Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PENELITIAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metedologi Penelitian

Dosen Pembimbing : M. Pudji Widodo, ST, MT

Disusun oleh :

RENDIK KALENDRA

2018140053

TEKNIK SIPIL 1

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ) JAWA TENGAH

WONOSOBO

2020
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jalan layang (flyover) adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang
menghindari daerah/kawasan yang selalu mengahadapi permasalahan kemacetan
lalu lintas. flyover dibangun untuk mengatasi permasalahan lalu lintas,
menghindari beberapa persimpangan sekaligus, melewati kawasan kumuh/pasar
ataupun melewati lembah, daerah rawa-rawa yang selalu terendam air dengan
tanah dasar yang yang tidak kuat untuk dibangun jalan dengan cara konvensional.

Di daerah Darussalam adalah Kota mahasiswa dan pelajar, Jika


dibandingkan antara penduduk setempat dengan pendatang (pelajar dan
mahasiswa) barangkali mencapai nilai yang signifikan; 30:70. Mahasiswa
mendominasi tempat ini Pagi hingga sore.

Flyover jembatan Lamnyong adalah jembatan yang menghubungkan Kota


Banda Aceh. meningkatnya jumlah kendaraan pribadi serta infastruktur dan
sistem lalu lintas yang kurang memadai merupakan salah satu penyebab utama
terjadi kemacetan di daerah tersebut. Hal ini di di karenakan jembatan flyover
lamnyong satu-satunya penghubung yang mudah di jangkau menuju arah
Darusalam atau sebaliknya. Karena meningkatnya jumlah penduduk dan
kendaraan dan sering terjadi kemacetan di daerah jembatan flyover lamnyong,
pemerintah melakukan pembangunan perluasa terhadap flyover jembatan
lamnyong di penghujung tahun 2015. Di ujung flyover jembatan lamnyong di buat
underpass yang menghubungkan Rukoh dengan Limpok. Pembuatan Underpass di
flyover jembatan lamnyong berkontribusi nyata dalam pengentasan kemacetan di
wilayah ini. Dengan adanya Underpass, penggunaan jalan dari limpok Darusalam
tidak perlu lagi jalan memutar atau terjebak traffic light bila hendak ke daerah
Kerucut atau Rukoh, Tinggal lurus begitu juga sebaliknya.

1
1.2. Perumusan Masalah
1. Bangaimana kinerja dan tingkat pelayanan ruas jalan Utama Kampung
Rukoh setelah pembangunan Underpass di ujung flyover jembatan
Lamnyong ?
2. Bagaimana prosedur analisa kinerja dan tingkat pelayanan jalan perkotaan
setelah pembangunan Underpass di ujung flyover jembatan Lamnyong ?

1.3. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan pada penelitian Studi Kinerja dan tingkat pelayanan jalan
Utama Kampung Rukoh setelah pembangunan Underpass di ujung flyover
jembatan Lamnyong meliputi:

1. Untuk mengetahui kinerja dan tingkat pelayanan ruas jalan Utama


Kampung Rukoh setelah pembangunan Underpass di ujung flyover
jembatan Lamnyong.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji prosedur analisa kinerja dan tingkat
pelayanan jalan perkotaan setelah pembangunan Underpass di ujung
flyover jembatan Lamnyong.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun mamfaat pada penelitian studi kinerja dan tingkat pelayanan jalan
Utama Kampung Rukoh setelah pembangunan Underpass di ujung flyover
jembatan Lamnyong:

1. Mengaplikasikan ilmu yang di dapat oleh peneliti selama menjalankan


program studi teknik sipil bidang Transportasi dari Universitas
Muhammadiya Aceh
2. Mengetahui bagaimana kinerja dan tingkat pelayanan jalan Utama
Kampung Rukoh setelah pembangunan Underpass di ujung flyover
jembatan Lamnyong.

2
1.5. Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, Studi Kinerja dan Tingkat Pelayanan Jalan Utama
Kampung Rukoh memacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997),
setelah pembanguna Underpass di ujung flyover jembatan Lamnyong, terdapat
dua pos pengamatan pada ruas jalan, pos 1 terletak pada persimpangan jalan
Utama Kampung Rukoh arah ke unsyia dan pos 2 terletak pada pesimpangan jalan
Utama Kampung Rukoh arah ke Limpok, pengmbilan data di lakukan 2 kali jam
puncak, yang di tinjau yaitu pada jam pagi 7.30-9.00 WIB dan sore pada pukul
16.30-18.30 WIB selama 3 hari yaitu senin, sabtu dan minggu.

1.6. Target Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki target hasil penelitian mengenai kinerja


jalan dan tingakat pelayanan pada Jalan Utama Kampung Rukoh serta kajian
dapak setelah pembangunan Underpass.

3
I. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Umum

Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan, jalan merupakan


suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalulintas. Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang
tidak dapat dipisahkan dari jalan seperti jembatan, lintas atas (over pass),  lintas
bawah (under pass) dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan jalan antara lain
rambu-rambu dan marka jalan , pagar pengaman lalulintas, pagar damija dan
sebagainya

Underpass adalah tembusan di bawah sesuatu terutama bagian dari jalan atau
jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan
underpass sebagai sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki panjang
kurang dari 0.1 mil atau 1.60934 km. Biasanya digunakan untuk lalu lintas
kendaraan (umumnya mobil atau kereta api ) maupun para pejalan kaki
atau pengendara sepeda. Fungsi penggunaan underpass diantaranya adalah
memperbaiki geometrik jalan sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
aman bagi pengendara bermotor atau pejalan kaki.

2.2. Lalu Lintas


Menurut djajoesman (1976:50) Lalu mengemukakan bahwa secara harfia
lalu lintas diartikan sebagai gerak (bolak balik) manusia atau barang dari satu
tempat ketempat lainnya dengan menggunakan sarana jalan umum. 
Menurut poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55)
menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal
perjalanan di jalan dan sebagainya serta berhubungan antara sebuah tempat
dengan tempat lainnya.  Dengan demikian lalu lintas adalah merupakan gerak
lintas manusia dan atau barang dengan menggunakan barang atau ruang di darat,
b aik dengan alat gerak ataupun kegiatan lalu lintas din jalan yang dapat
menimbulkan permasalahan seperti terjadinya kecelakaan dan kemacetan lalu
lintas.

4
Lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu
lintas jalan, sedang yang dimaksud ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang
diperuntukan bagi gerak pindah kendaraan, orang dan/atau barang yang
berupa
jalan dan fasilitas pendukung.

2.3 Karakteristik lalu Lintas

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia, MKJI (1997) Karakteristik


lalu lintas menjelaskan ciri arus lalu lintas secara kualitatif maupun kuantitatif
dalam kaitanya dengan kecepatan, besarnya arus dan kepadatan lalu lintas serta
hubungannya dengan waktu maupun jenis kendaraan yang menggunakan ruang
jalan. Karakteristik diperlukan untuk menjadi acuan perencanaan lalu lintas,
karakteristik lalu lintas yang erat hubungannya dengan penganalisaan dan
perhitungan data-data sehingga menjadi jelas dan sistematis, notasi, istilah dan
kondisi. Di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak
kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedangkan yang dimaksud
dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas
pendukung. Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan
efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu
lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas,
perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian
arus di persimpangan.

2.4 Klasifikasi Fungsional Jalan


Klasifikasi fungsional seperti dijabarkan dalam Standar Perencanaan
Geometrik untuk Jalan Perkotaan mengenai 2 (dua) sistem jaringan jalan, terdiri
dari:
1. Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti kertentuan pengaturan

5
tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang
menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut:
a) Dalam satu satuan wilayah pengembangan menghubungkan
secara menerus kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota
jenjang ketiga, dan kota jenjang dibawahnya sampai persil.
b) Menghubungkan kota kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kesatu antar satuan wilayah pengembangan. Fungsi jalan dalam
sistem jaringan jalan primer terdiri dari:
 Jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang kesatu
yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota
jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
 Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua
dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota
jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
 Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua
dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua
dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga
dengan kota jenjang ketiga, kota ketiga dengan persil, atau
kota dibawah jenjang ketiga sampai persil.
2. Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan
pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai perumahan. Fungsi
jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder terdiri dari:
a) Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
b) Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan

6
kawasan sekunder ketiga.
c) Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai
perumahan.

2.5 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan


Klasifikasi jalan menurut kelas jalan didasarkan pada kemampuan jalan
untuk menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat
(MST). Klasifikasi untuk jalan kota dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan


Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat MST (ton)
I > 10
II 10
Arteri
IIIA 8
IIIA 8
Kolektor IIIB <8
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

2.6 Klasifikasi Menurut Medan Jalan


Klasifikasi berdasarkan medan jalan ini memakai kondisi kemiringan
medan diukur tegak lurus garis kontur. Pengklasifikasiannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2. Klasifikasi Menurut Medan Jalan
Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

Datar D <3
Perbukitan B 3-25
Pegunungan G >25

Sumber: Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

2.7 Kecepatan Rencana

7
Kecepatan rencana adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat
dipertahankan di sepanjang bagiang tertentu pada jalan raya. Kecepatan
rencana ini berdasarkan kondisi cuaca cerah, lalu lintas lenggang dan pengaruh
hambatan samping jalan yang tidak berarti. Kecepatan rencana untuk jalan antar
kota dapat diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak boleh
lebih dari 20km/jam. Kecepatan rencana ini didasarkan pada fungsi jalan dan
kondisi medan jalan. Kecepatan rencana untuk jalan antar kota adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.3. Kecepatan Rencana Berdasarkan Klasifikasi Fungsi dan Medan


Kecepatan Rencana Vr (km/jam)

Fungsi Datar Bukit Pegunungan

Arteri 70 – 120 60 – 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90 50 – 60 30 – 50
Lokal 40 – 50 30 – 50 20 – 30
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

2.8 Koefisien Kendaraan


Menurut Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
dengan Metode analisa Komponen (SKBI-2.3.26.1) yang diterbitkan tahun 1987,
koefisien distribusi kendaraan (C ) ditentukan oleh jenis kendaraan dan
jumlah jalur (Tabel 2.4)
Tabel 2.4. Koefisien Distribusi Kendaraan (C )
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
Jumlah Lajur 1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah
1 lajur 1,0 - 1,0 -
2 lajur 0,6 0,5 0,7 0,5
3 lajur 0,4 0,4 0,5 0,475
4 lajur - 0,3 - 0,45
5 lajur - 0,25 - 0,425
6 lajur - 0,2 - 0,4
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1987

8
2.9 Jalur dan Lajur
Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh
kendaraan dalam satu jurusan. Jalur jalan dapat terdiri dari satu atau lebih lajur.
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas memanjang, dibatasi oleh marka lajur
jalan dan memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan. Lebar lajur
tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang dalam hal ini
dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan seperti ditetapkan dalam tabel 2.5.

Tabel 2.5. Lebar Lajur Jalan Ideal


Fungsi Kelas Lebar Lajur Ideal (m)
I 3,75
Arteri II, IIIA 3,50
Kolektor IIIA , IIIB 3,00
Lokal IIIC 3,00
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

2.10 Kapasitas Jalan

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia, MKJI (1997) Kapasitas


jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu
lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan
yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan
mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan
digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan
kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpang per jam
atau (smp/jam). Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak
ada gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas
jalan, kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume
lalu lintas bertambah, di sinilah kapasitas terjadi. Setelah itu arus akan berkurang

9
terus dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai suatu saat kondisi macet total,
arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi. Ada tidaknya pemisah/median jalan,
hambatan bahu jalan, gradient jalan, di daerah perkotaan atau luar kota, ukuran
kota.

Rumus di wilayah perkotaan ditunjukkan berikut ini :

Rumus :

C = Co×FCW×FCSP×FCSF×FCCS…………..............................

Dimana :

C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam), biasanya digunakan angka 2300
(smp/jam)
  = Faktor penyesuaian lebar jalan
  = Faktor penyesuaian pemisahan arah
  = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu
jalan.
  = Faktor penyesuaian ukuran kota

Semakin lebar lajur jalan semakin tinggi kapasitas demikian sebaliknya


semakin sempit semakin rendah kapasitas, karena pengemudi harus lebih waspada
pada lajur yang lebih sempit. Lebar standar lajur yang digunakana dalah 3,5 m
dengan perincian kalau lebar maksimum kendaraan adalah 2,5 m maka masih ada
ruang besar di kiri-kanan kendaraan sebesar masing-masing 0,5 m. Pada table
berikut ditunjukkan factor penyesuaian lebar jalan untuk berbagai kondisi:

Tabel 2.1 Faktor Penyesuaian

10
Menurut Suwardjoko Warpan (2000) Semakin dekat hambatan samping
semakin rendah kapasitas. Penurunan kapasitas ini terjadi karena terjadi
peningkatan kewaspadaan pengemudi untuk melalui jalan tersebut sehingga
pengemudi menurunkan kecepatan menambah jarak antara yang berdampak pada
penurunan kapasitas jalan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu


No Judul Metode Pengolahan Data Hasil &Pembahasan

“ Analisis Risiko Pada uji validitas dilakukan analisis


I Metode wawancara
Pembangunan bivariate person dengan
dan survey
Underpass Dewa membandingkan nilai r hitung excel
Ruci“ (Nata, 2015 ) dengan nilai r Tabel Product
Moment. Berdasarkan uji 2 sisi (2-
tailed) dengan taraf signifikan 0,05
maka diperoleh nilai r tabel untuk 10
responden adalah 0,5760. Uji
validitas instrumen menunjukkan
bahwa nilai koefisien korelasi
Product Moment masing masing
instrumen lebih besar dari 0,5760, hal
ini menunjukkan instrumen penelitian
yang digunakan dinyataan valid.

“Pengaruh Dari hasil analisa pembangunan


II Manual Kapasitas Jalan
Pembangunan underpass Simpang Jamblang
Indonesia (MKJI, 1997)
Underpass Simpang Kebayoran Lama tingkat pelayanan

11
Jamblang, (Level Of Service) pada ruas
Kebayoran Lama underpass arah jalan Sultan Iskandar
Terhadap Kinerja Muda yang nilai awalnya adalah F
Jalan Alteri Sultan (Tundaan per-kendaraan > 60 detik)
Iskandar Muda” data didapat dari Dinas Pekerjaan
(Sunarto 2013) Umum bagian kelayakan simpang
tak sebidang 2008. Di dapat nilai C
– D, (Tundaan per- kendaraan 15,1
detik – 40,0 detik).
“Analisa Tarikan
III Analisa Lalu Lintas Pembangunan underpass di simpang
Pergerakan Lalu Harian Rata-rata (LHR) patal ini dengan tujuan pastinya
Lintas Sebelum Dan mengurangi kemacetan lalu lintas.
Sesudah Underpass simpang patal ini
Pembangunan menghubungkan dari Jalan AKBP
Underpass Simpang Cek Agus menuju jalan MP Mangku
Patal Palembang” Negara yang terdiri dari dua jalur dan
(Hendrawan, 2015) dua lajur, Dari hasil penelitian
ini disimpulkan bahwa jalan Residen
A. Rozak macet pada jam-jam
puncak yang sesuai dengan aktifitas
kerja, jam-jam makan siang dan jam-
jam pulang kerja.

12
II. METODOLOGI PENELITIAN\

Pada bab ini di jelaskan metode yang di jelaskan untuk mendapatkan hasil
dari penelitian. Metode yang di jelaskan di antaranya riset penelitian,
pengumpulan data dan langkah kerja. Bagan Alir penelitian pada lampiran A.4
halaman 20.

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian ini dilakukan pada jalan Utama Kampung Rukoh,
sehingga kita dapat mengetahui karakteristik pada jalan Utama Kampung Rukoh.

3.2 Sumber Data


Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada.

3.2.1 Data Perimer


Data primer adalah data yang diperoleh dari survey pada jalan Utama
Kampung Rukoh.

a. Geometrik Jalan
b. Volume Lalu Lintas

3.2.2 Data Sekunder


Data Skunder adalah data yang di peroleh dari wilayah tersebut berupa
peta Provinsi Aceh, peta Kota Banda Aceh dan peta lokasi.

3.3 Metode Pengolahan Data

13
Pengolahan data dalam penelitian ini berdasarkan tinjauan pustaka yang
telah sebelumnya dijelaskan pada bab terdahulu. Pengolahan data menggunakan
bantuan Software Microsoft Excel 2013.

3.3.1 Pengambilan Data


Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam menganalisis
kapasitas dan tuntutan pada jalan Utama Kampung Rukoh di kota Banda Aceh,
dibutuhkan survey lapangan. Sehingga akan diperoleh data-data yang akurat
sesuai dengan kondisi persimpangan. Data-data yang diperlukan untuk
menganalisa kapsitas dan tundaan pada jalan Utama Kampung Rukoh Kota Banda
Aceh,yaitu:
a. Data volume kendaraan
b. Data geometrik jalan (lebar dan jumlah jalur)
Pengumpulan data dilakukan di pada jalan Utama Kampung Rukoh Kota
Banda Aceh. Pada jalan terdapat dua pos pengamatan pada ruas jalan, pos 1
terletak pada persimpangan jalan Utama Kampung Rukoh arah ke unsyia dan pos
2 terletak pada pesimpangan jalan Utama Kampung Rukoh arah ke Limpok,
pengmbilan data di lakukan 2 kali jam puncak. Pengamatan di lakukan selama 3
hari yaitu senin, saptu dan minggu.

a. Pagi hari antara pukul 07.300 sampai dengan 09.00WIB.


b. Sore hari antara pukul 16.30 sampai dengan 18.300 WIB.

3.2.3 Peninjauan Pelayanan


Tujuan peninjauan pelayanan sebelum pengamatan, perlu diketahui
kondisi lapangan yang sebenarnya agar dalam melakukan pengambilan data dapat
menghasilkan data yang akurat. Kondisi lapangan itu meliputi :
a. Sket Lokasi pengamatan
Sket lokasi survey perlu dibuat untuk menempatkan setiap pos untuk
menghitung volume lalu lintas.
b. Kepadatan Lalu Lintas

14
Kepadatan lalu lintas perlu ditinjau terlebih dahulu sehingga dapat
ditentukan berapa orang yang diperlukan dalam melakukan pengamatan
padatiap-tiap pos untuk menghitung volume kendaraan dan didapat
hasilyang akurat.

3.3.3 Alat-Alat Survey


Agar pengamatan di lapangan berjalan dengan baik maka perlu terlebih
dahulu disiapkan alat-alat pengamatan, antara lain meliputi, , pengukur (jam ),
alat-alat tulis (kertas dan pena)
1. Pengukur Waktu (Jam)
Untuk mengetahui waktu pengamatan pada jam yang telah di tenteukan pada
jam-jam sibuk sehingga didapat volume maksimum kendaraan yang melintasi
jalan tersebut dihitung.
2. Alat-alat Tulis
Untuk menghitung volume kendaraan perlu dipersiapkan alat-alat tulis yaitu
kertas HVS atau buku dimana di dalamnya dibuat tabel-tabel yang mewakili
seluruh jenis kendaraan yang diperlukan untuk mengevaluasi kapasitas dan
tundaan pada persimpangan.

3.3.4 Analisis Data


Untuk menilai hasil perhitungan yang kita lakukan adalah dengan melihat
Derajat kejenuhan (DS) untuk kondisi yang diamati. Jika kejenuhan yang
diperoleh melebihi nilai yang diterima (DS> 0,75) maka perlu pengontrolan arus
simpang total dan persimpangan ini perlu diberikan sinyal ,aturan arus dengan
rambu–rambu untuk mempertahankan derajat kejenuhan yang di inginkan (DS <
0,75). Akan terjadi nilai DS yang di dapatkan sesuai dengan nilai yang diterima
(DS< 0,75).

15
III. RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini disajikan tentang hasil dan pembahasan berkenan dengan pokok
permasalahan dan tujuan dari penulisan ini. Penelitian ini untuk mengetahui
karakteristik pada jalan Utama Kampung Rukoh. Selanjutnya sesuai dengan judul
penelitian ini maka diharapkan akan dapat diketahui hasilnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dan saran dijelaskan setelah dilakukan penelitian. Hasil
tulisan ini semoga bisa bermanfaat dan motivasi bagi mereka yang membutuhkan
informasi jalan Utama Kampung Rukoh. Saran yang akan disampaikan di
kemudian waktu akan di sesuaikan dengan rekomendasi terhadap hasil dan
pembahasan penulisan ini, mengenai apa yang telah menjadi pokok permasalahan
dan tujuan dari penelitian, baik diperuntukan bagi instansi terkait juga kepada
masyarakat disekitarnya.

16
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aldis 2001, Perencanaan Dan Teknik Lalu Lintas, Gajah Mada University Press
Yogyakarta

Ditinjau dari UU No 22 / 2009 Tentang Jalan dan UU No 14 / 1992 tentang “Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan”, Departemen Pekerja Umum.

MKJI 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum

Salter 2001, Hubungan Antara Lalu Lintas, Universitas Teknik Munchen.

Suwardjoko Warpani Ir, 2000, Rekayasa Lalu Lintas, Bhrata Karya Aksara
Jakarta.

Djajoesman HS, 1976. Grafik lalu lintas dan angkutan jalan, Balai Pustaka,
Jakarta
Poerwadarminta, W. J. S..1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka, Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai