BUKU 2
KRITERIA DESAIN
SUB BAB GEOTEKNIK
KATA PENGANTAR
Rencana Teknik Akhir (RTA) merupakan dokumen hasil Perencanaan Teknik yang
dilakukan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) sebagai salah satu kewajiban dalam
Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT). Dokumen ini harus disampaikan oleh BUJT
dalam jangka waktu tertentu sejak dimulainya Perencanaan Teknik sebagaimana telah
ditetapkan dalam Rencana Bisnis Jalan Tol masing – masing BUJT.
Dalam rangka peningkatan kualitas produk RTA oleh BUJT dan memperjelas prosedur
penyusunan Dokumen RTA, maka Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menerbitkan Buku
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) RTA Jalan Tol. Juklak ini juga dapat menjadi alat
monitoring dan evaluasi dalam proses pembahasan hingga proses persetujuan RTA oleh
BPJT dan Ditjen Bina Marga.
Demikian, semoga Buku Juklak RTA ini dapat memberikan manfaat sebanyak-
banyaknya bagi pihak-pihak terkait sehingga proses Perencanaan Teknik Jalan Tol
menjadi lebih efektif dan efisien
Jakarta, 2018
(……………………………)
iii
DAFTAR ISI
BAB 1
ACUAN KRITERIA DESAIN
Standar Acuan
Standar acuan yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan dokumen Rencana
Teknik Akhir (RTA) adalah meliputi seluruh peraturan perundangan atas ketentuan dan
persyaratan teknik Jalan Tol, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
g. Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu Di Atas Tanah Lembek dan Tanah
Gambut, No. 029/T/BM/1999, Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga
No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999, Departemen Pekerjaan Umum.
h. Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan Longsoran, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik.
i. Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat Jembatan, Pd T-11-2003, Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah.
j. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, Pusat Litbang Perumahan dan
Permukiman, ISBN 978-602-5489-01-3, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
6
BAB 2
SUBSTANSI KRITERIA DESAIN
1. Kriteria Desain harus memenuhi seluruh peraturan dan persyaratan teknis jalan tol
berdasarkan referensi Standar Acuan yang telah disebutkan pada Bab 1 (satu).
2. Kriteria desain termasuk namun tidak terbatas dari kriteria desain buku ini
3. Kriteria desain disusun dengan mengacu pada Berita Acara rencana usaha PPJT. Apabila
dalam penyusunan RTA terindikasi adanya perbedaan, BUJT harus menyampaikan hasil
perbandingan antara PPJT dengan RTA, didukung hasil survei, analisis, hasil koordinasi
dan justifikasi teknis untuk mendapat persetujuan BPJT dan Bina Marga. Namun apabila
tidak ada perubahan, maka BUJT cukup melapor ke BPJT dan dapat melanjutkan
penyusunan RTA.
Catatan : hal-hal yang belum tercantum didalam kriteria desain agar mengikuti standar yang
berlaku secara nasional maupun internasional sesuai dengan kesepakatan yang telah
ditentukan.
NSPT Consistency
Relative
NSPT Density
2– 4 Soft
4–10 Loose
4– 8 Medium
10 – 30 Medium
8–15 Stiff
30 – 50 Dense
15 – 30 Very stiff
>50 Very dense
>30 Hard
Unconfined
Compresion
Konsitensi Nilai NSPT Test Strenght qall (kn/m2)
<2 <25
Very soft
2–4 25 – 40
Soft
4–8 50 – 100
Medium
8–15 100 – 200
Stiff (firm)
15–30 200 – 400
Very stiff
>30 >400
Hard
a. Tiang Bor
Metoda perhitungan yang digunakan adalah formula dari Reese and
Wright
Faktor keamanan : selimut = 1.5~2; ujung =2.5~3
Mutu beton K-250, slump 16-18 cm
Mutu baja fy=400 MPa
Jarak antar tiang 3D (center-center)
Metoda pemboran adalah dry boring/wet boring (kondisional)
Defleksi lateral max ¼”
Daya dukung tiang tarik = (0.4~0.7) x qallowable
b. Tiang Pancang
Metoda perhitungan yang digunakan adalah formula dari Mcoyle
Faktor keamanan : selimut = 2.5 - 3; ujung =2.5
Jarak antar tiang 3D (center-center)
Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan (digunakan diameter
60cm)
Defleksi lateral max ¼’’
Daya dukung tiang tarik = (0.4~0.7) x qallowable
Pada pondasi tiang, tahanan friksi tarik adalah 0.75 dari tahanan friksi tekan.
Sedangkan faktor reduksi tidak diperlukan pada pondasi bore pile. Pondasi
dalam harus direncanakan mampu menahan gaya lateral akibat beban kerja
dengan defleksi lebih kecil dari defleksi ijin struktur. Sebagai batasan, defleksi
lateral ijin pondasi dalam dapat dilihat dalam Tabel selanjutnya.
2. Pondasi Dangkal
a. Pondasi dangkal dapat digunakan pada lokasi dengan daya dukung tanah
yang cukup. Jika terdapat potensi masalah penurunan, penggunaan pondasi dangkal
tidak disarankan.
b. Angka keamanan pada penentuan kapasitas daya dukung ijin pondasi adalah:
(a) Saat menerima beban mati saja (DL) SF = 3.0 (b) Saat menerima
beban mati + beban hidup (DL + LL) SF = 2.5
c. Penurunan maksimum yang diijinkan pada pondasi dangkal dapat dilihat
dalam Tabel berikut.
d. NSPT pada dasar pondasi > 40
e. Faktor keamanan geser > 1.5
f. Faktor keamanan guling > 2.0
3. Syarat Penurunan Pondasi
a. Total penurunan Max 2.5 cm
b.
Tabel 2. Syarat Penurunan Ijin
Total Differential
Tipe Pondasi
Jangka
Jangka pendek
Jangka pendek
panjang & panjang
Pondasi
dangkal 20 mm 20 mm 1 : 1000
Pondasi
dalam 15 mm 25 mm 1 : 1000
Total Differential
Tipe Pondasi
Jangka
Jangka pendek
Jangka pendek
panjang & panjang
Pondasi
dalam 15 mm 25 mm 1 : 1000
SPESIFIKASI PENGUATAN TEBING
1. Spesifikasi
Lereng yang baik, alami, dan stabil pada galian atau timbunan konstruksi jalan
sangat diperlukan didalam perencanaan jalan di perkotaan. Lereng galian atau
timbunan dibuat selandai mungkin dan pada daerah peralihan antara lereng dengan
bagian datar dibuat berbentuk lengkung.
Kelandaian dari lereng galian dan timbunan dipengaruhi oleh jenis materialnya
yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Material Tanah
Jenis tanah sangat mempengaruhi kelandaian dan stabilitas lereng galian dan
timbunan. Komposisi tanah yang didominasi oleh lempung (clay) dan lanau
(silt) umumnya rawan terjadi erosi, untuk itu disarankan perencanaan
lerengnya lebih landai dari 3:1 (H:V).
Tabel berikut ini dapat dipakai sebagai pedoman perencanaan lereng,
dimana angka yang tercantum adalah persyaratan maksimal.
Tabel 4. Kelandaian Lereng Yang Disarankan
Kondisi
Topografi
Tinggi
Keterangan
galian/timbunan Cukup
(m) Daftar/Rolling Terjal
Terjal
untuk tanah
1.2–3 1:4 1:2 1:2
lempung dan
c. Material Pilihan
2. Kriteria
Pada material yang sejenis kelandaian lereng timbunan akan lebih rendah dari pada
galiannya. Bentuk peralihan lereng di kaki lereng pada material tanah dianjurkan
untuk kelandaian lereng 1 : 4 sampai dengan 1 : 2.
Fungsi utama dari bentuk peralihan lengkung adalah untuk :
a. Memberikan keselamatan bagi para pengemudi yang lepas kontrol ke luar
dari jalur lalu – lintas.
b. Memberikan aliran air dan hembusan angin yang lebih baik sehingga akan
menambah kestabilan lereng.
Bentuk peralihan bulat berlaku juga pada ujung atas dari galian atau
timbunan. Apabila ketinggian timbunan atau galian tidak dapat memberikan
jaminan keselamatan bagi pengendara maka sisi jalan harus dipasang rel
pengaman (guard rail). Kondisi timbunan atau galian lebih besar 2.5 m atau
konstruksi galian atau timbunan dibuat dari material yang labil, maka lereng
harus dibuat terasering
Form Kesesuaian Kriteria Desain Geoteknik
Kesesuain dengan
Kriteria Desain
No. Komponen Kriteria Desain Keterangan
Tidak
Sesuai
Sesuai
1. Data Tanah
Spesifikasi Pondasi
1. Pondasi Dalam
2. Pondasi Dangkal
3. Syarat Penurunan Pondasi
Spesifikasi Penguatan Tebing
1. Kriteria Teknis
2. Material