Anda di halaman 1dari 25

FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA

105811117117

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konstruksi jalan raya sebagai sarana transportasi merupakan salah satu

unsur yang sangat penting dalam usaha meningkatkan kehidupan manusia

untuk mencapai kesejahteraannya. Dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai

makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dengan

adanya prasarana jalan yang memadai ini, maka hubungan antara suatu daerah

dengan daerah lain didalam suatu negara akan dapat terjalin dengan baik.

Sarana yang dimaksud adalah sarana perhubungan yang melalui darat, laut,

dan udara. Dari ketiga sarana tersebut, akan ditinjau prasarana yang melalui

darat, yaitu jalan raya dan jembatan.

Untuk membangun jalan raya yang memenuhi kebutuhan lalu lintas

pada saat Ini dan masa yang akan datang serta untuk menciptakan kemajuan

teknik pengangkutan dan lalu lintas, maka perlu untuk memperdalam

pengetahuan mengenai jalan raya yang didapatkan melalui pengalaman dan

penelitian.

Salah satu bagian terpenting dalam suatu perencanaan adalah

perencanaan geometrik jalan raya yang merupakan bagian perencanaan jalan

yang menitikberatkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat

memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum

pada arus lalu lintas dan sebagai akses dari rumah ke rumah.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

Dalam perencanaan geometrik termasuk juga perencanaan tebal

perkerasan jalan, karena dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari

perencanaan geometrik sebagai suatu perencanaan jalan seutuhnya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Suatu perencanaan geometrik yang lengkap tidak saja memperhatikan

keamanan dan ekonomisnya biaya, tetapi juga nilai strukturalnya. Ketelitian

dalam memilih lokasi perencanaan geometrik dapat menjadikan suatu jalan

terasa nyaman.

Karena perbedaan jalan itu tidak dapat dipisahkan dari perkembangan

hidup manusia, baik secara individu maupun secara berkelompok maka

manusia sebagai pengguna jalan harus dapat memahami seluk beluk dari jalan

raya tersebut.

Sebagai perencana, kita dituntut untuk dapat menguasai teknik

perencanaan geometrik dan tata cara pembuatan konstruksi jalan raya serta

memahami permasalahan dan cara pemecahannya.

Pada umumnya teknik perencanaan geometrik jalan raya dibagi atas

tiga bagian penting, yaitu :

1. alinyemen horizontal / trase jalan

2. alinyemen vertikal / penampang memanjang jalan

3. penampang melintang jalan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

pembangunan yang baik antara alinyemen horizontal dan vertical memberikan

keamanan dan kenyamanan para pemakai jalan.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Perencanaan geometrik yang dilaksanakan dalam tugas ini meliputi :

1. Perencanaan trace dan penentuan medan.

2. Bentuk dan panjang kurva.

3. Penggambaran kurva.

4. Penentuan kemiringan melintang tiap tikungan dan penggambaran

superelevasi badan jalan.

5. Perhitungan pelebaran jalan pada tiap tikungan dan penggambaran elevasi

nya.

6. Perhitungan jarak pandang.

7. Perhitungan alinyement vertikal.

8. Perhitungan galian dan timbunan.

9. Hal-hal lain yang ada kaitannya dengan perencanaan konstruksi jalan raya.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Perencanaan Geometrik

2.1.1 Uraian Umum

2.1.1.1 Pengertian Jalan

Jalan raya merupakan suatu jalur-jalur tanah diatas permukaan bumi yang

dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat

digunakan untuk menyalurkan lalu lintas manusia, hewan, dan kendaraan yang

mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.

Jalan raya sebagai sarana pembangunan dalam membantu pembangunan

wilayah adalah penting, oleh karena itu pemerintah terus mengupayakan

pembangunan jalan raya dengan lancar, efisien, dan ekonomis.

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometrik nya harus

ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan

pelayanan yang optimal kepada para pengguna lalu lintas sesuai dengan fungsinya.

Sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur

yang aman, efisiensi pelayanan lalu lintas dan memaksimalkan rasio tingkat

penggunaan biaya dan juga dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada

pemakai jalan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

2.1.1.2 Klasifikasi Jalan

Secara umum jalan raya dapat dikelompokkan dalam klasifikasi menurut

fungsinya, antara lain :

a. Jalan Arteri (Utama)

Jalan raya arteri merupakan jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-

ciri perjalanan jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk

dibatasi secara efisien. Dalam komposisi lalu lintas jalan arteri tidak terdapat

kendaraan lambat dan kendaraan tidak bermotor. Jalan arteri juga mempunyai

jalur yang banyak dengan konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik.

b. Jalan Kolektor (Sekunder)

Jalan raya kolektor merupakan jalan raya yang melayani angkutan

pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan

rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Berdasarkan komposisi lalu

lintasnya, jalan kolektor dibagi dalam tiga kelas, yaitu :

1. Jalan Kelas II-A

Merupakan jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi

permukaan jalan dari lapisan aspal beton atau yang setaraf.

2. Jalan Kelas II-B

Jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari

penetrasi berganda atau setaraf, komposisi lalu lintasnya terdapat

kendaraan lambat dan kendaraan tidak bermotor.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

3. Jalan Kelas II-C

Jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari

penetrasi tunggal dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat

kendaraan lambat dan kendaraan tidak bermotor.

c. Jalan Lokal (Penghubung)

Jalan lokal merupakan jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri

perjalanan dekat, kecepatan rata-rata yang rendah dan jumlah jalan masuk

tidak dibatasi.

Adapun klasifikasi jalan raya adalah sebagai berikut :

Jalan Raya Jalan


Klasifikasi Jalan Raya Sekunder
Utama Penghubung
Jalan
I (A1) II A (A2) II B (B1) II C (B2) III
KLASIFIKAS D B D B D B D B D B
I MEDAN G G G G G
Lalu lintas
6.000 - 1500 -
harian rata- rata > 20. 000 < 20.000 -
20.000 8000
(smp)
Kecepatan 100
120 100 80 60 60 80 60 80
Rencana 80
80 80 60 60
(km/jam) 60
Lebar Daerah
60 60 80 80 60 60 60 60 20 20
Penguasaan
60 80 60 60 20
min.(m)
2x3.50
Lebar Minimum 2
atau 2x 3.50 2 x 3.00 3.50 - 6.00
Perkerasan (m) (2x3,75)
2(2x3.50)
Lebar Median
2 1.5 - - -
minimum (m)
2.50
Lebar Bahu 3.50 3.00 3.00 3.00 2.50
1.50 3.50 - 6.00
(m) 3.00 2.50 2.50 2.50
1.00

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

Lereng
Melintang 2% 2% 2% 3% 4%
Perkerasan
Lereng
Melintang 4% 4% 6% 6% 6%
Bahu
Paling
Jenis Lapisan Penetrasi Paling tinggi
Aspal beton Aspal tinggi
Permukaan Berganda/ pelebaran
( hot mix ) Beton penetrasi
Jalan setaraf jalan
tunggal
Miring
tikungan 10% 10% 10% 10% 10%
maksimum
Jari- jari
560 350 350 210 210 115 210 115 50
lengkung
210 115 50 115 50 60
minimum (m)
6% 8
Landai 3% 5% 4% 6% 5% 7% 6% 8%
% 10
Maksimum 6% 7% 8% 10 %
%
Sumber : Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Dept. PU
Tabel 2. 1 Tabel Klasifikasi Jalan Raya

2.1.1.3 Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas menyatakan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik

pengamatan dalam satu satuan waktu.

Untuk mendapatkan volume lalu lintas tersebut, dikenal dua jenis Lalu lintas

Harian Rata-rata (LHR), yaitu :

a. Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR)

Jumlah kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengan lamanya

pengamatan

Jumlah Lalu Lintas Selama Pengamatan


LHR =

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

Lamanya Pengamatan

b. Lalu lintas Harian Rata-rata tahunan (LHRT)

Jumlah lalu lintas kendaraan yang melewati satu jalur selama 24 jam dan

diperoleh dari data satu tahun penuh.

Jumlah Lalu Lintas Selama Pengamatan


LHRT =
Jumlah hari dalam 1 tahun (360)

Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari berbagai jenis

kendaraan, baik kendaraan cepat, kendaraan lambat, kendaraan berat,

kendaraan ringan, maupun kendaraan tidak bermotor. Dalam

hubungannya dengan kapasitas jalan maka jumlah kendaraan bermotor

yang melewati satu titik dalam satu satuan waktu mengakibatkan adanya

pengaruh / perubahan terhadap arus lalu lintas. Pengaruh ini

diperhitungkan dengan membandingkannya terhadap pengaruh dari suatu

mobil penumpang dalam hal ini dipakai sebagai satuan, dan disebut

Satuan Mobil Penumpang (SMP).

Untuk menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang

(SMP), digunakan koefisien dibawah ini :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

Satuan Mobil Penumpang (SMP)

Faktor SMP
Jenis Kendaraan
Ruas Simpang
Mobil Penumpang 1 1
Kendaraan roda 3 1 0,8
Sepeda motor 0,33 0,2
Truk ringan ( < 5 ton ) 1,5 1,5
Truk sedang ( 5 - 10 ton ) 1 1,3
Truk besar ( > 10 ton ) 2,5 2,5
Mikro bus 1,8 1,8
Bus besar 2 2,2

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Geometrik Jalan

Dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya banyak faktor yang menjadi

dasar atau pertimbangan sebelum direncanakan nya suatu jalan, antara lain :

2.1.2.1 Kendaraan Rencana

Dilihat dari bentuk, ukuran dan daya dari kendaraan-kendaraan yang

mempergunakan jalan, kendaraan-kendaraan tersebut dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Umumnya dapat

dikelompokkan menjadi kelompok mobil penumpang, bus/truk, semi

trailer, dan trailer.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

Ukuran kendaraan rencana untuk masing-masing kelompok merupakan

ukuran terbesar yang mewakili kelompoknya. Kendaraan rencana adalah

kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya, yang dipergunakan

untuk merencanakan bagian-bagian dari jalan.

Adapun ukuran kendaraan rencana tersebut yaitu :

Jenis Panjang Lebar Tinggi Depan Jarak Belakang Radius


Putaran
Kendaraan Total Total   Tergantung Gandar Tergantung
min
Kendaraan
4,7 1,7 2,0 0,8 2,7 1,2 6
Penumpang
Truk/bus
tanpa 12,0 2,5 4,5 1,5 6,5 4,0 12
gandengan
4,0
(depan)
Kombinasi 16,5 2,5 4,0 1,3 2,2 12
9,0
(belakang)
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga, “Standar Perencanaan Geometrik Untuk
Jalan Perkotaan, Januari 1988”.
Tabel 2.3 Ukuran Kendaraan Rencana

2.1.2.2 Kecepatan Rencana Lalu Lintas

Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk keperluan

perencanaan setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan,

jarak pandang, dan lain-lain. Kecepatan yang dipilih tersebut adalah

kecepatan tertinggi menerus dimana kendaraan dapat berjalan dengan

aman dan keamanan itu sepenuhnya tergantung dari bentuk jalan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan rencana tergantung

pada :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

a. Topografi (medan)

Untuk perencanaan geometrik jalan raya keadaan medan memberikan

batasan kecepatan terhadap kecepatan rencana sesuai dengan medan

perencanaan (datar, bukit, ataupun gunung).

b. Sifat dan tingkat penggunaan daerah.

Kecepatan rencana untuk jalan-jalan arteri lebih tinggi dibandingkan

dengan jalan kolektor, kecepatan rencana jalan kolektor lebih tinggi

dibandingkan dengan jalan lokal, dll.

2.1.2.3 Kelandaian

Adanya tanjakan yang cukup curam dapat mengurangi laju kecepatan dan

kalau tenaga tarik nya tidak cukup maka berat kendaraan (muatan) harus

dikurangi, yang berarti mengurangi kapasitas angkut dan mendatangkan

kerugian bagi pemilik kendaraan, oleh sebab itu dalam perencanaan

diusahakan untuk mendapatkan medan yang landai.

2.1.3 Perencanaan Geometrik Jalan Raya

2.1.3.1 Perencanaan Alinyement Horizontal (Trace Jalan)

Dalam perencanaan jalan raya harus direncanakan sedemikian rupa sehingga

jalan raya itu dapat memberikan pelayanan yang optimum kepada pemakai

jalan sesuai dengan fungsinya.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

Untuk mencapai hal tersebut harus memperhatikan perencanaan alinyement

horizontal (trace jalan) yaitu garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada

bidang peta / gambar situasi jalan.

Trace jalan terdiri dari gabungan bagian lurus yang disebut tangen dan bagian

lengkung yang disebut tikungan. Untuk mendapatkan sambungan yang mulus

antara bagian lurus dan bagian tikungan, maka pada bagian tersebut

diperlukan suatu bagian pelengkung peralihan yang disebut spiral.

Bagian yang sangat kritis pada alinyement horizontal adalah bagian tikungan,

dimana terdapat gaya yang akan melemparkan kendaraan keluar dari tikugan

yang disebut gaya sentrifugal.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dalam perencanaan alinyement pada

tikungan ini agar dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi

pengendara, maka perlu dipertimbangkan hal-hal berikut :

a. Ketentuan-ketentuan dasar

Pada perencanaan geometrik jalan, ketentuan-ketentuan dasar ini

tercantum pada daftar standar perencanaan geometrik jalan yang

merupakan syarat batas, sehingga penggunaannya harus dibatasi

sedemikian agar dapat menghasilkan jalan yang cukup memuaskan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

b. Klasifikasi medan dan besarnya lereng (kemiringan)

Klasifikasi dari medan dan besar kemiringan adalah sebagai berikut:

Kemiringan
Klasifikasi Medan
(%)
Datar (D) 0 – 9,9
Bukit (B) 10 – 24,9
Gunung (G) > 25
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Dept. PU

Tabel 2.4 Klasifikasi Medan dan Kemiringan Lereng

2.1.3.2 Jenis-jenis Lengkung Peralihan

Dalam suatu perencanaan alinyement horizontal, dikenal 3 macam bentuk

lengkung horizontal, antara lain :

1. Full Circle

Bentuk tikungan ini adalah jenis tikungan yang terbaik dimana

mempunyai jari-jari besar dengan sudut yang kecil.

Kecepatan Rencana Jari-jari lengkung minimum


(km/jam) (m)
120 2000
100 1500
80 1100
60 700
40 300
30 180
Tabel 2.5 Batas nilai R minimum Full Circle

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

Pada pemakaian bentuk lingkaran penuh, batas besaran R

minimum di Indonesia ditetapkan oleh Bina Marga sebagai berikut:

Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Dept. PU

PH

Ec
M

TC CT

1/ 2
Rc 1/ 2 Rc

Q
Gbr. 2.1 Lengkung Full Circle

Keterangan gambar :

PI = Nomor Station (Point of Interaction)

R = Jari-jari tikungan (meter)

∆ = Sudut tangen ( º )

TC = Tangent Circle

CT = Circle Tangent

T = Jarak antara TC dan PI

L = Panjang bagian tikungan

E = Jarak PI ke lengkung peralihan

Perhitungan Data Kurva untuk Full Circle

a. Ls = 0

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

R
Et  xR
cos1 
b. 2

c. Ts = R tan ½ ∆

c
Lc x2R
d. 360 > 20 m

2. Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)

Lengkung spiral pada tikungan jenis S-C-S ini adalah peralihan

dari bagian tangen ke bagian tikungan dengan panjangnya diperhitungkan

perbahan gaya sentrifugal.

Adapun jari-jari yang diambil adalah sesuai dengan kecepatan

rencana yang ada pada daftar I perencanaan geometrik jalan raya.

PH

E
Xs Ts

H SC CS H'
k
F
Rc

F'
TS

ST

Gbr. 2.2 Lengkung Scs

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

L = Panjang bagian spiral ke tengah

TC = Tangent Circle

ST = perubahan dari spiral ke tangen

Ls = panjang total spiral dari Ts sampai SL

∆ = Sudut lengkungan ( º )

Ts = panjang tangen total yaitu jarak antara RP & ST

Es = jarak eksternal total yaitu jarak antara RP dan titik tangen

busur lingkaran.

1. Perhitungan data kurva

a. Dari tabel J. Barnett diperoleh nilai e dan Ls

V3 V.e
0,022  2,727
b. Lsmin = R.C C

nilai C diambil 0,4 m/detik


28,648.Ls
s 
c. R
d. ∆c = ∆ - 2 θs
c
Lc x2R
e. 360
Ls2
P  Rc(1 coss)
f. 6xRc
Ls3
K  Ls 2
s
 Rcsin
g. 40xRc
R  P
Es   R
cos 1 
h. 2
1
Ts   R  P  tg  K
i. 2

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

2. Syarat Pemakaian

a. Lsmin ≤ Ls

b. ∆c > 0

c. Lc > 20 m

d. L = 2 Ls + Lc < 2 Ts

3. Spiral-Spiral (S-S)

Penggunaan lengkung spiral-spiral dipakai apabila hasil perhitungan pada

bagian lengkung S-C-S tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan.

Bentuk tikungan ini dipergunakan pada tikungan yang tajam.

ES

SC =C S
P P

RC RC RC

Gbr. 2.2 Lengkung SS

1. Perhitungan Data Kurva

a. ∆c = 0
b. θs = ½ ∆
28,648.Ls
s 
c. R

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

d. Lc = 2 Ls
Ls2
p s)
 Rc(1 cos
e. 6xRc
Ls3
k  Ls 2
s
 Rcsin
f. 40xRc
R P
Es   R
cos1 .
2
j.
k. Ts   R  P tg1 2.  K

2. Syarat Pemakaian

Kontrol perhitungan L < 2 Ts

2.1.3.3 Penampang Melintang

Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan yang tegak

lurus pada as jalan yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian

jalan yang bersangkutan dalam arah melintang. Tujuan dari penggambaran

profil melintang disamping untuk memperlihatkan bagian-bagian jalan, juga

untuk membantu dalam menghitung banyaknya galian dan timbunan sesuai

dengan rencana jalan dengan menghitung luas penampang melintang jalan.

2.1.4 Kemiringan pada Tikungan (Superelevasi)

Pada suatu tikungan jalan, kendaraan yang lewat akan terdorong keluar secara

radial oleh gaya sentrifugal yang diimbangi dengan :

 Komponen yang berkendaraan yang

diakibatkan oleh adanya superelevasi dari jalan tersebut.

 Gesekan samping antara berat kendaraan

dengan perkerasan jalan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

Kemiringan superelevasi maksimum terdapat pada bagian busur tikungan

sehingga perlu diadakan perubahan dari kemiringan maksimum berangsur-angsur ke

kemiringan normal.

Dalam melakukan perubahan pada kemiringan melintang jalan, dikenal tiga

metode pelaksanaan, yaitu :

a. Mengambil sumbu as jalan sebagai sumbu putar

Gambar 2. 4 Sumbu as jalan sebagai sumbu putar

b. Mengambil tepi dalam jalan sebagai sumbu putar.

Gambar 2. 5 Tepi jalan sebagai sumbu putar

c. Mengambil tepi luar jalan sebagai sumbu putar

Gambar 2. 6 Tepi luar jalan sebagai sumbu putar

Sedangkan bentuk – bentuk dari diagram superelevasi adalah sebagai berikut :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

1. Diagram superelevasi pada F – C

I II III

- e max kanan

- e max kiri

Bagian lurus Bagian Lengkung Bagian lurus

+en -en 0% -en e maks.

Potongan I Potongan II

Potongan III

Gambar 2. 7 Diagram superelevasi pada F – C

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

2. Diagram superelevasi pada S – C - S

I II III

- e max kanan

- e max kiri

Potongan

III

Potongan I Potongan II

Gambar 2. 8 Diagram superelevasi pada S – C – S

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

3. Diagram superelevasi pada S – S

TS SC=CS TS

Kiri

Sb.Jln

-2% Kanan -2%

LS L
Gambar 2. 9 Diagram Superelevasi pada S – S

2.1.5 Pelebaran Perkerasan pada Tikungan (Widening)

Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungan, seringkali tidak

dapat mempertahankan lintasannya. Hal ini disebabkan karena:

a. Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda depan,

sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking)

b. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan

belakang kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan lintasan

roda depan dan roda belakang kendaraan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

c. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya

tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungan-tikungan yang tajam atau

pada kecepatan-kecepatan yang tinggi.

Untuk menghindari hal tersebut diatas maka pada tikungan-tikungan yang tajam perlu

dilakukan pelebaran perkerasan jalan.

Rumus untuk pelebaran pada tikungan :

2
 Rc2  64  1,25  64  (Rc2  64)  1,25

B=  
U=B–b
0,105.V
Z= R
C=1m

Bt = n ( B + C ) + Z

∆b = Bt – Bn

dimana :

Rc = radius lajur sebelah dalam – ½ lebar perkerasan + ½ b

b = lebar kendaran rencana

B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan

pada lajur sebelah dalam.

C = Lebar kebebasan samping dikiri gan kanan kendaraan

Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan.

Bn = lebar total perkerasan pada bagian lurus

Bt = lebar total perkerasan di tikungan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

n = jumlah jalur

∆b = tambahan lebar perkerasan di tikungan.

2.1.6 Perencanaan Alinyement Vertikal (Profil Memanjang)

Alinyement vertikal adalah bidang garis potong yang dibentuk oleh bidang

vertikal melalui sumbu jalan. Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan

terhadap muka asli tanah, sehingga memberikan gambaran terhadap kemampuan

kendaraan dalam keadaan naik atau turun dan bermuatan penuh.

Pada alinyement vertikal bagian yang kritis adalah pada bagian lereng, dimana

kemampuan kendaraan dalam keadaan pendakian dipengaruhi oleh panjang kritis,

landai dan besarnya kelandaian. Maka berbeda dengan alinyement horizontal, disini

tidak hanya pada bagian lengkung, tetapi penting lurus yang pada umumnya

merupakan suatu kelandaian.

2.1.6.1 Landai Maksimum dan Panjang Maksimum Landai

Landai jalan adalah suatu besaran untuk menunjukkan besarnya

kenaikan atau penurunan vertikal dalam satu satuan jarak horizontal

(mendatar) dan biasanya dinyatakan dalam persen.

Maksud dari panjang kritis landai adalah panjang yang masih dapat

diterima kendaraan tanpa mengakibatkan penurunan kecepatan truk yang

cukup berarti. Dimana untuk panjang kelandaian cukup panjang dan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FADILLAH FAHMI TEKNIK JALAN RAYA
105811117117

mengakibatkan adanya pengurangan kecepatan rencana selama satu menit

perjalanan.

Syarat panjang kritis landai maksimum tersebut adalah sebagai berikut :

Landai Maksimum
3 4 5 6 7 8 10 12
(%)
Panjang Kritis (m) 400 330 250 200 170 150 135 120
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Dept. PU

Tabel 2.6 Panjang Kritis Landai Maksimum

2.1.6.2 Lengkung Vertikal

Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertikal yang

memenuhi keamanan, kenyamanan, dan drainase yang baik. Lengkung

vertikal yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana. Lengkung

vertikal adalah suatu perencanaan alinyement vertikal untuk membuat suatu

jalan tidak terpatah-patah.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai