Anda di halaman 1dari 31

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
Penetapan Modulus Kehalusan
(Fineness Modulus) Tepung

Oleh :
Nama

: Yuza Rahmadhan

NPM

: 240110130098

Hari, Tanggal Praktikum

: Rabu, 27 Oktober 2013

Waktu

: 15.00 WIB

Co.Ass

: 1. Riska Dwi W.T


2. Nur Oktavia B.

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Proses pengayakan adalah pemisahan bahan berdasarkan ukuran mesh atau

Kawat ayakan, bahan yang mempunyai ukuran lebih kecil diameternya pada
mesh akan lolos yang disebut bahan lewat dan bahan yang mempunyai ukuran
lebih besar atau menggumpal akan tertahan pada perkumukaan kawat ayakan
yang disebut bahan tertinggal. Bahan yang lolos melewati lubang ayakan
mempunyai ukuran yang seragam dan bahan yangtertahan dikembalikan untuk
dilakukan penggilingan ulang. Proses pengayakan juga sebagai alat pembersih,
memisahkan kontaminan yang ukurannya berbeda dari bahan baku.Berbagai jenis
pengayak yang dapat digunakan dalam proses sortasi bahan pangan klasifikasinya
dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ayakan dengan celah yang berubahubah(screen aperture).
Alat dan mesin pertanian diproduksi dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan kerja dan mutu hasil olah dari bahan hasil pertanian sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah dari komoditas hasil pertanian tersebut. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan
cara

meningkatkan

efisiensi

penanganan

pascapanen.

Secara

ekonomis

penggunaan mesin pengecil ukuran lebih mudah dilakukan dan lebih murah jika
dilakukan secara manual. Selain itu, operasi pengecilan ukuran merupakan salah
satu perlakuan pendahuluan yang dapat mempermudah proses-proses selanjutnya.
1.2.

Tujuan Praktikum

Tujuan penulisan makalah ini adalah :


Mengukur dan mengamati pengecilan ukuran bahan hasil pertanian dengan
mengkaji performansi mesin dan rendemen hasil pengecilan ukuran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Pengecilan ukuran dapat didefinisikan sebagai penghancuran dan
pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu
membaginya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan proses
penghancuran yang paling luas di dalam industri pangan barangkali adalah dalam
penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini
dipergunakan juga untuk beberapa tujuan, seperti penggilingan jagung
menghasilkan tepung jagung, penggilingan gula, penggilingan bahan pangan
kering seperti sayuran (Earle, 1983).
Dalam pengecilan ukuran ada usaha penggunaan alat mekanis tanpa
merubah stuktur kimia dari bahan, dan keseragaman ukuran dan bentuk dari
satuan bijian yang diinginkan pada akhir proses, tetapi jarang tercapai (Henderson
dan Perry, 1976).
Menurut Hall dan Davis (1978), penggilingan hasil pertanian bertujuan
untuk menghaluskan sampai derajat kehalusan tertentu, hal ini berguna untuk
meningkatkan kelezatan hasil pertanian tersebut, meningkatkan daya cerna hasil
pertanian bagi manusia dan hewan ternak, mempermudah pencampuran bahan
lain, mempermudah penanganan dan penyimpanan. Menghilangkan benda-benda
asing dan benih rerumputan yang ikut terpanen, dan memperkecil resiko bahanbahan yang terbuang.
Penampilan kerja suatu mesin untuk mengecilkan ukuran suatu bahan
ditentukan oleh kapasitas, tenaga yang diperlukan per satuan bahan, ukuran dan
bentuk bahan sebelum dan sesudah pengecilan dan kisaran ukuran dan bentuk
hasil akhir. Ukuran dan bentuk butir dalam massa bahan tergantung pada sifat
fisik bahan, riwayat bahan dan metode pengecilan.
erdapat tiga tipe gaya yang biasa diterapkan untuk mengecilkan ukuran
bahan hasil pertanian, yaitu :a.Gaya tekan b.Gaya tumbuk c.Gaya geser Ketika
semua gaya bekerja pada sebuah bahan, maka akan menghasilkanregangan
internal yang menyebabkan perubahan bentuk jaringan di dalam bahan.Pada

beberapa kejadian, regangan tidak melebihi dari suatu batasan kritis tertentuyang
dinamai batas tegangan elastis (E). Apabila tegangan pada bahan tersebutdilepas,
jaringan tersebut akan kembali pada bentuk semula dan melepaskanenergi yang
terkandung dalam bentuk energi panas. Apabila ditelaah lebih jauhlagi, hanya 1 %
energi digunakan untuk pengecilan ukuran. Bagaimanapun, ketika bahan hasil
pertanian diregangkan diatas batas tegangan elastis, maka bahan hasil pertanian
tersebut akan mengalami perubahan bentuk secara permanen.Apabila tegangan
diteruskan, regangan akan mencapai suatu batas regang(Y), jika tegangan
dilanjutkan diatas batas regangan maka bahan tersebut akanmelentur (dikenal
sebagai daerah duktilitas atau Y-B pada Gambar 1). Jikategangan diberi lebih
lanjut di atas titiknya maka bahan hasil pertanian akan patah sepanjang garis
kelemahannya (a line of weakness). Sebagian dari energi yangterkandung di
dalam bahan kemudian dilepaskan sebagai bunyi dan energi panas

Gambar 1. Kurva hubungan tegangan dan regangan

Energi yang diserap oleh suatu bahan hasil pertanian sebelum


patahditentukan oleh kekerasan bahan dan kecenderungan untuk retak
(kerapuhan)yang tergantung pada struktur bahan hasil pertanian tersebut. Bahan
hasil pertanian yang keras akan menyerap energi lebih besar untuk
menghasilkanretakan. Gaya tekan digunakan untuk mematahkan bahan hasil
pertanian yang bersifat rapuh dan bahan hasil pertanian yang bersifat kristal.
Gabungan gayatumbuk dan gaya geser diterapkan pada bahan pangan berserat,

dan gaya geser digunakan utnuk pengilingan/penepungan. Diasumsikan bahan


hasil pertanianmengalami retakan pada tingkat tegangan yang lebih rendah jika
gaya yangdigunakan pada jangka waktu yang lebih lama. Tingkat pengecilan
ukuran, energiyang diperlukan dan jumlah energi panas yang dihasilkan dalam
bahan hasil pertanian tergantung pada gaya dan waktu yang digunakan. Faktor
lain yangmempengaruhi energi input adalah kadar air dan sensitivitas bahan
terhadapenergi panas. Menurut Kent (1983) kandungan air dalam bahan kering
dapatmempengaruhi bahan tersebut untuk menggumpal, dan hal ini dapat
mengganggu proses penepungan.
2.2. Modulus Kehalusan (fineness Modulus)
Sistem klasifikasi ini ditetapkan oleh D. A. Abrams untuk beton
tetapidapat pula digunakan untuk penentuan performansi alat penggiling bijibijian(Henderson, 1961).Modulus kehalusan diartikan sebagai jumlah berat bahan
yangtertahan disetiap ayakan dibagi dengan 100. Ayakan-ayakan yang
digunakandalam satu set ini adalah berukuran 3/8 inci, 4 mesh, 8 mesh, 14 mesh,
28 mesh, 48 mesh, dan 100 mesh. Setelah diketahui nilai modulus kehalusannya
makadiameter bahan dapat dicari dengan menggunakan rumus :
D = 0,0041 (2) FM
Alat yang digunakan untuk mengelompokkan dalam kelas ke-1 dan ke-2
adalan saringan Tyler. Ukuran ayakan adalah Mesh. Satuan Mesh adalah
banyaknya lubang setiap 1 inchi2. Patokan ukuran lubang adalah saringan 200
mesh dan setiap lubang merupakan 2 atau 1.414 kali besar lubang dari saringan
terdahulu. Mesin untuk menggoyangkan ayakan disebut Ro-tap. Mesin ini
mempunyai gerakan goyang tertentu dan dapat disesuaikan dngan waktu
penggunaan.
Derajat kehalusan (Fineness Modulus) dan indeks keseragaman
menunjukkan keseragaman hasil giling atau penyebaran fraksi halus dan kasar
dalam hasil giling. Derajat kehalusan adalah jmlah berat fraksi yang tertahan pada
setiap saringan dibagi 100. (Dhimas Kholis 2011)
Berbagai jenis alat pengayak yang dapat digunakan dalam proses sortasi
bahan pangan, diklasifikasikan dalam dua bagian besar :

1. Ayakan dengan celah yang berubah-ubah (Screen Apeture) seperti : roller


screen(Pemutar),belt screen (kabel kawat atau ban),belt and roller (ban dan
pemutar), screw (baling-baling).
2. Ayakan dengan celah tetap, seperti : Stationary (bersifat seimbang/tidak
berubah),vibratory (bergetar),rotary atau gyratory (berputar) dan reciprocutting
(timbale balik).
Untuk memisahkan bahan-bahan yang telah dihancurkan berdasarkan
keseragaman ukuran partikel-partikel bahan dilakukan dengan pengayakan dengan
menggunakan standar ayakan. Standar kawat ayakan dibagi :
1. Tyler Standar, ukuran 200 mesh, diameter 0,0029 inci, dan SA 0,0021 inci
2. British Standar, ukuran 200 mesh, SA 0,003 inci, dan SI 42.
3. US Standar, ukuran 18 mesh, SA 1 mm, dan SI 4
Pengayak ( screen) dengan berbagai desain telah digunakan secara luas pada
proses pemisahan bahan pangan berdasarkan ukuran yang terdapat padamesinmesin sortasi, tetapi pengayak juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisahan
kontaminan yang berbeda ukurannya dari bahan baku.
Rancangan-rancangan pengayak ditemui dalam proses sortasi bahan pangan.
Pengoperasian mesin sortasi dan pengkelasan mutu bahan pangan,
jugamerupakan pekerjaan yang bersifat monoton. Sifat acuh tak acuh dari tenaga
kerjaakan mengurangi kesalahan fungsi fungsional saat mengoperasikan
peralatansortasi.
Klasifikasi tersebut sangat bermanfaat tetapi tidak bersifat kaku. Proses
pembersihan dan sortasi untuk menghasilkan suatu pengkelasan mutudan
beberapa kasus selalu melibatkan proses sortasi. Bagaimanapun, tingkatan
operasitersebut sangat berarti, terutama dalam penerapannya sebagai tujuan utama
darisuatu kegiatan (Brennan, 1968).
2.3. Jenis-jenis Pengayakan
2.3.1. Screener
Screener berfungsi untuk menyingkirkan partikel-partikel pellet atau
butirandari ukuran yang terlalu kecil atau terlalu besar dari standar. Bahanpellet
setelah prosescooling (pendinginan), lalucrumbling (pemecahan menjadi butiran)
dantransfer akan menghasilkan ukuran yang tidak sesuai standar (bentuk tepung
dankasar).

Screener berfungsi sebagai pengayak yang di dalamnya mempunyai 2 lapis


screen(saringan) yang disusun berlapis dimana screen bawah berukuran kecil
danscreen atas berukuran besar. Ukuran partikel yang dikehendaki adalah yang
tidak lolos dari screen bawah dan lolos dari screen atas karena bahan pellet masuk
pertama kali ke dalam screener melalui screen atas. Ukuran bahan yang terlalu
besar yaitu yang tidak bisa lolos ke screen bawah akan dikirim kembali
kecrumbler untuk pemecahan ulang. Ukuran bahan yang terlalu halus langsung
lolosmelewati screen bawah dan dari plat dasar screener dikembalikan
keconditioner untuk proses pelleting ulang.
Screener mempunyai posisi miring untuk mempercepat pergerakan bahan.Tipe
gerakan screener terdapat dua jenis yaitu roto shaker dimana alat bergoyangdari
satu titik, jenis lainnya vibrator dimana alat bergetar di 4 sisi. Ukuran screen
ditentukan sebagai satuan mesh, misalnya mesh 5 berarti dalam satu luasan inchi
terdapat 5 lubang ke samping dan 5 lubang ke bawah (total 25 lubang per inch)
(Wirakartakusumah, 1992).
Screener terbaik diletakkan di lantai teratas dari konstruksi feedmill dan hasil
pilahannya langsung menuju kebin produk. Screener model lama biasa
ditempatkan di basement dan hasil pilahannya masih harus ditransfer ke lantai atas
sebelum masuk ke bin produk. Cara terakhir ini lebih membuka peluang untuk
bahan kembali pecah dan meningkatkan kadar tepung.
Penyaring dengan lubang tetap merupakan tipe penyaring dengan lapisanyang
bersifat permanen dengan badan pengayak yang terdiri dari lubang-lubangdengan
bentuk dan ukurannya yang tetap. Berbagai jenis bahan dapat digunakanuntuk
pengayak jenis ini, tergantung pada aplikasinya. Misalnya, lembaran logam
berlubang,

susunan

kawat-kawat

membentuk

lubang-lubang

dengan

berbagaiukuran, kain, dan tenunan sutera.


Perlakuan pembersihan pada beberapa bahan pangan yang diikuti dengan
proses sortasi yang berdasarkan ukuran dan berat, masih tetap ditentukan bahanbahan yang tidak diinginkan yang terkandung pada bahan tersebut.
Alat berbentuk piringan merupakan salah satu contoh dari alat sortasi
berdasarkan bentuk. Prinsip kerjanya yaitu pengumpulan bahan dengan bentuk
yang diinginkan didalam lekukan yang terletak diatas sisi-sisi pemutar dan

piringan-piringan vertikal tumpukan beberapa piringan disusun diatas sebuah


penggerak.

Sortasi

berdasarkan

bentuk

dipengaruhi

oleh

pengambilan

keberuntungan putaran partikel yang bergerak menuruni permukaan yang


ditinggikan (Wirakartakusumah, 1992).
2.3.2. Pengayak Berbadan Datar ( Flat Bad Screen)
Pengayak jenis ini bentuknya sangat sederhana, banyak ditemukan diarealareal pertanian, saat proses sortasi awal dari kentang, wortel dan lobak. Alat
pengayak

datar

ganda

digunakan

secara

luas

dalam

proses

sortasi

berdasarkanukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan) juga


digunakandalam proses pengolahan dan produk akhir seperti tepung jagung. Alat
pengayak datar secara umum terdiri dari satu atau lebih lembaran pengayak
yangdipasangbersama-sama

dalam

sebuah

kotak

yang

tertutup

rapat,

pergeralannyadapat menggunakan berbagai alat.


Tetapi biasanya alat tersebut bola-bola runcingdari kart yang keras, yang
diletakkan

antara

lembaran-lembaran

pengayak.Maksudnya

adalah

untuk

meminimumkan kerusakan akibat pergesekan antaralubang-lubang pengayak


dengan partikel bahan yang halus.
2.3.3. Pengayak Drum
Pengayak

drum

dan

alat

yang

digunakan

pada

proses

sortasi

berdasarkanukuran bentuk untuk kacang polong, jagung, kacang kedelai dan


kacang lainnyayang sejenis. Bahan pangan tersebut akan menahan gerakan jatuh
berguling yangdihasilkan oleh rotasi drum. Alat sortis drum biasanya diperlukan
untuk memisahkan bahan pangan ke dalam dua atau lebih aliran, karena itu
dibutuhkandua atau lebih tingkatan pengayak.
2.4. Pengecilan Ukuran Bahan Hasil Pertanian Kering
2.4.1. Hammer mill
Hammer mill merupakan aplikasi dari gaya pukul (impact force). Prinsip
kerja hammer mill adalah rotor dengan kecepatan tinggi akan memutar palu-palu
pemukul di sepanjang lintasannya. Bahan masuk akan terpukul oleh palu yang
berputar dan bertumbukan dengan dinding, palu atau sesama bahan. Akibatnya
akan terjadi pemecahan bahan. Proses ini berlangsung terus hingga didapatkan

bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah alat. Jadi selain gaya pukul
dapat juga terjadi sedikit gaya sobek.

Gambar 1. Mesin Penggiling Palu (hammer mill)


Penggiling palu merupakan penggiling yang serbaguna, dapat digunakan
untuk bahan kristal padat, bahan berserat dan bahan yang agak lengket. Pada skala
industri penggiling ini digunakan untuk lada dan bumbu lain, susu kering, gula
dan lain-lain (Wiratakusumah, 1992).
Menurut Mc Colly (1955), penggunaan hammer mill mempunyai beberapa
keuntungan antara lain adalah :
1. konstruksinya sederhana
2. dapat digunakan untuk menghasilkan hasil gilingan yang bermacammacam ukuran
3. tidak mudah rusak dengan adanya benda asing dalam bahan dan beroperasi
tanpa bahan
4. biaya operasi dan pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan burr
mill
Sedangkan beberapa kerugian menggunakan hammer mill antara lain
adalah :
1. biasanya tidak dapat menghasilkan gilingan yang seragam
2. biaya pemasangan mula-mula lebih tinggi dari pada menggunakan burr
mill
3. untuk gilingan permulaan atau gilingan kasar dibutuhkan tenaga yang
relatif besar sampai batas-batas tertentu.
Menurut Smith (1955), hammer mill terdiri dari atas martil/palu yang
berputar pada porosnya dan sebuah saringan yang terbuat dari plat baja. Hasil
pertanian yang akan digiling dimasukkan melalui sebuah corong pemasukan
dan dipukul oleh suatu seri plat baja. Susunan martil/palu pada hammer mill
adalah sebagai berikut :

Bagian utama dari hammer mill adalah corong pemasukan, pemukul,


corong pengeluaran, motor penggerak, alat transmisi daya, rangka penunjang
dan ayakan.
Corong pemasukan
Corong pemasukan terbuat dari plat esher 1.5 mm, bagian atas dari corong
pemasukan berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 350 mm x 350 mm dan
bagian bawahnya menyempit sampai 90 mm x 50 mm dengan kemiringan
dinding corong 40o.
Pemukul
Pemukul terbuat dari stainless steel. Pada bagian ini terdapat lima pasang
pemukul yang juga terbuat dari bahan stainless steel. Ukuran pemukul adalah
antara 100 mm x 25 mm x 5 mm dan pada kedua sisi pemukul dibuat tajam,
hal ini bertujuan agar sisi pemukul yang satu dapat menggantikan sisi
pemukul yang sudah tumpul dengan cara membalik posisi. Pemukul dipasang
dengan posisi horizontal dengan jumlah lima pasang yang disatukan oleh
empat buah poros yang terbuat dari stainless steel dengan berdiameter 10 mm
dipasang vertikal. Gambar detail pemukul adalah sebagai berikut :
Saringan
Saringan yang digunakan pada hammer mill terbuat dari plat baja. Pada
hammer mill saringan memegang peranan penting dalam menentukan besar
ukuran butir biji-bijian, saringan dapat diganti-ganti tergantung dati besar
ukuran butir hasil gilingan yang dikehendaki.
Corong pengeluaran
Corong pengeluaran terbuat dari plat esher 1.5 mm yang berbentuk
kerucut terpancung pada posisi terbalik. Diameter corong adalah 550 mm dan
diameter bawahnya adalah 120 mm.

Ayakan
Alat ini berukuran 600 mm x 600 mm yang mana konstruksinya terbuat
dari kayu dengan bentuk seperti trapezium dan kostruksi penyangga terbuat dari
plat siku 25 mm x 25 mm x 2.5 mm dengan ukurannya sama dengan ukuran
ayakan. Posisi ayakan ini adalah miring dengan kemiringan 10oC, ini bertujuan
untuk memudahkan gerak dari transmisi yang menggerakkan ayakan dan
mempercepat proses pengayakan.
Motor penggerak
Motor penggerak yang digunakan adalah motor listrik dengan daya dan
kecepatan putaran berturut-turut 1 hp dan 148 rpm. Motor tersebut dipasang pada
dudukan yang terbuat dari baja plat 8 mm yang berukuran 250 mm x 147 mm
yang dipasang dengan sebuah engsel. Fungsi engsel adalah jarak antara poros
terhadap motor dengan poros utama dapat diatur untuk memperoleh tegangan
sabuk yang diinginkan.
Menurut Smith (1955), tipe hammer mill dibedakan berdasarkan sifat dari
gigi penggiling yaitu gigi penggiling dapat berayun bebas pada porosnya dan gigi
penggiling tidak dapat berayun bebas pada porosnya (statis). Kedua tipe hammer
mill tersebut dalam operasinya tidak mempunyai banyak perbedaan, yang penting
diperhatikan adalah jumlah ketebalan dari gigi-gigi penggiling.
Penentuan mutu hasil giling ditentukan oleh modulus kehalusan yang
menyatakan rata-rata ukuran partikel hasil gilingan dan indeks keseragaman yang
menyatakan fraksi-fraksi kasar, sedang dan halus dari partikel hasil gilingan
(Smith, 1955).

Angka modulus kehalusan merupakan angka hasil bagi garis tengah bahan
pada keadaan mula-mula dengan garis tengah bahan pada keadaan akhir, yang
berkisar antara 1 sampai 16.
2.4.2. Disk mill
Disc mill merupakan jenis alat pengecil bahan yang dapat menghasilkan
produk dalam ukuran sedang maupun halus, seperti kedelai, jagung kentang dan
lainnya. Alat ini digunakan untuk mengupas kulit ari, pembelah dan penghancur
biji kedelai dalm keadaan kering maupun basah.
Disk mill merupakan alat yang memiliki konstruksi dan prinsip kerja yang
sama seperti dengan stone mill. Keduanya sama-sama memiliki dua piringan yang
dipasangkan pada sebuah shaft. Terdapat dua macam disk mill yaitu (1) disk mill
yang bergerak pada satu roda dan roda lainnya stasioner dan (2) disk mill dimana
kedua rodanya bergerak. Pada keadaan pertama, satu piringan terpasang permanen
(stasioner) pada badan mesin. Sedangkan pada keadaan kedua, piringan berputar
bersamaan dalam arah putaran yang berlawanan satu dengan lainnya. Bahan yang
akan diproses dimasukkan melalui bagian atas alat (corong pemasukan) yang
mempunyai penampung bahan. Selama proses, bahan akan mengalami gesekan
diantara kedua piringan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dan halus (AEL,
1976). Bagian-bagian dari disc mill adalah sebagai berikut :
a. Corong pemasukan
Corong ini berfungsi untuk memasukkan biji yang akan dikupas kulit
arinya dan dihancurkan. Bagian ini dilengkapi dengan katup pemasukkan untuk
mengatur jumlah biji yang akan dikupas oleh cakram sehingga pengupasan akan
berjalan lancar.
b. Penyemprot air
Penyemprot air berfungsi untuk membantu kelancaran turun dan keluarnya
biji ke ruang pengupasan. Air akan mendorong biji agar jatuh ke ruang
pengupasan. Pada praktikum ini tidak dilakukan penyemprotan air.
c. Ruang pengupasan dan penghancuran
Ruang

pengupasan

berfungsi

sebagai

tempat

mengupas

dan

menghancurkan sekaligus sebagai rangka dudukan bagi landasan gesek. Ruangan

ini diberi penutup dan dibuat agak rapat agar kedelai tidak lolos keluar sebelum
mengalami pengupasan dan penghancuran.
d. Dinding penutup dan cakram
Dinding penutup dan cakram berfungsi sebagai pengupas dan penghancur
biji karena adanaya gerak putar dari cakram terhadap diniding penutup yang diam.
Biji yang terkupas dan hancur itu merupakan akibat dari efek atrisi dan kompresi
dari cakram.
e. Poros penggerak
Poros penggerak berfungsi untuk memutar silinder pengupas yang
digerakkan oleh motor listrik dengan menggunakan puli dan belt sebagai penyalur
daya. Pada poros penggerak terdapat pengunci untuk mengatur jarak antar
cakram. Semakin kecil jarak antar cakram maka ukuran hasil pengolahan akan
semakin halus.
f. Corong pengeluaran
Corong pengeluaran berfungsi untuk mengeluarkan biji yang telah dikupas
dan dihancurkan yang terletak di bagian bawah silinder pengupas. Biji yang akan
pecah dan keluar dari corong ini masih bercampur dengan kulit arinya.
2.4.3. Multi mill
Multi mill bekerja dengan impact. Sama seperti hammer mill impact
dilakukan cara menghantam bahan dengan padatan, yang biasanya berupa besi,
sehingga momentum yang terdapat pada pergerakan besi tersebut dapat memecah
ikatan antara padatan bahan. Perbedaan hammer mill dengan multi mill terletak
pada besi yang digunakan untuk menghantam bahan. Pada multi mill besi yang
digunakan mempunyai dua sisi, salah satu sisi berujung runcing dan satu sisi
berujung tumpul. Putaran alat pun dapat dirubah-rubah sesuai dengan ujung besi
yang mana yang akan digunakan. Dengan alat seperti ini maka dapat digunakan
untuk berbagai jenis bahan sehingga disebut multi mill.
2.5.

Mekanisme Pengayakan
Untuk

menganalisis

hasil

penghancuran

bahan-bahan

dilakukan

denganayakan standar yang disusun secara seri dalam satu tumbukan, pada
bagian bawahdari tumbukan susunan ayakan ditempatkan pan sebagai
penampung produk akhir.Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang

mempunyai ukuran mesh kawatlebih besar sampai ke ukuran mesh yang lebih
kecil.Penyaringan dengan lubang tetap tipe ini merupakan lapisan yang bersifat
permanen dengan badan pengayakan yang terdiri dari lubang-lubang dengan
bentuk dan ukuran yang tetap.
Berbagai jenis bahan yang digunkan untuk pengayak seperti ini tergantung
pada aplikasinya misalnya lembaran logam berlobang, susunan kawat-kawat
membentuk lubang-lubang dengan berbagaiukuran kain, dan tenunan sutra.
Pergerakan bahan pangan diatas pengayak dapatdihasilkan oleh pergerakan
berputar atau gerakan dari rangka yang menyangga badan pengayak. Penyaring
jenis ini dalam penggunaanya secara umum yaituuntuk sortasi bahan untuk dua
grup tipe : badan datar ( flat ) dan tipe drum.
Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang mempunyai ukuran meshkawat
lebih besar sampai keukuran mesh yang lebih kecil, ukuran mesh yangdigunakan
dalam percobaan ini disusun dari mulai ukuran 100 mesh, 80 mesh, 60mesh dan
terakhir pan. Pengayak yang digunakan jenis ini bentuknya sederhana, banyak
ditemukan di areal pertanian. Pengayak tipe ini merupakan pengayak berbadan
datar dan digunakan secara luas dalam proses sortasi, berdasarkan
ukuran dari bahan baku seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Juga
digunakandalam proses sortasi selama proses pengolahan dan produk akhir dari
sepertitepung, gula, garam, bumbu-bumbu masak dan rempah-rempah. Pengayak
inimempunyai rancangan celah atau lubang yang tetap yang disebut
fixed aperture. Yang mempunyai sifat seimbang atau tidak berubah dan
bergetar (Wirakartakusumah, 1992).Proses pengayakan ini digunakan untuk
memisahkan bahan pangan, yangmekanisasinya dapat memberikan nilai tambah
yang tidak dapat disangkal lagidalam proses pengolahan pangan. Pengukuran
ukuran ( size reduction) adalah unitoperasi dimana ukuran rata-rata bahan pangan
padat dikecilkan dengan alat penggiling ( grinding ).
Keuntungan pengecilan ukuran bahan pangan adalah adanya kenaikan
ratioluas permukaan dengan volume bahan pangan sehingga mempercepat laju
pengeringan,

pemanasan,

dan

pendinginan

serta

meningkatnya

laju

ekstraksi,adanya ukuran yang seragam, meningkatkan efisiensi pencampuran


misalnyatepung sup dan kue, dan baik pada pengecilan maupun emulsi tidak

menimbulkanefek pengawetan.Pemecahan bahan menjadi bagian-bagian yang


lebih kecil merupakan satuoperasi yang penting didalam industri pangan. Dasardasar teori operasi ini relatif belum banyak dikembangkan, kebanyakan operasi
didasarkan kepada pengalamanempiris dan sangat sering menyangkut mekanisasi
operasi yang mula-muladilakukan dengan tangan.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat:
1. Stopwatch
2. Wadah Plastik
3. Timbangan
4. Burr Mills
5. Ayakan Tyler
3.1.2 Bahan :
1. Tepung Aci
2. Tepung Beras
3. Tepung Terigu
3.2 Prosedur Percobaan
1) Menimbang bahan yang akan digiling dalam mesin pengecilan ukuran (a
kg)
2) Mennyalakan mesin dan masukkan bahan
3) Mencatat waktu yang diperlukan selama proses pengecilan ukuran (x
menit)
4) Menimbang produk yang dihasilkan ( b kg)
5) Mengamati performansi mesin
b kg

6) Menghitung rendemen penggilingan = a kg 100%


7) Meletakkan produk yang dihasilkan pada ayakan teratas, tutup ayakan
dan letakkan pan pada bagian bawah, goyangkan ayakan selama 15
menit, lakukan 2 kali ulangan
8) Menimbang bahan dalam setiap ayakan
9) Menentukan fineness modulus dengan cara:

Tabel 3.2 perhitungan Fineness Modulus (FM)


Mesh Ukuran
No.

Lubang
(mm)

% Bahan
Tertinggal

% Tertingal Kumulatif

3/8

0.371

X1

X1

0.185

X2

X1+X2

0.093

X3

X1+X2+X3

14

0.0464

X4

X1+X2+X3+X4

28

0.0232

X5

X1+X2+X3+X4+X5

48

0.0116

X6

X1+X2+X3+X4+X5+X6

100

0.0058

X7

X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7

X8
100

JUMLAH

Pan
Total

Persamaan untuk menghitung Fineness Modulus (FM):


..(1)
FM =

Jumlah total % bahan tertinggal


100

1) Menghitung diameter rata-rata (D)


..(2)
D = 0.0041 (2) FM
Keterangan:
Wi = berat bahan tertinggal pada masing-masing ayakan
di = diameter lubang ayakan ke-i
2) Membuat plot grafik hubungan
a.

% bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan

b.

% bahan lewat vs. ukuran ayakan

Gradient % bahan lewat vs. ukuran ayakan

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Data HasilPengukuran (Shift A1)
Tabel 1. Data Hasil Pengayakan Tepung Beras
Mesh

DiamterLuba
ng

BahanTerti
nggal

%
Tertinggal
Kumulatif

Faktor
Pengali

di
(mm)

Log
di

Wi
(gr)

(Wi/
Ma)
%

20

0,841

-0,075

30

0,595

-0,225

0,6

0,6

0,6

40

0,420

-0,377

0,1

0,1

50

0,297

-0,527

1,6

70

0,210

-0,678

100

0,149

Pan
Total

Hasil
Wi
.Fp

BahanLewat
gr

100

100

99,4

99,4

0,7

0,4

99,3

99,3

1,6

2,3

4,8

97,7

97,7

4,1

4,1

6,4

8,2

93,6

93,6

-0,827

69,3

69,3

75,7

69,3

24,3

24,3

24,3

24,3

100

100

100

4.1.1 Data HasilPerhitungan


1. Fineness Modulus

2. Diameter Rata-rata (D)


D = 0,0041 (2)FM = 0,0041 (2)0,757 = 6,93 x 10-3 mm
3. Geometric Mean Diameter (Dgw)

= 0,155
4. Geometric Standard Deviation (Sgw)

= 1,44

4.1.2

Grafik Hasil Perbandingan

Gambar 1.Grafik Perbandingan Hubungan % Bahan Tertingal dengan Log di


Pengayakan Tepung Beras

Gambar 2.Grafik Perbandingan Hubungan % Bahan Lewat dengan Ukuran


Ayakan Pengayakan Tepung Beras

4.2 Data HasilPengukuran (Shift A2)


Tabel 2. Data Hasil Pengayakan Tepung Terigu
Mesh

DiamterLuban
g

BahanTerti
nggal

%
Tertinggal
Kumulatif

Faktor
Pengali

di
(mm)

Log di

Wi
(gr)

(Wi/
Ma)
%

20

0,841

- 0,075

30

0,595

- 0,225

40

0,42

-0,376

50

0,297

- 0,527

70

0,21

- 0,678

100

0,149

Pan
Total

Hasil
Wi
.Fp

BahanLew
at
gr

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

- 0,826

10,3

10,3

10,3

10,3

89,7

89,7

89,7

89,7

100

100

100

4.2.1 Data HasilPerhitungan


1. FM (Fineness Modulus)
FM=

=0,103

2. Diameter Rata-Rata ( )
D = 0,0041 2FM=0,0041 20,103=4,4 10-3 mm
3. Geometric Mean Diameter
Dgw=log-1

=log-1

=0,149

4. Geometric Standard Diameter


Sgw = log-1

log-1

=1,067

4.2.2

Grafik Hasil Perbandingan

Gambar 3.Grafik Perbandingan Hubungan % Bahan Tertingal dengan Log di


Pengayakan Tepung Terigu

Gambar 4.Grafik Perbandingan Hubungan % Bahan Lewat dengan Ukuran


Ayakan Pengayakan Tepung Terigu

Data HasilPengukuran (Shift B1)


Tabel 3. Data Hasil Pengayakan Tepung Tapioka
Mesh

DiamterLuba
ng

BahanTerti
nggal

%
Tertinggal
Kumulatif

Faktor
Pengali

di
(mm)

Log
di

Wi
(gr)

(Wi/
Ma)
%

20

0,841

-0,075

0,1

0,1

0,1

30

0,595

-0,225

0,1

0,1

0,2

40

0,420

-0,377

50

0,297

-0,527

0,1

70

0,210

-0,678

100

0,149

Pan
Total
4.2.3

Hasil
Wi
.Fp

BahanLewat
Gr

0,6

99,9

99,9

0,5

99,8

99,8

0,2

998

998

0,1

0,3

0,3

99,7

99,7

0,3

99,7

99,7

-0,827

35,0

35,0

35,3

35,0

64,7

64,7

64,7

64,7

100

100

100

Data HasilPerhitungan

1. Fineness modulus (FM)

2. Diameter rata-rata

3. Geometric Mean Diameter (Dgw)

4. Geometric Mean Deviation (Sgw)

Sgw = log-1 |{(0,1 (-0,0752 (-0,8222))1/2) + (0,1 (-0,2255 (-0,8222))1/2 )


+ (0 (-0,3768 (-0,8222))1/2) + (0,1 (-0,5272 (-0,8222))1/2) + (0 (
0,6778 (-0,8222))1/2) + (35,0 (-0,8268 (-0,8222))1/2)}/35,3|

4.2.4

Grafik Hasil Perbandingan

Gambar 5.Grafik Perbandingan Hubungan % Bahan Tertingal dengan Log di


Pengayakan Tepung Tapioka

Gambar 6.Grafik Perbandingan Hubungan % Bahan Lewat dengan Ukuran


Ayakan Pengayakan Tepung Tapioka

Data Hasil Pengukuran (Shift B2)


Tabel 4. Data Hasil Pengayakan Tepung Ketan
Mesh

DiamterLuba
ng

BahanTerti
nggal

%
Tertinggal
Kumulatif

Faktor
Pengali

di
(mm)

Log
di

Wi
(gr)

(Wi/
Ma)
%

20

0,841

-0,075

0,1

0,1

0,1

30

0,595

-0,225

0,1

0,1

0,2

40

0,420

-0,377

50

0,297

-0,527

0,1

70

0,210

-0,678

100

0,149

Pan
Total

Hasil
Wi
.Fp

BahanLewat
Gr

0,6

99,9

99,9

0,5

99,8

99,8

0,2

99,8

99,8

0,1

0,3

0,3

99,7

99,7

0,8

0,8

1,1

1,6

98,9

98,9

-0,827

15,8

15,8

16,9

15,8

83,1

83,1

83,1

83,1

100

100

100

4.2.5 Data Hasil Perhitungan


1. FM (Fineness Modulus)
FM =

=0,169

2. Diameter Rata-Rata ( )
D = 0,0041 2FM=0,0041 20,169=4,60954 10-3 mm
3. Geometric Mean Diameter
Dgw =log-1
=log-1
= 0,15489
4. Geometric Standard Diameter
Sgw = log-1

=
= 1,071405
4.2.6

Grafik Hasil Perbandingan

Gambar 7.Grafik Perbandingan Hubungan % Bahan Tertingal dengan Log di


Pengayakan Tepung Ketan

Gambar 8.Grafik Perbandingan Hubungan % Bahan Lewat dengan Ukuran


Ayakan Pengayakan Tepung Ketan

Data Hasil Pengukuran Tepung (Seluruh Shift)


Tabel 5. Data Hasil PengukuranTepung
No

Tepung

FM

Dgw

Sgw

Beras

0,757

0,155

1,44

Terigu

0,103

0,149

1,067

Tapioka

0,364

0,151

1,184

Ketan

0,169

0,155

1,071

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan mengukur modulus kehalusan dari suatu
bahan hasil pertanian antara lain tepung beras, tepung terigu, tepung tapioka dan
tepung

ketan.

Pengukuran

hasil

pengecilan

ukuran

dilakukan

dengan

menggunakan burr mills dan ayakan dengan ukuran mesh tertentu. Pada hasil
praktikum didapatkan nilai tepung beras memiliki hasil modulus kehalusan paling
besar yaitu sebesar 0,757 sehingga menunjukan bahwa diameter tepung beras
memiliki ukuran yang paling besar yaitu sebesar 6,93 x 10-3 mm dikarenakan
salah satu faktor penghitung dalam menentukan diameter suatu bahan yaitu
dengan menggunakan modulus kehalusan bahan tersebut. Akan tetapi Geometric
Mean Diameter dan Geometric Standar Deviation tidak memiliki perbedaan yang
terlalu mencolok.
Umumnya proses pengecilan ukuran dilakukan untuk mendapatkan bahan
hasil pertanian yang lebih kecil lagi untuk mempermudah dalam melakukan
proses penanganan hasil pertanian yang selanjutnya. Pengecilan ukuran dilakukan
untuk mendapatkan hasil bahan yang memiliki luas permukaan yang lebih dari
sebelumnya. Pengecilan ukuran biasanya digunakan untuk mempercepat proses
pengeringan, karena salah satu faktor pengeringan yaitu luas permukaan suatu
bahan, semakin luas suatu permukaan suatu bahan semakin cepat proses
pengeringan yang dilakukan. Dari hasil praktikum, bahan yang mudah mengering
adalah tepung terigu dikarenakan modulus kehalusan yang bernilai kecil sehingga
dapat disimpulkan bahwa tepung terigu memiliki diameter lebih kecil sehingga
dalam satuan beratnya memiliki luas permukaan yang paling besar.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah pelaksanaan praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengecilan ukuran digunakan untuk mendapatkan luas permukaan yang
mempermudah proses penangangan selanjutnya.
2. Modulus kehalusan suatu bahan menunjukan besarnya diameter bahan
tersebut.
3. Tepung beras memiliki nilai modulus kehalusan paling besar sehingga
memiliki diameter bahan paling besar daripada tepung yang lainnya.
4. Tepung terigu memiliki modulus kehalusan paling kecil sehingga memiliki
diamter bahan paling kecil daripada tepung yang lainnya sehingga
menunjukan bahwa tepung tersebut paling mudah dikeringkan daripada
tepung yang lainnya.
6.2 Saran
Adapun saran yang sbaiknya dilakukan agar praktikum berjalan dengan baik
yaitu :
1. Dalam praktikum, sebaiknya praktikan menggunakan alat dengan baik.
2. Sebaiknya alat serta mesin pada waktu praktikum dalam keadaan baik,
sehingga pada waktu di pergunakan praktikum tidak ada hambatan yang
mengganggu.

DAFTAR PUSTAKA

Enginer.

Dhimas.2011.

Pengecilan

Ukuran.

http://dimaskholis.blogspot.com/2011/05/pengecilan-ukuran.html. Diunduh
pada Tanggal 2 November 2015. Pada Pukul 22:09
Rustiani. Mega. 2009. Pengayakan Tepung Jagung dan Tepung Beras.
http://www.scribd.com/doc/81116524/pengayakan. Diunduh pada tanggal 2
November 2015. Pada Pukul 22 :13
Anonim. 2012. http://www.scribd.com/doc/76404088/Pengayakan-Bahan-HasilPertanian . Diunduh pada tanggal 2 November 2015,. pada Pukul 22 :13
Septy Ferlany Lauravista. 2011. Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil
Pertanian.

Bandung.

Dalam

http://www.scribd.com/doc/70454943/LAPORAN-PRAKTIKUM5Pengecilan-Ukuran diakses pada tanggal 2 November 2015, pada Pukul


22:16
Qohar.Abdul

Faris.

Dkk

2010.

Peralatan

Pengecilan

Ukuran.

http://fariddoelqohar.blogspot.com/2011/04/alat-pengecil-ukuran-sizereduction.html. pada tanggal 2 November 2015, pada pukul 22:18

Anda mungkin juga menyukai