Anda di halaman 1dari 20

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

REVIEW DED JEMBATAN SEI GENDAWANG (SANTUUN)


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2023

1. Latar Belakang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan
Selatan adalah intitusi pemerintah yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab dalam pengembangan prasrana jalan terutama jalan-
jalan yang menghubungkan daerah terisolasi ataupun akses yang sulit
untuk menuju pusat perekonomian di Kalimantan Selatan, sehingga
distribusi hasil bumi dapat dengan mudah disalurkan tanpa harus
memakan biaya yang sangat mahal, pertumbuhan penduduk dan
perekonomian akan berkembang pesat seiring dengan pertambahan
prasarana jalan.
Dengan demikian Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan
Selatan pada tahun 2022 ini, bermaksud melaksanakan kegiatan
pekerjaan Review DED JEmbatan Sei Gendawang (Santuun).

Agar penyelenggaraan konstruksi fisik tepat mutu, waktu dan biaya,


efektif dan efisien maka diperlukan suatu perencanaan yang matang
dalam mendesain konstruksi jembatan tersebut.

Disamping itu dalam melakukan perencanaan teknis harus memenuhi


Kriteria Dasar Perencanaan Teknis berikut ini :
a. Kekuatan Unsur Struktural dan Stabilitas Keseluruhan
Setiap unsur harus mempunyai kekuatan memadai untuk menahan
beban batas ultimate dan struktur sebagai kesatuan dari setiap
unsur harus stabil pada pembebanan tersebut.
b. Kelayanan Struktur
Struktur harus berada dalam layanan pada beban batasan
kelayanan. Hal ini berarti bahwa struktur tidak boleh mengalami
retakan, lendutan atau getaran sedemikian rupa sehingga
masyarakat menjadi khawatir atau jembatan menjadi tidak layak
digunakan.
c. Kesesuaian
Tipe struktur yang dipilih harus sesuai dengan lingkungan, kondisi
alam dan lokasi jembatan terutama untuk duplikasi jembatan
harus diperhatikan bangunan atas dan bawah dari jembatan
Existing.
d. Kemudahan Pelaksanaan
Konstruksi harus mudah dilaksanakan sesuai dengan metode
konstruksi yang tersedia, sehingga metode yang sulit
dilaksanakan dapat menyebabkan keterlambatan waktu dan
peningkatan biaya.
e. Ekonomis
Rencana termurah yang sesuai dengan pendanaan dan faktor-
faktor utama lainnya adalah yang umumnya terpilih. Penekanan
harus diberikan pada biaya umur total struktur yang mencakup
biaya pemeliharaan dan pembangunan.
f. Bentuk Estetika
Biasanya semakin tinggi nilai estetika struktur jembatan semakin
tinggi biaya yang akan dipergunakan.

2. Maksud Dan Jasa pelayanan ini dimaksudkan untuk membantu Dinas Pekerjaan
Tujuan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Selatan dalam
rangka melaksanakan pekerjaan perencanaan teknik jembatan pada
ruas jalan Provinsi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah ketersediaan perencanaan teknis
jembatan yang berwawasan lingkungan, dan dokumen pelelangan,
sesuai dengan rencana menggunakan standar prosedur yang
berlaku. Sehingga pelayanan kinerja jembatan di Provinsi
Kalimantan Selatan dapat dipenuhi dan membuka akses masyarakat
dalam setiap kegiatan.

3. Sasaran Sasaran yang dicapai dari pekerjaan ini adalah :


1. Tersedianya gambar rencana dan spesifikasi teknis;
2. Tersedianya Engineer Estimate (EE) untuk rujukan perhitungan
Owner Estimate (OE) dan / atau Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Rencana Anggaran Biaya (RAB);
3. Tersedianya dokumen konseptual SMKK
4. Tersedianya dokumen rujukan pelaksanaan kegiatan
Perencanaan.

2
4. Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan ini di Ruas Tanjung – Muara Uya Provinsi Kalimantan
Selatan.

5. Sumber Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBD Tahun Anggaran
Pendanaan 2023 dengan alokasi Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
pabila dalam dokumen anggaran yang telah disahkan (DPA-SKPD TA.
2023 – APBD , dananya tidak tersedia atau tidak cukup tersedia yang
mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk
kegiatan tersebut maka proses pengadaan yang telah dilakukan batal
demi HUKUM dan peserta tidak dapat menuntut ganti rugi dalam
bentuk apapun.

6. Nama Dan Nama Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran : Ir. M. YASIN TOYIB, ST,
Organisasi MT
Pejabat Pembuat Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Komitmen Ruang Provinsi Kalimantan Selatan.

7. Data Dasar Data dasar dalam kegiatan ini, yaitu Dokumen Kontrak Pekerjaan
Konstruksi antara KPA Pekerjaan Konstruksi dan Penyedia Jasa
Konstruksi yang termasuk dalam lingkup perencanaan.

8. Standar Teknis 1. Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi
Jalan dan Jembatan (Revisi 1) berdasarkan Surat Edaran
Direktorat Jenderal Bina Marga Nomor 06/SE/Db/2019;
2. Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 berdasarkan Surat Edaran
Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 04/SE/Db/2017 tentang
Penyampaian Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi 2017 di
Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga;
3. BMS’92 dengan revisi pada bagian 6 Perencanaan Struktur Beton
Jembatan, SK SNI T-12-2004 tentang Standar perencanaan
struktur beton untuk jembatan, sesuai Kepmen PU No.
360/KPTS/M/2004;
4. BMS’92 dengan revisi pada bagian 7 Perencanaan Struktur Baja
Jembatan, SK SNI T-03-2005 tentang Standar perencanaan
struktur baja untuk jembatan, sesuai Kepmen PU No.
498/KPTS/M/2005;
5. SNI 1725 : 2016 tentang Pembebanan untuk Jembatan;
6. SNI 2833 : 2016 tentang Perencanaan Jembatan Terhadap Beban
Gempa;
7. Standar Perencanaan Jalan Pendekat Jembatan (Pd T-11-2003).
8. Prosedur Operasional Standar (POS) bidang jembatan;
9. Ketentuan- ketentuan lain yang relevan bila tercakup dalam
ketentuan diatas harus mendapat persetujuan pemberi tugas.

9. Studi-Studi Perencanaan Jembatan yang sudah ada di Dinas Pekerjaan Umum dan
Terdahulu Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Selatan.

3
10. Referensi Hukum 1. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 07/SE/M/2015 tanggal 23 April 2015 Tentang Pedoman
Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan;
2. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga No. 05/SE/Db/2018
tentang Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi
Jalan dan Jembatan;
3. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga nomor Um.01.03-
Db/242 tanggal 21 maret 2008 tentang Penyampaian
Ketentuan Desain dan Revisi Desain Jalan dan Jembatan, serta
Kerangka Acuan Kerja di Lingkungan Ditjen Bina Marga.
4. Undang-Undang No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
5. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Sebagaimana perubahan
ketiga dengan Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2016;
6. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No. 02/PRT/M/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 Tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2016
tentang Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No. 05/PRT/M/2015 tentang Pedoman Umum Implementasi
Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur
Bidang Pekerjaan Umum Dan Permukiman;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014
tentang Pedoman Sistim Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No. 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No. 14 Tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Jasa Konstruksi Melalui Penyedia;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Rencan Pembangunan Jangka
Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah;
14. Peraturan Lembaga Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui
Penyedia.
4
11. Lingkup Lingkup pekerjaan jasa konsultansi ini berupa konsultansi teknik.
Pekerjaan Tanggung jawab konsultan perencanaan teknis adalah sebagai
berikut :
1. Melaksanakan survey dan perencanaan teknis jembatan sesuai
standar perencanaan;
2. Menyediakan dokumen pelelangan pengadaan jasa konstruksi,
daftar kuantitas dan gambar tipikal sebagai bahan pelelangan
konstruksi;
3. Menyediakan perencanaan teknis detail, gambar teknis, spesifikasi
teknis, perhitungan teknis, Daftar kuantitas/keluaran, estimasi
biaya pekerjaan, penetapan tingkat kompleksitas pekerjaan, dan
penetapan tingkat risiko K3 konstruksi, metode pelaksanaan,
kebutuhan material, peralatan dan tenaga kerja konstruksi;
4. Melakukan revisi perencanaan teknis jembatan sesuai kebutuhan.

Konsultan perencana juga harus berkoordinasi dengan PPTK dalam


hal rekomendasi dan membantu penyediaan informasi sesuai
kebutuhan.

Metodologi pekerjaan perencanaan teknis jembatan ini adalah sebagai


berikut :

1. Persiapan Pelaksanaan Desain


A. Mempersiapkan Peta- Peta Dasar, berupa ;
- Citra Satelit dan photo udara (bila diperlukan terutama
untuk jalan baru);
- Peta Topografi skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.000 atau
yang lebih besar;
- Peta Geologi skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.000;
- Peta Tata guna tanah;
- Peta Curah Hujan

B. Pengumpulan Data Pendukung, antara lain:


- Data Jaringan Jalan;
- Data Kondisi Lalu Lintas;
- Data Lokasi Material;
- Harga Satuan Bahan, Material dan Upah;
- Data Survei Terdahulu;
C. Konsep Pendahuluan/ Reconnainssance
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:
- Menentukan dan memperkirakan total panjang, lebar,
kelas pembebanan jembatan, tipe konstruksi, dengan
pertimbangan terkait dengan LHR, estetika, lebar
sungai, kedalaman dasar sungai, profil sungai/ada tidaknya
palung, kondisi arus dan arah aliran, sifat-sifat sungai,
scouring vertikal/horisontal, jenis material bangunan atas
yang tersedia dan paling efisien.
- Menentukan dan memperkirakan ukuran dan bahan tipe
abutmen, pilar, fondasi, bangunan pengaman (bila
diperlukan) dengan mempertimbangkan lebar dan
kedalaman sungai, sifat tebing, sifat aliran,
endapan/sedimentasi material, benda hanyutan, scouring
yang pernah terjadi.

5
- Memperkirakan elevasi muka jembatan dengan
mempertimbangkan MAB (banjir), MAN (normal), MAR
(rendah) dan banjir terbesar yang pernah terjadi.
- Menentukan dan memperkirakan posisi/letak lokasi
jembatan dengan mempertimbangan situasi dan kondisi
sekitar lokasi, profil sungai, arah arus/aliran sungai,
scouring, segi ekonomi, sosial, estetika yang terkait
dengan alinyemen jalan, kecepatan lalu lintas rencana,
jembatan darurat, pembebanan tanah timbunan dan
quarry.
- Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa
dihitung perkiraan volume pekerjaan yang akan timbul
serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara
sederhana dan diharapkan dapat mendekati desain final.
- Menetapkan kelas jembatan yang akan di Desain
- Membuat estimasi bentang dan lebar jembatan
- Memilih bentuk struktur jembatan berdasarkan kendala-
kendala yang ada
- Merencanakan desain Bangunan Atas berdasarkan
peraturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan
Jembatan BMS'92 atau peraturan lain yang relevan yang
disetujui oleh pemberi tugas .
- Merencanakan Bangunan Bawah secara benar terhadap
aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat
beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal ataupun
horizontal dan harus mengikuti aturan yang ditentukan
dalam Peraturan Perencanaan Jembatan BMS'92.
- Menetapkan awal dan akhir rencana oprit pada peta, serta
menarik beberapa Alternatif rencana As Jalan/ Alinyemen
Horizontal dengan dilakukan pengecekan Alinyemen
Vertikal sesuai dengan kondisi medan yang memenuhi
Standar mengenai Perencanaan.
- Merencanakan pondasi jembatan secara benar
terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai
akibat beban struktur atas dan beban struktur bawah
dan harus mengikuti aturan yang ditentukan dalam
Peraturan Perencanaan Jembatan BMS'92.
- Merencanakan jalan pendekat jembatan dengan
memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian
jembatan.
- Merencanakan drainase, bangunan pelengkap dan
pengaman jembatan.
- Menentukan Lokasi Penyedlidikan tanah;
- Foto Dokumentasi;

D. Survey Topografi
1. Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan
tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan di dalam
koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi
dengan skala 1 :500.

6
2. Lingkup Pekerjaan
a. Pemasangan patok-patok
- Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran
10x10x75 cm atau pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi
dengan adukan beton dan di atasnya dipasang neut dari
baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat.
Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi
rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1
(satu) pasang di setiap sisi sungai/ alur dan 1 (buah)
disekitar sungai yang posisinya aman dari gerusan air sungai.
- Patok BM dipasang/ ditanam dengan kuat, bagian yang
tampak di atas tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning,
diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi dan nomor BM
dengan warna hitam.
- Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai
dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta
elevasi.
- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan
patok kayu yang cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar
5 cm, panjang sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya
diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku, ditanam
dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi nomor dan
dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu
ditambahkan patok bantu.
- Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada
daerah sekitar patok diberi tanda-tanda khusus.
- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang
patok, misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di
atas permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sifat datar
ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi
nomor.

b. Pengukuran titik kontrol horizontal


- Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem
poligon, dan semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai
titik poligon.
- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100
meter, diukur dengan meteran atau dengan alat ukur secara
optis ataupun elektronis.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit
dengan ketelitian baca dalam detik. Disarankan untuk
menggunakan theodolit jenis T2 atau yang setingkat.
- Penentuan Koordinat Awai dilakukan pada titik awal dan titik
akhir pengukuran dengan menggunakan alat GPS (Global
Positioning System Geodetic yang mempunyai presisi
tinggi maksimal sampai desimeter).

c. Pengukuran titik kontrol vertikal


- Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/
pembacaan pergi- pulang.
- Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik
pengukuran (poligon, sifat datar, dan potongan melintang)
dan titik BM.

7
- Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik,
berskala benar, jelas dan sama.
- Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan
pembacaan ketiga benangnya, yaitu Benang Atas (BA),
Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam satuan
milimiter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT = BA
+ BB.
- Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah
slag (pengamatan) yang genap.

d. Pengukuran situasi
- Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri,
yang mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam
maupun manusia yang ada disepanjang jalur pengukuran,
seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan
sebagainya.
- Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman
penyebaran dan kerapatan titik yang cukup sehingga
dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada lokasi-lokasi
khusus (misalnya: sungai, persimpangan dengan jalan yang
sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat
kerapatan yang lebih tinggi.
- Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.

e. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan


dengan sungai atau jalan
- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing
minimum 200 m dari perkiraan garis perpotongan atau
daerah sekitar sungai (hulu/ hilir) yang masih berpengaruh
terhadap keamanan jembatan dengan interval pengukuran
penampang melintang sungai sebesar 25 meter.
- Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan
masing-masing minimum 100 m dari garis tepi sungai/ jalan
atau sampai pada garis pertemuan antara oprit jembatan
dengan jalan dengan interval pengukuran penampang
melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter.
- Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran penampang
melintang dan memanjang baik terhadap sungai maupun
jalan sebesar 10 m, 15 m, dan 25m.

Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang


dibentuk alam maupun manusia disekitar persilangan
tersebut.

3. Persyaratan
a. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang
akan digunakan harus diperiksa dan dikoreksi.
Hasil Pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan
dilampirkan dalam laporan.

b. Ketelitian dalam pengukuran


Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut:
8
1. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10"vn, atau
dari pengukuran Global Position System (GPS) geodetic
yang mempunyai presisi tinggi pertama ke pengukuran
GPS berikutnya dalam desimeter).
2. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5".

c. Perhitungan
1. Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi. Koreksi
sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi
harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki
sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang lebih
besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
2. Perhitungan Sifat Datar.
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal
(ketelitian 0,5 mm), dan harus dilakukan kontrol
perhitungan pada setiap lembar perhitungan dengan
menjumlahkan beda tingginya.
3. Perhitungan Ketinggian Detail.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok
ukur yang dipakai sebagai titik pengukuran detail dan
dihitung secara tachimetris.
4. Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistim
komputerisasi.

d. Penggambaran
1. Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 :
500.
2. Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
3. - Koordinat grid terluar (dari gambar) harus
dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)- nya.
4. Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1 meter
panjang gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
5. - Penggambaran titik poligon harus berdasarkan
hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan secara gratis.
6. Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya
dan diberi tanda khusus.

e. Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan


metode penentuan posisi Global Positioning System (GPS)
secara diferensial. GPS atau nama lengkapnya NAVSTAR
GPS merupakan singkatan dari Navigation Satellite Timing
and Ranging Global Positioning System. Metode yang
digunakan adalah metode diferensial dengan menggunakan
lebih dari satu receiver GPS dimana minimal satu titik
digunakan sebagai titik referensi (base station) dan yang
lainnya ditempatkan pada titik yang akan diukur. Titik
referensi yang digunakan adalah titik referensi Bakosurtanal
ataupun Sadan Pertanahan Nasional. Untuk merapatkan titik
kontrol horisontal dapat dilakukan pengukuran
menggunakan metode poligon dengan menggunakan alat
Total Station;

9
f. Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah
sebagai Sistem koordinat proyeksi Universal Transverse
Mercator (UTM);
g. Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan
setiap interval 5000 m (setiap 5 Km);
h. Pengukuran Titik Kontrol Horisontal harus
menggunakan Jenis Total Station (TS) dengan Ketelitian
10Vn untuk sudut serta 10VD untuk jarak;
i. Pengukuran untuk titik Kontrol Vertikal harus
mengunakan peralatan Waterpass jenis auto level
dengan ketelitian 2 mm.

Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi,


dan penampang melintang harus digambarkan pada
gambar polygon, sehingga membentuk gambar situasi
dengan interval garis ketinggian (contour) 0,5 meter.

Proses pengambilan data untuk Topografi mengacu pada


Pedoman Pengukuran Topografi No.010/PW/2004, atau
Pedoman yang dipersyaratkan.

4. Keluaran
Keluaran survey Topografi meliputi :
a. Laporan survey Topografi meliputi :
- Data pengukuran dan hitungan pengukuran topografi
yang telah diterima.
- Data Koordinat dan elevasi Bench Mark.
- Foto dokumentasi proses pengukuran dan Bench Mark
b. Peta topografi (peta transies) dengan skala yang
disesuaikan dengan jenis perencanaan yang akan
dilakukan.

E. Survey Geoteknik
1. Tujuan
Tujuan yang utama dari penyelidikan geoteknik lapangan dan
bawah permukaan adalah untuk memberikan informasi tentang
kondisi bawah permukaan tanah, bahaya geoteknik, dan
ketersediaan tanah, agregat dan batuan pada perencana.
Sangat disarankan untuk menggunakan Geoguide bilamana
terdapat suatu kondisi tanah dasar yang lunak (Soft Soil).

2. Lingkup Pekerjaan
1. Penyelidikan Geoteknik
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail
dengan peta dasar topografi skala 1:250.000 sampai
dengan skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik di
sepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak 500 -
1000 meter dan pada lokasi jembatan dilakukan
menggunakan lembar isian seperti terlihat pada daftar
lampiran.
2. Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis
tanah, warna, perkiraan prosentase butiran kasar/ halus)
sesuai dengan Metoda USCS.
10
3. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan geoteknik disini merupakan bagian dari
penyelidikan tanah yang mencakup seluruh penyelidikan
lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang
didapat dari hasil tes dengan mengadakan peninjauan
kembali terhadap semua data tanah dan material guna
menentukan jenis/ tipe pondasi yang tepat dan sesuai
tahapan kegiatannya, sebagai berikut:
a). Mengadakan penyelidikan tanah dan material
di lokasi pelaksanaan jembatan yang akan dibangun
dengan menetapkan lokasi titik-titik bor yang
diperlukan langsung di lapangan.
b). Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air (sub-
surface) sehubungan dengan pondasi jembatan yang
akan dibangun.
c). Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di sekitar
lokasi pelaksanaan, kemudian dituangkan dalam
bentuk penggambaran peta termasuk sarana lain
yang ada seperti jalan pendekat/oprit, bangunan
pelengkap/ pengaman dan lain sebagainya.
d). Pekerjaan pengambilan contoh dengan
pengeboran (umumnya terhadap undisturbed
sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan
lebih lanjut di laboratorium untuk mendapatkan
informasi yang lebih teliti tentang parameter-
parameter tanah dari pengetesan Index Properties
(Besaran lndeks) dan Engineering Properties (Besaran
Struktural lndeks).
e). Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang
umum dilaksanakan di lingkungan Bina Marga dengan
bentang > 60 m (relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung
kondisi) digunakan bor-mesin (alat bor yang
digerakkan dengan mesin) di mana kapasitas
kedalaman bor dapat mencapai 40 m disertai alat split
spoon sampler untuk Standar Penetration Test
(SPT) menurut AASHTO T 206 - 74. Sedangkan
untuk bentang <60m (relatif dari 25 m s/d 60 m
tergantung kondisi) digunakan peralatan utama
lapangan yang terdiri atas:
- Alat sondir dengan bor tangan (digerakkan
dengan tangan). Pengeboran harus dilakukan
sampai kedalaman yang ditentukan (bila tidak
ditentukan lain) untuk mendapatkan letak lapisan
tanah dan jenis batuan beserta ukurannya dan
harus mencapai tanah keras/batu dan menembus
sedalam kurang lebih 3.00 m.
- Boring dan sampling harus dikerjakan dengan
memakai "Manual Operated Auger" dengan
kapasitas hingga kedalaman 10 m.
- Alat tes sondir type "Gouda" atau sejenisnya,
antara lain "Dutch Cone Penetrometer" yang
memakai sistem metrik dan harus dilengkapi
dengan "Friction Jacket Cone", kapasitas

11
tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan
kedalamannya dapat mencapai 25 m.
f). Pada setiap jembatan, penyelidikan tanah yang
dibutuhkan pada masing-masing lokasi rencana
pondasi harus sudah menetapkan penggunaan jenis
bor dan posisi lubang bor yang direncanakan serta
jumlah titik bor minimal satu titik boring, yaitu satu
titik bor mesin atau satu set bor tangan dan sondir,
tergantung bentang rencana jembatannya. Hal ini
tergantung pada kondisi area (alam dan lokasi),
kepentingan struktur dan tersedianya peralatan
pengujian beserta teknisinya.
g). SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m
s/d 2,00 m untuk diambil contohnya (undisturbed
dan disturbed).
h). Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup
untuk mendapatkan undisturbed sample yang
diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata bor
steel bit untuk tanah clay, silt dan mata bor jenis core
barrel.
i). Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor
cenderung mudah runtuh.
j). Untuk menentukan besaran index dan structural
properties dari contoh-contoh tanah, baik yang
terganggu (disturbed) maupun yang asli (undisturbed)
tersebut di atas dan contoh material (quarry), maka
pengujian di laboratorium dikerjakan berdasarkan
spesifikasi SNI, SK SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan
urutan terdepan sebagai prioritas pertamanya.

Laporan penyelidikan tanah dan material harus pula berisi


'analisa dan hasil' daya dukung tanah serta rekomendasi
jenis pondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah
tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam bentuk
tabel/formulir bor log dan form drilling log yang dilengkapi
dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe bor yang
digunakan, kedalaman lapisan tanah, tinggi muka air
tanah, grafik log, uraian lithologi, jenis sample, nilai SPT,
tekanan kekuatan (kg/cm2), liquid/ plastis limit,
perhitungan pukulan dan lain sebagainya.

4. Lokasi Quarry
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan,
struktur jembatan, maupun untuk bahan timbunan
(borrow pit) diutamakan yang ada disekitar lokasi
pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat
dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik
bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta
kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam proses
penambangannya, dilengkapi dengan foto-foto.

12
3. Keluaran
Keluaran dari survey Geoteknik berupa :
1. Laporan penyelidikan tanah yang didalamnya memuat:
- Nilai CBR
- Tanah nilai SPT, berdasarkan Borlog
- Properties Tanah berupa nilai Unconfined,
- Kadar air,
- Berat Jenis.
2. Peta penyebaran tanah yang didalamnya memuat:
- Kondisi lapisan tanah
- Daerah rawan longsor
3. Foto dokumentasi

F. Survey Hidrologi
1. Tujuan
Tujuan survey hidrologi yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini
adalah untuk mengumpulkan data hidrologi dan karakter/
perilaku aliran air pada bangunan air yang ada (sekitar jembatan
maupun jalan), guna keperluan analisis hidrologi, penentuan
debit banjir rencana (elevasi muka air banjir), perencanaan
drainase dan bangunan pengaman terhadap gerusan, river
training (pengarah arus) yang diperlukan.

2. Lingkup Pekerjaan
Survey hidrologi lengkap digunakan untuk melengkapi
parameter-parameter desain jembatan yang dalam hal ini
jembatan yang dimaksud adalah jembatan di atas lalu-lintas
sungai atau saluran air. Untuk itu pengumpulan data untuk
analisa hidrologi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik daerah aliran (Catchment Area) dari setiap gejala


aliran yang harus dipelajari dengan cermat dari peta topografi
maupun pemeriksaan langsung di tempat meliputi data
curah hujan, tata guna lahan, jenis permukaan tanah,
kemiringan dan lain-lain.

2. Karakteristik sungai yang meliputi:


- Kecepatan aliran dan gejala arah
- Debit dan daerah pengaruh banjir
- Tinggi air banjir, air rendah dan air normal
- Lokasi penggerusan (scouring) serta jenis/sifat erosi
maupun pengendapan
- Kondisi aliran permukaan pada saat banjir

3. Analisa hidrologi yang diperlukan untuk jembatan yang


melintas sungai, sebelum tahap perhitungan/ perencanaan
hidrolika dari alur sungai, adalah untuk menentukan :
- Debit banjir dalam alur sungai jembatan atau debit
maksimum sungai selama periode ulang banjir rencana
yang sesuai.
- Perkiraan tinggi maksimum muka air banjir yang mungkin
terjadi dan semua karakteristiknya.
- Kedalaman air : air banjir, air rendah dan air normal.

13
4. Untuk menentukan elevasi tinggi muka jembatan diperlukan
suatu perkiraan tinggi maksimum banjir yang mungkin
terjadi, ditetapkan dan diperhitungkan dengan periode
ulang banjir rencana atau dalam kurun waktu rencana
sebagai berikut:
- Untuk jembatan panjang/ besar (konstruksi khusus)
diperhitungkan dengan periode ulang 100 tahunan.
- Untuk jembatan biasa/ tetap termasuk gorong-
gorong diperhitungkan dengan periode ulang 50 tahunan.
- Untuk jembatan sementara, perlintasan saluran air
dan jembatan yang melintas di atasnya diperhitungkan
dengan periode ulang 25 tahunan.
- Untuk keperluan analisa hidrologi ditetapkan dengan
periode ulang 50 tahunan.
- Untuk perhitungan scouring berdasarkan jenis tanah
dasar sungai dan debit serta kecepatan aliran arus sungai.
- Dalam menentukan besar debit banjir maksimum
dalam kurun waktu rencana tersebut, dipakai pendekatan
berdasarkan analisa frekuensi dari suatu data curah hujan
lebat. Di sini perlu ditinjau hubungan/korelasi antara curah
hujan dan aliran sungai.
- Metode untuk menentukan besar debit banjir tersebut
diklasifikasikan menjadi 3 cara yaitu :
1. Cara statistik/kemungkinan-kemungkinan
2. Cara hidrograf/sintetik
3. Rumus empiris/metode rasional

5. Analisa drainase ditetapkan dengan kala ulang (return period)


25 tahun dan 50 tahun yang pemilihannya terlebih dulu
dikonsultasikan dengan pihak Pemberi Tugas.

Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara lain


dapat ditentukan elevasi jembatan dan bangunan pengaman
terhadap gerusan, tumbukan air dan debris.

3. Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada Standar
Nasional Indonesia (SNI) No: 03-3424-1994 atau Standar
Nasional Indonesia (SNI) No: 03-1724-1989 SKBl-1.3.10.1987
(Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan
di Sungai), Pedoman Perencanaan Drainase Jalan Pd.T.02-
2006-B, Manual Hidrolika untuk Jalan dan Jembatan
No.01/BM/05, serta pedoman lain yang dipersyaratkan.

4. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari survey Hidrologi berupa Laporan
Hidrologi yang didalamnya memuat:
1. Data ldentifikasi semua aliran air yang ada dan lintasan-
lintasan drainase;
2. Daerah-daerah tangkapan berdasarkan peta- peta;
3. lnformasi histori banjir yang tersedia (tingkatan dan
penanggalan);
4. Lokasi-lokasi drainase yang ada meliputi permasalahan
banjir, dan acuan banjir/sumber informasi drainase;
14
5. Kapasitas aliran air (run off) dan debit aliran air yang akan
diterima oleh drainase yang akan direncanakan.
6. Data curah hujan yang digunakan dalam desain drainase;
7. Dimensi saluran dan gorong-gorong;
8. Potensi erosi baik erosi tebing maupun erosi dasar
sungai/saluran baik erosi umum maupun lokal.

2. Tahap Perencanaan Teknis


Tahapan ini terdiri dari :
i. Kriteria Desain;
ii. Analisis Data Lapangan;
iii. Konsep Detail Perencanaan;
iv. Perhitungan Teknis;
• Bangunan Atas;
• Bangunan Bawah (termasuk pondasi);
• Hidrologi;
• Bangunan pelengkap;
v. Penggambaran:
• Gambaran umum, elevasi dan potongan melintang;
• Layout lokasi perencanaan;
• Plan dan profil jembatan;
• Detail bagian yang dipotong/ dibuang;
• Detail abutment pilar dan penulangan;
• Detail balok lantai dan penulangan;
• Detail bangunan pelengkap (railing, expantiont joint,
bearing, oprit,dll);
vi. Perhitungan volume dan biaya konstruksi.

12. Keluaran Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Detail Desain
• Gambar Perencanaan Teknis (Desain) jembatan dalam
ukuran kertas A3, agar dapat digunakan pada saat penerapan
dilapangan.
• Laporan Geoteknik yang di dalamnya memuat seluruh
penyelidikan tanah serta peta penyebaran tanah serta foto
dokumentasi.
• Laporan Topografi yang didalamnya memuat seluruh data
pengukuran termasuk hasil perhitungan serta foto
dokumentasi.
• Laporan Hidrologi yang didalamnya memuat seluruh data
survey hidrologi termasuk analisi perhitungan.
c. Laporan Akhir (termasuk didalamnya Hitungan Struktur,
Engeneering Estimate) dan Harddisk (untuk Softcopy semua
laporan yang ada)
d. Laporan Dokumen Lelang
e. Laporan Rancangan Konseptual SMKK

13. Peralatan, 1. Laporan dan Data.


Material, Laporan dan data yang tersedia di Dinas Pekerjaan Umum dan
Personel dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Selatan.
Fasilitas dari 2. Akomodasi

15
Pejabat Akomodasi yang berupa kendaraan roda empat harus disediakan
Pembuat oleh pengguna jasa dengan cara sewa, dan harus terpelihara
Komitmen dengan baik.
3. Staf Pengawas/Pendamping.
Pengguna jasa akan mengangkat petugas atau wakilnya yang
bertindak sebagai pendamping, atau project officer (PO) dalam
rangka pelaksanaan pekerjaan ini.
4. Fasilitas yang disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
yang dapat digunakan oleh penyedia jasa tidak ada.

14. Peralatan dan Penyedia harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan
Material dari peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan
Penyedia Jasa pekerjaan.
Konsultansi Akomodasi dan kantor dan fasilitas lainnya yang berupa kendaraan
roda dua, kendaraan roda empat, kamera, waterpass untuk keperluan
pengukuran di lapangan, dan peralatan lainnya di lapangan harus
disediakan sendiri oleh Penyedia jasa dengan cara sewa yang akan
dibayarkan melalui kontrak.

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas


dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan personil
(seragam dan ID Card) dan peralatan K3 (Kotak P3K, sepatu boot,
helm proyek, rompi keselamatan, masker, sarung tangan dan rambu
keselamatan).

15. Lingkup -
Kewenangan
Penyedia Jasa

16. Jangka Waktu Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 60 (enam puluh)
Pelaksanaan hari kalender.

17. Kebutuhan
Personel yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah
Personel
yang terdiri dari sebagai berikut:
Minimal

1. Tenaga Ahli
Kualifikasi
Posisi Tingkat Jurusan Orang-
Pendidi Keahlian Pengalam Bulan
kan an

Ketua Tim Teknik Sipil Ahli Teknik 2


S1 Jembatan 1 Tahun
Madya

16
2. Tenaga Pendukung
Kualifikasi
Posisi
Tingkat Jurusan Keahlian Pengalam Orang-
Pendidikan an Bulan
Estimator/Draft D3/ - - - 1
er SMK

Surveyor D3/ - - - 1
SMK

a. Tenaga Ahli
Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli perencanaan teknik adalah
sebagai berikut :

1. Ketua Tim
Adalah seorang sarjana S1 atau strata yang lebih tinggi dibidang
Teknik Sipil dan berpengalaman dibidangnya selama sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun, dengan tugas utama ketua tim adalah
:
- Merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan semua
kegiatan dan personil yang terlibat dalam pekerjaan ini
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik serta
mencapai hasil yang diharapkan.
- Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam
tahap pengumpulan data, pengolahan, dan penyajian akhir dari
hasil keseluruhan pekerjaan.
Ketua Tim (Ahli Jembatan) harus memiliki sertifikat keahlian
(SKA) Ahli Madya dari asosiasi yang berwenang, untuk bidang
yang sesuai/sama dengan jenis pekerjaannya.

b. Tenaga Penunjang (Surveyor, Drafter/Operator)


Mempunyai kemampuan dalam bidang pekerjaan yang sesuai dengan
posisinya masing-masing.

18. Jadwal Tahapan a. Persiapan.


Pelaksanaan Persiapan melaksanakan pekerjaan seperti mengumpulkan data
Pekerjaan dan informasi pendahuluan tentang lokasi rencana dan data
sekunder lainnya.
b. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui survey
lapangan, seperti :
• Survey Pendahuluan
• Survey Pengumpulan Data
c. Perencanaan dan Perhitungan.
Perencanaan dan perhitungan dilakukan di studio untuk
menyiapkan dokumen tender seperti :
• Perencanaan / Perhitungan,
• Pembuatan gambar Rencana,
• Pembuatan Spesifikasi Teknis
• Penyusunan Daftar Kuantitas dan Biaya.
Laporan
19. Program Mutu Rencana Mutu Kontrak (RMK) (diwajibkan oleh Penyedia):
17
Rencana Mutu Kontrak adalah dokumen yang dibuat oleh Penyedia
Jasa yang berisi rincian proses kegiatan untuk menunjukkan
kemampuan organisasi dalam mengerahkan sumberdayanya guna
mencapai maksud, tujuan, sasaran, dan keluaran atau produk dengan
menggunakan Sistem Manajemen Mutu. RMK diserahkan selambat –
lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal mulai kerja sesuai
SPMK.

20. Laporan Laporan pendahuluan merupakan apresiasi terhadap kerangka acuan


Pendahuluan kerja kegiatan yang antara lain meliputi latar belakang masalah,
maksud dan tujuan, ruang lingkup yang diharapkan, metode/ cara
pendekatan, teknik dan prosedur pengumpulan data serta analisis.
Pada pelaporan ini dicantumkan juga pentahapan pekerjaan, jadwal
rencana kerja dan organisasi pelaksanaan studi yang akan dibahas
dalam pertemuan dengan Pengguna Jasa. Laporan ini diserahkan
pada hari kalender ke 30 (tiga puluh) setelah diterbitkan SPMK dan
diserahkan sebanyak 5 (lima) buku.

21. Laporan Akhir Laporan Akhir berisi :


a. Penyempurnaan laporan-laporan dan progres perencanaan
b. Design Note (Analisis data dan hasil Perhitungan)
c. Gambar Desain
d. Engineering Estimate
e. Data ukur dan Dokumen lainnya

Laporan ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara. Laporan


ini akan diserahkan pada akhir masa kontrak pada hari ke 60 (enam)
setelah dikeluarkannya SPMK berjumlah sebanyak 5 (lima) buku dan
1 (satu) softcopy (External Hardisk 4TB) yang berisikan semua
laporan yang telah diserahkan kepada Pengguna Jasa.

22. Laporan Teknik Laporan ini merupakan hasil survey yang dilakukan dan dokumen
pelelangan pekerjaan fisik, terdiri dari :

1. Laporan Survey Topografi


Laporan Survey topografi mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal.
- Kegiatan pengukuran situasi.
- Kegiatan pengukuran penampang melintang.
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
- Semua titik Bor Mesin dan Sondir memiliki koordinat x, y, z dan
dilakukan sesuai kebutuhan
- Perhitungan dan penggambaran.
- Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya.
- Dokumentasi foto mengenai kegiatan pengukuran topografi
termasuk kegiatan pencetakan dan pemasangan BM,
pengamatan matahari, dan semua obyek yang dianggap
penting untuk keperluan perencanaan jalan.
18
- Deskripsi BM (sebagai lampiran).

2. Laporan Survey Penyelidikan Tanah


Laporan Survey Penyelidikan Tanah harus mencakup sekurang-
kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat.
- Kondisi morfologi sepanjang lokasi.
- Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan.
- Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta
penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan
diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi
notasi.
- Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk
perbaikan hasil diskripsi secara visual.
- Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalan. Untuk peta
penyebaran tanah disiapkan dalam kertas kalkir ukuran A3 dan
diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi
notasi.
- Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng.
- Analisis longsoran sepanjang trase jalan.
- Sumber bahan konstruksi jalan (jenisnya dan perkiraan volume
cadangan).
- Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/ patahan dsb.)
beserta lokasinya.
- Rekomendasi.

3. Laporan Rancangan Konseptual SMKK


Laporan mengenai Rancangan Konseptual Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi, yang meliputi:
- Data Umum
- Metode Pelaksanaan
- Identifikasi Bahaya, Pengendalian Risiko dan Penetapan Tingkat
Risiko Pekerjaan
- Peraturan Perundang-undangan dan Standar
- Rancangan Panduan Keselamatan Pengoperasian dan
Pemeliharaan Konstruksi
- Pernyataan Penetapan Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi.
- Biaya Keselamatan Konstruksi
- Kebutuhan Personil K3 Konstruksi

Hal-Hal lain

23. Produksi dalam Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan
Negeri di dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain
dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi
dalam negeri.

24. Persyaratan Sebagaimana diatur dalam Standar Dokumen Pemilihan Secara


Kerja Sama Elektronik (Dokumen Kualifikasi) Pengadaan Jasa Konsultansi
Konstruksi Badan Usaha berdasarkan Permen PUPR Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia.
19
25. Pedoman Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut :
Pengumpulan 1. Data hasil survei dan penyelidikan yang memberikan informasi
Data Lapangan yang jelas dan akurat mengenai kondisi lapangan di lokasi rencana
jembatan dan kondisi teknis lainnya yang mendasari kriteria
perencanaan;
2. Seluruh informasi yang diperoleh selama penyelidikan jembatan
harus disimpan dalam dokumen dengan baik.

26. Alih Penyedia jasa harus menyampaikan laporan secara tertulis kepada
Pengetahuan pengguna jasa dalam bentuk buku/hard copy setiap bulan yang
memfokuskan perhatian pada pemberian jaminan dipenuhinya
persyaratan mutu pekerjaan (Quality Assurance).

Banjarbaru, Februari 2023


Kepala Bidang Bina Marga
(Selaku Kuasa Pengguna Anggaran)

Ir. M. YASIN TOYIB, ST, MT


NIP. 19771017 200604 1 017

20

Anda mungkin juga menyukai