Anda di halaman 1dari 29

SATUAN KERJA

PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL


PROVINSI GORONTALO

KERANGKA ACUAN KERJA

PERENCANAAN TEKNIK PENANGANAN LERENG


TERSEBAR JALAN NASIONAL PROVINSI GORONTALO

TAHUN ANGGARAN 2024


KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

URAIAN PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Di Indonesia terdapat banyak lereng yang sering terjadi longsor pada jaringan
jalan, jaringan pengairan, dan daerah pemukiman. Prasarana tersebut di atas
cukup vital, sehingga diperlukan penanggulangan dengan tepat, cepat, dan
ekonomis untuk menanggulangi kerugian dalam pemanfaatan prasarana
tersebut oleh masyarakat.

Lereng yang sering mengalami longsor terutama terjadi pada lokasi dengan
keadaan geologi, morfologi, hidrolog dan iklim yang kurang menguntungkan.
Longsoran secara alami terjadi antara lain karena menurunnya kemantapan
suatu lereng, akibat degradasi tanah/batuan bersamaan waktu dan usianya.
Aktivitas manusia seperti membuat sawah dan kolam, mengadakan
pemotongan dan penggalian pada lereng tanpa perhitungan, sering
menyebabkan terganggunya kemantapan lereng yang ada, sehingga terjadi
longsoran yang merusak prasarana dan sarana yang telah ada.

Kondisi terrain di Provinsi Gorontalo umumnya berupa pegunungan dan


perbukitan, demikian pula jaringan jalan nasionalnya melewati terrain tersebut.
Kondisi yang demikian mengakibatkan rentan terjadinya longsoran baik yang
telah terjadi maupun yang masih berpotensi.

Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan pemeliharaan jaringan Jalan Nasional,


maka Direktorat Jenderal Bina Marga melalui Satker Perencanaan dan
Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo memandang perlu adanya
perencanaan yang sistematis dan tepat guna pada kegiatan tersebut di atas,
dengan harapan agar didapat hasil perencanaan matang yang memenuhi
persyaratan dan kaidah-kaidah teknis dan dapat diaplikasikan di lapangan
sebagai bagian dari kegiatan pembangunan yang berkualitas.
2. Maksud dan Tujuan
Jasa pelayanan ini dimaksudkan untuk membantu Direktorat Jenderal Bina Marga
cq Satker P2JN Provinsi Gorontalo untuk melaksanakan Paket Perencanaan
Teknik Penanganan Lereng Tersebar Jalan Nasional Provinsi Gorontalo di
wilayah BPJN Gorontalo.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan hasil perencanaan teknis
penanggulangan longsoran yang efektif dan efesien, tepat guna, dan mudah
diaplikasikan di lapangan.

3. Sasaran
Sasaran yang dicapai dari pekerjaan ini adalah :
1. Tersedianya Perencanaan Teknik Penanganan Lereng Tersebar Jalan
Nasional Provinsi Gorontalo di wilayah BPJN Gorontalo.
2. Tercapainya penyelesaian penanganan masalah lereng di ruas Jalan Nasional
Provinsi Gorontalo, sehingga tingkat pelayanan jalan yang diinginkan selama
umur rencana dapat tercapai.
3. Ketersediaan dokumen Perencanaan Teknik Penanganan Lereng Tersebar
Jalan Nasional Provinsi Gorontalo sesuai dengan prosedur yang berlaku.

4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi jasa pelayanan ini adalah Lereng di Ruas Jalan Nasional yang ada di
Provinsi Gorontalo dengan minimal 10 jumlah lereng yang dinilai paling kritis.

5. Sumber Pendanaan
Untuk pelaksanaan kegiatan ini tersedia anggaran dengan nilai HPS sebesar
Rp. 2.000.000.000, - (Dua Milyar Rupiah) termasuk PPN 11%, sumber dana
APBN 2024.

6. Nama Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Nama dan Organisasi Pengguna jasa adalah Satuan Kerja Perencanaan dan
Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo sebagai pengendali kontrak.
Dengan PPK sebagai berikut:
Nama : Reny Khairina Damayanti, S.T.
NIP : 198412302009042004
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan

Kedudukan Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi


Gorontalo berada di Gorontalo.

DATA PENUNJANG

7. Data Dasar
a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
524/KPTS/M/2022 tanggal 27 Mei 2022 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan
Jasa Konsultansi Konstruksi.
b. Pedoman Standar Minimal Remunirasi / Biaya Personil (Billing Rate) dan
Biaya Langsung (Direct Cost) untuk Badan Usaha Jasa Konsultansi Tahun
2023 Ikatan Nasional Konsultan Indonesia.

8. Standar Teknis
Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan Revisi
2.

9. Studi – Studi Terdahulu


Tidak Ada

10. Referensi Hukum


a. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
b. Undang – undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
c. Peraturan Presiden No. 12 tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 16 tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006 tentang
Jalan.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia No 5 Tahun 2023 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan
Perencanaan Teknis Jalan
i. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Melalui Penyedia.
j. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
18/SE/M/2021 Tahun 2021 tentang Pedoman Operasional Tertib
Penyelenggaraan Persiapan Pemilihan untuk Pengadaan Jasa Konstruksi di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
k. Surat Edaran Menteri PUPR No. 15/SE/M/2019 tentang Tata Cara
Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di
Kementerian PUPR.
l. Surat Edaran Menteri PUPR No. 21/SE/M/2019 tentang Standar Susunan
Tenaga Ahli untuk Pengawasan Pekerjaan Konstruksi Melalui Penyedia Jasa.
m. Instruksi Menteri PUPR No. 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi.
n. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 02/SE/Db/2021 tentang Reviu Perkiraan
Biaya Jasa Konstruksi Bidang Jalan dan Jembatan.
o. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 09/SE/Db/2021 tentang Perencanaan
dan Pemrograman Pekerjaan Preservasi Jaringan Jalan (Bagian Dari
Manajemen Aset Prasarana Jalan).
p. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 15/SE/Db/2021 tentang Gambar Standar
Pekerjaan Jalan dan Jembatan Di Direktorat Jenderal Bina Marga.
q. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 16.1/SE/Db/2020 tentang Spesifikasi
Umum Bina Marga 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
(Revisi 2).

RUANG LINGKUP

11. Lingkup Pekerjaan


Secara umum lingkup pada pekerjaan ini adalah:
Lingkup kegiatan pada paket pekerjaan Perencanaan Teknik Penanganan
Lereng Tersebar Jalan Nasional Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
b. Survey Pendahuluan
c. Survey Topographi
d. Survey Hidrologi dan Hidrogeologi
e. Penyelidikan Tanah
f. Pengujian Laboratorium
g. Penyaringan Lingkungan
h. Analisis Data, Perencanaan Teknis, dan Penggambaran
i. Penyiapan Dokumen Lelang dan Pembuatan Laporan
Berikut tahapan proses penyiapan dokumen teknis perencanaan:
1. Survei Pendahuluan dan Pengumpulan Data Sekunder
➢ Pengumpulan Data Sekunder
Penyedia jasa diwajibkan mengumpulkan sebanyak mungkin data-data
sekunder yang diperlukan untuk langkah-langkah desain. Data-data yang
diperlukan sebagai berikut :
a) Peta topografi minimum skala 1 : 50.000
b) Peta kondisi tanah, peta geologi dengan Skala minimal 1 : 250.000,
daerah rawan bencana, dokumen tanah terdahulu,
c) Data curah hujan
d) Data Jaringan Jalan
e) Data tata guna lahan
f) Data Lain yang diperlukan
g) Usulan dari pemberi tugas
➢ Survei Pendahuluan Topografi
Kegiatan yang dilakukan oleh geodetik engineer pada survei
pendahuluan adalah:
a) Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok
beton Bench Mark di awal dan akhir lokasi penanganan.
b) Mengamati kondisi topografi.
c) Mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus,
serta morfologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan
koridor.
d) Membuat rencana kerja untuk survei detail pengukuran.
e) Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi/ titik yang akan
dijadikan referensi.
➢ Survei Pendahuluan Geologi dan Geoteknik
Penyelidikan pendahuluan ini dimaksudkan untuk:
a) Membuat kajian geologi di daerah longsoran secara rinci dan detail
b) Memberi masukan kepada ahli geoteknik dalam menentukan
titik penyelidikan lapangan berdasarkan kondisi jenis material dan
berdasarkan kondisi morfologinya
c) Membuat stratigrafi tanah/batuan pada daerah longsoran
d) Membuat kriteria desain kestabilan lereng untuk jenis soft rock atau
rock (dengan mempertimbangkan aspek geologi)
e) Memetakan alur alur alam di daerah longsoran
f) Melakukan pemetaan Geologi Teknik pada daerah longsoran
berdasarkan SNI 03-2849-1992 (Tata cara pemetaan geologi Teknik)
untuk menganalisis detail dan rinci longsoran
➢ Survei Pendahuluan Hidrologi
Survei pendahuluan hidrologi dilakukan dengan mengamati secara visual
pola aliran air sekitar longsoran, posisi muka air tanah jika terlihat untuk
dijadikan bahan pertimbangan metode penanganan longsoran yang akan
digunakan. Semua hasil survei pendahuluan harus dilaporkan dalam
bentuk laporan survei pendahuluan lengkap dengan photo.
2. Pengukuran Topografi
➢ Pemasangan patok-patok
a) Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x 75
cm atau pipa paralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton
dan di atasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat
yang aman, mudah terlihat.
b) Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat,bagian yang tampak di
atas tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang PU,
notasi dan nomor BM dengan warna hitam.
c) Patok BM yang sudah terpasang, kemudian difoto sebagai
dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
d) Untuk setiap titik poligon dan siat datar harus digunakan patok kayu
yang cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang
sekurang- kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian
atas diratakan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih
nampak diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan
khusus, perlu ditambahkan patok bantu.
e) Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar
patok diberi tanda-tanda khusus.
f) Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok,
misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di atas permukaan
batu, maka titik- titik poligon dan sifat datar ditandai dengan paku
seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
➢ Pengukuran titik kontrol horizontal
a) Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan system poligon,
dan semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
b) Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter,
diukur dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun
elektronis.
c) Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukut theodolite dengan
ketelitian baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan
theodolite jenis T2 atau yang setingkat.
d) Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir
pengukuran. Apabila pengamatan matahari tidak bisa dilakukan,
disarankan menggunakan GPS Portable (Global Positioning
System). Setiap pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri
(4 biasa dan 4 luar biasa).
➢ Pengukuran titik kontrol vertikal
a) Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali
berdiri/pembacaan pergi-pulang.
b) Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran
(poligon, sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
c) Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik,
berskala benar, jelas dan sama. Pada setiap pengukuran sifat datar
harus dilakukan pembacaan ketiga benangnya, yaitu Benang Atas
(BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam satuan
milimiter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT = BA+ BB.
Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah
slag (pengamatan) yang genap.
➢ Pengukuran situasi
a) Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang
mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun
manusia yang ada disepanjang jalur pengukuran, seperti alur,
sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan sebagainya.
b) Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman
penyebaran dan kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan
gambar situasi yang benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya
sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah ada) pengukuran
harus dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
c) Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolite.
3. Penyelidikan Tanah / Batuan
Tujuan dari dilakukannya penyelidikan geologi dan geoteknik dalam
pekerjaan ini adalah untuk melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan
dasar termasuk kisaran tebal tanah pelapukan, memberikan informasi
mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk
keperluan struktur penanganan longsoran, serta mengidentifikasi lokasi
sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya.
Untuk memperoleh data-data teknis tanah di lokasi yang akan digunakan,
maka perlu dilakukan penyelidikan tanah di setiap lokasi. Penyelidikan tanah
secara garis besar dibagi dalam 2 (dua) aktivitas, yaitu penyelidikan tanah
dan pengambilan sampel/ contoh tanah dilapangan dan pengujian/
penyelidikan tanah di Laboratorium.
Penyelidikan tanah di lapangan yang dilakukan mencakup Dutch Cone
Penetration test (Sondir), Boring test (pemboran tangan/dan atau mesin
tergantung kedalaman yang direncanakan), dan pengukuran electrical
resistivity.
a) Dutch Cone Penetration Test (Sondir)
Pelaksanaan pekerjaan lapangan Dutch Cone Penetration Test (Sondir)
menggunakan alat Sondir dengan type Gouda berkapasitas 2,5 ton. Alat
ini dilengkapi dengan “friction jacket” di atas“conus” (kerucut sondir),
yang memungkinkan dapat diukurnya hambatan lekat (friction resistance)
dan tahanan konus (cone penetration resistance) sekaligus.
Pada umumnya alat yang dipergunakan adalah sebuah kerucut baku
yang mempunyai kemiringan ujung 60o dan berdiameter dasar 35,7
mm. Hasil penelitian dengan sondir ini disajikan dalam bentuk grafik CPT
yang mencakup hasil bacaan konus (Cone Penetration Resistance)
dalam satuan kg/cm2, total hambatan lekat total (total friction resistance),
hambatan lekat setempat (local friction resistance) dalam satuan kg/cm
dan perbandingan hambatan lekat (friction ratio) dalam % untuk
keperluan memperkirakan jenis tanahnya. Data yang diperoleh dari uji ini
digunakan untuk menetapkan kapasitas dukung tanah.
Pelaksanaan Sondir test di lapangan dilakukan hingga dijumpai lapisan
tanah dengan tekanan konis (qc) mencapai >200 kg/cm2 atau sampai
kedalaman maksimum 25 meter.
b) Boring test (Pemboran dangkal)
Boring test dilaksanakan dengan menggunakan bor tangan (Hand Auger
Boring). Pelaksanaan pemboran yang dikerjakan dengan metode
“continuos coring” atau pengambilan contoh tanah menerus dengan
menggunakan “penginti” dengan diameter 73 mm.
Test Penetrometer Standard (SPT) dilaksanakan pada interval
kedalaman 1,0 meter dengan menggunakan seperangkat alat Penetrasi
Standard yang terdiri dari “Split Spoon Sampler” atau tabung SPT
dengan diameter dalam 3/8 inchi, diameter lubang luar 2,0 inchi dengan
hammer seberat 63,5 kg (140 lbs) yang dijatuhkan bebas setinggi 30
inchi.
Contoh tanah tak terganggu (Undisturbed sample) diambil di beberapa
kedalaman tertentu untuk test laboratorium dengan menggunakan
tabung baja tipis (Thin Wall Shelby tube) diameter 70 mm dan panjang
70 cm.
Inti hasil pemboran akan dimasukan kedalaman peti/core box dengan
kapasitas 5.0 meter per core box. Selanjutnya dilakukan deskripsi intibor
secara visual di lapangan berdasarkan pada standard baku “Unified Soil
Clasification System (USCS)”, dan kesemuanya berikut letak
pengambilan contoh tanah tidak terganggu disajikan dalam bentuk boring
log. Setelah deskripsi selesai akan dilakukan pemotretan inti bor untuk
keperluan dokumentasi.
c) Deep Boring test (Pemboran dalam) di darat
Pekerjaan pemboran dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor
hidrolik spindle kapasitas 100 m. Masing-masing alat ini dilengkapi
dengan 1 (satu) unit pompa, dan perlengkapan pendukung yang lainnya.
Pengeboran harus dilakukan dengan mengikuti metode pengeboran
kering/ menggunakan sedikit air dan selama proses pengeboran
dilukukan pengawasan oleh asisten geotechnical engineering (S1 Teknik
Geologi), tugas asisten geotechnical engineering (S1 Teknik Geologi)
tersebut melakukan pendeskripsian hasil pengeboran pada full corebox
dan hasil pendeskripsian harus berdasarkan SNI 2436:2008 (Tata Cara
Pencatatan dan Identifikasi Hasil Pengeboran Inti). Pemboran dilakukan
dengan metode pemboran inti menerus (continous coring/Full Coring)
dengan menggunakan tabung penginti berupa (minimal double tube core
barrel) dengan diameter dalam 73 mm hingga kedalaman minimal 25
meter dari muka tanah atau sampai dengan tanah keras. Untuk
melindungi agar tidak ada runtuhan pada lubang bor maka dilakukan
perlindungan dengan menggunakan pipa pelindung (casing) diameter 89
mm. Test Penetrasi Standard (Standard Penetration Test/SPT) dilakukan
pada setiap interval kedalaman 2,0 meter, dengan menggunakan alat
test penetrasi standard yang terdiri atas tabung SPT (Split Spoon
Sample) dengan diameter luar 2 inchi dan diameter dalam 3/8 inchi,
penumbuk (hammer) dengan berat 140 lbs atau 63,5 kg dengan tinggi
jatuh bebas hammer 30 inchi.
Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) diambil dengan
menggunakan tabung baja tipis (thin walled shelby tube) diameter dalam
70 mm dan panjang 70 cm minimum dan100 cm maximum.
Contoh tanah bebas dari hasil pemboran selanjutnya dilakukan pemerian
(diskripsi) berdasarkan pembakuan standard USCS (Unified Soil
Classification System) dan berikut data-data Penetrasi Standard dan
letak pelaksanaan testnya serta kedalaman pengambilan contoh tanah
tidak terganggu dilaporkan dalam bentuk boring logs.
d) Metode Geolistrik
Metoda penyelidikan geolistrik tahanan-jenis pada dasarnya adalah
untuk menduga perlapisan tanah bawah permukaan berdasarkan harga
tahanan- jenis listrik (resistivity). Tujuan survei geolistrik adalah untuk
menentukan distribusi resistivitas bawah permukaan dengan cara
membuat pengukuran di permukaan tanah. Pengukuran resistivitas yang
normal dibuat dengan cara menginjeksikan arus ke dalam tanah melalui
dua elektroda arus dan mengukur beda tegangan yang dihasilkan pada
dua elektroda potensial. Sehingga resistivitas bawah permukaan dapat
diperkirakan. Resistivitas tanah berkaitan dengan berbagai parameter
geologi seperti mineral dan konten cairan, porositas, derajat patahan,
persentase patahan yang terisi air tanah dan derajat saturasi air di
batuan.
Data geolistrik yang sudah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan
perangkat lunak untuk mendapatkan log resistivitas. Data-data log
resistivitas kemudian dikorelasikan sesuai dengan lokasi dan lintasannya
untuk menghasilkan penampang 2D. Pada proses pengolahan data
geolistrik menggunakan data kalibrasi batuan yang berfungsi untuk
mengidentifikasi jenis batuan berdasarkan nilai resistivitas batuan.
Adapun data tambahan untuk proses pengolahan data geolistrik adalah
data strike dip batuan sebagai referensi arah sebaran lapisan batuan dan
kemiringan lapisan batuan, data elevasi sebagai koreksi topografi pada
penampang 2D resistivitas dan informasi litologi untuk penamaan jenis
batuan berdasarkan kaidah geologi.
Dalam pelaksanaan pengukuran geolistrik, arus listrik dialirkan kedalam
tanah melalui dua elektroda arus, kemudian beda potensial yang muncul
di dua titik dipermukaan akibat adanya aliran arus, diamati melalui
elektroda pengukur potensial. Harga dari beda potensial diakibatkan oleh
harga formasi tahanan- jenis pada kedalaman yang berbeda. Dengan
merubah jarak antara dua elektroda akan mengakibatkan perubahan
penetrasi arus terhadap kedalaman, semakin besar jarak elektroda,
semakin dalam penetrasinya. Dalam metoda konvensional yang paling
sering digunakan, empat elektroda diposisikan dalam satu garis,
elektroda pengirim arus diletakkan di bagian terluar, sedangkan kedua
elektroda pengukur potensial diletakkan dibagian dalam. Untuk
menambah penetrasi kedalaman, dilakukan dengan cara melebarkan
jarak antar elektroda, yang akan menghasilkan perlapisan batuan 1-
Dimensi berdasarkan harga tahanan-jenis. Penampang dalam satu garis
survei dihasilkan dengan cara interpolasi antara titik-titik pengukuran. 2D
Resitivity Imaging atau juga dikenal dengan Electrical Resistivity
Tomography (ERT) adalah perkembangan lebih lanjut dari metoda
diatas, ERT mengunakan teknik- teknik diatas dan mengitergrasikan
dalam satu bidang sayatan 2-Dimensi pada area yang ditargetkan.
Dalam pengukuran ERT terdapat beberapa cara dalam menyusun
konfigurasi elektroda, salah satunya adalah susunan Wenner-
Schlumberger. Konfigurasi dari elektroda arus dan elektroda potensial
untuk konfigurasi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Konfigurasi elektroda tipe Wenner - Schlumberger


Dimana:
C1, C2 : Elektroda arus
P1,P2 : Elektroda Potensial
a : Spasi elektroda
k : Faktor Geometri
n : 1,2,3,4, ......8
Panjang dari spasi elektroda (a) berhubungan dengan penetrasi
kedalaman dan resolusi data. Semakin panjang spasi elektroda akan
membuat penetrasi lebih dalam akan tetapi resolusi kedalaman akan
berkurang, sebaliknya, jika spasi elektroda pendek, penetrasi berkurang,
tetapi resolusi bertambah.
Spasi eketroda (a) juga bergantung kepada panjang garis profil. Untuk
n=1 s/d 8 dengan panjang garis 250 meter maka diambil harga spasi
elektroda a=10 meter dengan penetrasi kedalaman sekitar 30-35 meter
dengan resolusi data medium.
Hasil dari pengukuran kemudian digambarkan pada pseudo section (lihat
gambar 2). Dalam pseudo section, harga dari tahanan-jenis semu diplot
terhadap geometri elektroda. Untuk interpretasi data, metoda Inversi
dilakukan pada harga resistivity pada pseudosection, sehingga harga
tahanan-jenis sesungguhnya didapat.

Gambar 2. Hasil dari pengukuran kemudian digambarkan pada pseudo


section

Software program Inversi yang digunakan adalah RES2DINV (Loke and


Baker, 1996, loke 1998). Cara kerja software ini adalah membagi
pesudosection dalam blok-blok, kemudian menghitung tahanan-jenis
setiap blok untuk kemudian dibandingkan dengan tahanan-jenis pada
pseudosection, proses berulang, sehingga didapat hasil tahanan-jenis
yang paling cocok dengan tahanan-jenis lapangan (ditunjukkan dengan
RMS error yang kecil).
Peralatan untuk konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger, beda
potensial antara P1 dan P2 akan kecil ketika harga n besar (n=7 atau 8).
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan potentiometer presisi dan transmitter
arus dengan “power” tinggi. Peralatan yang digunakan adalah
Transmitter arus dengan power 1.8 KVA (maksimum arus 3A) dan
potentiometer Fluke 189 dengan resolusi 0.01 mV sd 0.001 mV.
e) Test Laboratorium Mekanika Tanah
Pengujian tanah di laboratorium dilakukan untuk menguji/menganalisa
sampel tanah untuk mengetahui data-data teknis tanah meliputi tes
Indeks properties dan Engineering properties seperti berat satuan, nilai
kohesi tanah, nilai sudut geser tanah, batas-batas Atterberg, sebaran
butiran tanah, konsolidasi, data- data tersebut akan digunakan dalam
perhitungan daya dukung tanah dan perencanaan penangangan
longsoran.
Secara lengkap penyelidikan tanah di Laboratorium mekanika tanah
yang dilaksanakan meliputi test-test sebagai berikut:
• Indeks properties test.
- Test Kadar Air (Water content )(SNI 03-1965-1990/ ASTM D.
2216-92)
- Test Berat jenis (Specific Gravity)(SNI 03-1964-1990/ASTM D.
854-92)
- Test Berat Isi (Unit weight) (SNI 03-3637-1994 / ASTM D. 2937-
94)
- Test Saringan dan Hydrometer (SNI 03-3423-1994)
- (Sieve Analysis & Hydrometer) (ASTM D. 422-63/1990)
- Test Atterberg Limits (SNI 03-1966-1990 / ASTM D. 4318-95)
• Engineering properties
- Test Triaxial UU & CU (SNI 03-4813-1998 / ASTM D. 2850-95)
- Test Konsolidasi (SNI 03-2812-1992 /ASTM D. 2435-90)
- Test Unconfined compression (SNI 03-3638-1994 /ASTM D.
2166-91)
- Test Compaction (ASTM D. 1557-91)
- Test Direct Shear (SNI 03-3420-1994 /ASTM D. 3080-90)
Hasil penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium mekanika tanah ini
akan disajikan dalam bentuk laporan yang berisi antara lain :
• Hasil Penyelidikan Lapangan
• Hasil Pengujian Laboratorium Mekanika Tanah
• Hasil Analisis dan Evaluasi Geoteknik
• Rekomendasi fondasi dan lain sebagainya.
“Jumlah sampel minimal 3 sampel per titik bor atau tergantung variasi lapisan
tanah.
Jumlah titik sondir minimal 2 titik per lokasi, bor tangan disesuaikan dengan
kebutuhan, bor mesin minimal 3 titik per lokasi, Geolistrik minimal 3 lintasan
per lokasi arah melintang dan memanjang jalan, sumur uji disesuaikan
dengan kebutuhan, DCP disesuaikan dengan kebutuhan sesuai panjang
jalan yang ditangani, dan borrow pit serta kedalaman pemboran
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan. Volume yang
tercantum dalam daftar kuantitas (bill of quantity) adalah perkiraan dimana
volume tersebut dapat dilakukan perubahan (tambah/kurang) dengan
persetujuan Pengguna Jasa.”
4. Penyelidikan Hidrologi
Penyedia Jasa harus memberikan perhatian khusus dalam pengumpulan
data dan pengujian data-data yang didapat untuk digunakan analisa
persoalan drainase jalan (misalnya: gejala arah dan kecepatan aliran,
jenis/sifat erosi maupun pengendapan, daerah pengaruh banjir, tinggi air
banjir/air rendah/air normal dan lain-lain.
Daerah aliran (catchment area) dari setiap gejala aliran air harus dipelajari
dengan cermat dari peta topografi/geologis maupun pemeriksaan langsung
di tempat. Untuk analisa hidrologi ditetapkan return periode 50 tahun.
5. Analisis dan Perhitungan Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini, Penyedia Jasa Wajib melaksanakan proses
sebagai berikut :
• Penyusunan konsep detail perencanaan untuk selanjutnya
dimintakan persetujuan pemberi tugas
• Pembuatan perencanaan akhir, dilakukan setelah mendapat persetujuan
pemberi tugas dengan mencantumkan koreksi-koreksi dan saran-saran
yang diberikan oleh pemberi tugas.
• Perangkat Lunak yang digunakan dalam melaksanakan perencanaan
dibantu dengan menggunakan perangkat lunak yang kompatibel,
misalnya:
- Land Development: Untuk pekerjaan Geometric View (Horizontal &
Vertical), Cut and Fill;
- AutoCAD (Computer Aided Design) : Untuk pekerjaan
gambar/design detail baik untuk gambar 2D atau 3D;
- Program GIS (Sistem Informasi Geografis) : Untuk pekerjaan
pemetaan detail;
- SAP2000 : Untuk pekerjaan perhitungan struktur, perkerasan kaku;
- Software aplikasi geoteknik seperti Plaxis, Geo Slope dll : Untuk
pekerjaan perhitungan stabilitas lereng/longsoran;
- MS. Office: Untuk pekerjaan data dan laporan-laporan, dll.
• Semua perencanaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku.
- Konsep Detail Perencanaan :
Dalam proses ini Penyedia Jasa menentukan semua kesimpulan
hasil survei lapangan dari semua bagian kegiatan, antara lain: hasil
survei daerah/lokasi longsoran dari survei pendahuluan.
Perhitungan konstruksi penanganan longsoran yang disesuaikan
dengan hasil-hasil penyelidikan tanah.
- Laporan Konsep Detail Perencanaan Longsoran
Penyedia jasa wajib membuat dan menyampaikan kepada pemberi
tugas laporan yang berisi kesimpulan dan saran-saran atas semua
bagian perencanaan daerah longsoran dan penanganan longsoran.
Standar-standar dari pengamanan lainnya (Bangunan penahan
erosi/longsoran lainnya) Spesifikasi dokumen lelang.
- Perhitungan Volume
Menghitung volume yang akan dipergunakan untuk perhitungan
biaya pelaksanaan konstruksi untuk penanganan longsoran.
Pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
➢ Mobilisasi
➢ Pekerjaan Tanah iii. Pekerjaan Beton
➢ Pekerjaan Relokasi v. Pekerjaan Jalan
➢ Lain-lain
- Perkiraan Biaya
Supaya didapat perkiraan biaya yang tetap dan sesuai,maka
penyedia jasa harus menyiapkan analisa harga satuan dan setiap
jenis pekerjaan berdasarkan : material, peralatan, sosial, pajak, over
head, keuntungan dan pengawasan yang didapat dari keterangan-
keterangan daerah setempat.
Perkiraan yang didapat dari analisa ini dibandingkan dengan
kegiatan- kegiatan sebelumnya atau pekerjaan-pekerjaan sejenis di
daerah itu, bila terjadi perbedaan maka harus dicari penyebabnya
dan diadakan penelitian kembali sehingga didapatkan harga yang
sesuai untuk pekerjaan tersebut. Penyedia jasa harus
mengumpulkan data dari kontraktor dalam negeri sehingga dapat
memperkirakan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan.
• Dokumen-dokumen yang harus disiapkan adalah :
- Analisa harga satuan
Perkiraan biaya untuk masing-masing cara pelaksanaan jumlah
pekerjaan dari setiap pelaksanaan yang bersangkutan.
- Konsep detail perencanaan
Semua dokumen detail perencanaan sementara meliputi: Gambar
rencana harus sudah diserahkan dalam rangkap 1 kepada pemberi
tugas sesuai jadwal waktu.
- Perencanaan Akhir
Setiap detail perencanaan sementara yang dilakukan pemberi tugas
harus dimasukan ke dalam final design.
Cetakan perencanaan akhir harus diserahkan oleh penyedia jasa
kepada pemberi tugas dalam waktu yang telah ditentukan.
12. Keluaran
Keluaran dari pekerjaan ini adalah:
• Dokumen Final Engineering Desain
• Gambar-gambar rencana penanganan longsoran
• Laporan-laporan lainnya seperti laporan bulanan, laporan survei, pengujian
dan data lapangan serta perhitungan teknis desain penanganan longsoran.
13. Peralatan, Material, Personel dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen
Data dan fasilitas yang digunakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang dapat
digunakan dan harus dipelihara:
a. Laporan dan Data
Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu serta photografi
harus dikumpulkan sendiri oleh Penyedia Jasa.
b. Akodasi dan Ruangan Kantor
Akomodasi dan kantor yang dibutuhkan disediakan oleh Penyedia Jasa.
c. Staf Pengawas/Pendamping
Pejabat Pembuat Komitmen akan mengangkat petugas atau wakilnya yang
bertindak sebagai pengawas atau pendamping atau project officer (PO) dalam
rangka pelaksanaan jasa kontruksi.
d. Fasilitas lainya yang mungkin disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
dapat digunakan oleh penyedia jasa konsultansi.

14. Peralatan, Material, dan Fasilitas dari Penyedia Jasa Konsultansi


Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua peralatan,
material,dan fasilitas yang digunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan
yang didapat melalui sewa yang akan dibayarkan melalui kontrak. Berikut rincian
peralatan, material, fasilitas penunjang yang disediakan oleh penyedia jasa :
• Mobilisasi dan demolisasi personil
• Biaya perjalanan dinas
• Fasilitas kantor
• Perlengkapan pelindung diri
• Fasilitas transportasi
• Pelaporan

15. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


Bagian – bagian pekerjaan yang merupakan lingkup wewenang penyedia jasa
meliputi:
a. Merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan semua kegiatan dan
personil yang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik serta mencapai hasil yang diharapkan.
b. Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam tahap
pengumpulan data, pengolahan dan penyajian akhir dari hasil keseluruhan
pekerjaan.

16. Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah 6 (Enam) Bulan / 180 (Seratus
Delapan Puluh) Hari Kalender.

17. Penyedia Jasa yang Dibutuhkan


Penyedia jasa yang dibutuhkan adalah penyedia jasa Kualifikasi Menengah yang
memiliki Sertifikat Badan Usaha Klasifikasi Perencanaan Rekayasa,
Subklasifikasi Jasa Desain Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi
(RE 104) atau RK 003 Subklasifikasi Jasa Rekayasa Pekerjaan Teknik Sipil
Transportasi dengan lingkup pekerjaan perencanaan jalan dan jembatan.

18. Personel
Kebutuhan Tenaga Ahli, Asisten Tenaga Ahli serta Tenaga Pendukung yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Personil konsultan sekurang-kurangnya harus berkualifikasi sebagai berikut ini :
1) Ketua Tim
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Teknik Jalan Madya atau mempunyai
SKK Ahli Madya Teknik Jalan Jenjang 8 yang dikeluarkan oleh Asosiasi
terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi
(LPJK).
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Teknik Sipil Strata 1 (S1)
lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi. Berpengalaman dalam
melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis selama 6 (enam) tahun. Lebih
diutamakan berpengalaman sebagai ketua tim dan pernah mengikuti
pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli
tersebut tugas utamanya mengkordinasikan seluruh proses dalam Proses
Perencanaan dari mulai persiapan sampai pada proses desain dan
penyiapan dokumen lelang.
2) Ahli Geologi
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Geoteknik Madya atau mempunyai SKK
Ahli Madya Geoteknik Jenjang 8 yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait
dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK).
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Geologi / Teknik Sipil Strata
1 (S1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman
melaksanakan pekerjaan sejenis selama 4 (empat) tahun. Diutamakan
memiliki pengalaman sebagai ahli geologi dalam perencanaan teknis
jalan, telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari
LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua
Tim dan merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan
geologi.
3) Ahli Geoteknik
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Geoteknik Madya atau mempunyai SKK
Ahli Madya Geoteknik Jenjang 8 yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait
dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK).
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil / Geologi Strata
1 (S1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi. Berpengalaman
melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis jembatan selama 4 (empat)
tahun. Diutamakan memliki pengalaman sebagai Ahli tanah dan
perkerasan dalam perencanaan teknis jalan, jembatan, telah mengikuti
pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli
tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua Tim dan
merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan
geoteknik.
4) Ahli Hidrologi/Hidraulika
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Sumber Daya Air Madya atau
mempunyai SKK Ahli Madya Sumber Daya Air Jenjang 8 yang dikeluarkan
oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa
Konstruksi (LPJK).
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil / Pengairan
Strata 1 (S1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman
melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis selama 4 (empat) tahun.
Diutamakan memliliki pengalaman sebagai ahli hidrologi dalam
perencanaan jalan/jembatan, telah mengikuti pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas
utamanya membantu Team Leader/Ketua Tim dan merencanakan dan
melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan pengumpulan
data hidrologi, pengolahan dan analisis data hidrologi, dan perhitungan-
perhitungan hidrologi untuk perencanaan bentuk dan dimensi bangunan
hidrologi, serta harus menjamin bahwa data, analisis dan perhitungan
hidrologi yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat
memberikan masukan yang rinci mengenai curah hujan dan pola aliran air
permukaan untuk tahap perencanaan teknis jalan dan jembatan.
5) Ahli K3
Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Madya K3 Konstruksi atau
mempunyai SKK Ahli Madya K3 Konstruksi Jenjang 8 yang dikeluarkan
oleh Asosiasi Profesi dan telah diregistrasi oleh LPJK.
Tenaga Ahli yang disyaratkan minimal adalah sarjana (S1) dan
berpengalaman di bidang perencanaan dan pengawasan jalan minimal 4
(empat) tahun pada bidang jalan dan yang telah mengikuti pelatihan tenaga
ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK.
Tenaga ahli tersebut mempunyai tugas menyusun Rancangan Konseptual
SMKK dalam perencanaan dan pengkajian Konstruksi dengan
mengidentifikasi Keselamatan Konstruksi antara lain dari aspek:
• Lokasi
• Lingkungan
• Sosio-Ekonomi
• Dampak Lingkungan
6) Ahli Kuantitas dan Biaya
Mempunyai sertifikat keahlian Ahli Teknik Jalan Madya atau mempunyai
SKK Ahli Madya Teknik Jalan Jenjang 8 yang dikeluarkan oleh Asosiasi
terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi
(LPJK).
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil Strata 1 (S1)
lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan
sejenis selama 4 (empat) tahun. Diutamakan memiliki pengalaman
sebagai ahli kuantitas dan biaya dalam perencanaan jalan,telah mengikuti
pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli
tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua Tim dan melakukan
perencanaan teknis yang berhubungan dengan analisa dan perhitungan
harga satuan serta mengumpulkan data harga bahan/material serta peralatan
untuk proyek-proyek yang sedang berjalan sebagai pembanding.
7) Asisten Ahli Geologi
Adalah seorang Sarjana Teknik (S1) Teknik Sipil/Teknik Geologi yang dan
mempunyai pengalaman sebagai asisten ahli pada pekerjaan pelaksanaan
penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium, pengolahan dan analisis
data tanah, dalam pekerjaan pembangunan/ peningkatan/ pemeliharaan/
perencanaan jalan dan jembatan selama 1 (satu) tahun ekivalen atau
Diploma 3 (D3) Teknik Sipil dengan pengalaman minimum 2 tahun.
Asisten Ahli Geologi berada dibawah kendali Ahli Geologi dan harus selalu
berkoordinasi dengan Ahli Geologi dan Ketua Tim.
8) Asisten Ahli Geoteknik
Adalah seorang Sarjana Teknik (S1) Sipil/Teknik Geologi dan mempunyai
pengalaman sebagai asisten ahli pada pekerjaan pelaksanaan penyelidikan
tanah di lapangan dan di laboratorium, pengolahan dan analisis data tanah,
dalam pekerjaan pembangunan/ peningkatan/ pemeliharaan/ perencanaan
jalan dan jembatan selama 1 (satu) tahun ekivalen atau Diploma 3 (D3)
Teknik Sipil dengan pengalaman minimum 2 tahun. Asisten Ahli
Geoteknik berada dibawah kendali Ahli Geoteknik dan harus selalu
berkoordinasi dengan Ahli Geoteknik dan Ketua Tim.
9) Asisten Ahli Hidrologi / Hidraulika
Adalah seorang Sarjana Teknik (S1) Teknik Sipil yang mempunyai
pengalaman sebagai asisten ahli pada pekerjaan survey dan pengolahan
data Hidrologi, dalam pekerjaan pembangunan/ peningkatan/ pemeliharaan/
perencanaan jalan dan jembatan selama 1 (satu) tahun ekivalen atau
Diploma 3 (D3) Teknik Sipil dengan pengalaman minimum 2 tahun.
Asisten Ahli Hidrologi / Hidraulika berada dibawah kendali Ahli Hidrologi /
Hidraulika dan harus selalu berkoordinasi dengan Ahli Hidrologi / Hidraulika
dan Ketua Tim.
10) Surveyor
Adalah seorang lulusan minimal Diploma 3 (D3) Teknik Sipil yang
berpengalaman minimal 2 (Dua) Tahun yang memiliki pengalaman
dibidang penyelidikan lapangan untuk pekerjaan sipil khususnya pengukuran
yang berkaitan dengan jalan dan jembatan yang mempunyai tugas
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan dari lapangan dan bertanggung
jawab atas ketelitian dan kebenaran data yang didapat.
11) Cad Operator
Adalah seorang lulusan minimal Diploma 3 (D3) Teknik Sipil atau Diploma
3 (D3) Teknik Arsitektur yang berpengalaman minimal 2 (Dua) Tahun
yang memiliki pengalaman dibidang pembuatan gambar-gambar teknik sipil
khususnya jembatan serta dapat bekerja dengan cepat dengan tingkat
ketelitian tinggi, dengan tugas yaitu melaksanakan pembuatan gambar –
gambar teknik sesuai kebutuhan.

Selain itu diperlukan tenaga-tenaga pendukung untuk membantu kelancaran


kegiatan yang terdiri dari: Sekretaris, Operator Komputer, Pengemudi dan
Pesuruh Kantor.
19. Jadwal Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Tahapan Pelaksanaan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Total
Waktu
Waktu Penugasan Personil 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Ketua Tim 6,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Ahli Geologi 6,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Ahli Geoteknik 4,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Ahli Hidrologi/Hidraulika 4,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Ahli K3 3,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Ahli Kuantitas dan Biaya 3,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Asisten Geologi 6,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Asisten Geoteknik 4,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Asisten Hidrologi/Hidraulika 4,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Surveyor 5,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

CAD Operator 4,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Sekretaris 6,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Operator Komputer 6,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Pengemudi 6,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Pesuruh Kantor 6,00 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

LAPORAN

20. Laporan Teknik Perencanaan


a. Laporan Perencanaan
• Daftar isi.
• Peta lokasi proyek.
• Daftar bangunan pelengkap.
• Uraian yang berisi data perencanaan beserta perhitungan struktur bangunan
bawah beserta pondasinya, drainase, jalan dan lain-lain.
• Gambar rencana yang dibuat di atas kertas A3.
b. Laporan Perkiraan Kuantitas Kuantitas dan Biaya
Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang dihitung untuk tiap item
pekerjaan yang kemudian digabungkan sebagai kesimpulan perkiraan biaya.
Laporan perkiraan kuantitas dan biaya ini dipisahkan sesuai dengan pekerjaan
yang dilaksanakan dengan isi sebagai berikut:
- Daftar isi.
- Peta lokasi proyek.
- Daftar bangunan pelengkap/jembatan.
- Perhitungan perkiraan kuantitas.
- Analisa biaya.
- Perkiraan biaya.
c. Laporan Penyelidikan Tanah
Laporan Akhir Geologi dan Geoteknik harus mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap
kota besar terdekat.
- Kondisi morfologi sepanjang lokasi, sifat-sifat tanah yang terkait dengan
perancanganstruktur yang dibangun diatasnya.
- Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan.
- Analisis perhitungan BB dan DCP
- Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta
penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai
sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi.
- Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan
hasil diskripsi secara visual.
- Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran
tanah disiapkan dalam kertas kalkir ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan
standar pewarnaan geologi dan diberi notasi.
- Analisis perhitungan pondasi jembatan dan bangunan perkuatan lainnya
(kapasitas dukung tanah menurut tipe fondasi yangdipilih, tipe dan
kedalaman fondasi) .
- Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng.
- Analisis longsoran sepanjang trase jalan.
- Sumber bahan konstruksi jalan (jenisnya dan perkiraan volume cadangan).
- Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/ patahan dsb.) beserta
lokasinya.
- Rekomendasi.
d. Laporan Topografi
Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai
hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek
terhadap kota besar terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal.
- Kegiatan pengukuran situasi.
- Kegiatan pengukuran penampang melintang.
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
- Perhitungan dan penggambaran.
- Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya.
- Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi
termasuk kegiatan pencetakan dan pemasangan BM, pengamatan
matahari, dan semua obyek yang dianggap penting untuk keperluan
perencanaan jalan dan jembatan.
- Deskripsi BM (sebagai lampiran).
- Data ukur hasil ploting dan negatip film / CD/flash disk harus diserahkan.
e. Laporan Hidrologi
Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang meliputi :
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek
terhadap kota besar terdekat, pos pencatat curah hujan.
- Data curah hujan untuk setiap pos yang diambil.
- Analisis/ perhitungan.
- Penentuan dimensi dan jenis bangunan air.
- Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan.

21. Laporan Program Mutu


Laporan Program Mutu ini diserahkan tidak lebih dari 15 hari semenjak SPMK
diterbitkan dan dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap/buku laporan + 1 (satu) soft
copy laporan.

22. Laporan Pendahuluan


Tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya kontrak Jasa Konsultansi.
Konsultan harus menyerahkan 5 (lima) rangkap/buku + 1 (satu) soft copy
laporan pertama/pendahuluan yang isinya melaporkan mengenai rencana jadwal
kerja personil konsultan, tupoksi rencana kerja personil konsultan, laporan singkat
perencanaan termasuk tahapan pelaksanaan pekerjaan secara lengkap dan
terperinci. Laporan ini juga menjelaskan secara singkat kegiatan-kegiatan yang
sudah dilakukan seluruh personil konsultan (laporan kegiatan harian).

23. Laporan Antara


Pada pertengahan masa layanan jasa konsultansi, konsultan harus menyerahkan
laporan antara sebanyak 5 (lima) set + 1 (satu) Soft Copy. lsi laporan antara
secara garis besarnya harus menguraikan dengan jelas mengenai pelaksanaan
perencanaan yang telah dilaksanakan sampai dengan pertengahan masa
layanan jasa konsultansi.

24. Draft Laporan Akhir


Laporan ini merupakan produk akhir sementara yang akan dibahas dalam
pertemuan dengan Pengguna Jasa. Laporan akhir ini yang diserahkan14 (empat
belas hari) hari sebelum laporan akhir. Jumlah buku yang akan diserahkan
sebanyak 5 (lima) buku + 1 (satu) soft copy.

25. Laporan Akhir


Pada akhir masa layanan jasa konsultansi, konsultan harus menyerahkan laporan
akhir sebanyak 5 (lima) set + 1 (satu) Soft Copy. lsi laporan akhir secara garis
besarnya harus menceritakan secara ringkas dan jelas mengenai pelaksanaan
perencanaan, laporan ini juga berisi :
a. Penyempurnaan laporan-laporan dan progress perencanaan
b. Design Note (Analisis data dan hasil Perhitungan)
c. Gambar Design
d. Engineering Estimate
e. Data ukur dan Dokumen lainnya
Semua file yang digunakan dari awal pekerjaan sampai akhir pekerjaan
pekerjaan dikumpulkan kedalam 1 Hardisk SSD 1 TB.
HAL – HAL LAIN

26. Produksi Dalam Negeri


Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia kecuali di tetapkan lain dalam butir 4 KAK
dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri dan sedapat
mungkin peralatan yang digunakan merupakan produksi dalam negeri.

27. Alih Pengetahuan


Apabila dipandang perlu oleh Pejabat Pembuat Komitmen, maka Penyedia Jasa
harus mangadakan presentasi/diskusi terkait dengan substansi pelaksanaan
pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada staf Pejabat Pembuat
Komitmen atau pihak lain atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.

28. Rapat Koordinasi


Rapat koordinasi dengan Pengguna Jasa minimal dilaksanakan setiap minggu
sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan oleh Pengguna Jasa, untuk
membahas kemajuan progress kegiatan, rencana kegiatan dan kendala-kendala
yang ditemui selama pelaksanaan kegiatan.

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN PERENCANAAN


SATUAN KERJA P2JN PROVINSI GORONTALO

RENY KHAIRINA DAMAYANTI, S.T.


NIP. 19841230 200904 2 004

Anda mungkin juga menyukai