Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

(Analasis Mengai Dampak Lingkungan Pembuatan Jalan Tol Cisumdawu)

Disusun Oleh :
Nama
NPM

: Yuza Rahmadhan
: 240110130098

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia semakin meningkat sehingga
menyebabkan pembangunan sarana prasarana dirasakan semakin dibutuhkan.
Sarana prasarana yang meningkat ini diharapkan dapat meningkatkan kemudahan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang dapat meningkatkan
pertumbuhan bidang-bidang tertentu terutama bidang ekonomi. Salah satu
pembangunan infrastruktur yang dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan
yaitu pembuatan jalan tol.
Pembangunan jalan tol ini bertujuan untuk meningkatkan effesiensi dalam
pendistribuasian kebutuhan dan mengurangi angka kemacetan yang sering kali
terjadi di Indonesia. Pembangunan jalan tol ini diharapkan dapat meratakan
pembangunan pengembangan suatu wilayah. Salah satu pembangunan di daerah
adala jalan Tol Cisumdawu.
Jalan Tol Cisumdawu merupakan jalan tol yang melintasi Cileunyi-Sumedang
dan Cirebon daerah Dawuan. Jalan ini merupakan lanjutan rencana tol dari arah
Selatan yang menyambungkan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang dan Cileunyi
yang nantinya akan bertemu dengan tol arah Utara Cikampek-Palimanan Cirebon
daerah Dawuan yang diharapkan dengan pembangunan tol ini dapat meningkatkan
pembangunan terutama di daerah yang dilaluinya.
1.2 Tujuan
1.2.1

Mahasiswa mampu menyusun dokumen kerangka acuan AMDAL;

1.2.2

Mahasiswa mampu menyusun Rona Awal sebagai bagian dokumen


kerangka acuan AMDAL.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jalan Tol
Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan
jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunaanya diwajibkan membayar
tol (Pasal 1 UU No. 15 Tahun 2005). Penyelenggara jalan tol sendiri
dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasilnya
serta keseimbangan dalam pengembangan wilayah dengan memperhatikan
keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya
berasal dari pengguna jalan. Sedangkan tujuan dari jalan tol yakni untuk
meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang
peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi
tingkat perkembangannya (Pasal 2 UU No. 15 Tahun 2005 ). (Jaja. 2010)
Syarat-syarat jalan tol antara lain :
a. Jalan tol mempunyai tingkat pelayanan keamanan dan kenyamanan yang
lebih tinggi dari jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas
jarak jauh dengan mobilitas tinggi.
b. Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antar kota didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 80 Km/jam dan untuk jalan tol di wilayah
perkotaan didesain dengan kecepatan rencana paling rendah 60 Km/jam.
c. Jalan tol didesain untuk mampu menahan Muatan Sumbu Terberat ( MST )
paling rendah 8 Ton.
d. Setiap ruas jalan tol harus dilakukan pemagaran, dan dilengkapi dengan
fasilitas penyebrangan jalan dalam bentuk jembatan atau terowongan.
e. Pada tempat-tempat yang dapat membahayakan pengguna jalan tol, harus
diberi bangunan pengaman yang mempunyai kekuatan dan struktur yang
dapat menyerap bangunan pengaman yang mempunyai kekuatan dan struktur
yang dapat menyerap.
f. Setiap jalan tol wajib dilengkapi dengan aturan perintah dan larangan yang
dinyatakan dengan rambu lalu lintas, marka jalan, atau alat pemberi isyarat
lalu lintas.
Syarat-syarat jalan tol (menurut Peraturan Perundang-Undangan DEP PU,
pasal 4):
a. Jalan tol adalah alternatif jalan umum yang ada, dan pada dasarnya
merupakan jalan baru.

b. Jalan tol didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 80 km/jam


untuk antar kota, dan 60 km/jam untuk dalam kota.
c. Jalan tol didesain untuk mampu menahan muatan sumbu terpusat tunggal
kendaraan sekurang-kurangnya 8,2 ton atau muatan sumbu terpusat tandem
minimal 14,5 ton.
d. Jumlah jalan masuk ke jalan tol dibatasi secara efisien.
Adapun spesifikasi jalan tol antara lain :
a. Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan
prasarana transportasi lainnya.
b. Jumlah jalan masuk dan jalan keluar ke dan dari jalan tol dibatasi secara
efisien dan semua jalan masuk dan jalan keluar harus terkendali secara penuh.
c. Jarak antar simpang susun paling rendah 5 Km untuk jalan tol luar perkotaan
dan paling rendah 2 Km untuk jalan tol dalam perkotaan.
d. Jumlah lajur sekurang-kurangnya 2 lajur per arah.
e. Menggunakan pemisah tengah atau median.
f. Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur lalu
lintas sementara dalam keadaan darurat.
g. Pada setiap jalan tol harus tersedia sarana komunikasi, sarana deteksi
pengaman lain yang memungkinkan pertolongan dengan segera sampai ke
tempat kejadian, seta upaya pengamanan terhadap pelanggaran, kecelakaan,
dan gangguan keamanan lainnya.
h. Pada jalan tol antar kota harus tersedia tempat istirahat dan pelayanan untuk
kepentingan pengguna jalan tol.
i. Tempat istirahat serta pelayanan tersebut disediakan paling sedikit 1 untuk
setiap jarak 50 Km pada setiap jurusan.
j. Setiap tempat istirahat dan pelayanan dilarang dihubungkan dengan akses
apapun dari luar jalan tol.
2.2 Analisa Perancanaan Jalan
2.2.1 Analisa Lalu Lintas
Sesuai dengan buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997
perencanaan jalan tol didefinisikan sebagai suatu perencanaan geometrik
secara detail dan kontrol lalu lintas untuk suatu fasilitas lalu lintas baru yang
perkiraan tingkat permintaannya ( demand ) telah diperhitungkan. (Wahyudi.
2005)
2.2.2 Aspek Geometrik
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan
yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat

memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberi pelayanan yang optimum
pada arus lalu lintas. Perencanaan geomerik secara umum mempunyai unsur
menyangkut aspek aspek perencanaan bagian jalan : (Wahyudi. 2005)

Perencanaan trase
Potongan melintang
Alinyemen horizontal
Alinyemen vertikal
Landai jalan
Jarak pandang

2.2.3 Landai Jalan


Berdasarkan arus lalu lintas, landai jalan ideal adalah landai datar (0%),
tetapi jika didasarkan pada kriteria desain drainase maka jalan yang memiliki
kemiringan adalah yang terbaik. Landai jalan dibedakan menjadi dua, yaitu :
(Wahyudi. 2005)
1. Landai Melintang
Untuk menggambarkan perubahan nilai superelevasi pada setiap
segmen di tikungan jalan maka perlu dibuat diagaram superelevasi.
Kemiringan melintang badan jalan minimum pada jalan lebar (e) adalah
sebesar 2 %, sedangkan nilai e maksimum adalah 10 % untuk medan datar.
2. Landai Memanjang
Pengaruh dari adanya kelandaian dapat dilihat dari berkurangnya
kecepatan kendaraan atau mulai dipergunakanya gigi rendah pada kendaraan
jenis truk yang terbebani secara penuh. Panjang landai kritis atau maksimum
yang belum mengakibatkan gangguan lalu lintas adalah yang mengakibatkan
penurunan kecepatan maksimum 25 km/jam. Kelandaian yang besar akan
mengakibatkan penurunan kecepatan truk yang cukup berarti jika kelandaian
tersebut dibuat pada jalan yang cukup panjang, tetapi kurang berarti jika
panjang jalan dengan hanya pendek saja.
2.2.4 Aspek Perkerasan Jalan
Struktur perkerasan jalan adalah bagian konstruksi jalan raya yang
diperkeras dengan lapisan konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan,
kekuatan dan kekakuan serta kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan
beban lalu lintas diatasnya dengan aman. (Wahyudi. 2005)
Perkerasan jalan adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan serta

kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas di atasnya ke


tanah dasar secara aman. (Jaja. 2010)
Tujuan utama pembuatan struktur perkerasan jalan adalah untuk
mengurangi tegangan atau tekanan akibat beban roda sehingga mencapai
tingkat nilai yang dapat diterima oleh tanah yang menyokong struktur
tersebut. Oleh sebab itu maka sudah sewajarnya bila dalam mendesain sebuah
perkerasan jalan harus dilakukan dengan teliti agar tujuan dari struktur
perkerasan jalan yang kuat dan mencapai umur rencana yang telah ditentukan
dapat tercapai. Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi dari struktur
perkerasan jalan, yaitu : (Jaja. 2010)
1. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
2. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
2.2.5 Metode Perencanaan Struktur Perkerasan
Dalam perencanaan jalan, perkerasan merupakan bagian terpenting
dimana perkerasan berfungsi sebagai berikut : (Wahyudi. 2005)

Menyebarkan beban lalu lintas sehingga besarnya beban yang dipikul

sub grade lebih kecil dari kekuatan sub grade itu sendiri.
Melindungi sub grade dari air hujan.
Mendapatkan permukaan yang rata dan memiliki koefisien gesek yang
mencukupi sehingga pengguna jalan lebih aman dan nyaman dalam
berkendara.
Salah satu metode perkerasan jalan adalah jenis perkerasan lentur

(flexible pavement). Perkerasan lentur adalah perkerasan yang umumnya


menggunakan bahan campuran aspal dengan agregat yang memiliki ukuran
butir tertentu sehingga memiliki kepadatan, kekuatan dan flow tertentu. Jenis
perkerasan jalan yang lain adalah perkerasan kaku (rigid pavement) yaitu
perkerasan beton semen dimana terdiri dari campuran campuran semen PC,
agregat halus dan air yang digelar dalam satu lapis. (Wahyudi. 2005)
2.2.6 Perencanaan Saluran Drainase
Saluran drainase adalah bangunan yang bertujuan mengalirkan air dari
badan jalan secepat mungkin agar tidak menimbulkan bahaya dan kerusakan
pada jalan. Dalam banyak kejadian, kerusakan konstruksi jalan disebabkan
oleh air, baik itu air permukaan maupun air tanah. Air dari atas badan jalan
yang dialirkan ke samping kiri dan atau kanan jalan ditampung dalam saluran

samping (side ditch) yang bertujuan agar air mengalir lebih cepat dari air
yang mengalir diatas permukaan jalan dan juga bertujuan untuk bisa
mengalirkan kejenuhan air pada badan jalan. Dalam merencanakan saluran
samping harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : (Wahyudi. 2005)

Mampu mengakomodasi aliran banjir yang direncanakan dengan

kriteria tertentu sehingga mampu mengeringkan lapis pondasi.


Saluran sangat baik diberi penutup untuk mencegah erosi maupun

sebagai trotoar jalan.


Pada kemiringan memanjang, harus mempunyai kecepatan rendah

untuk mencegah erosi tanpa menimbulkan pengendapan.


Pemeliharan harus bersifat menerus.
Air dari saluran dibuang ke outlet yang stabil ke sungai atau tempat

pengaliran yang lain


Perencanaan drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi, faktor
keamanan dan segi kemudahan dalam pemeliharaan.

2.3 Analisa Kelayakan Finansial


Perhitungan kelayakan suatu proyek adalah suatu aktifitas penelitian
atau studi yang dilakukan secara komprehensif dari berbagai aspek dalam
usaha mengkaji tingkat kelayakan dari suatu proyek. Suatu proyek bisa
dibilang layak ataupun tidak layak ketika dampak dari proyek tersebut
memang sudah sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dari
permasalahan yang ada dan mampu mencapai sasaran-sasaran yang
direncanakan secara tepat. (Jaja, 2010)
Evaluasi kelayakan suatu proyek adalah suatu aktifitas penelitian atau
studi yang dilakukan secara komprehensif dari berbagai aspek dalam usaha
mengkaji tingkat kelayakan dari suatu proyek (Studi Kelayakan Proyek
Transportasi, LPM ITB). Suatu proyek bisa dibilang layak ataupun tidak
Studi Kelayakan Proyek Transportasi, LPM ITB). Suatu proyek bisa
dibilang layak ataupun tidak dari permasalahan yang ada dan mampu
mencapai sasaran-sasaran yang direncanakan secara tepat. (Wahyudi.
2005)
Dalam menganalisa antara keuntungan dan biaya dari suatu proyek
kita perlu mengidentifikasi terlebih dahulu apakah proyek tersebut
temasuk proyek yang menuntut kelayakan finansial ataukah kelayakan

ekonomi. Kelayakan finansial akan menuntut efektifitas dan efesiensi


pengalokasian dana ditinjau dari aspek revenue earning yang akan
diperoleh dalam kurun waktu yang ditinjau, sedang kelayakan ekonomi
memiliki sudut pandang yang berbeda. Kelayakan ekonomi memiliki
sudut pandang yang lebih luas, yakni sudut pandang kepentingan
masyarakat luas atau kepentingan pemerintah, dengan demikian dalam
kajian ekonomis yang perlu diperhatikan adalah apakah suatu proyek akan
memberi sumbangan atau mempunyai peranan yang positif dalam
pembangunan ekonomi secara keseluruhan dan apakah pengalokasian dana
tersebut cukup bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas. (Wahyudi.
2005)

BAB III
HASIL
3.1 Hasil
Tabel 1. Ringkasan Metode Studi

NO

Dampak Penting

Metode Prakiraan

Hipotetik (DPH)

Dampak

Data dan Informasi

Metode

Metode Analisis

yang relevan dan

Pengumpulan data

Data untuk

dibutuhkan

untuk Prakiraan

Prakiraan

Peningkatan air
1

3
4

larian permukaan
dari kegiatan

Data sekunder, Data


Q = 0,00278 C.I.A

Data ambient debu dan

dari pembukaan

peningkatan konsentrasi

lahan

debu
Traffik load perlambatan

kendaraan proyek
Peningkatan

primer pada lokasi


sampling

pembukaan lahan
Peningkatan debu

Lalu lintas

Data curah hujan

oleh adanya lalu lintas


kegiatan
Pengukuran dengan titik

Parameter kualitas
udara
Data keluar masuk
kendaraan per hari/jam
Data nilai frekuensi

Sampling analisis lab

(Secara
Keseluruhan
Dampak)

Isohyet
Profesional
Judgment oleh
pakar
Membandingkan
dengan baku
mutu udara

Indeks penurunan
terhadap kecepatan
rencana
Data primer pada

Metode Evaluasi

Membandingkan

Metode bagan air

kebisingan akibat
aktivitas
pembangunan
jalan tol

suara ambang batas


sampling

kebisingan jarak

lokasi sampling, data

dengan ambang

pengukuran dari

sekunder

batas kebisingan

sumber suara

Tabel 2. Ringkasan Proses Pelingkupan


Deskripsi
Rencana
Kegiatan
No

yang
Berpotensi
Menimbulkan
Dampak
Lingkungan

Perizinan

Pelingkupan

Pengelolaan
Lingkungan yang
sudah
Direncanakan
Sejak Awal Sebagai
Bagian dari

Komponen
Lingkungan
Terkena

Dampak
Potensial

Dampak

Evaluasi
Dampak
Potensial

Batas
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)

PP No 27 Tahun Sikap

Tahan Pra-Kontruksi
dan Keresahan
Penyuluhan,

tentang persepsi

perizinan

Kajian

masyarakat

masyarakat

Tercapainya lahan Kabupaten

ganti rugi yang pertanian

sumedang dan

sepadan

Majalengka

pembukaan lahan
IMB

Waktu

Rencana Kegiatan

2012

Wilayah Studi

(Izin UU No 28 Tahun Lingkungan

Mendirikan

2002

Bangunan)

Bangunan

tentang sekitar
Gedung,

UU No 26 Tahun

4 bulan

dan Kabupaten
Bandung
Terpakainya lahan Kabupaten

Keresahan

Penyuluhan,

masyarakat

ganti rugi yang pertanian,

lahan sumedang dan

sepadan

milik Majalengka

pertanian
masyarakat

dan Kabupaten

4 bulan

2007

tentang

Bandung

Penataan Ruang, PP
No 36 tahun 2005
tentang

Peraturan

pelaksanaan
1

Pembuatan

PP No 34 Tahun Lingkungan

Tahan Konstruksi
Keresahan
Relokasi

jalan

2006 tentang Jalan

masyarakat,

udara dan suara, sumedang dan

tergangngguny

hilangnya habitat, Majalengka

tercemarnya

masyarakat

rona

Kebisingan, polusi Kabupaten

air, dan Kabupaten

lingkungan

menghasilkan

hidup

limbah,

Bandung

irigasi

terganggu
Kebisingan, polusi Kabupaten

Penyiapan

PP No 34 Tahun Lingkungan,

Keresahan

lahan

2006 tentang Jalan

masyarakat,

udara dan suara, sumedang dan

terganggunya

hilangnya habitat, Majalengka

rona

tercemarnya

lingkungan

menghasilkan

hidup

limbah,

masyarakat

Relokasi

terganggu

1 Tahun

air, dan Kabupaten


irigasi

Bandung

3 Tahun

Pengadaan

PP No 34 Tahun Dampak

Timbunya

Bahan

2006 tentang Jalan

polusi

kimia fisika

Lolos uji EMC, Polusi udara dan Kabupaten


dan berstandar SNI

suara

1 Tahun

sumedang dan

keresahan

Majalengka

masyarakat

dan Kabupaten
Bandung

Perawatan

Tahap Pasca-Konstruksi
PP No 34 Tahun Lingkungan, Terdapat
Pembuatan jalur Drainase

Jalan

2006 tentang Jalan

masyarakat

limbah

drainase

baik

tidak Kabupaten

Berkala (1

karena sumedang dan Tahun

memakan lahan

Majalengka
dan Kabupaten
Bandung

sekali)

BAB IV
DESKRIPSI
Jalan Tol Cisumdawu ini memiliki rute sepanjang 60 kilometer yang
menghubungkan daerah Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Jalan Tol Padaleunyi
dengan Jaan Tol Palimanan-Kanci keseluruhan mempergunakan lahan seluar 825
ha. Pengkajian dalam dampak lingkungan terdiri dari tahap pra-konstruksi, tahap
konstruksi dan tahap pasca konstruksi. Ketiga tahapan ini harus diteliti lebih lanjut
agar tidak merusak lingkungan sekitarnya.
Tahap pra-konstruksi yang pertama adalah perizinan dan izin mendirikan
bangunan, dimana berdampak pada keresahan masyarakat untuk menghindari
keresahan masyarakat harus ada penyuluhan dan pemberithuan dini kepada
masyarakat dan ganti rugi yang kepada masyarakat yang dirugikan. Pada tahap
konstruksi, kegiatan yang dilakukan sehingga berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan adalah penyiapan lahan dan pengadaan bahan yang dapat merusak
rona awal lingkungan seperti limbah kimia dan fisika hasil dari pembuatan jalan
Tol Cisumdawu sehingga harus dilakukan pemeriksaan baik dari alat dan bahan
yang digunakan. Pada tahap pasca konstruksi kegiatan yang dilakukan adalah
perawatan jalan, dimana berdampak pada lingkungan dan masyarakat yang harus
dilakukan ketika tahap pasca konstruksi adalah dengan memperhatikan
lingkungan sekitar dan melakukan evaluasi kegiatan yang dapat merusak
lingkungan.
Jalan

tol

Cisumdawu

diharapkan

dapat

mewujudkan

pemerataan

pembangunan wilayah terutama didaerah yang dilaluinya tanpa merusak atau


merugikan salah satu pihak baik dari masyarakat ataupun lingkungan. Jalan tol
adalah jalan umum yang menjadi bagian sistem jaringan jalan dan sebagian jalan
nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol. Dalam pembangunan
jalan Tol Cisumdawu ini terdapat komponen lingkungan yang terkena dampaknya.
Data lingkungan awal yang harus dipahami dalam pembuatan jaln tol ini
sebagai berikut : data curah hujan daerah tol Cisumdawu sebesar 2570 mm/tahun,
temperatur 24,7 C, RH 66-98 %, dengan topografinya bukit dan gunung dengan
kemiringan 25 m-1667 mdpl, tekstur tanah liat, pasir dan debu, memiliki 3 DAS

dan 6 SubDAS diantaranya sungai cinunuk, sungai cipunegara dan sungai


citarum.
Dampak penting hipotetik dalam pembangunan jalan Tol ini diantaranya
ialah meningkatan aliran permukaan (run off) dari kegiatan pembukaan lahan,
peningkatan polusi baik air dan udara dari pembukaan lahan, lalu lintas kendaraan
proyek dan peningkatan kebisingan akibat penggunaan alat-alat berat. Dalam
memproses dampak penting hipotetik diperlukan metode prakiraan dampak
seperti penggunaan rumus, data lapangan dari titik slamping dan yang sesuai
dengan Undang- Undang yang berlaku di Indonesia tertutama tentang pengelolaan
lingkungan.

BAB V
KESIMPULAN
1. Jalan tol Cisumdawu ini rencana dibangun untuk daerah yang
menghubungkan daerah Cileunyi-Sumedang-Dawuan dengan panjang 60
kilometer dengan luas lahan seluas 825;
2. Jalan tol inSi merupakan diharapkan dapat membuat pemerataan
pembangunan wilayah;
3. Tiga tahap dalam perencanaan kegian yang berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan, diantaranya ialah tahap pra-konstruksi, tahap
konstruksi dan tahap pasca-konstruksi;
4. Pemantauan terhadap lingukangan untuk rencana pembuatan jalan tol
Cisumdawu diharapkan dapat mengurangi dampak negatif tertuama
terhadap lingkungan;
5. Dampak penting hipotetik dalam pembangunan jalan Tol Cisumdawu ini
diantaranya ialah peningkatan aliran permukaan (run off) dari kegiatan
pembukaan lahan, peningkatan polusi udara dan air, lalu lintas kendaraan
proyek serta peningkatan kebisingan akibat penggunaan alat alat berat;

DAFTAR PUSTAKA
Andri. 2011. Sarana Infrastruktur. Terdapat pada : http://repository.upi.edu/
15982/4/S_SOS_1001498_Chapter1.pdf (Diakses pada hari Minggu 29
Mei 2016 pukul 13.15 WIB)
Jaja. 2010. Studi Pustaka. Terdapat pada:

http://eprints.undip.ac.id/34634/5/

2069_chapter_II.pdf (Diakses pada hari Minggu 29 Mei 2016 pukul


11.35 WIB)
Wahyudi. 2005. Landasan Teori dan Standar Perencanaan. Terdapat pada:
http://eprints.undip.ac.id/34560/5/1585_chapter_II.pdf (Diakses pada hari
Minggu 29 Mei 2016 pukul 11.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai