Anda di halaman 1dari 29

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


BIDANG BINA MARGA

KERANGKA ACUAN KERJA

NAMA PEKERJAAN :
DED JALAN WILAYAH IV

APBD PROVINSI
TAHUN ANGGARAN 2024
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
DED JALAN WILAYAH IV
TAHUN ANGGARAN 2024

Uraian Pendahuluan

1. Latar Keberadaan infrastruktur prasarana transportasi yang handal akan


Belakang dapat mendukung perkembangan dan pertumbuhan pada suatu
wilayah. Kehandalan jaringan jalan dan jembatan sebagai bagian dari
prasarana transportasi akan menjadi dasar yang baik untuk
mendukung aktivitas masyarakat, ekonomi wilayah serta
perkembangan wilayah yang serta merta akan memberikan
dampak pada kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Mengingat kondisi sarana dan prasarana jalan dan jembatan yang ada
pada saat ini banyak mengalami kerusakan baik diakibatkan
faktor alam maupun faktor manusia, sehingga perlu dipelihara,
dicegah penurunan umur rencananya dan ditingkatkan agar umur
rencana terjaga guna memenuhi tingkat layanan jalan dan
jembatan yang makin tinggi.
Preservasi Jalan adalah kegiatan pemeliharaan, preventif, rehabilitasi,
rekonstruksi, dan pelebaran jalan menuju standar, yang berkelanjutan
untuk mempertahankan jalan menuju kondisi mantap.
Untuk menunjang kegiatan preservasi jalan maka perlu
diselenggarakan pekerjaan perencanaan jalan secara detail dan
memperhatikan fakor-faktor, seperti kenyamanan, keamanan,
lingkungan serta faktor lain yang mendukung perencanaan agar
sustainabledan managerial asset.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang cq. Bidang Bina Marga
Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai tugas antara lain
menyelenggarakan pekerjaan perencanaan dan pengawasan
prasarana jalan pada Provinsi Kalimantan Selatan. Sehubungan
dengan hal tersebut diatas maka perlu melakukan perencanaan
jalan agar umur rencana terjaga dan tingkat pelayanan jalan
terpenuhi.

2. Maksud dan Jasa pelayanan ini dimaksudkan untuk membantu Dinas Pekerjaan
Tujuan Umum dan Penataan Ruang cq. Bidang Bina Marga Provinsi
Kalimantan Selatan dalam rangka melaksanakan pekerjaan
perencanaan teknik jalan pada ruas jalan Provinsi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah ketersediaan perencanaan teknis jalan
yang berwawasan lingkungan, dan dokumen pelelangan, sesuai
dengan rencana menggunakan standar prosedur yang berlaku.
Sehingga pelayanan kinerja Jalan di Provinsi Kalimantan Selatan dapat
dipenuhi dan membuka akses masyarakat dalam setiap kegiatan.

3. Sasaran Sasaran yang dicapai dari pekerjaan ini adalah :


1. Tersedianya gambar rencana dan spesifikasi teknis;
2. Tersedianya Engineer Estimate (EE) untuk rujukan perhitungan
Owner Estimate (OE) dan / atau Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

2
Rencana Anggaran Biaya (RAB);
3. Tersedianya dokumen tender;
4. Tersedianya dokumen rujukan pelaksanaan kegiatan Perencanaan.

4. Lokasi Lokasi pekerjaan ini di Provinsi Kalimantan Selatan


Kegiatan

5. Sumber Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBD Provinsi


Pendanaan Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2024 dengan alokasi
Rp. 1.200.000.000,00 (satu milyar dua ratus juta rupiah)
pabila dalam dokumen anggaran yang telah disahkan (DPA-SKPD TA.
2024 – APBD Perubahan), dananya tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia yang mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang
tersedia untuk kegiatan tersebut maka proses pengadaan yang telah
dilakukan batal demi HUKUM dan peserta tidak dapat menuntut ganti
rugi dalam bentuk apapun

6. Nama Dan Nama Kuasa Pengguna Anggaran : Ir. AZAN SYARIFUL MUAZ, ST
Organisasi
Satuan Kerja : DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN
Kuasa
RUANG PROV. KALSEL BIDANG BINA MARGA
Pengguna
Anggaran

7. Data Dasar Data hasil survey jalan dan jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Bidang Bina Marga tahun 2023.

8. Standar 1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011


Teknis tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan teknis
Jalan;
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 67 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan;
3. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/SE/M/2013
tentang Pedoman Spesifikasi Teknis Campuran Beraspal
Dengan Asbuton;
4. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 07/SE/M/2015 tanggal 23 April 2015 tentang Pedoman
Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan;
5. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga No. 18/SE/Db/2020
tentang Suplemen Manual Desain Perkerasan Jalan (MDP) 2017;
6. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga No.
16.1/SE/Db/2020 tentang Spesifikasi Umum Bina Marga 2018
untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2);
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga No. 05/SE/Db/2018
tentang Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi
Jalan dan Jembatan;
8. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 04/SE/Db/2017
tentang Penyampaian Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi 2017

3
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga;
9. SNI 8460 – 2017 tentang Persyaratan Perancangan Geoteknik;
10. Tata Cara Perencanaan Pembuatan Jalan di atas Tanah
Gambut dengan Menggunakan Pondasi Galar Kayu No.
008/T/BM/1999 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina
Marga No. 03/KPTS/Db/1999 tentang Pengesahan Empat
Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga;
11. Tata Cara Pelaksanaan Pembangunan Jalan di atas Tanah Gambut
dengan Menggunakan Pondasi Galar Kayu No. 009/T/BM/1999
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
03/KPTS/Db/1999 tentang Pengesahan Empat Pedoman Teknik
Direktorat Jenderal Bina Marga;
12. Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur
dengan Metoda Lendutan (Pd T-05-2005-B);
13. Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan Perkuatan Tanah dengan
Geosintetik No. 003/BM/2009;
14. Pedoman Desain Perkerasan Jalan Lentur No. 002/P/BM/2011
berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor
JL.04.04-Db/91 tentang Penyampaian Pedoman Interim Desain
Perkerasan Jalan Lentur
15. Pedoman Spesifikasi Campuran Beraspal Panas dengan Aspal yang
Mengandung Karet Alam (Pd 07-2019-B) berdasarkan Surat
Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 04/SE/M/2019 tentang Pemberlakuan 2 (Dua) Pedoman
Bidang Jalan dan Jembatan;
16. Pedoman Perancangan dan Pelaksanaan Campuran Beraspal
Panas dengan Aspal yang Mengandung Karet Alam (Pd 08-
2019-B) berdasarkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum
danPerumahan Rakyat Nomor 04/SE/M/2019 tentang
Pemberlakuan 2 (Dua) Pedoman Bidang Jalan dan Jembatan.
9. Studi-Studi
Perencanaan Jalan Tahun Anggaran sebelumnya.
Terdahulu

4
Ruang Lingkup
10. Referensi Hukum 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
2. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui
Penyedia;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang Standar
Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 02/PRT/M/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;
6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor: 524/KPTS/M/2023 tentang Besaran
Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi Pada Jenjang
Jabatan Ahli Untuk Layanan Jasa Konsultansi Konstruksi;
7. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor: 18/SE/M/2021 tentang Pedoman
Operasional Tertib Penyelenggaraan Persiapan Pemilihan
Untuk Pengadaan Jasa Konstruksi di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
8. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor: 02/SE/M/2021 tentang Perubahan SE
Menteri PUPR 30 /SE/M/2020 tentang Transisi Layanan
Sertifikat Badan Usaha dan Sertifikasi Kompetensi Kerja Jasa
Konstruksi;
9. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor: 22/SE/M/2020 tentang Persyaratan Pemilihan
dan Evaluasi Dokumen Penawaran Pengadaan Jasa
Konstruksi sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 tentang Standar
dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia;
10. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor: 18/SE/M/2020 tentang Pelaksanaan Tatanan
danAdaptasi Kebiasaan Baru (New Normal) Dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
11. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor: 15/SE/M/2019 tentang Tata Cara
Penjaminan dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di

5
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
12. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor: 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
13. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor
05/SE/Db/2017 tentang Perubahan Surat Edaran Direktur
Jenderal Bina Marga Nomor Um.01.03-Db/242 tentang
Penyampaian Ketentuan Desain dan Revisi Desain Jalan dan
Jembatan, serta Kerangka Acuan Kerja di Lingkungan Ditjen
Bina Marga;
14. Pedoman Konstruksi dan Bangunan No. 01/P/BM/2013
tentang Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk
Perencanaan dan Pengawasan Teknis Jalan dan Jembatan.
11. Lingkup Lingkup pekerjaan jasa konsultansi ini berupa konsultansi teknik.
Pekerjaan Tanggung jawab konsultan perencanaan teknis adalah sebagai
berikut :
1. Melaksanakan survey dan perencanaan teknis jalan sesuai
standar perencanaan;
2. Menyediakan dokumen pelelangan pengadaan jasa konstruksi,
daftar kuantitas dan gambar tipikal sebagai bahan pelelangan
konstruksi;
3. Menyediakan perencanaan teknis jalan, gambar teknis,
spesifikasi teknis, perhitungan teknis, Daftar
kuantitas/keluaran, estimasi biaya pekerjaan, penetapan
tingkat kompleksitas pekerjaan, dan penetapan tingkat risiko
K3 konstruksi, metode pelaksanaan, kebutuhan material,
peralatan dan tenaga kerja konstruksi;
4. Melakukan revisi perencanaan teknis jalan sesuai kebutuhan.

Konsultan perencana juga harus berkoordinasi dengan Seksi


Pembinaan Teknis Jalan dan Jembatan Bidang Bina Marga dalam hal
rekomendasi dan membantu penyediaan informasi sesuai kebutuhan.

Metodologi pekerjaan perencanaan teknis Jalan ini adalah sebagai


berikut :

1. Persiapan (pengumpulan Data Sekunder)


a) Tujuan
Tujuan dari tahap persiapan adalah untuk mengumpulkan
informasi awal mengenai kondisi topografi, geologi, tata
guna lahan, lalu lintas, serta lingkungan pada koridor lokasi
pekerjaan.
b) Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan pada pengumpulan data sekunder meliputi:
• Peta Topografi berupa peta kontur, dengan Skala
minimum 1: 50.000;
• Peta jaringan jalan, dokumen leger jalan, data base

6
jaringan jalan, daerah rawan kecelakaan;
• c) Peta kondisi tanah, peta geologi dengan skala minimal
1 : 250.000, daerah rawan bencana, dokumen tanah
terdahulu, dan koridor trase;
• Peta wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah;
• Peta tata guna lahan;
• Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di sekitar
lokasi proyek.
c) Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dalam persiapan meliputi :
• Rencana pendahuluan dari alternatif perencanaan
teknis preservasi jalan berupa skema penanganan
jalan long segment berdasarkan kriteria standar,
penentuan kondisi dan inventarisasi jalan.
• Perkiraan Biaya Konstruksi pendahuluan untuk
alternatif desain.

2. Survey Lapangan
I. Survey Pendahuluan
(1). Tujuan
Tujuan survey pendahuluan adalah untuk
mengumpulkan
data-data awal yang akan digunakan sebagai
dasar/referensi survey detail/survey berikutnya.
(2). Lingkup Pekerjaan
Hal – hal yang menjadi lingkup pekerjaan ini adalah:
(a) Survey Quarry dan material
- Mengumpulkan data lokasi Quarry;
- Mengumpulkan jenis dan karakteristik
material yang akan digunakan;
- Menghitung jarak lokasi quarry ke lokasi
pekerjaan.
(b) Survey Pendahuluan Desain Geometrik
- Inventarisasi terhadap data history
penanganan jalan;
- ldentifikasi jenis pavement;
- ldentifikasi kerusakan pavement.
(c) Survey Pendahuluan kondisi existing perkerasan
- lnventarisasi terhadap data histori
penanganan jalan;
- ldentifikasi jenis pavement;
- ldentifikasi kerusakan pavement;
- Mengidentifikasi lokasi/titik pengujian antara
lain Sondir, DCP, Test Pit, Bor Mesin.
(d) Survey Pendahuluan Survey Topografi
Kegiatan yang dilakukan oleh Ahli Geodesi
pada survey pendahuluan adalah :
1. Mengidentifikasi medan (terrain) lokasi
kegiatan (dataran, lembah, perbukitan,
pegunungan;
2. Menetapkan patok permanen (bench marks)

7
yang ada menjadi patok referensi dan/atau
membuat patok permanen pada lokasi aman
dan mudah dilihat;
3. Menentukan awal dan akhir pengukuran
serta pemasangan patok beton Bench Mark
di awal dan akhir proyek;
4. Mengamati kondisi topografi;
5. Mencatat daerah – daerah yang akan
dilakukan pengukuran khusus serta
morfologi dan lokasi yang perlu dilakukan
perpanjangan koridor.
(e) Survey Pendahuluan Hidrologi/Drainase
1. Melakukan pengumpulan data mengenai
informasi curah hujan, luas area tangkapan,
drainase eksisting, serta karakteristik aliran
sungai (disesuaikan lokasi dan kebutuhan
dalam perencanaan);
2. Mendata kondisi lokasi berkaitan dengan
kemiringan/kontur tanah dan pola aliran
serta tata guna lahan;
3. Mendata informasi Muka Air Banjir
maksimum yang pernah terjadi (bila ada);
4. Menginventarisasi bangunan drainase
existing;
5. Memotret lokasi outlet, inlet, catchment
area, pembuangan limbah rumah tangga;
6. Mengamati karakter aliran sungai/
morfologi yang mungkin berpengaruh
terhadap konstruksi dan saransaran yang
diperlukan untuk menjadi pertimbangan
dalam perencanaan.
(f) Studi literatur (mengumpulkan data sekunder);
(g) Koordinasi dengan instansi terkait;
(h) Survey pendahuluan upah, harga satuan dan
peralatan (terkait kebutuhan data engineering
estimate);
(i) Diskusi perencanaan di lapangan (sesuai bidang
keahlian masing-masing);
(j) Keluaran Survey pendahuluan meliputi :
1. Laporan seluruh hasil survey pendahuluan
berkaitan dengan konsep desain yang akan
diterapkan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor berdasarkan seluruh hasil
Survey pendahuluan termasuk gambar
sketsa, foto-foto dan data sekunder yang
dibutuhkan;
2. Laporan tindak lanjut survey pendahuluan
yaitu survey detail yang didalamnya
memuat beberapa survey detail yang harus
dilakukan termasuk batasan koridor
pengambilan data;

8
3. Laporan kriteria desain perencanaan yaitu
konsep desain jalan berdasarkan kondisi
topografi, hasil survey, dan wawasan
lingkungan.
Penerapan Survey Pendahuluan dan lingkup kegiatan
survey dapat disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.

II. Survey Detail


1. Survey Topografi
(1). Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan
ini adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana
trase jalan di dalam koridor yang ditetapkan
untuk penyiapan peta topografi.
(2). Lingkup Pekerjaan
1. Pengukuran titik kontrol horisontal;
2. Pengukuran titik kontrol vertikal;
3. Pengukuran situasi;
4. Pengukuran penampang melintang;
5. Pengukuran pada perpotongan rencana trase
jalan.
Ketentuan teknis pekerjaan sebagai berikut :
(a) Pemasangan patok-patok
1. Patok-patok BM harus dibuat dari beton
dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon
ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton
dan di atasnya dipasang neut dari baut,
ditempatkan pada tempat yang aman,
mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1
(satu) km dan pada setiap lokasi rencana
jalan dipasang minimal 4, masing-masing 1
(satu) pasang disetiap sisi sungai disekitar
sungai yang posisinya aman dari gerusan
air sungai.
2. Patok BM dipasang/ ditanam dengan kuat,
bagian yangtampak di atas tanah setinggi
20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang
Kementerian Pekerjaan Umum, notasi dan
nomor BM dengan warna hitam. Patok BM
yang sudah terpasang, kemudian di photo
sebagai dokumentasi yang dilengkapi
dengan nilai koordinat serta elevasi.
3. Untuk setiap titik poligon dan sifat datar
harus digunakan patok kayu yang cukup
keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm,
panjang sekurang- kurangnya 50 cm,
bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas
diratakan diberi paku, ditanam dengan
kuat, bagian yang masih nampak diberi
nomor dan dicat warna kuning. Dalam

9
keadaan khusus, perlu ditambahkan patok
bantu.
4. Untuk memudahkan pencarian patok,
sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi
tanda-tanda khusus.
5. Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak
mungkin dipasang patok, misalnya di atas
permukaan jalan beraspal atau di atas
permukaan batu, maka titik- titik poligon dan
sifat datar ditandai dengan paku seng
dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
(b) Pengukuran titik kontrol Horisontal
1. Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan
2. dengan sistem poligon, dan semua titik ikat
(BM) harus dijadikan sebagai titik poligon
3. Sisi poligon atau jarak antar titik poligon
maksimum 100 meter, diukur dengan
meteran atau dengan alat ukur secara optis
ataupun elektronis.
4. Sudut-sudut poligon diukur dengan alat
ukur theodolit dengan ketelitian baca dalam
detik. Disarankan untuk menggunakan
Electronik Distance Meter/Total Station atau
yang setingkat. Penentuan Koordinat Awal
dilakukan pada titik awal dan titik akhir
pengukuran dengan menggunakan alat GPS
(Global Positioning
5. System Geodetic) yang mempunyai presisi
tinggi maksimal sampai desimeter.
(c) Pengukuran titik kontrol Vertikal
1. Pengukuran ketinggian dilakukan dengan
cara 2 kali berdiri/ pembacaan pergi- pulang.
2. Pengukuran sifat datar harus mencakup
semua titik pengukuran (poligon, sifat
datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
3. Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam
keadaan baik, berskala benar, jelas dan sama.
4. Pada setiap pengukuran sifat datar harus
dilakukan pembacaan ketiga benangnya,
yaitu Benang Atas (BA),Benang Tengah
(BT), dan Benang Bawah (BB), dalam
satuan milimiter. Pada setiap pembacaan
harus dipenuhi: 2 BT = BA + BB.
5. Dalam satu seksi (satu hari pengukuran)
harus dalam jumlah slag (pengamatan) yang
genap.
(d) Pengukuran Situasi
1. Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem
tachimetri, yang mencakup semua obyek
yang dibentuk oleh alam maupun manusia
yang ada disepanjang jalur pengukuran,

10
seperti alur, sungai, bukit, jembatan,
rumah, gedung dan sebagainya.
2. Dalam pengambilan data agar diperhatikan
keseragaman penyebaran dan kerapatan
titik yang cukup sehingga dihasilkan
gambar situasi yang benar. Pada lokasi-
lokasi khusus (misalnya: sungai,
persimpangan dengan jalan yang sudah
ada) pengukuran harus dilakukan dengan
tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
3. Untuk pengukuran situasi harus digunakan
alat theodolit.
(e) Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala
obyek yang dibentuk alam maupun manusia
disekitar persilangan tersebut.
1. Persyaratan
(a) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur
Sebelum melakukan pengukuran, setiap
alat ukur yang akan digunakan harus
diperiksa dan dikoreksi. Hasil
pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus
dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
(b) Ketelitian dan pengukuran Ketelitian
untuk pengukuran poligon adalah
sebagai berikut :
• Kesalahan sudut yang diperbolehkan
adalah 10”√n, atau dari pengukuran
Global Position System(GPS) geodetic
yang mempunyai presisi tinggi
pertama ke pengukuran GPS
berikutnya dalam desimeter).
• Kesalahan azimuth pengontrol tidak
lebih dari 5”.
(c) Perhitungan
• Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat
setiap seksi. Koreksi sudut tidak
boleh diberikan atas dasar nilai rata-
rata, tapi harus diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut
(kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih
besar), dan harus dilakukan di lokasi
pekerjaan.
• Perhitungan Sifat Datar.
Perhitungan sifat datar harus
dilakukan hingga 4 desimal
(ketelitian 0,5 mm), dan harus
dilakukan kontrol perhitungan pada
setiap lembar perhitungan dengan
menjumlahkan beda tingginya.

11
• Perhitungan Ketinggian Detail.
Ketinggian detail dihitung
berdasarkan ketinggian patok ukur
yang dipakai sebagai titik
pengukuran detail dan dihitung secara
tachimetris.
• Seluruh perhitungan sebaiknya
menggunakan sistim komputerisasi.
(d) Penggambaran
• Penggambaran poligon harus dibuat
dengan skala 1 : 1000.
• Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
• Koordinat grid terluar (dari gambar)
harus dicantumkan harga absis (x) dan
ordinat (y)-nya.
• Pada setiap lembar gambar dan/
atau setiap 1 meter panjang gambar
harus dicantumkan petunjuk arah
Utara.
• Penggambaran titik poligon harus
berdasarkan hasil perhitungan dan
tidak boleh dilakukan secara grafis.
• Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan
nilai X,Y,Znya dan diberi tanda khusus.
(e) Titik kontrol horisontal diukur dengan
menggunakan metode penentuan posisi
Global Positioning System (GPS) secara
diferensial. GPS. Metode yang digunakan
adalah metode diferensial dengan
menggunakan lebih dari satu receiver
GPS dimana minimal satu titik digunakan
sebagai titik referensi (base station) dan
yang lainnya ditempatkan pada titik yang
akan diukur. Titik referensi yang digunakan
adalah titik referensi Bakosurtanal
ataupun Badan Pertanahan Nasional.
Untuk merapatkan titik kontrol horisontal
dapat dilakukan pengukuran
menggunakan metode poligon dengan
menggunakan alat Total Station;
(f) Sistem koordinat proyeksi yang
digunakan adalah sebagai Sistem
koordinat proyeksi Universal Transverse
Mercator (UTM) .
Ketentuan proyeksi UTM:
• Proyeksi adalah Transverse Mercator
• Lebar Zona adalah 6º
• Titik awal setiap zona adalah
perpotongan meridian tengah dan
ekuator
• Faktor skala pada meridian tengah ko

12
= 0.9996
• Timur (T) didefinisikan dengan
penambahan 500.000 meter kepada
nilai x yang dihitung dari meridian
tengah
• Utara (U) didefinisikan dengan
penambahan 10.000.000 meter
kepada nilai y yang dihitung dari
ekuator selatan
• Zona 1 dimulai dari bujur 180o barat
sampai dengan bujur 174o dan
seterusnya ke arah Timur sampai
zona 60 untuk 174o timur sampai
dengan 180o timur
• Satuan dalam meter
• Batas lintang 84o Utara dan lintang 84o
Selatan
• Notasi koordinat UTM, Timur (T)
diletakkan di depan Utara (U)
• Datum DGN-95

(g) Pengukuran dengan menggunakan GPS


dilakukan setiap interval 5000 m (setiap 5
Km)
(h) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal
Harus menggunakan Jenis Total Station
(TS) dengan Ketelitian 10√n untuk sudut
serta 10√D untuk jarak;
(i) Pengukuran untuk titik control Vertikal
harus mengunakan peralatan Waterpass
jenis auto level dengan ketelitian 2 mm.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran
detail, situasi, dan penampang melintang
harus digambarkan pada gambar polygon,
sehingga membentuk gambar situasi dengan
interval garis ketinggian (contour) 1 meter.
Proses pengambilan data untuk Topografi
mengacu pada Pedoman Pengukuran
Topografi No.010/PW/2004, atau Pedoman
yang dipersyaratkan.

(3). Keluaran
Keluaran Survey Topografi meliputi :

13
(a) Laporan Survey Topografi meliputi :
1. Data pengukuran dan hitungan
pengukuran topografi yang telah diterima;
2. Data Koordinat dan elevasi Bench Mark ;
3. Foto dan video dokumentasi proses
pengukuran dan Bench Mark.
Peta topografi (peta transies) yang
dilengkapi peta kontur terrain dengan skala
yang disesuaikan dengan jenis perencanaan
teknis yang akan dilakukan.

2. Survey Penyelidikan Tanah.


Kegiatan ini meliputi :
(1). Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan
Alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer) dan Test
Pit.
(2). Percobaan CBR terendam di Laboratorium
(3). Bor Mesin :
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-
ketentuan berikut :
• Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-
94
• Pendalaman dilakukan dengan menggunakan
sistem putar (rotary drilling) dengan diameter
mata bor minimum 75 mm.
• Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan
dengan kecepatan maksimum 1 putaran per
detik.
• Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30
mm per detik
• Kestabilan galian atau lubang bor pada
daerah deposit yang lunak dilakukan dengan
menggunakan bentonite (drilling mud) atau
casing dengan diameter minimum 100 mm
• Apabila drilling mud digunakan pelaksana
harus menjamin bahwa tidak terjadi tekanan
yang berlebih pada tanah
• Apabila casing digunakan, casing dipasang
setelah mencapai 2 m atau lebih. Posisi dasar
casing minimal berjarak 50 cm dari posisi
pengambilan sampel berikutnya.

(4). Sondir (Pneutrometer Static)


Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman
lapisan tanah keras, menentukan lapisan-lapisan
tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya
lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki, alat
ini hanya dapat digunakan pada tanah berbutir
halus, tidak boleh digunakan pada daerah aluvium
yang mengandung komponen berangkal dan
kerakal serta batu gamping yang berongga,

14
karena hasilnya akan memberikan indikasi lapisan
tanah keras yang salah. Ada dua macam alat
sondir yang digunakan :
• Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
• Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa
sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan
apabila pembacaan pada manometer berturut-
turut menunjukan harga >150 kg/cm2, alat sondir
terangkat keatas, apabila pembacaan manometer
belum menunjukan angka yang maksimum, maka
alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakan
pada baja kanal jangkar. Hasil yang diperoleh
adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi
konus dan jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafik
yang dibuat adalah perlawanan penetrasi konus
(qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan
pelekat (JHP) secara kumulatif.
(5). Lokasi Quarry
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan
jalan, maupun untuk bahan timbunan (borrow
pit) diutamakan yang ada di sekitar lokasi
pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat
dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan
karakteristik bahan, perkiraaan kuantitas, jarak
kelokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang
mungkin timbul dalam proses penambangannya,
dilengkapi dengan fotofoto.
Lokasi quarry untuk kebutuhan perencanaan
disampaikan kepada Dinas PUPR dalam bentuk
cluster/ pengelompokan berdasarkan zonasi
wilayah.

3. Survey Hidrologi
Tujuan Survai hidrologi dan hidrolika yang
dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk
mengumpulkan data hidrologi clan karakter/ perilaku
aliran air pada bangunan air yang ada (sekitar jalan),
guna.keperluan analisis hidrologi, penentuan debit
banjir rencana (elevasi muka air banjir),
perencanaan drainase dan bangunan pengaman
terhadap gerusan, dan bangunan pengarah arus
yang diperlukan.
Lingkup pekerjaan Survai hidrologi dan hidrolikaini
meliputi :
(1). Mengumpulkan data curah hujan harian
maksimum (mm/hr) paling sedikit dalam jangka
10 tahun pada daerah tangkapan (catchment
area) atau pada daerah yang berpengaruh

15
terhadap lokasi pekerjaan, data tersebut bisa
diperoleh dari Badan Meteorologi clan Geofisika
dan/atau instansi terkait di kota terclekat dari
lokasi perencanaan.
(2). Mengumpulkan data bangunan pengaman yang
ada seperti gorong-gorong, jembatan, selokan
yang meliputi: lokasi , dimensi, kondisi, tinggi
muka air banjir.
(3). Menganalisis data curah hujan dan menentukan
curah hujan rencana, debit dan tinggi muka air
banjir rencana dengan periode ulang 10 tahunan
untuk jalan arteri, dan 7 tahun untuk jalan
kolektor.
(4). Menganalisa pola aliran air pada daerah
rencana untuk memberikan masukan dalam
proses perencanaan yang aman.
(5). Menghitung dimensi dan jenis bangunan
pengaman yang diperlukan.
(6). Menentukan rencana elevasi aman untuk
jalan/bangunan penanggulangan longsor
termasuk pengaruhnya akibat adanya
bangunanair ( aflux).
(7). Merencanakan bangunan pengaman
jalan/longsoran terhadap gerusan samping atau
horisontal dan vertikal.

4. Proses Desain/ Perencanaan Teknik


a). Tujuan
Persiapan desain ini bertujuan :
(1). Mempersiapkan dan mengumpulkan data-
data awal;
(2). Menetapkan desain sementara dari data
awal untuk dipakai sebagai panduan survey
pendahuluan;
(3). Menyiapkan dokumen perencanaan teknis
yang terdiri dari gambar desain, spesifikasi,
engineering estimate.

b). Lingkup Pekerjaan


Hal yang menjadi lingkup pekerjaan
perencanaan jalan adalah :
(1). Menetapkan awal dan akhir rencana proyek
pada peta, serta menarik beberapa
alternatif rencana as Jalan/ Alinyemen
Horizontal dengan dilakukan pengecekan
Alinyemen Vertikal sesuai dengan kondisi
medan yang memenuhi Standar Perencanaan
Geometrik Jalan;
(2). Melakukan perencanaan alinyemen horisontal
dan vertikal berdasarkan alternatif yang
dipakai dengan tetap mengacu pada

16
standar geometrik jalan antar kota maupun
perkotaan;
(3). Melakukan perencanaan tebal perkerasan
baik perkerasan kaku maupun fleksibel
dengan mengacu pada pedoman
perencanaan tebal perkerasan lentur dan
tebal perkerasan kaku;
(4). Melakukan perencanaan drainase dan
bangunan perlengkapan jalan;
(5). Melakukan perencanaan manajemen traffic
pada saat pelaksanaan;
(6). Melakukan perencanaan K3 konstruksi
berkaitan dengan resiko yang ditimbulkan
dengan adanya kegiatan konstruksi;
(7). Menyiapkan peta penyebaran tanah
berkaitan dengan kondisi geologi;
(8). Membuat Estimasi panjang jalan, jumlah
dan panjang jembatan, box culvert/
gorong–gorong dan bangunan pelengkap
jalan lainnya yang mungkin akan terdapat
pada route jalan tersebut;
(9). Melakukan analisis resiko yang harus
dituangkan dalam laporan perencanaan
teknis yang di dalamnya membuat
identifikasi resiko, analisis resiko, penilaian
resiko, mitigasi resiko, alokasi resiko.
c). Persyaratan
(1). Proses perencanaan harus mengacu pada
Standar, Pedoman yang berlaku seperti
standar atau pedoman yang tertulis pada
acuan normatif atau referensi lain yang
tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja.
(2). Umur desain jalan diambil selama 10
(sepuluh) tahunatau sesuai dengan Manual
desain perkerasan yang berlaku;
ini merupakan standar biasa yang dapat
diterima yang dipakai untuk pekerjaan
perencanaan dan didasarkan pada
keperluan untuk peningkatan yang sesuai
yang harus dilaksanakan.
d). Penggambaran Penggambaran Desain Jalan:
(1). Alinyemen Horisontal dengan Skala 1:1000
(2). Alinyemen Vertikal dengan Skala 1:100
(3). Potongan Melintang Skala Horisontal
1:1200, Skala Vertikal 1:100

5. Pengendalian Proses Perencanaan


Pengendaliaan pada saat proses perencanaan
dilakukan agar desain yang dihasilkan memenuhi
persyaratan secara teknis, proses pengendalian
dilakukan terhadap :

17
a). Konsep desain awal berdasarkan data sekunder
harus mendapatkan persetujuan dari Kepala
Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen;
b). Konsep desain berdasarkan data survey
pendahuluan dan survey detail yang merupakan
review terhadap desain awal harus diperiksa
dan diasistensikan kepada Kepala Satuan Kerja
atau Pejabat Pembuat Komitmen;
c). Pemeriksaan dan asistensi perencanaan secara
bertahap wajib dilaksnakan oleh pelaksana
kegiatan kepada Kepala Satuan Kerja atau Pejabat
Pembuat Komitmen;
d). Pengecualian terhadap desain yang tidak
memenuhi standar harus mendapat persetujuan
dari pejabat setingkat eselon I;
e). Penggunaan teknologi baru dapat digunakan
apabila diterima oleh tim yang dibentuk oleh
Pejabat Eselon II dan mendapat persetujuan
dari Direktorat Jenderal Bina Marga.

6. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Fisik


a). Daftar kuantitas pekerjaan disusun menurut
pay item/mata pembayaran didalam Spesifikasi
Umum yang dipakai;
b). Perhitungan kuantitas pekerjaan harus
dilakukan terhadap semua pekerjaan yang ada
pada setiap kilometer panjang jalan. Tabel
perhitungan harus mencakup lokasi dan semua
jenis mata pembayarannya (pay item);
c). Kuantitas pekerjaan tanah dihitung dari gambar
penampang melintang.

7. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Fisik


a). Tim harus mengumpulkan harga satuan dasar
upah, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
di lokasi pekerjaan;
b). Tim harus menyiapkan laporan analisa harga
satuan pekerjaan untuk semua mata pembayaran
yang mengacu pada Panduan Analisa Harga
Satuan terbaru yang diterbitkan Direktorat
Jenderal Bina Marga;
c). Tim harus menyiapkan laporan perkiraan
kebutuhan biaya pekerjaan konstruksi.

18
12. Keluaran Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
a. Laporan Detail Desain
• Gambar Perencanaan Teknis (Desain) dalam ukuran kertas
A3, agar dapat digunakan pada saat penerapan
dilapangan.
• Laporan Topografi yang didalamnya memuat seluruh data
pengukuran termasuk hasil perhitungan serta foto
dokumentasi.
• Laporan Penyelidikan Tanah yang di dalamnya memuat hasil
survey dan foto dokumentasi.
• Laporan Hidrologi yang didalamnya memuat seluruh data
pengukuran dan hasil perhitungan hidrologi serta foto
dokumentasi.
b. Laporan Engineering Estimate
c. Laporan konsep metode konstruksi
d. Standar dokumen lelang termasuk didalamnya spesifikasi teknis.

19
13. Peralatan, 1. Laporan dan Data.
Material, Laporan dan data yang tersedia di Dinas Pekerjaan Umum dan
Personel Penataan Ruang Bidang Bina Marga Provinsi Kalimantan Selatan.
dan 2. Akomodasi
Fasilitas Akomodasi yang berupa kendaraan roda empat harus disediakan
dari oleh pengguna jasa dengan cara sewa, dan harus terpelihara
Pejabat dengan baik.
Pembuat 3. Staf Pengawas/Pendamping.
Komitmen Pengguna jasa akan mengangkat petugas atau wakilnya yang
bertindak sebagai pendamping, atau project officer (PO) dalam
rangka pelaksanaan pekerjaan ini.
4. Fasilitas yang disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang
dapat digunakan oleh penyedia jasa tidak ada.

14. Peralatan dan Penyedia harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan
Material dari peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan
Penyedia Jasa pekerjaan.
Konsultansi Diharuskan menggunakan alat khusus GPS Tracking

Akomodasi dan kantor dan fasilitas lainnya yang berupa kendaraan


roda dua, kendaraan roda empat, kamera, waterpass untuk keperluan
pengukuran di lapangan, dan peralatan lainnya di lapangan harus
disediakan sendiri oleh Penyedia jasa dengan cara sewa yang akan
dibayarkan melalui kontrak.

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas


dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan personil
(seragam dan ID Card) dan peralatan K3 (Kotak P3K, sepatu boot,
helm proyek, rompi keselamatan, masker, sarung tangan dan rambu
keselamatan).

15. Lingkup Penyedia jasa berwenang menentukan metodologi yang dianggap paling
Kewenangan baik dan sesuai untuk menyelesaikan seluruh lingkup pekerjaan.
Penyedia Jasa Penyedia Jasa dapat mengatur penugasan tenaga ahli sesuai
kebutuhannya dengan cermat yang disesuaikan dengan jadwal setiap
tahap kegiatan dan waktu yang tersedia sehingga seluruh sumber daya
yang ada dimanfaatkan secara maksimal untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan hasil yang baik dan tepat waktu.
Disamping itu, Penyedia jasa harus membuat Rencana Kerja dengan
terperinci mengenai semua tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Rencana ini antara lain dipakai untuk memonitor dan mengatur aktifitas
kegiatan dikaitkan dengan pemanfaatan sumber-sumber daya dan
sebagai acuan pembayaran bagi konsultan serta pemantauan kemajuan
pekerjaan.

20
16. Jangka Waktu Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 180 (seratus
Pelaksanaan delapan puluh) hari kalender.

Personel yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah


17. Kebutuhan
yang terdiri dari sebagai berikut:
Personel
Minimal
1. Tenaga Ahli
Kualifikasi
Posisi
Tingkat Pengalam Orang-
Pendidi Jurusan Keahlian Kode
kan an Bulan

Ketua S1 Teknik Ahli Teknik Jalan 202 5 Tahun 6


Tim Sipil Madya

Ahli Teknik Ahli Geodesi 1


S1 Geodesi Muda/Ahli Muda 215 4
Geodesi / Sipil Tahun
Pengukuran Jalan
Ahli 3
S1 Teknik Ahli Teknik 202
Teknik Sipil Tahun 5
Jalan Madya
Jalan
Ahli S1 Teknik Ahli Geoteknik 1
214 4
Geoteknik Sipil Muda Tahun

Ahli Teknik Ahli Teknik


S1 Sumber Daya 211 1 2
Hidrologi Sipil Air Muda Tahun

Ahli Cost Teknik Ahli Teknik 1


S1 Jalan 202 4
Estimate Sipil Madya tahun

Teknik Ahli K3 1
Ahli K3 S1 Konstruksi 603 3
Sipil Madya tahun

2. Tenaga Pendukung

Kualifikasi
Posisi
Tingkat Jurusan Keahlian Pengalam Orang-
Pendidikan an Bulan
Surveyor SLTA/ - - 16
(4) SMK -

Operator/ S1/D3 - -
10
Drafter CAD -
(2)

21
Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli perencanaan teknik adalah
sebagai berikut :

1. Ketua Tim
Adalah seorang sarjana S1 dibidang Teknik Sipil dan diutamakan
yang memiliki pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke PU dari
LPJK, dengan tugas utama ketua tim adalah :
- Merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan semua
kegiatan dan personil yang terlibat dalam pekerjaan ini
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik serta
mencapai hasil yang diharapkan.
- Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam
tahap pengumpulan data, pengolahan, dan penyajian akhir dari
hasil keseluruhan pekerjaan.
Ketua Tim harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Madya
Teknik Jalan (202) berpengalaman dibidangnya selama
minimal 5 (lima) tahun atau memiliki sertifikat keahlian (SKA),
untuk bidang yang sesuai/sama dengan jenis pekerjaannya.

2. Ahli Geodesi (Geodetic Engineer)


Adalah seorang sarjana S1 atau strata yang lebih tinggi dibidang
teknik geodesi/tekknik Sipil diutamakan yang memiliki pelatihan
tenaga ahli konsultansi bidang ke PU dari LPJK dan berpengalaman
dibidangnya selama minimal 1 (satu) tahun.

Adapun tugas ahli geodesi adalah merencanakan dan


melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan pengukuran yang
mencakup pelaksanaan survey pengukuran, pengolahan data
pengukuran, dan penggambaran data pengukuran, serta harus
menjamin bahwa gambar pengukuran yang dihasilkan adalah
benar, akurat, dan siap digunakan untuk tahap perencanaan teknik
jalan.

Ahli Geodesi harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Muda


Geodesi (215) atau Ahli Muda Pengukuran Jalan dari
asosiasi yang berwenang, untuk bidang yang sesuai/sama dengan
jenis pekerjaannya.

3. Ahli Geoteknik (Geotechnic Engineer)


Adalah seorang sarjana S1 atau strata yang lebih tinggi dibidang
Teknik Sipil diutamakan yang memiliki pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke PU dari LPJK dan berpengalaman
dibidangnya selama minimal 1 (satu) tahun.
Adapun tugasnya adalah merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan yang mencakup pelaksanaan penyelidikan tanah di
lapangan dan di laboratorium, pengolahan dan analisis data tanah,
dan perhitungan-perhitungan mekanika tanah, serta harus
menjamin bahwa data, analisis dan perhitungan mekanika tanah
yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat
memberikan masukan yang rinci mengenai kondisi, sifat-sifat dan

22
stabilitas tanah untuk tahap perencanaan teknik jalan.
Ahli Geoteknik harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Muda
Geoteknik (214) dari asosiasi yang berwenang, untuk bidang
yang sesuai/sama dengan jenis pekerjaannya.

4. Ahli Hidrologi (Hydrology Engineer)


Adalah seorang sarjana S1 atau strata yang lebih tinggi dibidang
Teknik Sipil diutamakan yang memiliki pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke PU dari LPJK dan berpengalaman
dibidangnya selama minimal 1 (satu) tahun.
Ahli hidrologi memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan
pengumpulan data hidrologi, pengolahan dan analisis data
hidrologi, dan perhitungan-perhitungan hidrologi untuk
perencanaan bentuk dan dimensi bangunan hidrologi, serta harus
menjamin bahwa data, analisis dan perhitungan hidrologi yang
dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat
memberikan masukan yang rinci mengenai curah hujan dan pola
aliran air permukaan untuk tahap perencanaan teknik jalan.

Ahli Hidrologi harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Muda


Teknik Sumber Daya Air (211) dari asosiasi yang berwenang,
untuk bidang yang sesuai/sama dengan jenis pekerjaannya

23
5. Ahli Cost Estimate
Adalah seorang sarjana atau strata yang lebih tinggi dibidang
teknik sipil dan berpengalaman dibidangnya selama minimal 1
(satu) tahun diutamakan yang memiliki pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke PU dari LPJK, dimana tugas quantity & cost
estimator adalah melaksanakan semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data harga satuan bahan dan upah, menyiapkan
analisa harga satuan pekerjaan, membuat perhitungan kuantitas
pekerjaan jalan, membuat perkiraan biaya pekerjaan konstruksi,
serta harus menjamin bahwa data, perhitungan analisa harga
satuan dan perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan adalah
benar dan akurat.

Ahli Cost Estimate harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli


Madya Jalan (202) dari asosiasi yang berwenang, untuk bidang
yang sesuai/sama dengan jenis pekerjaannya.

6. Ahli K3
Ahli K3 minimal pendidikan S1 Teknik Sipil pengalaman minimal 1
(satu) tahun dan memiliki sertifikat Ahli Madya K3 Konstruksi
(603) diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke PU an dari LPJK. Secara umum tanggung jawab
Ahli K3 adalah sebagai berikut :
- Menerapkan ketentuan peraturan perundang – undangan tentang
dan terkait K3 Konstruksi
- Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi
- Membantu PPK dalam mengevaluasi program K3
- Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan
program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3
- Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMk3 dan
pedoman teknis K3, jika diperlukan
- Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi
berbasis K3, jika diperlukan
- Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta keadaan darurat.

7. Ahli Teknik Jalan


Adalah seorang sarjana atau strata yang lebih tinggi dibidang
teknik sipil baik lulusan perguruan tinggi maupun swasta dan
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan Jalan
, diutamakan yang mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi
bidang ke PU an dari LPJK Tenaga Ahli, dimana tugas Jalan adalah
melaksanakan semua kegiatan yang mencakup penyusunan
perencanaan dasar (basic design) jalan memastikan keamanan
jalan, melakukan perkiraan biaya kebutuhan pembangunan jalan
dan memberikan rekomendasi teknis terkait pelaksanaan
pembangunan jalan.

Ahli Jalan harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Madya


Teknik Jalan (203) dan berpengalaman dibidangnya selama

24
minimal 3 (tiga) tahun, untuk bidang yang sesuai/sama dengan
jenis pekerjaannya.

b. Tenaga Penunjang (Surveyor, Operator/ Drafter CAD & 3D


Modeling)
Mempunyai kemampuan dalam bidang pekerjaan yang sesuai
dengan posisinya masing-masing.

18. Jadwal Jadwal Penugasan disesuaikan dengan jumlah orang bulan


Penugasan dalam Penawaran dan disesuiakan dengan tugas dilapangan
Personil

19. Program Mutu


Penyedia Jasa wajib memahami dan menerapkan Permen No.
- 20/PRT/M/2018 tentang penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah berdasarkan Surat Edaran menteri PUPR Nomor
15/M/2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan Pekerjaan
Konstruksi. Program mutu sebagai dokumen Rencana Mutu
Pelaksanaan kegiatan yang disusun oleh Penyedia Jasa merupakan
Jaminan Mutu terhadap proses kegiatan dan hasil kegiatan
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja.
Program Mutu WAJIB menjadi acuan pengendalian bagi Direksi
Pekerjaan dan Pelaksanaan bagi Penyedia Jasa. Laporan Program
Mutu diserahkan paling lambat 2 (dua) minggu setelah
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja dari Pengguna Jasa.
Laporan Program Mutu memuat :
- Informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
- Organisasi Kerja Penyedia Jasa
- Metode Pelaksanaan;
- Pengendalian Pekerjaan;
- Laporan Pekerjaan

25
20. Laporan Laporan pendahuluan merupakan apresiasi terhadap kerangka acuan
Pendahuluan kerja kegiatan yang antara lain meliputi latar belakang masalah,
maksud dan tujuan, ruang lingkup yang diharapkan, metode/ cara
pendekatan, teknik dan prosedur pengumpulan data serta analisis.
Pada pelaporan ini dicantumkan juga pentahapan pekerjaan, jadwal
rencana kerja dan organisasi pelaksanaan studi yang akan dibahas
dalam pertemuan dengan Pengguna Jasa. Laporan ini diserahkan
pada hari kalender ke 30 (tiga puluh) setelah diterbitkan SPMK.

21. Laporan Survey Buku Laporan Survey Pendahuluan dibuat dan disampaikan kepada
Pendahuluan Pengguna Anggaran/Pejabat Komitmen atas hasil kemajuan
pekerjaan survey Pendahuluan data baik primer dan sekunder, analisa
permasalahan dan konsep dasar laporan Survey Pendahuluan dan
dipresentasikan dihadapan Pejabat Pembuat Komitmen/Pengguna
Anggaran dan Tim Teknis yang dibentuk oleh Pengguna Anggaran
paling lambat bulan kedua sejak tanggal SPMK

22. Laporan Antara Laporan ini berisi hasil pengumpulan bahan dan kajian yang akan
dibahas dalam pertemuan dengan Penyedia Jasa.

Laporan ini diserahkan pada hari kalender ke 120 (seratus dua puluh)
setelah diterbitkan SPMK.

23. Laporan Akhir


Laporan Akhir berisi :
a. Penyempurnaan laporan-laporan dan progres perencanaan
b. Design Note (Analisis data dan hasil Perhitungan)
c. Gambar Disain
d. Engineering Estimate
e. Data ukur dan Dokumen lainnya
f. Dokumen Lelang Standar versi terakhir yang berisi 14 Bab.

Laporan ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara. Laporan


ini akan diserahkan pada akhir masa kontrak pada hari ke 180 (seratus
delapan puluh) setelah dikeluarkannya SPMK berupa buku dan
softcopy yang berisikan semua laporan yang telah diserahkan kepada
Pengguna Jasa.

26
25. Laporan Teknik Laporan ini merupakan hasil survey yang dilakukan dan dokumen
pelelangan pekerjaan fisik, terdiri dari :

1. Laporan Survey Topografi


Laporan Survey topografi mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal.
- Kegiatan pengukuran situasi.
- Kegiatan pengukuran penampang melintang.
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
- Perhitungan dan penggambaran.
- Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya.
- Dokumentasi foto mengenai kegiatan pengukuran topografi
termasuk kegiatan pencetakan dan pemasangan BM,
pengamatan matahari, dan semua obyek yang dianggap
penting untuk keperluan perencanaan jalan.
- Deskripsi BM (sebagai lampiran).

2. Laporan Survey Penyelidikan Tanah


Laporan Survey Penyelidikan Tanah harus mencakup sekurang-
kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat.
- Kondisi morfologi sepanjang lokasi.
- Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan.
- Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk
perbaikan hasil diskripsi secara visual.
- Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalan.
- Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng.
- Rekomendasi.
-
3. Laporan Survey Hidrologi
Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang meliputi :
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat, pos pencatat curah hujan.
- Data curah hujan untuk setiap pos yang diambil.
- Analisis/ perhitungan.
- Penentuan dimensi dan jenis bangunan air.
- Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan.

27
4. Laporan Rancangan Konseptual SMKK
Laporan mengenai Rancangan Konseptual Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi, yang meliputi:
- Data Umum
- Metode Pelaksanaan
- Identifikasi Bahaya, Pengendalian Risiko dan Penetapan Tingkat
Risiko Pekerjaan
- Peraturan Perundang-undangan dan Standar
- Rancangan Panduan Keselamatan Pengoperasian dan Pemeliharaan
Konstruksi
- Pernyataan Penetapan Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi.
- Biaya Keselamatan Konstruksi
- Kebutuhan Personil K3 Konstruksi
5. Dokumentasi Video Drone dan Harddisk
Dokumentasi Video Drone dilakukan sebanyak 1 (satu) kali selama
masa pelaksanaan pekerjaan dan dilakukan pada saat awal atau pada
survey Pendahuluan. Diserahkan sebanyak 1 (satu) file Video
Dokumentasi dan semua softcopy file (word, excel, autocad, PDF,
Power Point dan File video) yang tercantum pada pekerjaan ini
diserahkan dalam bentuk Harddisk SSD 1TB pada saat Laporan Akhir
diserahkan.

Hal-Hal lain

26. Produksi dalam Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan
Negeri di dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain
dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi
dalam negeri.

27. Persyaratan Sebagaimana diatur dalam Standar Dokumen Pemilihan Secara


Kerja Sama Elektronik (Dokumen Kualifikasi) Pengadaan Jasa Konsultansi
Konstruksi Badan Usaha berdasarkan Permen PUPR Republik
Indonesia Nomor 14/PRT/M/2020 tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia.

28. Pedoman Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut :


Pengumpulan 1. Data hasil survei dan penyelidikan yang memberikan informasi
Data Lapangan yang jelas dan akurat mengenai kondisi lapangan di lokasi rencana
jalan dan kondisi teknis lainnya yang mendasari kriteria
perencanaan;
2. Seluruh informasi yang diperoleh selama penyelidikan jalanharus
disimpan dalam dokumen dengan baik.

28
29. Alih Penyedia jasa harus menyampaikan laporan secara
Pengetahuan tertulis kepada pengguna jasa dalam bentuk buku/hard
copy setiap bulan yang memfokuskan perhatian pada
pemberian jaminan dipenuhinya persyaratan mutu
pekerjaan (Quality Assurance).

Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk


menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada personil proyek/satuan
kerja Pejabat Pembuat Komitmen berikut:
1. Pertemuan dan pembahasan dilakukan pada setiap
kali penyedia jasa akan menyerahkan laporannya,
yaitu pada saat akan menyerahkan Laporan
Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Draft
Akhir.
2. Sebelum pertemuan dan pembahasan dilakukan,
penyedia jasa harus melakukan penjelasan rencana
pembahasan kepada petugas yang telah ditunjuk
sebagai Project Officer kegiatan yang bersangkutan.
3. Setelah pertemuan dan pembahasan dilakukan,
penyedia jasa harus melakukan konsultasi hasil
pertemuan dan pembahasan dengan petugas yang
telah ditunjuk sebagai Project Officer kegiatan yang
bersangkutan.

Banjarbaru, 05 Maret 2024

Mengetahui :
KEPALA BIDANG BINA MARGA
(SELAKU KUASA PENGGUNA ANGGARAN),

Ir. AZAN SYARIFUL MUAZ, ST, MT


NIP. 19690801 199703 1 012

29

Anda mungkin juga menyukai