KELOMPOK : V
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan merupakan tempat yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan baik
kendaraan bermotor maupun tidak bermotor. Selain itu, jalan seharusnya memiliki
fasilitas untuk mengakomodasi kepentingan pejalan kaki seperti trotoar, jembatan
penyeberangan orang, zebra/pelican cross dan lain-lain.
Alasan kenapa jalan ini buat yaitu sebagai Jalan Utama yang memiliki
fungsi untuk menghubungkan 1 kawasan yang satu dengan kawasan yang lainnya.
Jalan memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi dan sosial suatu
wilayah. Dengan adanya jalan sebagai penghubung antar wilayah memungkinkan
mobilitas penduduk, transportasi barang, dan akses ke berbagai fasilitas seperti
sekolah, rumah sakit, dan tempat bisnis.
Sasaran yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan
prasarana jalan secara bertahap dengan target mengoptimalkan pekerjaan sesuai
dengan besaranya yang tersedia.
• Rekapitulasi.
Agar laporan kerja praktek lapangan ini dapat tersusun secara sistematis,
maka penulis menyusun laporan ini sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini membahas latar belakang dari proyek peningkatan
presevasi kontruksi jalan lubuk alung- pariaman- padang sawah, yang disertai juga
dengan Maksud dan Tujuan, Batasan Masalah, Motode pengumpulan data
penulisan serta sistematika penulisan.
Bab ini berisi uraian rinci tentang tempat dan waktu penelitian, jenis
penelitian, variabel, teknik pengumpulan data, metode pengolahan data, bagian
alir penelitian.
Pada bab ini berisikan tentang analisis hasil dari pengolahan data dengan
membandingkan teori, hasil penelitian terdahulu, dan reverensi yang relevan.
Pembahasan dari penelitian tidak hanya sekedar menjelaskan atau menceritakan
hasil penelitian saja akan tetapi menjelaskan mengapa hasil penelitian dapat
terjadi seperti ini, perhitungan yang ditabelkan harus ada uraiannya
TINJAUAN PUSTAKA
a. Jalan Arteri
1) Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan secara
berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Di desain berdasarkan
kecepatan paling rendah 60 km/jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 11 meter. Kapasitas jalan harus lebih besar dibandingkan
volume rata – rata lalu lintas. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan
lokal. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
2) Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kedua. Di desain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 (tiga
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11
(sebelas) meter. Kapasitas jalan harus lebih besar daripada volume
lalu lintas rata – rata. Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat
tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
b. Jalan Kolektor
1) Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
Di desain berdasarkan kecepatan paling rendah 40 km/jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 9 meter. Kapasitas jalan harus lebih besar dari
volume lalu lintas rata – rata. Jalan kolektor primer yang memasuki
kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak
boleh terputus.
2) Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
20 (dua puluh) kilometer per jam denga lebar badan jalan paling sedikit 9
(sembilan) meter. Kapasitas jalan harus lebih besar daripada volume lalu
lintas rata – rata. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
c. Jalan Lokal
d. Jalan Lingkungan
1) Jalan lingkungan primer menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Di
desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 (lima belas)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam
koma lima) meter. Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan
bagi kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan
paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
2) Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antarpersil dalam kawasan
perkotaan. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5
(enam koma lima) meter. Jalan lingkungan primer yang tidak
diperuntukkan bagi kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai
lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima)meter.
3. Jalan menurut sistemnya
Berdasarkan UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, klasifikasi jalan
menurut sistemnya dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Sistem jaringan jalan primer
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jas distribusi yang
berwujud pusat – pusat kegiatan.
b. Sistem jaringan jalan sekunder
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelyanan distribusi barang
dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
4. Jalan menurut kelasnya
b. Jalan Kelas II Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar < 2.500 mm,
ukuran panjang <
c. 12.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu
terberat 8 ton;
d. Jalan Kelas III Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar < 2.100 mm,
ukuran panjang < 9.000 mm, ukuran paling tinggi 3.500 mm, dan
muatan sumbu terberat 8 ton; dan
e. Jalan Kelas Khusus Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan ukuran lebar > 2.500 mm, ukuran panjang > 18.000 mm,
ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat lebih dari
10 ton.
45°
Tanah Dasar/Subgrade
1. Tebal total struktur perkerasan lebih tebal dari pada perkerasan kaku.
2. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan.
3. Frekuensi pemeliharaan lebih sering daripada menggunakan
perkerasankaku.
4. Tidak baik digunakan jika serig digenangi oleh air.
5. Membutuhkan lebih banyak agregat.
a. Alinyemen Horizontal
Alinyemen Horisontal terutama dititik beratkan pada perencanaan
sumbu jalan dimanaakan terlihat jalan tersebut merupakan jalan lurus,
menikung ke kiri, atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis
lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk
garis lurus kebentuk kebentuk lingkaran.
b. Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal atau penampang memanjang jalan disini akan
terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun.
Pada perencanaan alinyemen Vertikal ini mempertimbangkan bagaimana
meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat
operasi kendaraan, keamanan, jarak pandang, dan fungsi jalan.
1. bahu jalan
2. jalur lalu lintas
3. tikungan
4. drainase
5. kelandaian jalan
6. galian dan timbunan.
1. Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah sebuah mesin yang digunakan untuk
pengelolaan aspal dan agregat sehinggamenghasilkan aspal beton.
2. Asphalt Finisher berfungsi sebagai alat penghamparan aspalbeton.
3. Tandem Roller. Pemadatan awal sebelum (PTR) melakukanpemadatan
4. Pneumatic Tyred Roller (PTR). Berfungsi sebagai alat pemadat lapisan
yang sudah di hampar.
5. Dump Truck untuk membawa Aspal beton ke lokasi.
6. Water Tanker adalah mobil tangki air yang berfungsi untuk membawa air
dari sumbernya ke lokasi pekerjaan
2.3.3. Proses Pengendalian Mutu Pekerjaan
Pada umumnya setiap proyek dilengkapi dengan suatu rencana kerja dan
mutu yang menjadi acuan dalam pelaksanaan dan pengendalian mutu proyek
yang dilakukan. Pengendalian mutu (Quality Control) dilakukan terhadap semua
item pekerjaan yang dilaksanakan mencapai semua sasaran dan persyaratan mutu
yang telah disepakati sebelumnya di dalam kontrak.
5. Pengecekan Suhu
Suhu campuranaspalharusmemenuhispesifikasiantara (130-150°C)
6. Setelah aspal dihampar dan telah dapat pada elevasi yang diingikan, aspal
diratakan dan dirapikan dengan menggukanan Tendem Roller pada suhu
(110˚125˚) sebanyak 2 lintasan.
7. Jika aspal telah di ratakan mengguanakan Tendem Roller aspal
diapadatkan menggunakan Pneumatic Tire Roller (PTR) hingga
mendapatkan kepadatan maximum, dalam proyek ini untuk mendapatkan
kepadatan maximum passing menggunakan PTR dilakukan sebanyak 20
passing.
25
BAB IV
c. Item Pekerjaan :
a. Lapisan BASE – A
b. Lapisan AC - BASE
c. Lapisan AC – BC
d. Lapisan AC - WC
4.2.1. Mobilisasi
Suatu pekerjaan pada proyek yang akan dilaksanakan oleh kontraktor tersebut
tidak lepas dari peranan pimpinan kontraktor, terutama selaku penanggung jawab
seluruh kegiatan fisik di lapangan dari permulaan pekerjaan atau persiapan hingga
tahap akhir dan penyerahan kepada pihak Pemilik Proyek.
Adapun tujuan pembuatan papan nama proyek ini adalah sebagai informasi
kepada masyarakat bahwa di lokasi tersebut ada kegiatan pembangunan jalan,
dengan demikian diharapkan masyarakat dapat memahami untuk membantu
dalam kelancaran pekerjaan, papan nama proyek juga berfungsi sebagai
penempatan lokasi pekerjaan dan semua yang berkaitan dengan kelancaran
pekerjaan.
Prime coat merupakan lapisan resap pengikat yang bersifat cair. Untuk
mengikat aspal dan kita letakkan di atas pondasi.
4.2.5. Pekerjaan Lapisan AC-BASE Laston atas atau Lapis Pondasi (AC-
BASE)
merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal
dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan
panas. Lapisan AC-BASE mempunyai fungsi memberi dukungan lapis
permukaan, mengurangi regangan dan tegangan, menyebarkan dan meneruskan
beban konstruksi jalan dibawahnya.
adalah lapis perkerasan dibawah Lapis (AC - WC) dan lapisan diatas Lapis
Pondasi (AC - BASE). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca,
tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi
tegangan atau regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke lapisan di
bawahnya yaitu base dan sub grade.
merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai
lapisan Aus. Walaupun bersifat non struktural, AC - WC dapat menambah daya
tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan
menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.