Anda di halaman 1dari 31

KERANGKA ACUAN KERJA

PERENCANAAN PENANGANAN LONGSORAN RUAS JALAN NASIONAL


MANNA – BATAS SUMSEL (TANJUNG SAKTI)

_____________________________URAIAN PENDAHULUAN____________________________

1. LATAR
1) Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN)
BELAKANG
Provinsi Bengkulu mempunyai fungsi antara lain menyiapkan perencanaan
penanganan jalan Nasional di Provinsi Bengkulu
2) Di dalam mewujudkan fungsi tersebut, maka diperlukan keterlibatan
konsultan untuk menyiapkan desain dengan pengadaannya yang sesuai
dengan ketentuan Peraturan Presiden (Perpres) yang berlaku saat ini.
3) Untuk memandu pengelolaan pekerjaan desain oleh Konsultan, maka perlu
dibuat Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang berisi batasan dan ketentuan
desain.
4) Penyusunan KAK ini berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia.

2. MAKSUD 1) Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat perencanaan teknis


DAN
penanganan khusus antara lain penanggulangan longsoran,baik
TUJUAN
longsoran badan jalan (Amblas), lereng atas, lereng bawah di sekitar
badan jalan yang mengalami longsor atau berpotensi terjadinya
longsor pada Ruas Jalan Nasional Manna – Batas Sumsel (Tanjung
Sakti).
2) Hasil kegiatan perencanaan teknis juga meliputi dokumen yang
diperlukan untuk proses pelelangan pekerjaan, baik yang bersifat
standar maupun yang berasal dari produk perencanaan teknis seperti
estimasi harga pekerjaan yang direncanakan (Engineering Estimate)

3. SASARAN
1. Tersedianya perencanaan Longsoran pada Ruas Jalan Nasional Manna
– Batas Sumsel (Tanjung Sakti), khususnya pada ruas yang akan
ditangani pada tahun anggaran berikutnya.
2. Perencanaan teknis yang dihasilkan mempunyai keandalan, yang
ditunjukkan antara lain oleh:
a) input data yang valid;
b) proses perencanaan teknis yang berdasarkan pedoman / manual yang
berlaku pada saat perencanaan dibuat;
c) produk perencanaan teknis menjawab permasalahan yang ada di
lapangan, seperti rencana jenis penanganan setiap bagian-bagian
(segmen) jalan berdasarkan kondisi lapangan dan kinerja jalan yang
diisyaratkan
3. Ketersediaan dokumen lelang pada penanganan longsoran yang ditinjau,
guna mendukung pelaksanaan pekerjaan.
Di ruas jalan Ruas Jalan Nasional Manna – Batas Sumsel (Tanjung Sakti)
4. LOKASI yang mengalami longsoran, maupun yang berpotensi mengalami longsor
KEGIATAN

Page 1 of 31
5. SUMBER 1. Pagu Biaya dan Sumber Dana
PENDANA-
AN Pagu Biaya Sumber Dana TA
DIPA Satker Perencanaan dan
APBN
Rp 1.981.317.000,- Pengawasan Jalan Nasional
2021
Provinsi Bengkulu
* Apabila Dana dalam dokumen anggaran yang telah disahkan tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia dalam DIPA Tahun Anggaran
Berjalan, maka pengadaan barang/jasa dapat dibatalkan dan penyedia
jada tidak menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun

6. NAMA DAN Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan, Satuan Kerja Perencanaan dan
ORGANISASI Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Bengkulu
PEJABAT
PEMBUAT
KOMITMEN

______________________________DATA PENUNJANG_____________________________

7. STANDAR Standar teknis yang dipergunakan adalah NSPM (Norma, Standar, Pedoman,
TEKNIS dan Manual) di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Marga.

8. LINGKUP Penyedia melakukan perencanaan teknis secara detail untuk pekerjaan


KEGIATAN penanganan longsoran jalan.

1. Survey Lapangan
Survey lapangan meliputi:
a. Survey Pendahuluan
b. Survey Topografi
c. Survey Drainase/Hidrologi
d. Survey Geoteknik
e. Survey Lingkungan
f. Survey materal dan Cost
Penjelasan masing-masing survey lapangan pada bab selanjutnya.
a. Lingkup Survey : PENDAHULUAN
1. Tujuan
Tujuan survey pendahuluan adalah untuk mengumpulkan data-
data awal berdasarkan aspek- aspek yang diperlukan yang
akan digunakan sebagai dasar/referensi survey detail/survey
berikutnya dan harus dilakukan oleh seorang ahli utama.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Survey Pendahuluan Desain Geometrik
b. Survey Pendahuluan Kondisi Eksisting Jalan
c. Survey Pendahuluan Survey Topografi
d. Survey Pendahuluan Bangunan Pelengkap Jalan
e. Survey Pendahuluan Geologi dan Geoteknik
f. Survey Pendahuluan Drainase / Hidrologi

Page 2 of 31
3. Keluaran / Output Survey Pendahuluan:
a. Laporan seluruh hasil survey pendahuluan berkaitan dengan
konsep desain Longsoran yang akan diterapkan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berdasarkan seluruh hasil
survey pendahuluan.
b. Laporan tindak lanjut survey pendahuluan yaitu survey detail
yang didalamnya memuat beberapa survey detail yang harus
dilakukan termasuk batasan koridor pengambilan data.
b. Lingkup Survey : TOPOGRAFI

1. Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan tanah
sepanjang rencana trase jalan di dalam koridor yang ditetapkan
untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1:500 yang akan
digunakan untuk perencanaan geometrik jalan.

2. Lingkup Pekerjaan
a) Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton bertulang dengan
ukuran 20x20x75 cm dan di atasnya dipasang/ditanamkan neut
dari baut dimana permukaan kepala baut ditandai dengan alur
tanda silang (cross sign), ditempatkan pada tempat yang aman,
mudah terlihat. Patok BM dipasang secara berpasangan
(dengan jarak pasangan tidak lebih dari 10m) untuk setiap 2
(dua) km sepanjang ruas penanganan, masing-masing 1 (satu)
pasang di setiap sisi sungai disekitar sungai yang posisinya
aman dari gerusan air sungai.
Patok BM dipasang/ ditanam dengan kuat, bagian yang
tampak di atas tanah setinggi 20cm, dicat warna kuning, diberi
lambang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, notasi dan nomor BM dengan warna hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian difoto sebagai
dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta
elevasi.
Untuk setiap titik poligon dan sipat datar harus digunakan
patok kayu yang cukup keras, tidak mudah lapuk, lurus,
dengan diameter sekitar 5cm, panjang sekurang-kurangnya
50cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan
diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak
diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus,
perlu ditambahkan patok bantu.
Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah
sekitar patok diberi tanda-tanda khusus dan/atau stationing/
km. lokasi.
Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang
patok, misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di atas
permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sipat datar
ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi
nomor yang tahan cuaca.

Page 3 of 31
b) Pengukuran titik kontrol horizontal
Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem
polygon tertutup, dan system polygon tersebut harus terikat
/terangkai dengan semua titik BM nya.
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100
meter, diukur dengan meteran atau dengan alat ukur secara
optis maupun elektronis.
Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan
ketelitian baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan
Electronic Distance Measurement (EDM)/theodolit jenis T2/
atau Total Station, dipilih mana yang lebih teliti dan akurat.
Penentuan Koordinat Awal dilakukan pada titik awal dan titik
akhir pengukuran dengan menggunakan alat GPS Geodeik
(Global Positioning System Geodetic yang mempunyai presisi
tinggi maksimal sampai dengan satu desimeter).
Toleransi kesalahan ukur sudut polygon:
s = 10’’*N0,5 [detik], dimana N=jumlah titik polygon.

Untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan dalam kegiatan ini


harus menggunakan Drone dengan kemampuan kamera
technologi LiDAR (Light Detection and Raging)

c) Pengukuran titik kontrol vertikal


Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/
pembacaan pergi-pulang. Pengukuran sipat datar harus
mencakup semua titik pengukuran (poligon, sipat datar, dan
potongan melintang), serta titik BM.
Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik,
berskala benar, jelas, dan sama.
Pada setiap pengukuran sipat datar harus dilakukan
pembacaan ketiga benangnya, yaitu Benang Atas (BA),
Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam satuan
milimiter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT = BA
+ BB.
Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah
slag (pengamatan) yang genap.
Toleransi kesalahan ukur sipat datar (waterpass):
k = ±(2,0±2,0*(Skm)0,5) [mm], dimana Skm= Jumlah jarak sipat
datar dari titik ikat tetap awal sampai dengan titik ikat tetap
akhir polygon.

d) Pengukuran situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang
mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun
manusia yang ada di sepanjang jalur pengukuran, seperti alur,
sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung, dan sebagainya.
Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman
penyebaran dan kerapatan titik yang cukup sehingga
dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada lokasi-lokasi
khusus (misalnya: sungai, persimpangan dengan jalan yang
sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat
kerapatan yang lebih tinggi.
Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolite
untuk mendapatkan koordinat, dan penentuan elevasi dengan
waterpass auto level.

Page 4 of 31
e) Pengukuran penampang melintang
Pengukuran penampang melintang harus dilakukan dengan
persyaratan:
Lebar Koridor Interval, (m)
Kondisi
(m) Jalan baru/eksisting
Datar, Landai atau
75 + 75 50 - 100
lurus
Perbukitan,
50 + 50 25
Pegunungan
< 25 (ditentukan
100 (luar) + 50
Tikungan (R≤50m) tergantung kecilnya
(dalam)
jari-jari tikungan)
Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan
alat auto level/waterpass.

3. Persyaratan
a) Drone LiDAR
Harus mampu menyajikan gambar topografi secara 3D dan 2D
dan dapat diuji akurasinya dengan koordinat yang sebenarnya.

b) Ketelitian dalam pengukuran


Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10”√n, atau
dari pengukuran Global Position System (GPS) geodetic
yang mempunyai presisi tinggi pertama ke pengukuran
GPS berikutnya dalam desimeter). (optional)
2. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.

c) Perhitungan
1. Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara
pengamatan matahari yang satu dengan pengamatan
berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar
nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang
kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan
koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi
pekerjaan.
2. Perhitungan Sipat Datar. (optional)
Perhitungan sipat datar harus dilakukan hingga 4desimal,
dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap
lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.
3. Perhitungan Ketinggian Detail.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok
ukur yang dipakai sebagai titik pengukuran detail dan
dihitung secara tachimetris.
4. Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistem
komputerisasi.
d) Penggambaran

Page 5 of 31
1. Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 500.
2. Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
3. Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan
harga absis (x) dan ordinat (y)-nya.
4. Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1meter
panjang gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
5. Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil
perhitungan dan tidak boleh dilakukan secara grafis.
6. Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya
dan diberi tanda khusus (beta-numerik).
e) Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan metode
penentuan posisi GPS secara diferensial sebagai
pembandingan.
f) Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah Sistem
koordinat proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM).
g) Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan setiap
interval 5000 m (setiap 5km) (optional)
h) Pengukuran titik kontrol horisontal harus menggunakan
jenis Total Station (TS) dengan ketelitian 10”√n untuk sudut
polygon. (optional)
i) Pengukuran untuk titik kontrol vertikal harus
menggunakan peralatan waterpass jenis auto level dengan
ketelitian tidak lebih dari 2mm.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan
penampang melintang harus digambarkan pada gambar polygon,
sehingga membentuk gambar situasi dengan interval garis
ketinggian (contour) 0,25 sampai 1meter, tergantung dari
terainnya.
Proses pengambilan data untuk Topografi mengacu pada
Pedoman Pengukuran Topografi No. 010/PW/2004, atau
Pedoman yang dipersyaratkan.

4. Keluaran / Output Survey Topografi:


a) Laporan survey Topografi meliputi:
 Data pengukuran dan hitungan pengukuran topografi yang
telah diterima.
 Data koordinat dan elevasi Bench Mark (BM).
 Foto dokumentasi proses pengukuran dan BM.
b) Peta topografi (peta transies) dengan skala yang disesuaikan
dengan jenis perencanaan yang akan dilakukan.

c. Lingkup Survey : DRAINASE/HIDROLOGI

1. Tujuan
Tujuan survey Hidrologi adalah untuk mengumpulkan data
hidrologi dan karakter/perilaku aliran air pada lokasi longsoran,
guna keperluan analisis hidrologi.

2. Lingkup Pekerjaan

Page 6 of 31
a. Melaksanakan survai lapangan mengumpulkan informasi yang
cukup untuk menggambarkan tingkat histori banjir, tanggal
terjadinya banjir dan setiap perubahan-perubahan fisik
infrastruktur yang berdampak pada aliran banjir;
b. Pengukuran struktur-struktur hidrolik harus didasarkan pada
kombinasi prosedur-prosedur perkiraan curahan hujan wilayah,
teknik-teknik seperti metode rasional probabilistik serta
pengamatan terbaru dan tingkat histori banjir;
c. Kapasitas aliran air (run off) dan Debit rencana aliran air yang
akan diterima oleh drainase yang akan direncanakan;
d. Data curah hujan yang digunakan dalam desain drainase.
e. Mengumpulkan data curah hujan harian maksimum (mm/hr)
paling sedikit dalam jangka 10 tahun terakhir pada daerah
tangkapan (catchment area) atau pada daerah yang
berpengaruh terhadap lokasi pekerjaan, data tersebut bisa
diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika dan/atau
instansi terkait di kota terdekat dari lokasi perencanaan.
f. Mengumpulkan data bangunan pengaman yang ada seperti
gorong-gorong, jembatan, selokan yang meliputi: lokasi,
dimensi, kondisi, tinggi muka air banjir.
g. Menganalisis data curah hujan dan menentukan curah hujan
rencana, debit dan tinggi muka air banjir rencana dengan
periode ulang (return period) 10 tahunan untuk jalan arteri,
7tahun untuk jalan kolektor, 5tahunan untuk jalan local.
h. Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk
memberikan masukan dalam proses perencanaan yang aman.
i. Menghitung dimensi saluran samping, saluran melintang jalan,
inlet, outlet, dan jenis bangunan pengaman yang diperlukan.
j. Menentukan rencana elevasi aman untuk jalan termasuk
pengaruhnya akibat bangunan air (aflux).
k. Merencanakan bangunan pengaman jalan/longsoran terhadap
gerusan (general and local scouring) samping atau horisontal
dan vertikal.

3. Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada SNI No. 03-3424-
1994 atau SNI No. 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara
Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai),
Pedoman Perencanaan Drainase Jalan Pd.T.02-2006-B, Manual
Hidrolika untuk Jalan dan Jembatan No. 01/BM/05, serta
pedoman lain yang dipersyaratkan.

4. Keluaran / Output Survey Hidrologi:


Keluaran yang dihasilkan dari Survey Hidrologi adalah berupa
Laporan Hidrologi yang di dalamnya memuat:
a. Data identifikasi semua aliran air yang ada pada lokasi
longsoran dan lintasan-lintasan drainase di lokasi sekitar.
b. Daerah-daerah tangkapan berdasarkan peta-peta topografi;
c. Informasi histori banjir yang tersedia (tingkatan dan tanggal
kejadian);
d. Acuan banjir/sumber informasi drainase;
e. Kapasitas aliran air dan debit aliran air permukaan yang akan
diterima oleh drainase yang akan direncanakan;
f. Data curah hujan yang digunakan dalam desain drainase;

Page 7 of 31
g. Dimensi saluran samping, saluran melintang, inlet, outlet, dan
bangunan pengaman yang diperlukan; dan
h. Potensi erosi baik erosi tebing maupun erosi dasar
sungai/saluran baik erosi umum maupun lokal.

d. Lingkup Survey : GEOTEKNIK


1. Tujuan
a. Tujuan utama dari penyelidikan geoteknik lapangan dan
bawah permukaan adalah untuk memberikan informasi
tentang kondisi bawah permukaan tanah, bahaya geoteknik,
dan ketersediaan tanah, agregat dan batuan pada perencana.
b. Sangat disarankan untuk menggunakan Pedoman Geoteknik
untuk penyelidikan tanah lunak Pd.T-9-2002-8 dan pengujian
laboratorium untuk tanah lunak Pt.M-01-2002-8, bilamana
terdapat suatu kondisi tanah dasar yang lunak (Soft soil).

2. Lingkup
1. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara
bor tangan menggunakan tabung contoh tanah (split tube untuk
tanah keras atau piston tube untuk tanah lunak). Setiap contoh
tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor bor tangan,
lokasi, kedalamam). Pemboran tangan dilakukan pada setiap
lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan
penurunan) dengan ketinggian timbunan lebih dari 4meter dan
pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali (untuk
perhitungan stabilitas lereng) dengan kedalaman galian lebih
dari 6meter, dengan interval tidak lebih dari 100meter dan/atau
setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman pengambilan
tidak lebih dari 4meter.
Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor
tangan, dan lokasi.
Semua contoh tanah tidak terganggu harus diamankan, ujung-
ujung tabung Shelby harus diisolasi dengan lapis lilin dan
dibungkus kain plastic kedap air baik selama penyimpanan di
lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.
2. Pemboran Tangan (bila diperlukan)
Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu ASTM D 4719.

3. Penelidikan tanah dengan Boring


 Boring harus dikerjakan dengan alat bor yang digerakkan
dengan mesin yang mampu mencapai kedalaman yang
ditentukan. Mata bor harus mempunyai diameter cukup
besar sehingga undisturbed sample yang diinginkan dapat
diambil dengan baik. Untuk tanah clay, atau tanah lainnya
yang tidak terlalu padat, dapat dipakai steel bit sebagai mata
bor.
 Untuk lapisan yang keras atau cemented dipakai core barrel
sehingga juga dapat diambil undisturbed samplenya dari
lapisan keras tersebut.
 Pada setiap interval kedalaman 2 atau 3 meter harus
dilakukan Standard Penetration Test (SPT) dan harus

Page 8 of 31
diambil contoh tanahnya (tidak perlu undisturbed), disimpan
dalam tempat yang dapat menjaga kadar air aslinya.
 Pada setiap interval kedalaman yang ditentukan pada tanah
lunak harus diambil undisturbed sample untuk test di
laboratorium, guna mendapatkan harga index dan structural
properties lapisan.
 Undisturbed sample harus diambil dengan cara sebagai
berikut :
- Tabung sample (yang dibuat dari baja tipis tetapi keras
dan bentuk silinder dengan diameter rata-rata 7 cm
panjang minimal 70 cm) dimasukan kedalam tanah pada
kedalaman dimana undisturbed sample akan diambil
kemudian ditekan perlahan-lahan sehingga tabung
tersebut dapat penuh terisi tanah.
- Tanah tersebut tetap berada dalam tabung sample
tersebut sampai saatnya untuk ditest di laboratorium.
- Tabung yang berisi contoh tanah tersebut segera ditutup
dengan parafin setelah dikeluarkan dari dalam lubang
bor.
 Sebagai hasil boring, harus dibuat borlog yang paling
sedikit dilengkapi dengan lithologie (geological
description), harga SPT, letak kedalaman lapisan tanah yang
bersangkutan.
 Penamaan dari masing-masing tanah harus dilakukan pada
saat itu juga, sesuai dengan kedalaman maupun sifat-sifat
tanah tersebut yang dapat dilihat secara visual.
 Apabila tanah yang dibor dalam hal ini cenderung untuk
mudah runtuh, maka persiapan untuk itu (casing) harus
segera dilakukan.
 Pekerjaan pengambilan tanah dimaksud sebagai pekerjaan
mengambil tanah dengan tujuan penyelidikan lebih lanjut di
laboratorium.
- Terhadap undisturbed sample harus dikerjakan laboratori
test untuk menentukan index dan structural porpertis
tanah :
 Besaran Index
Dimaksudkan sebagai data untuk menetapkan
klarifikasi, dan sensitivity tanah. Data tersebut
meliputi :
- Spesific grafity
- Bulk density
- Moisture content
- Atteberg limit
- Grain size analysis
 Besaran-besaran struktural tanah
- Unconfiened cmpressive strength maksud dari
test ini adalah untuk memperoleh besarnya
kekuatan tanah yang kohesif.
- Direct shear test. Test ini dikerjakan untuk tanah
tanpa kohesif.
- Consolidation test, dimaksud untuk mendapatkan
besaran-besaran yang dapat dipergunakan untuk
perhitungan setlement
 Boring harus dikerjakan sampai kedalaman tanah keras

Page 9 of 31
(tergantung jenis batuan dan beban bangunan
strukturnya) atau setelah didapat informasi yang cukup
mengenai jenis tanah, jenis batuan dan tebalnya.
 Jika sebelum mecapai kedalaman yang ditentukan telah
ditemukan lapisan tanah keras/batu, boring harus
diteruskan menembus lapisan keras ini sedalam kurang
lebih 3 kali N-SPT (tergantung jenis batuannya dan
beban bangunan sub strukturnya).

4. penyelidikan Geolistrik
 Penyelidikan yang dilakukan dengan metoda Vertical
Elektric Sounding. Ketentuan yang diterapkan dalam
penyelidikan Geolistrik bahwa nilai tahanan jenis tertentu
menunjukkan batuan atau lapisan batuan tertentu pula, baik
dipermukaan maupun di bawah permukaan.
 Bidang gelincir (batas antara daerah yang stabil dan daerah
yang bergerak) ditandai oleh berbagai kondisi geologi yang
dijumpai disekitar lokasi, misalnya sliken slide, milonite dan
kadang-kadang rembesan air.
 Untuk mendapatkan kondisi geologi di atas akan lebih
mudah dibandingkan menentukan kedalaman bidang
gelincir, hal ini disebabkan besaran yang terjadi pada bidang
tersebut sangat kecil (tipis) sehingga diperlukan interval
deteksi yang teliti pada setiap titik duga.
- Metode Penempatan Elektroda
 Penempatan elektoda bebas dilakukan, dapat menggunakan
metode Wenner, Slumberger dan sebagainya.
 Untuk cara Wenner alat yang praktis pengoperasiannya
adalah ''Specific Earth Resistivity Yokogawa" dengan
menggunakan sumber arus batere 12 volt dan 4 (empat)
elektroda baja aluminium dengan ukuran tertentu sesuai
spesifikasi Yokogawa. Ini dapat dilakukan mengingat pada
umumnya penyelidikan longsoran tidak memerlukan deteksi
yang dalam yaitu berkisar antara 20 - 30 meter dari muka
tanah setempat.
- Metode Interpretasi
Pengolahan data lapangan dilakukan berdasarkan metode yaitu:
 More Commulative Method
Sebagai pendekatan dalam melakukan penentuan batas-batas
perubahan lapisan tanah dan batuan di daerah ini digunakan
suatu grafik kumulative dari tahanan jenis semu untuk setiap
interval yang sama.
Dengan dasar ini menunjukkan bahwa setiap perubahan
media di bawah permukaan akan berubah pula nilai tahanan
Jenisnya, dengan prinsip bahwa setiap benda atau satuan
batuan mempunyai nilai tahanan Jenis sendiri (Spesific
resistivity).
 Grafik Linier Nilai Tahanan Jenis Sebenarnya

Page 10 of 31
Dalam melakukan identifikasi perilaku macam/ jenis tanah
atau batuan yang digunakan parameter pendukung dalam
menelusuri letak dan penyebaran bidang gelincir dalam
titik duga dimanfaatkan grafik linier dari nilai tahanan
jenis kelistrikan yang sebenarnya.
- Hasil Pendugaan Geolistrik
 Beberapa metode interpolasi tersebut di atas ditambah data
yang memperlihatkan keadaan geologi serta paradigma
konfiguran stratigrafi daerah sekitarnya, maka diperoleh
jenis susunan lapisan tanah (batuan, muka air tanah dan
kedalaman bidang gelincir pada zona longsoran.
 1 titik Peyelidikan geolistrik dilakukan dengan interval 150
meter secara menerus tergantung kondisi penyebaran tanah
dan batuannya (kecuali ditentukan lain oleh pihak direksi
pekerjaan)
5. Pengujian Test Properties Tanah
baik dari contoh tanah tidak terganggu (undisturb samples)
maupun tanah terganggu (disturb sample) berupa Unconfined,
Kadar air, berat jenis, nilai kohesi, nilai sudut geser dalam,
tekanan air pori tanah, nilai permeabilitas, dan lain-lain yang
diperlukan berkaitan dengan kebutuhan perencanaan.

3. Keluaran / Output:
Keluaran dari survey geologi /geoteknik / penyelidikan tanah:
a. Laporan penyelidikan tanah yang di dalamnya memuat: data
lapangan dan hasil pengujian geoteknik/penyelidikan tanah
yang dilakukan.
b. Analisa dari hasil penyelidikan tanah
c. Foto Dokumentasi.
e. Lingkup Survey : LINGKUNGAN
1. Tujuan
a. Untuk mengidentifikasi rona lingkungan di sekitar lokasi
pekerjaan
b. Mengidentifikasi komponen kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan
c. Mengidentifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan
terkena dampak sebagai akibat adanya proyek ini
d. Memprediksikan dan mengevaluasi besarnya dampak
lingkungan yang terjadi
e. Merumuskan saran tindak lanjut yang dapat dilaksankan oleh
pihak proyek atau instansi laiinya yang terkait guna
mengurangi dampak negative atau meningkatan dampak
positif yang dijabarkan dalam rumusan umum.

2. Lingkup
a. Mengumpulkan data skunder terkait aspek fisik-kimia,
biologi, sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan massyarakat
b. Mengumpulkan data primer terkait rencana kegiatan dan
komponen lingkungan yang ada (aspek fisik-kimia, biologi,
sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat)

3. Keluaran / Output:

Page 11 of 31
Laporan survey identifikasi Lingkungan.
f. Lingkup Survey : Material dan Cost (Biaya)

1. Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik


bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta
kesulitan yang timbul.
Penentuan lokasi quarry diutamakan yang ada disekitar lokasi
pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus menginformasikan
lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan,
perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-
kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penambangannya,
dilengkapi dengan foto-foto.

2. Penjelasan mengenai harga satuan dasar


Melakukan survey untuk mengetahui harga dasar dan harga satuan
upah, alat, dan bahan yang berkaitan dengan pekerjaan jalan, baik
harga agen, maupun harga di lokasi pekerjaan

3. Keluaran / Output:
Harga Dasar dan harga satuan upah, alat dan bahan

1. LINGKUP KEGIATAN PERENCANAAN / DESAIN


Tabel : Ringkasan Keluaran / Output Desain
K e l u a r a n / O u t p u t Tenaga Ahli
No yang
Dokumen Materi / Bahasan Diperlukan
1. Buku D-1. 1) Isu utama permasalahan lapangan Menyesuaikan
Gambar 2) Pengelolaan lapis perkerasan
Desain pembahasan
(Detail 3) Pengelolaan bahu jalan
Desain) 4) Pengelolaan median jalan (jika ada) pada substansi
5) Pengelolaan drainase jalan
6) Pengelolaan stabilisasi lereng keluaran /
7) Pengelolaan bangunan pelengkap
output yang
8) Pengelolaan pekerjaan struktur,
9) Informasi sumber bahan (quarry) terkait
10) Pengelolaan manajemen lalu lintas
11) Pengelolaan perlengkapan jalan (rambu
dan sejenisnya)
12) Pengelolaan metoda kerja
13) Waktu pelaksanaan
14) Kebutuhan Peralatan Minimum
15) Manajemen lalu lintas
16) Metoda pelaksanaan

K e l u a r a n / O u t p u t Tenaga Ahli
No yang
Dokumen Materi / Bahasan Diperlukan
2. Buku D-2. 1) Pengelolaan Permasalahan Lapangan Ahli Jalan Raya

Page 12 of 31
Laporan Ahli Geologi /
2) Pengelolaan Geologi/ Geoteknik
Perencanaan Geoteknik
(Detail 3) Pengelolaan Struktur dan stabilitas
Ahli Struktur
Desain) Lereng
4) Pengelolaan Hidrologi / Hidrolika
pada Drainasi Permukaan Jalan
Ahli Hidrologi /
5) Pengelolaan Hidrologi / Hidrolika
Hidrolika
pada Drainasi Bawah Permukaan
Jalan (Jika Ada)
6) Pengelolaan Bangunan Pelengkap /
Ahli Struktur
Struktur
Ahli
7) Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan
8) Analisa Resiko Ahli Struktur
9) Manajemen LaluLintas Ahli Jalan Raya
10) Metoda Pelaksanaan Ahli Struktur
3. Buku D-3. 1) Format Standar HPP / EE
Laporan
2) Panduan Anlisa Harga Satuan
HPP / EE
(PAHS)
3) Jenis Pekerjaan
4) Volume Pekerjaan
5) Analisa Harga Satuan
Ahli Kuantitas /
6) Harga Satuan Dasar (HSD) Ahli Jalan Raya
7) Informasi Sumber Bahan / Quarry
8) Asumsi Jarak
9) Lembar Perhitungan Volume
10) Perhitungan Waktu Pelaksanaan
11) Kebutuhan Peralatan Minimum
Buku D-4. Ahli Dok.
4. Dokumen Dokumen Lelang Kontrak/ Ahli
Lelang Jalan Raya

1. Proses Desain
a. Tujuan
Persiapan desain ini bertujuan:
1) Mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal;
2) Menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipakai
sebagai panduan survey pendahuluan;
3) Menyiapkan dokumen perencanaan teknis yang terdiri dari
gambar desain, spesifikasi, engineering estimate.
b. Lingkup Pekerjaan
Hal yang menjadi lingkup pekerjaan adalah:
1) Menetapkan awal dan akhir rencana proyek pada peta, serta
menarik beberapa alternatif rencana as jalan / alinyemen
horizontal dengan dilakukan pengecekan alinyemen vertikal
sesuai dengan kondisi medan yang memenuhi Standar
Perencanaan Geometrik Jalan.
2) Merencanakan desain geometrik jalan dengan mengacu pada
ketentuan Standar Perencanaan Geometrik Jalan baik antar kota
maupun perkotaan.

Page 13 of 31
3) Melakukan perencanaan tebal perkerasan baik perkerasan
kaku maupun fleksibel dengan mengacu pada pedoman
perencanaan tebal perkerasan lentur dan tebal perkerasan kaku.
4) Melakukan perencanaan drainase dan bangunan perlengkapan
jalan.
5) Melakukan perencanaan manajemen dan keselamatan lalu lintas
pada saat pelaksanaan.
6) Melakukan perencanaan K3 konstruksi berkaitan dengan risiko
yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan konstruksi.
7) Menyiapkan peta penyebaran tanah berkaitan dengan kondisi
geologi.
8) Membuat estimasi panjang jalan, jumlah dan panjang box
culvert/gorong-gorong dan bangunan pelengkap jalan lainnya
yang mungkin akan terdapat pada rute jalan tersebut.
9) Melakukan analisis risiko yang harus dituangkan dalam laporan
perencanaan teknis, didalamnya membuat identifikasi risiko,
analisis risiko, penilaian risiko, mitigasi risiko, alokasi risiko.
c. Peryaratan
Proses perencanaan teknis harus mengacu pada NSPM (Norma,
Standar, Pedoman dan Manual) yang berlaku di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum - Pera / Ditjen Bina Marga, yang
terkait dengan materi bahasan / pengelolaan masalah, atau referensi
lain yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja
d. Penggambaran
Penggambaran desain jalan:
 Alinyemen Horisontal dengan Skala 1 : 500
 Alinyemen Vertikal, Skala Horisontal 1:500, Skala Vertikal 1:100
 Potongan Melintang Skala Horisontal 1:100, Skala Vertikal 1:100

2. Detail Desain
Keluaran / Output Detail Desain (DED) terdiri dari 2 (dua) yaitu Gambar
Perencanaan Teknis (Desain) dan Laporan Perencanaan.

a. Lingkup Desain : GAMBAR PERENCANAAN TEKNIS

1. Tujuan
a. Menyiapkan gambar desain yang menunjukkan penyelesaian
masalah pada ruas / lokasi yang direncanakan;
b. Menyiapkan informasi tambahan di dalam gambar, yang
menjelaskan kepada pihak terkait (PPK PJN dan Penyedia
Jasa Konstruksi) hal-hal yang memberikaan manfaat pada
saaat pelaksanaan pekerjaan;
c. Gambar perencanaan teknis merupakan dokumen yang
nantinya menjadi dokumen kontrak pelaksanaan, oleh karena
itu gambar harus cukup efektif memberikan penjelasan
terkait dengan pengelolaan masalah di lapangan.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Penyedia Jasa Konsultansi melakukan kajian hasil
pembahasan setiap permasalahan (substansi) yang ada dalam
bentuk gambar dan uraian penjelasan;
b. Substansi yang disajikan dalam gambar adalah semua aspek
yang terkait dengan unsur jalan.

Page 14 of 31
c. Substansi yang disajikan sesuai penjelasan keluaran/output di
bawah.
3. Persyaratan
a. Permen PU No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
b. Materi / substansi yang ditampilkan dalam gambar harus
mengacu pada NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan
Manual) yang berlaku di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum – Perumahan Rakyat / Ditjen Bina Marga, yang
terkait dengan materi bahasan / pengelolaan masalah.
c. Untuk materi yang tidak diatur dalam NSPM, harus
menyebutkan pertimbangan atau dasar asumsi yang dipakai.
d. NSPM yang dipakai dan pertimbangan / asumsi yang ada agar
dinyatakan / ditulis / dicantumkan dalam gambar.
4. Keluaran / Output
Keluaran / output gambar perencanaan teknis (desain) adalah
gambar teknik ditambah penjelasan yang diperlukan, terdiri dari
substansi / materi sesuai tabel di bawah.

Tampilan
Materi / Substansi dalam Gambar
Gambar Uraian

1. Isu utama permasalahan lapangan -- Ada

2. Pengelolaan stabilisasi lereng Ada Ada

3. Pengelolaan bangunan pelengkap Ada Ada

4. Pengelolaan pekerjaan struktur, Ada Ada

5. Informasi sumber bahan (quarry) Ada Ada

6. Pengelolaan manajemen lalu lintas Ada Ada


7. Pengelolaan perlengkapan jalan (rambu dan
Ada Ada
sejenisnya)
8. Pengelolaan metoda kerja -- Ada

9. Waktu pelaksanaan -- Ada

10. Kebutuhan peralatan minimum -- Ada

b. Lingkup Desain : LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS


1. Tujuan
a. Menyiapkan argumen teknis dalam menjawab permasalahan
yang ada di lapangan.
b. Menyiapkan argumen / penjelasan tentang detail desain yang
dilakukan oleh Perencana;
c. Menjelaskan secara lengkap dan detail setiap permasalahan
yang dibahas dalam kegiatan perencanaan teknis.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Penyedia Jasa Konsultansi melakukan hasil pembahasan
setiap permasalahan (substansi) yang ada dalam bentuk
uraian penjelasan dan perhitungan;

Page 15 of 31
b. Substansi yang dibahas adalah semua aspek yang terkait
dengan unsur jalan. Substansi yang disajikan sesuai
penjelasan keluaran/input di bawah.
3. Persyaratan
a. Materi bahasan / substansi harus mengacu pada NSPM
(Norma, Standar, Pedoman dan Manual) yang berlaku di
lingkungan Kemeterian PU-PR / Ditjen Bina Marga, yang
terkait dengan materi bahasan / pengelolaan masalah.
b. Untuk materi yang tidak diperlukan NSPM, harus
menyebutkan pertimbangan atau dasar asumsi yang dipakai.
4. Keluaran/Output Laporan Perencanaan Teknis
Keluaran / output perencanaan teknis (desain) adalah laporan
perencanaan teknis terdiri dari substansi / materi sbb.

Tampilan
Substansi / Materi
Uraian Hitungan
a. Pengelolaan Permasalahan Lapangan Ada Ada
b. Pengelolaan Geologi/ Geoteknik pada Badan
Ada Ada
Jalan Tanah Lunak (apabila ada)
c. Pengelolaan Geologi/ Geoteknik dan Struktur
Ada Ada
pada Stabilisasi Lereng
d. Pengelolaan Hidrologi / Hidrolika pada
Ada Ada
Drainase Permukaan Jalan
e. Pengelolaan Hidrologi / Hidrolika pada
Ada Ada
Drainasi Bawah Permukaan Jalan
f. Pengelolaan Bangunan Pelengkap / Struktur Ada Ada
g. Pengelolaan Perlengkapan Jalan (Rambu dan
Ada --
sejenisnya)

a. Pengelolaan Permasalahan Lapangan


Substansi / Materi ini memuat gambaran permasalahan yang
ada dan pemecahannya, yaitu:
 Daftar permasalahan (problem list)
 Daftar permasalahan berdasarkan penilaian Perencana;
 Permasalahan yang dapat ditangani oleh kegiatan
perencanaan;
 Penanganan secara makro atas permasalahan yang ada.

b. Pengelolaan Geologi/ Geoteknik pada Badan Jalan Tanah


Lunak (apabila ada)
 Tujuan:
Menyelesaikan permasalahan geoteknik pada badan jalan
tanah lunak yang ada di lapangan.
 Persyaratan:
- Pedoman Geoteknik, Proses Pembentukan dan Sifat-sifat
dasar Tanah Lunak; No. Pt-T-08-2002-B;
- Pedoman Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi
Jalan; No Pd-T-10-2005-B;

Page 16 of 31
- Pedoman sesuai daftar NSPM, dan NSPM lainnya yang
terkait serta masih berlaku.
 Keluaran:
Perhitungan teknis dan bentuk penanganan.
c. Pengelolaan Geologi/Geoteknik dan Struktur pada
Stabilisasi Lereng
 Tujuan:
Menyelesaikan permasalahan geoteknik pada lereng.
 Persyaratan:
Pedoman sesuai daftar NSPM, dan NSPM lainnya yang
terkait serta masih berlaku.
 Keluaran:
Perhitungan teknis dan bentuk penanganan.
d. Pengelolaan Hidrologi / Hidrolika pada Drainase
Permukaan Jalan (Surface drainage)
 Tujuan:
Merancang drainase permukaan jalan agar tidak terdapat
genangan pada permukaan perkerasan.
 Persyaratan:
- Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan; No. Pd-T-
02-2006-B.
- Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan; No.
008/T/BNKT/1990.
- Pedoman sesuai daftar NSPM, dan NSPM lainnya yang
terkait serta masih berlaku.
 Keluaran:
Drainase permukaan (surface drainage) : perhitungan teknis
dan bentuk penanganan.
e. Pengelolaan Hidrologi / Hidrolika pada Drainasi Bawah
Permukaan Jalan (Sub-drainage)
 Tujuan:
Merancang drainase bawah permukaan jalan agar tidak
terdapat gangguan pada badan jalan dan lapis perkerasan.
 Persyaratan:
- Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan; No. Pd-T-
02-2006-B.
- Manual Desain Perkerasan Jalan; No. 02/P/BMN/2013
- Pedoman sesuai daftar NSPM terlampir, dan NSPM
lainnya yang terkait serta masih berlaku.
 Keluaran:
Drainase bawah permukaan (sub-drainage) : bentuk
penanganan.
f. Pengelolaan Bangunan Pelengkap / Struktur
 Tujuan:
Merancang bangunan struktur yang memenuhi persyaratan
teknis.
 Persyaratan:
- Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan; SNI T-12-
2004.
- Pedoman Perencanaan Beban Gempa untuk Jembatan;

Page 17 of 31
No. Pd T-04-2004-B.
- Standar Pembebanan untuk Jembatan; RSNI T-02-2005.
- Pedoman sesuai daftar NSPM, dan NSPM lainnya yang
terkait serta masih berlaku.
 Keluaran:
Perhitungan teknis dan bentuk penanganan.
g. Pengelolaan Perlengkapan Jalan (Rambu dan sejenisnya)
 Tujuan:
Merancang perlengkapan jalan yang sesuai ketentuan.
 Persyaratan:
- Peraturan rambu oleh Kementerian Perhubungan.
- Pedoman sesuai daftar NSPM, dan NSPM lainnya yang
terkait serta masih berlaku.
 Keluaran:
Jenis dan penempatan perlengkapan jalan yang sesuai.

h. Analisa Resiko
 Tujuan
Menyiapkan analisa risiko berkaitan dengan kegiatan
konstruksi / pelaksanaan pekerjaan pada paket yang
ditinjau.
 Persyaratan
Berdasarkan Peraturan Menteri terbaru yang berlaku saat
ini.
 Lingkup
Perencanaan SMK3 pada tahap pra-konstruksi.
 Keluaran / Output:
Keluaran/Output Analisa Risiko adalah Laporan Analisa
Risiko K3 berdasarkan Permen PU no. 05/PRT/M/2014
pasal 7 :
 mengidentifikasi bahaya, menilai Risiko K3 serta
pengendaliannya pada penetapan kriteria perancangan
dan pemilihan material, pelaksanaan konstruksi, serta
Operasi dan Pemeliharaan;
 mengidentifikasi dan menganalisis Tingkat Risiko K3
dari kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan, sesuai
dengan Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3
Konstruksi.

i. Manajelen dan Keselamatan Lalu Lintas


 Tujuan
Menyiapkan rencana pengelolaan keselamatan lalu-lintas
selama masa pelaksanaan, berdasarkan ketentuan
Spesifikasi Umum dan NSPM yang terkait.
 Persyaratan
 Instruksi Dirjen Bina Marga nomor 02/IN/Db/2012
tanggal 24 April 2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa
Keselamatan Jalan.
 Ketentuan / NSPM lainnya yang sesuai.
 Lingkup Pekerjaan
Konsep pengelolaan lalu-lintas selama masa pelaksanaan
agar menjamin kelancaran dan keselamatan pengguna jalan.

Page 18 of 31
 Keluaran / Output
Keluaran/output Action Plan Manajemen dan Keselamatan
Lalu-lintas adalah Laporan Action Plan Manajemen dan
Keselamatan Lalu-lintas, meliputi unsur:
 Dasar peraturan (NSPM) yang digunakan;
 Obyek / Lokasi Pengelolaan;
 Identifikasi Masalah;
 Pengelolaan Masalah;
 Kebutuhan Sumber Daya dan Biaya.

j. Metoda Pelaksanaan
 Tujuan
Menyiapkan konsep metoda konstruksi, khususnya pada
pekerjaan yang memerlukan metoda khusus, yang harus
diketahui oleh Penyedia (Konstruksi) pada saat pelelangan
pekerjaan dan pelaksanaan.
Materi dalam laporan metoda konstruksi juga dituangkan
dalam gambar desain agar tercantum/mengikat dalam
dokumen kontrak pelaksanaan.
 Lingkup
 Metoda konstruksi bukanlah prosedur pelaksanaan yang
terdapat pada spesifikasi umum.
 Metoda konstruksi yang dibahas adalah pekerjaan
dengan penanganan khusus atau diperlukan perhatian
khusus.
 Penanganan khusus atau perlu mendapat perhatian
khusus, adalah menyangkut prosedur yang tertentu,
pemakaian bahan/alat bantu atau perlakuan lainnya.
 Keluaran / Output
Keluaran / Output konsep metoda konstruksi adalah laporan
metoda konstruksi untuk beberapa pekerjaan yang ditinjau
dengan materi bahasan :
 Dasar peraturan (NSPM) yang digunakan;
 Daftar pekerjaan yang dibahas;
 Uraian metoda kerja masing-masing pekerjaan yang
ditinjau;

3. Lingkup Desain : HARGA PERKIRAAN PERENCANA (HPP/EE)


Keluaran / output HPP/EE adalah sesuai tabel di bawah.

Tampilan
Materi Keluaran / Output HPP/EE
Uraian Hitungan
1. Format Standar HPP/EE
a) Panduan Anlisa Harga Satuan (PAHS) - -
b) Mata Pembayaran Ada -
c) Volume Pekerjaan - Ada
d) Analisa Harga Satuan Ada Ada
2. Harga Satuan Dasar (HSD) Ada -
3. Informasi Sumber Bahan / Quarry Ada -

Page 19 of 31
4. Asumsi Jarak Ada Ada
5. Lembar Perhitungan Volume Ada Ada
6. Perhitungan Waktu Pelaksanaan dan
Ada Ada
Jadual Pelaksanaan/Kurva S
7. Kebutuhan Peralatan Minimum Ada Ada

1. Format Standar HPP/EE


Rekapitulasi biaya, daftar kuantitas dan harga, dan uraian analisa harga
satuan.
a. PAHS (Panduan Analisa Harga Satuan)
 Tujuan:
Menghasilkan perhitungan harga dengan menggunakan software
yang standar.
 Persyaratan:
Software praktis yang dipakai untuk membuat HPP/EE, berasal
dari Bina Marga keluaran terakhir.

b. Mata Pembayaran
 Tujuan:
Menghasilkan jenis harga satuan yang sesuai spesifikasi umum /
khusus yang berlaku
 Persyaratan:
Mata Pembayaran sesuai dengan Spesifikasi Umum Bina Marga
edisi terakhir dan Spesifikasi Khusus Bina Marga yang masih
berlaku.
c. Volume Pekerjaan
Tujuan:
 Menghitung volume secara cermat untuk setiap pekerjaan yang
ada.
 Membuat rincian pada pekerjaan dengan satuan volume LS
menjadi volume pekerjaan yang terukur.
d. Analisa Harga Satuan
Tujuan:
Menghasilkan harga satuan pekerjaan dengan kondisi :
 Analisa harga satuan berdasarkan metoda kerja yang sesuai untuk
pekerjaan yang ditinjau.
 Harga satuan dasar (HSD) yang dipakai memenuhi aspek formal-
validasi dan harus dikontrol bahwa HSD tersebut sesuai dengan
kondisi lapangan.
 Peralatan yang dipakai harus yang sesuai dengan kebutuhan
lapangan, antara lain menyangkut jenis, kapasitas, kecepatan, dan
karakteristik yang melekat pada spesifikasi alat (misal: efisiensi
alat).
 Material yang dipakai sesuai dengan potensi setempat
(menyebutkan sumber quarry) dan pertimbangan efisiensi.
 Faktor lainnya seperti jarak basecamp ke lapangan dan lokasi
quarry harus diperhitungkan dengan asumsi yang sesuai.

2. Harga Satuan Dasar (HSD)


a. Tujuan :
Mendapatkan harga satuan dasar yang sesuai dengan harga pasar

Page 20 of 31
setempat.
b. Persyaratan:
- Untuk penetapan harga satuan dasar, dipakai ketentuan Perpres
dan/atau peraturan teknisnya.
- Sumber data sekunder harus memenuhi aspek formal-validasi.
Apabila data sekunder tidak sesuai lapangan (lebih
rendah/tinggi), maka sumber data berikutnya harus dapat
dibuktikan validitasnya.
- Apabila akan diterapkan konversi data silam (beberapa bulan
sebelumnya) menjadi data saat ini, maka faktor konversi harus
berasal dari data yang formal-valid (misalnya data inflasi / bunga
bank).
- HSD upah terendah harus sesuai dengan UMK yang ditetapkan
oleh Gubernur untuk tahun yang bersangkutan.
- HSD bahan sesuai dengan kondisi aktual / pasar setempat.
- HSD perolehan alat (harga pokok alat) harus berdasarkan sumber
data yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Informasi Sumber Bahan / Quarry
a. Tujuan:
Mendapatkan informasi sumber bahan yang dapat dipakai di paket
pekerjaan yang ditinjau.
b. Persyaratan:
- Sumber data primer / sekunder harus memenuhi aspek formal-
validasi.
- Informasi sumber bahan meliputi : lokasi, jenis material dan
potensi deposit.
- Data sekunder HSD harus diperiksa kesesuaiannya dengan
kondisi lapangan. Apabila tidak sesuai lapangan (lebih
rendah/tinggi) maka sumber data berikutnya harus dapat
dibuktikan validitasnya.

4. Asumsi Jarak
a. Tujuan:
Menetapkan besaran jarak (lokasi AMP, batching plant, lainnya)
yang sesuai untuk kondis lapangan yang ditinjau.
b. Persyaratan:
- Jarak yang dipakai antara lain terkait dengan : lokasi basecamp
AMP, lokasi batching plant (beton), lokasi quarry, dan lokasi
depo material lainnya.
- Jarak yang dipakai agar disebutkkan argumennya.

5. Lembar Perhitungan Volume


a. Tujuan:
Menghitung kebutuhan volume pekerjaan sesuai gambar desain.
b. Persyaratan:
- Dihitung cermat untuk setiap pekerjaan yang ada.
- Pekerjaan dengan satuan volume LS agar dirinci lagi dalam
volume pekerjaan yang terukur.
- Lembar perhitungan volume pekerjaan disajikan dalam lampiran
HPP/EE.

Page 21 of 31
6. Perhitungan Waktu Pelaksanaan
a. Tujuan:
Menghitung kebutuhan waktu pelaksanaan yang sesuai dengan
metode pelaksanaan, kuantitas pekerjaan dan kondisi lapangan.
b. Persyaratan:
- Untuk keperluan HPP/EE, sebaiknya perhitungan waktu
pelaksanaan dibuat detail untuk setiap jenis pekerjaan.
- Waktu pelaksanaan per-pekerjaan mempertimbangkan
produktivtas per-hari yang dapat diterapkan sesuai kondisi
lapangan.
- Waktu pelaksanaan agar memperhitungan faktor kehilangan
waktu, antara lain: hari libur nasional, lebaran, pengaruh cuaca,
dan waktu yang dibutuhkan untuk proses serah terima (PHO).

7. Kebutuhan Peralatan Minimum


a. Tujuan :
Menghitung kebutuhan peralatan minimum sesuai dengan metode
pelaksanaan, kuantitas pekerjaan dan kondisi lapangan.
b. Persyaratan :
- Kebutuhan peralatan minimum dapat diperhitungkan dari
pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang yang cukup berperan.
- Kebutuhan peralatan minimum meliputi unsur: jenis peralatan,
kapasitas alat dan jumlah peralatan.
1. ditinjau;

4. Lingkup Desain : DOKUMEN LELANG


a. Tujuan
Menyiapkan dokumen pelelangan.
b. Persyaratan
Berdasarkan ketentuan standar dokomen yang berlaku saat ini.
c. Lingkup Pekerjaan
1. Dokumen lelang sesuai naskah yang terdapat pada standar dokumen.
2. Dokumen lelang yang harus disiapkan oleh Penyedia Jasa
Konsultansi, yaitu :
a) Spesifikasi Umum
Spesifikasi umum yang dipakai adalah Spesifikasi Umum Bina
Marga edisi terakhir.
b) Spesifikasi Khusus
Spesifikasi khusus yang disiapkan adalah spesifikasi khusus yang
diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum-Pera / Ditjen Bina
Marga yang masih berlaku.
c) Gambar
Gambar sesuai dengan keluaran / output detail desain.
d) Daftar Kuantitas dan Harga
Daftar kuantitas dan harga sesuai dengan keluaran HPP/EE.
d. Keluaran / Output Dokumen Lelang

Keterangan /
Dokumen Lelang Peran Penyedia
Jasa Konsultansi

Page 22 of 31
BAB I UMUM
BAB II INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP)
BAB III LEMBAR DATA PEMILIHAN (LDP) Naskah standar
BAB IV BENTUK DOKUMEN PENAWARAN sesuai dengan
BAB V BENTUK RANCANGAN KONTRAK Permen PU yang
berlaku
SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK
BAB VI
(SSUK)
SYARAT-SYARAT KHUSUS
BAB VII
KONTRAK (SSKK)
BAB VIII SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR Disiapkan oleh
Perencana /
BAB IX DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA Penyedia Jasa
Konsultansi.
Naskah standar
sesuai dengan
BAB X BENTUK DOKUMEN LAIN Permen PU yang
berlaku

9. KELUARAN Keluaran / output yang dihasilkan oleh kegiatan perencanaan teknis


(OUTPUT) ringkasannya disajikan kembali pada tabel di bawah, untuk penjelasan lebih
detail dapat dilihat pada bab tersebut di muka, yaitu:

1. Bab LINGKUP KEGIATAN SURVEY


2. Bab LINGKUP KEGIATAN DESAIN

Tabel Ringkasan Keluaran / Output


D O K U M E N
NO
NO BUKU JUDUL

A. T a h a p a n S u r v e y
1. Buku S-1 Laporan Persiapan / Pendahuluan
2. Buku S-2 Laporan Survey Lapangan
B. T a h a p a n D e s a i n
1. Buku D-1 Gambar Desain (Detail Desain)
2. Buku D-2 Laporan Perencanaan (Detail Desain)
3. Buku D-3 Laporan HPP / EE
4. Buku D-4 Dokumen Lelang

Catatan: Dokumen keluaran / output dilengkapi dengan dokumentasi


foto yang menunjukkan adanya kegiatan tersebut.

Page 23 of 31
10. PERALATAN, Data dan fasilitas yang disediakan oleh PPK ( P 2 J N ) yang dapat digunakan
MATERIAL, dan harus dipelihara oleh penyedia:
PERSONIL 1. Laporan dan Data (bila ada)
DAN Penyedia dapat memperoleh data yang sudah ada di PPK (P2JN), yang
FASILITAS terkait dengan pengelolaan substansi.
DARI 2. Akomodasi dan Ruangan Kantor
PEJABAT
Akomodasi dan ruangan kantor untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan
PEMBUAT
KOMITMEN
jasa konsultansi disediakan sendiri oleh Penyedia.
3. Staf Pengawas / Pendamping
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan jasa konsultansi, apabila
dipandang perlu oleh PPK (P2JN) akan disediakan staf pengawas /
pendamping atau project officer (PO) yang akan ditentukan pada saat
pelaksanaan kontrak.
4. Fasilitas dari PPK (P2JN)
Fasilitas yang disediakan oleh PPK (P2JN) yang dapat digunakan oleh
Penyedia, sesuai dengan yang tercantum dalam Rincian Anggaran Biaya

11. PERALATAN Penyediaan oleh Penyedia :


DAN
MATERIAL Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan
DARI peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan jasa
PENYEDIA konsultansi.
JASA
KONSULTAN
SI

PENDEKATA
1. Survey
12.
N DAN Metodologi yang dapat dipakai pada tahapan survey antara lain:
METODOLO a. pengukuran,
GI b. pengamatan lapangan,
c. wawancara dengan masyarakat, missalnya untuk melengkapi informasi
masalah genangan air, longsoran dan sebagainya,
d. diskusi dengan PPK Pelaksanaan, dan menghimpun data sekunder
terkait dengan masalah (problem list) yang dihadapi PPK,
e. menghimpun data sekunder dari berbagai pihak terkait.
2. Desain
Metodologi yang dapat dipakai pada tahapan desain antara lain:
a. menghimpun referensi (NSPM) yang terkait dengan pembahasan yang
akan dilakukan,
b. diskusi dengan unsur Perencanaan Teknis di lingkungan P2JN,
c. diskusi dengan PPK Pelaksanaan guna konfirmasi atas analisis
Perencana,
d. diskusi dengan narasumber/pakar dari luar untuk membangun second
opinion, apabila dipandang perlu oleh PPK P2JN.

Page 24 of 31
13. JANGKA Jangka waktu pelaksanaan kegiatan perencanaan teknis oleh Penyedia
WAKTU Jasa Konsultansi adalah:
PENYELESA
IAN Waktu Satuan
KEGIATAN

3 (tiga) Bulan

Kebutuhan personil disajikan pada tabel di bawah dilengkapi dengan


14. PERSONIL penjelasannya.

Tabel : Kebutuhan Tenaga Ahli


Jumlah Orang Pengal
No. Pendidikan
Personil Personil Bulan aman Keahlian
Tenaga Ahli
Ahli Teknik
Jalan /
Jembatan
15
1 Team Leader 1 3 Utama dan S1 Teknik Sipil
Tahun
Ahli K3
Kontruksi
Muda
Ahli Teknik
13
2 Ahli Struktur 1 3 Jembatan S1 Teknik Sipil
Tahun
Madya
13 Ahli Teknik
3 Ahli Teknik Jalan 1 3 S1 Teknik Sipil
Tahun Jalan Madya
13 Ahli Geodesi
4 Ahli Geodetik 1 3 S1 Geodesi
Tahun Madya
Ahli
13 S1 Teknik
5 Ahli Geoteknik 1 3 Geoteknik
Tahun Sipil/Geologi
Madya
Ahli Sumber S1 Teknik
13
6 Ahli Hidrologi 1 3 Daya Air Sipil/Teknik
Tahun
Madya Pengairan
Ahli Teknik
Ahli Kuantitas dan 13 Jalan /
7 1 3 S1 Teknik Sipil
Perkiraan Biaya Tahun Jembatan
Madya
Asisten Tenaga
Ahli
Assisten Ahli
1 1 3 S1 Teknik Sipil
Struktur
Assisten Ahli
2 1 3 S1 Teknik Sipil
Teknik Jalan
Assisten Ahli
3 1 3 S1 Geodesi
Geodetik
Assisten Ahli S1 Teknik
4 1 3
Geoteknik Sipil/Geologi
S1 Teknik
Assisten Ahli
5 1 3 Sipil/Teknik
Hidrologi
Pengairan
Assisten Ahli
6 Kuantitas dan 1 3 S1 Teknik Sipil
Perkiraan Biaya

Page 25 of 31
1. Team Leader
Mempunyai sertifikat keahlian teknik jalan yang dikeluarkan oleh
asosiasi terkait. Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman profesional
dalam bidang 15 (lima belas) Tahun, dan mengetahui dengan baik
proses perencanaan Longsoran/jalan/jembatan dengan
permasalahannya.
Tugas dan tanggung jawab kepala team meliputi :
1. Mengkoordinasikan semua personil yang terlibat dalam
pekerjaan ini sehingga bisa menghasilkan pekerjaan.
2. Mempersiapkan petunjuk teknik dari setiap kegiatan pekerjaan
baik pengambilan data, pengolahan maupun penyajian akhir
seluruh hasil pekerjaan.
3. Meneliti dan menyarankan bahan perkerasan yang dapat dipakai
untuk ruas jalan yang direncanakan.
2. Ahli Struktur
Mempunyai sertifikat keahlian teknik Jembatan yang dikeluarkan
oleh asosiasi terkait. Sarjana Teknik Sipil, pengalaman profesional
dalam bidang-nya 13 (tiga belas) tahun, di utamakan/lebih disukai
berpengalaman dalam bidang perencanaan longsoran dan
jalan/jembatan, termasuk pengambilan data lapangan dan analisanya.
Tugas dan kewajibannya meliputi :
1. Mengendalikan dan mengatur personil yang mengadakan survey
lapangan.
2. Menganalisa seluruh data-data lapangan.
3. Bertanggung jawab atas hasil perhitungan desain perencanaan
longsoran.

3. Ahli Teknik Jalan


Mempunyai sertifikat keahlian teknik jalan yang dikeluarkan oleh
asosiasi terkait. Sarjana Teknik Sipil, pengalaman profesional
dalam bidang-nya 13 (tiga belas) tahun, di utamakan/lebih disukai
berpengalaman dalam bidang perencanaan jalan, termasuk
pengambilan data lapangan dan analisanya.
Tugas dan kewajibannya meliputi :
1. Membantu kerja Team Leader.
2. Meninjau Lokasi dari masing-masing longsoran yang akan
direncanakan.
3. Mengkonfirmasi kebutuhan dan tingkat pekerjjaan yang
diperlukan.
4. Menentukan survey lapangan yang dibutuhkan dan data yang
diperlukan untuk melaksanakan detail desain teknis.
5. Mempersiapkan rencana kerja detail untuk pekerjaan
penyelidikan (investigasi), termasuk pemboran atau sondir
dimana diperlukan dan mengkoordinir semua kegiatan team
lapangan dalam melaksanakan rencana kerja di lapangan.
6. Menganalisa data survey lapangan dan data lain yang tersedia,
menyiapkan detail desain, prakiraan jumlah dan harga teknik
demikian pula gambar-gambar teknik dari semua perencanan

Page 26 of 31
longsoran.
4. Ahli Geodetik
Mempunyai sertifikat keahlian geodesi muda yang dikeluarkan oleh
asosiasi terkait. Sarjana Geodesi, pengalaman profesional dalam
bidang-nya 13 (tiga belas) tahun, di utamakan/lebih disukai
berpengalaman dalam bidang perencanaan jalan dan jembatan,
termasuk pengambilan data lapangan dan analisanya.
Tugas dan kewajibannya meliputi :
1. Mengendalikan semua personil yang terlibat pengumpulan data
topografi dan penggambarannya.
2. Memeriksa rencana kerja di lapangan dan hasil perhitungan
pengumpulan datanya.
3. Bertanggung jawab pada hasil pengumpulan data, perhitungan
yang diperlukan dan hasil penggambarannya.
4. Merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan yang
mencakup pelaksanaan pengukuran topografi di lapangan,
pengolahan dan menjamin bahwa data, analisis dan perhitungan
yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan dan dapat
memberikan masukan mengenai kondisi geometrik trase jalan
5. Ahli Geoteknik
Mempunyai sertifikat keahlian geoteknik muda yang dikeluarkan
oleh asosiasi terkait. Sarjana Teknik Sipil/Geologi, pengalaman
profesional dalam bidang-nya 13 (tiga belas) tahun, di
utamakan/lebih disukai berpengalaman dalam bidang perencanaan
jalan dan jembatan, termasuk pengambilan data lapangan dan
analisanya.
Tugas dan kewajibannya meliputi :
1. Melaksanakan survey dan analisa geologi mengenai tanah dan
bebatuan dilokasi yang direncanakan.
2. Mengidentifikasi permasalahan geologi yang memungkinkan
terjadi sebagai penyebab terjadinya longsoran.
3. Merekomendasikan jenis penanganan yang terbaik dilihat dari
sudut pandang geologi lokasi longsoran.
6. Ahli Hidrologi
Mempunyai sertifikat keahlian sumber daya air muda yang
dikeluarkan oleh asosiasi terkait. Sarjana Teknik Sipil/Teknik
Pengairan, pengalaman profesional dalam bidang-nya 13 (tiga
belas) tahun, di utamakan/lebih disukai berpengalaman dalam
bidang perencanaan jalan dan jembatan, termasuk pengambilan data
lapangan dan analisanya.
Tugas dan kewajibannya meliputi :
1. Melakukan pengumpulan data sekunder seperti: Data Curah
Hujan, Klimatologi, dll yang berkaitan dengan aspek pada
perencanaan serta dapat melakukan reviu atas hasil analisis
terdahulu.
2. Mengumpulkan dan mengadakan pengujian data-data hidrologi
yang didapat untuk digunakan dalam analisa persoalan
hidrologi, meliputi :
- Gejala dan arah aliran.
- Jenis/sifat erosi maupun pengendapan.

Page 27 of 31
- Daerah pengukur banjir.
3. Melakukan analisis data sekunder yang telah dikumpulkan serta
data-data penunjang lainnya yang berkaitan dengan aspek
desain pada perencanaan.
4. Menyiapkan hasil analisis data sekunder dan data-data
penunjang lainnya dalam bentuk laporan.
5. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan analisis hidrologi.
7. Ahli Kuantitas dan Perkiraan Biaya
Mempunyai sertifikat keahlian teknik jalan dan/atau jembatan yang
dikeluarkan oleh asosiasi terkait. Sarjana Teknik Sipil, pengalaman
profesional dalam dibidangnya minimal 13 (tiga belas) tahun, di
utamakan/lebih disukai berpengalaman dalam bidang perencanaan
jalan dan jembatan.
Tugas dan kewajibannya meliputi :
1. Mengadakan analisa perhitungan harga satuan
mengumpulkan data harga bahan/ material serta peralatan untuk
kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan sebagai pembanding.
2. Menghitung kuantitas dari bahan dan kebutuhan yang lain sesuai
dengan design yang ada.
3. Bertanggung jawab atas perhitungan harga dan biaya konstruksi
sesuai dengan designnya.
4. Menyusun dan menyiapkan laporan-laporan dokumen pelelangan
dan dokumen kontrak untuk setiap pembagian pelaksanaan yang
telah ditetapkan.
Uraian tugas Tenaga Pendukung adalah sbb:
1. Asisten Ahli Struktur
Sarjana Teknik Sipil, Mempunyai sertifikat keahlian teknik
jalan/Jembatan yang dikeluarkan oleh asosiasi terkait. bertugas
membantu pelaksanaan tugas Ahli Struktur.
2. Asisten Ahli Teknik Jalan
Sarjana Teknik Sipil, dengan tugas membantu pelaksanaan tugas
Ahli Teknik Jalan.
3. Asisten Ahli Geodetik
Sarjana Geodesi, dengan tugas membantu pelaksanaan tugas Ahli
Geodetik.
4. Asisten Ahli Geoteknik
Sarjana Teknik Sipil / Geologi, dengan tugas membantu pelaksanaan
tugas Ahli Geoteknik dan Geologi.
5. Asisten Ahli Hidrologi
Sarjana Teknik Sipil / Teknik Pengairan, dengan tugas membantu
pelaksanaan tugas Ahli Hidrologi.
6. Asisten Ahli Kuantitas dan Perkiraan Biaya
Sarjana Teknik Sipil, dengan tugas membantu pelaksanaan tugas
Ahli Kuantitas dan Perkiraan Biaya.

Page 28 of 31
1. Laporan Administrasi
15. LAPORAN Tabel : Ringkasan Laporan Administrasi
Produk Pelaporan
No Jenis Ket
Materi / Isi Laporan
Pelaporan
Laporan Program Mutu berisi Rencana
Kerja, Organisasi Kerja, Tahapan Kerja
Laporan serta Metode Kerja dalam upaya
1. Program
pencapaian standar mutu (Quality
Mutu
Assurance).

Hasil pengumpulan data sekunder


maupun data primer, hasil kajian
Laporan terhadap data survei, konsep
2.
Antara
perencanaan, progress kegiatan dan
rencana selanjutnya

Laporan Lihat Bab Keluaran / Output


3.
Akhir Perencanaan teknis.

Executive Ringkasan hasil pekerjaan


4.
Summary

2. Laporan Perencanaan Teknis


Isi materi laporan perencanaan teknis sesuai keluaran / output pada
bahasan di atas :

a) Jumlah Dokumen

No Dokumen Jumlah Dokumen Ket


1) Tahap Survey
Sesuai dengan
Buku S-1. Laporan Survey
1. rincian anggaran
Pendahuluan
biaya
Sesuai dengan
2. Buku S-2. Laporan Survey Lapangan rincian anggaran
biaya
2) Tahap Desain
Sesuai dengan
Buku D-1. Gambar Desain (Detail
1. rincian anggaran A3
Desain)
biaya
Sesuai dengan
Buku D-2. Laporan Perencanaan
2. rincian anggaran
(Detail Desain)
biaya
Sesuai dengan
3. Buku D-3. Laporan HPP / EE rincian anggaran
biaya
Sesuai dengan
4. Buku D-4. Dokumen Lelang rincian anggaran
biaya

b) Narasumber Pembahas / Second Opinion

Page 29 of 31
Apabila dianggap perlu oleh PPK (P2JN), pada saat pembahasan dapat
melibatkan ahli / pakar dari unsur profesional atau perguruan tinggi
untuk memberikan pendapat / second opinion.

c) Validasi Perencana
Setiap dokumen produk / keluaran / output perencanaan teknis harus
ada validasi (bentuk tandatangan) oleh Tenaga Ahli sesuai dengan
materi yang disiapkan oleh Tenaga Ahli yang bersangkutan.

d) Legalisasi Produk Perencanaan Teknis


Mekanisme legalisasi dokumen produk perencanaan teknis mengikuti
ketentuan Surat Edaran Dirjen Bina Marga nomor UM-0103-Db/27-1
tanggal 10 Januari 2007 sebagai berikut.

1) Pengesahan tiap lembar gambar (Pihak Konsultan)

Direncanakan
Digambar oleh, Diperiksa oleh, Disetujui oleh,
oleh,

(Tenaga ahli (Tenaga ahli


(Operator Cad) sebagai perencana) sebagai perencana) (Team Leader)

2) Sampul depan DED di belakang cover (Berita acara lembar


pengesahan)
Disetujui
Diserahkan oleh, Disetujui oleh, Diketahui oleh,
oleh,

(Direktur Utama (Kepala Satuan


Konsultan) (PPK P2JN ) Kerja P2JN ) (Kepala BPJN)

3. Laporan Softcopy
Semua produk kegiatan hasil jasa konsultasi tersebut tertuang dalam bentuk
softcopy berupa file asli maupun pdf (tanpa terkecuali) yang diserahkan
kepada PPK (P2JN) dalam Hardisk SSD External dengan kapasitas minimal 1
Terabytes.

Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di


16. PRODUKSI dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dengan
DALAM pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
NEGERI

17. ALIH Dalam rangka alih pengetahuan, maka Penyedia diwajibkan:


PENGETAHU 1. Mengadakan diskusi terkait dengan substansi pelaksanaan pekerjaan
AN dengan staf di lingkungan PPK (P2JN).
Apabila dipandang perlu oleh PPK (P2JN), PPK (P2JN) dapat
memerintahkan Penyedia untuk memperluas diskusi dalam bentuk
pelatihan, kursus singkat, diskusi dan seminar.
2. Memberikan kepada PPK (P2JN) semua dokumen terkait proses dan
produk perencanaan serta referensi yang dipakai dalam bentuk

Page 30 of 31
hardcopy dan softcopy.

PPK Perencanaan
Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan
Nasional Provinsi Bengkulu

Muhammad Ridwan.
NIP 198012052005021002

Page 31 of 31

Anda mungkin juga menyukai