73,0876 m
26

L = Lc + (2 x Ls)

= 23,79 + (2 x 60)

= 143,79 m

Kontrol perhitungan:
2 x Ts > L
2 x 73,0876 > 143,79 m
146,1752 m > 143,79 m.................... (Tikungan S – C – S bisa digunakan)

Data Tikungan S-C-S

∆ = 30°
emaks = 10%
V = 60 km/jam
R = 160 m
Ls = 60 m
e = 0,091
𝜃𝑠 = 10,74°
∆𝑐 = 8,52°
Lc = 23,79 m
Ys = 3,75 m
Xs = 59,789 m
p = 0,9361 m
k = 29,9649 m
Es = 6,6133 m
Ts = 73,0876 m
Ltot = 143,79 m
27

• Diagram Superelevasi

Gambar 3.1 Diagram Superelevasi Tikungan I


28

• Lengkung Horizontal

Gambar 3.2 Lengkung Horizontal Tikungan I


29

• Stationing Tikungan I

Sta A = Sta 10 + 195

Sta TS = Sta A + (d1) – TS

= Sta 10 + 195 + 310 - 73,0876

= Sta 10 + 431,9124

Sta SC = Sta TS + ½ Lc + Ls

= Sta 10 + 431,9124 + ½ 23,79 + 60

= Sta 10 + 503,8074

Sta ST = Sta TS + Ltotal

= Sta 10 + 431,9124 + 143,79

= Sta 10 + 575,7024

2. Perencanaan Tikungan II
- Vrenc. (Vr) = 60 km/jam
- emaks = 10%
- Δ2 = 350
- Jalan raya kelas II C
- Direncanakan dengan bentuk tikungan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
- Rrenc. (R) = 180 m

Langkah Perhitungan
• Menghitung Rmin
fmax = -0,00065.V + 0,192….(untuk Vr < 80 km/jam)
= -0,00065.60 + 0,192
= 0,153
30

𝑉2
Rmin =
127.(𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠+𝑓𝑚𝑎𝑘𝑠)
602
=
127.(0,1+ 0,153)
= 112,0413 m
R > Rmin…..OK

• Menghitung Өs, Δc, dan Lc


R = (180 m dari Tabel Daftar Panjang minimum spiral
Diambil
e = 0,086
Ls = dan
60 mkemiringan melintang)
𝐿𝑠 360
Өs = ×
2𝑅 2𝜋
60 360
= ×
2.180 2𝜋
= 9,55°
∆𝑐 =∆ - (2 x 𝜃𝑠)
= 35o – (2 x 9,55)
= 15,9o

∆𝑐
Lc = x 2𝜋 x R
360
15,9
= x 2𝜋 x 180
360

= 49,9513 m

Syarat tikungan jenis S-C-S

∆c > 0° = 15,9° > 0°…………….(ok)


Lc > 20 m = 49,95 m > 20 m……(ok)
31

• Menghitung besaran-besaran tikungan


𝐿2
Ys =
6𝑅𝑐
602
=
6.180
= 3,3333 m

𝐿3
Xs =𝐿−
40𝑅𝑐 2
603
= 60 −
40.1802

= 59,8333 m
𝜃𝑠 = 9,55 ° → p* = 0,0138761
k* = 0,49953725
p = p*.Ls
= 0,0138761 . 60
= 0,8326 m

k = k*.Ls
= 0,49953725 . 60
= 29,9722 m


Es = (Rc + p) sec − 𝑅𝑐
2
35
= (180 + 0,8326) sec − 180
2

= 9,6092 m
32


Ts = (Rc + p) tan +𝑘
2
35
= (180 + 0,8326) tan + 29,9722
2

= 86,9885 m

L = Lc + (2 x Ls)
= 49,95 + (2 x 60)
= 169,95 m
Kontrol perhitungan:
2 x Ts > L
2 x 86,9885 > 169,95 m
173,977 m > 169,95 m.................... (Tikungan S – C – S bisa digunakan)

Data Tikungan S-C-S


∆ = 35°
emaks = 10%
V = 60 km/jam
R = 180 m
Ls = 60 m
e = 0,086
𝜃𝑠 = 9,55°
∆𝑐 = 15,9°
Lc = 49,9513 m
Ys = 3,3333 m
Xs = 59,8333 m
p = 0,8326 m
k = 29,9722 m
Es = 9,6092 m
Ts = 86,9885 m
Ltot = 169,95 m
33

• Diagram Superelevasi

Gambar 3.3 Diagram Superelevasi Tikungan II


34

Gambar 3.1 Diagram Superelevasi Tikungan I

• Lengkung Horizontal

Gambar 3.4 Lengkung Horizontal Tikungan II


35

• Stationing Tikungan II
Sta C = Sta 10 + 505
Sta TS = Sta C + (d2) – TS
= Sta 10 + 505 + 578 - 86,9885
= Sta 10 + 996,0115
Sta SC = Sta TS + ½ Lc + Ls
= Sta 10 + 996,0115+ ½ 49,9513 + 60
= Sta 11 + 80,98715
Sta ST = Sta TS + Ltotal
= Sta 10 + 996,0115+ 169,9513
= Sta 11 + 165,9628
36

Trase Jalan
37

3.2. Perencanaan Alinemen Vertikal

Gambar 3.5 Alinemen Vertikal

Elevasi
Rencana

Gambar 3.6 Elevasi Rencana Lengkung 1


38

Elevasi
Rencana

Gambar 3.7 Elevasi Rencana Lengkung 2

3.2.1. Perhitungan Elevasi Tiap Stasiun


1. Lengkung PVI-1 (Cembung)

Data :
• Sta A = 10 + 195
• Elevasi A = 63 m
• Sta PVI-1 = 10 + 595
• Elevasi PVI-1 = 64 m
• Sta PVI-2 = 10 + 945
• Elevasi PVI-2 = 64 m
• Elevasi B = 62,5 m
Kelandaian antara Sta A dengan Sta PVI-1 (g1):
Elev PVI1−Elev A
g1 = x 100%
Sta PVI1−Sta A
64−63
= 10595−10195 x 100%

= 0,25 %
39

Kelandaian antara Sta PVI-1 dengan Sta PVI-2 (g2):


Elev PVI2−Elev PVI1
g2 = x 100%
Sta PVI2−Sta PVI1
64−64
= 10945−10595 x 100%

=0%

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 195


0,25
= 64 – (10595-10195) 100
= 63 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 245


0,25
= 64 – (10595 – 10245) 100
= 63,125 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 295


0,25
= 64 – (10595-10295) 100
= 63,25 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 345


0,25
= 64 – (10595-10345) 100
= 63,375 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 395


0,25
= 64 – (10595-10395) 100
= 63,5 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 445


0,25
= 64 – (10595-10445) 100
= 63,625 m
40

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 495


0,25
= 64 – (10595-10495) 100
= 63,75 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 545


0,25
= 64 – (10595-10545) 100
= 63,875 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 595


0,25
= 64 – (10595-10595) 100
= 64 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 645


0
= 64 + (10645-10595) 100
= 64 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 695


0
= 64 + (10695-10595)
100
= 64 m
• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 745
0
= 64 + (10745-10595) 100
= 64 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 795


0
= 64 + (10795-10595) 100
= 64 m

2. Lengkung PVI-2 (Cembung)

Data :
• Sta A = 10 + 195
• Elevasi A = 63 m
• Sta PVI-1 = 10 + 595
• Elevasi PVI-1 = 64 m
• Sta PVI-2 = 10 + 945
41

• Elevasi PVI-2 = 64 m
• Elevasi B = 62,5 m
Kelandaian antara Sta PVI-1 dengan Sta PVI-2 (g2):
Elev PVI2−Elev PVI1
g2 = x 100%
Sta PVI2−Sta PVI1
64−64
= 10945−10595 x 100%

=0%

Kelandaian antara Sta PVI-2 dengan Sta B (g3):


Elev B−Elev PVI2
g3 = x 100%
Sta B−Sta PVI2
62,5−64
= 11295−10945 x 100%

= -0,4286 %
• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 845
0
= 64 + (10845-10595) 100
= 64 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 895


0
= 64 + (10945-10895) 100
= 64 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 945


0
= 64 + (10945-10945) 100
= 64 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 10 + 995


−0,4286
= 64 - (10945-10995) 100
= 63,7857 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 11 + 045


−0,4286
= 64 - (10945-11045) 100
= 63,5714 m
42

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 11 + 095


−0,4286
= 64 - (10945-11095) 100
= 63,3571 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 11 + 145


−0,4286
= 64 - (10945-11145) 100
= 63,1428 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 11 + 195


−0,4286
= 64 - (10945-11195) 100
= 62, 9285 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 11 + 245


−0,4286
= 64 - (10945-11245) 100
= 62, 7142 m

• Elevasi Sumbu Jalan Sta 11 + 291


−0,4286
= 64 - (10945-11295) 100
= 62, 5 m

3.3. Perhitungan Galian dan Timbunan

Lebar Perkerasan 2 x 3,0 m


Lebar bahu jalan 2 x 1,5 m

Ketinggian Luas (m^2) Jarak Volume (m^3) Mass


Stasiun
Kiri Tengah Kanan Timbunan Galian (m) Timbunan Galian Diagram
10 + 195 F2,8 2,6 F2,5 23,625 0 0
50 1153,13 0
10 + 245 F2,725 2,525 F2,225 22,5 0 -1153,1
50 1040,63 0
10 + 295 F2,25 2,15 F1,95 19,125 0 -2193,8
50 562,5 0
10 + 345 F0,475 0,375 F0,275 3,375 0 -2756,3
43

50 56,25 341,25
10 + 395 C1,6 2,4 C2,7 0 20,48 -2471,3
50 0 928,13
10 + 445 C1,875 1,875 C1,775 0 16,65 -1543,1
50 45 277,5
10 + 495 F0,15 0,45 F0,15 2,7 0 -1310,6
50 371,25 0
10 + 545 F1,475 1,275 F1,375 12,15 0 -1681,9
50 590,625 0
10 + 595 F1,1 1,5 F1 11,475 0 -2272,5
50 438,75 0
10 + 645 F0,6 0,7 F0,7 6,075 0 -2711,3
50 101,25 15
10 + 695 0 0,1 C0,2 0 0,9 -2797,5
50 0 61,875
10 + 745 0 0,3 C0,1 0 1,575 -2735,6
50 0 78,75
10 + 795 0 0,2 C0,3 0 1,575 -2656,9
50 0 95,625
10 + 845 0 0,3 C0,4 0 2,25 -2561,3
50 0 101,25
10 + 895 C0,2 0,3 0 0 1,8 -2460
50 0 73,125
10 + 945 C0,1 0,2 0 0 1,125 -2386,9
50 0 306,97
10 + 995 C1,114 1,214 C1,4143 0 11,15 -2079,9
50 0 842,15
11 + 045 C2,329 2,529 C2,6286 0 22,53 -1237,8
50 0 1377,3
11 + 095 C3,643 3,643 C3,5429 0 32,56 139,583
50 0 1676,3
11 + 145 C3,457 3,957 C3,9572 0 34,49 1815,86
50 0 1058,3
11 + 195 C0,971 0,871 C0,7715 0 7,843 2874,19
50 0 216,19
11 + 245 C0,186 0,086 0 0 0,804 3090,38
50 33,75 13,402
11 + 295 0 0,2 F0,5 2,025 0 3070,03
Total 4393,13 7463,2
44

• Contoh Perhitungan :
Sta 10 + 195

Gambar 3.8 Bentuk Tampang Sta 10 + 195

2,8+2,6 2,6+2,5
Luas (Timbunan) =( x 4,5) + ( x 4,5)
2 2

= 23,625 m2
45

• Mass Diagram

Gambar 3.9 Mass Diagram

Anda mungkin juga menyukai