Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUGAS

PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL II

“REKONSTRUKSI JALAN LUBUK ALUNG- PARIAMAN-


PADANG SAWAH”

DOSEN PENGAMPU : ARMIZOPRAT, ST

KELOMPOK : V

ASHA ALQHYFAROH (2010003433040)


ARDIAN SAPUTRA (2010003433141)
SEPTREE DIALES SAVERO (2010003433015)
RANDI MAULANA (2010003433065)
SURYA RAMADHAN (2010003433056)

FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS EKASAKTI PADANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan merupakan tempat yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan baik
kendaraan bermotor maupun tidak bermotor. Selain itu, jalan seharusnya memiliki
fasilitas untuk mengakomodasi kepentingan pejalan kaki seperti trotoar, jembatan
penyeberangan orang, zebra/pelican cross dan lain-lain.

Alasan kenapa jalan ini buat yaitu sebagai Jalan Utama yang memiliki
fungsi untuk menghubungkan 1 kawasan yang satu dengan kawasan yang lainnya.
Jalan memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi dan sosial suatu
wilayah. Dengan adanya jalan sebagai penghubung antar wilayah memungkinkan
mobilitas penduduk, transportasi barang, dan akses ke berbagai fasilitas seperti
sekolah, rumah sakit, dan tempat bisnis.

Sasaran yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan
prasarana jalan secara bertahap dengan target mengoptimalkan pekerjaan sesuai
dengan besaranya yang tersedia.

Di dalam pelaksanaan pembanguan sering ditemukan hasil perencanaan


tidak sesuai lagi dengan kondisi saat pelaksanaan. Untuk mengatasi hal tersebut
perlu dilakuakan jhustifiksi teksnis yang mana bertujuan untuk menyesuaikan
antara rencana pelaksaan dengan keadaan lapangan pada sat pekerjaan
dilaksanakan.

Jalan merupakan prasarana vital yang menompang aktivitas pergerakan


masyarakat dan menghubungkan suatu daerah lain. Perkembangan ekonomi
disuatu daerah yang disertai pertumbuhan penduduk yang pesat akan
mempengaruhi fungsi jalan sebagai sarana penghubung antar daerah. Sehingga,
diperlukan perluasan jalan arteri sebagai penghubung utama antar daerah untuk
keberlangsungan pergerakan barang dan orang antar kabupaten atau kota.
Apabila pekerjaan paket peningkatan preservasi rekontruksi jalan Lubuk
Alung- Pariaman- Padang Sawah ini telah terlaksanankan sebagai perhubungan
lalu lintas yang lancar, maka akan tercipta pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya
dan pendidikan yang lebih baik.

1.2 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam perencanaan pembangunan jalan yaitu:
1. Penelitian dilakukan pada ruas jalan byy pass pariaman sepanjang 1000
m.
2. Perencanaan perkerasan jalan berdasarkan Metode AASHTO
3. Perencanaan RAB berdasarkan hasil perencanaan geometrik dan
perkerasan jalan.
4. Perencanaan RAB tidak menghitung biaya penggunaan alat berat
1.3 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang tersebut di atas, maka yang terjadi permasalahan
adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan peningkatan preservasi konstruksi jalan lubuk alung-
pariaman- padang sawah
2. Bagaimana merencanakan tebal perkerasan jalan

1.4 Maksud dan Tujuan


1.4.1 Maksud Dari Pelaksanaan proyek
Maksud dari melakukan survey pada proyek jalan peningkatan preservasi
rekontruksi jalan Lubuk Alung- Pariaman- Padang Sawah adalah
1. untuk memperlancar tingkat kemampuan pelayanan jalan
2. serta meningkatkan prasana yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat secara lokal regional dan nasional.
1.4.2 Tujuan pelaksanaan
1. Membuat Perencanaan geometrik jalan lubuk alung- pariaman-
padang sawah.
Langkah-langkah perencanaan geometrik jalan:
• Penyediaan gambar situasi skala 1:1000
• Penentuan trace jalan
• Penentuan koordinat PI
• Kriteria perencanaan (alinyemen horisontal, alinyemen
vertikal, pelebaran pada tikungan, kebebasan samping)
• Penentuan jenis tikungan
• Penggambaran hasil rencana
2. Membuat Perencanaan perkerasan jalan lubuk alung- pariaman-
padang sawah
Langkah-langkah perkerasan jalan:
• Menentukan jenus struktur perkerasan
• Menenukan umur rencana perkerasan
• Analisa perkerasan existing
• Analisa volume lalu lintas
• Perencanaan alinyemen vertikal dan horizontal
• Evaluasi drainase exising
3. Membuat Rencana anggaran biaya jalan lubuk alung- pariaman-
padang sawah
Langkah-langkah membuaran rencana anggaran biaya:
• Persiapkan Gambar Kerja.

• Hitung Volume Pekerjaan.

• Tentukan Harga Satuan Kerja.

• Menghitung Jumlah Biaya Pekerjaan.

• Rekapitulasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar laporan kerja praktek lapangan ini dapat tersusun secara sistematis,
maka penulis menyusun laporan ini sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini membahas latar belakang dari proyek peningkatan
presevasi kontruksi jalan lubuk alung- pariaman- padang sawah, yang disertai juga
dengan Maksud dan Tujuan, Batasan Masalah, Motode pengumpulan data
penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi uraian tentang semua variabel penelitian, variabel penelitian di
dapat dari judul skripsi, penelitian dan pemikiran peneliti sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan (penelitian yang relevan),
urutan sub bab disesuaikan dengan sub bab perhitungan di bab iv

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian rinci tentang tempat dan waktu penelitian, jenis
penelitian, variabel, teknik pengumpulan data, metode pengolahan data, bagian
alir penelitian.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan tentang analisis hasil dari pengolahan data dengan
membandingkan teori, hasil penelitian terdahulu, dan reverensi yang relevan.
Pembahasan dari penelitian tidak hanya sekedar menjelaskan atau menceritakan
hasil penelitian saja akan tetapi menjelaskan mengapa hasil penelitian dapat
terjadi seperti ini, perhitungan yang ditabelkan harus ada uraiannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran, menyatakan kesimpulan dari penelitian yang telah


dilakukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jalan


Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang di peruntukkan
untuk lalu lintas baik menggunakan kendaraan maupun jalan kaki yang
menghubungkan dari satu daerah ke daerah lain.
Sebagai prasarana transportasi, jalan harus memenuhi syarat sesuai dengan
fungsinya yaitu memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ketempat yang
lain dengan cara aman, nyaman, lancar dan ekonomis.

2.2 Klasifikasi Jalan


Klasifikasi jalan dibedakan menjadi lima bagian, yaitu klasifikasi jalan
berdasarkan peruntukkan, fungsi, sistem, kelas, dan status. Masing – masing
klasifikasi jalan akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Jalan menurut peruntuk kannya
Berdasarkan UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, peruntukkan
jalandibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Jalan umum
Jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum.
b. Jalan khusus

Jalan yang tidak diperuntukkan bagi pengguna lalu lintas


umum, sertadikelola oleh suatu isntansi tersendiri, seperti:
1) Jalan inspeksi salurang pengairan, minyak, atau gas
2) Jalan perkebunan, pertambangan, Perhutani
3) Jalan komplek perumahan bukan untuk umum
4) Jalan pada kompleks sekolah atau universitas
5) Jalan pada daerah – daerah keperluan militer
2. Jalan menurut fungsinya
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 34 tahun 2006, fungsi jalan
dibedakan menurut sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan.
Berdasarkan fungsinya, jalan terdiri atas :

a. Jalan Arteri
1) Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan secara
berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Di desain berdasarkan
kecepatan paling rendah 60 km/jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 11 meter. Kapasitas jalan harus lebih besar dibandingkan
volume rata – rata lalu lintas. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan
lokal. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
2) Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kedua. Di desain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 (tiga
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11
(sebelas) meter. Kapasitas jalan harus lebih besar daripada volume
lalu lintas rata – rata. Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat
tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

b. Jalan Kolektor
1) Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
Di desain berdasarkan kecepatan paling rendah 40 km/jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 9 meter. Kapasitas jalan harus lebih besar dari
volume lalu lintas rata – rata. Jalan kolektor primer yang memasuki
kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak
boleh terputus.
2) Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
20 (dua puluh) kilometer per jam denga lebar badan jalan paling sedikit 9
(sembilan) meter. Kapasitas jalan harus lebih besar daripada volume lalu
lintas rata – rata. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
c. Jalan Lokal

1) Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan


nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta
antarpusat kegiatan lingkungan. Di desain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 20 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5
meter. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan pedesaan tidak boleh
terputus.
2) Jalan lokal sekunder menghubungkan kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga
dan seterusnya sampai ke perumahan. Di desain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 km/jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 7,5 meter.

d. Jalan Lingkungan
1) Jalan lingkungan primer menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Di
desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 (lima belas)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam
koma lima) meter. Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan
bagi kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan
paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
2) Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antarpersil dalam kawasan
perkotaan. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5
(enam koma lima) meter. Jalan lingkungan primer yang tidak
diperuntukkan bagi kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai
lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima)meter.
3. Jalan menurut sistemnya
Berdasarkan UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, klasifikasi jalan
menurut sistemnya dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Sistem jaringan jalan primer
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jas distribusi yang
berwujud pusat – pusat kegiatan.
b. Sistem jaringan jalan sekunder
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelyanan distribusi barang
dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
4. Jalan menurut kelasnya

Menurut Undang – Undang no.22 tahun 2009, jalan dikelompokkan


menjadi beberapa kelas berdasarkan fungsi jalan tersebut, intensitas Lalu
Lintas, dan daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat beserta
dimensi kendaraan bermotor. Pengelompokkan kelas jalan terdiri atas :
a. Jalan Kelas 1 Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar < 2.500 mm, ukuran panjang < 18.000
mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat 10
ton

b. Jalan Kelas II Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar < 2.500 mm,
ukuran panjang <
c. 12.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu
terberat 8 ton;
d. Jalan Kelas III Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar < 2.100 mm,
ukuran panjang < 9.000 mm, ukuran paling tinggi 3.500 mm, dan
muatan sumbu terberat 8 ton; dan
e. Jalan Kelas Khusus Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan ukuran lebar > 2.500 mm, ukuran panjang > 18.000 mm,
ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat lebih dari
10 ton.

2.2.1. Bagian-bagian Jalan


1. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)
Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) dibatasi oleh :
a. Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di
kedua sisijalan,

b. Tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan,


dan
c. Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan.
2. Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
Ruang Daerah Milik Jalan (Damija) dibatasi oleh lebar yang
sama dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi
jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter

3. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)


a. Ruang Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) adalah ruang
sepanjang jalan di luar Damaja yang dibatasi oleh tinggi dan
lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan sebagai berikut:

1) Jalan Arteri minimum 20 meter,

2) Jalan Kolektor minimum 15 meter,


3) Jalan Lokal minimum 10 meter.
b. Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah
tikungan ditentukan oleh jarak bebas.

2.3 Struktur dan Perkerasan Jalan


Jalan memiliki persyaratan dari segi konstruksi yaitu harus kuat, awet
dan kedap air. Jika dilihat dari segi pelayanan jalan harus rata, tidak licin,
geometrik memadai dan ekonomis. Untuk itu membutuhkan suatu rancangan
perkerasan yang mampu melayani beban berupa lalu lintas. Perkerasan jalan
adalah lapisan atau badan jalan yang menggunakan bahan khusus, yaitu
campuran antara agregat dan bahan ikat. Agregat yang dipakai terdiri dari batu
pecah, batu belah, batu kali. Sedangkan bahan ikat yang digunakan berupa
aspal dan semen.
Perencanaan perkerasan yang efektif adalah salah satu dari berbagai
aspek lain dari perencanaan jalan. Perkerasan adalah bagian dari jalan raya
yang sangat penting bagi pengguna jalan. Kondisi dan kekuatan dari jalan raya
sering dipengaruhi oleh kehalusan atau kekasaran permukaan jalan. Keadaan
perkerasan yang baik dapat mengurangi biaya pengguna, penundaan waktu
perjalanan, tabrakan dan pemakaian bahan bakar.
Lapis perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu
lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu.
Dengan demikian perencanaan tebal masing – masing lapis perkerasan harus
diperhitungkan dengan optimal.
Ada jenis struktur perkerasan yang diterapkan pada struktur
perkerasanjalan yaitu terdiri atas,
a. Struktur perkerasan pada permukaan tanah asli
b. Struktur perkerasan pada timbunan
c. Struktur perkerasan pada galian

Silvia sukirman (1999) menyatakan bahwa berdasarkan bahan pengikatnya


konstruksi jalan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
1. Perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat. Lapisan
perkerasan bersifat menahan beban lalu lintas dan menyebarkan
ketanah dasar, tanpa menimbulkan kerusakan. Secara umumnya
konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan– lapisan yang
diletakkan pada tanah dasar. Lapisan–lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya.

BEBAN W = ½ Po (Beban Terpusat)

45°

Pt = Beban Disrtibusi Beban


terbagi rata
Konstruksi
Jalan

Tanah Dasar/Subgrade

Gambar 2. 1 Penyebaran beban roda melalui lapisan perkerasan


jalan

2.4 Struktur Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)


Pada umumnya, perkerasan lentur baik digunakan untuk jalan yang
melayani beban lalu lintas ringan sampai dengan sedang, seperti jalan perkotaan,
jalan dengan sistem utilitas terletak dibawah perkerasan jalan, perkerasan bahu
jalan, atau perkerasan dengan konstruksi bertahap. Konstruksi perkerasan lentur
terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah
dipadatkan. Lapisan- lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas
dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya.
Menurut Silvia Sukirman dalam Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999
perkerasan lentur memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Ada
beberapa kelebihan jika menggunakan perkerasan lentur yaitu, dapat digunakan
pada daerah dengan perbedaan penurunan (differential settlement) terbatas.
1. Mudah diperbaiki.
2. Tambahan lapisan perkerasan dapat dilakukan kapan saja.
3. Memiliki tahanan geser yang baik.
4. Warna perkerasan memberikan kesan tidak silau bagi pemakai jalan.
5. Dapat dilaksanakan bertahap, terutama pada kondisi biaya
pembangunanterbatas atau kurangnya data untuk perencanaan.

Sedangkan kerugian yang didapat jika menggunakan perkerasan


lentur antara lain,

1. Tebal total struktur perkerasan lebih tebal dari pada perkerasan kaku.
2. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan.
3. Frekuensi pemeliharaan lebih sering daripada menggunakan
perkerasankaku.
4. Tidak baik digunakan jika serig digenangi oleh air.
5. Membutuhkan lebih banyak agregat.

Struktur perkerasan lentur menurut Pedoman Perancanaan Tebal


Perkerasan Lentur (Rancangan 3) umumnya terdiri atas,
1. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang terletak pada lapisan
paling atasyang memiliki beberapa fungsi sebagai berikut,
a. Lapisan perkerasan penahan beban roda, lapisan ini
mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda
selama masa pelayanan.
b. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya
tidakmeresap kelapisan bawahnya.
c. Lapisan aus (wearing course), lapisan yang langsung
menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah
menjadi aus.
d. Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah.

2. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)


Lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan pondasi bawah
danpondasi permukaan dinamakan lapisan pondasi atas yang berfungsi
sebagai,
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban
roda danmenyebarkan beban kelapisan dibawahnya.
b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

3. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapisan perkerasan yang terletak antara lapisan pondasi atas dan
tanahdasar dinamakan lapisan pondasi bawah, yang berfungsi sebagai:
a. Bagian dari konstrusi perkerasan untuk menyebarkan beban
roda ketanah dasar.
b. Efisiensi penggunaan material.
c. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.
d. Lapisan pertama, agar perkerasan dapat berjalan lancar.

4. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah setebal 50-100 cm yang berada di bawah dari lapisan
pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dasar atau subgrade. Lapisan tanah
dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan (jika tanah aslinya baik) dan
tanah yang didatangkan dari tempat lain dan didapatkan atau tanah yang
distribusikan dengan kapur atau bahan lainnya atau biasa disebut dengan
tanah timbunan. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
tergantung pada sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Suatu perkerasan
jalan jika memiliki daya dukung yang tidak baik, maka akan mempengaruhi
umur dari jalan tersebut. Beberapa masalah yang sering ditemui terkait
dengan lapisan tanah dasar antara lain,
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dan rusaknya
struktur perkerasan jalan secara menyeluruh akibat beban lalu
lintas.

b. Sifat mengembang dan menyusut pada jenis tanah yang


memiliki sifat plastisitas tinggi. Perubahan kadar air tanah dasar
dapat berkibat terjadinya retak dan atau perubahan bentuk.
Faktor drainase dan kadar air pada proses pemadatan tanah
dasar sangat menentkan kecepatan kerusakan yang mungkin
terjadi

c. Perbedaan daya dukung tanah akibat perbedaan jenis tanah


sukar ditentukan secara pasti. Penelitian yang seksama akan
jenis dan sifat tanah dasar disepanjang jalan dapat mengurangi
dampak akibat tidak meratanya daya dukung tanah dasar.
d. Perbedaan penurunan (differential settlement) akibat
terdapatnya lapisan tanah lunak dibawah tanah yang terletak
dibawah lapisan tanah dasar sangat membantu mengatasi
masalah ini.
e. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan
penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar
(granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat
pelaksanaan.

2.5 Perencanaan geometrik jalan

Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan


yang menitikberatkan pada alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal,
sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yang memberikan
kenyamanan yang optimal pada arus lalu lintas sesuai dengan kecepatan yang
direncanakan.

Faktor-Faktor Dalam Perancangan Geometrik Jalan

Tujuan utama perancangan geometri adalah untuk menghasilkan jalan


yang dapat melayani lalu lintas dengan nyaman, efisien serta aman. Kapasitas
suatu jalan merupakan suatu faktor pada jalan-jalan, dengan keselamatan
merupakan suatu faktor yang dominan untuk jalan, yang mempunyai
kecepatan tinggi.

Elemen elemen utama perancangan geometri jalan adalah :

a. Alinyemen Horizontal
Alinyemen Horisontal terutama dititik beratkan pada perencanaan
sumbu jalan dimanaakan terlihat jalan tersebut merupakan jalan lurus,
menikung ke kiri, atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis
lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk
garis lurus kebentuk kebentuk lingkaran.
b. Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal atau penampang memanjang jalan disini akan
terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun.
Pada perencanaan alinyemen Vertikal ini mempertimbangkan bagaimana
meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat
operasi kendaraan, keamanan, jarak pandang, dan fungsi jalan.

Secara umum perencanaan geometrik terdiri dari aspek-aspek perencanaan


trase jalan, badan jalan yang terdiri dari:

1. bahu jalan
2. jalur lalu lintas
3. tikungan
4. drainase
5. kelandaian jalan
6. galian dan timbunan.

Gambar 2.2 Perencanaan geometrik jalan


2.6 Rencana anggaran biaya

Rencana Anggaran Biaya atau disingkat (RAB) adalah perkiraan


perhitungan biaya yang dibutuhkan saat ingin melakukan suatu proyek
tertentu. Biasanya, rancangan anggaran dana akan dibuat sebelum proyek atau
suatu event dilaksanakan. Itulah mengapa, RAB disebut dengan "rencana"
atau perkiraan.

Suatu perhitungan estimasi terkait berapa banyak biaya yang diperlukan


untuk bahan baku, upah, dan anggaran tambahan lainnya dalam membuat
suatu proyek tertentu. Intinya, pengertian rencana anggaran biaya adalah
perhitungan dana yang masih berupa perkiraan, dan bukan jumlah sebenarnya
berdasarkan pelaksanaan.
BAB III
METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian

Berikut ini merupakan lokasi penelitian pada proyek Preservasi


Konstruksi jalan lubuk alung – pariaman – padang sawah.

Gambar 2.1 Peta lokasi proyek

2.3. Pekerjaan Lapis Aspal AC - BC


Pada proyek Penuntasan Paket Preservasi Jalan Lubuk alung pariaman
padang-Sawah ini, tebal perkerasan AC - BC 6,0 cm

2.3.1. Prosedur Pelaksanaan


Urutan pelaksanaan pekerjaan:
1. Pembuatan Proporsi Campuran(Job Mix Formula) Aspal
2. Penyiapan permukaan yang akan dihampar.
3. Melakukan Trial Lapangan
4. Melakukan Tack Coat kelokasi yang mau diaspal
5. Pengangkutan Aspal dari AMP (Asphalt Mixing Plant) ke lokasi
proyek dengan menggunakan DumpTruck..
6. Penghamparan aspal dengan menggunakan Aspha Finisher.
7. Selama proses penghamparan suhu aspal harus dicek setiap mobil.
8. Pemadatan dilaksanakan dengan menggunakan Tandem Roller
dan Pneumatic Tired roller.
9. Pemadatan dilakukan mulai dari bagian tepi kearah bagian tengah
dan pada super elevasi dari tempat yang lebih rendah ke tempat
yang lebih tinggi.
10. Selama proses pemadatan harus dipantau banyak gilingan yang
dilakukan.

2.3.2. Peralatan dan Bahan

1. Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah sebuah mesin yang digunakan untuk
pengelolaan aspal dan agregat sehinggamenghasilkan aspal beton.
2. Asphalt Finisher berfungsi sebagai alat penghamparan aspalbeton.
3. Tandem Roller. Pemadatan awal sebelum (PTR) melakukanpemadatan
4. Pneumatic Tyred Roller (PTR). Berfungsi sebagai alat pemadat lapisan
yang sudah di hampar.
5. Dump Truck untuk membawa Aspal beton ke lokasi.
6. Water Tanker adalah mobil tangki air yang berfungsi untuk membawa air
dari sumbernya ke lokasi pekerjaan
2.3.3. Proses Pengendalian Mutu Pekerjaan

Pada umumnya setiap proyek dilengkapi dengan suatu rencana kerja dan
mutu yang menjadi acuan dalam pelaksanaan dan pengendalian mutu proyek
yang dilakukan. Pengendalian mutu (Quality Control) dilakukan terhadap semua
item pekerjaan yang dilaksanakan mencapai semua sasaran dan persyaratan mutu
yang telah disepakati sebelumnya di dalam kontrak.

Secara umum, pekerjaan pengendalian mutu pada Paket Penuntasan


Rehabilitasi Jalan Lubuk Alung pariaman Padang-Sawah meliputi :
1. Material yang digunakan
2. Pemilihan tenaga kerja
3. Perawatan alat
4. Pemeliharaan hasil pekerjaan
5. Pengujian material di laboratorium
6. Pengujian hasil pekerjaan

Berikut ini beberapa pengujian yang menyangkut pengendalian mutu


dilapangan :

a) Pengendalian Kualitas Material Yang Digunakan.


Pengendalian dan pengawasan kualitas material yangdigunakan
mutlakdilakukan dalam pelaksanaan proyek. Di dalam proyekini,
pengendalian dilakukan dalam bentuk kegiatan pengujian secara
laboratorium dengan melakukan pengujian terhadap material yang akan
digunakan dan pengawasan terhadap material yang didatangkan kelokasi
proyek agar sesuai dengankontak kerja.
Pengendalian dilapangan berupa pengontrolan terhadapmaterial yang
masuk kelapangan, apakah material tersebut sesuai dengankontrak kerja
atau tidak. Jika terjadi penyimpangan mutu terhadap material yang
masuk, maka konsultan pengawas dengan tegas menolak material
tersebutuntuk digunakan.
b) Pengendalian Dengan Cara Pengawasan/Supervisi
Dalam hal ini kontaktor tertutama konsultan pengawas memberi
arahan terhadap pekerja terhadap spesifikasi dan persyaratan teknis setiap
item yang akandikerjakan agar bekerja sesuai dengan prosedur yang
benar guna mengurangi kesalahan yang dapat mengurangi mutu
pekerjaan. Agar diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan sasaran
yang diinginkan, baik mutu maupun volumenya, maka diperlukan
pengawasan yang baikdan terus menerus pada setiap tahapan pekerjaan.
c) Pengendalian Terhadap Kuantitas Pekerjaan Pengendalian kuantitas
pekerjaan ini dilakukan terhadap hasil pekerjaan dengan cara
melakukan beberapa pengujian dilapangan seperti berikut :
• Pengecekan suhu lapangan
• Pengecekan banyak gilingan Tandem dan PTR
• Pengambilan sampel aspal untuk di bawa ke laboratorium
untuk cek kadar aspal dan gradasi.
• Core Drill, pengujian ini bertujuan untuk menentukan dan
mengambil sampel perkerasan di lapangan sehingga dapat
diketahui tebal dan karakteristik campuran perkerasan.
• Pengujian density aspal. ini bertujuan untuk menentukan
kepadatan perkerasan di lapangan.

2.4. Metode Pelaksanaan Lapisan Aspal AC - BC


Asphalt Concrete - Binder Course (AC - BC) merupakan bagian dari lapis
permukaan diantara lapis pondasi atas (Base Course) dengan lapis aus (Wearing
course) yang bergradasi aggregat gabungan rapat/menerus, umumnya digunakan
untuk jalan - jalan dengan beban lalu lintas yang cukup berat.
Metode Pelaksanaan Pengaspalan AC - BC:
1. Pembuatan Proporsi Campuran (Job Mix formula) Aspal
2. Penyiapan permukaan yang akan dihampar
3. Sebelum pengaspalan AC - BC dilakukan perlu dilakukan pekerjaan
pesiapan yang meliputi pengecekan terhadap permukaan lapisan
sebelumnya (lapisan AC - BASE), apakah telah siap dilakukan
pengaspalan atau belum, pekerjaan pembersihan permukaan Lapis
Pondasi (AC - BASE) dengan Compressor dan pekerjaan Tack Coat.
Tack coat adalah pekerjaan penyemprotan lapisan perekat pada lapisan
permukaan perkerasan aspal sebelumnya.
4. Setelah pelaksanaan TackCoat kita sudah dapat melaksanakan
penghamparan aspal AC - BC dengan temperatur yang telah
disyaratkan. Campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang
disyaratkan menggunakan Asphalt Finisher dimana pada pekerjaan ini
tebal rencananya adalah 6,0 cm dan tebal Saat penghamparan adalah 7,0
cm.

5. Pengecekan Suhu
Suhu campuranaspalharusmemenuhispesifikasiantara (130-150°C)

Gambar 4.1 Pengecetan Suhu


Sumber : Dokumentasi Lapangan

6. Setelah aspal dihampar dan telah dapat pada elevasi yang diingikan, aspal
diratakan dan dirapikan dengan menggukanan Tendem Roller pada suhu
(110˚125˚) sebanyak 2 lintasan.
7. Jika aspal telah di ratakan mengguanakan Tendem Roller aspal
diapadatkan menggunakan Pneumatic Tire Roller (PTR) hingga
mendapatkan kepadatan maximum, dalam proyek ini untuk mendapatkan
kepadatan maximum passing menggunakan PTR dilakukan sebanyak 20
passing.
25

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Data Umum Kegiatan Proyek

a. Panjang Pekerjaan : 1400 M

b. Jenis Pekerjaan : Rehabilitasi Mayor

c. Item Pekerjaan :

a. Lapisan BASE – A
b. Lapisan AC - BASE
c. Lapisan AC – BC
d. Lapisan AC - WC

4.2. Lingkup Pekerjaan Proyek

4.2.1. Mobilisasi

Mobilisasi yang dilakukan dalam pekerjaan dilapangan yang meliputi berbagai


hal yang berkaitan dengan pengangkutan dan pemindahan alat serta material yang
diperlukan untuk pengerjaan pada proyek tersebut. Mobilisasi dalam kegiatan
proyek pekerjaan ini tergantung pada volume pekerjaan yang dilakukan, dan
mobilisasi yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksanan dilapangan antara lain
adalah :

a. Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk


base camp kontraktor dan kegiatan pelaksanaan.
b. Mobilisasi kepala pelaksana yang memenuhi jaminan kualifikasi
menurut cakupan pekerjaannya.
c. Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam kontrak.
26

d. Mobilisasi dan pemasangan peralatan pekerjaan sesuai dengan


daftar peralatan yang tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi
asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut akan
digunakan.
e. Mobilisasi penyediaan dan pemeliharaan base camp kontraktor,
jika perlu termasuk kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel,
gudang, dan sebagainya.
f. Mobilisasi pengangkutan alat-alat berat. Mobilisasi alat sangat
penting peranannya dalam mendukung pengendalian waktu
pelaksanaan suatu proyek. Keterlambatan memobilisasi alat, dapat
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pekerjaan, karena jadwal
pengadaan alat terkait erat dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan alat adalah sebagai


berikut:

• Survey rute transport alat.


• Izin-izin dari instansi/pihak yang berwenang.
• Perkiraan waktu yang diperlukan.
• Jadwal kapal pengangkut, bila pengangkutan melalui laut. Survei kondisi
dan fasilitas muat dan bongkar di pelabuhan yang dilalui.
• Asuransi pengangkutan.
• Pemilihan perusahaan angkutan yang bonafide, bila pengangkutan alat
diserahkan pada perusahaan lain.
27

4.2.2. Pekerjaan Persiapan

Suatu pekerjaan pada proyek yang akan dilaksanakan oleh kontraktor tersebut
tidak lepas dari peranan pimpinan kontraktor, terutama selaku penanggung jawab
seluruh kegiatan fisik di lapangan dari permulaan pekerjaan atau persiapan hingga
tahap akhir dan penyerahan kepada pihak Pemilik Proyek.

4.2.3. Pembuatan Papan Nama Proyek

Adapun tujuan pembuatan papan nama proyek ini adalah sebagai informasi
kepada masyarakat bahwa di lokasi tersebut ada kegiatan pembangunan jalan,
dengan demikian diharapkan masyarakat dapat memahami untuk membantu
dalam kelancaran pekerjaan, papan nama proyek juga berfungsi sebagai
penempatan lokasi pekerjaan dan semua yang berkaitan dengan kelancaran
pekerjaan.

4.2.4. Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

Prime coat merupakan lapisan resap pengikat yang bersifat cair. Untuk
mengikat aspal dan kita letakkan di atas pondasi.

4.2.5. Pekerjaan Lapisan AC-BASE Laston atas atau Lapis Pondasi (AC-
BASE)

merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal
dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan
panas. Lapisan AC-BASE mempunyai fungsi memberi dukungan lapis
permukaan, mengurangi regangan dan tegangan, menyebarkan dan meneruskan
beban konstruksi jalan dibawahnya.

4.2.6. Pekerjaan Lapis Perekat (Tack Coat) Tack coat

adalah pekerjaan penyemprotan lapisan perekat pada lapisan permukaan


perkerasan aspal sebelumnya yang telah dibersihkan dari debu dan kotoran
dengan menggunakan compressor.
28

4.2.7. Pekerjaan Lapisan AC – BC Lapis Antara (AC - BC)

adalah lapis perkerasan dibawah Lapis (AC - WC) dan lapisan diatas Lapis
Pondasi (AC - BASE). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca,
tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi
tegangan atau regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke lapisan di
bawahnya yaitu base dan sub grade.

4.2.8. Pekerjaan Lapisan AC - WC Asphalt Concrete - Wearing Course


(AC - WC)

merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai
lapisan Aus. Walaupun bersifat non struktural, AC - WC dapat menambah daya
tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan
menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.

4.2.9. Pekerjaan Bahu Jalan

Pekerjaan ini terdiri dari pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan


pemadatan bahu jalan pada tanah dasar yang telah disiapkan atau permukaan
lainnya yang disetujui dan pelaburan (sealing) jika diperlukan. Untuk pelaksanaan
bahu jalan baru atau peningkatan bahu jalan sesuai dengan garis, kelandaian dan
dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

4.2.10. Pekerjaan Penghamparan

Pekerjaan dimulai dengan diangkatnya aspal dari AMP, setibanya dilapangan


secara perlahan - lahan dituangkan ke bak mekanis Asphalt Finisher untuk
dihamparkan pada permukaan yang telah di Prime Coat/Tack Coat sebelumnya.
Ketebalan penghamparan dapat diukur dengan penyetelan yang terdapat pada
bagian samping belakang pada bagian asphalt finisher. Penghamparan dilakukan
searah dengan sumbu memanjang jalan.
29

4.2.11. Pekerjaan Pemadatan

Pekerjaan pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan


setelah agregat aspal yang telah dihamparkan temperaturnya turun antara 125oC -
135oC. Saat pemadatan pertama dilihat bagian penghamparan yang tidak rata atau
kekurangan aspal, jika ada maka aspal apat ditambah dengan menggunakan sekop.
Pemadatan pertama-tama dilakukan dengan Tandem Roller sebanyak 2 lintasan (1
passing)

Anda mungkin juga menyukai