LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Penetapan Modulus Kehalusan (Fineness Modulus) Tepung)
Oleh:
Nama : Anysa Haryuningsari Dewi
NPM : 240110180084
Hari, Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2020
Waktu/Shift : 15.30-17.00 WIB/B2
Co. Ass : 1. Ana Nadiya Afinatul Fishi
2. Nunung Nurhaija Hudairiah
3. Rini Azharini
4. Zhaqqu Ilham Alhafidz
2.4 Tepung
Tepung adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara pengilingan atau
penepungan. Tepung memiliki kadar air yang rendah, hal tersebut berpengaruh
terhadap keawetan tepung. Jumlah air yang terkandung dalam tepung dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain sifat dan jenis atau asal bahan baku pembuatan
tepung, perlakuan yang telah dialami oleh tepung, kelembaban udara, tempat
penyimpanan dan jenis pengemasan. Tepung juga merupakan salah satu bentuk
alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan, karena akan lebih tahan disimpan,
mudah dicampur, dibentuk dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan
modern yang serba praktis. Cara yang paling umum dilakukan untuk menurunkan
kadar air adalah dengan pengeringan, baik dengan penjemuran atau dengan alat
pengering biasa (Nurani dan Yuwono, 2014).
Pada perkembangan zaman, tepung sering diproduksi dari umbi yang
memiliki kandungan gizi tinggi, hal ini dilakukan untuk memperbaiki nilai ekonomi
umbi itu tersendiri, serta pemanfaatan produk domestik sehingga pengolahan
tepung berbasis umbi diharapkan dapat menjadi alternatif penggunaan tepung
gandum yang bahan bakunya masih harus didapatkan dari luar negeri. Proses
pembuatan tepung umbi-umbian sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara
tergantung dari jenis umbi-umbian itu sendiri. Tepung dibuat dengan kadar air
sangat rendah sekitar 2-10%. Hal ini menunjukan bahwa tepung memiliki daya
simpan yang lebih lama (Subagio, 2006).
2.5 Burr Mill
Burr mill/disc mill yang terdiri dari dua buah piringan atau lebih. Pada burr
mill satu piringan yang berputar sedangkan piringan lain tetap, atau keduanya
berputar tetapi berlawanan arah. burr mill memiliki keuntungan yaitu biaya awal
rendah, hasil dari penghancuran relatif seragam dan kebutuhan tenaga rendah.
Sedangkan kerugiannya dari burr mill yaitu mudah rusak akibat benda asing,
pengoperasian tanpa bahan dapat merusak alat, dan alat penggilin yang mudah aus.
teknologi penggilingan jenis Buhr Mill, sistem penggilingannya dengan proses
gesekan dari dua pelat yang bergerigi yang berfungsi sebagai mata pisau, pelat ini
berbentuk bidang vertikal. Pelat pisau penggiling ini berputar melemparkan dan
menghancurkan butiran-butiran jagung melalui. celah-celah mata pisau ke dinding
pembentur. Keluarnya butiran-butiran jagung pada sudusudu pisau penggiling,
akibat adanya putaran yang cepat sehingga menimbulkan gaya sentrifugal.
penggilingbergerigi punya biaya awal yang rendah, dan kapasitas penggilingan
200-300 kg/jam dan daya yang digunakan berkisar 1-1,5 hp atau 1/3 dari daya yang
digunakan oleh penggiling tumbuk dengan kapasitas yang sama (Hall, 1983).
BAB III
METODOLOGI
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Tepung Tapioka
Massa awal bahan = 200 gram
1. BT Mesh
a. BT Mesh 30
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
b. BT Mesh 40
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
c. BT Mesh 50
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
d. BT Mesh 70
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
e. BT Mesh 100
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
2. Fineness Modulus
Total Hasil (%Massa Bahan Tertinggal Kumulatif)
FM = 100
0
= 100
=0
3. Diameter Rata-rata
D = 0,0041 (2)FM
D = 0,0041 (2)0 = 4,1 x 10-3 inch
4. Geometric Mean Diameter (Dgw)
Σ(W1 ×logd1 )
Dgw = log-1 ( )
massa bahan tertinggal kumulatif (mesh 100)
(0 + 0 + 0 + 0 + (0)
Dgw = log-1 ( )
0
Dgw = 1
5. Geometric Mean Deviation (Sgw)
1
Σ(W1 (log d1 − log Dgw)2 )
Sgw = log −1 | |
ΣW1
1
−1
0(0(−0)2
Sgw = log | |
200
Sgw = 1
4.2.2 Perhitungan Tepung Terigu
Massa awal bahan = 200 gram
1. BT Mesh
a. BT Mesh 30
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
b. BT Mesh 40
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
c. BT Mesh 50
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
d. BT Mesh 70
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
e. BT Mesh 100
5
BTmesh = x 100% = 2,5%
200
2. Fineness Modulus
Total Hasil (%Massa Bahan Tertinggal Kumulatif)
FM = 100
5
= 100
= 0,05
3. Diameter Rata-rata
D = 0,0041 (2)FM
D = 0,0041 (2)0,025 = 4,2446 x10-3 inch
4. Geometric Mean Diameter (Dgw)
Σ(W1 ×logd1 )
Dgw = log-1 ( )
massa bahan tertinggal kumulatif (mesh 100)
(0 + 0 + 0 + 0 + (-0.8268 x 5)
Dgw = log-1 ( )
5
Dgw = 0.149
5. Geometric Mean Deviation (Sgw)
1
Σ(W1 (log d1 − log Dgw)2 )
Sgw = log −1 | |
ΣW1
1
−1
5(−0.8268(− log 0.149)2
Sgw = log | |
200
Sgw = 1,000213
b. BT Mesh 40
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
c. BT Mesh 50
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
d. BT Mesh 70
0
BTmesh = 200 x 100% = 0%
e. BT Mesh 100
5
BTmesh = 200 x 100% = 2,5%
2. Fineness Modulus
Total Hasil (%Massa Bahan Tertinggal Kumulatif)
FM = 100
5
= 100
= 0,05
3. Diameter Rata-rata
D = 0,0041 (2)FM
D = 0,0041 (2)0,05 = 4,2446 x10-3 inch
4. Geometric Mean Diameter (Dgw)
Σ(W1 ×logd1 )
Dgw = log-1 ( )
massa bahan tertinggal kumulatif (mesh 100)
(0 + 0 + 0 + 0 + (-0.8268 x 5)
Dgw = log-1 ( )
5
Dgw = 0.149
5. Geometric Mean Deviation (Sgw)
1
−1
Σ(W1 (log d1 − log Dgw)2 )
Sgw = log | |
ΣW1
1
5(−0.8268(− log 0.149)2
Sgw = log −1 | |
200
Sgw = 1,000213
4.3 Grafik
4.3.1 Grafik Tepung Tapioka
Tepung Tapioka
% Bahan Tertinggal
1 Tepung
Kumulatif
Tapioka
0,8
0,6
Linear
0,4 (Tepung
y=0 Tapioka)
0,2 0 0 0 0
R² = #N/A
0
-0,2254 -0,3767 -0,5272 -0,8268
Log Ukuran Ayakan
Grafik 1. % bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan pada tepung tapioka
Tepung Tapioka
Tepung Terigu
% Bahan Tertinggal Kumulatif
5 y = 0,75x - 1,25
R² = 0,6
4
3 2,5
Tepung
2 Terigu
1 Linear
0 0 0 (Tepung
0 Terigu)
-0,2254 -0,3767 -0,5272 -0,8268
-1
Log Ukuran Ayakan
Grafik 3. % bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan pada tepung terigu
Tepung Terigu
101
99
y = -0,5x + 101
97 Linear (Tepung
R² = 0,5
Terigu)
96
95
0,595 0,42 0,297 0,21 0,149
Ukuran Ayakan
Tepung Beras
% Bahan Tertinggal
6
Kumulatif
5 y = 0,75x - 1,25
4 R² = 0,6
2,5
3
Tepung Beras
2
1 0 0 0 Linear (Tepung Beras)
0
-1 -0,2254 -0,3767 -0,5272 -0,8268
Log Ukuran Ayakan
Grafik 5. % bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan pada tepung beras
Tepung Beras
101
100 100 100 100
% Bahan Tertinggal Kumulatif
100
99
98 97,5
Tepung Beras
y = -0,5x + 101
97
R² = 0,5
96
Linear (Tepung
95 Beras)
0,595 0,42 0,297 0,21 0,149
Ukuran Ayakan
6.2 Saran
Saran dalam praktikum kali ini yaitu bahan yang digunakan untuk sample uji
coba lebih banyak jenisnya serta memiliki tekstur bahan yang berbeda-beda agar
bisa dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjaswadi, R. 2002. Hand Out Kimia Fisika. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.
Dokumentasi Pribadi
Gambar 2. Proses memasukkan ayakan Tylor yang telah berisi bahan ke dalam
rotary Tylor
Gambar 3. Proses pengayakan selama 10 menit
Gambar 4. Proses mengeluarkan ayakan Tylor yang telah berisi bahan dari rotary
Tylor