Anda di halaman 1dari 36

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan adalah prasarana transportasi darat, tempat perlintasan bagi orang,
kendaraan, dan sebagainya. Prasarana tersebut seperti bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Prasarana infrastruktur fisik dan sosial adalah dapat didefinisikan sebagai
kebutuhan dasar fisik pengorganisasian system stuktur yang diperlukan untuk
jaminan sector public dan sector privat sebagai layanan dan fasilitas yang
diperlukan agar perkonomian dapat berfungsi dengan baik. Bangunan adalah
struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara
permanen di suatu tempat, bangunan juga biasa disebut dengan rumah atau Gedung,
yaitu segala sarana, prasarana atau infarstuktur dalam kebudayaan atau kehidupan
manusia dalam membangun peradabannya. Lalu lintas dalam Undang-undang No.
22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang Lalu
Lintas Jalan, sedangkan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, atau barang yang berupa jalan
dan fasilitas pendukung.
Jalan adalah salah satu prasarana perhubungan darat yang mempunyai peranan
penting bagi pertumbuhan perekonomian, sosial budaya, pengembangan wilayah
pariwisata, dan pertahanan keamanan untuk menunjang pembangunan nasional.
Transportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan suatu negara
khususnya didaerah yang sedang berkembang dan sangat potensial dengan
kekayaan sumber daya alam, industry, pertanian atau perkebunan, dan minyak
bumi. Dalam hal ini sarana dan prasarana transportasi salaha satu faktor yang
utama. Untuk itu diperlukan pembangunan jaringan jalan yang memadai agar

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
mampu memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan kapasitas yang
diperlukan.
Perencanaan geometri jalan juga merupakan bagian perencanaan jalan yang
dititik beratkan pada bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan
yaitu, memberikan pelayanan yang optimal pada arus lalu lintas. Dalam lingkup
perencanaan geometri tidak masuk perencanaan tebal pekerasan jalan walaupun
dimensi perkerasan yang merupakan bagian perencanaan geometri sebagai bagian
dari perencanaan yang seutuhnya, demikian pula dengan drainase jalan.
Yang menjadi dasar perencanaan geometri jalan adalah sifat gerakan dan ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan
karakteristik arus lalu lintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan
perencanaan, sehingga dihasilkan bentuk-bentuk dan ukuran jalan serta ruang
kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
Jadi perencanaan geometri jalan sangat diperlukan agar nantinya jalan yang
terlah direncanakan dan direalisasikan dapat berjalan dengan baik. Dengan
mempertimbangkan beberapa factor yang meliputi: volume atau sejumlah lalu
lintas, kecepatan rencana lalu lintas, sifat fisik jalan pengemudi, kendaraan yang
bersangkutan, jarak pandang pengendara dan cuaca. Selain itu, ada pengaruh yang
harus dipertimbangkan seperti topografi dan kapasitas. Topografi ,meliputi
tikungan, tanjakan, trase, bentuk penampang lintang jalan. Sedangkan kapasitas
meliputi kapatitas dasar, kapasitas rencana, kapasitas kamanan dan kapasitas
kemungkinan.
1.2 Rumusan Masalah
a) Mengetahui jenis topografi rencana jalan raya.
b) Menentukan besar sudut tikungan.
c) Mengetahui jenis lengkungan peralihan.
d) Menentukan kemiringan pada aliyemen vertikal.
1.3 Manfaat
Manfaat dari adanya perencanaan Geometri Jalan adalah penyusun dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang Geometri Tikungan serta penyusun
dapat mendesain atau melakukan sebuah perencanaan Geometri Jalan dengan
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan Geometri Jalan serta sesuai
dengan aturan standart yang berlaku di Indonesia (AASHTO dan Bima Marga).

1.4 Batasan
1.4.1 Tidak untuk diterapkan pada suatu lokasi
Sebuah perencanaan Geometri Jalan yang telah disusun dan di teliti
olehpenyusun ini tidak untuk diterapkan pada suatu lokasi karena
perencanaan ini hany bersifat sebagai pembelajaran.
1.4.2 Perhitungan dan gambar dilakukan menual tanpa adanya bantuan software
Perhitungan dan gambar dilakukan manual tanpa adanya bantuan
software ini dikarenakan penyusun dituntut untuk belajar dan memahami
tentang sebuah perencanaan Geometri Jalan. Jika dilakukan menggunakan
bantuan software maka ditakutkan tujuan utnuk dapat memahami tersebut
tidak tercapai dengan baik.

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Perencanaan Geometri Jalan Raya
Perencanaan Geometri adalah bagian dari perencanaan jalan dimana bentuk dan
ukuran yang nyata dari suatu jalan yang direncanakan beserta bagian-bagiannya
disesuaikan dengan kebutuhan serta sifat lalu lintas yang ada. Dalam perencanaan
jalan raya, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian sehingga ajaln raya
bersangkutan dapat memberikan pelayanan uang optimal kepada lalu lintas sesuai
dengan fungsinya (PPGJR No. 13/1970).
Tujuan dari perencanaan geometrik ini adalah utnuk mendapatkan keseraguman
dalam merencanakan geometrik jalan antar kota, guna menghasilkan geometrik
jalan yang memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pemakai
jalan, badan ajalan yang terdiri dari bahu jalan dan jalur lalu lintas, tikungan,
drainase, kelandaian jalan serta galian dan timbunan.
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat, gerakan, ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerakan kendaraannya dan
karakteristik lalu lintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan
perencanaan sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak
kendaraan yang memenuhi tingkat keamanan dan kenyamanan yang diharapkan.
Perencanaan kontruksi jalan raya membutuhkan data-data perencanaan yang
meliputi data lalu lintas, data topografi, data penyelidikan tanah, data penyelidikan
material dan data penunjang lainnya. Semua data ini sangat diperlukan dalam
merencanakan suatu kontruksi jalan raya, karena data ini memberikan gambaran
yang sebenarnya dari kondisi suatu daerah dimana ruas jalan ini akan dibangun.
Dengan adanya data-data ini, kita dapat menentukan suatu kontruksi jalan raya.

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
2.2 Pengertian Jalan Raya
Jalan raya adalaha jalan utama yang menghubungkan antara suatu wilayah
dengan wilayah lainnya dalam sector perhubungan terutama untuk kesinambungan
distribusi barang dan jasa. Penggunaan jalan raya sendiri juga diatur dalam undang-
undang yang disepakati. Bedasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan,
disebutkan jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan air serta diatas permukaan air kesuali jalan kereta api, jalan
lari, dan jalan kabel. Sedangkan bedasarkan UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang diundangkan setelah UU No 38 mendefinisikan,
jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu linas umum, yang berada pada
permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, dan air serta
diats permukaan air kecuali jalan rel dan kabel.
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis kontruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan palayanan
yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari
perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infastruktur yang aman, efisien
pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat pengguaan biaya juga
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.
Menurut UU jalan yang terbaru, jalan dikelompokkan berdasarkan 4 hal, yaitu:
2.2.1 Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan ini dibagi menjadi 2 kelompok besar,yaitu:
2.2.1.1 Sistem Jaringan Jalan Primer.

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti rencana tata ruang
dan memperhatikan keterhubungan antar kawasan perkotaan yang
merupakan pusat-pusat kegiatan seperti menghubungkan secara menerus
pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal
sampai ke pusat kegiatan lingkungan, dan menghubungkan antar pusat
kegiatan nasional.
2.2.1.2 Sistem Jaringan Jalan Sekunder.
Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti rencana tata
ruang wilayah kota/kabupaten yang menghubungkan secara terus
menerus kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi
sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan
seterusnya sampai kepersil.
2.2.2 Klarifikasi Menurut Fungsi
Klarifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan, yaitu:
2.2.2.1 Jalan arteri
Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara efisien.
2.2.2.2 Jalan Kolektor
Jalan kolektor yanitu jalan yang melayani angkutan pengumpul
pembagi dengan ciri-ciri perjalanan sedang, kecepatan rata-rata sedang
dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Bedasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya jalan sekunder dibagi
dalam 3 kelas, yaitu:
a. Kelas II A
Jalan raya sekunder 2 jalur atau lebih dengan kontruksi permukaan
jalan dari lapisan aspal beton atau yang setara.
b. Kelas II B
Jalan raya sekunder 2 jalur dengan kontruksi permukaan jalan dari
pener=trasi berganda atau yang setara dimana dalam komposisi lalu
lintasnya terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor.
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
c. Kelas III
Jalan raya sekunder 2 jalur dengan kontruksi permukaan jalan dari
penetrasi tunggal, dimana dalam komposisi lalu lintasnya terddapat
kendaraan bermotor lambat dan kendaraan tak bermotor.
2.2.2.3 Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
2.2.3 Klarifikasi Mennurut Kelas Jalan Raya.
Klasifikasi menurut kelas jalan raya berkaitan dengan kemampuan jalan
untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu
terberat (MST) dalam satuan ton.
Tabel 1 Klasifikasi menurut kelas jalan raya
Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat MST
(ton)
Arteri I >10
II 10
IIIA 8

Kolektor III A 8
III B

2.2.4 Klasifikasi jalan raya menurut dinas Pekerjaan Umum


I IIA IIB IIC III
Klasifikasi Medan DBG DBG DBG DBG DBG

Lalu Lintas Harian > 20.000 6.000- 1.500- < 20.000 -


Rerata 20.000 8.000
Kecepatan Rencana 120 100 100 80 80 60 40 60 40 30 60 40 30
(Km/Jam) 80 60
Lebar Daerah 60 60 60 40 40 40 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Penguasaan
Minimum (m)

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
Lebar Perkerasan Min. 2 2x3,5 2x3,50 2x3,00 3,50-6,00
(m) (2x3,75) atau 2
(2x3,5)
Lebar Median 2 1,5 - - -
Minimum (m)
Lereng Melintang 2% 2% 2% 2% 2%
Perkerasan
Lereng Melintang 4% 4% 6% 6% 6%
Bahu
Jenis Lapisan Aspal Aspal Penetrasi Paling Paling
Permukaan Jalan Beton Beton Berganda Tinggi Tinggi
(HM) Pen. Pelebaran
Tunggal Jalan
Miring Tikungan 10% 10% 10% 10% 10%
Jari-Jari Lengkung 560 350 350 210 210 115 210 115 210 115
Min. (m) 210 115 50 50 50
Landai Maksimum 3% 5% 4% 6% 5% 7% 6% 8% 6% 8%
6% 7% 8% 10% 10%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum

2.2.5 Klarifikasi Menurut Medan Jalan.


Medan jalan diklasifikaskn berdasarkan kondisi Sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman
kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman
kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan
perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan
tersebut.
2.2.6 Status Jalan
Jalan umum dikelompokkan menjadi 5 golongan, yaitu:
1. Jalan Nasional
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat nasional.
2. Jalan Provinsi
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat propinsi.

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
3. Jalan Kabupaten
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat kabupaten.
4. Jalan Kota
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat kota.
5. Jalan Desa
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat desa.
2.2.7 Kelas Jalan
Penentuan kelas jalan berdasarkan penggunaan jala dan kelancaran lalu
lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan.
Penentuannya diatur dengan ketentuan peraturan per undang – undangan
di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Pengelompokan kelas jalan
berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan, terdiri atas:
 Jalan Bebas Hambatan
Meliputi pengendalian jalan masuk secara penuh, tidak ada
persimpangan sebidang, dilengkapi dengan median, paling sedikit
dua lajur setiap arah,lebar lajur sekurang kurangnya 3,5 meter.
 Jalan Raya
Jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan
masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median,paling sedikit
dua lajur setiap arah, lebar lajur sekurang kurangnya 3,5 meter.
 Jalan Sedang
Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian
jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit dua lajur untuk dua arah
lebar lajur paling sedikit 7 meter.
 Jalan Kecil
Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit
dua lajur untuk dua arah dengan lebar jalur paling sedikit 5,5 meter.

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA

2.3 Klarifikasi Medan dan Lengkungan Vertikal


Perencanaan jalan sepantasnya disesuaikan dengan keadaan medan namun
fungsi jalan sering kali menuntut perncanaan jalan tidak sesuai dengan kondisi
medan dan sekitarny, hal ini menyebabkan tingginya volume pekerjaan tanah
keseimbangan antara fungsi jalan dengan keadaan medan akan mempengaruhi nilai
biaya dengan pembangunan jalan tersebut.
Dalam perencanaan jalan keadaan medan dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
a. Medan Datar (D)
Suatu medan dikatakan datar apabila kecepatan kendaraan truk sama atau
mendekati kecepatan mobil penumpang.
b. Medan Perbukitan (B)
Suatu medan dikatakan perbukitan apabila kecepatan kendaraan truk
berkurang sampai dibawah kecepatan mobil penumpang, tetapi belum
merangkak.
c. Medan Pegunungan (P)
Suatu medan dikatakan pegunungan apabila kecepatan kendaraan truk
berkurang banyak sehingga truk tersebut merangkak melewati jalan tersebut
dengan frekuendi yang sering.
Medan datar, perbukitan dan pegunungan dapat pula dibedakan dari data
besarnya kemiringan melintang rata – rata dari potongan melintang tegak lurus
sumbu jalan.
Spesifikasi standart untk perencanaan geometric jalan luar kota bipran. Bina
Marga ( rencana akhir) memeberikan ketentuan.

Selain medan, kita juga perlu memperhatikan tentang lereng-lereng yang


melintang pada jalan yang akan di bangun. Tiap-tiap lereng memiliki kemiringan
yang berbeda. Kemiringan melintang jalur lalu lintas dijalan lurus diperuntukkan
terutama untuk kebutuhan drainase jalan. Air yang jatuh dipermukaan jalan supaya
cepat dialirkan ke saluran saluran pembuangan jalan.

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
Kemiringan melintang bervariasi antara 2% sampai 4%, untuk lapisan
permukaan dengan menggunakan bahan pengikat sperti aspal atau semen. Semakin
kedap lapisan tersebut semakin kecil kemiringa melintang yang dapat digunakan.
Sedangkan untuk jalan dengan lapisan permukaan belum mepergunakan bahan
pengikat seperti jalan berkerikil, kemiringan melintang dibuat sebesar 5%.
Kemiringan melintang jalur lalu lintas ditikungan dibuat untuk kebutuhan
keseimbangan gaya sentrifugal yang bekerja disamping kebutuhan akan drainase
akan besarnya kemiringan melintang yang dibutuhkan.
2.3.1 Penampang Melintang
Adalah potongan suatu jalan tegak lurus pada as jalan yang menggambarkan
bentuk serta susunan bagian jalan yang bersangkutan pada arah melintang,
Bagian – bagian penampang melintang jalan yang terpenting dapat dibagi
menjadi:
1. Jalur lalu lintas
2. Lajur
3. Bahu Jalan
4. Selokan
5. Median
6. Fasilitas pejalan kaki
7. Lereng
Bagian-bagian penampang melintang jalan ini dan kedudukannya pada
penampang melintang sebagai berikut:
a. Damaja (Daerah Manfaat jalan)
Damaja (Daerah Manfaat Jalan) adalah daerah yang dibatasi oleh batas
ambang pengaman kontruksi jalan dikedua sisi jalan, tinggi 5 meter diatas
permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan kedalaman ruang bebas 1,5 meter
dibawah muka jalan.

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
b. Damaja (Daerah Milik Jalan)
Damaja (Daerah Milik Jalan) adalah daerah yang dibatasi oleh lebar yang
sama dengan damaja ditambah ambang pengaman kontruksi jalan dengan tinggi
5meter dan kedalaman 1,5 kilometer.
c. Dawasja (Ruang Daerah Pengawasan Jalan)
Dawasja (Ruang Daerah Pengawasan Jalan) adalah ruang sepanjang jalan
diluar damaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu
jalan berikut:
 Jalan arteri minimum 20meter
 Jalan kolektor 15 meter
 Jalan local 10 meter
Untuk keselamatan pemakai jalan, dawasja didaerah tikungan ditentukan
dengan oleh jarak pandang bebas.
1. Jalur lalu lintas
Jalur lalu lintas merupakan bagian jalan yang digunakan berlalu lintas.
Dari jalur lalu lintas dapat terdiri satu lajur jalan atau lebih.
2. Lajur lalu lintas
Lajur adalah bagian dari jalur. Dalam suatu jalur terdiri dari satu lajur
Jalan atau lebih. Jumlah lajur jalan sangat ditentukan oleh permasalahan
kebutuhan lalu lintas harian rata – rata atau LHR yang akan melalui jalan
tersebut.
3. Bahu Jalan
Bahu jalan dibuat sokongan samping terhadap kontruksi perekerasan.
Disamping itu manfaat bahu jalan sebagai berikut:
 Sebagai ruang untuk menempatkan rambu – rambu lalu lintas
 Sebagai tempat parkir sementara
 Sebagai tempat berhenti sementara

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA

Untuk lebar bahu jalan dipengaruhi oleh:


 Fungsi jalan
 Volume lalu lintas
 Kegiatan disekitar jalan
 Ada atau tidak adanya trotoar ( lebar trotoar 1,5 – 3,0 meter)
 Biaya yang tersedia ( variasi lebar bahu jalan 0,5 meter – 2,5 meter )

Fungsi dari kemiringan bahu jalan antara lain:

1. Menyalurkan air dari permukaan jalan


2. Mencegah adanya penurunan daya dukung perlapisan perkerasan
3. Mencegah terlepasnya ikatan antara agregat dana aspal yang
akhirnya memperpendek umur jalan.

4. Selokan
Selokan atau saluran samping dimungkinkan bila mana badan jalan
terletak pada daerah timbunan. Kemiringan saluran samping disesuaikan
dengan kelas jalan serta keadaan tanah timbunnnya. Sebagai pedoman di
dalam perencanaan, kemiringan saluran samping berada pada interval 1:2
(untuk kelas rendah) sampai 1:6 ( untuk kelas tinggi).
5. Median
Median adalah suatu jalan yang memisahkan 2 lajur lalu lintas yang
berlawanan arah. Fungsi median adalah :
 Menyediakan daerah netral yang diperlukan baik kendaraan dlam
kedaan bahaya.
 Menyediakan ruang perlindungan bagi pejalan kaki.
 Memberi kenyamanan bagi pengendara kendaraan.
Permukaan median harus terbuat dari bahan / tanaman yang dapat
dibedakan dengan perkerasan jalan agar fungsinya tercapai. Ada 2 macam
permukaan median, yaitu:

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
a. Dibuat dengan memeberikan tanaman rumput, untuk lebar > 2.0 m
b. Diperkeras dengan beton untuk lebar > 2,0 m di daerah perkotaan.
6. Fasilitas pejalan kaki / Trotoar
Trotoar adalah suatu jalan yang memisahkan bahu jalan. Fungsi trotoar
sebgai tempat pejlan kaki agar tidak mengganggu kendaraan yang berlalu
lintas.
2.3.2 Jarak Pandang
Jarak pandang adalah pandangan bagian jalan didepan pengemudi
yang masih dapat dilihat dengan jelas, diukur dari kedudukan mata
pengemudi, jarak pandang berfungsi untuk:
1. Menghindari terjadinya kecelakaan.
2. Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain yang
bergerak dengan kecepatan lebih rendah dengan menggunakan jalur
sebelahnya.
3. Menambah efisien jalan, sehingga volume pelayanan dapat dicapai
semaksimal mungkin.
 Jarak Pandang Henti Minimum
Jarak yang ditempuh pengemudi unutk menghentikan kendaraan
yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur yang
dilaluinya. Besarnya jarak pandang henti minimum sangat tergantung
pada kecepatan rencana jalan.
Rumus Umum Jarak Pandang Henti Minimum (Sukirman, 1994) adalah
sebagai berikut:

d = 0,278. t=
245 fm
dimana:
L : besarnya landau jalan dalam decimal
+: untuk pendakian
- : untuk penurunan

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
Besarnya jarak pandang henti bedasarkan beberapa kecepatan rencana
ditunjukkan pada table 5.
Kecepata Kecep Koefisi d d d desain
n atan en perhitu perhitu (m)
Rencana, Jalan, Gesek ngan ngan
Vr Vj Jalan, untuk untuk
(km/jam) (km/ja fm Vr (m) Vj (m)
m)
30 27 0,400 29.71 25.94 25-30
40 36 0,375 44.60 38.63 40-45
50 45 0,350 62.87 54.05 55-65
60 54 0,330 84.65 72.32 75-85
70 63 0,313 110.28 93.71 95-110
80 72 0,300 139.59 118.07 120-140
100 90 0,285 207.64 174.44 175-210
120 108 0,280 285.87 239.06 240-285
Sumber: Sukirman, 1994.
Jarak pandang henti bedasarkan truk akan berbeda dengan jarak pandang
henti dengan menggunakan mobil penumpang. Hal ini dikarenakan truk
berkecepatan lebih rendah, lebih tinggi dan memiliki kemampuan pengereman
yang berbeda. Namun secara umum jarak pandang henti bedasarkan truk dapat
dianggap sama dengan kendaraan penumpang karena alasan berikut:
1. Tinggi mata pengemudi truk lebih tinggi, sehingga pandangannya lebih
jauh.
2. Kecepatan truk biasanya lebih lambat daripada mobil penumpang.
Namun terdapat keadaan-keadaan yang tidak dapat diabaikan yaitu pada
penurunan yang sangat panjang, karena:
1. Tinggi mata pengemudi truk jauh lebih tinggi tidak berarti lagi.
2. Kecepatan truk hampir sama dengan kecepatan mobil penumpang.

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA

 Jarak Pandang Menyiap


Jarak minimum di depan kendaraan yang direncanakan harus dapat
dilihat pengemudi agar proses menyiap (mendahului) kendaraan di
depannya dapat dilakukan tanpa terjadi tabrakan dengan kendaraan dari
arah yang berlawanan.
Dimana:
d1: Jarak yang ditempuh selama waktu reaksi oleh kendaraan yang hendak
menyiap dan membawa kendaraannya akan membelok ke lajur kanan.
d2: Jarak yang ditempuh kendaraan yang menyiap selama berada pada lajur
sebelah kanan.
d3: Jarak bebas yang harus disediakan antara kendaraan yang menyiap dengan
kendaraan yang berlawanan arah setelah Gerakan menyiap dilakukan.
d4: Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan arah selama 2/3 dari
waktu yang diperlukan oleh kendaraan yang menyiap berda pada lajur
sebelah kanan atau sama dengan 2/3 d2.
Besarnya jarak menyiap standart adalah sebagai berikut:
d = d₁ + d ₂ + d ₃ + d ₄
at ₁
d₁ = 0,278t₁ (v – m +
2
d₂ = 0,278Vt₂
d₃ = 30s.d100m
2
d₄ = × d₂
3
dimana:
t1 = Waktu reaksi yang besarnya tergantung pada kecepatan yang sesuai
dengan persamaan t1 = 2.12+0,026V
t2 = Waktu dimana kendaraan yang mnyiap berada pada lajur kanan yang dapat
ditentukan dengan mempergunakan korelasi t2 = 6.56+0,048V

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
m = Perbedaan keceptan antara kendaraan yang menyiap dan yang disiap =
15km/jam
V = Kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap, dalam perhitungan dapat
dianggap sama dengan kecepatan rencana, km/jam
a = Percepatan rata-rata yang besarnya tergantung pada kecepatan rata-rat
kendaraan yang dapat ditentukan dengan mempergunakan korelasi a =
2,052+0,0036V
Dalam perencanaan seringkali kondisi jarak pandangan menyiap standart
dibatasi oleh kekurangan biaya, sehingga jarak pandangan menyiap yang
digunakan dapat memakai jarak pandangan menyiap minimum (dmin)
d=2/3 d ₂+d ₃+ d ₄
Besarnya jarak pandangan menyiap bedasarkan beberapa kecepatan rencana
ditunjukkan pada Tabel 6. Jarak Pandangan Myiap hanya perlu dilihat pada jalan
2/2 UD.
Tabel 6 Jarak Pandang Menyiap Minimum
Kecepatan Jarak Jarak Jarak Jarak
Rencana,V pandangan pandangan pandangan pandangan
r (km/jam) menyiap menyiap menyiap menyiap
standart standart minimum minimum
perhitungan desain (m) perhitunga desain (m)
(m) n (m)

30 146 150 109 100

40 207 200 151 150

50 274 275 196 200

60 353 350 250 250

70 437 450 307 300

80 527 550 368 400

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
100 720 750 496 500

120 937 950 638 650

Sumber : Sukirman, 1994.

2.4 Perencanaan Trase Jalan


Dalam merencanakan pembuatan jalan raya hendaknya kita membuat beberapa
alternative-alternative agar dalam pembuatannya nanti terjadi kesalahan dan agar
lalu lintas di wilayah tersebut berjalan dengan baik, aman, dan nyaman tanpa
menyimpang dan peraturan yang ada.
2.4.1 Memilih Trase Jalan
Dalam merencanakan jalan, menarik rute jalan adalah hal permata yang
dilakukan. Biasanya terdapat beberapa rute jalan yang dibuat, sehingga dipilih
salah satu trase yang memenuhi syarat suatu perencanaan jalan. Ada beberapa
cara unutk memilih trase jalan layak digunakan, terutama jalan yang dibangun di
area pegunungan dan hutan.
 Trase diusahakan jalur terpendek
Hal yang paling diutamakan perencana adalah jalan yang ekonomis. Ekonomis
maksudnya suatu jalan dibangun dengan kualitas bagsu dengan harga
terjangkau, maka dengan merencanakan trase yang pendek biaya dalam
pembangunan relative kecil.
 Tidak terlalu curam
Salah satu syarat dalam merencanakan trase jalan adalah memberikan
kenyamanan pada pengguna jalan. Jalan yang terlalu curam akan membuat
kendaraan menjadi berat akibat adanya gaya sentrifugal, sehingga pengguna
jalan tidak lagi menemukan kenyamanan saat menggunakan jalan tersebut.
 Sudut luar atau sudut tangen tidak terlalu besar
Sudut luar dalam menarik trase jalan akan sangat mempengaruhi keadaan jalan
setelah dibangun. Perencana jalan diharapkan mampu merencanakan jalan
dengan tikungan yang kurang dari 90º, agar tikungan yang terbentuk tidak
terlalu tajam, sehingga aman bagi pengguna jalan.
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA

 Galian dan timbunan


Galian (cut) dan timbunan (fill)n merupakan hal yang juga sangat diperhatikan
dalam merencanakan jalan besar galian dan timbunan telah ditentukan terlebih
dahulu, agar biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan bengunan jalan tidak
lebi besar yang tersedia.
2.5 Perencanaan Aliyemen Horizontal
Aliyemen horizontal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada bidang yang
horizontal (plan/denah). Pada aliyemen horizontal terdiri dari garis lurus dan garis
lengkung. Untuk garis lengkung terdiri dari busur yang disebut tangan dan bagian
lengkung yang disebut tikungan. Untuk mendapat sambungan yang mulus antara
bagian lurus dan bagian tikungan, maka pada bagian-bagian tersebut diperlukan
suatu bagian pelengkung peralihan yang disebut “spiral”.
Bagian yang sangat kritis pada aliyemen horizontal adalah bagian tikungan,
dimana terdapat gaya yang akan melempar kendaraan keluar dari tikungan yang
disebut Gaya Sentrifugal.
Dalam suatu perencanaan aliyemen horizontal, terdapat 3 macam bentuk lengkung
horizontal, antara lain:
2.5.1 Full Circle (FC)
Bentuk tikungan ini adalah jenis tikungan yang terbaik, dimana
mempunyai jari-jari besar dengan sudut yang kecil, yaitu hanya dapat
digunakan jika jari-jari tikungan R yang direncanakan besar dan nilai
superelevasi e lebih kecil dari 3%. Batas besaran R minimum di Indonesia
ditetapkan oleh Bina Marga sebagi berikut:
Tabel 7 Batas Besaran Minimum

Kecepatan Rencana Jari-jari Lengkungan


GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
(km/jam) Minimum (m)

120 2000

100 1500

80 1100

60 700

40 300

30 100

2.5.2 Spiral Circle Spiral (SCS)


Lengkung Spiral-Circle-Spiral pada umumnya jika nilai superelevasi e≥
3% dan Panjang Ls ¿ 20 meter.
2.5.3 Spiral Spiral (SS)
Lengkuang Spiral – Spiral pada umumnya digunakan jika nilai
superelevasi e≥ 3% dan panjang Ls ≤ 20 meter. Dalam perencanaan
alinemen horizontal perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut;
1. Ketentuan-ketentuan dasar yang tercantum pada daftar standart
perencanaan geometri jalan.
2. Jenis-jenis lengkung peralihan.
1. Langkah ketiga menghitung rumus (k):
L s3
Rumus 3 k =Ls− −R∗sin θ s ❑Full Circle (FC)
40 R 2
Lengkung ini dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut;
3. Langkah pertama menghitung Panjang tangen dari PI “point of
interaction” :

Rumus 1 Tc=R x tg ( 12 Δ)
4. Langkah kedua menghitung titik awal peralihan dari posisi lurus
ke lengkung:
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
R
E= −R
Rumus 2
( )
1
cos Δ
2
5. Langkah ketiga menghitung Panjang busur lingkaran

Rumus 3 LC = ( 180
Δπ
)× R

Keterangan

Tc= Panjang tangen dari PI “point of interaction” (m)

E= Titik awal peralihan dari posisi lurus kelengkung

R= Jari-jari alinemen horizontal (m)

∆ = Sudut alinemen horizontal (° )

E= Jarakdari PI ke sumbu jalan arah pusat lingkaran (m)

Lc= Panjang busur lingkaran (m)

 Spirel Circle Spiral (SCS)


Parameter untuk menghitung lengkung spiral – circle – spiral
1. Langkah pertama menghitung sudut spiral pada titik SC
90 Ls
Rumus 1 θ s=
πR
2. Langkah kedua menghitung Panjang busur lingkaran :
( Δ−2 θ5 )∗πR
Rumus 2 LC =
180
3. Langkah ketiga menghitung rumus (p)
L s2
Rumus 3 P= −R ( 1−cos θ s )
6R
4. Langkah keempat menghitung rumus (k)

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
3
Ls
Rumus 4 k =Ls− 2
−R sin θ s ❑
40 R

5. Langkah kelima menghitung titik awal mulai masuk ke daerah lengkung :

Rumus 5 T s=( R+ p )∗tg ( 12 Δ)+k


6. Langkah keenam menghitung jarak dari A ke sumbu jalan arah pusat
lingkaran:
( R+ P )
E= −R
Rumus 6
( )
cos Δ
1
2
7. Langkah ketujuh koordinat titik peralihan dari spiral ke circle (SC) :
2
Ls
Rumus 7 x s=L s (1− 2
)
40∗R
8. Langkah kedelapan koordinat titik peralihan dari spiral ke circle (SC):
2
L
Rumus 8 ys = s
6∗R
Keterangan;
θ s= sudut spiral pada titik SC
Ls = Panjang lengkung spiral
R = jari-jari alinemen horizontal (m)
Δ = sudut alinemen horizontal (° )
Lc= Panjang busur lingkaran (m)
Ts= jarak titik Ts dari PI (m)
= titik awal mulai masuk ke daerah lengkung
E= jarak dari PI ke sumbu jalan arah pusat lingkaran (m)
Xs, Ys= koordinat titik peralihan dari spiral ke circle SC (m)
 Spiral-spiral (SS)
Parameter lengkung spiral-spiral
2. Langkah pertama menghitung sudut spiral pada titik SC=CS:
1
Rumus 1 θ s= Δ
2
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
3. Langkah kedua menghitung rumus (p):
2
Ls
Rumus 2 p= −( 1−cos θ s )
6R
4. Langkah keempat menghitung Ts dari PI:
Rumus 4 T s=( R+ p )∗tg ( θs ) +(k )
5. Langkah kelima menghitung rumus (E):
( R+ P )
Rumus 5 E= −R
cos θ s
Besarnya Ls pada tipe lengkung ini adalah didasarkan pada landau
relative minimum yang di syaratkan (cara 2 ). Bentuk matematikanya
seperti pada persamaan berikut:
Ls minimum=( ⅇ−en )∗B∗m
Keterangan ;
θ s= sudut spiral pada titik SC-CS
Ls = Panjang lengkung spiral
R = jari-jari alinemen horizontal (m)
Δ = sudut alinemen horizontal (° )
Ts= jarak titik Ts dari PI (m)
E= jarak dari PI ke sumbu jalan arah pusat lingkaran (m)
3. Penampang melintang
Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus pas AS
jalan yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang
bersangkutan dalam arah melintang. Maksud dari penggambaran profil
melintang disamping untuk memperlihatkan bagian-bagian jalan juga untuk
membantu dalam menghitung luas penampang melintang jalan.
4. Kemiringan pada tikungan (Superelevasi)
Pada suatu tikungan jalan, kendaraan yang lewat akan terdorong keluar secara
radial oleh gaya sentrifugal yang diimbangi oleh:
 Komponen yang berkendaraan yang diakibatkan oleh adanya
superelevasi dari jalan.
 Gesekan samping antara berat kendaraan dengan perkerasan jalan.
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
Kemiringan superelevasi maksimum terdapat pada bagian busur tikungan
sehingga perlu diadakan perubahan dari tikungan sehingga perlu diadakan
perubahan dari tikungan kemiringan maksimum berangsur-angsur kemiringan
normal.
Dalam melakukan perubahan pada kemiringan melintang jalan, terdapat 3
metode pelaksanaan, yaitu:
 Mengambil sumbu As jalan sebagai sumbu putar
 Mengambil tepi jalan sebagai sumbu putar
 Mengambil tepi luarjalan sebagai sumbu putar
5. Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan
Untuk membuat tikungan suatu jalan tetap sama baik pada bagian lurus
maupun tikungan perlu diadakan perlebaran perkerasan pada tikungan
tergantung pada:
 Jari-jari tikungan (R)
 Sudut tikungan (∆ )
 Kecepatan tikungan (Vr)
Rumus:

b =2,4+ R−√ R −P
' 2 2

Td=√ R2 + A(2 P+¿ A )−R ¿

0,0105 x v Γ
z=
√R
Dimana:
R= jari-jari tikungan
P= jarak ban muka dan ban belakangan
A= jarak ujung mobil dan ban depan
Vr= Kecepatan rencana
Rumus:
W=B-L
Dimana:
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
B= lebar jalan
L= lebar badan jalan (kelas IIB = 7,0)
Syarat:
Bila B≤7, maka tidak perlu perlebaran
Bila B¿7, maka perlu perlebaran
2.6. Perencanaan Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertical atau biasa disebut penampang melintang jalan didefinisikan
sebagai perpotongan antara potongan bidang vertical dengan badan jalan arah
memanjang (sukirman, 1994).
Alinyemen vertical terdiri dari atas bagian landai vertical dan bagian lengkung
vertical. Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertical dapat berupa
landai positive (tanjakan), atau landau negative (turunan) atau landau nol (datar).
Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung/cembung.
2.6.1. Landai maksimum
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan
bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berani. Kelandaian
maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh yang
mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh
kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah. Kelandaian
maksimum (yang diijinkan) untuk berbagai VR ditetapkan.
Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan agar
kendaraan dapat mempertahankan kecepatanya sedemikian hingga
penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh tidak lebih dari separuh VR.
Lama perjalanan tersebut ditetapkan tidak lebih dari 1 menit.
2.6.2. Lengkung vertical
Lengkung vertical harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
perubahan kelandaian dengan tujuan
 Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian
 5 detik Menyediakan jarak pandang henti
Lengkung vertical dalam tata cara ini ditetapkan berbentuk parabola
sederhana
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
 Jika jarak pandang henti lebih kecil dari Panjang lengkung vertical
cembung, panjangnya ditetapkan dengan rumus:
2
L= A S ∕ 405
 Jika jarak pandang henti lebih besar dari Panjang lengkung vertical
cekung, panjangnya ditetapkan dengan rumus:
L= 2S – 405/A
Panjang minimum lengkung vertical ditentukan dengan rumus:
L= A.Y
L= S2/405
Dimana:
L= Panjang lengkung vertical (m)
A= perbedaan grade (m)
Jh= jarak pandang henti (m)
Y= faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada tinggi obyek 10
cm dan tinggi mata 120 cm
Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam hari, kenyamanan dan
penampilan.
Panjang lengkung vertical bisa ditentukan langsung sesuai tabel dibawah
ini yang didasarkan pada penampilan, kenyamanan dan jarak pandang.

Tabel 11 panjang lengkung vertical

Kecepatan Perbedaan Panjang lengkung


rencana (km/jam) kelandaian (m)
memanjang (%)

<40 1 20-30

40-60 0.6 40-80

>60 0.4 80-150

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
2.6.3. Lajur pendakian
Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung truk truk yang bermuatan
berat atau kendaraan lain yang berjalan lambat dari kendaraan lain pada
umumnya, agar kendaraan lain dapat mendahului kendaraan lambat
tersebut tanpa harus berpindah lajur atau menggunakan lajur arah
berlawanan. Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan yang
mempunyai kelandaian yang besar, menerus, dan volume lalu lintasnya
padat.
Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
Disediakan pada jalur arteri dan kolektor
Apabila Panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR > 15000
smp/hari dan presentase truk 15%

Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana. Lajur pendakian
dimulai 30m dari awal perubahan kelandaian dengan serongan sepanjang
45m dan berakhir 50m sesudah puncak 5m dan berakhir 50m sesudah
puncak kelandaian dengan serongan sepanjang 45m . Jarak minimum
antara 2 jalur pendakian adalah 1,5 km.

2.6.4. Jarak pandang


Jarak pandang adalah jarak dimana pengemudi dapat melihat benda yang
menghalanginya, baik yang bergerak maupun tidak bergerak dalam batas
mata pengemudi dapat melihatdan menguasai kendaraan pada suatu jalur
lalu lintas.Jarak pandang bebas dibagi menjadi 2 yaitu:
 Jarak Pandang Henti (dH)
Jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan
yang bergerak setelah melihat adanya rinangan pada lajur yang
dilaluinya. Besamya jarak pandang henti minimum sangat
tergantung pada kecepatan rencana jalan.
2
v
Rumus: d=0,278 .t +
254 fm
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
Dimana:
Fm= Koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah
memanjang jalan
V= Kecepatan kendaraan (km/jam)
t= Waktu reaksi=2,
Tabel 12 Jarak Pandang Henti Minimum

Kecepat Kecepat Koefisie d d d


an an Jalan, n Gesek Perhitung Perhitung Desai
Rencana, Vj Jalan, an untuk an untuk n (m)
Vr (km/jam fm Vr (m) Vj (m)
(km/jam )
)

30 27 0,400 29,72 25,94 25-30

40 36 0,375 44,60 38,63 40-45

50 45 0,350 62,87 54,05 55-65

60 54 0,330 84,65 72,32 75-85

70 63 0,313 110,28 93,71 95-


11-

80 72 0,300 139,59 118,07 120-


140

100 90 0,285 207,64 174,44 175-


210

120 108 0,280 285,87 239,06 240-


285

 Jarak Pandang Menyiap (dM)

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
Jarak minimum didepan kendaraan yang direncanakan harnus
dapat dilihat pengemudi agar proses menyiap kendaraan
didepannya dapat dilakukan tanpa terjadi tabrakan dengan
kendaraan darn arah yang berlawanan. Besamya jarak menyiap
standar adalah sebagai berikut:
Rumus:
d= d, t d2 + d + d
Keterangan:
dl = Jarak yang ditempuh selama waktu reaksi oleh kendaraan
yang hendak menyiap dan membawa kendaraannya yang
hendak membelok ke lajur kanan.
d2 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang menyiap selama berada
pada lajur sebelah kanan.
d3 = Jarak bebas yang harus disediakan antara kendaraan yang
menyiap dengan kendaraan yang berlawanan arah setelah
gerakan menyiap dilakukan.
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan arah
selama 2/3 dari waktu yang diperlukan oleh kendaraan yang
menyiap herada padla jalur sebelah kanan atau sama dengan
2/3 d2.
Rumus:

(
d 2=0,278 V −m+
a t2
2 )
d 2=¿ 0,278Vt2
d 3= 30s. d100m
d 2 d2
4= x
3

Dimana:
tl = Waktu reaksi yang besarmya tergantung pada kecepatan yang
sesuai dengan persamaan tl = 2,12 +0,026 V

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
t2 = Waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada jalur
kanan yang dapat ditentukan dengan mempergunakan
korelasi 12 = 6.56+0,048 V

m = Perbedaan kecepatan antara kendaraan yang meny iap dan


yang disiap = 15Km/Jam
V = Kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap. dalam
perhitungan dapat dianggap sama dengan kecepatan rencana,
Km/Jam
a= Percepatan rata-rata yang besarnya tergantung pada kecepatan
rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat ditentukan
dengan
menggunakan korelasi
a = 2,052+ 0,0036 V Jarak pandang menyiap minimum dmin = 2/3
d2 +d3 +d4

Tabel 13 Jarak pandang menyiap minimum

Kecepata Jarak Jarak Jarak Jarak


n Pandangan Pandangan Pandangan Pandangan
Rencana, Menyiap Menyiap Meyiap Menyiap
Vr Standar Standar Minimum Minimum
(km/jam) Perhitungan Desain Perhitunga Desain
(m) (m) n (m) (m)
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
30 146 150 109 100

40 207 200 151 150

50 274 275 196 200

60 353 350 250 250

70 437 450 307 300

80 527 550 368 400

100 720 750 496 500

120 937 950 638 650

 Koordinasi alinyemen
Alinemen vertical, alinemen horizontal, dan potongan
melintang jalan adalah elemen jalan sebagai keluaran perencanaan
harus dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu
bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi
mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman.
Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan
dapar
memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk
jalan yang akan dilalui di depannya sehingga pengemudi dapat
melakukan aniisipasi awal.
Koordinasi alinemen vertical dan alinemen horizontal harus
memenuni ketentuan sebagai berikut:
 Alinemen horizontal sebaiknya berimpit dengan alinemen vertical
dan secara ideal alinemen horizontal lebih panjang sedikit
melingkupi alinemen vertical
 Tikungan tajam pada bagian bawah lengkung vertical cekung atau
pada bagian atas lengkung verikal cembung harus dihindarkan.
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
 Lengkung vertical cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan
Panjang harus dihindarkan.
 2 atau lebih lengkung vertical dalam 1 lengkung horizontal harus
dihindarkan.
 Tikungan tajam diantara 2 bagian jalan yang lurus dan Panjang
harus dihindarkan.

BAB IV

KESIMPULAN

1. Jenis Topografi Rencana Jalan


Istilah Topografi berasal dari zaman Yunani kuno hingga Romawi kuno
yang berarti “detail dari suatu tempat”, topos yang berarti tempat dan graphia
yang berarti tulisan. Topografi adalah studi yang bentuk permukaan bumi dan
benda langit lain, seperti planet, satelit (alami, seperti bulan) dan asteroid. Hal itu

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
juga termasuk penggambarannya di peta. Sedangkan, topografi jalan adalah
bentuk permukaan jalan yang digambarkan pada peta.
Obyek dalam topografi berkaitan dengan posisi bagian dan menujuk pada
koordinat horizontal, seperti garis lintang dan garis bujur, serta garis vertikal,
yaitu ketinggian. Studi topografi dapat dilakukan untuk berbagai tujuan, yaitu
perencanaan militer, eksplorasi geologi, kontruksi sipil, pekerjaan umum dan
reklamasi.
2. Besar Sudut Tikungan
Menentukan besar sudut tikungan dapat dilakukan dengan cara mencari
sudutAzimuth terlebih dahulu. Setelah didapatkan sudut azimuth A, T1, T2, dan
T3. Sudut tikung tiap tikungan dapat dicari dengan mencari selisih sudut azimuth.
Sebelumnya dengan titik tikungan yang dicari. Hingga dapat diketahui:
ΔT₁ = 34,29554° → 34° 17’ 43,94”
ΔT₂ = 67,2903° → 67° 17’ 25,12”
ΔT₃ = 49,53596° → 49° 32’ 9,46”
3. Jenis Lengkung Peralihan yang Digunakan pada Tiap Tikungan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disiapkan diantara bagian lurus
dan bagian lengkung yang berjari-jari tetap atau (Rc). Lengkung ini sebagai
antisipasi perubahan aliyemen jalan dari bentuk lurus (R tak berhingga) sampai
bagian lengkung jalan dengan jari-jari tetap atau (Rc).

Jenis lengkung peralihan tiap tikungan dapat diketahui dari hasil perhitungan
Aliyemen Horizontal hingga didapatkan data berikut:
 Tikungan 1 = Spiral – Circle – Spiral (SCS)
 Tikungan 2 = Spiral – Circle – Spiral (SCS)
 Tikungan 3 = Spiral – Circle – Spiral (SCS)
4. Kemiringan pada Aliyemen Vertikal
Aliyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau
melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median. Sering
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
kali disebut juga sebagai penambang memanjang jalan. Perencanaan alinyemen
vertikal diperngaruhi oleh besarnya biaya pembangunan yang tersedia.
Alinyemen vertikal yang mengikuti muka tanah asli akan mengurangi
pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak
mempunyai tikungan. Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit di atas muka tanah
asli sehingga memudahkan dalam pembuatan drainase jalannya, terutama di
daerah datar.
 Perencanaan alinyemen vertikal elevasi 1 : vertikal cekung
 Perencanaan alinyemen vertikal elevasi 2 : vertikal cekung
 Perencanaan alinyemen vertikal elevasi 3 : vertikal cembung

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Marga, 1970, Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya
No.13 / 1970, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta

Direktorat Jendral Bina Marga, 1992, Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan
Perkotaan, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta

Direktorat Jendral Bina Marga, 1997, Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota, No. 038 / T / BM / 1997, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022
```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA
Sukirman Silvia 1994 , Dasar - Dasar Perencanaan Geometrik Jalan . Penerbit Nova ,
Bandung

Shirley L. Hendarsin , 2000 , Perencanaan Teknik Jalan Raya , Penerbit Politeknik


Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil , Bandung

https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan

https://rimbakita.com/topografi/

https://www.slideshare.net/mobile/AristoAmir/tugas-besar-geometrik-jalan

https://www.slideshare.net/mobile/AristoAmir/tugas-besar-geometrik-jalan-raya-raya

https://www.academia.edu/14382691/PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN

https://kumparan.com/info-otomotif/pengertian-jalan-raya-fungsi-dan-klasifikasinya-
1wu7FUveJ9o/2

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```
GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA

BAB III

PERHITUNGAN

GEOMETRI DAN DRAINASE JALAN RAYA 2022


```

Anda mungkin juga menyukai