Anda di halaman 1dari 22

GEOMETRIK JALAN RAYA

LAPORAN DESAIN JALAN RAYA

Dosen Pendamping: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng Wiyono, M.MT

Nama = Vauzhea Sherlina


NPM = 183110353
Kelas = 5A

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2020/2021
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Desain jalan raya.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen yang telah membantu kami baik secara
moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan Desain jalan raya yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.

Semoga laporan Desain jalan raya ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Kamis, 14-01-2021

Vauzhea Sherlina

ii
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.1 Teori Pendukung............................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 10
1.3 Tujuan............................................................................................ 10

BAB II PERMASALAHAN........................................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 13


3.1 Penentuan Klasifikasi Jalan............................................................ 13
3.2 Perencanaa Alinyemen Horizontal................................................. 13
3.3 Perencanaa Alinyemen Vertikal..................................................... 15
3.4 Perhitungan Galian dan Timbunan................................................. 18

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 19
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 19
4.2 Saran

iii
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman yang semakin maju ini, transportasi menjadi hal vital dalam
kehidupan manusia. Kesuksesan bertransportasi sangatlah dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. Salah satunya adalah
jalan raya.

Prasarana jalan merupakan akses terpenting dalam simpul distribusi lalu lintas
perekonomian suatu daerah karena pembangunan prasarana jalan berfungsi
menunjang kelancaran arus barang, jasa dan penumpang sehingga dapat
memperlancar pemerataan hasil pembangunan dalam suatu negara. Disamping hal
tersebut pembangunan prasarana jalan juga merupakan upaya dalam memecahkan
isolasi bagi daerah-daerah pengembangan yang cukup potensial, sehingga dengan
terbukanya daerah-daerah tersebut akan meningkatkan kegiatan
perekonomian.Dengan demikian, jalan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menunjang kemajuan serta mempercepat proses pembangunan.
Kenyamanan, keamanan, kelayakan suatu jalan mempunyai suatu pengaruh yang
cukup besar dalam menentukan baik tidaknya suatu jalan.

Berhubungan dengan hal diatas, di mana prasarana jalan dapat membantu


meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat maka penyelesaian tugas besar yang
berjudul “ Perencanaan Geometrik Jalan” dapat melatih mahasiswa agar dapat
membuat suatu perencanaan geometrik jalan.

Perencanaan geometrik merupakan suatu bagian dari perencanaan jalan


dimana geometrik atau dimensi yang nyata dari suatu jalan beserta bagian-bagian
disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu-lintasnya. Jadi, dengan ini
diharapkan adanya keseimbangan antara waktu dan ruang sehubungan dengan
kendaraan yang bersangkutan sehingga menghasilkan efisiensi keamanan dan
kenyamanan yang optimal dalam batas-batas pertimbangan ekonomi yang layak.
2

1.2 Teori Pendukung


1.2.1 Definisi Geometri Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geomteriknya harus
ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada lalulintas sesuai dengan
fungsinya, sebab tujuan akhir dilakukan perencanaan ini adalah untuk
menghasilkan suatu desain jalan yang baik, ekonomis, serta mampu
memberikan pelayanan lalu lintas yang optimal saat jalan ini digunakan.
1.2.2 Standar Perencanaan Geometrik Jalan
1. Peraturan Perencanaan Geometrik jalan No. 13 / 1990 (RSNI. T-14-
2004).
2. Standar Perencanan Geometrik untuk jalan Perkotaan, 1992 (RSNI.
T-14-2004).
3. Peraturan Perencanaan Geometrik jalan antar kota No.
38/T/BM/1997 (RSNI.T-14-2004).
1.2.3 Elemen Perencanaan Geometrik Jalan
1. Perencanaan trase jalan
Trase jalan adalah garis rencana yang menghubungkan menyatakan
jalur garis tengah dari jalan yang akan dibuat. Perencanaan Trase Jalan
dibuat berdasarkan kontur. Dengan demikian, Perencanaan Trase Jalan
dibuat berdasarkan kondisi yang ada (Silvia Sukirman, 1999).
Sebelum membuat trase jalan yang akan direncanakan, maka
terlebih dahulu kita melihat beberapa syarat, antara lain:
 Syarat Ekonomis
 Pertama-tama, dilihat apakah di daerah sekitar yang akan
dibuat trase jalan baru, sudah ada jalan lama atau tidak.
 Untuk pembuatan jalan, diperlukan beberapa material seperti
batu dan pasir yang banyak, maka perlu diperkirakan tempat
penggalian material yang letaknya berdekatan dengan lokasi
pembuatan jalan.
 Syarat Teknis
Untuk mendapatkan jalan yang bisa menjamin keselamatan
jiwa dan dapat memberi rasa nyaman berkendara bagi pengemudi
kendaraan bermotor maka perlu diperhatikan beberapa faktor
antara lain:
3

 Keadaan Geografi
Keadaan Geografi adalah keadaan permukaan (medan)
dari daerah-daerah yang akan dilalui oleh jalan yang akan
dibuat yang dapat dilihat dalam peta topografi. Peta topografi
ini perlu untuk menghindari sejauh mungkin bukit-bukit,
tanah yang berlereng terjal, tanah yang berawa-rawa dan
lainnya. Apabila diperlukan, maka dapat dilakukan survey
pengukuran topografi ulang demi ketelitian kerja.

 Keadaan Geologi
Keadaan Geologi dari daerah yang akan dilalui, harus
diperhatikan juga karena banyak fakta yang menunjukan
adanya bagian jalan yang rusak akibat pengaruh keadaan
geologi. Dengan adanya data yang menyatakan keadaan
geologi permukaan medan dari daerah yang akan dibuat,
dapat dihindari daerah yang rawan. Contohnya adalah adanya
bagian jalan yang patah atau longsor sebagai akibat dari tidak
adanya data geologi saat jalan direncanakan (RSNI. T-14-
2004).

a. Alinyemen Horizontal
Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada
bidang horizontal, yang dikenal juga dengan nama “situasi jalan”
atau “trase jalan”. Alinyemen Horizontal terdiri dari garis-garis
lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung yang terdiri
dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja
atau busur lingkaran saja.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan
alinyemen horizontal, yaitu :
 Penentuan nilai Fmaks bertolak ukur pada tabel 4.1 yang
tercantum dalam Buku Dasar – Dasar Perencanaan Geometrik
Jalan.

Tabel 4.1 Besar R min dan D mak untuk beberapa kecepatan rencana
4

 Menentukan nilai Rmin berdasarkan tabel 12 RSNI-2004.

 Menentukan nilai Rc berdasarkan tabel 13 RSNI-2004

 Alinyemen jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengikuti


keadaan topografi. Hal ini akan memberikan keindahan bentuk,
komposisi yang baik antara jalan dan alam dan biaya yang
murah.
 Pada alinyemen jalan sebaiknya didahului oleh lengkung yang
lebih tumpul pada jalan yang relative lurus dan panjang, agar
pengemudi tidak terkejut dan mempunyai kesempatan
memperlambat kecepatannya.
 Hindari penggunaan radius minimum untuk kecepatan rencana
tertentu sehingga jalan tersebut lebih mudah disesuaikan dengan
perkembangan lingkungan dan fungsi jalan.
5

 Sedapat mungkin menghindari tikungan ganda, yaitu gabungan


dua tikungan searah dengan jari-jari berlainan (Gambar 1).

Gambar 1.Tikungan ganda tanpa Gambar 2.Lengkung berbalik


lengkung peralihan mendadak

 Hindari lengkung berbalik yang mendadak (Gambar 2), pada


keadaan ini pengemudi kendaraan sangat sukar mempertahankan
diri pada jalur jalannya dan juga kesukaran dalam pelaksanaan
kemiringan melintang jalan.
 Pada tikungan gabungan harus dilengkapi lengkung peralihan
sepanjang paling tidak 20 m (Gambar 3 dan 4).

Gambar 3. Tikungan ganda dengan Gambar 4. Lengkung berbalik


lengkung peralihan dengan lengkung peralihan

 Pada sudut-sudut tikungan kecil, panjang lengkung yang


diperoleh dari perhitungan sering kali tidak cukup panjang
sehingga memberi kesan patahnya jalan tersebut.
 Sebaiknya hindari lengkung tajam pada timbunan yang
tinggi(RSNI. T-14-2004), dengan jumlah lengkungan dengan
rincian :
 Spiral – spiral adalah tikungan yang terdiri atas dua lengkung
spiral.
6

Gambar 5. Spiral-spiral
(RSNI. T-14-2004)

 Spiral – circle – spiral adalah tikungan yang terdiri atas satu


lengkung circle dan dua lengkung spiral.

Gambar 6. Spiral-circle-spiral

(RSNI. T-14-2004)

 Full circle adalah tikungan yang berbentuk busur lingkaran


secara penuh. Tikungan ini memiliki satu titik pusat lingkaran
dengan jari-jari yang seragam.

Gambar 7. Full circle

(RSNI. T-14-2004)
7

Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan


diantara bagian lurus dan bagian lengkung yang berjari-jari
tetap.Berdasarkan ketetapan ini, maka panjang lengkung
peralihan:
o Berdasarkan waktu tempuh, Ls = (V rencana / 3.6 ) * T
o Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal (metode
SHORTT),
Ls = 0.022 *(V rencana ³ / R.C ) – 2.727 * (V rencana *
e/C)
o Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian,
Ls = (em - en) * V rencana / (3.6 * re)

b. Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal jalan adalah perpotongan bidang vertikal
dengan bidang permukaan perkerasan jalan untuk jalan 2 lajur 2
arah atau melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan
dengan median. Seringkali disebut potongan memanjang jalan.
Alinyemen vertikal disebut terdiri dari garis-garis lurus dan
garis-garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat datar, mendaki atau
menurun, biasanya disebut berlandai.
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain
dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung
vertikal tersebut direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi
keamanan, kenyamanan dan drainase.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan alinyemen horizontal, yaitu :
 Penentuan panjang kritis untuk kelandain yang melebihi
kelandaian maksimum standar, berdasarkan tabel 5.2 pada
buku Dasar – Dasar Perencanaan Geometrik Jalan

Ada 2 jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik


perpotongan kedua bagian lurus (tangen) adalah :
8

 Lengkung vertikal cekung

Gambar 8. Lengkung vertikal


cekung
Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik
perpotongan antara kedua tangent berada dibawah permukaan
jalan.
Panjang lengkung cekung juga harus ditentukan dengan
memperhatikan beberapa hal antara lain :
 Jarak penyinaran lampu kendaraan. Jarak ini dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan
<L

Gambar 9. Akibat penyinaran


b. Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan
>L

Gambar 10. Akibat penyinaran lampu


depan > L
(RSNI. T-14-2004)

 Jarak pandang bebas


 Persyaratan drainase
 Kenyamanan pengemudi dan keluwesan bentuk

 Lengkung vertikal cembung


9

Lengkung vertical cembung adalah lengkung dimana titik


perpotongan kedua tangen berada diatas permukaan jalan.

Gambar 11. T-14-2004)


(RSNI. Lengkung vertical cembung

Pada lengkung ini direncanakan berdasarkan jarak pandang, dibagi atas


2 keadaan, yaitu :

1. Jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung S < L

Gambar 12. Jarak pandang dalam daerah


lengkung S < L
(RSNI. T-14-2004)

2. Jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung S > L

Gambar 13. Jarak pandang dalam daerah


lengkung S > L
(RSNI. T-14-2004)

Suatu alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besar biaya


pembangunan dan mengikuti muka tanah asli untuk mengurangi
pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu
terlalu banyak tikungan. Pada daerah yang seringkali dilanda banjir
sebaiknya penampang jalan diletakkan diatas elevasi muka banjir. Di
10

daerah perbukitan atau pegunungan diusahakan banyaknya pekerjaan


galian seimbang dengan pekerjaan timbunan, sehingga keseluruhan
biaya yang dibutuhkan dapat tetap dipertanggungjawabkan.
Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan seperti :
1. Kondisi tanah dasar.
2. Keadaan medan.
3. Fungsi jalan.
4. Muka air banjir.
5. Muka air tanah.
6. Kelandaian yang masih memungkinkan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana merencanakan jalan dari titik F ke titik J ?
2. Bagaimana cara menentukan klasifikasi jalan?
3. Bagaimana cara merancang alinemen vertical?
4. Bagaimana cara merancang alinemen horizontal?
1.4 Tujuan
1. Merencanakan jalan dari titik F ke titik J
2. Mengetahui cara menentukan klasifikasi jalan
3. Mengetahui cara merancang alinemen vertical
4. Mengetahui cara merancang alinemen horizontal
11

BAB II PERMASALAHAN

Akan direncanakan suatu jalan baru yang menghubungkan titik F dan J.


Rencanakan trase jalan dengan memilih trase terpendek, dengan syarat : aman;
nyaman; dan ekonomis untuk fungsi jalan kolektor III A dengan ketentuan
berlaku; jalan hanya dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihini 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
mm, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton, serta kecepatan rencana
paling rendah ialah 40 km/jam dan lebar badan jalan tidak lebih dari 7 m.

Dalam perencanaan, jalan yang direncanakan harus memenuhi kriteria


geometrik jalan yang meliputi :

1. Perencanaan alinemen horizontal


a) Perencanaan alternatif lintasan
b) Penentuan titik koordinat dan grid
c) Perhitungan jarak antara titik dan sudut pertemuan tikungan
d) Perhitungan lengkungan/ pemeriksaan pelebaran dan diagram
superelevasi
e) Perhitungan jarak pandang
2. Perencanaan alinemen vertikal
a) Perencanaan lengkungan
b) Penentuan elevasi kelengkungan as jalan
c) Perhitungan jarak pandang

Data yang diperlukan dalam perencanaan jalan sebagi berikut,

1. Data lalu lintas

a) Kendaraan ringan : 1731 Kendaraan


b) Mobil penumpang : 190 Kendaraan
c) Bus : 177 Kendaraan
d) Truk 2 as : 61 Kendaraan
e) Truk 3 as : 53 Kendaraan

2. Pertumbuhan lalu lintas


a) Selama pembangunan : 3,0 tahun
12

b) Selama umur perencanaan : 3,4 tahun


3. Umur
a) Umur rencana :
b) Umur rencana bertahap : 20 tahun
4. Posisi as jalan rencana
a) Titik awal : F
b) Titik akhir : J
5. Kelas jalan : Kolektor III A luar kota
6. Data Jalan:
a. ∆1 = 63
b. VR = 50 – 60 km/jam
= 50 Km/jam
c. Emaks = 10% = 0,10
d. Fmaks = 0,18
e. Ls = 40
f. Kelandaian Maksimum (A) = 5
13

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Penetuan klasifikasi jalan

3.2 Perencanaan Alinyemen Horizontal

1. Tikungan 1

∆1 = 63°

 Perhitungan jenis tikungan yang digunakan


VR 2
Rmin =
127(emaks+ fmaks)
50 2
=
127(0,1+0,18)
= 70,304 m

Ambil Rc = 100 m

90 Ls
θs =
π
x Rc
90 40
=
π
x 100
= 11,464o

Ls 2
P = – Rc (1 – cos θs)
6 Rc
402
= – 100 (1 – cos 11,464o)
6 x 100
= 0,672 m

Karena P>0,25 m, maka lengkung peralihan diperlukan dan tipe tikungan


adalah Spiral Circle Spiral (SCS).
14

 Menghitung komponen tikungan

Ls 2
Xs = Ls (1 - )
40 Rc
402
= 40 (1 - )
40 x 100
= 24 m

Ls 2
Ys =
6 Rc
402
=
6 x 100
= 2,667 m

Ls2
K = Ls - – Rc sin θs
40 Rc2
402 o
= 40 - 2 – 100 sin 11,464
40 x 100
= 20,121 m

Ts = (Rc + P) tan ½ ∆ + K
= (100 + 0,672) tan ½ 63o + 20,121
= 48,57 m

Es = (Rc + P) sec ½ ∆ - Rc
= (100 + 0,672) sec ½ 63o - 100
= 17,79 m

(∆−2 θs)
Lc = x π x Rc
180
(63−2 x 11,464)
= x π x 100
180
= 69,94 m

Ltot = Lc + 2Ls
= 69,94 + 2 x 40
= 149,94 m

Ltot > 2TS


149,94 m > 2 x 48,57
149,94 m > 97,14 m (OK!!)
 Pelebaran jalan di tikungan
15

2

B = ( √ Rc2 −64+1,25) −√ Rc2−64+1,25

2
= √ ( √ 100 −64+1,25) −√ 100 −64+ 1,25
2 2

= 100,929 – 99,679 + 1,25

= 2,5 m

2. Perhitungan jarak pandang


 Jarak pandang henti (Ss)
VR2
Ss = 0,278 x VR x T + 0,039 x
a
502
= 0,278 x 50 x 2,5 + 0,039 x
3,4
= 63,43 m
= 65 m
 Jarak pandang mendahului (Jd)
Dengan VR = 50 km/jam, maka jarak pandang mendahului di dapat
250 m (II.11 Panjang Jarak Pandang Mendahului (BINA MARGA)).
 Daerah bebas samping di tikungan
28,65 x Ss
M = Rc [1 – cos ( ¿]
Rc
28,65 x 65
= 100 [1 – cos ( ¿¿
100
= 5,236 m

3.3 Perencanaan Alinyemen Vertikal

Tabel 3.1 Elevasi ketinggian muka tanah


STA Elevasi (m)
STA 1 49
STA 2 52
STA 3 52
STA 4 50
STA 5 49
STA 6 48
STA 7 48
STA 8 48
Tabel 3.2 Jarak antara STA
Titik Jarak Antar
STA (m)
STA 1 – STA 2 100
STA 2 – STA 3 100
STA 3 – STA 4 50
STA 4 – STA 5 25
16

STA 5 – STA 6 25
STA 6 – STA 7 50
STA 7 – STA 8 25

1. Perhitungan gradien
 Titik STA 1 – STA 2
52−49
G1 = x 100%
100
=3%

 Titik STA 2 – STA 3


52−52
G2 = x 100%
100
=0%

 Titik STA 3 – STA 4


50−52
G3 = x 100%
50
= -4 %

 Titik STA 4 – STA 5


49−50
G4 = x 100%
25
= -4 %

 Titik STA 5 – STA 6


48−49
G5 = x 100%
25
=-4%

 Titik STA 6 – STA 7


48−48
G6 = x 100%
50
=0%

 Titik STA 7 – STA 8


48−48
G7 = x 100%
22
=0%

2. Perhitungan kelandaian (A)


17

 A1 = G2 – G1
= 0 % - 3%
= -3%

 A2 = G3 – G2
= -4% - 0%
= -4%

 A3 = G4 – G3
= -4% - (-4%)
= 0%

 A4 = G5 – G4
= -4% - (-4 %)
= 0%

 A5 = G6 – G5
= 0% - (-4%)
= 4%

 A6 = G7 – G6
= 0% - 0%
= 0%

3. Perhitungan panjang lengkung (LV)

VR 50 Km/jam
Maka Panjang Lengkung 40 – 80 m (Tabel II.24 Panjang
(LV) Minimum Lengkung Vertikal (Bina
Marga)
Diambil 50 m

4. Tipe lengkungan
 Tipe lengkungan cembung apabila nilai kelandaian (A) adalah negative
(-).
 Tipe lengkungan cekung apabila nilai kelandaian (A) adalah positif (+).
 Tipe lengkungan datar apabila nilai kelandaian (A) adalah nol (0).

Titik Station Elevasi Jara Gradie A Lv Tipe pekerjaan


(m) k n (%) (m) lengkungan
(m) (%)
18

F STA 1 49 100 3 -3 50 Cembung Timbunan


1 STA 2 52 100 0 -4 50 Cembung Timbunan
2 STA 3 52 50 -4 0 50 Datar -
3 STA 4 50 25 -4 0 50 Datar -
4 STA 5 49 25 -4 4 50 Cekung Galian
5 STA 6 48 50 0 0 50 Datar -
6 STA 7 48 25 0 0 50 Datar -
J STA 8 48

3.4 Perhitungan Galian dan Timbunan

Dengan VLHR (smp/hari) < 3.000 smp/hari


Maka untuk jalan kolektor (Tabel II.7 (Bina Marga))
Lebar jalan ideal =5m
Lebar bahu jalan ideal = 1,5 m
Maka di rencanakan jalur lalu lintasnya adalah 2 jalur – 4 lajur – 2 arah
Sehingga lebar galian dan timbunan yang diperlukan adalah
= (2 x lebar jalan) + (2 x lebar bahu jalan)
= (2 x 5) + (2 x 1,5)
= 13 m

 STA 1 – STA 2 – STA 3


V = Jarak x Lebar jalan x A
= (100 + 100) x 13 x (-3%)
= -78 m3 (Timbunan)

 STA 2 – STA 3 – STA 4


V = Jarak x Lebar jalan x A
= (100 + 50) x 13 x (-4%)
= -78 m3 (Timbunan)

 STA 3 – STA 4 – STA 5


V = Jarak x Lebar jalan x A
= (50 + 25) x 13 x 0%
= 0 m3

 STA 4 – STA 5 – STA 6


V = Jarak x Lebar jalan x A
= (25+ 25) x 13 x 0%
= 0 m3
19

 STA 5 – STA 6 – STA 7


V = Jarak x Lebar jalan x A
= (25 + 50) x 13 x 4%
= 39 m3 (Galian)

 STA 6 – STA 7 – STA 8


V = Jarak x Lebar jalan x A
= (50 + 22) x 13 x 0%
= 0 m3

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Jalan akan dirancang mengikuti kelas jalan kolektor III A luar kota dengan
sudut luar jalan yaitu 63° dan kecepatan rata-rata yang digunakan ialah 50
km/jam. Meninjau dari hasil perhitungan dimana P > 0,25, maka lenggkungan
peralihan diperlukan dan tipe tikungan adalah spiral circle spiral (SCS).

Berdasarkan hasil hitungan komponen tikungan, didapatkan data:

Xs = 24 m
Ys = 2,667 m
K = 20,121 m
Ts = 81,81 m
Es = 17,79 m
Ls = 69,74
Lto = 149,94
t
Maka, tikungan dianggap aman. Pada tikungan akan dilakukan pelebaran
jalan dengan jarak 2,5 m. Dalam perhitungan jarak pandang, didapati jarak
pandang henti (Ss) 65 m dan daerah bebas samping ditikungan 5,236 m.

Untuk perencanaan alinyemen vertikel terdapat beberapa titik yang


memerlukan pekerjaan timbunan dan galian. Pada STA 1 dan STA 2
diperlukan pekerjaan timbunan dan STA 4 diperlukan pekerjaan galian.

4.2 Saran
a. Lebih cermat dalam melakukan perhitungan
b. Untuk perhitungan komponen tikungan diharapkan dapat memnuhi
faktor aman

Anda mungkin juga menyukai