Kemacetan
yang sering
terjadi
Kondisi jalan Salah satu
yang buruk akses
akibat penghubung
lumpur Malang-
lapindo Surabaya
Tujuan
Klasifikasi
Alinyemen jalan
horisontal menurut
Tinjauan fungsi jalan
Pustaka
Alinyemen Karakteristik
vertikal lalulintas
Bagian-bagian Jalan
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan:
Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
Rumaja merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu.
Diantaranya yaitu, badan jalan, median, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng,
ambang pengaman, gorong-gorong, dan bangunan pelengkap lainnya
Ruang Milik Jalan (Rumija)
Rumija merupakan Ruang sepanjang jalan yang diperuntukan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan,
dan penambahan jalur lalu lintas dimasa yang akan datang. Kriteria Rumija: jalan bebas hambatan 30 m,
jalan raya 25 m, jalan sedang 15 m, jalan kecil 11 m
Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)
Ruwasja merupakan ruang tertentu diluar ruang milik jalan yang penggunaaanya ada di bawah
pengawasan penyelenggara jalan yang dipentukan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan
konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu. Kriteria
Ruwasja, yang diukur dari tepi badan jalan :
Jalan arteri primer 15 m, jalan kolektor primer 10 m, jalan lokal primer 7 m, jalan lingkungan primer 5
m, jalan arteri sekunder 15 m, jalan kolektor sekunder 5 m, jalan lokal sekunder 3 m, jalan lingkungan
sekunder 2, jembatan 100 m ke arah hilir dan hulu
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Jalan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan:
Ciri-Ciri
Jenis Jalan Kecepata Jumlah
Jarak
Fungsi n Rata- Jalan
Perjalanan
rata Masuk
Dibatasi
Melayani
secara
Arteri Angkutan Jauh Tinggi
berdaya
utama
guna
Melayani
Kolektor Angkutan Sedang Sedang Dibatasi
pengumpul
Melayani
Tidak
Lokal Angkutan Dekat Rendah
dibatasi
Setempat
Lingkungan
Melayani
Angkutan Dekat Rendah
Tidak Klasifikasi Jalan Menurut Medan
dibatasi
Lingkungan TPGJAK No.083/TBM/1997
Datar D <3
Perbukitan B 3 25
Pegunungan G >25
Karakteristik Lalulintas
Kecepatan Rencana
Tipe Kelas
(Km/jam)
Kelas 1 100-80
Tipe 1
Kelas 2 80-60
Kelas 1 60
Kelas 2 60-50
Tipe 2
Kelas 3 40-30
Kelas 4 30-20
Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal adalah penampang memanjang jalan yang
terdiri dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung.
F = m.a
F = (G.V^2)/(g.r)
Dimana:
F = Gaya sentrifugal
M= massa kendaraan
A = percepatan sentrifugal
G = berat kendaraan
g = percepatan gravitasi
v = kecepatan kendaraan
r = jari-jari tikungan.
Gaya yang mengimbangi gaya sentrifugal adalah berasal dari :
a. Gaya geseka melintang roda (ban) kendaraan yang sangat dipengaruhi oleh koefisien gesek
b. Superelevasi atau kemiringan melintang permukaan jalan
Berdasarkan panjang perjalanan selama waktu tempuh 3 detik (Bina Marga) atau 2 detik (AASHTO)Ls
= (V/3.6) . T
Kelandaian relatif maksimum (1/m) berdasarkan kecepatan rencana.
Diagram elevasi
Penggambaran pencapaian superelevasi dari lereng normal (en) sampai lereng maksimal (emax),
sehingga dapat ditentukam diagram penampang melintang setiap titik (stationing) pada suatu tikungan
yang direncanakan.
Bentuk tikungan
Tc = Rc tg
ec = (R_c (1-cos))/(cos )
ec = Tc tg
Lc = /180 R_c dalam derajat
Lc = 0.01745Rc dalam derajat
Lc = Rc dalam radial
Lurus Ls Ls
Lengkung Ls Ls
Xs = L_s [1-L_s^2/40R_c^2 ]
Ys = L_s^2/(6R_c )
s = 90Ls/Rc derajat atau _s=L_s/(2R_c )
p = L_s^2/(6R_c )-R_c (1-cos _s )
k = L_s-L_s^3/40R_c^2 -R_c sin _s
untuk Ls = 1m, p = p*, dan k = K*, dan
untuk Ls = Ls, p = p*Ls, dan k = k*Ls
c = - 2s
es = (Rc + p) sec Rc
Ts = (Rc + p) tg + k
Lc = _s/180 R_c
Lc untuk lengkung SCS 20m.
Rc yg dipilih harus sedemikian rupa sehingga Ls yg
diperlukan dari
Ls berdasarkan landai relatif > Ls berdasarkan
modifikasi SHORT, serta Ls berdasarkan panjang
perjalanan selama 3s (Bina Marga) atau 2s
(AASHTO).
U = B-b
b = lebar kend. rencana
Bt = n(Bt + C) + Z (rumusnya ini aneh)
Db = Bt Bn
B = lebar perkerasan yg ditempati 1 kend. di tikungan pada lajur
sebelah dalam
C = lebar kebebasan samping di kiri dan kanan kend.
Z = lebar akibat tambahan kesukaran mengemudi di tikungan
Bn = lebar total perkerasan di lurusan
Bt = lebar total perkerasan di tikungan
n = jumlah lajur
Db = tambahan lebar perkerasan di tikungan
Rw = radius lengkung terluar dari lintasan kend. pada lajur
sebelah dalam, dipengaruhi tonjolan depan (A) kend. dan sudut
belokan roda depan (a)
Ri = radius lengkung terdalam dari lintasan kend. pada jalur
sebelah dalam, dipengaruhi jarak gandar kend. (p)
Metode Penelitian
Lebar Jalan
Jenis Jalan Lebar Jalan sesuai Keterangan
Peraturan Sesuai dg PP No.36 Pasal 13(1), Jalan arteri primer
Arteri Primer 13.3 m 11 m Memenuhi didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
Arteri Baru rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dg lebar
20 m 11 m Memenuhi
Porong
badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.
11.5 m 11 m Memenuhi
Tabel Perbandingan Lebar Jalan dengan Peraturan
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan kondisi eksisting
Jalan Arteri Primer diperuntukkan untuk kecepatan rencana 60 km/jam. Kondisi eksisting, Jari-Jari
standar (Rmin) 42 m. Bundaran memenuhi persyaratan untuk kecepatan rencana kurang dari 40 km/jam
namun tidak untuk kecepatan rencana 60 km/jam. Sehingga diperlukan perbaikan pada kondisi
eksisting.
1. Rambu lalu lintas untuk menunjukkan bahwa bisa dilalui dg kecepatan 40 km/jam.
2. Perencanaan ulang bundaran dg mengubah R agar sesuai untuk kecepatan rencana 60 km/jam.
Analisis dan Pembahasan
Perhitungan Komponen Alinyemen Horizontal
Desain Tikungan
Pemilihan jenis tikungan antara SCS atau SS dan perhitungan komponennya dg kecepatan 40 km/jam
dan 60 km/jam pada 7 kali percobaan:
Data Tikungan
Komponen Perc.2 Perc.3 Perc.4 Perc.5 Perc.6 Perc.7
Perc.1
60 40 40 40 40 40
60 km/jam
km/jam km/jam km/jam km/jam km/jam km/jam
Rc 130 m 130 m 100 m 100 m 200 m 40 m 50 m
69.813 44.745
Ls 60 m 90.757 m 35 m 48.84 m 25.4 m
m m
en 2 % = 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
s 13.222 20 10.027 20 7 25.65 25.65
40 40 40 40 14 90 90
c 13.556 - 19.946 - - 38.7 -
p 1.176 m 2.72 m 0.513 m 2.092 m 0.5 m 0.353 m 0.353 m
k 29.946 m 45.188 m 29.946 m 34.76 m 24.39 m 0.493 m 0. 493 m
70.398 50.846 50.846
Ts 75.737 m 91.518 m 52.569 m 49.01 m
m m m
es 9.594 m 11.237 m 6.964 m 8.644 m 2.01 m 21.2 m 21.2 m
Lc 30.758 m - 34.812 m - - 33.75 m -
Analisis dan Pembahasan
Hasil Perhitungan Tikungan SS bahwa Perc. 7 ideal dg Rc = 50 m, Ls = 44.745 m, en = 2 %, s =
25.65, = 90, p = 0.353 m, k = 0.493 m, Ts = 50.846 m, dan es = 21.2 m.
Sehingga pada desain alinyemen ini, diperlukan pelebaran sebesar 2.23 m sisi kanan dan kiri jalan serta
penurunan sebesar 0.9 m sehingga ketinggian underpass menjadi 4.81 m dan sudah sesuai dengan
peraturan ketinggian underpass pada jalan arteri.
Kesimpulan
Survei dan pengukuran geometrik jalan pada Bundaran Arteri Baru Porong meliputi:
1. Lebar jalur yg memasuki Bundaran Arteri Baru Porong dari arah Malang menuju kawasan wilayah
utara Jawa Timur sebesar 20 m.
2. Lebar jalur yg akan menuju Arteri Porong sebesar 11.5 m.
3. Lebar jalur yg keluar dari Bundaran Arteri Baru Porong dari arah Malang menuju kawasan wilayah
Sidoarjo dan sekitarnya sebesar 20 m.
4. Lebar jalurArteri Porong sebesar 11.5 m.
5. Panjang Bundaran Arteri Baru Porong pada sisi terpamjang dengan tipe bundaran oval sebesar 79.6 m.
6. Tinggi Flyover Tol Gempol Kejapanan diukur di atas Bundaran Arteri Baru Porong sebesar 3.65m.
Perencanaan dalam studi adalah tentang penurunan jalan yg akan dihitung berdasarkan peraturan tinggi
kendaraan, tinggi minimimum underpass, dan tinggi gerbang tol dari elevasi permukaan jalan sebesar 4.6
m. Didapatkan hasil perencanaan penurunan sebesar 0.8 m dari tinggi elevasi jalan sehingga tinggi yg
direncanakan memenuhi standar kelayakan jalan raya.
Analisis perhitungan dan perencanaan ulang desain tikungan untuk perbaikan pada alinyemen horizontal
dg 7 kali percobaan baik perhitungan SCS maupun SS pada kecepatan 40 km/jam dan 60 km/jam
didapatkan bahwa percobaan ke-7 yg ideal untuk digunakan. Tipe tikungan SS dg kecepatan 40 km/jam
dan jari-jari sebesar 50 m menghasilkan Ls = 44.75 m dan memerlukan pelebaran sekitar 2.23 m.
Saran
Perlunya pelebaran kondisi eksisting sebesar 2.23 m pada jalan sebelum masuk tikungan,
serrta diberikan rambu batas kecepatan 40 km/jam, sesuai desain geometrik tikungan
tersebut untuk kecepatan 40 km/jam.
Perlunya pengkajian ulang apakah perencanaan ulang penurunan elevasi muka jalan dg
faktor biaya pembangunan penurunan dibandingkan dg biaya operasional kendaraan jika
memutar sejauh 1.8 km.
About Journal
Erga Rahmada Fauzan , Yuzqi Alfan Thoriq , M. Zainul Arifi, Achmad Wicaksono
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: eerga.rahmada@gmail.com
yuzqialfanth@live.com
Kesimpulan dan Saran dari kami
Kesimpulan Saran