A. Tujuan Tugas
Tugas desain untuk membuat kompetensi mahasiswa untuk dapat
mendesain geometri jalan raya dan menghitung volume galian dan timbunan
sesuai dengan kaidah keilmuan dan standar yang berlaku.
B. Rincian Pekerjaan
1. Perancangan diawali dengan rencana trase jalan
2. Menghitung alinyemen hoizontal dan alinyemen vertikal
3. Menggambar alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, diagram
superelevasi dan potongan melintang jalan.
C. Waktu Penyelesaian
Perancangan geometri jalan ini dimulai dikerjakan pada minggu ke 4
sampai minggu ke 13. Setiap kelompok terdiri dari 5 sampai dengan 6 orang
yang bertanggung jawab atas penyelesaian perancangan geometri jalan ini.
D. Keterangan Penyelesaian
1. Perancangan geometri jalan dikerjakan secara team work
beranggotakan 5 sampai dengan 6 orang dengan 1 sebagai ketua
kelompok, sesuai ketentuan yang diberikan oleh dosen pengampu.
2. Perencanaan harus dikerjakan pada waktu yang mudah dikerjakan atau
di tentukan oleh dosen pengampu.
3. Perlengkapan dan referensi yang sekiranya di perlukan disiapkan
sendiri oleh setiap kelompok.
4. Pemikiran aktivitas perancangan dilakukan terhadap keaktifan dan
produktifitas individu maupun kelompok, kerja sama kelompok, serta
kelengkapan hasil perancangan geometri jalan.
E. Data Tugas
1. Letak as jalan rencana : -titk awal :( 1000 ; 500 )
-titik akhir :( 4000 ; 1000 )
2. Data-data yang diketahui :
Jenis jalan : Arteri primer, 2 Jalur, 4 Lajur, 2 Arah
Kecepatan rencana : 60 km/jam
Lebar lajur : 3,5 m
Ruang milik jalan : 50 m
Kemiringan e normal : 2%
Superelevasi maksimum : 6,8%
Tipe atau kelas jalan : Arteri primer
Lebar perkerasan : 2×7 = 14 m
Lebar bahu jalan :2m
Topografi/kontur terlampir.
Sasaran penyelesaian : Perencanaan Geometri Jalan Raya
Rencana alinyemen horizontal
Rencana alinyemen vertikal
Tipikal Cross Section
Trase Jalan (Long Section)
Penampang melintang jalan
Ketentuan Desain :
Jumlah Tikungan Minimal 3 Tikungan
Tinggi Timbunan Maksimal 2 m
Tinggi Galian Maksimal 2,5 m.
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Tugas Besar Geometri Jalan Raya 2
Universitas Teknologi Yogyakarta
1.1 Gambaran Umum
Jalan raya didefinisikan sebagai suatu lintasan yang betujuan untuk
melewatkan lalu-lintas, baik berupa manusia ataupun barang dari suatu
tempat ke tempat lainnya. Jalan merupakan sarana transportasi yang
berguna untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lainnya melalui
daratan. Dengan adanya jalan raya akan membantu memperlancarkan
kegiatan atau mobilitas masyarakat, baik yang berada di daerah kota
maupun di daerah-daerah lainnya akan dapat memperoleh manfaat dengan
adanya jalan raya tersebut. Dengan demikian jalan raya merupakan
kebutuhan yang cukup penting bagi suatu daerah dalam rangka peningkatan
pertumbuhan masyarakat, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan
hankam.
Pada kondisi masyarakat tertentu, dengan dibangunnya prasarana
transportasi yang cukup memadai, maka daerah tersebut akan mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan demikian pula sebaliknya,
berapapun kaya sumber alam atau produksi suatu daerah tidaklah besar
artinya bila tidak ditunjang dengan adanya sarana dan prasarana jalan raya
yang memadai.
Mengingat begitu pentingnya fungsi jalan raya bagi kehidupan
masyarakat, maka suatu jalan raya harus dirancang dengan optimum agar
dapat berfungsi secara optimal. Segala aspek yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung dengan perencanaan dan pelaksanaan suatu
pembangunan jalan raya harus mendapat perhatian yang serius, seperti
perencanaan geometri jalan, desain, kontruksi, perkerasan dan sebagainya.
Selain itu juga harus di adakan peninjauan terhadap aspek permasalahan
sosial, ekonomi, politik, hankam dan sebagainya. Dalam merencanakan
geometri jalan raya, hal pokok yang harus kita tentukan adalah bentuk
geometri jalan yang kita rencanakan dapat melayani fungsinya secara
optimal kepada penggunanya. Standar perencanaan ini meliputi standar
kelas jalan yang disusun sesuai kelas jalan yang dibutuhkan yang meliputi
faktor teknik lalu-lintas, ketersediaan dana, aspek-aspek keamanan dan
1.3 Permasalahan
a. Segi Keamanan
Jalan tidak terlalu berbahaya, karena walaupun melewati gunung tetapi
tidak terlalu berbahaya karena dilengkapi bangunan pelengkap jalannya
yang memadai, serta elevasinya tidak terlalu tinggi.
b. Segi Kenyamanan
Jalan cukup nyaman dilewati bagi pengendara karena tikungan tidak
terlalu curam dan tidak menanjak tinggi.
c. Segi Ekonomi
Walaupun pembuatan menambahkan jembatan tetapi pengerjaan
dikerjakan semaksimal dan dengan biaya seminimal mungkin.
Perbukitan ( B ) 3 sampai 25 %
PI
Δ
Tc E Tc
Lc
TC CT
Rc ½ Rc
Δ
E
TS Xs
SC
CS
k
θc
θs θs
Δ
TS ST
Keterangan :
SC=C
S
TS
k
k
θs θs
Rc Rc
TS ST
3. Penentuan Superelevasi
Ada tiga cara untuk mengubah superelevasi yaitu :
1. Profil sumbu (as jalan) sebagai sumbu putar, umum
dipakai di Indonesia.
2. Tepi dalam sebagai sumbu putar.
3. Tepi luar sebagai sumbu putar.
e
TL TD TL TD TL TD
Cara A Cara B Cara C
TC em CT
0%
en
LS Lc LS
TS SC em CS ST
TL
en
0%
TD
em
TS ST
TL
en 0%
TD
SC = CS
LS LS
S
m
A B
R’ R’
R’ R’
O S<L
g1 = - g2 = + g1 = + Ev = - g2 = -
Ev = +
g1 = - Ev = + g2 = +
g2 = - g1 = +
g2 = + g1 = -
Ev= - Ev = -
g1 = + g2 = -
g1 PTV
A’ g2 %
Ev B
g1% P
Y
L
PLV A
X
0,5/ L
A . x2
y= 200 L
Jika A dinyatakan dalam persen
AL
Untuk x = ½ L dan y = EV Maka diperoleh : Ev = 800
A S2
L=
100 ( √ 2 h1 + √ 2 h2 )
Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandang henti menurut Bina
Marga, dimana h1 = 10 cm = 0,10 m dan h2 = 120 cm = 1,20 m, maka:
L = AS2 : 399 = CAS2
Jika dalam perencanaan dipergunakan jarak pandang menyiap menurut Bina
Marga, dimana h1 = 120 cm = 1,20 m dan h2 = 120 cm = 1,20 m, maka :
A S2
L= 960 = CAS2
C = konstanta garis pandang untuk lengkung vertikal cembung dimana
S<L
PPV
g1 g2
PLV EV PTV
h1 L/2 h2
L
S
100h1/g1 100 h2/g2
L/2
( √1, 20 + √1 ,20 2 )
L = 2 S - 200 A
2 S−C1
L= A
C1= Konstanta garis pandangan untuk lengkung vertikal cembung
dimana S > L
Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan kebutuhan akan drainase
yakni diperoleh dengan :
L = 50 A
b. Lengkung Vertikal Cekung
Disamping bentuk lengkung yang berbentuk parabola sederhana, panjang
lengkung vertikal cekung juga harus ditentukan dengan memperhatikan :
1. Jarak penyinaran lampu kendaraan.
2. Jarak pandang bebas dibawah bangunan.
3. Persyaratan drainase.
4. Kenyamanan mengemudi.
5. Keluwesan bentuk.
1. Jarak penyinaran lampu kendaraan
Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal cekung
merupakan batas jarak pandangan yang dapat dilihat oleh pengemudi pada malam
hari. Di dalam perencanaan umumnya tinggi lampu depan diambil setinggi 60 cm,
dengan sudut penyebaran sebesar 1.
Letak penyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan atas 2 keadaan
yaitu :
1. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < L
2. Jarak penyinaran akibat penyinaran lampu depan > L
S
B’
B
60 cm 1 A/100
V D’ D
O
L/2 S - L/2
Konst. Atas
Garis Pandang ( h1 + h2 ) : 2
h1 L C h2
E
g1 % S g2 %
E m
PPV
Konst. Atas
G aris Pandang ( h1 + h2 ) : 2
h1 S h2
E
g1 % L g2 %
PLV E m PTV
PPV
Lajur pendakian
+ g1
A
- g2
ditentukan berdasarkan :
1. Syarat pandangan henti dan drainase (Grafik III “SSPGJLK”).
2. Syarat pandangan menyiap (Grafik IV “SSPGJLK”).
Rumus untuk lengkung vertikal cembung :
−( AxL )
y’ = Ev = 800
A = g2 - g1
Masalah yang timbul pada lengkung cembung adalah penyediaan
jarak pandang yang tidak memadai.
- g1 + g2 - g1 + g2
A A
A + g1
- g2
2.6 Stasioning
Stasioning (penomoran) panjang jalan pada tahap perencanaan adalah
memberikan nomor pada interval-interval tertentu dari awal pekerjaan. Nomor
jalan (Sta jalan) dibutuhkan sebagai sarana komunikasi untuk dengan cepat
mengenal lokasi yang sedang dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk
lokasi suatu tempat. Nomor jalan ini sangat bermanfaat pada saat pelaksanaan dan
Laporan Tugas Besar Geometri Jalan Raya 41
Universitas Teknologi Yogyakarta
perencanaan. Di samping itu dari penomoran jalan tersebut diperoleh informasi
tentang panjang jalan secara keseluruhan. Setiap Sta jaln dilengkapi dengan
gambar potongan melintangnya. Nomor jalan atau Sta jalan ini sama fungsinya
dengan patok km di sepanjang jalan. Perbedaannya adalah :
1. Patok km merupakan petunjuk jarak yang diukur dari patok km 0, yang
umumnya terletak di ibukota provinsi atau kota madya.
Patok Sta merupakan petunjuk jarak yang diukur dari awal pekerjaan
(proyek) sampai dengan khir pekerjaan.
2. Patok km berupa patok permanen yang dipasang dengan ukuran standar
yang berlaku.
Patok Sta merupakan patok sementara selama masa pelaksanaan ruas
jalan tersebut.
2.6.1 Perhitung stasioning
Tikungan 1
Sta A = 0+000 m
Sta Ts1 = Sta A + Jarak – Ts1
Sta Sc1 = Sta Ts1 + Ls
Sta B = Sta A + Jarak
Sta Cs1 = Sta Sc1 + Lc1
Sta St1 = Sta Cs1 +Ls
Tikungan 2
Sta B = 0 + 670,820 m
Sta Ts2 = Sta St1 + Jarak – ( Ts1 + Ts2)
Sta Sc2 = Sta Ts2 + Ls
Sta C = Sta B + Jarak
Sta Cs2 = Sta Sc2 + Lc2
Sta St2 = Sta Cs2 +Ls
Tikungan 4
Sta D = 2 + 062,751 m
Sta Ts4 = Sta St3 + Jarak – ( Ts3 + Ts4)
Sta Sc4 = Sta Ts4 + Ls
Sta E = Sta D + Jarak
Sta Cs4 = Sta Sc4 + Lc4
Sta St4 = Sta Cs4 +Ls
Sta F = Sta E + Jarak
Start
Alinyemen vertikal :
Alinyemen horizontal :
Kelandaian
Lengkung vertikal Bagian lurus
Tikungan
Jari-jari minimum
Bentuk lengkung
peralihan
Survey elevasi
Penggambaran :
Pelebaran di tikungan
Peta ikhtisar Jarak pandang henti
Peta planimetri Jarak pandang menyiap
Penempang memanjang
Penampang horizontal
Identifikasi titik tetap
Koordinat alinyemen
Start
Awal : IP0
Akhir : IPt
2 2
√
D= ( x−x 1 ) + ( y − y 2 )
2 2
√
D 1= ( x−x 1 ) + ( y− y 1)
2 2
D 1= √ ( 6000−6400 ) + ( 5200−5600 )
2 2
D 1= √ (−400 ) + (−400 )
D1= √( 160000)+(160000)
D1= √320000
D 1=565,685 meter
2 2
√
D2= ( x 1−x 2 ) + ( y 1− y 2 )
2 2
D 2= √ ( 6400−7000 ) + (5600−5600 )
2 2
D 2= √(−600 ) + ( 0 )
D 2= √ 360000+0
D2= √360000
D 2=600,000 meter
2 2
√
D3= ( x 2−x 3 ) + ( y 2− y 3 )
2 2
D 3= √ ( 7000−7100 ) + (5600−5100 )
2 2
D 3= √(−100 ) + ( 500 )
D 3= √10000+250000
D3= √260000
D 3=509,902 meter
2 2
√
D5= ( x 4 −x 5 ) + ( y 4− y 5 )
2 2
D 5= √ ( 7600−8000 ) + ( 5300−5200 )
2 2
D 5= √ (−400 ) + ( 100 )
D 5= √ 160000+10000
D5= √ 170000
D 5=412,311 meter
y 1− y
α 1=90 ° ± ArcTgn | |x 1−x
|5600−5200
α 1=90 ° ± ArcTgn
6400−6000|
400
α =90 ° ± ArcTgn|
1
400 |
α 1=90 ° ± ArcTgn|1|
α 1=90 °− Arc Tgn1
α 1=90 °−45 °
α 1=45,000 °
y 2− y 1
α 2=90 ° ± Arc Tgn | |
x 2−x 1
y 3− y 2
α 3=90 ° ± Arc Tgn | |x 3−x 2
|5100−5600
α 3=90 ° + ArcTgn
7100−7000 |
α =90 ° + ArcTgn|
100 |
−500
3
α 3=90 ° + ArcTgn|−5|
α 3=90 ° + ArcTgn 5
α 3=90 ° +( 78,69° )
α 3=168,690 °
y 4− y 3
α 4=90 ° ± Arc Tgn | |
x 4−x 3
|5300−5100
α 4=90 ° ± Arc Tgn
7600−7100|
200
α =90 ° ± Arc Tgn|
4
500 |
α 4=90 ° ± Arc Tgn|0,4|
α 4=90 °+ Arc Tgn 0,4
α 4=90 °+ 21,801°
α 4=68,199°
β 1=|α 2−α 1|
β 1=|90,000−45,000 °|
β 1=|45.000°|
β 1=45,000 °
β 2=|α 3−α 2|
β 2=|168,690 °−90,000°|
β 2=|−78,690 °|
β 2=78,690 °
β 3=|α 4 −α 3|
β 3=|111,801 °−168,690 °|
β 3=|−100,491 °|
β 3=100,491 °
β 4 =|α 5−α 4|
β 4 =|75,964 °−111,901°|
β 4 =|35,838 °|
β 4 =35,838°
D terpendek −20
d=
2
565,685−20
d 1=
2
545,685
d 1=
2
d 1=272,843 meter
509,902−20
d 2=
2
489,902
d 2=
2
d 2=244,951 meter
509,902−20
d 3=
2
489,902
d 3=
2
d 3=244,951meter
412,311−20
d4=
2
392,311
d4=
2
d 4 =196,155 meter
Keterangan :
b. Menentukan Rc
Rc ditentukan dengan mengalikan 2 Rmin sehingga:
Rc =2 × R min
Rc =2 ×75,71
Rc =151,42 meter
Nilai Rc digunakan untuk menentukan nilai LS, dan e, dengan
menggunakan pembacaan tabel yang mendekati 151,42 m dipilih
nilai Rc = 160 m, dengan LS = 125,66 m, dan e = 0,072.
e. Menghitung Lc
θc
Lc = × π × Rc
180
θ c1
Lc 1 = × π × Rc
180
0 22
Lc 1 = × ×160
180 7
Lc 1=0 ×502,857
Lc 1=0 meter
2) Nilai K
125,663
K=125,66− ( 40 ×1602 )
−160× sin (22,50)
K=125,66− ( 401984226
×25600 )
−160×( 0,382)
K=125,66−1,937−61,12
K=62,50 m
g. Menghitung Nilai Ec
1
Es =( R + P ) × sec ( β )−R
1 c 1 c
2
1
Es = (160+ 4,27 ) × sec ( 45,000 )−160
1
2
Es1= (164,27 ) × sec ( 22,5 )−160
Es1=164,27 × 1,082−160
Es1=177,740−160
Es1=17,805 m
h. Menghitung Ts
1
Ts=( Rc+ P ) × tan β+ K
2
1
Ts1=( Rc+ P ) × tan β +K
2 1
1
Ts1=( 160+ 4,27 ) × tan 45,000+ 62,50
2
Ts1=( 164,27 ) × tan 22,5+62,50
Ts1=( 164,27 ) ×0,414 +62,50
Ts1=68,007+ 62,50
Ts1=130,539 m
2) Kontrol Jarak
d 1−Ts1 > 20
272,843−130,539 > 20
142,303 > 20(ok)
2. Tikungan 2 (S-C-S)
a. Menentukan jari-jari minimal (Rmin)
VR 2
Rmin =
127 × ( e +f )
502
Rmin =
127 × ( 0,1+0,16 )
2500
Rmin =
127 × ( 0,26 )
2500
Rmin =
33,02
Rmin =75,711 meter
Keterangan :
e. Menghitung Lc
θc
Lc = × π × Rc
180
θ c2
Lc 2 = × π × Rc
180
65,43 22
Lc 2 = × ×180
180 7
2) Nilai K
LS3
K= LS−
(
40 × Rc 2 )
−R c × sinθ s
41,67 3
K=41,67− ( 40 × 1802 )
−180 ×sin (6,63)
K=41,67− ( 4072355,32
× 32400 )
−180 × 0,115
K=41,67−10,049−20,7
K=20,82m
g. Menghitung Nilai Es
1
ES = ( R + P ) × sec ( β )−R
2 c 2 c
2
1
ES = (180+ 0,40 ) × sec ( 78.690 ) −180
2
2
Laporan Tugas Besar Geometri Jalan Raya 57
Universitas Teknologi Yogyakarta
ES2= (180,4 ) × sec ( 39,345 )−180
ES2=(180,4 ×1,293)−180
ES2=233,25−180
ES2=53,277 m
h. Menghitung Ts
1
Ts=( Rc+ P ) × tan β+ K
2
1
Ts2=( Rc+ P ) × tan × β + K
2
Ts2=( 180+0,40 ) × ¿ × 78,690) + 20,82
Ts2=¿ 0,819) + 20,82
Ts2=147,09+20,82
Ts2=168,71 m
i. Checking
Karena nilai e <20 tikungan adalah jenis lengkung S-C-S
1) Syarat lengkung
2 ×Ts2 > 2× LS + Lc
2 ×Ts2 > 2 ×LS + Lc 2
2 ×168,719 > 2 ×41,67 +205,5
337,432 > 83,34+ 205,5
337,432 > 288,87 (ok)
2) Kontrol Jarak
d 2−Ts 2 > 20
244,951−168,719 > 20
76,232 > 20(ok)
3. Tikungan 3 (F-C)
a. Menentukan jari-jari minimal (Rmin)
Keterangan :
b. Menentukan Rc
Rc ditentukan dengan mengalikan 2 Rmin sehingga:
Rc =2 × R min
Rc =2 ×75,71
Rc =151,42 meter
Nilai Rc digunakan untuk menentukan nilai LS, dan e, dengan
menggunakan pembacaan tabel yang mendekati 151,42 dipilih nilai
Rc = 180, dengan LS = 41,67 dan e = 0,029.
e. Menghitung Lc
θc
Lc = × π × Rc
180
θ c3
Lc 3 = × π × Rc
180
56,89 22
Lc 3 = × ×180
180 7
Lc 3=0,316 ×565 , 71
Lc 3=315,70 meter
2) Nilai K
LS3
K= LS−
( 40 × Rc
2
)
−R c × sinθ s
41,67 3
K=41,67− ( 40 × 1802)−180 ×sin (6,63)
K=41,67− ( 4072355,32
× 32400 )
−180 × 0,115
g. Menghitung Nilai Tc
Tc= ( Rc ) × tan( 12 β)
1
Tc =( R ) × tan ( β )
3 c 3
2
1
Tc = (180 ) × tan ( × 56,89)
3
2
Tc 3= (180 ) × tan ( 28,445 )
Tc 3=180 × 0,541
Tc 3=216,394
h. Menghitung Ec
1
Ec=( Tc ) × tan β
4
( 14 β )
Ec3 =( Tc ) × tan 3
1
Ec =( 97,506 ) × ( tan 56,89 )
3
4
Ec3 =( 97,506 ) × ( 0,253 )
Ec3 =101,472
i. Checking
Karena nilai e > 3%; tikungan adalah jenis lengkung F-C
1) Syarat lengkung
2 ×Tc 3 > Ltotal
2 ×Tc 3 > Lc 3
2 ×97,506 > 315,70
432,79 > 315,70 (ok)
4. Tikungan 4 (S-S)
a. Menentukan jari-jari minimal (Rmin)
VR 2
Rmin =
127 × ( e +f )
502
Rmin =
127 × ( 0,1+0,16 )
2500
Rmin =
127 × ( 0,26 )
2500
Rmin =
33,02
Rmin =75,71 meter
Keterangan :
b. Menentukan Rc
Rc ditentukan dengan mengalikan 2 Rmin sehingga:
Rc =2 × R min
Rc =2 ×75,71
Rc =151,42 meter
Nilai Rc digunakan untuk menentukan nilai LS, dan e, dengan
menggunakan pembacaan tabel yang mendekati 151,42 dipilih nilai
Rc = 160, dengan LS = 100,08 dan e = 0,072
c. Mengitung Sudut Spiral (θ s ¿
e. Menghitung Lc
θc
Lc = × π × Rc
180
θc 1
Lc 4 = × π × Rc
180
0,00 22
Lc 4 = × ×160
180 7
Lc 4=0× 502,85
Lc 4=0 meter
2) Nilai K
100,083
K=100,08− ( 40× 1602 )
−160 × sin (17.92)
K=100,08− ( 1002401,92
40 ×25600 )
−160× 0,3076
K=100,08−0,978−49,216
K=49,87 m
g. Menghitung Nilai Es
1
ES =( R + P ) × sec ( β )−R
4 c 4 c
2
1
ES =( 160+2,67 ) × sec ( 35,838 )−160
4
2
ES 4=( 162,67 ) × sec (17,919 )−160
ES 4=162,67 ×1,050−160
ES 4=170,803−160
ES1=10,803 m
h. Menghitung Ts
1
Ts=( Rc+ P ) × tan β+ K
2
1
Ts4 =( Rc+ P ) × tan β 4 + K
2
1
Ts4 =( 160+2,67 ) × tan 35,838+ 49,87
2
Ts4 =( 162,67 ) × tan17,919+ 49,87
Ts4 =( 162,67 ) ×0,323+ 49,87
Ts4 =52,54+ 49,87
Ts4 =102,47 m
i. Checking
2) Kontrol Jarak
d 4 −Ts4 > 20
196,155−102,47 > 20
93,683 > 20(ok)
3. STA C = STA II
= 1+ 075,587 m
STA TS3 = Sta C +DA2-A3- TS3
= 1+ (075,587+509,902- 97,506)
= 1+ 487,98 m
STA SC3 = STA TS3+LS
= 1+ (487,98+41,67)
= 1+ 529,65 m
STA III = STA C+DA2-A3
= 1+ (075,587+509,902)
= 1+ 585,489 m
STA CS3 = STA SC3+LCD3
= 1+ (529,65+178,72)
5. STA E = STA IV
= 1+ 997,8 m
STA V = STA E+(S t4+DA4-B- TS4 -Ts5
= 1+997,8+ (3748,022+412,311-102,472-0)
= 1+997,8 +(4+057,861)
= 6+055,661
a⋅t1
rumus :
(
0,278⋅t1⋅ V −m+
2 )
0,278 = nilai konversi dari km/jam → m/dtk
t1 = waktu tanggap (2,5 dtk)
V = kec. rata – rata kendaraan yang menyiap (km/jam)
m = perbedaan kecepatan V2 – V1 (15 km/jam)
a = percepatan rata – rata (bergantung kec. rencana)
= diambil 2,26 – 2,36 km/jam/dtk.
D2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai
kembali kelajur semula (m)
D2 = 0,278×50×8,96=193,0432 m
D3 = diambil 65 m
2
×124 , 54=128 , 6955
D4 = 3 m
JPM = D1 + D2 + D3 + D4
= 65,214 + 193,0432 + 65 + 128,6955
= 451,9527 m
V 2
V ( )
3,6
D =
( ) 3,6
×t+
( 2×g×f )
Keterangan :
D = JPH minimum (m)
V = kec. (km/jam)
t = (waktu tanggap) (2,5 dtk)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/dtk2)
f = koefisien gesek membujur (0,3 – 0,4
Laporan Tugas Besar Geometri Jalan Raya 70
Universitas Teknologi Yogyakarta
Maka :
2
60
60 3,6 ( )
D =
( )
3,6
×2,5+
( 2×9,8×0 ,153 )
= 67,408 m
0,676
= 120 - ( 0,676+0,41969 ) . (120 – 120)
= 120 m
0,41969
= 120 - ( 0,41969+0,69047 ) . (120 - 120)
= 120 m
Elv Rumija kanan+ elv Rumija kiri
Elv. Muka tanah asli =
2
120+120
=
2
= 120 m
Selanjutnya ditabelkan terlampir dilampiran.
Klasifikasi Kemiringan Medan
Perhitungan kelandaian
elv kanan−elv kiri
gn = .100%
sta kanan−sta kiri
120,000−120,000
g1 = .100%
0−100
= 0,000 %
120,000−122,500
g2 = .100%
100−550
= 0,556 %
122,500−118,115
g3 = .100%
550−1075
= 0,835 %
118,115−118,261
g4 = .100%
1075−1325
= 0,058 %
118,261−131,107
g5 = .100%
1325−1825
= 2,569 %
131,107−135,341
g6 = .100%
1825−2125
= 1,411 %
135,341−138,863
g7 = .100%
2125−2775
= 0,542 %
138,863−140,661
g8 = .100%
2775−3375
= 0,300 %
= √ ( 100 )2−( 0 )2
= 100 m
2
g1
Kontrol jarak
√
= ( X ₁ )2+ ( 100
.X₁ )
2
0,000
√
= ( 100,000 )2+ ( 100
.100,000 )
= 100 m
g1
Elevasi PPV1 = Elv A + ( .X1)
100
=120 +¿ . 100)
= 120
STA PPV1 = STA A+ (Jarak A-PPV1)
= 0 + 100
= 100
PLV1
b. Lengkung II ( Cekung )
(4,917)
LV2 = (67,408)2
398
= 8,949 m
∆₂
EV2 = LV2
800
√
= ( 449,993 ) +
0,556
2
100 ((
.(449,993) ) )
= 450,00 m
g2
Elevasi PPV2 = Elv PPV1 + ( .X )
100 2
0,556
= 120,000+ ( ).(449,993))
100
= 122,500
STA PPV2 = STA PPV1 + (Jarak PPV1-PPV2)
= 100 + 450,000
= 0 + 550,000
PLV2
g2
Elevasi PLV2 = Elv PPV2 – ( ½ LV2. )
100
0,556
= 122,500 – (½.(3,193).( )
100
= 122,491
(0,012)
LV3 = (67,408)2
398
= 24,855 m
∆₃
EV3 = LV3
800
(0,777)
= .(8,869)
800
= 0,009
PPV3
Jarak PPV2 – PPV3 = STA PPV3 – STA PPV2
= 1075,000 - 550,000
= 525,000
Beda elevasi (AT3) = Elv PPV3 – Elv PPV2
= 118,115 – 122,500
= -4,385
X3 = √ ( Jarak PPV 2−PPV 3 )2−( AT ₃ )2
= √ ( 525,000 )2−(−4,385 )2
= 524,982 m
= 525,000 m
g3
Elevasi PPV3 = Elv PPV2 + ( .X )
100 3
0,142
= 80,88 + ( ) . (40,067)
100
= 80,880
STA PPV3 = STA PPV2 + (Jarak PPV2-PPV3)
= 450 +
= 1+075,000
PLV3
g3
Elevasi PLV3 = Elv PPV3 – ( ½ LV3. )
100
0,142
= 82,16 – (½.(28,411).( )
100
= 82,140
STA PLV3 = STA PPV3 – ( ½ LV3)
= 1350 – (½.(28,441)
= 1335,8
PTV3
g4
Elevasi PTV3 = Elv PPV3 + ( ½ LV3 . )
100
−0,426
= 1350+ (½.(28,441).( ))
100
= 82,099
STA PTV3 = STA PPV3 + ( ½ LV3)
= 1350 + (½.(28,441)
= 1364,2
d. Lengkung IV ( Cekung )
= √ ( 14,2056 )2−(2,786)2
= 55,72
2
g4
Kontrol jarak
√
= ( X 4 ) 2− ( 100
.X4 )
0,058
√ 2
= ( 250,000 ) −(
100
.250,000)
= 250,000 m
g4
Elevasi PPV4 = Elv PPV3 + ( .X4)
100
Laporan Tugas Besar Geometri Jalan Raya 92
Universitas Teknologi Yogyakarta
−0,426
= 77,90 + ( ).(250,000)
100
= 77,900
STA PPV4 = STA PPV3 + (Jarak PPV3-PPV4)
= 2350 +
= 1+325,000
PLV4
g4
Elevasi PLV4 = Elv PPV4 – ( ½ LV4. )
100
−0,426
=77,90 – (½.(139,900.( )
100
=78,197
STA PLV4 = STA PPV4 – ( ½ LV4)
= 2350 – (½.(139,300)
= 2280,4
PTV4
g5
Elevasi PTV4 = Elv PPV4 + ( ½ LV4 . )
100
2,360
= 77,90+ (½.(139,300).( ))
100
= 79,544
STA PTV4 = STA PPV4 + ( ½ LV4)
= 2350 + (½.(139,300)
= 2419,7
e. Lengkung V ( Cembung )
= √ ( 500,000 )2−(12,846)2
= 499,835 m
2
g5
Kontrol jarak
√
= ( X 5 )2− ( 100
. X5 )
37,047
√ 2
= ( 499,835 ) −(
100
.274,996)2
= 500,000 m
f. Lengkung VI ( Cembung )
2
g6
Kontrol jarak
√
= ( X 6 )2− ( 100
.X6 )
1,411
√ 2
= ( 299,970 ) −(
100
.299,970)
= 300,000 m
√
= ( 649,990 )2 +
(( 0,542
100 )
.(649,990) )
= 650,000 m
(3,267)
LV8 = (67,408)2
398
= 104,508 m
∆8
EV8 = LV
800 8
(3,266)
= .(37,291)
800
= 0,152
PPV8
Jarak PPV8 – PPVB = STA PPVB – STA PPV8
= 3525,000 – 3375,000
= 149,905
Beda elevasi (AT8) = Elv PPVB – Elv PPV8
= 146,010 – 140,661
= 5,349
Xi8 = √ ( Jarak PPV 8−PPVB )2 −( AT 8 )2
√
= ( 149,905 ) +
0,300
2
100 ((
.(149,905)) )
= 149,905 m
g8
Elevasi PPV8 = Elv PPV7 + ( .X )
100 8
0,300
= 138,863 + ( ).(149,905)
100
= 140,661
STA PPV8 = STA PPV7 + (Jarak PPV7 - PPV8)
= 2775,000 + 600,000
= 3 + 375,000
PLV8
g8
Elevasi PLV8 = Elv PPV8 – ( ½ LV8. )
100
0,300
= 140,661– (½.(57,424).( )
100
= 140,575
STA PLV8 = STA PPV8 – ( ½ LV8)
= 3375,000 – (½.(57,424)
= 3 + 346,288
PTV8
g9
Elevasi PTV8 = Elv PPV8 + ( ½ LV8 . )
100
3,566
= 140,661 + (½.57,424).( )
100
= 141,685
STA PTV8 = STA PPV8 + ( ½ LV8)
= 3375 + (½.57,424)
Stasiun Lengkung
- STA lengkung 1 = STA PLV1 + x1
= 96,829 + (0,000)
= 0 + 96,829
- STA lengkung 2 = STA PLV2 + x2
= 548,403 + 0,993
= 0 + 549,39
- STA lengkung 3 = STA PLV3 + x3
= 1070,566 + (0,538)
= 1 + 071,203
- STA lengkung 4 = STA PLV4 + x4
= 1310,667 + 0,012
= 1 + 310,679
- STA lengkung 5 = STA PLV5 + x5
= 1818,390 + (1,109)
= 1 + 819,500
- STA lengkung 6 = STA PLV6 + x6
= 2120,037 + (0,812)
= 2 + 120,848
- STA lengkung 7 = STA PLV7 + x7
= 2773,618 + (1,119)
= 2 + 774,736
- STA lengkung 8 = STA PLV8 + x8
= 2906,355 + 0,046
= 3 + 356,400
(3,266)
= .(37,291)
800
= 0,152
14 0+625 16,7833
15 0+650 16,6159
16 0+675 17,9619
17 0+700 12,7116 0,5607
18 0+725 3,5982
19 0+750 2,1550
20 0+775 1,8803
31 1+075 14,2894
32 1+125 8,2082
33 1+175 16,1982
34 1+225 20,7906
35 1+275 22,5164
36 1+325 9,1776
37 1+375 2,6450 0,2852
38 1+400 8,6393
39 1+425 14,6813
40 1+450 12,5527
41 1+475 16,2114
42 1+500 20,8052
43 1+525 21,8136
44 1+550 24,4079
45 1+575 23,4737
46 1+600 24,2732
47 1+625 25,7912
48 1+650 27,9440
49 1+675 22,0429
50 1+700 20,3987
51 1+725 16,5264
52 1+750 5,6861
53 1+775 4,5397 0,6873
54 1+825 16,1839
55 1+875 16,7022
56 1+925 32,3456
57 1+975 30,2165
58 2+025 27,5779
59 2+075 27,9865
60 2+125 12,9390
77 2+575 6,4450
78 2+625 11,7243
79 2+675 14,9980
80 2+725 17,1420
81 2+775 8,8270
82 2+825 4,3671
83 2+875 15,1097
84 2+925 2,8192 7,8838
85 2+950 25,6148
86 2+975 2,1249 2,8845
87 3+000 7,9720
88 3+025 8,4410
89 3+050 13,2653
90 3+075 17,7822
91 3+100 27,5687
92 3+125 33,3205
93 3+150 37,2102
94 3+175 37,0356
95 3+225 57,5823
96 3+275 32,2686
97 3+325 2,2268 10,7130
98 3+375 9,5803
99 3+425 11,3870
100 3+475 2,4588 5,0051
101 3+525 8,2787
TOTAL 572,2492 878,0460
4.1 Kesimpulan
Setelah dilaksanakan analisa dari data-data yang ada dan dilakukan
perhitungan, maka kami dapat menarik kesimpulan yaitu:
1. Klasifikasi medan perbukitan.
2. Perencanaa alinyemen horizontal diencankan 4 tikungan yaitu :
Data Tikungan I Tikungan II Tikungan III Tikungan IV
Bentuk S-C-S F-C S-C-S S-S
Vr 60 km/jam 60 km/jam 60 km/jam 70 km/jam
θS 4.991 - 4,991 11,600
θC 70,556 90,00 67,680 0
Ls 50 m 50 m 50 m 144,951 m
Lc 353,421 m 450,819 m 339,011 m 00,000 m
Ts 268,427 m 287,00 m 256,292 m 146,365 m
Ec 89,614 m 118,879 m 81,886 m 9,982 m
K 24,994 m 24,990 m 24,994 m 72,380 m
P 0.364 m 0,36 m 0,364 m 2,47 m
X 49,962 m 49,962 m 49,962 m 144,357 m
Y 1.452 m 1,452 m 1,452 m 9,782 m
Rc 287 m 287 m 287 m 358 m
E 6,20% 6,20% 6,20% 6,80%
En 2% 2% 2% 2%
3. Perencanaan alinyemen vertikal ada 8 lengkung vertikal :
a. PPV I : Cekung
b. PPV II : Cekung
c. PPV III : Cembung
d. PPV IV : Cekung
e. PPV V : Cembung
f. PPV VI : Cembung
g. PPV VII : Cembung
h. PPV VIII : Cekung
4. a. Jumlah galian : 572,2492 m3
b. Jumlah timbunan : 878,0460 m3
4.3 Saran
Demi kesempurnaan Laporan Geometri Jalan Raya maka kami
menyarankan:
1. Pengawasan dari asisten dosen, sehingga pengerjaan Laporan Geometri Jalan
Raya berjalan dengan lancar dan memperkecil adanya kesalahan.
2. Ketelitian dalam peembacaan dan perhitungan rencana trase jalan, alinyemen,
Superelevasi dan potongan melintang jalan.
3. Setiap anggota kelompok harus menguasai materi, sehingga penyusunan
laporan dapat berjalan dengan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.